M ZAIM NURHIDAYAT
Survey Superintendet
PT ADARO INDONESIA
Daftar isi........................................................................................................................................................2
PETA.............................................................................................................................................................9
Pembuatan PETA....................................................................................................................................31
Rekonsiliasi volume..............................................................................................................................45
Menurut Suyartono dalam buku Good Mining Practiase, 2004, Pada kegiatan
penambangan disebutkan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses tersebut, yaitu
Pada setiap tahap tersebut, peranan tenaga survey dan pemetaan sangat diperlukan,
khususnya dalam tahap Eksplorasi dan Eksploitasi. Dalam tahapan eksplorasi, peran
tenaga survey dan pemetaan antara lain, penyediaan peta-peta kerja geologi dan peta
untuk perijinan penambangan, pengukuran topografi original, dan penentuan posisi titik
bor geologi. Dalam tahapan eksploitasi peran tenaga surveyor juga diperlukan untuk
pelaksanaan konstruksi insfrastruktur tambang (bangunan, jalan,Pelabuhan dan
transmisi/jaringan) serta implementasi dari design tambang dengan memasang patok-patok
acuan design.
Dalam kata lain, Mengapa survey diperlukan dalam kegiatan penambangan, karena beberapa
hal dibawah ini ;
1. Penambangan dilakukan dalam area yang cukup luas
2. Penambangan dilakuakan dengan ruang dimensi terukur
3. Penambangan dilakukan pada bumi dengan segala sifat fisiknya (bulat)
4. Penambangan dilakukan dengan integrasi beberapa disiplin ilmu yang memerlukan
standar ukuran.
Pekerjaan survey pada survey tambang terbuka dapat dikategorikan sebagai pekerjaan
Geodesi Rendah (Plane Geodesi). Pada umumnya wilayah tambang tidak mencakup areal
yang terlalu luas sehingga kelengkungan bumi dapat diabaikan (dalam beberapa area
Perkembang teknologi dan pemetaan yang dalam kurun waktu terakhir meningkat sangat
cepat juga menuntut beberapa dunia tambang untuk meningkatkan produktifitas
penambangannya, dengan cara melakukan perbaikan-perbaikan pada bidang survey
pemetaan, misalnya :
• pemetaan topografi original menggunakan teknologi Laser Scanner.
• pengunaan satelit positioning selain GPS untuk pemetaan pada model tambang dalam
untuk tambang bijih.
• Pengunaan teknologi Robotic Monitirong Sistem untuk pemantaunan kestabilan
lereng.
Dalam kerangka aplikasi praktis, kesalahan dalam pekerjaan survey dan pemetaan di
tambang terbuka akan sangat erat dengan tujuan penambangan (tujuan ekonomi), yakni
dalam pelaksanaan investigasi kandungan tambang (eksplorasi) dan tahap pengambilan
material tambang (eksploitasi).
Kesalahan-kesalahan pekerjaan survey yang dilakukan oleh survey dalam pekerjaan
tambang akan menyebabkan beberapa hal dibawah ini:
1. Kesalahan data-data survey dalam kegiatan eksplorasi akan menyebabkan kesalahan
dalam membuat model cadangan bahan tambang, serta menentukan besaran
cadangan terkira dan terukur suatu tambang.
2. Kesalahan penentuan besaran cadangan terkira dan terukur ini akan
menyebabkan analisa dalam studi kelayakan tambang, dan analisa ekomoni
tambang.
3. Kesalahan dalam pembuatan model cadangan bahan tambang akan
mengakibatkan kesalahan pada kesalahan pembuatan design dan kesalahan pada
penentuan metode penambangan.
4. Kesalahan dalam pengukuran untuk pemeteaan material tambang, akan
menyebabkan kesalahan dalam pengelolaan material yang menyebabkan
degradasi lingkungan, misal material potensi asam tambang.
5. Kesalahan pada pembuatan model akan mengakibatkan kesalahan dalam
perencanaan tambang dan produksi penambangan sehingga cadangan yang
berada dibawah tanah tidak didapat diambil seluruhnya.
6. Kesalahan dalam pengukuran pemasangan design oleh survey akan meyebabkan
salahnya penggalian yang berdampak pada
a. Volume galian perencaan tidak sama dengan aktual sehingga cost dari
penambanga akan bertambah.
b. TERGANGGUNYA Stabilitas/kemantapan lereng karena perubahan geometri
lereng.
c. Pengambilan material yang salah sehingga kualitas material tidak sesuai
dengan perencanaan.
d. Terganggunya sekuen penambangan (blasting, digging) sehingga target
produksi mengalami perlambatan.
7. Kesalahan dalam melakukan pit kontrol, atau monitoring penambangan maka
akan menyebabakan :
a. Kesalahan dalam kegiatan penyaliran tambang.
b. Kurang efisiensinya penggunaan alat produksi (misal penentuan elevasi
mine sekuen dan pengukuran titik-titik untuk blasting)
c. Tidak tercapainya pengelolaan tambang yang aman (misal pengukuran grade
Jalan)
Kaidah teknik (Standar Operating Prosedur) dan etika profesi survey dalam dunia
pertambangan harus diterapkan sebaik mungkin untuk menghindari kesalahan-kesalahan
survey dan pemetaan tersebut diatas. Kompetensi surveyor tambang yang baik akan
menghindari kesalahan dalam pekerjaan survey tambang.
Bukan hanya kaidah dan teknik yang benar, keberhasilan survey dan pemetaan
ditambang juga harus ditunjang dengan pengetahuan safety dan enviroment (lingkungan)
yang baik bagi surveyor. Karena dpaat dikatakan 80 % pekerjaan survey dan pemetaan
dilakuan di lapangan dan hasil pemetaaan surveyor digunakan untuk analisa
lingkungan dan
pelaksanaan reklamansi dan rehabilitasi lingkungan secara langsung (misal; management
penyaliran air tambang)
Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 4
Dalam materi ini, kita akan jelaskan langkah perlangkah apa yang dilakukan oleh surveyor
dalam kegiatan penambangan, khsususnya tambang terbuka.
BAB II
BISNIS PROSES PENAMBANGAN DAN PERAN SURVEYOR.
Seperti yang sudah dijelaskan dimuka, bahwa peran surveyor dalam penambangan cukup
erat. Dalam bagian ini, kita akan menjelaskan tahapan penambangan/bisnis proses dan
peran surveyor secara lebih detail.
Untuk lebih singkat menjelaskan bisnis proses penambangan dengan peran surveyor,
dapat dilihat dalam flowchart ini,
Mining Proses
m
u PetaSebaran
Sistem Koodinat Peta- Geografi
m cadangan
U Peta Rupa Bumi Peta Demografi Peta-
an Foto Udara Sosial Budaya Perijinan dan
ki Peta Penggunalan Lahan Sosialisasi
Peta
dli Peta Fungsi Kawasan
e
y
n
P
P
e
Titik Rencana
e Survey Analisa
Drilling Survey B
i Titik Geoteknik
s Survey-Geolistrik Eksplorasi Topografi
Kontrol Geohidrologi
rar Survey-Geomagnet /Test Pit/
olol Survey-Geofisika Trenching
p
Survey-Seismik VISIBILITY STUDI
s
Survey Hidrology Layout titik Bore Model (STUDI KELAYAKAN)
k
E Survey Gravimetri dan Survey bore Cadangan
hole/Singkapan Tambang
A
Stake Out
Pembangunan Design
Design
insfrastruktur Infrastruktur
Konstruksi
i Evaluasi
Survey Control (Elevasi –
astat Sekuen Pengukuran
i Redesign Desing- Drainage-volume)
Tambang Progres
olol tambang
p Dan Tambang
s
k Annual Ekonomi Stake Out
Pembentukan Penyimpanan Design Area
E Tambang A Design
Report area Disposal tanah Pucuk Disposal
& Disposal
i Reklamas
s
k tambang
rtur Rekonsiliasi Volume Monitoring B
s Geoteknik
n
o Pengalian Pengalian Stake Out
Pengalian Design
K tanah Penutup tanah Pucuk Design
Cadangan Tambang
(OB) (Top Soil) Tambang
Pengangkutan Pengolahan
dan dan
Pengapalan penimbunan Survey Control (Elevasi – Desing- Drainage-
volume)
Dalam flow chart Gambar 2.1 diatas, peran Surveyor tambang dalam kegiatan tambang di
perlukan untuk
1. Mengembangkan sistem koordinat dan jaring titik kontrol untuk pemetaan kawasan
2. Menyediakan peta data dan profile topografi area tambang dalam tahap
peyelidikan umum dan eksplorasi
3. Membantu team geologist untuk menentukan titik lokasi pengeboran eksplorasi
yang lebih detil setelah dilakukan perkiraan dan dugaan cadangan bahan tambang.
4. Melakukan pemetaan secara berkala untuk kemajuan tambang dan penghitungan
mine out volume (material yang sudah ditambang).
Di Indonesia, Surveyor tambang dikenal dengan istilah Juru Ukur Tambang, walaupun
isitilah ini diberian untuk pendefinisian yang cukup luas (bukan hanya surveyor
pemeteaan saja). Hal mengenai peta dan juru ukur diterangkan dalam Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi Nomor : 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pertambangan Umum pada Bagian Empat yakni menerangkan Juru Ukur Dan
Peta Tambang, sebagai berikut
Pasal 19 -Peta
Dengan dua pengertian diatas, baik dari ISM dan Kepmen 555.K/26/M.PE/1995, Fungsi
survey dan suryor dapat dengan mudah kami gambarkan dengan ilustrasi dalam gambar
2.2, dibawah ini.
• Peta
PETA
PETA adalah :
➢ Gambaran Permukaan Bumi Yang Diproyeksikan ke Bidang Datar dengan skala
tertentu.
➢ Bagaimana Obyek Permukaan Bumi digambarkan ?
- Obyek digambarkan dengan simbol
- Bentuk Permukaan Bumi digambarkan dengan Proyeksi Peta
- Detail informasi obyek ditentukan dengan skala
- Jenis informasi digambarkan berdasarkan tema
yang telah
Perlu diketahui bahwa skala peta juga berkaitan dengan informasi yang ditampilkan,
semakin besar skala peta maka akan semakin detik informasi yang dimunculkan.
Penulis berpedoman bahwa skala peta yang ideal yang dapat digunakan dalam peta-peta
tambang adalah jika setiap informasi yang akan di tampilkan dalam peta dilakukan
sampel data lapangan dengan kemunculan beda jarak di peta minimal 1 cm.
Dimisalkan, akan memunculkan sebarang rencana titik bore, sebaran titik bore dilapangan
adalah per 50 meter, dalam hal ini skala terkecil
Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 9
Berikut Peta peta yang dihasilkan dan harus disediakan oleh surveyor tambang untuk
kegiatan penambangan dapat dilihat dalam tabel 3.1
Pada peta pengelolaan lingkungan sebagai bagian dari laporan tahunan pengelolaan
lingkungan yang harus dilaporkan perusahaan tamabng, surveyoar membuat peta
pengelolaan lingkungan yang terdiri dari:
1. Peta Situasi Penambangan
- Lokasi Kegiatan Tambang
- Lokasi MOA yang telah di backfill (MOA = Mine out area)
- Lokasi MOA yang belum di backfill
Lokasi Penimbunan Tanah Pucuk
- Lokasi Penimbunan Tanah Penutup
- Areal yang tidak terganggu tetapi untuk sarana penunjang
2. Peta Pengelolaan Lingkungan
- Lokasi Tambang Aktif
- Lokasi Penimbunan Tanah Pucuk
- Lokasi Penimbunan Tanah Penutup
- Lokasi Revegetasi MOA dan OB (OB = Overburden)
- Lokasi Pengolahan dan Kolam Tailing
- Lokasi Kolam Sedimen/Cekdam
- Lokasi Sarana Kendali Erosi
- Lokasi Pengelolaan air asam tambang
- Lokasi Sarana Penunjang.
3. Peta Pemantauan Lingkungan
- Lokasi Pemantauan Kualitas Air
- Lokasi Pemantauan Kualitas Tanah
- Lokasi Pemantauan Kualitas Udara
- Lokasi Pemantauan Hasil Revegetasi
- Lokasi Pemantauan Satwa
- Lokasi Pemantauan Kendali Erosi
- Lokasi Titik Penaatan (Point of Compliance)
1). Titik penaatan yang keluar dari kolam pengendapan atau
pond
2). Titik penaatan yang keluar dari unit proses pengolahan
atau pencucian bahan galian
Sketsa adalah hasil suatu pekerjaan penggambaran dengan tangan dari suatu peristiwa, yang
diwujudkan dalam suatu bidang datar atau kertas dengan bantuan daya imajinasi. Sketsa
kecelakaan tambang adalah hasil dari sketsa suatu kecelakaan Tambang.
1. Pembuatan Sketsa Kecelakaan tambang
Sketsa dibuat sebelum suatu kecelakaan berubah tempat dan bentuk, yang dibuat
oleh Juru Ukur tambang atau Staf gambarnnya yang telah ditunjuk.
Pengukuran posisi kecelakaan juga untuk membuktikan apakah kecelakaan yang terjadi
berada dalam area penambangan, project area atau area yang dimintakan untuk kegiatan
penambangan.
Kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh surveyor tidak terlepas dari aspek ketelitian
yang dihasilkan. Aspek ketelitian pekerjaan survey dan pemetaan harus direncanakan
sehingga
pekerjaan surveyor dapat dikontrol dan diuji kebenarannya.
Parameter ketelitian juga diperlukan untuk membantu pemilihan metode, alat dan wahana
survey dan pemetaan. Baik metode untuk pengukuran titik kontrol maupun metode untuk
pengukuran detilnya.
Parameter ketelitian juga diperlukan untuk menentukan skala peta yang dihasilkan dari
hasil pengukuran dan juga untuk menentukan sampai nilai akurasi dalam pemasangan patok
atau stake out.
Aplikasi pengunaan orde titik kontrol pemetaan dalam dilihat dalam gambar 4.1
-
N e tw o r k L e v e l
G e ne r a l/ T o E n
A d ju s tm e n t S ty l Of C o n f d en c e 9 5 % (1),
R e si d ua l T o le r d it e r at io n 0 .0 0 0 0 1
e 92% (2) Final Corvegensi Cutoff 0.005
a nce
- General/Sigma scalars Univariate 1.960
Bivariate 2.447
- General/Iteration Maksimum Iteration 10
Tabel 3.4 Contoh Standar ketelitian pengolahan GPS (Baseline dan adjustment)
Loop Closure dan perbedaan multi baseline pada pengukuran GPS harus di check
untuk setiap kesalahan untuk mengetahui nilia estimasi adanya ketidak sesuaian
jarring GPS.
Untuk mengetahui kualitas jaringan GPS, minimal harus diikatkan dengan satu stasiun orde
0 (minimally constrained 3-D adjustment) dengan latitude -localongitude dan ellipsoidal
height, kualitas uji jaringan adalah Full constraine 3-D least squares adjustment pada the 2-
sigma (95%) level
Dalam pengukuran pemetaan, pada saat pengambilan data, unsur-unsur data lapangan
atau feature topografi direkam dengan kode-kode khusus. Maksud dari pengkodenan ini
adalah untuk menyederhanakan perekaman data sehingga pengukuran lebih efektif dan
cepat. Kode-kode ini juga dikalsifikasi dan disimbolkan dapat pembuatan peta nantinya.
Dalam tabel 3.5 dibawah ini adalah contoh kode untuk salah satu tambang yang
String
Kode Feature Function Point
Number CAD Color CODE Color
Format
JLSL BAtAs Pinggif JAlAn Breakline 303 0.91.22 Fofest Gfeen
JLCL As JAlAn Breakline 305 0.165.101 Jungle Gfeen
JLCL As JAlAn I Design Breakline 304 124.124.0 Olive Gfeen
STRC Stfuctufe Line 311 K 22.0.30 Pufple
CULVT Gofong - Gofong Line 313 K 22.0.30 Pufple
GRAVES KubufAn Point 316 132.53.0 Coppef
SUSH As SungAi I Cfeek Breakline 306 0.240.213 AquAmAfine
CGSH Pinggif AtAs SungAi Breakline 309 179.40.0 TAn
OBLS Ovef Bufden Ecolimit Breakline 1 + 0.0.0 BlAck
FASH Floof Of CoAl Breakline 307 255.89.133 Pink
RASH Roof Of CoAl Breakline 411 255.0.0 Red
T3- PilAf KAyu Point 333 Δ 255.0.155 MAgentA
T1- PilAf Beton Point 331 " 50.7.0 Bfown
+
T0- PAtok bAtAs LegAlitAs Point 300 0.91.22 Fofest Gfeen
CTMA Contouf MAyof Contour 52 + 81.37.0 RAw Umbef
CTMI Contouf Minof Contour 24 + 179.78.0 Bufnt
OfAnge BTHN BAtAs PenghijAuAn Area
5 K 0.91.22 Fofest Gfeen LCRG LAnd
CleAfing Area 352 + 41.117.165 Blue Gfey
BTSP BAtAs Pfoject Area 2 + 255.0.0 Red
WTRG WAtef AfeA Area 20 + 0.240.213 AquAmAfine
COAL CoAl Area 29 + 183.183.183 Silvef
DRJL JAluf DfAinAge Line 334 D
255.58.0 Yellow Ofenge
ECJL JAluf BAtubAfA Line 500 # 255.101.0 TAngefine
OBJL JAluf OB Line 501 Δ 255.30.0 OfAnge
LODG LoAding Point Point 502 ! 0.0.255 Blue
DUMP Dumping Poit Point 503 G 24.0.63 Blue Violet
ARBL AfeA blAsting Area 504 127.0.58 MAfoon
SHBL Shetkef BlAsting Point 505 64.0.101 RoyAl Pufple
TLMP Towef LAmp Point 507 * 193.0.119 Mulbeffy
VWPN View Point Point 508 ® 255.171.0 MAize
FULT Feul TAnk Point 412 + 255.163.126 PeAch
PLDW JAluf PipA DewAtefing Line 413 Δ 137.0.111 Plum
PUMP Pumping Point 414 + 147.56.3 RAw SiennA
CHSA ChAnge shift AfeA Area 415 + 161.2.0 Bfick Red
WTRF WAteffill Area 421 79.79.142 CAdet Blue
Tabel 3.5 Kode Unsur peta- Fungsi dan Simbol kartografi
Metode metode yang umum digunakan untuk informasi ini diatas peta adalah
dengan simbol-simbol kartografi. Kartografi (atau pembuatan peta) adalah studi dan
praktek membuat peta atau globe. Peta secara tradisional sudah dibuat menggunakan
pena dan kertas, tetapi munculnya dan penyebaran komputer sudah merevolusionerkan
kartografi. Banyak peta komersial yang bermutu sekarang dibuat dengan perangkat lunak
pembuatan peta yang merupakan salah satu di antara tiga macam utama; CAD
(desain berbatuan komputer), GIS (Sistem Informasi Geografis), dan perangkat
lunak ilustrasi peta yang khusus.
Dalam tabel 3.5 , disampailkan unsur-unsur disimbolkan dalam peta, dalam bentuk Point
line atau area yang juga untuk setiap titik dinotasikan dengan warna khusus.
Pada peta, bentuk-bentuk permukaan bumi yang perIu digambarkan yang disesuaikan
dengan maksud pembuatan peta tersebut haruslah dipilih berdasarkan skala yang
diminta dan dinyatakan dalam bentuk gambar yang mudah dibaca serta mudah
dimengerti. Peraturan yang detail untuk penentuan gambar-gambar dalam rangka
pembuatan peta disebut simbol. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
merencanakan dan membuat komposisi simbol-simbol adalah sebagai berikut :
a) Rencana simbol-simbol untuk peta topografi
Hal-hal yang perIu diperhatikan dalam perencanaan simbol-simbol untuk
pembuatan peta adalah sebagai berikut:
1. perubahan bentuk simbol dari skala besar ke skala kecil. Contoh: jalan
dengan simbol dua garis pada skala 1:1.000 akan digambarkan dengan
simbol satu garis pada skala 1:10.000.
2. terjadinya pergeseran (exageration} atau perubahan tata letak karena
perubahan skala
3. terjadinya generalisasi (generalitation} atau perubahan bentuk simbol yang
digabung karena perubahan skala. Contoh: rumah-rumah yang disimbolkan
dalam bentuk asli pada skala 1:1.000 akan digambarkan berupa kampung
yang diblok pada skala 1:10.000.
4. nilai interval kontur akan berubah sesuai dengan perubahan skala yang
mengakibatkan adanya bentuk morfologi yang hilang. Garis-garis kontur
dengan interval tertentu digambarkan berbeda ketebalannya untuk
mempermudah pembacaan.
pada skala 1:1000, jarak garis grid 5 cm di peta = 50 m di lapangan, sedangkan
pada skala 1:10000, jarak 5 cm di peta = 500 m di lapangan.
6. Ukuran huruf dan garis harus disesuaikan dengan skala. Pemakaian garis
penuh dan garis putus-putus disesuaikan dengan kaidah-kaidah pemetaan.
7. Semua keterangan penjelasan sebagai pedoman penggunaan atau
pembacaan peta ditempatkan pada tepi masing-masing lembar peta.
Timbunan
Proyeksi Kerangka Pelabuhan
Tempat penggalian
Bentuk-bentuk Front Penambangan
Planimetris Daerah Reklamasi
Tanggul
Kampung
Fasilitas Lalu Lintas
Batas - batas
Detail Garis Pantai, Sungai
Simbol Simbol lubang bukaan
Simbol bangunan
Simbol titik-titik pada tanah
Simbol dan warna yang digunakan harus menunjang fungsi utama dari peta, yaitu
menyajikan data secara jelas, benar dan tepat, dan menarik untuk dibaca. Contoh
simbol dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan 3.3
Kampung
Waduk
Sawah
Sungai
Perkebunan
Dorodon
Tegalan Jalan
Hutan Daerah
pariwisata Jaring
Daerah bekas
quarry
terapung
Simbol kota berpenduduk X juta jiwa (simbol titik kuantitatif/dengan satuan harga)
Simbol kota berpenduduk nX juta jiwa (simbol titik kuantitatif/dengan satuan harga)
Simbol daerah yang mempunyai pendapatan tinggi (simbol luas kuantitatif)
--1
0
Simbol kontur dengan kedalaman 10 m (simbol garis kuantitatif/isoline)
Hasil pemetaan dengan kode-kode unsur tadi dapat dilihat dalam contoh peta pada gambar
3.4 dan 3.5 dibawah ini.
Beberapa aplikasi kode informasi untuk komunikasi dilapangan antara surveyor dan
department lain di kegiatan penambangan:
1. Patok dan Pita.
Patok dan pita digunakan untuk menginformasikan dimensi garis dan titik , misal garis
as jalan, batas rencana kegiatan peledakan, titik rencana titik bore, titik rencana
pemasangan peralatan monitoring, dll
2. Bowplan.
BAB IV
SURVEY EKSPLORASI
• Pengukuran topografi
• pembuatan peta
Sistem koordinat tambang dalam tahapan eksplorasi dan eksploitasi menjadi salam
satu yang harus dipertimbangkan dalam kegiatan penambangan. Pemilihan dan
penentuan sistem koordinat dalam penambangan akan menghasilkan:
1. Muka peta penambangan yang lebih mudah dan simple dalam hal kartografi peta
tambang.
2. Efisiensi dalam data penyimpanan data survey dan data geologi
3. Keamanan dalam penyimpanan data tambang karena sifat koordinat tambang
adalah eksklusif
4. Efisiensi dalam pencetakan peta penambangan karena dengan muka peta yang
tidak maksimal dan pencetakan peta penambangan yang berulang akan membuat
Perlu diketahui , dalam kegiatan eksplorasi dan penyelidikan umum, dapat digunakan
dahulu sistem koordinat global, setelah dilakukan investigasi sebarang cadangan dan
kegiatan FS, surveyor dapat menentukan sistem koordinat masing masing site agar
muka peta masing masing tambang dapat efektif.
Dalam penyelidikan umum oleh team geologi, sistem koordinat masih menggunakan sistem
koordinat global yang sesuai dengan peta dasar pemetaan yang sudah ada (jika di
Indonesia adalah Peta Rupa Bumi Indonesia yang dikeluarkan oleh Badan koordinasi
Survey dan PEmetaan nasional). Namun saat dilakukan eksplorasi detil dengan kegiatan
pengeboran, surveyor harus mulai membuat design untuk survey dan pemetaan
kawasan, khususnya untuk kegiatan survey Topografi dan survey untuk geologi. Survey
geology dalam eksplorasi antara lain; menentukan posisi titik bore (istilah dalam
kegiatan survey adalah stake) out)dan melakukukan survey kembali titik bore setelah di
bore.
Dalam melakukan design untuk survey pemetaan kawasan. Survey harus menentukan
jaringan titik kontrol yang akan digunakan untuk survey-survey geologi.
Dalam menentukan design jarring titik kontrol, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan oleh surveyor:
1. Luas area pemetaan (sebarang cadangan tambang dan rencana infrastruktur).
2. Ketersediaan titik kontrol
3. Metode pengukuran dan alat yang akan digunakan untuk melakukan titik kontrol
4. Ketelitian jaringan yang diharapkan untuk hasil akhir ketelitian peta dan
Karena dalam pengukuran dan design jarring titik kontrol kita harus memperhatian
ketelitian jaringan yang dikaitkan dengan ketelitian hasil akhir peta dan pengunaan jarring
pengukuran, maka pemilihan alat dan metode menjadi sangat penting. Misal pengukuran
jaring titik kontrol untuk kegiatan pemetaan topografi (ketelitian frasksi centimeter) akan
berbeda dengan jarring pengukuran untuk kegiatan konstruksi bangunan (ketelitian fraksi
millimeter).
Gar is Baseline P
engukuran GPS
Titik Kontrol Ord e1
PS e3
rd Jenis P
nG
k ra S
gu eu 1 G P ol
O oli g
e
lin
o
n r n ttrr
Pe O ra Ko n
n
be
l o
r d k u1e r
e nt u u
B as ki
o grd Tii
iittk k
sK it a
ar i T e n llO
G ttor
n
P o
lliien
e K
s iik
P
S
Ba tti
G T
s
G rii io
n
n 11 olig G a
tSa
n P
e on
ra e C a t
a rd a
o l
u d
k
uuu
gg ban x)
OO g ( ak 2 a T G
eennoo l m n
r
P t r a
e
e t
nn uku r
si
ni oo G B
itik rde 3 J eni Poligo
l
n
K
K ng T
Ko
ntr
ol O
T a
e s
see t i kk
ii
aa i P n ii
BB TT ar t s
s k
ert
Tu
B K lei
2
rri ss e tu p ii a o
n
aa tiiTk ellii t Pe
n
GG r s
d
Ko l
or e
n
O
ne
leo ntr P O g
u
n o d r
tr n o K e
nC
aJ
a ba
iik n g
m
e
ti
(
Penguk
uran
T G PS Po
li
nii g
g
r o
S r
g rd ra k G
ll a
O e uk u 1 nG P 1
u
n
P
S
Luasan area pemetaan akan menentukan jumlah dan model jaringan titik kontrol. Semakin
luas area yang akan di petakan, maka semakin banyak titik kontrol yang akan di pasang
untuk pemetaan.
Metode pengukuran dan akurasi yang biasa digunakan ditambang dapat dilihat dalam table
3.3. Perkiraan jarak pemasangan titik kontrol dan metode yang dihubungkan dengan
rencana penggunaan aplikasi survey setelahnya, tabel 4.1
PENGUKURAN TOPOGRAFI
Dalam hal metode yang digunakan, berikut adalah akurasi yang akan di dapatkan dalam
pemetaan topografi dengan metode-metode diatas, serta metode untuk mendapatkan
unsur/feature topografi. (table 4.2)
Ketelitian Vertikal Skala Peta yangMetode mendapatkan
Metode
Yang dihasilkan dihasilkanUnsur /Feature topografi
Metode fotogrametri ± 1m > 1: 10.000 Fotogrametri
Metode Survey INFAR ± 1m > 1: 10.000 Foto satelite dan
(interferometric synthetic Fotogrametri
aperture radar) Meotde Survey LIDAR
< 1 m / ± 0.5 m < 1: 2000 Fotogrametri dengan Low
flight Terestris
Metode Survey Terestris < 20 cm < 1: 2000
Produk Pemetaan teknologilidar juga akan dijelaskan dari sudut pandang Surveyor
tambang sebagai pengunna data dan pengawasan dalam kegiatan survey LIDAR.
Dalam pemetaan dengan tekmologi LIDAR yang mampu mendapatkan ketelitian peta
dengan akurasi kurang dari 1:2000 dengan biaya yang murah untuk area yang cukup luas,
surveyor tambang tentu tidak melakukan sendiri kegiatan ini, karena inventasinya cukup
besar. Pengukuran lidar di dunia pertambang tentunya akan dilaksakan oleh pihak
kontrktor atau perusahaan survey yang mempunyai kompetensi untuk melakukannya.
Pengambilan data topografi dengan metod terestrial adalah metode pengambilan data
topografi dengan alat ukur sudut dan jarak, atau lebih kita kenal dengan alat theodollite
dan total station.
Metode pengambilan data yang dapat dilakukan dengan metode terestria antara lain ;
1. Metode Polar – metode polar dilakukan pada area yang benar-benar terbuka dan
tidak ada penghalang dari station alat ke titik sample data, misal di tambang dan
disposal)
2. Metode sket base topografi, metode ini digunakan untuk lokasi yang sudah banyak
bangunan dan feature kontruksi buatan manusia.Pada metode ini surveyor
membuat sketsa bangunan dan detil topografi sebelum dilakukan pengukuran dan
dilanjutkan dengan proses pengukura detil sesuai dengan sektsa dan feature yang
ada.
3. Metode Array (jalur polygon), metode array dilakukan pada area yang masih
banyak tanaman atau penghalang berupa tanaman, misal di hutan dan perkebunan.
Model pengukuran dengan metode array ini membuat jalur pengukuran poligon
dengan jarak tertentu sesuai dengan skala peta yang akan dilakukan sampel.
Jarak antar array adalah 3 x jarak antar sample.
Pengambilan data topografi dilakukan dengan asumsi nilai untuk jarak antar titik sample
data adalah 1 cm tercetak di peta. Untuk Peta skala 1:1000 maka jarak antar sample
titik adalah 10 meter.
Dari hasil penyelidikan umum, team geologist akan melakukan survey eksplorasi detil,
dimana akan dilakukan pengeboran dan trenching. Team geologist akan menentukan
posisi-posisi pengeboran.
Salah satu tugas surveyor dalam kegiatan eksplorasi detil adalah membantu team geologis
untuk menentukan posisi di lapangan atas titik eksplorasi, bore & treching dengan metode
stake out. Biasanya kegiatan ini disebut dengan staking out bore
Dalam kegiatan pengeboran, terkadang posisi yang ditentukan oleh team geologis bukan
tempat yang tepat untuk pengeboran, dan kemudian team drilling dan geologis akan
memindah posisi pengeboran. Dalam hal ini, team survey akan melakukan pengukuran lagi
koordinat hasil pengeboran secara tepat. Biasanya kegiatan ini disebut dengan
shooting bore
Dalam analisa pengunaan alat survey, kegiatan staking out bore, team survey dapat
menggunakan alat survey yang relative kurang teliti, missal dengan GPS stand alone (tanpa
koreksi) dibandingkan dengan pengukuran untuk shooting bore yang harus teliti untuk
mengakomodasi pemodelan cadangan mineral, missal menggunakan Total station dengan
titik kontrol yang terverifikasi atau GPS dengan metode RTK/Static survey.
PEMBUATAN PETA
Peta ialah gambaran sebagian atau seluruh permukaan bumi di atas bidang datar (bidang
yang dapat didatarkan) yang dibuat dalam skala dan metode tertentu yang dilengkapi
dengan keterangan-keterangan untuk identifikasi.
Jenis peta
Seperti telah kita ketahui bahwa peta merupakan bentuk penyajian data sebagian atau
seluruh permukaan bumi di atas bidang datar yang digambarkan dengan skala dan
proyeksi tertentu. Peta terdiri atas beberapa jenis, sesuai dengan fungsinya antara lain
adalah : peta topografi, geologi, tambang, dan peta gabungan.
1). Peta Topografi (lihat modul Kartografi)
Contoh peta topografi adalah Peta Rupa Bumi terbitan Badan Koordinasi Survei
dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) (lihat gambar 4.6), Peta Topografi terbitan
Direktorat Topografi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), dan
peta-peta teknik untuk perencanaan teknik sipil.
Gambar 4.6 Peta Rupa Bumi Pamenang Kabupaten Lombok Barat Skala 1
: 25.000 (Terbitan Bakosurtanal, 1992)
Secara umum peta geologi terdiri dari dua jenis yaitu :
Peta geologi sistematik
Peta geologi tematik
Dalam peta tambang ini juga biasanya digambarkan letak atau lokasi kolam pembuangan,
lokasi penimbunan tanah pucuk maupun overburden, jenjang, jalan tambang, dan sarana
pendukung lainnya.
Gambar 4.8 Peta Front Penambangan
Tahapan kerja pada kegiatan pembuatan peta dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:
CETAN COBA
REPRODUNGI
BAB V
SURVEY EKSPLOITASI MEMBERIKAN INFORMASI
• Rekonsiliasi volume.
Secara Umum pekerjaan survey dalam kegiatan eksploitasi dapat dilihat dalam chart
dibawah ini:
Stake Out
Plan Blasting Rencana Blasting
Survey
Blasting Inventory Blasting
Peta
Kemajuan tambang dan Mine out
Stake Out
Design
Topo
PROGRESS MINING Volume
Kontrol
MineDesign
Elevasi dan
Design
Raw
Inventory
product on Stock
Stock volume
Waste
Survey Stock
Untuk rekonsiliasi
Volume
Topo Progess
WASTEDUMP REMINING
WASTEDUMP
Setelah dilakukan desgn tambang atau perencanaan tambang, maka surveyor harus
melakukan pematokan dilapamgan untuk batas-batas rencana tambang dan design
tambang tesebut.
Pematokan design tambang ini dalam istilah survey disebut dengan stake out design.
Ada beberapa pematokan design atau stake out design yang dilakukan oleh surveyor, yaitu
1. Batas daerah penambangan dan daerah penimbunan .
2. Batas penyimpanan tanah pucuk atau top soil.
3. Garis garis design tambang untuk jenjang (berm) dan slope (bences).
4. Garis garis design untuk ramp/ akses jalan hauling.
5. Garis untuk jalur penyaliran.
Pemasangan design tambang adalah kegiatan surveyor yang bertujuan untuk memberikan
informasi perencaaan tambang kepada personal yang bertanggung jawab atas operasi
penambangan/mine operation. Sehingga diperlukan standar informasi untuk kode dan
metoda setiap batas-batas dan garis design yang di patok oleh srveyor.
Pada umumnya, surveyor menggunakan patok kayu dan pita (flaging tape) yang
berbeda warna untuk menyampaikan informasi ini. Ada juga yang menggunakan cat
semprot khusus survey dengan perbedaan warna.
Berikut adalah salah satu contoh kode pita yang digunakan untuk pematokan design
tambang,
Berikut ini adalah salah satu prosedure contoh bagaimana design tambang dilakukan
pemasangan design.
::
RRLL
8
6
setinggi 80 cm :: C
2:
20 12 45 33.0 10.5
Tabel 5.1 Hitungan nilai offset patok disposal
4. Pada pembentukan disposal dengan bench lebih dari 3 m, patok crest line
tidak dipasang. Tetapi elevasi dumping harus dikontrol agar sesuai dengan
rencana elevasi sesuai dengan design. Kontrol elevasi dumping menggunakan
peralatan grade box.
5. Pada posisi garis crest dan garis toe bertemu, dipasang patok berwarna
orange dan Putih dalam satu patok
Gambar 5.4 Pemasangan patok Design disposal dengan offset
D. Offset Prosedure
Pada pemasangan di posisi topografi original atau pada posisi bench yg
mengalami overcut dan undercut atau ditemukan bahwa elevasi titik stake out
berbeda dengan
titik design. Posisi patok crest line harus dilakukan Offset (penggeseran) sesuai
dengan Prosedur seperti dibawah ini.
H K
BLASTING GEOMETRI PELEDAKAN J
Burden (B)
Subdrilling (J)
Stemming (T)
Spacing (S)
B B
JENJANG
PUNCAKBENCH))
((TOP
T T
S B
CREST
B G T
H H
N ))
BA S
A L
B E CE ))
B ((
L
U
LK MD
NG FA
BIIDA
A
L PC Q OE
LL O ((FREE
PC K H
PC
TOE
J J LANTAII J
ENJANG
BENCH))
J ((FLOOR
11. Pengukuran pada area Sump, harus mengikuti prosedur keselamatan bekerja di
atas air dan mengikuti prosedur pengukuran bathimetri.
12. Jika lokasi pengukuran sudah masuk pada area front loading dengan radius 40
meter dari alat berat surveyor harus memberikan informasi kepada pengawas
produksi untuk melakukan penyetopan sementara alat produksi beroperasi hal ini
diperlukan untuk memberi kesempatan tim survey melakukan pengambilan data.
13. Pengukuran pada lokasi crest line dan toe line pada material hasil blasting
dilakukan dengan offset pada jarak satu setengah (1.5) tinggi dari dinding front
kerja (Digging face).
15. Pada saat pengukuran di area Ramp Aktif, Surveyor harus menginformasikan
kepada pengawas produksi agar operator unit mine hauling mengurangi kecepatan
menjadi 20 km/jam dan melakukan penyiraman pada areal ramp jalan. Hentikan
pengukuran Jika kondisi Ramp tidak aman
16. Crew survey tidak diperbolehkan memasuki area blasting yang sudah dilakukan
pengisian bahan peledak.
17. Setiap limabelas (15) menit, dilakukan kontrol orientasi sudut horisontal
instrument /alat survey pada titik backsight . Jika kesalahan orientasi pada titik
backsight yang melebihi dari 5 cm, maka harus dilakukan pengukuran ulang pada
data yang telah diambil dalam 15 menit sebelumnya. Kemudian lakukan pencatatan
nomer recordnya, dan harus direject saat editing raw data.Kemudian Lakukan
Reorientasi jika terjadi kesalahan melebihi 3 cm.
REKONSILIASI VOLUME
Panetrabredmaeatnodeasdarnpesantguaknu,
rmanerduapnaskatnuasnumpebnegrhnitiulani gkaenh, islaenhginagngasepmeruludadlialamku
LOOSES (kehilangan)
uukk
yy
M O dd rr
n a orro rirDD
g i
n tata R PP
n a i d AA
g nlini d n
nn
aa && gg
b m u dd ee
k g a
iinn ee
a
nn tt dd ss
ss
a P
e aa nn oo
g n e p t a a h WW aa oo
s
S l a nn
at aa HH LL
fi a p
h n hh nn
iti o
ioi ttPengukuran Stockmaterial
m
k u T Pengukuran Stock ROM aa Pengukuran Stock material aa
iioo
u
ra p O ssii rr
ee pp
d oro mm
ee PP OO
P
a k g n
A
Raw
Produk Stock Market
Stock Produk (TON) Pengolahan
TON Pengapalan (TON)
Volume
Cadangan
Pengangkutan
/ Mineable Resource (M3-Bank)
Produksi
(TON)
Waste Waste
(M3 Compacted) TON
rry Pengukuran Sample Muatan
ve
co
Alat Gali dan Alat Angkut
e Pengukuran Progress
R
g Disposal
ttiin
Pla Blasting nk llas Pengalian
n (M3) Ba B
g n a b
m a T
is
m o n
Blasted
BLASTING
(M3 Loose)
o k E
i
la i rr oo rr r r
N rrtt oo
ttt o o
t
Pengukuran Volume setelah oottaacc cc c c a F
aa a F
Pengalian area Blasting ccFF
aaFF e g a
e g a
ee ee gg aa w o
to
t
FF w o
to
t
llllgg ww ttoo S
eeaa S
wwww SS
SSotto
SS
Karena pada terori kesalahan, bahwa setiap proses penggukuran tidak ada angka yang
eksak, baik dalam proses pengukuran untuk menentukan volume cadangan mineable
maupun proses pengukuran untuk volume proses tambang dan volume-volume dalam
rekonsiliasi. Maka suatu organisasi, atau perusahaan tambang harus menentukan nilai
toleransi kehilangan cadangan secara objektif. Nilai toleransi yang objektif ini dimulai
dengan mengevaluasi setiap nilai-nilai kesalahan dan ketelitian proses survey dan
pemetaaan geology serta prosedur kerja dan alat kerja dalam operasi penambangan.
Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 46
BAB VI
ASPEK K3 SURVEY TAMBANG
Kegiatan penambangan adalak kegiatan industri yang padat modal dan mempunyai potensi
resiko dan bahaya untuk menjadi kecelakaan yang cukup tinggi. Sebagai surveyor tambang
yang merupakan bagian dari kegiatan penambangan, maka surveyor mempunya peran
penting dalam pelaksanaan dan pemeliharaan aspek keselamatan dan kesehatan kerja
(K3).
Salah satu kunci keberhasilan dalam pelaksanaan K3 adalah pelaksanaan dan pengelolaan
Potensi Resiko dan identifikasi bahaya. Dalam pekerjaan survey dan pemetaan yang
dilakukan dilapangan, surveyor harus mampu untuk mengetahui resiko dan bahaya agar
dapat dikelola secara individu maupun secara team survey.
Resiko dan bahaya dalam pengukuran dan pemetaan ditambang, baik untuk kegiatan
eksplorasi dan eksplotasi dapat dilihat dalam tabel dibawah ini, berikut juga beberapa
kontrol yang dapat dilakukan untuk mengelola resiko dan bahaya tersebut.
Pengelolaan resiko dan bahaya merupakan suatu kegiatan yang berulang dengan
melakukan kontrol terhadap resiko tersebut sehingga bahaya dan resiko tesebut dapat
diterima.
Assess Resiko
YES
Lakukan Kontrol
Dalam pengelolaan bahaya dan resiko, kita mengenal beberapa kontrol yang secara
bertujuan agar resiko dapat diterima. Berikut adalah tahapan dalam pengelolaan resiko.
DAFTAR BAHAYA I TEMPAT YANG WAKTU PENGARUH LAIN KONTROL YANG ADA
ASPEK TEPAT
Δ
0
< Rincian Deskripsi Menyiapkan Tentukan waktu Bagaimana Jika?:- Bagaimana jika Buat daftar Kontrol yang
0
z Bahaya I Aspek:- Deskripsi Rinci atau shift Orang, Kegiatan atau Kondisi Fisik ada seperti; Hukum,
Kegiđtđn, Bđhđn, tentang Posisi Bahaya yang Berubah? Bagaimana jika Orang atau Regulasi, Standar,
Mđteriđl tepat terjadinya ada. Alat baru memasuki area? Prosedur, Peraturan &
Bahaya. SOP.
1 PefsiApAn AlAt Sufvey , GudAng AlAt Sufvey AwAl shift kefjA AlAt jAtuhltefbentuf,AlAt tidAk stAndAf JSA- SOP, Engineefing-
PefiksA AlAt dAn digunAkAn, Asesofis AlAt sufvey funcing AdministfAtif
pefAlAtAn kefjA mengenAi AnggotA bAdAn, CidefA bAdAn
2 MobilisAsi AlAt sufvey ke lApAngAn SiAng HAfi KefusAkAn AlAt Sufvey , JAtuh ke JufAng SOP-AdministfAtif
lokAsi PengukufAn. , DehidfAsi, CidefA Punggung
3 PefsiApAn pengukufAn SiAng hAfi TeftAbfAk, MenghisAp Debu, Unit sAfAnA SOP-AdministfAtif-
lApAngAn. teftAbfAk ,lnstfumen HeAting, RAdiAsi Engineefing APD
oltfAviolet, AlAt ukuf fusAk , CedefA
punggung, Teftusuk kAki stAtif
4 PengukufAn l Sufveying TAmbAng – Joint SiAng hAfi dAn TefpApAf debu teftAbfAk AlAt befAt, SOP - AdministfAtif
Sufvey mAlAm hAfi dehidfAsi
5 PengukufAn l Sufveying SekitAf AlAt BefAt SiAng dAn TeftAbfAk AlAt befAt, kejAtuhAn mAtefiAl SOP-AdmnistfAtif- APD-
(Ffont mAlAm hAfi tAmbAng, Substitusi
penAmbAngAn dAn
konstfuksi)
6 PengukufAn l Sufveying Mine foAd SiAng TeftAbfAk, tefpApAf debu, DehidfAsi, SOP-AdmnistfAtif- APD
fAdiAso ultfAviolet, kejAtuhAn mAtefiAl
tAmbAng.
7 PengukufAn l Sufveying HAulfoAd SiAng TeftAbfAk, tefpApAf debu, DehidfAsi, SOP-AdmnistfAtif- APD
tefkenA bAtubAfA jAtuh, fAdiAsi ultfAviolet
8 PengukufAn l Sufveying JAlAn RAyA – Public SiAng TeftAbfAk, SOP-AdmnistfAtif- APD
RoAd
9 PengukufAn l Sufveying HutAn (luAf SiAng GigitAn binAtAng SefAnggA, SOP-AdmnistfAtif- APD
tAmbAng) Tefpefosok,tefpeleset, AlAt fusAk ,
Tefpotong , TefsAsAf , DisefAng
BinAtAng, DisefAng binAtAng, RAdiAsi
oltfAviolet, CedefA punggung, TefkenA
AlifAn listfik , TefkenA pohon Roboh,
tefsAmbAf petif.
10 PengukufAn l Sufveying WilAyAh befAif SiAng TenggelAm, AlAt sufvey hilAng SOP-AdmnistfAtif- APD-
Substitusi
11 PengukufAn l Sufveying RAwA TenggelAm, AlAt sufvey hilAng, SOP-AdmnistfAtif- APD
tefpefosok,
12 PengukufAn l Sufveying AfeA PfA BlAsting Tefpefosok, peledekAn Dini (PfemAtuf), AdministfAtif TfAining
DAFTAR BAHAYA I TEMPAT YANG WAKTU PENGARUH LAIN KONTROL YANG ADA
ASPEK TEPAT
Δ
0
< Rincian Deskripsi Menyiapkan Tentukan waktu Bagaimana Jika?:- Bagaimana jika Buat daftar Kontrol yang
0
z Bahaya I Aspek:- Deskripsi Rinci atau shift Orang, Kegiatan atau Kondisi Fisik ada seperti; Hukum,
Kegiđtđn, Bđhđn, tentang Posisi Bahaya yang Berubah? Bagaimana jika Orang atau Regulasi, Standar,
Mđteriđl tepat terjadinya ada. Alat baru memasuki area? Prosedur, Peraturan &
Bahaya. SOP.
fusAknyA instAlAsi BAlsting SOP
13 PengukufAn l Sufveying AfeA pAscA BlAsting Tefpefosok, tef SOP-AdmnistfAtif- APD
14 PengukufAn l Sufveying Di AtAs bAtu bAfA TefpApAf debu bAtubAfA
15 PengukufAn l Sufveying Slope dAn CAndi Tefpeleset, tefjAtuh, teftimpA mAtefiAl. SOP-AdmnistfAtif- APD-
Substitusi
17 PengukufAn l Sufveying DiAtAs Stockpile TeftimpA mAtefiAl, teftAbfAk, tefpApAf SOP-AdmnistfAtif- APD-
debu bAtubAfA, tefpefosok. Substitusi
18 PengukufAn l Sufveying Di Conveyof TefjAtuh, tefgofes, tefsefet. APD- AdministfAtif- SOP-
Substitusi
19 PenyimpAnAn AlAt GudAng AlAt Sofe (Akhif Shift) AlAt ukuf RusAk, CedefA punggung AdministfAtif, Engineefing.
20 LAsef AfeA PengukufAn SiAng l mAlAm MAtA tefpApAf LAsef Engineeefing,
AdministfAtif
21 PemAsAngAn pAtok titik AfeA pengukufAn SiAng Tefgofes dAn
kontfol lApAngAn
22 MAintAnAnce dAn Office SiAng KesAlAhAn dAtA AdministfAtif dAn SOP
kAlibfAsi AlAt sufvey
23 PengukufAn GPS RTK LApAngAn SiAng AlAt RusAk, kesAlAhAn dAtA lApAngAn, AdministfAtif , SOP-
kesAlAhAn stAke out, kesAlAhAn AnAlisis TfAining
pefuntukAn dAtA lApAngAn
24 PengukufAn GPS StAtic LApAngAn SiAng mAlAm KesAlAhAn dAtA AdministfAtif dAn SOP
25 Site KAlibfAsi GPS LApAngAn – Office SiAng KesAlAhAn dAtA lApAngAn AdministfAtif - Engineefing
26 AntenA GPS dAn RAdio LApAngAn dAn SiAng-mAlAm TefsAmbAf peftif Engineefing -AdministfAtif
Office
27 PengukufAn LApAngAn SiAng AlAt RusAk, kesAlAhAn dAtA lApAngAn, AdministfAtif, SOP,
dengAnTotAl StAtion kesAlAhAn stAke out, kesAlAhAn AnAlisis TfAining
pefuntukAn dAtA lApAngAn
28 PengukufAn dengAn LApAngAn SiAng AlAt RusAk, kesAlAhAn dAtA lApAngAn, AdministfAtif, SOP,
Leveling TfAining
29 PemAsAngAn pAtok LApAngAn SiAng KesAlAhAn pemAsAngAn AcuAn design, SOP, engineefing, tfAining
design TefgAnggunyA kestAbilAn lefeng,
RendAhnyA CoAl Recovefy., KesAlAhAn
penyAlifAn tAmbAng, GAnguAn
EnvifomentAl.
30 PengukufAn titik kontfol LApAngAn SiAng KesAlAhAn dAtA lApAngAn SOP - AdministfAtif
dAn bAse stAtion TfAining
31 PengukufAn KesAlAhAn dAtA lApAngAn, oveflApping SOP - AdministfAtif
KompensAsi kepemilikAn lAhAn. TefgAnggunyA
sosiodinAmikA. TefgAnggunyA sequence
penAmbAngAn
32 PengisiAn bAtefy Office SiAng - mAlAm OvefchAgef, kefusAkAn bAtefy. AdministfAtif
KebAkAfAn.
33 BAtefy BekAs - SiAng mAlAm GAngguAn lingkungAn, gAngguAn AdministfAtif
kesehAtAn
34 Pfoses dAtA Volume Office SiAng KesAlAhAn hAsil hitungAn SOP – AdministfAtif
35 UpdAte PetA tAmbAng Office SiAng KesAlAhAn pefencAnAAn AdministfAtif
36 PembuAtAn petA temAtic Office SiAng KesAlAhAn AnAlisis dAn AdministfAtif
pefencAnAAnlLApofAn
37 DAtA mAnAjement Office SiAng DAtA hilAng, dAtA fedundAnce AdministfAtif
39 Pfoses dAtA Office SiAng KesAlAhAn dAtA lApAngAn SOP – AdministfAtif
PengukufAn titik kontfol
40 Debu LApAngAn SiAng mAlAm TefpApAf mAtA, tefhifup APD
41 TfAnsfofmAsi KoofdinAt Office SiAng KesAlAhAn AnAlisis, AdministfAtif
pefencAnAAnlLApofAn, kesAlAhAn
pemAsAngAn AcuAn lApAngAn
Dibawah ini adalah beberapa contoh kontrol yang dapat dilakukan setelah dilakukan
penilaian resiko dan identifikasi bahaya pada pekerjaan survey dan pemetaan dilapangan.
BERKERJA DI HUTAN
1) Selalu Bersama "teman" kerja.
2) Menyediakan komunikasi radio untuk masing-masing wilayah kerja.
BAB VII
PRINSIP DASAR PEKERJAAN SURVEY DAN PEMETAAN
(KESIMPULAN DARI PARA SURYEYOR PENGALAMAN)
I. Bekerjalah dari SELURUH AREA DAHULU yang akan dikerjakan, misal Lakukanlah
pengukuran kerangka kontrol untuk seluruh area, baru melakukan pengukuran
detil untuk bagian per bagaian.
II. CHECK dan CHECK, lakukan sebanyak mungkin Check serta sediakan waktu
untuk melakukan pengecekan.
III. Catatan lapangan dan data lapangan harus CLEAR DAN COMPLETE. Data
pengukuran lapangan dicatat dalam sketsa dan kode, secara kasar, nantinya data
tersebut akan diproses oleh draftsman yang tidak pernah melihat kondisi
lapangan. Maka semua informasi dari team lapangan harus dicatat dalam sketsa,
dan bukan dihapalkan di kepala.