Anda di halaman 1dari 50

BAB I

ALIRAN PERMANEN SERAGAM PADA SALURAN LICIN

1. Maksud dan tujuan


a. Mendemonstrasikan aliran permanen seragam pada saluran licin
b. Menentukan koefisien kekasaran Chezy untuk masing-masing saluran tersebut
2. Alat yang digunakan
a. Multi purpose teaching flume

Merupakan satu setmodel saluran terbuka dengan dinding tembus pandang yang
diletakan pada struktur rangka kaku. Dasar saluran ini dapat di ubah kemiringannya dengan
menggunakan jack hidraulik yang dapat mengatur kemiringan dasar saluran tersebut secara
akurat sesuai dengan yang kita kehendaki. Terpasangnya rel pada bagian atas saluran tersebut
memungkinkan alat ukur kedalaman dan tabung pilot dapat digeser-geser sepanjang saluran.
Saluran ini dilengkapi dengan keran tekanan udara dan pada titik-titik tertentu terdapat
lubang untuk pemasangan model bangunan air dan alat pengukur debit.

Gambar 1.1 Multi purpose Teaching Flume


b. Point gauge
c. Mistar

1
3. Dasar Teori
Pada umumnya tipe aliran pada saluran terbuka adalah turbulen karena kecepatan aliran
dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran terbuka disebut seragam apabila
berbagai variabel aliran seperti kedalaman, tampang basah, kecepatan dan debit pada setiap
tampang di sepajang aliran adalah konstan. Pada aliran seragam, garis energi, garis muka air, dan
dasar saluran adalah sejajar sehingga kemiringan ketiga garis tersebut adalah sama. Kedalaman
air pada aliran seragam disebut dengan kedalaman normal.
Aliran tersebut tidak seragam atau berubah apabila variabel aliran seperti kedalaman
tampang basah, kecepatan di sepanjang saluran tidak konstan. Apabila perubahan aliran terjadi
pada jarak yang panjang, maka disebut aliran berubah beraturan. Sebaliknya pabila terjadi pada
jarak yang pendek maka disebut aliran berubah cepat.
Aliran disebut permanen apabila variabel aliran di suatu titik seperti kedalaman dan
kecepatan tidak berubah terhadap waktu.Apabila berubah terhadap waktu maka disebut aliran
tidak permanen.
Zat cair yang mengalir melalui saluran terbuka akan menimbulkan tegangan geser pada
dinding saluran. Tahanan ini akan diimbangi oleh komponen gaya berat yang bekerja pada zat
cair dalam arah aliran. Di dalam aliran seragam, komponen gaya berat dalam arah aliran adalah
seimbang dengan tahanan geser. Tahanan geser ini tergantung pada kecepatan aliran.
Berdasarkan keseimbangan gaya-gaya yang terjadi dapat diturunkan rumus Chezy
sebagai berikut:

V=C √ RI .....(1.1)

Dengan v : kecepatan aliran

C : koefisien Chezy

R : radius hidraulik

I : kemiringan muka air

2
4. Prosedur dan Percobaan
a. Alirkan air dalam saluran dengan menjalankan pompa
b. Apabila dasar saluran dimiringkan, catatlah kemiringannya sebagai is
c. Ukurlah kedalaman di dua titik yang telah ditentukan jaraknya(L), 1 di bagian hulu,
yang lain dihilir sebagai h1 dan h2
d. Ukur debit aliran kemudian ukur kecepatan air di kedua titik sebagai v1 dan v2
e. Ukurlah kemiringan muka air yang terjadi yaitu: iw=is+(h1-h2) / L
f. Amati keadaan aliran yang terjadi
g. Dari hasil pengukuran tersebut hitung Chezy nya
h. Gambarkan sketsa saluran dan letak titik pengukuran.
5. Hasil Pengamatan
a. Saluran licin
Kemiringan saluran : 0.0007 m
Lebar saluran : 0.3 m
Panjang saluran :5m

Tabel 1.1 Volumetrik

Tabel 1.2 Hasil pengamatan pada saluran licin 1

Percobaan 1
V (l) Waktu, t (detik) Debit, Q (l/det) Q rata-rata
5.5 2.436
13.4 6.75 1.985 2.244
5.8 2.310
Percobaan 2
V (l) Waktu, t (detik)Debit, Q (l/det) Q rata-rata
1.86 7.204
13.4 19.5 0.687 4.661
2.2 6.091
Percobaan 3
V (l) Waktu, t (detik) Debit, Q (l/det) Q rata-rata
1.46 9.178
13.4 1.87 7.166
1.26 10.635 8.993

3
Tabel 1.4 Data Kedalaman air yang
Tabel 1.3 Data Alat yang digunakan
diperoleh

Data Alat Titik


Kedalaman Air, h
Panjang, L (m) 7.520 (cm)
Lebar, B (m) 0.288 1 5.8
Luas, A (m²) 2.166 2 6.1
Δh, (m) 0.005 3 7.5
So 0.00066 4 7.4
iw1 0.00027 5 8.3
iw2 0.00053 6 8.9
iw3 0.00146

Tabel 1.5 Hasil pengolahan data


Kecepatan
Lebar Keliling Aliran Rata-
Kedalaman Air, Luas Tampang Radius Kecepatan Aliran, V √RI Koefisien
Titik Tampang Tampang Rata,
h (m) Basah, A (m²) Hidraulik, R (m/s) Chezy, C
Basah, B (m) Basah, P (m) Vratarata
(m/s)
1 0.288 0.058 0.0167 0.404 0.0413 0.1343 0.00332 39.515
Percobaan 1 0.1310
2 0.288 0.061 0.0176 0.410 0.0428 0.1277 0.00338 38.816
3 0.288 0.075 0.0216 0.438 0.0493 0.2158 0.00512 42.415
Percobaan 2 0.2172
4 0.288 0.074 0.0213 0.436 0.0489 0.2187 0.00510 42.603
5 0.288 0.083 0.0239 0.454 0.0527 0.3762 0.00878 41.423
Percobaan 3 0.3635
6 0.288 0.089 0.0256 0.466 0.0550 0.3508 0.00897 40.528

4
Gambar 1.2. Sketsa saluran dan letak titik-titik pengukuran 1

6. Kesimpulan
Dari pengamatan aliran seragam pada saluran licin adalah kita dapat
V
mencari nilai koefisien Chezy dengan rumus : C=
√ RI
Pada percobaan diatas maka didapat :
Q1 = 0.002244 m3/detik maka C = 39.515

5
BAB II

ALIRAN PERMANEN TIDAK BERATURAN AKIBAT PEMBENDUNGAN


1. Maksud dan Tujuan
a. Mendemonstrasikan aliran permanen tidak beraturan akibat pembendungan
b. Menunjukan perbedaan koefisien kekasaran Chezy pada kedalaman normal
Dan pada aliran terbendung
2. Alat yang Digunakan
a. Multi purpose teaching flume
b. Point gauge
c. Current meter
d. Mistar / pita ukur
3. Prosedur Percobaan
a. Alirkan air kedalam saluran dengan menjalankan pompa
b. Apabila dasar saluran dimiringkan,catatlah kemiringannya sebagai is
c. Bendunglah pada ujung hilir saluran
d. Ukurlah kedalaman di beberapa titik yang telah ditentukan jaraknya, disekitar
daerah pembendungan
e. Ukur debit aliran dan ukur pula kecepatan aliran di titik tersebut
f. Ukurlah kemiringan muka air yang terjadi yaitu: iw=is+(hn-1/2-hn+1/2)/L dengan hn
adalah kedalaman pada titik ke-n
g. Amati keadaan aliran yang terjadi
h. Dari hasil pengukuran tersebut tentukan besarnya koefisien kekasaran.Chezy
pada titik baik pada aliran dengan pembendungan, amati apakah hasilnya
konstan atau berubah ?
i. Gambarkan sketsa saluran dan letak titik-titik pengukuran

4. Hasil Pengamatan
Kemiringan saluran : 0.0025 m
Lebar saluran : 0.3 m
Panjang saluran :5m

6
Tabel 2.1 Volumetrik

DEBIT
Tim Volume(L Q
Percobaan e ) V(m3) (m3/detik) Qrata2
0.013
1.25 13.3 3 0.01064
0.013
1 0.010358
1.37 13.3 3 0.00970803
0.013
1.24 13.3 3 0.01072581

Tabel 2.2 Hasil pengamatan pada aliran dengan pembendungan

Percobaan 1
Q (m3/detik) TITIK
0.010357945 1 2 3 4 5
Kedalaman Air (h) (m) 0.14 0.1355 0.1315 0.13 0.129
Luas Tampang Basah (A)
(m2) 0.042 0.04065 0.03945 0.039 0.0387
Keliling Tampang Basah
(P) (m) 0.88 0.871 0.863 0.86 0.858
0.0477272 0.045712 0.04534 0.04510
Radius Hidraulik (R )(m) 73 0.04667 63 9 5
Radius Hidraulik (R )(m)
rata2 0.046112826
0.2466177 0.25480 0.262558 0.26558 0.26764
Kecepatan Aliran (U)(m/s) 43 8 81 8 7
Kecepatan Aliran (U)(m/s)
rata2 0.259444012
Kemiringan Muka Air (I) 0.0045 0.004 0.0015 0.001 0
Kemiringan Muka Air (I) 0.0022

7
rata2
Koef. Chezy 25.75855182

So = 0.0025 Q = 0.010357945 m3/detik


Smuka = 0.0022 Chezy = 25.75855182

Gambar 2.1. Sketsa saluran dan letak titik-titik pengukuran 1

5. Kesimpulan
Dari pengamatan aliran seragam pada saluran licin dengan pembendungan adalah
V
kita dapat mencari nilai koefisien Chezy dengan rumus : C=
√ RI
Pada percobaan diatas maka didapat :
Q1 = 0.010357945 m3/s maka C = 25.75855182

8
BAB III

BANGUNAN KONTROL AMBANG TAJAM


1. Maksud dan tujuan
a. Mendemonstrasikan aliran melalui ambang tajam
b. Menunjukan bahwa ambang tajam dapat digunakan sebagai alat ukur debit
2. Alat yang Digunakan
a. Multi purpose teaching flume
b. Ambang tajam

Model ambang tajam ini terbuat dari baja tahan karat. Debit yang lewat diatas
ambang tajam ini merupakan fungsi dari tinggi aliran di atas ambang

Gambar 3.1 Model Sharp Crested Weir

c. Point gauge
d. Stopwatch
e. Mistar

3. Dasar Teori
Jenis ini peluap ambang tajam merupakan salah satu kontruksi pengukur debit yang
banyak dijumpai di saluran-saluran irigasi maupun di laboraturium. Debit aliran
yang terjadi pada ambang tajam dihitung dengan menggunakan formula sebagai
berikut
Q=2/3.Cd.B√ g .h ³.....(3.1)

Dengan h adalah tinggi muka air di atas ambang.

9
Gambar 3.2 Aliran melalui ambang tajam

Keterangan:

Q = debit aliran

h = tinggi air di atas ambang

P = tinggi ambang

4. Prosedur pelaksanaan
a. Pasanglah ambang tajam pada saluran terbuka
b. Alirkan air ke dalam model saluran terbuka
c. Ukurlah model yang terjadi
d. Catat harga h
e. Amati pengaliran yang terjadi
f. Ulangi percobaan untuk debit yang lain
g. Dengan menggunakan formula (3.1) tentukan besarnya koefisien debit pada
ambang tajam
h. Gambarkan profil aliran yang terjadi
i. Amati kondisi aliran pada sat terjadi aliran dengan punggung aliran berimpit
degan badan bendung
5. Hasil Pengamatan
Lebar ambang : 0.305 m
Tinggi ambang : 0.08m

10
Tabel 3.1 Volumetrik
DEBIT
Percobaan Time(detik Volume(L V(m3) Q (m3/detik) Qrata2(m3/
) ) detik)
0.013
4.5 13.3 3 0.002956
0.013
1 0.00293
4.65 13.3 3 0.00286
0.013
4.47 13.3 3 0.002975
0.013
10.22 13.3 3 0.001301
0.013
2 0.001306
10.15 13.3 3 0.00131
0.013
10.17 13.3 3 0.001308
0.013
3.97 13.3 3 0.00335
0.013
3 0.003166
4.22 13.3 3 0.003152
0.013
4.44 13.3 3 0.002995

Tabel 3.2 Hasil pengamatan pada aliran melalui ambang tajam

Percobaan 1
h h(m) H3/2 b b(m) Cd
7.
6 0.076 0.020952 15.2 0.152 0.440674
Percobaan 2
h h(m) H3/2 b b(m) Cd
5.
6 0.056 0.013252 11.2 0.112 0.421565
Percobaan 3

11
h h(m) H3/2 b b(m) Cd
7.
9 0.079 0.022204 15.8 0.158 0.432152

Gambar 3.3. Profil Aliran yang terjadi

6. Kesimpulan
Dari pengamatan aliran melalui ambang tajam adalah kita dapat mencari nilai Cd
dengan rumus : Cd = (Q.3/2) / (B.√ g .h ³)
Pada percobaan diatas maka didapat :
Saat,
Q1 = 0.00239 m3/s maka Cd = 0.440674
Q2 = 0,001306 m3/s maka Cd = 0.421565
Q3 = 0.003166 m3/s maka Cd = 0.432152
Semakin besar nilai debit maka semakin besar pula nilai koefisien Cd karena Cd
dan Q berbanding lurus.

12
BAB IV

BANGUNAN KONTROL AMBANG LEBAR

1. Maksud dan tujuan

a. Mendemonstrasikan aliran melalui ambang lebar


b. Menunjukkan bahwa ambang lebar dapat digunakan untuk mengukur debit

2. Alat yang digunakan

a. Multi purpose teaching flume


b. Model ambang lebar / Broad Crested Weir

Model ini merupakan tiruan ambang lebar di saluran irigasi. Model ini terbuat dari
glass reinforced plastic yang berbentuk prisma segi empat dengan punggung dibuat
streamline. Konstruksi ini pada umumnya banyak digunaan di lapangan untuk mengukur
debit di saluran terbuka, karena akan memberikan akurasi dan keandalan pengukuran,
disamping juga kemudahan dalam pembuatan konstruksi dan perawatannya.

Gambar 4.1. Model Broad Crested Weir

c. Point gauge
d. Mistar / pita ukur

3. Dasar Teori

13
Peluap disebut ambang lebar apabila B > 0,4 h u, dengan B adalah lebar peluap dan
hu adalah tinggi peluapan.

Gambar 4.2. Aliran di atas ambang lebar

Keterangan Q = debit aliran


H = tinggi tekanan total di hulu ambang = y0 + v2/2g
y0 = kedalaman air di hulu ambang
P = tinggi ambang
yc = tinggi muka air di atas hilir ambang = y0 – P
hu = tinggi muka air di atas hulu ambang

Ambang kebar merupakan salah satu konstruksi pengukur debit. Debit aliran yang
terjadi pada ambang lebar dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

3
Q=C d B H .... (4.1 )
2

Dengan : Q = debit aliran


H = tinggi tekanan total di hulu ambang
Cd = koefisien debit
B = lebar ambang

Debit aliran juga dapat dihitung sebagai berikut :

3
Q=C d C v B hu .... (4.2)
2

Dengan : Cv = koefisien kecepatan

14
hu = tinggi muka air di atas hulu ambang

4. Prosedur Percobaan

a. Pasanglah ambang lebar pada model saluran terbuka


b. Aliran air kedalam model saluran terbuka
c. Ukur debit aliran
d. Catat harga H, y0, yc, dan hu
e. Amati aliran yang terjadi
f. Ulangi percobaan untuk debit yang lain
g. Berdasarkan formula (4.1) dan (4.2) tentukan besarnya harga Cd dan Cv
ambang lebar
h. Gambarkan profil aliran yang terjadi

5. Hasil Pengamatan

Lebar ambang = 0.3 m


Tinggi ambang = 0.1165 m

Tabel 4.1 Volumetrik

DEBIT

PERCOB WAKT VOLUM VOLUM Q


AAN U(S) E(L) E(m3 (m/s)

0.001
1 12.44 13.3 0.0133 069

0.003
2 4.25 13.3 0.0133 129

0.005
3 2.39 13.3 0.0133 565

Tabel 4.2 Hasil pengamatan pada aliran di atas ambang lebar

15
yo(cm) yo(m) yc(cm) yc(m) Q H3/2 Cd hu3/2 Cv

0.00106 0.00139 21.8814


12.9 0.129 0.9 0.009 0.03059 0.116500
9 8 9

0.00312 0.00506 17.6711


14.6 0.146 1.7 0.017 0.08954 0.116500
9 7 4

0.00556 0.15922 0.00755 21.0780


15.5 0.155 2.65 0.0265 0.116500
5 3 4 1

16
Gambar 4.3. Profil aliran yang terjadi

6. Kesimpulan

Dari pengamatan aliran melalui ambang lebar adalah kita dapat mencari nilai Cd
3 3
dan Cv 7dengan rumus : Cd = Q / ( B H 2 ) dan Cv = Q / (Cd. B H 2 )

Pada percobaan diatas maka didapat :


Saat,
Q1 = 0.001069 m3/s maka Cd = 0.116500 Cv = 21.8814
Q2 = 0,003129 m3/s maka Cd = 0.116500 Cv = 17.6711
Q3 = 0,005565 m3/s maka Cd = 0.116500 Cv = 21.0780

Semakin besar nilai debit maka semakin besar pula nilai koefisien Cd dan Cv
karena Cd dan Q berbanding lurus pada rumusnya begitu pula dengan Cv.

17
BAB V

BENDUNG/OVERFLOW WEIR WITH SKY JUMP AND BENDUNG/OVERFLOW


WEIRWITH BLENDED REVERSE CURVATURE

1. Maksud dan tujuan


a. Mendemonstrasikan aliran melalui bendung
b. Menunjukkan bahwa bendung dapat digunakan sebagai alat ukur debit

2. Alat yang digunakan


a. Multi purpose teaching flume
b. Model bendung / Ogee Weir dengna tiga macam lantai belakang :
- Blended reverse curvature
- Ski jump
- Sloping apron

Gambar 5.1 Model Bendung


c. Point gauge
d. Mistar / pita ukur

18
3. Dasar Teori

Debit melalui bendung

Bendung merupakan konstruksi untuk menaikkan elevasi muka air di sungai dan
berfungsi pula sebagai sarana pengukur debit aliran. Disamping itu, bendung juga
merupakan bentuk bangunan pelimpah yang paling sederhana. Sifat-sifat aliran melalui
bendung pada awalnya dikenal sebagai dasar perncanaan pelimpah dengan mercu bulat,
yakni profil pelimpah yang ditentukan sesuai dengan bentuk permukaan tirai luapan bawah
di atas bendung mercu tajam.

Debit yang mengalir di atas bendung dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

2

Q= C d B 2 g ( y 0−P ) 3 ….(10.1)
3

Dengan (y0 – P) adalah jarak vertikal antara muka air di hulu bendung dengan puncak
bendung dan B adalah lebar bendung.

Loncatan hidraulik pada bendung

Aliran air yang melewati bendung akan mengalami loncatan hidraulik akibat
terjadinya pelepasan energi karena berubahnya kondisi aliran dari super kritik menjadi
aliran sub kritik. Pada umumnya loncatan hidraulik dipakai sebagai peredam energi pada
hilir bendung, saluran irigasi atau struktur hidraulik yang lain serta untuk mencegah
pengikisan struktur di bagian hilir.

Suatu loncatan hidraulik dapat terbentuk pada saluran apabila memenuhi


persamaan sebagai berikut:

y1 1
= (−1+ √ 1+ 8 F r ) ….(10.2)
2
y2 2

Dengan: y2 = tinggi muka air di hilir loncatan hidraulik

y1 = tinggi muka air di hulu loncatan hidraulik

19
Fr1 = Bilangan Froude = V 1= √ g y 1

Adapun panjang loncat air dapat dihitung dengan rumus empiris sebagai berikut:

L = 5 s.d. 7 (y2 – y1) ….(10.3)

Dengan: L = panjang loncatan hidraulik

4. Prosedur Percobaan
a. Pasanglah model bendung pada saluran terbuka
b. Alirkan air kedalam saluran terbuka
c. Ukurlah debit yang terjadi
d. Catat harga y0
e. Dengan menggunakan formula (10.1) tentukan besarnya koefisien debit
melalui bendung
f. Gambarkan profil aliran yang terjadi
g. Amati loncatan hidraulik yang terjadi di hilir bendung, ukur y2, y1 dan L dan
tentukan kecepatan yang terjadi pada aliran di hulu loncatan hidraulik.
Bandingkan panjang loncatan hidraulik tersebut dengan formula (10.3)
h. Amati pula bagian mana yang akan mengalami gerusan yang membahayakan
i. Pasanglah lantai bendung yang lain pada bagian hilir di belakang model
bendung tersebut. Amati loncatan hidraulik yang terjadi, bandingkan dengan
kondisi sebelumnya.

5. Hasil Pengamatan

SPILLWAY SECTION WITH SKI JUMP

Tinggi Bendung = 0.23 m

Lebar Bendung = 0.293 m

20
Tabel 5.1 Hasil pengamatan aliran melalui bending sky jump

Dik
p 0.12 m
VOLUME 0.0134 m³
B 0.288 m
WAKTU
1 2 3
8.6 4.12 1.64
9.25 3.87 1.54
8.98 2.99 1.73
8.943333 3.66 1.6367

yo(m) y1(m) y2(m) L Cd

0.277 0.067 0.056 0.142 0.247544


0.321 0.072 0.061 0.262 0.186743
0.333 0.074 0.063 0.263 0.339445

Gambar 5.3. Profil aliran menggunakan


spillway section with ski jump

21
Gambar 5.4. Proses pangambilan data debit
Gambar 5.2. Profil aliran menggunakan spillway section with ski jump

SPILLWAY SECTION WITH BLENDED REVERSE CURVATE

Tinggi Bendung = 0.228 m

Lebar Bendung = 0.288 m

Tabel 5.2. Hasil pengamatan aliran melalui bendung blended reverse curvate

Percobaan 1
y1 y2
yo (m) (m) (m) Q A1 U1 L Cd Fr1
0,001
0,251 0,006 0,051 0,003283 8 1,824013 0,39 0,996791 7,518268
Percobaan 2
y1 y2
yo (m) (m) (m) Q A1 U1 L Cd Fr1
0,002 0,57
0,252 0,009 0,057 0,003762 7 1,393306 4 1,074288 4,689113
Percobaan 3
y1 y2
yo (m) (m) (m) Q A1 U1 L Cd Fr1

22
0,256
5 0,01 0,062 0,004423 0,003 1,474449 0,78 0,985459 4,707554

Gambar 5.3. Profil aliran menggunakan spillway section with blended reverse curvature

6. Kesimpulan

Dari pengamatan aliran melalui bending sky jump dan blended reverse curvate
adalah kita dapat mencari nilai koefisien debit dan nilai Froude-nya dengan rumus :

3
Q.
Cd = 2 Fr1 = √ g y1
B √ 2 g ( yo−p)
3

Pada aliran melewati bendung sky jump maka didapat :


Saat,
Q1 = 0,006018 m3/s maka Cd = 3,786145, Fr1 = 18,54825
Q2 = 0,007639 m3/s maka Cd = 3,121696, Fr1 = 14,21387
Q3 = 0,001659 m3/s maka Cd = 0,793932 , Fr1 = 3,889458

23
Pada aliran melewati bendung blended reverse curvate maka didapat :
Saat,
Q1 = 0,003283 m3/s maka Cd = 0,996791 , Fr1 = 7,518268
Q2 = 0,003762 m3/s maka Cd = 1,074288 , Fr1 = 4,689113
Q3 = 0,004423 m3/s maka Cd = 0,985459 , Fr1 = 4,707554

Semakin besar nilai debit maka semakin besar pula nilai Cd dan nilai Fr menurun
namun semua tergantung tinggi air di hulu bending (yo) dan tinggi bending.

24
BAB VI

ALIRAN MELALUI AIR REGULATED SIPHON

1. Maksud dan tujuan


a. Mendemonstrasikan aliran melalui air regulated siphon
b. Menunjukkan bahwa bangunan pelimpah siphon dapat digunakan sebagai alat
ukur debit

2. Alat yang digunakan


a. Multi purpose teaching flume
b. Model air regulated siphon

Gambar 6.1. Model Air Regulated Siphon


c. Point
d. Mistar / pita ukur

3. Dasar Teori

Debit melalui air regulated siphon

Siphon jenis ini merupakan perkembangan dari siphon yang digunakan


sebelumnya. Siphon ini secara otomatis akan mengatur debit untuk variasi debit yang lebih
besar disamping juga menjaga muka iar yang konstan di bagian hulunya. Hal ini dicapai

25
karena siphon ini melewatkan udara dan air yang bercampur secara kontinu. Debit yang
mengalir melalui siphon dapat dihitung dengna formula sebagai berikut :

Q=C d A √ 2 gh.... (6.1 )

Dengan h adalah beda tinggi antara muka air di inlet dan outlet siphon, sedang A adalah
luas penampang siphon.

4. Prosedur Percobaan
a. Pasanglah model air regulated siphon pada saluran terbuka
b. Alirkan air kedalam saluran tersebut
c. Biarkan air naik sedikit demi sedikit hingga mencapai mulut inlet siphon
d. Biarkan air naik hingga memenuhi seluruh penampang siphon, sambil amati
karakter alirannya
e. Ukurlah debit yang terjadi
f. Catat harga h
g. Dengan menggunakan formula (6.1) tentukan besarnya koefisien debit melalui
siphon
h. Ulangi langkah-langkah di atas untuk debit aliran yang lain
i. Amati karakter aliran didalam siphon dan amati pula bagian mana yang akan
mengalami gerusan di outlet siphon

5. Hasil Pengamatan

Luas penampang siphon = 0.003019 m2

Tabel 6.1 Volumetrik

DEBIT

PERCOB WAKT VOLUM VOLUM Q


AAN U(S) E(L) E(m3 (m/s)

0.003
1 3.99 13.3 0.0133 3

2 19.88 13.3 0.0133 0.000

26
669

0.001
3 10.87 13.3 0.0133 224

Tabel 6.2 . Hasil pengamatan aliran melalui siphon

Q H Cd
0.0033 0.0207 3.793103448
0.000669 0.0191 0.83625
0.001224 0.019 1.537688442

Gambar 6.2 Loncatan Air Pada Tiap Percobaan

6. K
e si
m p
u la
n

27
Dari pengamatan aliran melalui air regulated siphon adalah kita dapat mencari
nilai Cd dengan rumus : Cd = Q / A √ 2 gh
Pada percobaan diatas maka didapat :
Saat,
Q1 = 0,0033 m3/s maka Cd = 3.793103448
Q2 = 0,000669 m3/s maka Cd = 0.83625
Q3 = 0,001224 m3/s maka Cd = 1.537688442
Semakin besar nilai debit maka semakin besar pula nilai koefisien Cd.

28
BAB VII

PINTU SORONG / SLUICE GATE

1. Maksud dan tujuan


a. Mendemonstrasikan aliran melalui pintu sorong
b. Menunjukkan bahwa pintu sorong dapat digunakan sebagai alat ukur dan
pengatur debit

2. Alat yang digunakan


a. Mulit purpose teaching flume
b. Pintu sorong / Sluice Gate

Merupakan tiruan pintu air yang banyak dijumpai di saluran-saluran irigasi. Model
pintu air ini terbuat dari baja tahan karat (stainless steel). Lebar pintu ini sudah disesuaikan
dengan lebar model saluran yang ada. Pintu sorong ini berfungsi untuk mengukur maupun
untuk mengukur debit aliran. Besarnya debit yang dialirkan merupakan fungsi dari
kedalaman air di hulu maupun di hilir pintu serta tinggi bukan pintu tersebut.

Gambar 7.1. Model Pintu Sorong

c. Point gauge
d. Mistar / pita ukur

29
3. Dasar teori

Pintu sorong merupakan salah satu konstruksi pengukur dan pengatur debit. Pada
pintu sorong ini prinsip konservasi energi dan momentum dapat diterapkan. Persamaan
Bernoulli hanya dapat diterapkan apabila kehilangan energi dapat diabaikan atau sudah
diketahui.

Gambar 7.2 Aliran di bawah pintu sorong

Keterangan: Q = debit aliran


yg = tinggi bukaan pintu
2
v
H0 = tinggi tekanan total di hulu = y 0 + 0
2g
y0 = kedalaman air di hulu
2
v
H1 = tinggi tekanan total di hilir = y 1 + 1
2g
y1 = kedalam air di hilir

Debit aliran yang terjadi pada pintu sorong pada kondisi aliran air bebas dihitung
dengan menggunakan formula sebagai berikut :

Q=C d B y g √ 2 g y 0.... (5.1 )

Dengan: Q = debit aliran


Cd = koefisien debit
B = lebar pintu
g = percepatan gravitasi

30
yg = tinggi bukaan pintu
y0 = tinggi air di hulu pintu sorong

4. Prosedur Percobaan

a. Atur kedudukan saluran hingga dasar saluran menjadi datar / horizontal


b. Pasang pintu sorong pada saluran, dan jagalah agar kondisi ini tetap vertikal
c. Alirkan air ke dalam saluran terbuka dan ukur debitnya
d. Atur harga yg antara 20 mm dan 40 mm, misal diambil harga yg = 20 mm,
kemudian diukur y1 dan y0
e. Dengan debit yang sama dengan nomor d diatas, atur pintu sorong sehingga
harga y0 antara 80 mm dan 130 mm, misal diambil harga y 0 = 120 mm,
kemudian diukur yg dan y1
f. Rubah debit dengan memutar keran dan atur pintu sorong sehingga harga y 0
sama dengan harga-harga y0 pada nomor d, kemudian diukur yg dan y1.
g. Dengna debit masih sama dengan f, atur pintu sorong sehingga harga y g =
harga yg pada nomor c, ukur y0 dan y1
h. Amati pengaliran yang terjadi
i. Ulangi percobaan untuk debit yang lain
j. Berdasarkan formula (5.1) tentukan besarnya koefisien debit pada pintu sorong
untuk kondisi aliran bebas
k. Hitung harga H0 dan H1 dan bandingkan hasilnya.

5. Hasil Pengamatan

Lebar Pintu Sorong = 0.297 m

Tabel 7.1 Volumetrik

Volume (m3) Waktu (detik) Q (m3/dt)


0.0133 2.9 0.0048

Pada praktikum pintu sorong diamati perubahan aliran air setiap ketinggian y g 1 cm, 1.5
cm, dan 2 cm dengan debit yang sama. Sehingga volumetric hanya dilakukan satu kali.

31
Selanjutnya untuk mencari kecepatan aliran menggunakan rumus

q
v=
y

Q
Dimana : q dicari dengan rumus q=
B
Q : Debit aliran (m3/dt)
B : Lebar pintu (m)
y : kedalaman (m)

Sehingga didapat ;

Q 0.0048 2
q= = =0.0154 m /dt
B 0.297

Tabel 7.2. Hasil pengamatan aliran di bawah pintu sorong

yg (m) yo (m) y1 (m) Q (m3/dt) vo (m/dt) v1 (m/dt) Cd Ho H1

0.632 0.317 20.800


0.01 0.304 0.0075 0.0046 0.051 2.059

0.657 0.200 9.677


0.015 0.125 0.011 0.0046 0.124 1.404

0.659 0.309 5.213


0.02 0.07 0.015 0.0046 0.221 1.029

Gambar 7.3. Profil aliran yang terjadi


32
6. Kesimpulan
Dari pengamatan aliran melalui pintu sorong adalah kita dapat mencari nilai Cd
dengan rumus : Cd = Q / B y g √ 2 g y 0
Pada percobaan diatas dengan debit yang sama maka didapat :
Saat,
yg1 = 0,01 m maka Cd = 0.632
yg2 = 0,015 m maka Cd = 0.657
yg3 = 0,02 m maka Cd = 0.659

Saat debit air yang mengalir tetap, aliran dipengaruhi oleh besarnya bukaan pintu
soreong atau yg. saat tinggi bukaan pintu sorong 1 cm ketinggian yo0.304 m dan ketinggian
yo terus menurun akibat semakin besarnya bukaan pintu air. Hal ini berpengaruh pada Cd.
Perubahan ketinggian pintu air yang semakin besar membuat Cd semakin besar pula.

33
BAB VIII

LONCAT AIR / HYDRAULICS JUMP

1. Maksud dan Tujuan

Menunjukkan karakteristik loncat air pada aliran dibawah pintu sorong.

2. Alat yang digunakan


a. Multipurpose teaching flume
b. Model pintu sorong
c. Point gauge
d. Stopwatch

3. Dasar Teori

Apabila aliran berubah dari superkritik ke aliran sub kritik, maka akan terjadi
loncat air karena terjadi pelepasan energi. Fenomena ini dapt terjadi apabila air meluncur
di bawah pintu sorong menuju ke bagian hilir yang mempunyai kedalaman yang sangat
besar.

Loncatan yang bergelombang akan terjadi pada saat perubahan kedalam yang
terjadi tidak besar. Permukaan air akan bergelombang dalam rangkaian osilasi yang lama
kelamaan berkurang menuju daerah dengan aliran subkritik.

34
Gambar 8.1. Loncat air pada pintu sorong

Dengan mempertimbangkan gaya-gaya yang bekerja pada fluida di kedua sisi


loncat air, dapat ditunjukkna bahwa:

2 2
va vb
ΔH = y a + − y b + ….(9.1)
2g 2g

Karena ya ≈ y1 dan yb ≈ y3 , maka persamaan di atas dapat disederhanakan sbb:

( )
2
y3− y1
ΔH = ….(9.2)
4 y1 y3

Dengan : ΔH = Total kehilang energi sepanjang loncat air


Va = kecepeatan rerat sebelum loncat air
ya = kedalaman aliran sebelum loncatan air
Vb = kecepatan rerata setelah loncat air
yb = kedalaman aliran setelah loncat hidraulik

4. Prosedur Percobaan

a. Pasang pintu sorong pada saluran


b. Pasang point gauge pada saluran (di hulu dan di hilir)
c. Buka pintu sorong setinggi 2 cm dari dasar
d. Pasang stop log di hilir saluran
e. Alirkan air perlahan-lahan sehingga nanti akan terbentuk loncat air terjadi di
hilir.
f. Amati dan gambarkan sketsa aliran/loncat air yang terjadi
g. Naikkan tinggi air di hulu dengan mengubah debit aliran, dan naikkan tinggi
stop log. Amati loncat air yang terjadi dan gambarkan sketsanya
h. Ukur kedalaman air di hulu dan hilir loncat air, tinggi bukaan pintu dan ukur
debitnya (y1, y3, yg dan Q)
i. Ulangi lagi untuk debit aliran yang lain
j. Hitung harga V1

35
V1 y3
k. Gambarkan grafik hubungan antara vs
g y1 y1
V1 y3
l. Hitung harga dan gambarkan grafik hubungan antara vs
g y1 y1

5. Hasil Pengamatan

Lebar pintu = 0.297 m

Tabel 8.1. Volumetrik

Volume (m3) Waktu (detik) Q (m3/dt)


0.0133 2.9 0.0048

Pada praktikum pintu sorong diamati perubahan aliran air setiap ketinggian y g 1 cm, 1.5
cm, dan 2 cm dengan debit yang sama. Sehingga volumetric hanya dilakukan satu kali.

Selanjutnya untuk mencari kecepatan aliran menggunakan rumus

q
v=
y

Q
Dimana : q dicari dengan rumus q=
B
Q : Debit aliran (m3/dt)
B : Lebar pintu (m)
y : kedalaman (m)

Sehingga didapat ;

Q 0.0048 2
q= = =0.0154 m /dt
B 0.297

Tabel 8.2. Hasil pengamatan loncat air pada aliran melalui pintu sorong

yg (m) y1(m) y3(m) Q (m3/dt) V1 (m/dt) Hb ΔH

0.0075 0.075 20.80 900


0.01 0.0046 2.059

0.011 0.07 9.68 366.95


0.015 0.0046 1.404

36
0.015 0.0624 5.21 160.28
0.02 0.0046 1.029

Hubungan antara V1⁄(gy1 ) vs y3⁄y1


12

10

0
0.0014 0.0016 0.0018 0.002 0.0022 0.0024 0.0026 0.0028 0.003 0.0032 0.0034

V1 y3
Gambar 8.2.Grafik Hubungan antara vs
g y1 y1

Hubungan antara ΔH⁄y1 vs y3⁄y1


12

10

0
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000

ΔH⁄y1

∆H y3
Gambar 8.3Grafik Hubungan Antara vs
y1 y1

37
Dari peristiwa hydraulics jump dapat diketahui nilai Fr dengan rumus

v
Fr=
√g . h
Sehingga didapat Fr pada yg 1cm : 7.59
Fr pada yg 1.5 cm : 4.27
Fr pada yg 2 cm : 2.68

6. Kesimpulan

Dari pengamatan loncat air adalah kita dapat mencari kehilangan energy sepanjang
loncat air dengan rumus :

2 2
v v
ΔH = y a + a − y b + b ….(9.1)
2g 2g

Karena ya ≈ y1 dan yb ≈ y3 , maka persamaan di atas dapat disederhanakan sbb:

ΔH = ( y3 − y1 2
4 y1 y3 )
….(9.2)

Pada percobaan diatas dengan debit yang sama maka didapat :


Saat,
yg1 = 0,01 m maka ΔH = 900
Fr = 7.59 (Steady Jump)
yg2 = 0,015 m maka ΔH = 366.95
Fr = 4.27 (Osciliating Jump)
yg3 = 0,02 m maka ΔH = 160.28
Fr = 2.68(Osciliating Jump)
Saat debit air yang mengalir tetap, aliran dipengaruhi oleh besarnya bukaan pintu
soreong atau yg. saat tinggi bukaan pintu sorong 1 cm ketinggian yo 0.304 m dan ketinggian
yo terus menurun akibat seakin besarnya bukaan pintu air. Hal ini berpengaruh pada ΔH.

38
Semakin kecil bukaan pintu sorong semakin besar Fr dan semakin besar kehilangan
energinya.

BAB IX

GAYA YANG BERKERJA PADA PINTU SORONG

1. Maksud dan Tujuan

Menunjukkan gaya yang bekerja pada pintu sorong.

2. Alat yang digunakan


a. Multipurpose teaching flume
b. Model pintu sorong
c. Point gauge
d. Stopwatch

3. Dasar Teori

Pada gambar 10.1. berikut dapat dilihat mengenai gaya yang bekerja pada pintu

Gambar 9.1 Gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong

39
Pada gambar tersebut ditunjukkan bahwa gaya resultan yang terjadi pada pintu sorong
adalah sebagai berikut:

( ) ( )
2
1 2 y0 ρQ y1
F g= ρg y 1 −1 − 1− ….(7.1 )
2 y1
2
b y1 y2

Gaya pada pintu yang melawan gaya hidrostatis adalah :

1
F H = ρg ( y 0 − y g )2….(7.2 )
2

Dengan: Fg = Resultan gaya dorong pada pintu sorong (non-hidrostatis)


FH = Resultan gaya dorong akibat gaya hidrostatis
Q = debit aliran
r = rapat massa fluida
b = lebar pintu sorong
yg = tinggi bukaan pintu
y0 = kedalaman air di hulu pintu
y1 = kedalaman air di hilir pintu

4. Prosedur percobaan
a. Ukur lebar pintu sorong
b. Pasang pintu sorong pada saluran kurang lebih pada tengah-tengah saluran
c. Supaya hasil pengukurannya lebih akurat, maka rongga antara pintu dengan
dinding saluran sebaiknya diberi plasticine
d. Pasang pont gauge atau hool gauge hulu pintu dan hillir pintu
e. Sebagai datum pengukuran adalah dasar saluran
f. Bukalah pintu sorong setinggi 2 cm dari dasar
g. Dengans perlahan-lahan alirkan air hingga y0 mencapai 20 cm (ukurlah dengan
point gauge di hulu pintu)
h. Dengan y0 pada ketingggian ini ukurlah debit aliran yang terjadi
i. Ukur ketinggian y1 di hilir pintu
j. Naikkan bukaan pintu setinggi 1 cm dari posisi semula
k. Atur ketinggian air di hulu agar tetap setinggi 20 cm dengan mengubah debit
aliran
l. Catatlah debit aliran yang terjadi dan tinggi y1

40
m. Hitung besarnya gaya pada pintu sorong akibat gaya hidrostatis maupun gaya
akibat aliran
n. Gambarkan Grafik hubungan antara Fg/FH dengan yg/y0
5. Hasil Pengamatan

Lebar pintu = 0.297 m

Tabel 9.1.Volumetrik

Volume (m3) Waktu (detik) Q (m3/dt)


0.0133 2.9 0.0048

Pada praktikum ini diamati perubahan aliran air setiap ketinggian yg 1 cm, 1.5 cm, dan 2
cm dengan debit yang sama. Sehingga volumetric hanya dilakukan satu kali.

Tabel 10.2. Hasil pengamatan gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong

yg (m) yo (m) y1 (m) Q (m3/dt) Fg Fh Fg/Fh yg/yo

0.453 0.424 1.068 0.033


0.01 0.304 0.0075 0.0046

0.076 0.059 1.279 0.120


0.015 0.125 0.011 0.0046

0.023 0.012 1.855 0.286


0.02 0.07 0.015 0.0046

41
Hubungan antara Fg/FH dengan yg/y0
0.35
0.30

0.25
0.20

0.15
0.10
0.05

0.00
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0

Gambar 9.2.Grafik Hubungan antara Fg/FH dengan yg/y0

6. Kesimpulan
Dari pengamatan gaya yang bekerja pada pintu sorong adalah kita dapat mencari

( ) ( )
2
1 2 y0 ρQ y
nilai Fg dan FH dengan rumus : F g= ρg y 1 −1 − 1− 1
2 y1
2
b y1 y2

1 2
F H = ρg ( y 0 − y g )
2
Pada percobaan diatas dengan debit yang sama maka didapat :
Saat,
yg1 = 0,01 m maka Fg = 0,194766 FH = 0,177071
yg2 = 0,015 m maka Fg = 0,192509 FH = 0,158922
yg3 = 0,02 m maka Fg = 0,188783 FH = 0,141755

Saat debit air yang mengalir tetap, aliran dipengaruhi oleh besarnya bukaan pintu
soreong atau yg. saat tinggi bukaan pintu sorong 1 cm ketinggian yo0.304 m dan ketinggian
yo terus menurun akibat semakin besarnya bukaan pintu air. Semakin besar nilai
perbandingan yg/yo maka semakin besar pula nilai perbandingan gaya pada pintu sorong
Fg/FH.

42
43
BAB X

PENURUNAN PERSAMAAN ENERGI SPESIFIK

. Maksud dan Tujuan

Menunjukkan hubungan antara energi spesifik dan tinggi tenaga pada aliran di hulu pintu
sorong.

2. Alat yang digunakan

a. Multipurpose teaching flume


b. Model pintu sorong
c. Point gauge
d. Stopwatch

3. Dasar Teori

Pada kondisi debit aliran yang konstan, tinggi tenaga pada aliran akan mencapai
harga minimum pada kondisi kedalam kritik. Parameter ini merupakan dasar dari
pemahaman yang menyeluruh mengenai perilaku aliran bebas, karena respons dari aliran
terhadap tinggi tenaga sangat bergantung pada apakah kedalaman yang terjadi lebih atau
kurang dari kedalaman kritik.

Pada saluran terbuka, energi spesifik didefinisikan sebagai jumlah dari energi potensial
(kedalaman aliran) dan energi kinetik (tinggi kecepatan).

V2 Q2
E= y + atau E= y + 2
2g 2g y

Dengan : E = energi spesifik


y = kedalaman aliran
Q = debit aliran
g = percepatan gravitasi bumi

kurva energi spesifik merupakan kurva hubungan antara kedalaman aliran dengan
energi/tinggi tenaga

44
Gambar diatas menunujukkan bahwa ada dua kedalaman aliran yang mungkin
menghasilkan energi yang sama, yang dikenal sebagai alternate depth. Pada titik C,kurva
energi spesifik adalah minimun dengan hanya ada 1 kedalaman yang menghasilkannya
yang kita namakan dengan kedalaman kritik (yc).

Aliran pada kedalaman lebih besar dari kedalaman kritik dinamakan dengan aliran
sub kritik. Sementara itu apabila kurang dari kedalaman kritik dinamakan dengan aliran
superkritik.

Pada saluran segi empat dengan lebar 1 satuan panjang, dimana gari saliran adalah
paralel, dapat ditunjukkan bahwa:

Yc=3
g √
Q2 dan Ec=E = 3 Yc
min
2

Dengan : Ec = Energi spesifik minimum

yc = kedalaman kritik

pada saatt kemiringan saluran cukup untuk membuat aliran seragam dan kedalaman
kritik, kemiringan ini dinamakan dengan kemiringan kritik. Perlu diperhatikan bahwa
permukaan air dapat menimbulkan gelombang pada saat aliran mendekati kondisi kritik,
karena perubahan kecil saja dari energi spesifik akan mengakibatkan perubahan aliran
yang cukup besar, dapat diperkirakan dari kurva energi spesifik.

4. Prosedur percobaan

a. Pasang pintu sorong pada saluran


b. Pasang point gauge pada saluran (di hulu dan di hiilir)
c. Buka pintu sorong setinggi 1 cm dari dasar
d. Alirkan air hingga y0 mencapai 20 cm
e. Ukur aliran yang terjadi dan ukur y1
f. Naikkan pintu setinggi 1 cm dari keadaan semula, lalu ukur y0 dan y1
g. Naikkan debit hingga y0 mencapai ketinggian 20 cm dari dasar
h. Ukur debit aliran
i. Ulangi langkah di atas untuk tinggi bukaan yang lebih besar

45
j. Miringkan saluran sehingga aliran air berubah mencapai aliran kritik sepanjang
saluran
k. Hitung harga energi spesifik yang terjadi, dan hitung pula energi kritiknya.
l. Buat kurva hubungan antara E0 dengan y0 dan E1 dengan y1 untuk menggambar
kurva energi spesifik, plotkan pula harga energi kritiknya
m. Pada gambar tadi gambarlah garis melalui titik kritik tadi untuk menunjukkan
kondisi kritik (atau sub kritik bila berada di atas garis, dan super kritik bila di
bawah garis)

5. Hasil Pengamatan

Tabel 10.1 Hasil Pengamatan aliran di bawah pintu sorong

yg (m) yo (m) y1(cm) Q (m3/s) yc (m) Ec

0,01 0,304 0,0075 0,004586 0,0134 0,0201

0,015 0,125 0,01 0,004586 0,0134 0,0201

0,02 0,07 0,015 0,004586 0,0134 0,0201

46
BAB XI

RADIAL GATE

Maksud dan Tujuan

a) Untuk menunjukkan aliran melalui pintu radial pada berbagai operasi pintu.
b) Menunjukkan bahwa pintu radial dapat digunakan untukmengukur debit.

2. Alat yang digunakan

a) Multi purpose teaching flume


b) Pintu Radial

Gambar 11.1 Model Pintu Radial

c) Stopwatch
d) Point gauge
e) Tabung pitot dan manometer

3. Dasar Teori

Aliran melalui pintu radial dapat digambarkan sebagai berikut :

47
Gambar 11.2 Aliran melalui pintu radial

Sementara debit yang mengalir di bawah pintu radial adalah :

Q=C d A √ 2 g y 0

dengan : Q = debit aliran


Cd = koefisien debit
A = Luas bukaan pintu
y0= kedalaman air di hulu pintu
g = percepatan gravitasi

4. Prosedur percobaan

a) Pasang radial gate pada saluran


b) Atur sekrup pada ujung atas pintu untuk mendapatkan bukaan kecil antara dasar
pintu dan dasar saluran
c) Alirkan air dan biarkan aliran stabil dan jangan sampai melimpas diatas pintu
d) Ukurlah debit aliran , yg dan y0
e) Naikkan bukaan pintu dan ukur Q yg dan y0
f) Ulangi langkah yang sama untuk debit aliran yang lain
g) Pasanglah stop log pada ujung aliran dan biarkan pintu dalam kondisi submerge
h) Lakukan hitungan di bagian down stream untuk mengukur debit aliran
i) Buatlah grafik hubungan antara Cd dan ha/h0 untuk Q konstan
j) Buatlah grafik hubungan Cd dan ha/h0 untuk h0 konstan

5. Hasil Pengamatan

48
Tabel 11.1 Hasil pengamatan aliran pada pintu radial

y0 (m) y1 (m) yg (m) Q (m3/s) A (m2) Cd

0,103 0,008 0,01 0,002823 0,003 0,6624

0,054 0,011 0,015 0,002823 0,0045 0,6098

0,034 0,018 0,02 0,002823 0,006 0,5764

49
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................................ii

Daftar Gambar......................................................................................................................iii

Daftar Tabel..........................................................................................................................iv

Bab I Aliran Permanen Seragam Pada Saluran Licin............................................................1

Bab II Aliran Permanen Tidak Beraturan Akibat Pembendungan........................................5

Bab III Bangunan Kontrol Ambang Tajam...........................................................................8

Bab IV Bangunan Kontrol Ambang Lebar..........................................................................12

Bab V Bendung/Overflow Weir With Sky Jump And Bendung/Overflow Weirwith


Blended Reverse Curvature.................................................................................................16

Bab VI Aliran Melalui Air Regulated Siphon.....................................................................22

Bab VII Pintu Sorong / Sluice Gate.....................................................................................25

Bab VIII Loncat Air / Hydraulics Jump..............................................................................30

Bab IX Gaya Yang Berkerja Pada Pintu Sorong.................................................................35

Bab XI Radial Gate..............................................................................................................41

50

Anda mungkin juga menyukai