Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KIMIA ANORGANIK FISIK

KERAMIK DAN PROSES PEMBUATANNYA

Nama

: Citra Purnama Sitta

NIM

:06121010019

Dosen

: Drs. M. Hadeli, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015

KERAMIK DAN PROSES PEMBUATANNYA

Sumber Gambar : https://mazgun.wordpress.com/2008/09/26/proses-pembuatan-keramik/

1. Definisi
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani,keramikos, yang artinya suatu
bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan
ensiclopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi
untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar seperti gerabah, genteng, porselin,
dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi
pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang
berbentuk padat.
2. Bahan atau komposisi keramik
Komposisi keramik pada umumnya terdiri dari 4 : Tanah Liat (clay), Kwarsa
(flint), feldsfar, dan serbuk kaca (cullet).

Clay/tanah liat mengandung hidrated aluminum silica (Al2O3.2SiO2.2H2O)


Tanah liat sebagai bahan pokok untuk pembuatan keramik, merupakan salah satu

bahan yang kegunaannya sangat menguntungkan bagi manusia karena bahannya


yang mudah didapat dan pemakaian hasilnya yang sangat luas. Kira-kira 70% atau
80% dari kulit bumi terdiri dari batuan merupakan sumber tanah liat. Tanah liat
banyak ditemukan di areal pertanian terutama persawahan. Dilihat dari sudut ilmu
kimia, tanah liat termasuk hidrosilikat alumina dan dalam keadaan murni

mempunyai rumus: Al2O3.2SiO2.2H2O

dengan perbandingan berat dari unsur-

unsurnya: Oksida Silinium (SiO2) 47%, Oksida Aluminium (Al2O3) 39%, dan Air
(H2O) 14% (Gatot, 2003 dalam Abdullah, 2005).
Bentuknya seperti lempengan kecil-kecil hampir berbentuk segi enam dengan
permukaan yang datar. Bentuk kristal; seperti ini menyebabkan tanah liat bila
dicampur dengan air mempunyai sifat liat (plastis), mudah dibentuk karena kristalkristal ini meluncur di atas satu dengan yang lain denga air sebagai pelumasnya
(Astuti, 1997 dalam Trisnawanti, 2008).
Mineral liat terbentuk dari hasil hancuran iklim terhadap mineral primer atau
batuan yang mengandung mineral feldspar, mika, piroksin dan eamfibol. Pada
dasarnya mineral liat dapat dibedakan atas 2 kelompok senyawa, yaitu liat silikat
dan liat bukan silikat. Liat silikat kemudian dibedakan pila dalam 3 tipe yaitu : tipe
1:1, 2:1, dan tipe 2:2. Tipe dalam hal ini menunjukkan perbandingan antara Sitetraeder dengan Al-oktaeder. Dengan mengetahui tipe mineral liat juga dapat
ditentukan tingkat hancuran suatu tanah. Tanah yang mengandung liat 1:1
menunjukkan suatu tanah yang lebih tua daripada tanah berliat tipe 2:1. Karena Si
telah habis tercuci. Disamping liat silikat amorfus, yaitu alofan. Liat bukan silikat
merupakan kelompok senyawa hidrus oksida besi dan aluminum. Nama hidrus
oksida mencerminkan asosiasi antara molekul air dan oksida (Hakim, 1986).
Tanah liat memiliki sifat-sifat yang khas yaitu bila dalam keadaan basah
mempunyai sifat plastis tetapi bila dalam keadaan kering akan menjadi keras,
sedangkan bila dibakar akan menjadi padat dan kuat. Pada umumnya, masyarakat
memanfaatkan tanah liat (lempung) sebagai bahan baku pembuatan bata dan
gerabah.
Dari penjelasan mengenai tanah liat diatas, dapat disimpulkan :
Fungsi tanah liat
: mempermudah proses pembentukan keramik
Sifat dan keadaan bahan
:
- berbutir kasar
- rapuh
- dalam keadaan basah mempunyai sifat plastis tetapi bila dalam keadaan

kering akan menjadi keras


bila dibakar akan menjadi padat dan kuat
sangat tahan api.

Kwarsa (flint), Kwarsa merupakan bentuk lain dari batuan silica (SiO2)
Tujuan pemakaian kwarsa ini ialah:
- Mengurangi susut kering, jadi mengurangi retak-retak dalam pengeringan.
- Mengurangi susut waktu dibakar dan mempertinggi kwalitas.

- Merupakan rangka selama pembakaran.


Sifat-sifat dan keadaan bahan :
- Memiki ukuran partikel yang halus .
- Sifat plastis yang tinggi .
- Memiliki kekuatan kering yang tinggi
- Penyusutan pada saat pengeringan dan pembakaran tinggi.
- Warna setelah pembakaran abu-abu muda karena unsur besinya lebih tinggi

dibanding kaolin.
titik lebur tinggi sekitar 1728C

Feldspar
Feldspar adalah suatu kelompok mineral yang berasal dari batu karang yang

ditumbuk dan dapat memberikan sampai 25 % flux (pelebur) pada badan keramik.
Bila keramik dibakar, feldspar akan meleleh (melebur) dan membentuk leburan
gelas yang menyebabkan partikel tanah dan bahan lainnya melekat satu sama lain.
Pada saat membeku, bahan ini memberikan kekuatan pada badan keramik. Feldspar
tidak larut dalam air, mengandung alumina, silika dan flux yang digunakan untuk
membuat gelasir suhu tinggi.
Feldspar pada saat ini nerupakan group mineral dengan jumlah mineral yang
paling besar di kerak bumi, membentuk sekitar 60% batuan terrestrial (Indiani,
2009). Kebanyakan feldspar yang tersedia berupa sodium feldspar, potassium
feldspar dan feldspar campuran. Feldspar kebanyakan digunakan pada aplikasiaplikasi industri yang membutuhkan kandungan feldspar yang berupa alumina dan
alkali.
Rumus kimia feldspar secara umum adalah XAl(Al,Si)Si2O8 dengan X adalah
potassium, sodium, kalsium atau barium. Secara khusus rumus kimia feldspar dapat
dilihat pada Tabel 1.
Jenis Feldspar
Albite
Anorthite
Orthoclase
Celsian

Rumus Kimia
Na(Si,Al)O
Ca(Si,Al)O
K(Si,Al)O
Ba(Si,Al)O

Table 2.1. Jenis-jenis feldspar

Serbuk Kaca/Cullet

Cullet adalah serbuk kaca yang sangat kecil. Kaca biasanya dihasilkan dari
campuran silicon atau bahan dioksida (SiO2) yang merupakan benda amorf,
dibentuk melalui prosesan pemadatan dari peleburan tanpa kristalisasi. Kaca
kadang-kadang dianggap sebagai cairan kental (viskos) kareana bukan kristalin atau
amorf. Akan tetapi hanya beberapa cairan yang dapat membentuk kaca. Pada suhu
tinggi, kaca merupakan cairan sejati, dan pada fase cair ini struktur dari bahan-bahan
anorganik belum beraturan dan atom-atomnya selalu bergerak terus-menerus.
3. Proses pembuatan keramik
Tahapan proses pembuatan keramik dibagi menjadi lima tahapan yaitu :
Pengolahan Bahan
Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah bahan baku dari
berbagai material yang belum siap pakai menjadi badan keramik plastis yang
telah siap pakai. Pengolahan bahan dapat dilakukan dengan metode basah
maupun kering, dengan cara manual ataupun masinal. Didalam pengolahan
bahan ini ada proses-proses tertentu yang harus dilakukan antara lain
pengurangan ukuran butir, penyaringan, pencampuran, pengadukan (mixing),
dan pengurangan kadar air. Pengurangan ukuran butir dapat dilakukan dengan
penumbukan atau penggilingan dengan ballmill. Penyaringan dimaksudkan
untuk memisahkan material dengan ukuran yang tidak seragam. Ukuran butir
biasanya menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim digunakan adalah 60
100 mesh.
Pembentukan
Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan badan tanah liat
plastis menjadi benda-benda yang dikehendaki.
Teknik yang umum digunakan dalam proses pembentukan keramik yaitu :
Teknik coil
Merupakan teknik pembuatan keramik dengan cara membuat pilinan
kecil seperti cacing.

Gambar 2 Teknik Coil


Sumber gambar : https://www.academia.edu/6873805/PEMBUATAN_KERAMIK

Teknik tatap batu / pijar jari (pinch)


Cara pembuatan keramik dengan membuat bulatan tanah liat yang dipijit
dari tengah.
Teknik lempengan (slab)
Pembuatan keramik dengan cara membuat lempengan dari tanah liat.
Cara pembentukan dengan tangan langsung seperti coil, lempengan atau pijat
jari merupakan teknik pembentukan keramik tradisional yang bebas untuk
membuat bentuk-bentuk yang diinginkan. Bentuknya tidak selalu simetris.
Teknik ini sering dipakai oleh seniman atau para penggemar keramik.
Teknik putar
Teknik pembuatan keramik dengan menggunakan alat putar. Teknik
pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang
simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar
ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin
keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau
alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan
menghasilkan bentuk- bentuk yang sama seperti gentong, guci dll.

Gambar 3 Teknik Putar


Sumber gambar : https://www.academia.edu/6873805/PEMBUATAN_KERAMIK

Teknik cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan
jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang
sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk
cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi
tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal,
seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll
Pengeringan
Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang
terikat pada badan keramik. Ketika badan keramik plastis dikeringkan akan
terjadi 3 proses penting: (1) Air pada lapisan antarpartikel lempung mendifusi ke
permukaan, menguap, sampai akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan
penyusutan berhenti; (2) Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut; dan (3) air
yang terserap pada permukaan partikel hilang.
Pembakaran
Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik dimana proses ini
mengubah massa yang rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat.
Pembakaran dilakukan dalam sebuah tungku/furnace suhu tinggi. Ada beberapa
parameter yang mempengaruhi hasil pembakaran: suhu sintering/matang,

atmosfer tungku dan tentu saja mineral yang terlibat (Magetti, 1982). Selama
pembakaran, badan keramik mengalami beberapa reaksi-reaksi penting,
hilang/muncul fase-fase mineral, dan hilang berat (weight loss).
Proses yang terjadi pada keramik selama pembakaran terdiri dari beberapa
tahap, yaitu :
1) Tahap penguapan air mekanis sisa pengeringan. Jumlah air yang terkandung di
dalam bahan mentah keramik setelah pengeringan 3 10 %. Pada tahap awal
pembakaran, perlu dilakukan pengeringan air bebas ini. Pada tahap ini, pembakaran
dilakukan secara perlahan-lahan dengan suhu relatif rendah ( 40 150C ) untuk
menghindari penguapan secara mendadak yang menyebabkan benda retak.
Kenaikan suhu pembakaran biasanya diatur antara 5 atau 10C/jam.
2) Tahap Penguapan air mineral. Pada umumnya air yang terkandung di dalam masa
lempung tidak lepas pada suhu di bawah 200C dan umumnya lepas pada suhu di
atas 500C 700C. Pada tahap ini, benda keramik menjadi lebih berpori dan
kurang kuat.
3) Tahap Pembakaran Cepat. Pada tahap ini dimaksudkan agar terjadi sedikit peleburan
pada dinding partikel lempung sehingga partikel satu dengan yg lainnya melekat.
Untuk beberapa produk keramik yang memerlukan penyerapan air rendah, maka
dilakukan peleburan lebih lanjut sehingga pori-pori yang ditinggalkan air bebas
maupun air mineral menjadi tertutup.

Jenis jenis tungku pembakaran :


a. Tungku berkala (periodik).
Tungku yang digunakan untuk pembakaran secara berkala, dimana sejumlah
bahan keramik dibakar sekaligus sampai masak kemudian tungku didinginkan lagi
dan hasil bakarannya dibongkar. Demikian dilakukan berulang secara berkala.

Cara ini terlalu boros karena panas yang hilang banyak sekali, terutama panas
untuk memanasi badan tungku dan sewaktu tungku dingin kembali.
Jenis-jenis tungku berkala :
1. Tungku ladang, tungku yang biasa digunakan untuk membakar bata merah,
bersifat tidak permanen. Lamanya pembakaran dari mulai memanasi tungku
sampai tungku dingin kembali adalah 5 7 hari. Hasil bakaran pada umunya
menghasilkan rendamen rendah (60%).
2. Tungku berkala permanen. Tungku ini berbentuk ruangan permanen (berbentuk
segi empat dan lingkaran). Pada sisi bawah tungku diberi lubang-lubang
pembakaran. Hasil bakaran pada umumnya merata dan menghasilkan rendamen
antara 70 85 %.
b. Tungku Kontinu
Tungku yang bekerja secara terus menerus (tak berhenti) kecuali produksi
berhenti. Proses pembakaran berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, dan
hasilnya diambil setiap hari atau dalam jangka waktu tertentu.
Jenis tungku ini ada 2, yaitu :
1. Tungku kamar, dikenal dengan tungku Hofman. Berbentuk lorong yang
bersekat-sekat menjadi beberapa ruangan. Dengan tungku ini hasil produksi
cukup besar, dimana 1 kamar menghasilkan 3500 bata dan lebih hemat
bahan bakar. Umumnya dipakai untu produksi keramik bangunan skala besar
(bata & genteng).
2. Tungku terowongan. Berbentuk terowongan yang beratap. Pemabakaran dari

samping, masa yang dibakar berjalan melalui lorong ini dengan kereta/lori. Jenis
tungku ini termasuk modern untuk saat ini dg bahan bakar cair atau gas.
Umumnya dipakai untuk produksi keramik halus, produk-produk keramik missal
yang mutu dan harganya tinggi seperti produk sanitair.

Pengglasiran
Pengglasiran merupakan tahap yang dilakukan sebelum dilakukan
pembakaran glasir. Benda keramik biskuit dilapisi glasir dengan cara dicelup,
dituang, disemprot, atau dikuas. Untuk benda-benda kecil-sedang pelapisan
glasir dilakukan dengan cara dicelup dan dituang; untuk benda-benda yang besar
pelapisan dilakukan dengan penyemprotan. Fungsi glasir pada produk keramik
adalah untuk menambah keindahan, supaya lebih kedap air, dan menambahkan
efek-efek tertentu sesuai keinginan.

REFERENSI
Anonim. 2010. Proses Pembuatan Produk Keramik. http://www.ilmusipil.com/prosespembuatan-produk-keramik diakses tanggal 29 april 2015
Irawan,
Muhammad.
2014.
Makalah
Cara
Pembuatan

Keramik.

http://muhammadirawanandroider.blogspot.com/2014/06/makalah-carapembuatan-keramik.html diakses tanggal 29 april 2015


Kosim,
Ginan.
2011.
Pembuatan

Keramik.

https://www.academia.edu/6873805/PEMBUATAN_KERAMIK diakses tanggal


29 april 2015
Mazgun.
2008.

Proses

Pembuatan

https://mazgun.wordpress.com/2008/09/26/proses-pembuatan-keramik/
tanggal 29 april 2015

Keramik.
diakses

Yulianty,

Tanty.

2010.

Bahan

Keramik.

https://www.academia.edu/6370258/Makalah_keramik diakses tanggal 29 april


2015

Anda mungkin juga menyukai