Anda di halaman 1dari 17

INOVASI PENGGANTI BETON YANG RAMAH LINGKUNGAN

Disusun Oleh :

LIVENLY FUSEN NIM : 15.10.21.1792

AFRIDHA RENDY NIM : 17.10.21.2029

RAMDANI KADARUSMAN NIM : 18.10.21.2125

Dosen :

IR. ARIF PARABI, MT

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PANCA BHAKTI

PONTIANAK

2020
DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI...................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2

1.1 Tujuan..................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................3

2.1 Pengertian Ramah Lingkungan...........................................................3

2.2 Pengertian Bangunan...........................................................................4

2.3 Definisi Beton......................................................................................10

BAB III METODE PENULISAN...................................................................13

3.1 Sumber dan Jenis Data.......................................................................13

3.2 Pengumpulan Data.............................................................................13

3.3 Anilisis Data.......................................................................................13

3.4 Penarikan Kesimpulan.......................................................................14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................15

BAB V PENUTUP..........................................................................................24

5.1 Kesimpulan........................................................................................24

5.2 Saran..................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................25

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton adalah material bangunan yang paling dibutuhkan untuk

membangun sebuah bangunan. Bangunan di Indonesia rata-rata menggunakan

beton sebagai fondasi bangunan yang kuat. Bahan abu-abu ini memang sangat

berguna untuk menyatukan kota. Mulai dari rumah, gedung, apartemen hingga

trotoar. Bahkan adapula yang sepenuhnya menggunakan beton seperti bangunan

Rooftop. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang

terdiri dari agregrat mineral biasanya kerikil atau pasir,semen dan air. Pada lokasi

tertentu, beton yang bahan bakunya semen mudah bereaksi dengan suatu larutan

kimia.

Hal ini menyebabkan efek buruk pada lingkungan. Bahan-bahan dasar

beton jika dipanaskan dapat mengeluarkan berton-ton gas emisi karbon dioksida

dan menyebabkan efek rumah kaca. Proses pengumpulan batu kerikil atau pasir

juga merusak sumber daya alam yang semakin menipis. Karena dampak buruk

inilah kami ingin memaparkan ide untuk mengganti beton dengan pengganti yang

lebih hijau dan alami sehingga menjadi material bangunan yang ramah

lingkungan. Kami mengharapkan agar para kontraktor atau pembangun di

Indonesia dapat membangun dengan bahan yang alami dan juga ramah

lingkungan. Kami juga berharap agar seluruh warga Indonesia sadar akan

pengganti beton yang lebih alami, agar tidak terpaku terus dengan beton. Karena

i
pada dasarnya, lingkungan perlu di lestarikan dengan menyeimbangkan

kandungan alami dan buatan manusia.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa itu ramah lingkungan ?

b. Apa itu bangunan ?

c. Apa itu beton ?

d. Apa saja bahan bangunan pengganti beton yang ramah lingkungan ?

e. Bagaimana inovasi material alami tersebut dapat menggantikan beton?

1.3 Tujuan

 Memberi solusi untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat

penggunaan beton.

 Untuk keperluan lomba karya ilmiah.

 Menghimpun ide dan gagasan tentang inovasi material bangunan ramah

lingkungan.

 Sebagai sumber informasi yang bermanfaat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ramah Lingkungan

Ramah lingkungan, atau populer dengan sebutan go-green menurut para

ahli adalah istilah keberlanjutan dan pemasaran yang mengacu pada barang dan

i
jasa, hukum, pedoman dan kebijakan yang mengklaim berkurangnya, minimalnya

bahaya, bahkan tidak membahayakan ekosistem atau lingkungan (Webster,

2005). Perusahaan menggunakan istilah ambigu ini untuk mempromosikan barang

dan jasanya, terkadang dengan sertifikasi tambahan dan spesifik, seperti ecolabel.

Penggunaan berlebihan yang mereka lakukan dapat disebut sebagai greenwashing

(Motavalli – Jim, 2011).

Organisasi Internasional untuk Standardisasi telah mengembangkan ISO

14020 dan ISO 14024 untuk menetapkan prinsip dan prosedur untuk pelabelan

dan deklarasi lingkungan yang harus diikuti oleh lembaga sertifikasi dan eko-

labeller. Secara khusus, standar ini berhubungan dengan penghindaran konflik

kepentingan keuangan, penggunaan metode ilmiah yang masuk akal dan prosedur

pengujian yang dapat diterima, dan keterbukaan serta transparansi dalam

penetapan standar (Green Seal, 2009). Sistem ramah lingkungan atau go green

dapat diaplikasikan ke segala bidang. Manusia sebagai makhluk hidup memiliki

beberapa kebutuhan hidup antar lain kebutuhan sandang,pangan,papan.

2.2 Pengertian Bangunan

Bangunan adalah struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan

atap yang didirikan secara permanen di suatu tempat. Bangunan juga biasa disebut

dengan rumah dan gedung, yaitu segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam

kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya. Bangunan

memiliki beragam bentuk, ukuran, dan fungsi, serta telah mengalami penyesuaian

i
sepanjang sejarah yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti bahan bangunan,

kondisi cuaca, harga, kondisi tanah, dan alasan estetika.

Bangunan mempunyai beberapa fungsi bagi kehidupan manusia, terutama

sebagai tempat berlindung dari cuaca, keamanan, tempat tinggal, privasi, tempat

menyimpan barang, dan tempat bekerja. Suatu bangunan tidak bisa lepas dari

kehidupan manusia khususnya sebagai sarana pemberi rasa aman, dan nyaman.

Contoh bangunan yang paling sering kita lihat yaitu jembatan beserta

konstruksi dan rancangannya, jalan, serta sarana telekomunikasi. Secara umum,

peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari teknik-teknik bangunan maupun sarana,

dan prasarana yang dibuat maupun ditinggalkan oleh warisan manusia dalam

perjalanan sejarahnya.

2.3 Definisi Beton

Beton merupakan bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi

dan pengikat semen. Bentuk paling umum adalah semen portland yang terdiri dari

bahan kerikil dan pasir, semen dan air. Beton di gunakan untuk membuat

perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan penyebrangan,

truktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau tembok

blok. Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang

terbuat dari kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari

beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral

(biasanya kerikil dan pasir), semendan air. Biasanya dipercayai bahwa beton

mengering setelah pencampuran dan peletakan. Sebenarnya, beton tidak menjadi

i
padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya

bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk

membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan

penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam

bata atau tembok blok. Nama lama untuk beton adalah batu cair.

Penggunaan beton secara masif diawali pada permulaan abad 19 dan

merupakan awal era beton bertulang. Pada tahun 1801, F.Coignet menerbitkan

tulisannya mengenai prinsip-prinsip konstruksi dengan meninjau kelembaban

bahan beton terhadap taruknya. Pada tahun 1850, J.L. Lambot untuk pertama

kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk dipamerkan dalam Expo

tahun 1855 di Paris. J.Moiner, seorang ahli taman dari Prancis mematenkan

rangka metal sebagai tulangan beton untuk mengatasi taruknya yang digunakan

untuk tanamannya. Pada tahun 1886, Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori

dan perancangan struktur beton. C.A.P Turner mengembangkan pelat slab tanpa

balok tahun 1906.

Kelebihan beton adalah dapat mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan

konstruksi. Selain itu pula beton juga memiliki kekuatan mumpuni, tahan terhadap

temperatur yang tinggi dan biaya pemeliharaan yang murah. Sedang

kekurangannya adalah bentuk yang telah dibuat sulit diubah tanpa kerusakan.

Pada struktur beton, jika ingin dilakukan penghancuran maka akan mahal karena

tidak dapat dipakai lagi. Beda dengan struktur baja yang tetap bernilai. Berat,

dibandingkan dengan kekuatannya dan daya pantul yang besar. (Mulyono Tri,

2004).

i
Beton memiliki kuat tekan yang tinggi namun lemah dalam tariknya. Jika

struktur itu langsung jika tidak diberi perkuatan yang cukup akan mudah gagal.

Menurut perkiraan kasar, nilai kuat tariknya sekitar 9%-5% kuat tekannya. Maka

dari itu perkuatan sangat diperlukan dalam struktur beton. Perkuatan yang umum

adalah dengan menggunakan tulang baja yang jika dipadukan sering disebut

dengan beton bertulang.

Bahan bangunan adalah setiap bahan yang digunakan untuk tujuan

konstruksi. Banyak bahan alami, seperti tanah liat, pasir, kayu dan batu, bahkan

ranting dan daun telah digunakan untuk membangun bangunan. Selain dari bahan

alami, produk buatan banyak digunakan, dan beberapa lagi kurang sintetik.

Industri pembuatan bahan bangunan didirikan di banyak negara dan penggunaan

bahan-bahan tersebut biasanya dibagi ke dalam perdagangan khusus tertentu,

seperti pertukangan, pipa, atap dan pekerjaan isolasi. Acuan ini berhubungan

dengan tempat tinggal manusia dan struktur termasuk rumah.

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Sumber dan Jenis Data

Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan karya tulis ini

berasal dari berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan

i
permasalahan yang dibahas. Beberapa jenis referensi utama yang digunakan

adalah dan artikel ilmiah yang bersumber dari internet. Jenis data yang

diperoleh variatif, bersifat kualitatif.

3.2 Pengumpulan Data

Metode penulisan bersifat studi pustaka. Informasi didapatkan dari

berbagai literatur dan disusun berdasarkan hasil studi dari informasi

yangdiperoleh. Penulisan diupayakan saling terkait antar satu sama lain dan

sesuai dengan topik yang dibahas.

3.3 Analisis Data

Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik kajian.

Kemudian dilakukan penyusunan karya tulis berdasarkan data yang telah

dipersiapkan secara logis dan sistematis. Teknik analisis data bersifat deskriptif

argumentatif.

3.4 Penarikan Kesimpulan

Simpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah,

tujuan penulisan, serta pembahasan. Simpulan yang ditarik mempresentasikan

pokok bahasan karya tulis, serta didukung dengan saran praktis sebagai

rekomendasi selanjutnya.

i
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka yang telah kami peroleh, bahan inovasi

material pengganti beton yang paling ramah lingkungan adalah beton yang

divariasikan dari batu bata yang terbuat dari jamur Miselumyang telah dibiarkan

tumbuh pada bahan bahan organic seperti batang jerami dan bambu kemudian

dibiarkan mengering. Namun, tidak banyak orang tahu tentang fakta dibalik

beton. Produksi bahan-bahan pembentuk beton menghasilkan berton-ton gas

rumah kaca berupa karbondioksida (CO2) ke atmosfer setiap tahunnya. Polusi

tersebut memicu proses perubahan iklim yang kita rasakan sekarang.

Untuk mengatasi kebutuhan pengganti bahan beton tersebut, berikut ini 6

inovasi material bangunan sebagai sebuah alternatif beton dan menurunkan efek

buruknya terhadap lingkungan.

1. Batang Jerami

Bangunan yang terbuat dari tumpukan batang jerami mengingatkan pada

zaman dimana rumah-rumah dibangun menggunakan material yang alami dan

diproduksi lokal. Batang jerami yang digunakan untuk menggantikan dinding

bata, kayu atau gipsum ternyata dapat menghasilkan insulasi yang sangat baik bila

disusun dengan baik. Tidak hanya murah namun juga berkelanjutan karena jerami

tumbuh sangat cepat di alam. Salah satu alternatif yang akan digunakan untuk

mengatasi masalah diatas adalah dengan batako tidak berlubang, dengan bahan

tambah jerami padi (batang padi setelah pasca panen). Dengan optimalisasi

15
16

pemanfaatan limbah pertanian yang berupa jerami padi ini diharapkan akan

mengurangi limbah yang mencemari lingkungan dan dapat mengurangi kerusakan

lahan pertanian yang dibutuhkan masyarakat sebagai tempat menanam padi.

Pertanaman padi tidak hanya menghasilkan padi (gabah) tetapi juga

jerami. Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar

jumlahnya dan belum sepenuhnya dimanfaatkan. Produksi jerami padi bervariasi

yaitu dapat mencapai 12-15 ton setiap hektar pada masa panen, atau 4-5 ton bahan

kering tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan. Bila

produksi padi dilakukan tiga kali setiap tahun, berarti jumlah gabah maupun

jerami yang dihasilkan menjadi tiga kali lipat dari semula dan tentu sangat

bermanfaat.

Ketersediaan jerami sebanyak ini biasanya digunakan untuk pakan ternak

seperti sapi atau kerbau. Di beberapa daerah di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan

Jawa Timur, para petani memanfaatkan jerami untuk pakan ternak, seperti sapi

potong, sapi perah, maupun kerbau. Jerami padi juga diolah untuk pupuk

fermentasi, tetapi hal ini jarang sekali dilakukan di jaman modern ini. Biasanya

tumpukan padi yang melimpah jumlahnya oleh para petani hanya dibakar saja,

karena mengingat lokasi persawahan harus segera dipersiapkan untuk segera

diolah kembali.

Jerami juga merupakan salah satu tanaman yang mengandung serat dan

telah digunakan produksi pulp dan kertas. Begitu juga pemanfaatan jerami sebagai

bahan bangunan, semisal digunakan sebagai bahan penutup atap pada tempat

peristirahatan atau cottage. Pemanfaatan jerami sebagai bahan bangunan dapat


17

mengurangi dua pertiga jumlah batu bata yang dipakai dalam membangun dinding

eksterior. Hal tersebut dibuktikan dengan pemanfataan jerami didaerah yang

beriklim dingin (timur laut-cina), tumpukan jerami dipakai sebagai bahan dinding

eksterior bangunan. Tumpukan jerami ini kemudian diplester kedua sisi.

Menghasilkan dinding setebal 45-60 cm yang kelihatannya mirip dengan dinding

bata jemuran (adobe) atau batu, dengan demikian pemanfaatan jerami padi akan

mengurangi polusi dan pemakaian tanah liat yang langka. Rumah-rumah yang

dibangun dengan program tersebut sejauh ini mampu bertahan terhadap gempa

karena dinding jerami yang ringan dan lentur ini mampu menyerap goncangan

gempa (alambina-construction intelligence, htm, 2005).

Untuk menambah kekakuan pada cetakan jerami yang digunakan sebagai

bahan tambah batako tidak berlubang, dapat ditambah dengan lem kayu yang

banyak terdapat di toko-toko bangunan atau lem buatan yang dapat dibuat sendiri,

seperti lem yang dibuat dari tepung tapioka atau pati kanji. Penggunaan lem kayu

yang digunakan untuk menambah kekakuan jerami padi sehingga diharapkan

dapat menambah kuat tekan pada pembuatan batako tidak berlubang.

Alasan lain penggunaan bahan jerami untuk bahan campuran beton ringan adalah

menciptakan bangunan yang ramah lingkungan (Eco-Architecture) dengan

sentuhan teknologi baru. Dibandingkan dengan batako biasa, batako dengan

penambahan jerami padi ini dimungkinkan mempunyai berat yang lebih ringan,

sehingga dapat digunakan pada daerah rawan gempa.

2. Beton Rumput
18

Bahan ini biasanya digunakan di jalur pejalan kaki namun memiliki

lubang-lubang yang cukup untuk rumput tumbuh di sela-selanya. Bahan ini

mengurangi pemakaian beton dan juga bisa menjadi jalan masuknya air hujan ke

dalam tanah. Menggunakan perkerasan (beton) sebagai penutup tanah terkesan

lebih praktis dan mudah dibersihkan. Namun, memakai perkerasan memiliki

kelemahan menghambat air meresap ke dalam tanah.

Sementara itu, memanfaatkan rumput untuk menutup tanah dapat

menyerap air, menghadirkan sentuhan alami, serta memasok oksigen sehingga

ramah lingkungan. Namun demikian, rumput membutuhkan perawatan khusus.

Rumput juga mudah rusak dan kemudian apabila kerap terinjak-injak.

Kini, dengan memadukan keduanya, kelemahan perkerasan dan rumput

bisa diatasi. Rumput lebih awet karena ada perkerasan, sementara air bisa dengan

mudah terserap masuk ke dalam tanah dan permukaan tanah tetap keras karena

perkerasan beton.

3. Bambu

Bambu merupakan bahan bangunan yang sudah digunakan di beberapa

negara selama ribuan tahun. Hal yang paling menjanjikan dari bahan ini adalah

kombinasi antara kekuatannya dalam menghadapi tekanan, berbobot ringan, dan

sangat cepat tumbuh di alam. Digunakan sebagai rangka bangunan dan untuk

bangunan sederhana, bambu bisa menggantikan bahan yang diimpor dan mahal,

terutama di daerah pedalaman, bangunan pasca bencana dan untuk daerah yang

berpendapatan rendah namun memiliki akses luas terhadap tanaman bambunya.


19

Bentuknya yang tidak padat alias memiliki rongga di dalamnya otomatis

membuat bambu memiliki bobot yang lebih ringan daripada material-material

yang lain. Hal ini memungkinkan distribusinya bisa dikerjakan lebih mudah, pun

demikian dengan pemasangannya. Bambu juga gampang dibentuk sesuai

keinginan penggunanya.

Bambu adalah bahan bangunan yang memiliki tingkat elastisitas yang

tinggi. Material ini bisa mempertahankan kedudukannya dengan baik. Hal ini pula

yang menjadikan bambu sebagai material terbaik untuk bangunan yang berdiri di

daerah-daerah rawan gempa. Kalaupun bangun rubuh, bobot bambu yang ringan

tidak begitu membahayakan penghuni bangunan tersebut. Salah satu alasan

kenapa bambu termasuk bahan yang ramah lingkungan yaitu bambu mudah sekali

hidup di suatu tempat. Tingkat pertumbuhannya pun tergolong yang paling cepat

di dunia. Bambu yang layak digunakan biasanya berusia antara 3-5 tahun.

Bambu mempunyai tingkat kuat tarik yang setara dengan baja berkualitas

sedang pada berat jenis yang sama. Bahkan bambu yang sudah diawetkan terlebih

dahulu diklaim sangat kokoh untuk dijadikan kolom bangunanbertingkat. Perlu

diketahui, kabar hebatnya bambu dalam menopang bangunan sudah lama tersiar

di masyarakat Indonesia terbukti dari banyaknya bangunan-bangunan kuno yang

menggunakan bambu sebagai penopangnya. Bagi pecinta desain natural alami,

bambu adalah opsi yang terbaik. Bagaimana tidak karena kesan alami yang dapat

ditimbulkan dari material ini begitu kuat. Untuk dekorasi, bambu biasanya

dihadirkan dalam bentuk perabotan, hiasan dinding, aksesoris, dan lantai.


20

Karena langsung dari alam dan bukan buatan pabrik, karakteristik bambu

tidak pernah sama. Diameter yang berbeda-beda memerlukan ketelitian dalam

proses seleksi bambu tahap awal. Coba perhatikan, jarak ruas di bambu pun tidak

pernah sama dari bagian ujung sampai pangkal. Hal ini menyebabkan kesulitan

tersendiri dalam memadukan bambu-bambu secara harmonis. Kendati tergolong

material yang kuat, bambu memiliki kelemahan pada detail sambungannya.

Sambungan antar-bambu yang membentuk struktur mempunyai tingkat kesulitan

yang rumit. Sehingga diperlukan penguasaan bambu yang mendalam sebelum

dapat menggunakannya dengan baik. Rayap juga dikenal suka sekali

menggerogoti bambu. Jika sudah diserang, tentu kekuatan bambu akan berkurang

drastis dan cepat rusak. Solusi mengatasi kejadian buruk ini adalah dengan

mengoleskan cairan anti-rayap di permukaan bambu secara berkala.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Jadi, penggunaan beton sebagai bahan bangunan dapat kita ganti dengan

bahan-bahan yang ramah lingkungan serta berada di dekat kita. Dan bahan-bahan

ini pun bersifat ramah lingkungan tanpa merugikan alam, contohnya penggantian

beton dengan Miselum. Dimana Miselum ini terbuat dari hifa jamur yang

dikeringkan. Begitu pula dengan beton dari jerami, dimana jerami ini
21

memberikan keuntungan bagi kita, karena bahan jerami yang ringan dan juga

dapat menyerap getaran, sangat cocok bagi wilayah yang rawan gempa.

5.2 Saran

Sebaiknya inovasi material pengganti beton yang ramah lingkungan sudah

seharusnya diterapkan dalam ruang lingkup yang luas. Misal, pembangunan

rumah susun dengan dinding yang terbuat dari jerami, atau memanfaatkan bahan-

bahan yang hasilnya dua kali lipad dari beton biasa (bersifat sustainable). Karena

semakin kreatif suatu inovasi dapat diimplementasikan secara menyeluruh. Semua

orang pasti akan tertarik untuk mengikutinya. Jangan sampai bahan pengganti

beton yang ramah lingkungan ini menjadi susah didapat dan mahal bagi

masyarakat Indonesia. Ditambah lagi dengan kelebihan-kelebihan yang pengganti

beton yang sangat menguntungkan bagi kehidupan manusia, misalnya ramah

lingkunga, biaya murah dan bahan dapat ditemukan dengan mudah di alam.

DAFTAR PUSTAKA

"nature-friendly". Webster's New Millennium Dictionary of English, Preview

Edition (v 0.9.7). Lexico Publishing Group, LLC.

Motavalli, Jim (2011-02-12). "A History of Greenwashing: How Dirty Towels

Impacted the Green Movement". AOL.

"Grønvaskere invaderer børsen" [Greenwashers invade the

market]. EPN.dk (dalam Danish). Jyllands-Posten. 2008-06-21.


22

Greenwashing Fact Sheet. March 22, 2001. Retrieved November 14, 2009.

from corpwatch.org

"international standards for eco-labeling". Green Seal.

"Welcome to the European Union Eco-label Homepage". EUROPA.

"Minutes" (PDF). EUEB Coordination and Cooperation Management Group.

"Environmental Labels Type I". Ricoh.

"Environmental Claims". Federal Trade Commission. 2008

"Labels -environmentally friendly". ecolabels.

Mulyono, Tri. 2004. Teknologi Beton. Jakarta:Penerbit Andi.

Brook, K.M. dan Murdock, L.J. 1979. Bahan dan Praktik Beton. Jakarta:Penerbit

Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai