PERKERASAN JALAN
Oleh :
NAMA NPM
1. MUHAMAD SARIFUDIN 07231911132
2. ELA WIDIAWATI 07231911123
3. DAILI FITRA WATI ROMBOUW 07231911106
4. YUNIYARTI IRWAN 07231911092
UNIVERSITAS KHAIRUN
FAKULTAS TEKNIK
PRODI SIPIL
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini bisa tersusun hingga
selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang sudah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik berupa pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembacanya. Bahkan tidak hanya itu, kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini si pembaca
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari – hari.
Kami sadar masih banyak kekurangan didalam penyusunan makalah ini, karena keterbatasan
pengetahuan serta pengalaman kami. Untuk itu kami begitu mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................................
Daftar Isi……………........................................................................................................
I. Pendahuluan
II. Pembahasan
III. Penutup
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................
3.2. Saran...............................................................................................................
Daftar Pustaka......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah,
di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Jalan khusus adalah jalan
yang di bangun oleh instasi, badan usaha perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan
sendiri. Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan
nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Jalan bebas hambatan adalah jalan umum untuk lalu
lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh dan tanpa adanya persimpangan
sebanding serta dilengkapai dengan pagar ruang milik jalan.
Pembangunan jalan adalah proses pembukaan ruangan lalu lintas yang mengatasi berbagai
rintangan geografi. Proses ini melibatkan pengalihan mukabumi, pembangunan jembatan dan terowongan,
bahkan juga pengalihan tumbuh-tumbuhan (ini mungkin melibatkan penebasan hutan). Dalam proses
pembangunan jalan itu sendiri disebut dengan perkerasan jalan.
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani
beban lalu lintas. Agregat yang biasanya dipakai dalam perkerasan jalan adalah batu pecah, batu belah,
batu kali dan hasil samping peleburan baja. Sedangkan bahan ikat yang dipakai antara lain semen, aspal
dan tanah liat.
Muka bumi harus diuji untuk melihat kemampuannya untuk menampung beban kendaraan.
Berikutnya, jika perlu, tanah yang lembut akan diganti dengan tanah yang lebih keras. Lapisan tanah ini
akan menjadi lapisan dasar. Seterusnya di atas lapisan dasar ini akan dilapisi dengan satu lapisan lagi yang
disebut lapisan permukaan. Biasanya lapisan permukaan dibuat dengan aspal ataupun semen.
Pengaliran/ drainase air merupakan salah satu faktor yang harus diperhitungkan dalam
pembangunan jalan. Air yang berkumpul di permukaan jalan setelah hujan tidak hanya membahayakan
pengguna jalan, malahan akan mengikis dan merusakkan struktur jalan. Karena itu permukaan jalan
sebenarnya tidak betul-betul rata, sebaliknya mempunyai landaian yang berarah ke selokan dipinggir jalan.
Dengan demikian, air hujan akan mengalir kembali ke selokan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui klasifikasi jalan, definisi perkerasan jalan,
jenis-jenis perkerasan jalan, definisi pengujian CBR dan jenis-jenis pengujian CBR.
BAB II
PEMBAHASAN
Klasifikasi jalan merupakan aspek penting yang pertama kali harus diidentifikasikan sebelum melakukan
perancangan jalan. Karena kriteria desain suatu rencana jalan yang ditentukan dari standar desain
ditentukan oleh klasifikasi jalan raya. Klasifikasi jalan raya dibagi dalam beberapa kelompok (TPGJAK No.
038/T/BM/1997), yaitu :
2. Menurut fungsinya
a. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani dengan ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rerata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
b. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rerata sedang, dan jumlah jalan
masuk dibatasi.
c. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri
perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rerata rendah.
d. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan
dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rerata rendah.
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan untuk melayani
beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batuan pecah atau batu belah ataupun bahan lainnya.
Bahan ikat yang dipakai adalah aspal, semen ataupun tanah liat. Apapun jenis perkerasan lalu lintas, harus
dapat memfasilitasi sejumlah pergerakan lalu lintas, apakah berupa jasa angkutan lalu lintas, berupa jasa
angkutan manusia, atau berupa jasa angkutan barang berupa seluruh komoditas yang diijinkan untuk
berlalu lalang disitu. Dengan beragam jenis kendaraan dengan angkutan barangnya, akan memberikan
variasi beban ringan, sedang sampai berat. Jenis kendaraan penumpang akan memberikan pula sejumlah
variasi. Dan hal itu harus didukung oleh perkerasan jalan, daya dukung perkerasan jalan raya ini akan
menentukan kelas jalan yang bersangkutan, misalnya jalan kelas 1 akan menerima beban besar dibanding
jalan kelas 2. Maka dilihat dari mutu perkerasan jalan sudah jelas berbeda.
Persyaratan umum dari suatu jalan adalah dapatnya menyediakan lapisan permukaan yang selalu rata
dan kuat, serta menjamin keamanan yang tinggi untuk masa hidup yang cukup lama, dan yang
memerlukan pemeliharaan yang sekecil-kecilnya dalam berbagai cuaca. Tingkatan sampai dimana kita
akan memenuhi persyaratan tersebut tergantung dari imbangan antara tingkat kebutuhan lalu lintas,
keadaan tanah serta iklim yang bersangkutan. Sebagaimana telah dipahami bahwa yang dimaksud dengan
perkerasan adalah lapisan atas dari badan jalan yang dibuat dari bahan-bahan khusus yang bersifat
baik/konstruktif dari badan jalannya sendiri. Berdasarkan bahan pengikat yang menyusunnya, konstruksi
perkerasan jalan dibedakan atas beberapa jenis antara lain:
(Rigid pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan semen (Portland Cement) sebagai bahan
pengikat dimana pelat beton dengan atau tanpa tulangandiletakkan di atas tanah dasar dengan
atau tanpa lapis pondasi bawah sehingga beban lalulintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton.
Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari
bawah ke atas,sebagai berikut :
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan
dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan
paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai
fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR).
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah
urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain. Ditinjau dari muka
tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas:
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan dayadukung
tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah dasar dan dibawah
lapis pondasi atas.Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :
Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.
Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya daya
dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis
permukaan.Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban
kelapisan di bawahnya.
Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-
beban roda. Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain;
kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.
Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda kendaraan.
Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :
Rigid Pavement atau perkerasan kaku sudah sangat lama dikenal di Indonesia. Ia lebih di kenal
pada masyarakat umum dengan nama Jalan Beton. Perkerasan tipe ini sudah sangat lama di
kembangkan di negara – negara maju seperti Amerika, Jepang, Jerman dll.
Perkerasan Kaku adalah suatu susunan konstruksi perkerasan di mana sebagai lapisan atas
digunakan pelat beton yang terletak di atas pondasi atau di atas tanah dasar pondasi atau langsung di
atas tanah dasar (subgrade). Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan
diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.
Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan plat beton perkerasan kaku, perkerasan beton
semen dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis sebagai berikut :
Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa tulangan untuk kendali retak.
Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan tulangan plat untuk kendali
retak. Untuk kendali retak digunakan wire mesh diantara siar dan penggunaannya
independen terhadap adanya tulangan dowel.
Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan).
Lapis pondasi bawah digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan, yaitu antara
lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainase, kendali terhadap
kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja(working platform)
untuk pekerjaan konstruksi. Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah :
Tanah dasar dapat terdiri dari tanah dasar tanah asli, tanah dasar tanah galian, atau tanah dasar tanah
urug yang disiapkan dengan cara dipadatkan. Di atas lapisan tanah dasar diletakkan lapisan struktur
perkerasan lainnya, oleh karena itu mutu daya dukung tanah dasar ikut mempengaruhi mutu jalan secara
keseluruhan.
Berbagai parameter digunakan sebagai penunjuk mutu daya dukung tanah dasar seperti California
Bearing Ratio (CBR), modulus resilient (MR); penetrometer konus dinamis (Dynamic Cone Penetrometer),
atau modulus reaksi tanah dasar (k). Pemilihan parameter mana yang akan digunakan, ditentukan oleh
kondisi tanah dasar yang direncanakan dan metode perencanaan tebal perkerasan yang akan dipilih.
1. CBR rencana.
CBR rencana, disebut juga CBR laboratorium atau design CBR, adalah pengujian CBR dimana
benda uji disiapkan dan diuji mengikuti SNI 03- 1744 atau AASHTO T 193 di laboratorium. CBR
rencana digunakan untuk menyatakan daya dukung tanah dasar, dimana pada saat perencanaan
lokasi tanah dasar belum disiapkan sebagai lapis tanah dasar struktur perkerasan. Perencanaan
tebal perkerasan jalan baru pada umumnya menggunakan jenis CBR ini sebagai penunjuk daya
dukung tanah dasar.
Jenis CBR ini digunakan untuk menentukan daya dukung tanah dasar pada kondisi tanah
dasar akan dipadatkan lagi sebelum struktur perkerasan dilaksanakan.
Sebagai contoh digambarkan kondisi sebagai berikut:
Lapis tanah dasar dari struktur perkerasan jalan baru direncanakan merupakan tanah dasar
tanah asli. Lokasi tanah dasar pada tahap perencanaan merupakan tanah sawah. Ini berarti
tahap pelaksanaan konstruksi akan dimulai dengan pekerjaan tanah mempersiapkan lapis tanah
dasar yang diakhiri dengan pemadatan tanah. Oleh karena itu jenis CBR yang sesuai untuk
menyatakan daya dukung tanah dasar sebagai parameter perencanaan tebal perkerasan adalah
CBR rencana atau CBR laboratorium.
2. CBR lapangan.
CBR lapangan, dikenal juga dengan nama CBRinplace atau field CBR, adalah pengujian
CBR yang dilaksanakan langsung dilapangan, di lokasi tanah dasar rencana. Prosedur
pengujian mengikuti SNI 03-1738 atau ASTM D 4429.
CBR lapangan digunakan untuk menyatakan daya dukung tanah dasar dimana tanah dasar
direncanakan tidak lagi mengalami proses pemadatan atau peningkatan daya dukung tanah
sebelum lapis pondasi dihampar dan pada saat pengujian tanah dasar dalam kondisi jenuh.
Dengan kata lain perencanaan tebal perkerasan dilakukan berdasarkan kondisi daya dukung
tanah dasar pada saat pengujian CBR lapangan itu. Pengujian dilakukan dengan meletakkan
piston pada elevasi dimana nilai CBR hendak diukur, lalu dipenetrasi dengan menggunakan
beban yang dilimpahkan melalui gandar truk ataupun alat lainnya dengan kecepatan 0,05
inci/menit. CBR ditentukan sebagai hasil perbandingan antara beban yang dibutuhkan untuk
penetrasi 0,1 atau 0,2 inci benda uji dengan beban standar. Gambar 3.15 dan Gambar 3.16
menggambarkan alat dan pengujian CBR lapangan.
Nilai CBRsegmen dengan menggunakan metode grafis merupakan nilai persentil ke 90 dari data
CBR yang ada dalam satu segmen. CBRsegmen adalah nilai CBR dimana 90% dari data yang ada
dalam segmen memiliki nilai CBR lebih besar dari nilai CBRsegmen.
Langkah – langkah menentukan CBRsegmen menggunakan metode grafis adalah sebagai berikut :
1. Tentukan nilai CBR terkecil.
2. Susunlah nilai CBR dari yang terkecil ke yang terbesar, dan tentukan jumlah data dengan
nilai CBR yang sama atau lebih besar dari setiap nilai CBR. Pekerjaan ini disusun secara
tabelaris.
3. Angka terbanyak diberi nilai 100%, angka yang lain merupakan persentase dari 100%.
4. Gambarkan hubungan antara nilai CBR dan persentase dari Butir 3 5. Nilai CBRsegmen
adalah nilai pada angka 90% sama atau lebih besar dari nilai CBR yang tertera.
AASHTO sejak 1986 menggunakan modulus resilient sebagai parameter penunjuk daya dukung
lapis tanah dasar atau subgrade, menggantikan CBR yang selama ini digunakannya. Cara uji MR di
laboratorium dilakukan dengan memodelkan beban kendaraan yang diperkirakan akan menggunakan
perkerasan selama umur rencana. Kerugian menggunakan cara uji ini adalah lebih kompleks,
membutuhkan biaya yang lebih tinggi, dan waktu yang lebih lama.
Modulus resilient adalah perbandingan antara nilai deviator stress, yang menggambarkan repetisi
beban roda dan recoverable strain. Perbedaan pengertian antara modulus elastisitas (E) dan modulus
resilient (MR) ditunjukkan seperti pada Gambar 3.22.
Modulus elastisitas menunjukkan perbandingan antara σd dan deformasi tetap (permanent
deformation), sedangkan modulus resilient adalah perbandingan antara σd dan deformasi yang dapat
kembali lagi (recoverable deformation).
Dari Gambar 3.22 diperoleh:
σd
MR = .................................................... (3.17)
εr
dengan:
MR = modulus resilient
Σd = σ1 - σ3
εr = recoverable strain/ recoverable deformation
Gambar 3.23 menunjukkan pemahaman tentang recoverable deformation dan permanent deformation
akibat repetisi beban lalulintas dan waktu.
Nilai MR dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kadar air, derajat kejenuhan, kepadatan, temperatur,
jumlah butir halus, dan gradasi. Pengujian di laboratorium dapat menggunakan alat triaxial dengan
beban berulang (cyclic triaxial test), Universal Material Testing Apparatus (UMATTA), atau analisis
hasil pengujian non-destructive test dengan menggunakan alat falling weight deflectometer (FWD).
MR untuk tanah dasar dapat pula diperoleh melalui korelasi dengan nilai CBR seperti pada Rumus
3.18[Heukelom & Klomp seperti AASHTO 1993] dan Rumus 3.19[Olidis]. Rumus 3.18 yang diadopsi
oleh AASHTO’93, dan Bina Marga, berlaku untuk tanah berbutir halus, nonexpansive, dengan nilai
CBR rendaman kurang atau sama dengan 10. Rumus 3.19 menghasilkan nilai MR yang lebih rendah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian singkat diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa tanpa pemeliharaan dan perbaikan
jalan secara memadai, baik rutin maupun berkala, dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah
pada jalan, sehingga jalan akan lebih cepat kehilangan fungsinya baik perkerasan jalan lentur maupun
perkerasan jalan kaku. Apabila perkerasan jalan dipelihara dengan baik dan tetap dalam kondisi yang
baik, maka kedua jenis perkerasan jalan tersebutakan mempunyai umur lebih lama dari. Tetapi sekali
jalan itu mulai rusak dan dibiarkan begitu saja tanpa perbaikan , maka kerusakan yang lebih parah akan
berlangsung sangat cepat.
Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan pemeliharaan yang bersifat pencegahan seperti
menutup sambungan atau retak-retak dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang timbul, dan
menemukan penyebab-penyebabnya dengan melakukan pemeriksaan (inspeksi) secara rutin. Adapun
penyebab-penyebab kerusakan perkerasan jalan bias di simpulkan pulasebagai berikut :
1. Karena pengaruh bahan perkerasan jalan yang tidak memenuhi spesifikasi yang seharusnya
digunakan saat melakukan pekerjaan konstruksi jalan.
2. Jalan mengalami kelebihan beban volume lalu lintas yang berulang-ulang.
3. Sistem drainase yang kurang baik
4. Keadaan topografi dan faktor alam seperti cuaca yang buruk
5. Kurangnya kesadaran pemerintah daerah dna masyarakat untuk melakukan perawatan jalan.
3.2 Saran
1. Untuk meminimalisir masalah kerusakan jalan yang terjadi, maka rancangan pemeliharaannya perlu
dilakukan survey yang lebih akurat dengan melibatkan sejumlah instansi terkait.
2. Agar kerusakan yang terjadi pada ruas jalan tidak menjadi lebih parah, maka perlu segera dilakukan
tindakan perbaikan pada bagian-bagian yang rusak, sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang lebih
parah.
3. Pekerjaan jalan harus menggunakan spesifikasi yang ditetapkan.
4. Perlunya pengawasan yang objektif tanpa adanya KKN oleh dinas atau instansi terkait agar kualitas
jalan menjadi lebih bermutu.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.slideshare.net/mobile/hycalfarist/materi-perkerasan-jalan
2. https://www.slideshare.net/mobile/AristoAmir/tugas-besar-geometrik-jalan-raya
3. https://www.academia.edu/28393024/Laporan_Selesai_Geometrik_Jalan_docx
4. https://123dok.com/document/qvrw2gry-rps-praktikum-perancangan-geometrik-jalan.html
5. https://www.coursehero.com/file/16535478/MAKALAH/
6. Bab II (2).pdf
7. http://coretannduwir.blogspot.com/2016/05/makalah-perkerasan-jalan.html?m=1