Merupakan satu setmodel saluran terbuka dengan dinding tembus pandang yang
diletakan pada struktur rangka kaku. Dasar saluran ini dapat di ubah kemiringannya dengan
menggunakan jack hidraulik yang dapat mengatur kemiringan dasar saluran tersebut secara
akurat sesuai dengan yang kita kehendaki. Terpasangnya rel pada bagian atas saluran tersebut
memungkinkan alat ukur kedalaman dan tabung pilot dapat digeser-geser sepanjang saluran.
Saluran ini dilengkapi dengan keran tekanan udara dan pada titik-titik tertentu terdapat
lubang untuk pemasangan model bangunan air dan alat pengukur debit.
1
3. Dasar Teori
Pada umumnya tipe aliran pada saluran terbuka adalah turbulen karena kecepatan aliran
dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran terbuka disebut seragam apabila
berbagai variabel aliran seperti kedalaman, tampang basah, kecepatan dan debit pada setiap
tampang di sepajang aliran adalah konstan. Pada aliran seragam, garis energi, garis muka air, dan
dasar saluran adalah sejajar sehingga kemiringan ketiga garis tersebut adalah sama. Kedalaman
air pada aliran seragam disebut dengan kedalaman normal.
Aliran tersebut tidak seragam atau berubah apabila variabel aliran seperti kedalaman
tampang basah, kecepatan di sepanjang saluran tidak konstan. Apabila perubahan aliran terjadi
pada jarak yang panjang, maka disebut aliran berubah beraturan. Sebaliknya pabila terjadi pada
jarak yang pendek maka disebut aliran berubah cepat.
Aliran disebut permanen apabila variabel aliran di suatu titik seperti kedalaman dan
kecepatan tidak berubah terhadap waktu.Apabila berubah terhadap waktu maka disebut aliran
tidak permanen.
Zat cair yang mengalir melalui saluran terbuka akan menimbulkan tegangan geser pada
dinding saluran. Tahanan ini akan diimbangi oleh komponen gaya berat yang bekerja pada zat
cair dalam arah aliran. Di dalam aliran seragam, komponen gaya berat dalam arah aliran adalah
seimbang dengan tahanan geser. Tahanan geser ini tergantung pada kecepatan aliran.
Berdasarkan keseimbangan gaya-gaya yang terjadi dapat diturunkan rumus Chezy
sebagai berikut:
V=C √ RI .....(1.1)
C : koefisien Chezy
R : radius hidraulik
2
4. Prosedur dan Percobaan
a. Alirkan air dalam saluran dengan menjalankan pompa
b. Apabila dasar saluran dimiringkan, catatlah kemiringannya sebagai is
c. Ukurlah kedalaman di dua titik yang telah ditentukan jaraknya(L), 1 di bagian hulu,
yang lain dihilir sebagai h1 dan h2
d. Ukur debit aliran kemudian ukur kecepatan air di kedua titik sebagai v1 dan v2
e. Ukurlah kemiringan muka air yang terjadi yaitu: iw=is+(h1-h2) / L
f. Amati keadaan aliran yang terjadi
g. Dari hasil pengukuran tersebut hitung Chezy nya
h. Gambarkan sketsa saluran dan letak titik pengukuran.
5. Hasil Pengamatan
a. Saluran licin
Kemiringan saluran : 0.0007 m
Lebar saluran : 0.3 m
Panjang saluran :5m
Percobaan 1
V (l) Waktu, t (detik) Debit, Q (l/det) Q rata-rata
5.5 2.436
13.4 6.75 1.985 2.244
5.8 2.310
Percobaan 2
V (l) Waktu, t (detik)Debit, Q (l/det) Q rata-rata
1.86 7.204
13.4 19.5 0.687 4.661
2.2 6.091
Percobaan 3
V (l) Waktu, t (detik) Debit, Q (l/det) Q rata-rata
1.46 9.178
13.4 1.87 7.166
1.26 10.635 8.993
3
Tabel 1.4 Data Kedalaman air yang
Tabel 1.3 Data Alat yang digunakan
diperoleh
4
Gambar 1.2. Sketsa saluran dan letak titik-titik pengukuran 1
6. Kesimpulan
Dari pengamatan aliran seragam pada saluran licin adalah kita dapat
V
mencari nilai koefisien Chezy dengan rumus : C=
√ RI
Pada percobaan diatas maka didapat :
Q1 = 0.002244 m3/detik maka C = 39.515
5
BAB II
4. Hasil Pengamatan
Kemiringan saluran : 0.0025 m
Lebar saluran : 0.3 m
Panjang saluran :5m
6
Tabel 2.1 Volumetrik
DEBIT
Tim Volume(L Q
Percobaan e ) V(m3) (m3/detik) Qrata2
0.013
1.25 13.3 3 0.01064
0.013
1 0.010358
1.37 13.3 3 0.00970803
0.013
1.24 13.3 3 0.01072581
Percobaan 1
Q (m3/detik) TITIK
0.010357945 1 2 3 4 5
Kedalaman Air (h) (m) 0.14 0.1355 0.1315 0.13 0.129
Luas Tampang Basah (A)
(m2) 0.042 0.04065 0.03945 0.039 0.0387
Keliling Tampang Basah
(P) (m) 0.88 0.871 0.863 0.86 0.858
0.0477272 0.045712 0.04534 0.04510
Radius Hidraulik (R )(m) 73 0.04667 63 9 5
Radius Hidraulik (R )(m)
rata2 0.046112826
0.2466177 0.25480 0.262558 0.26558 0.26764
Kecepatan Aliran (U)(m/s) 43 8 81 8 7
Kecepatan Aliran (U)(m/s)
rata2 0.259444012
Kemiringan Muka Air (I) 0.0045 0.004 0.0015 0.001 0
Kemiringan Muka Air (I) 0.0022
7
rata2
Koef. Chezy 25.75855182
5. Kesimpulan
Dari pengamatan aliran seragam pada saluran licin dengan pembendungan adalah
V
kita dapat mencari nilai koefisien Chezy dengan rumus : C=
√ RI
Pada percobaan diatas maka didapat :
Q1 = 0.010357945 m3/s maka C = 25.75855182
8
BAB III
Model ambang tajam ini terbuat dari baja tahan karat. Debit yang lewat diatas
ambang tajam ini merupakan fungsi dari tinggi aliran di atas ambang
c. Point gauge
d. Stopwatch
e. Mistar
3. Dasar Teori
Jenis ini peluap ambang tajam merupakan salah satu kontruksi pengukur debit yang
banyak dijumpai di saluran-saluran irigasi maupun di laboraturium. Debit aliran
yang terjadi pada ambang tajam dihitung dengan menggunakan formula sebagai
berikut
Q=2/3.Cd.B√ g .h ³.....(3.1)
9
Gambar 3.2 Aliran melalui ambang tajam
Keterangan:
Q = debit aliran
P = tinggi ambang
4. Prosedur pelaksanaan
a. Pasanglah ambang tajam pada saluran terbuka
b. Alirkan air ke dalam model saluran terbuka
c. Ukurlah model yang terjadi
d. Catat harga h
e. Amati pengaliran yang terjadi
f. Ulangi percobaan untuk debit yang lain
g. Dengan menggunakan formula (3.1) tentukan besarnya koefisien debit pada
ambang tajam
h. Gambarkan profil aliran yang terjadi
i. Amati kondisi aliran pada sat terjadi aliran dengan punggung aliran berimpit
degan badan bendung
5. Hasil Pengamatan
Lebar ambang : 0.305 m
Tinggi ambang : 0.08m
10
Tabel 3.1 Volumetrik
DEBIT
Percobaan Time(detik Volume(L V(m3) Q (m3/detik) Qrata2(m3/
) ) detik)
0.013
4.5 13.3 3 0.002956
0.013
1 0.00293
4.65 13.3 3 0.00286
0.013
4.47 13.3 3 0.002975
0.013
10.22 13.3 3 0.001301
0.013
2 0.001306
10.15 13.3 3 0.00131
0.013
10.17 13.3 3 0.001308
0.013
3.97 13.3 3 0.00335
0.013
3 0.003166
4.22 13.3 3 0.003152
0.013
4.44 13.3 3 0.002995
Percobaan 1
h h(m) H3/2 b b(m) Cd
7.
6 0.076 0.020952 15.2 0.152 0.440674
Percobaan 2
h h(m) H3/2 b b(m) Cd
5.
6 0.056 0.013252 11.2 0.112 0.421565
Percobaan 3
11
h h(m) H3/2 b b(m) Cd
7.
9 0.079 0.022204 15.8 0.158 0.432152
6. Kesimpulan
Dari pengamatan aliran melalui ambang tajam adalah kita dapat mencari nilai Cd
dengan rumus : Cd = (Q.3/2) / (B.√ g .h ³)
Pada percobaan diatas maka didapat :
Saat,
Q1 = 0.00239 m3/s maka Cd = 0.440674
Q2 = 0,001306 m3/s maka Cd = 0.421565
Q3 = 0.003166 m3/s maka Cd = 0.432152
Semakin besar nilai debit maka semakin besar pula nilai koefisien Cd karena Cd
dan Q berbanding lurus.
12
BAB IV
Model ini merupakan tiruan ambang lebar di saluran irigasi. Model ini terbuat dari
glass reinforced plastic yang berbentuk prisma segi empat dengan punggung dibuat
streamline. Konstruksi ini pada umumnya banyak digunaan di lapangan untuk mengukur
debit di saluran terbuka, karena akan memberikan akurasi dan keandalan pengukuran,
disamping juga kemudahan dalam pembuatan konstruksi dan perawatannya.
c. Point gauge
d. Mistar / pita ukur
3. Dasar Teori
13
Peluap disebut ambang lebar apabila B > 0,4 h u, dengan B adalah lebar peluap dan
hu adalah tinggi peluapan.
Ambang kebar merupakan salah satu konstruksi pengukur debit. Debit aliran yang
terjadi pada ambang lebar dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
3
Q=C d B H .... (4.1 )
2
3
Q=C d C v B hu .... (4.2)
2
14
hu = tinggi muka air di atas hulu ambang
4. Prosedur Percobaan
5. Hasil Pengamatan
DEBIT
0.001
1 12.44 13.3 0.0133 069
0.003
2 4.25 13.3 0.0133 129
0.005
3 2.39 13.3 0.0133 565
15
yo(cm) yo(m) yc(cm) yc(m) Q H3/2 Cd hu3/2 Cv
16
Gambar 4.3. Profil aliran yang terjadi
6. Kesimpulan
Dari pengamatan aliran melalui ambang lebar adalah kita dapat mencari nilai Cd
3 3
dan Cv 7dengan rumus : Cd = Q / ( B H 2 ) dan Cv = Q / (Cd. B H 2 )
Semakin besar nilai debit maka semakin besar pula nilai koefisien Cd dan Cv
karena Cd dan Q berbanding lurus pada rumusnya begitu pula dengan Cv.
17
BAB V
18
3. Dasar Teori
Bendung merupakan konstruksi untuk menaikkan elevasi muka air di sungai dan
berfungsi pula sebagai sarana pengukur debit aliran. Disamping itu, bendung juga
merupakan bentuk bangunan pelimpah yang paling sederhana. Sifat-sifat aliran melalui
bendung pada awalnya dikenal sebagai dasar perncanaan pelimpah dengan mercu bulat,
yakni profil pelimpah yang ditentukan sesuai dengan bentuk permukaan tirai luapan bawah
di atas bendung mercu tajam.
Debit yang mengalir di atas bendung dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
2
√
Q= C d B 2 g ( y 0−P ) 3 ….(10.1)
3
Dengan (y0 – P) adalah jarak vertikal antara muka air di hulu bendung dengan puncak
bendung dan B adalah lebar bendung.
Aliran air yang melewati bendung akan mengalami loncatan hidraulik akibat
terjadinya pelepasan energi karena berubahnya kondisi aliran dari super kritik menjadi
aliran sub kritik. Pada umumnya loncatan hidraulik dipakai sebagai peredam energi pada
hilir bendung, saluran irigasi atau struktur hidraulik yang lain serta untuk mencegah
pengikisan struktur di bagian hilir.
y1 1
= (−1+ √ 1+ 8 F r ) ….(10.2)
2
y2 2
19
Fr1 = Bilangan Froude = V 1= √ g y 1
Adapun panjang loncat air dapat dihitung dengan rumus empiris sebagai berikut:
4. Prosedur Percobaan
a. Pasanglah model bendung pada saluran terbuka
b. Alirkan air kedalam saluran terbuka
c. Ukurlah debit yang terjadi
d. Catat harga y0
e. Dengan menggunakan formula (10.1) tentukan besarnya koefisien debit
melalui bendung
f. Gambarkan profil aliran yang terjadi
g. Amati loncatan hidraulik yang terjadi di hilir bendung, ukur y2, y1 dan L dan
tentukan kecepatan yang terjadi pada aliran di hulu loncatan hidraulik.
Bandingkan panjang loncatan hidraulik tersebut dengan formula (10.3)
h. Amati pula bagian mana yang akan mengalami gerusan yang membahayakan
i. Pasanglah lantai bendung yang lain pada bagian hilir di belakang model
bendung tersebut. Amati loncatan hidraulik yang terjadi, bandingkan dengan
kondisi sebelumnya.
5. Hasil Pengamatan
20
Tabel 5.1 Hasil pengamatan aliran melalui bending sky jump
Dik
p 0.12 m
VOLUME 0.0134 m³
B 0.288 m
WAKTU
1 2 3
8.6 4.12 1.64
9.25 3.87 1.54
8.98 2.99 1.73
8.943333 3.66 1.6367
21
Gambar 5.4. Proses pangambilan data debit
Gambar 5.2. Profil aliran menggunakan spillway section with ski jump
Tabel 5.2. Hasil pengamatan aliran melalui bendung blended reverse curvate
Percobaan 1
y1 y2
yo (m) (m) (m) Q A1 U1 L Cd Fr1
0,001
0,251 0,006 0,051 0,003283 8 1,824013 0,39 0,996791 7,518268
Percobaan 2
y1 y2
yo (m) (m) (m) Q A1 U1 L Cd Fr1
0,002 0,57
0,252 0,009 0,057 0,003762 7 1,393306 4 1,074288 4,689113
Percobaan 3
y1 y2
yo (m) (m) (m) Q A1 U1 L Cd Fr1
22
0,256
5 0,01 0,062 0,004423 0,003 1,474449 0,78 0,985459 4,707554
Gambar 5.3. Profil aliran menggunakan spillway section with blended reverse curvature
6. Kesimpulan
Dari pengamatan aliran melalui bending sky jump dan blended reverse curvate
adalah kita dapat mencari nilai koefisien debit dan nilai Froude-nya dengan rumus :
3
Q.
Cd = 2 Fr1 = √ g y1
B √ 2 g ( yo−p)
3
23
Pada aliran melewati bendung blended reverse curvate maka didapat :
Saat,
Q1 = 0,003283 m3/s maka Cd = 0,996791 , Fr1 = 7,518268
Q2 = 0,003762 m3/s maka Cd = 1,074288 , Fr1 = 4,689113
Q3 = 0,004423 m3/s maka Cd = 0,985459 , Fr1 = 4,707554
Semakin besar nilai debit maka semakin besar pula nilai Cd dan nilai Fr menurun
namun semua tergantung tinggi air di hulu bending (yo) dan tinggi bending.
24
BAB VI
3. Dasar Teori
25
karena siphon ini melewatkan udara dan air yang bercampur secara kontinu. Debit yang
mengalir melalui siphon dapat dihitung dengna formula sebagai berikut :
Dengan h adalah beda tinggi antara muka air di inlet dan outlet siphon, sedang A adalah
luas penampang siphon.
4. Prosedur Percobaan
a. Pasanglah model air regulated siphon pada saluran terbuka
b. Alirkan air kedalam saluran tersebut
c. Biarkan air naik sedikit demi sedikit hingga mencapai mulut inlet siphon
d. Biarkan air naik hingga memenuhi seluruh penampang siphon, sambil amati
karakter alirannya
e. Ukurlah debit yang terjadi
f. Catat harga h
g. Dengan menggunakan formula (6.1) tentukan besarnya koefisien debit melalui
siphon
h. Ulangi langkah-langkah di atas untuk debit aliran yang lain
i. Amati karakter aliran didalam siphon dan amati pula bagian mana yang akan
mengalami gerusan di outlet siphon
5. Hasil Pengamatan
DEBIT
0.003
1 3.99 13.3 0.0133 3
26
669
0.001
3 10.87 13.3 0.0133 224
Q H Cd
0.0033 0.0207 3.793103448
0.000669 0.0191 0.83625
0.001224 0.019 1.537688442
6. K
e si
m p
u la
n
27
Dari pengamatan aliran melalui air regulated siphon adalah kita dapat mencari
nilai Cd dengan rumus : Cd = Q / A √ 2 gh
Pada percobaan diatas maka didapat :
Saat,
Q1 = 0,0033 m3/s maka Cd = 3.793103448
Q2 = 0,000669 m3/s maka Cd = 0.83625
Q3 = 0,001224 m3/s maka Cd = 1.537688442
Semakin besar nilai debit maka semakin besar pula nilai koefisien Cd.
28
BAB VII
Merupakan tiruan pintu air yang banyak dijumpai di saluran-saluran irigasi. Model
pintu air ini terbuat dari baja tahan karat (stainless steel). Lebar pintu ini sudah disesuaikan
dengan lebar model saluran yang ada. Pintu sorong ini berfungsi untuk mengukur maupun
untuk mengukur debit aliran. Besarnya debit yang dialirkan merupakan fungsi dari
kedalaman air di hulu maupun di hilir pintu serta tinggi bukan pintu tersebut.
c. Point gauge
d. Mistar / pita ukur
29
3. Dasar teori
Pintu sorong merupakan salah satu konstruksi pengukur dan pengatur debit. Pada
pintu sorong ini prinsip konservasi energi dan momentum dapat diterapkan. Persamaan
Bernoulli hanya dapat diterapkan apabila kehilangan energi dapat diabaikan atau sudah
diketahui.
Debit aliran yang terjadi pada pintu sorong pada kondisi aliran air bebas dihitung
dengan menggunakan formula sebagai berikut :
30
yg = tinggi bukaan pintu
y0 = tinggi air di hulu pintu sorong
4. Prosedur Percobaan
5. Hasil Pengamatan
Pada praktikum pintu sorong diamati perubahan aliran air setiap ketinggian y g 1 cm, 1.5
cm, dan 2 cm dengan debit yang sama. Sehingga volumetric hanya dilakukan satu kali.
31
Selanjutnya untuk mencari kecepatan aliran menggunakan rumus
q
v=
y
Q
Dimana : q dicari dengan rumus q=
B
Q : Debit aliran (m3/dt)
B : Lebar pintu (m)
y : kedalaman (m)
Sehingga didapat ;
Q 0.0048 2
q= = =0.0154 m /dt
B 0.297
Saat debit air yang mengalir tetap, aliran dipengaruhi oleh besarnya bukaan pintu
soreong atau yg. saat tinggi bukaan pintu sorong 1 cm ketinggian yo0.304 m dan ketinggian
yo terus menurun akibat semakin besarnya bukaan pintu air. Hal ini berpengaruh pada Cd.
Perubahan ketinggian pintu air yang semakin besar membuat Cd semakin besar pula.
33
BAB VIII
3. Dasar Teori
Apabila aliran berubah dari superkritik ke aliran sub kritik, maka akan terjadi
loncat air karena terjadi pelepasan energi. Fenomena ini dapt terjadi apabila air meluncur
di bawah pintu sorong menuju ke bagian hilir yang mempunyai kedalaman yang sangat
besar.
Loncatan yang bergelombang akan terjadi pada saat perubahan kedalam yang
terjadi tidak besar. Permukaan air akan bergelombang dalam rangkaian osilasi yang lama
kelamaan berkurang menuju daerah dengan aliran subkritik.
34
Gambar 8.1. Loncat air pada pintu sorong
2 2
va vb
ΔH = y a + − y b + ….(9.1)
2g 2g
( )
2
y3− y1
ΔH = ….(9.2)
4 y1 y3
4. Prosedur Percobaan
35
V1 y3
k. Gambarkan grafik hubungan antara vs
g y1 y1
V1 y3
l. Hitung harga dan gambarkan grafik hubungan antara vs
g y1 y1
5. Hasil Pengamatan
Pada praktikum pintu sorong diamati perubahan aliran air setiap ketinggian y g 1 cm, 1.5
cm, dan 2 cm dengan debit yang sama. Sehingga volumetric hanya dilakukan satu kali.
q
v=
y
Q
Dimana : q dicari dengan rumus q=
B
Q : Debit aliran (m3/dt)
B : Lebar pintu (m)
y : kedalaman (m)
Sehingga didapat ;
Q 0.0048 2
q= = =0.0154 m /dt
B 0.297
Tabel 8.2. Hasil pengamatan loncat air pada aliran melalui pintu sorong
36
0.015 0.0624 5.21 160.28
0.02 0.0046 1.029
10
0
0.0014 0.0016 0.0018 0.002 0.0022 0.0024 0.0026 0.0028 0.003 0.0032 0.0034
V1 y3
Gambar 8.2.Grafik Hubungan antara vs
g y1 y1
10
0
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000
ΔH⁄y1
∆H y3
Gambar 8.3Grafik Hubungan Antara vs
y1 y1
37
Dari peristiwa hydraulics jump dapat diketahui nilai Fr dengan rumus
v
Fr=
√g . h
Sehingga didapat Fr pada yg 1cm : 7.59
Fr pada yg 1.5 cm : 4.27
Fr pada yg 2 cm : 2.68
6. Kesimpulan
Dari pengamatan loncat air adalah kita dapat mencari kehilangan energy sepanjang
loncat air dengan rumus :
2 2
v v
ΔH = y a + a − y b + b ….(9.1)
2g 2g
ΔH = ( y3 − y1 2
4 y1 y3 )
….(9.2)
38
Semakin kecil bukaan pintu sorong semakin besar Fr dan semakin besar kehilangan
energinya.
BAB IX
3. Dasar Teori
Pada gambar 10.1. berikut dapat dilihat mengenai gaya yang bekerja pada pintu
39
Pada gambar tersebut ditunjukkan bahwa gaya resultan yang terjadi pada pintu sorong
adalah sebagai berikut:
( ) ( )
2
1 2 y0 ρQ y1
F g= ρg y 1 −1 − 1− ….(7.1 )
2 y1
2
b y1 y2
1
F H = ρg ( y 0 − y g )2….(7.2 )
2
4. Prosedur percobaan
a. Ukur lebar pintu sorong
b. Pasang pintu sorong pada saluran kurang lebih pada tengah-tengah saluran
c. Supaya hasil pengukurannya lebih akurat, maka rongga antara pintu dengan
dinding saluran sebaiknya diberi plasticine
d. Pasang pont gauge atau hool gauge hulu pintu dan hillir pintu
e. Sebagai datum pengukuran adalah dasar saluran
f. Bukalah pintu sorong setinggi 2 cm dari dasar
g. Dengans perlahan-lahan alirkan air hingga y0 mencapai 20 cm (ukurlah dengan
point gauge di hulu pintu)
h. Dengan y0 pada ketingggian ini ukurlah debit aliran yang terjadi
i. Ukur ketinggian y1 di hilir pintu
j. Naikkan bukaan pintu setinggi 1 cm dari posisi semula
k. Atur ketinggian air di hulu agar tetap setinggi 20 cm dengan mengubah debit
aliran
l. Catatlah debit aliran yang terjadi dan tinggi y1
40
m. Hitung besarnya gaya pada pintu sorong akibat gaya hidrostatis maupun gaya
akibat aliran
n. Gambarkan Grafik hubungan antara Fg/FH dengan yg/y0
5. Hasil Pengamatan
Tabel 9.1.Volumetrik
Pada praktikum ini diamati perubahan aliran air setiap ketinggian yg 1 cm, 1.5 cm, dan 2
cm dengan debit yang sama. Sehingga volumetric hanya dilakukan satu kali.
Tabel 10.2. Hasil pengamatan gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong
41
Hubungan antara Fg/FH dengan yg/y0
0.35
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0
6. Kesimpulan
Dari pengamatan gaya yang bekerja pada pintu sorong adalah kita dapat mencari
( ) ( )
2
1 2 y0 ρQ y
nilai Fg dan FH dengan rumus : F g= ρg y 1 −1 − 1− 1
2 y1
2
b y1 y2
1 2
F H = ρg ( y 0 − y g )
2
Pada percobaan diatas dengan debit yang sama maka didapat :
Saat,
yg1 = 0,01 m maka Fg = 0,194766 FH = 0,177071
yg2 = 0,015 m maka Fg = 0,192509 FH = 0,158922
yg3 = 0,02 m maka Fg = 0,188783 FH = 0,141755
Saat debit air yang mengalir tetap, aliran dipengaruhi oleh besarnya bukaan pintu
soreong atau yg. saat tinggi bukaan pintu sorong 1 cm ketinggian yo0.304 m dan ketinggian
yo terus menurun akibat semakin besarnya bukaan pintu air. Semakin besar nilai
perbandingan yg/yo maka semakin besar pula nilai perbandingan gaya pada pintu sorong
Fg/FH.
42
43
BAB X
Menunjukkan hubungan antara energi spesifik dan tinggi tenaga pada aliran di hulu pintu
sorong.
3. Dasar Teori
Pada kondisi debit aliran yang konstan, tinggi tenaga pada aliran akan mencapai
harga minimum pada kondisi kedalam kritik. Parameter ini merupakan dasar dari
pemahaman yang menyeluruh mengenai perilaku aliran bebas, karena respons dari aliran
terhadap tinggi tenaga sangat bergantung pada apakah kedalaman yang terjadi lebih atau
kurang dari kedalaman kritik.
Pada saluran terbuka, energi spesifik didefinisikan sebagai jumlah dari energi potensial
(kedalaman aliran) dan energi kinetik (tinggi kecepatan).
V2 Q2
E= y + atau E= y + 2
2g 2g y
kurva energi spesifik merupakan kurva hubungan antara kedalaman aliran dengan
energi/tinggi tenaga
44
Gambar diatas menunujukkan bahwa ada dua kedalaman aliran yang mungkin
menghasilkan energi yang sama, yang dikenal sebagai alternate depth. Pada titik C,kurva
energi spesifik adalah minimun dengan hanya ada 1 kedalaman yang menghasilkannya
yang kita namakan dengan kedalaman kritik (yc).
Aliran pada kedalaman lebih besar dari kedalaman kritik dinamakan dengan aliran
sub kritik. Sementara itu apabila kurang dari kedalaman kritik dinamakan dengan aliran
superkritik.
Pada saluran segi empat dengan lebar 1 satuan panjang, dimana gari saliran adalah
paralel, dapat ditunjukkan bahwa:
Yc=3
g √
Q2 dan Ec=E = 3 Yc
min
2
yc = kedalaman kritik
pada saatt kemiringan saluran cukup untuk membuat aliran seragam dan kedalaman
kritik, kemiringan ini dinamakan dengan kemiringan kritik. Perlu diperhatikan bahwa
permukaan air dapat menimbulkan gelombang pada saat aliran mendekati kondisi kritik,
karena perubahan kecil saja dari energi spesifik akan mengakibatkan perubahan aliran
yang cukup besar, dapat diperkirakan dari kurva energi spesifik.
4. Prosedur percobaan
45
j. Miringkan saluran sehingga aliran air berubah mencapai aliran kritik sepanjang
saluran
k. Hitung harga energi spesifik yang terjadi, dan hitung pula energi kritiknya.
l. Buat kurva hubungan antara E0 dengan y0 dan E1 dengan y1 untuk menggambar
kurva energi spesifik, plotkan pula harga energi kritiknya
m. Pada gambar tadi gambarlah garis melalui titik kritik tadi untuk menunjukkan
kondisi kritik (atau sub kritik bila berada di atas garis, dan super kritik bila di
bawah garis)
5. Hasil Pengamatan
46
BAB XI
RADIAL GATE
a) Untuk menunjukkan aliran melalui pintu radial pada berbagai operasi pintu.
b) Menunjukkan bahwa pintu radial dapat digunakan untukmengukur debit.
c) Stopwatch
d) Point gauge
e) Tabung pitot dan manometer
3. Dasar Teori
47
Gambar 11.2 Aliran melalui pintu radial
Q=C d A √ 2 g y 0
4. Prosedur percobaan
5. Hasil Pengamatan
48
Tabel 11.1 Hasil pengamatan aliran pada pintu radial
49
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................ii
Daftar Gambar......................................................................................................................iii
Daftar Tabel..........................................................................................................................iv
50