Anda di halaman 1dari 64

2011

M ZAIM NURHIDAYAT
Survey Superintendet
PT ADARO INDONESIA

Sebagai Bahan Kuliah


Umum, Pelatihan dan
Workshop serta
Training

[SURVEYOR TAMBANG TERBUKA]


DAFTAR ISI

Daftar isi........................................................................................................................................................2

BAB I SURVEY PADA TAMBANG TERBUKA......................................................................................3

BAB II BISNIS PROSES PENAMBANGAN DAN PERAN SURVEYOR............................................5

BAB III PETA-PARAMETER KETELITIAN-KODE INFORMASI & ALAT SURVEY................9

PETA.............................................................................................................................................................9

Parameter – Kode Dan Ketelitian Kegiatan Survey Tambang..................................................13

Kode Unsur Peta untuk perekaman dan kartografi......................................................................17

BAB IV SURVEY EKSPLORASI.............................................................................................................24

Pendefinisian sistem koordinat pengukuran..................................................................................24

Penentuan titik bore dan pengukuran setelah pengukuran bore................................................31

Pembuatan PETA....................................................................................................................................31

BAB V SURVEY EKSPLOITASI MEMBERIKAN INFORMASI.....................................................36

Pematokan batas penambangan / garis design...............................................................................37

Survey untuk pengeboran/drilling untuk peledakan...................................................................41

Teknik pengukuran kemajuan tambang.........................................................................................42

Rekonsiliasi volume..............................................................................................................................45

BAB VI ASPEK K3 SURVEY TAMBANG..........................................................................................47

BAB VII PRINSIP DASAR PEKERJAAN SURVEY DAN PEMETAAN........................................52

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 2


BAB I
SURVEY PADA TAMBANG TERBUKA

Menurut Suyartono dalam buku Good Mining Practiase, 2004, Pada kegiatan
penambangan disebutkan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses tersebut, yaitu

12. EStkusdpiloGreaostieknik dan Geohidrologi/hidrologi.


3. Studi Kelayakan
4. Perencanaan Tambang
5. Penambangan (Produksi – Pengolahan – Pemurnian )- Eksploitasi
6. Pengangkutan dan Penjualan
7. Penutupan tambang.

Pada setiap tahap tersebut, peranan tenaga survey dan pemetaan sangat diperlukan,
khususnya dalam tahap Eksplorasi dan Eksploitasi. Dalam tahapan eksplorasi, peran
tenaga survey dan pemetaan antara lain, penyediaan peta-peta kerja geologi dan peta
untuk perijinan penambangan, pengukuran topografi original, dan penentuan posisi titik
bor geologi. Dalam tahapan eksploitasi peran tenaga surveyor juga diperlukan untuk
pelaksanaan konstruksi insfrastruktur tambang (bangunan, jalan,Pelabuhan dan
transmisi/jaringan) serta implementasi dari design tambang dengan memasang patok-patok
acuan design.

Dalam kata lain, Mengapa survey diperlukan dalam kegiatan penambangan, karena beberapa
hal dibawah ini ;
1. Penambangan dilakukan dalam area yang cukup luas
2. Penambangan dilakuakan dengan ruang dimensi terukur
3. Penambangan dilakukan pada bumi dengan segala sifat fisiknya (bulat)
4. Penambangan dilakukan dengan integrasi beberapa disiplin ilmu yang memerlukan
standar ukuran.

Pekerjaan survey pada survey tambang terbuka dapat dikategorikan sebagai pekerjaan
Geodesi Rendah (Plane Geodesi). Pada umumnya wilayah tambang tidak mencakup areal
yang terlalu luas sehingga kelengkungan bumi dapat diabaikan (dalam beberapa area

tAasmpebkankge, tkelilteinangksunrgvaeny bduamn


ipt etmapetdaiapnerphaidtuankgekgaina)t.an penambang, yang diharapkan masih dalam
ketelitian fraksi desimeter-meter, kecuali untuk pekerjaan yang berhubungan dengan
konstruksi infrastruktur/bangunan dan pengukuran deformasi lereng. Walapun wilayah
pekerjaan penambangan relatif tidak terlalu luas, namun konsistensi sistem koordinat dan
jangka waktu penambangan yang lama pada kegiatan penambangan diperlukan suatu jaring
titik kontrol yang baik dan confrom antar titik.

Perkembang teknologi dan pemetaan yang dalam kurun waktu terakhir meningkat sangat
cepat juga menuntut beberapa dunia tambang untuk meningkatkan produktifitas
penambangannya, dengan cara melakukan perbaikan-perbaikan pada bidang survey
pemetaan, misalnya :
• pemetaan topografi original menggunakan teknologi Laser Scanner.
• pengunaan satelit positioning selain GPS untuk pemetaan pada model tambang dalam
untuk tambang bijih.
• Pengunaan teknologi Robotic Monitirong Sistem untuk pemantaunan kestabilan
lereng.

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 3


• Penggunaan teknologi GIS dan GPS untuk memantau posisi dan kondisi alat
produksi.
• Penggunaan GIS untuk membantu kegiatan pembebasan lahan, pemantauan
lingkungan dari aspek penambangan and penamtauan Community Development.

Dalam kerangka aplikasi praktis, kesalahan dalam pekerjaan survey dan pemetaan di
tambang terbuka akan sangat erat dengan tujuan penambangan (tujuan ekonomi), yakni
dalam pelaksanaan investigasi kandungan tambang (eksplorasi) dan tahap pengambilan
material tambang (eksploitasi).
Kesalahan-kesalahan pekerjaan survey yang dilakukan oleh survey dalam pekerjaan
tambang akan menyebabkan beberapa hal dibawah ini:
1. Kesalahan data-data survey dalam kegiatan eksplorasi akan menyebabkan kesalahan
dalam membuat model cadangan bahan tambang, serta menentukan besaran
cadangan terkira dan terukur suatu tambang.
2. Kesalahan penentuan besaran cadangan terkira dan terukur ini akan
menyebabkan analisa dalam studi kelayakan tambang, dan analisa ekomoni
tambang.
3. Kesalahan dalam pembuatan model cadangan bahan tambang akan
mengakibatkan kesalahan pada kesalahan pembuatan design dan kesalahan pada
penentuan metode penambangan.
4. Kesalahan dalam pengukuran untuk pemeteaan material tambang, akan
menyebabkan kesalahan dalam pengelolaan material yang menyebabkan
degradasi lingkungan, misal material potensi asam tambang.
5. Kesalahan pada pembuatan model akan mengakibatkan kesalahan dalam
perencanaan tambang dan produksi penambangan sehingga cadangan yang
berada dibawah tanah tidak didapat diambil seluruhnya.
6. Kesalahan dalam pengukuran pemasangan design oleh survey akan meyebabkan
salahnya penggalian yang berdampak pada
a. Volume galian perencaan tidak sama dengan aktual sehingga cost dari
penambanga akan bertambah.
b. TERGANGGUNYA Stabilitas/kemantapan lereng karena perubahan geometri
lereng.
c. Pengambilan material yang salah sehingga kualitas material tidak sesuai
dengan perencanaan.
d. Terganggunya sekuen penambangan (blasting, digging) sehingga target
produksi mengalami perlambatan.
7. Kesalahan dalam melakukan pit kontrol, atau monitoring penambangan maka
akan menyebabakan :
a. Kesalahan dalam kegiatan penyaliran tambang.
b. Kurang efisiensinya penggunaan alat produksi (misal penentuan elevasi
mine sekuen dan pengukuran titik-titik untuk blasting)
c. Tidak tercapainya pengelolaan tambang yang aman (misal pengukuran grade
Jalan)

Kaidah teknik (Standar Operating Prosedur) dan etika profesi survey dalam dunia
pertambangan harus diterapkan sebaik mungkin untuk menghindari kesalahan-kesalahan
survey dan pemetaan tersebut diatas. Kompetensi surveyor tambang yang baik akan
menghindari kesalahan dalam pekerjaan survey tambang.

Bukan hanya kaidah dan teknik yang benar, keberhasilan survey dan pemetaan
ditambang juga harus ditunjang dengan pengetahuan safety dan enviroment (lingkungan)
yang baik bagi surveyor. Karena dpaat dikatakan 80 % pekerjaan survey dan pemetaan
dilakuan di lapangan dan hasil pemetaaan surveyor digunakan untuk analisa
lingkungan dan
pelaksanaan reklamansi dan rehabilitasi lingkungan secara langsung (misal; management
penyaliran air tambang)
Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 4
Dalam materi ini, kita akan jelaskan langkah perlangkah apa yang dilakukan oleh surveyor
dalam kegiatan penambangan, khsususnya tambang terbuka.

BAB II
BISNIS PROSES PENAMBANGAN DAN PERAN SURVEYOR.

Seperti yang sudah dijelaskan dimuka, bahwa peran surveyor dalam penambangan cukup
erat. Dalam bagian ini, kita akan menjelaskan tahapan penambangan/bisnis proses dan
peran surveyor secara lebih detail.
Untuk lebih singkat menjelaskan bisnis proses penambangan dengan peran surveyor,
dapat dilihat dalam flowchart ini,

Mining Proses

m
u PetaSebaran
Sistem Koodinat Peta- Geografi
m cadangan
U Peta Rupa Bumi Peta Demografi Peta-
an Foto Udara Sosial Budaya Perijinan dan
ki Peta Penggunalan Lahan Sosialisasi
Peta
dli Peta Fungsi Kawasan
e
y
n
P
P
e
Titik Rencana
e Survey Analisa
Drilling Survey B
i Titik Geoteknik
s Survey-Geolistrik Eksplorasi Topografi
Kontrol Geohidrologi
rar Survey-Geomagnet /Test Pit/
olol Survey-Geofisika Trenching
p
Survey-Seismik VISIBILITY STUDI
s
Survey Hidrology Layout titik Bore Model (STUDI KELAYAKAN)
k
E Survey Gravimetri dan Survey bore Cadangan
hole/Singkapan Tambang
A

Stake Out
Pembangunan Design
Design
insfrastruktur Infrastruktur
Konstruksi
i Evaluasi
Survey Control (Elevasi –
astat Sekuen Pengukuran
i Redesign Desing- Drainage-volume)
Tambang Progres
olol tambang
p Dan Tambang
s
k Annual Ekonomi Stake Out
Pembentukan Penyimpanan Design Area
E Tambang A Design
Report area Disposal tanah Pucuk Disposal
& Disposal
i Reklamas
s
k tambang
rtur Rekonsiliasi Volume Monitoring B
s Geoteknik
n
o Pengalian Pengalian Stake Out
Pengalian Design
K tanah Penutup tanah Pucuk Design
Cadangan Tambang
(OB) (Top Soil) Tambang
Pengangkutan Pengolahan
dan dan
Pengapalan penimbunan Survey Control (Elevasi – Desing- Drainage-
volume)

Gambar 2.1 Flow CRart Mining Busines Proses

Dalam flow chart Gambar 2.1 diatas, peran Surveyor tambang dalam kegiatan tambang di
perlukan untuk
1. Mengembangkan sistem koordinat dan jaring titik kontrol untuk pemetaan kawasan
2. Menyediakan peta data dan profile topografi area tambang dalam tahap
peyelidikan umum dan eksplorasi
3. Membantu team geologist untuk menentukan titik lokasi pengeboran eksplorasi
yang lebih detil setelah dilakukan perkiraan dan dugaan cadangan bahan tambang.
4. Melakukan pemetaan secara berkala untuk kemajuan tambang dan penghitungan
mine out volume (material yang sudah ditambang).

5. tMiteikla-ktiutikapnensuemrvpeaytaun taulakt mtamembeantgudkan rbeantcasn-


baaptealseddadkaannapradha penambangan, . serta

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 5


6. melakukan kegiatan survey monitoring untuk kontrol dimensi
tambang/machine kontrol.
7. Melakukan pengukuran volume untuk dilakukan rekonsiliasi volume dalam setiap
proses tambang (pengalian-penimbunan-produksi-dan penyimpanan).

Siapakah surveyor tambang?

aMdeanlauhru(twIeSbMsi(tIenItSeMrn)a: tional Society for Mine Survying ISM) Survey tambang


dan kegiatannya Mine surveying is a brancR of mining science and tecRnology. It
includes all measurements, calculations and mapping wRicR serve tRe purpose of
ascertaining and documenting information at all stages from prospecting to
exploitation and utilizing mineral deposits botR by surface and underground
working.

The following are the principal activities of Mine surveying:


• The interpretation of the geology of mineral deposits in relation to the
economic exploitation thereof
• The investigation and negotiation of mineral mining rights
• Making and recording, and calculations of mine surveying measurements
• Mining cartography
• Investigation and prediction of effects of mine working on the surface and
underground strata
• Mine planning in the context of local environment and subsequent rehabilitation

The activities involve:


• The location, structure, configuration, dimensions and characteristics of the
mineral deposits and of the adjoining rocks and overlying strata. The
assessment of mineral resreves and the economics of their exploitation
• The acquisitation, sale, lease and management of mineral properties
• Providing the basis of the planning, direction and kontrol of mine workings to
ensure economical and safe mining operations
• The study of rock and ground movements caused by mining operations, their
prediction, and the precautions and remedial treatment of subsidence damage
• Assisting in planning and rehabilitation of land affected by mineral
operations and collaborating with local government planning authorities

Di Indonesia, Surveyor tambang dikenal dengan istilah Juru Ukur Tambang, walaupun
isitilah ini diberian untuk pendefinisian yang cukup luas (bukan hanya surveyor
pemeteaan saja). Hal mengenai peta dan juru ukur diterangkan dalam Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi Nomor : 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pertambangan Umum pada Bagian Empat yakni menerangkan Juru Ukur Dan
Peta Tambang, sebagai berikut

Pasal 17 -Juru Ukur


Hanya orang yang memiliki sertipikat juru ukur yang diakui Kepala
Pelaksana Inspeksi Tambang dapat diangkat menjadi juru ukur tambang.
Khusus untuk tambang bawah tanah juru ukur sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) harus berpengalaman di tambang bawah tanah dan mendapat
persetujuan dari Pelaksana Inspeksi Tambang.

Pasal 18 Kewajiban Juru Ukur

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 6


1. Juru ukur tambang bertanggung jawab untuk menunjuk atau menentukan
arah dan batas-batas yang akan digali sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan.
2. Juru ukur harus segera melapor kepada petugas yang bertanggung jawab
atas pekerjaan penggalian apabila mendekati (tidak kurang 50meter) dari
tempat- tempat yang mempunyai potensi bahaya seperti kantong-
kantong air, gas-gas berbahaya, semburan batu (rock burst), dan
permukaan tanah atau penyangga- penyangga yang dapat
membahayakan penggalian tersebut.
3. Selama tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Keputusan ini,
juru ukur tambang tidak bertanggung jawab akan ketepatan pengukuran
yang telah dilaksanakan atau disahkan oleh juru ukur tambang
sebelumnya atau pengukuran- pengukuran yang disahkan sebagai
koreksi oleh juru ukur lainnya, tetapi juru ukur tersebut harus :
4. sedapat mungkin mengambil langkah-langkah untuk membuat ketepatan
dari setiap peta-peta, gambar-gambar atas peta penampang yang
belum dibuat olehnya atau yang dibawah pengawasannya dan
5. harus melaporkan kepada Kepala Teknik Tambang, apabila ada keragu-
raguan akan ketepatan dari setiap peta, gambar-gambar atau peta
penampang dari tambang yang tidak dapat dibuat oleh atau di bawah
pengawas juru ukur tambang, yang mungkin menimbulkan dampaak
terhadap pekerjaan dan kegiatan tambang atau keselamatan orang-orang
ditambang.

Pasal 19 -Peta

Kepala Teknik Tambang harus menyediakan :


1. peta situasi yang menunjukan batas wilayah tambang, semua pekerjaan
di atas tanah, gedung-gedung, sirkit listrik, jalan darat, rel kereta api,
danau-danau, sungai-sungai, tempat pembuangan tailing, terowongan
utama (adit), dan sumuran- sumuran serta keterangan-keterangan
lainnya yang ditentukan oleh Kepala Pelaksanan Inspeksi Tambang,
sedangkan untuk pekerjaan di bawah tanah menunjukan semua
pekerjaan-pekerjaan di bawah tanah termasuk sumuran, terowongan,
bendungan, dan pintu angin, atau air;
2. peta rencana tambang untuk tambang permukaan menunjukan
rencana situasi permukaan yang meliputi lokasi penambanagn dan
sarana permukaan. Peta rencana tambang bawah tanah menunjukan
bagian- bagian lapisan horisotal termasuk kegiatan bawah tanah, bukaan-
bukaan, sumuran, dan sarana-saranan dalam tambang bawah tanah
serta keterangan lain dengan skala peta yang ditetapkan oleh Kepala
Pelaksana Inspeksi Tambang dan harus menunjukan situasi 6 (enam)
bulan terakhir;
3. peta geologi yang menunjukan batas-batas lapisan tanah atas dan
endapan aluvial yang berada dalam daerah tersebut dan
4. peta tambang yang menunjukan jalan-jalan utama dan jalan keluar
dari setiap penembangan ke permukaan dan tempat telpon atau alat
komunikasi lainnya di atas tanah atau bawah tanah, yang dengan
mudah dapat dilihat dan dibaca setiap orang.

Dengan dua pengertian diatas, baik dari ISM dan Kepmen 555.K/26/M.PE/1995, Fungsi
survey dan suryor dapat dengan mudah kami gambarkan dengan ilustrasi dalam gambar
2.2, dibawah ini.

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 7


Gambar 2.2 – Definisi Surveyor tambang

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 8


BAB III
PETA-PARAMETER KETELITIAN-KODE INFORMASI
& ALAT SURVEY

• Peta

• Parameter – Kode Dan Ketelitian

• Alat survey tambang

PETA

PETA adalah :
➢ Gambaran Permukaan Bumi Yang Diproyeksikan ke Bidang Datar dengan skala
tertentu.
➢ Bagaimana Obyek Permukaan Bumi digambarkan ?
- Obyek digambarkan dengan simbol
- Bentuk Permukaan Bumi digambarkan dengan Proyeksi Peta
- Detail informasi obyek ditentukan dengan skala
- Jenis informasi digambarkan berdasarkan tema

Sebelum memasuki pembahasan “apa yang dilakukan surveyor dalam kegiatan


eksplorasi dan eksplotiasi tambang”, secara umum, akan penulis akan membahas peta-peta
kerja yang biasa dihasilkan oleh surveyor tambang maupun yang digunakan oleh surveyor
tambang
untuk bekerja.

DalamKepmen PE No. 555.K/26/M.PE/95 :


Pasal 17 Juru Ukur dan Peta Tambang
Hanya orang yang memiliki sertifikasi juru ukur tambang yang diakui Ka.
PIT dapat diangkat menjadi Juru Ukur Tambang.

Pasal 18 Kewajiban Juru Ukur;


Juru Ukur Tambang bertanggung jawab untuk menunjuk atau menentukan

adritaehtadpaknabnatas-batas yang akan digali sesuai dengan rencana

yang telah

Pasal 19 Kepala Teknik Tambang harus menyediakan


a. Peta Situasi;
b. Peta Rencana Tambang;
c. Peta Geologi;
d. Peta Tambang

Perlu diketahui bahwa skala peta juga berkaitan dengan informasi yang ditampilkan,
semakin besar skala peta maka akan semakin detik informasi yang dimunculkan.
Penulis berpedoman bahwa skala peta yang ideal yang dapat digunakan dalam peta-peta
tambang adalah jika setiap informasi yang akan di tampilkan dalam peta dilakukan
sampel data lapangan dengan kemunculan beda jarak di peta minimal 1 cm.

Dimisalkan, akan memunculkan sebarang rencana titik bore, sebaran titik bore dilapangan
adalah per 50 meter, dalam hal ini skala terkecil
Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 9
Berikut Peta peta yang dihasilkan dan harus disediakan oleh surveyor tambang untuk
kegiatan penambangan dapat dilihat dalam tabel 3.1

No Judul Peta Skala Informasi


1 Peta acuan Penyelidikan Umum / 25.000 -50.000 Garis kontur (interval per >10m)
rencana kerja eksplorasi Sungai
Jalan
Pemukiman bangunan
3 Peta topografi keperluan FS 1:10.000-1:50.000 Garis kontur (interval per >5m)
Sungai
Jalan
Pemukiman bangunan
Batas-batas administratif
4 Peta topografi perencanaan/design 1:1000-1:5000 Garis kontur (interval per < 2 m)
tambang, design insfrastruktur dan Anak sungai dan sungai.
sarana penunjang (kantor, fasilitas Jalan
pengolahan, fasilitas perumahan Pengggunaan lahan.
dan mess karyasan, jalan, jaringan Bangunan
listrik/air dan fasilitas pengolahan
limbah
3 Peta acuan pemasangan design — 1:500 -1:2000 Titik dan Garis Design (beserta koordinatnya
Peta ini adalah peta yang digunakan Garis Design
oleh team survey dilapangan yang Garis Kontur actual
digunakan untuk membantu team Titik Kontrol dilapangan
survey melakukan stake out.
4 Peta Progres tambang — adalah 1:1000-1:5000 Garis kontur
peta kemajuan tambang yang akan Garis Crest dan Toe
digunakan untuk perencanaan Fasilitas dan Infrastruktur penambangan
mingguan dan bulanan atau Jaringan listrik/air
tahunan Posisi Alat alat pendukung penambagan yang
tidak bergerak (pompa air, tower lamp, pit stop
dll)
5 Peta rencana kerja, adalah peta 1:1000-1:5000 Garis kontur
rencana kerja yang secara periodik Garis Crest dan Toe progress tambang.
dalam skala waktu terkecil berubah Garis rencana design (lebih diutamakan)
(misal rencana kerja mingguan) Posisi alat-alat berat dalam perencanaan.
Posisi pembuangan material waste
Rencana Jalur pengangkutan material produk
dan waste
Fasilitas dan Infrastruktur penambangan
Jaringan listrik/air
Posisi Alat alat pendukung penambagan yang
tidak bergerak
Area ketersediaan lahan untuk penambangan.
6 Peta Rencana Peledakan 1:500-1:5000 Geometri peledakan
Posisi titik tembak peledakan (beserta
pengamannya)
Radius jarak aman (manusia dan mesin dari
area peledakan
Rangkaian peledakan.
7 Peta Ijin lokasi, adalah peta yang 1:5000-1:25.000 Peta dasar adalah peta topografi.
digunakan untuk kegiatan ijin lokasi Batas rencana kerja dan titik koordinatnya.
tambang dan rencana untuk Batas rencana penggunaan lahan untuk
penggunaan lahan penambangan dan infrastruktur/fasilitas
tambang.
8 Peta Laporan Tahunan, adalah peta 1:5000-1:25.000 Peta dasarnya adalah peta progress tambang
yang berisikan kemajuan tambang Dilengkapi dengan :
secara periodik yang dikeluarkan • area rencana penambangan
oleh perusahaan tambang dalam • area yang direklamasi
rangka laporan kepada Instansi • titik pemantuan /pengelolaan
pemerintah. lingkungan.
• Area pembuangan/ penimbunan dan
pengolahan
waste limbah dan material
• Batas batas ijin lokasi dan

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 10


No Judul Peta Skala Informasi
9 PETA Disesuaikan Batas Teknis/Proyek; dimana
PENGELOLAAN kegiatan rencana tambang
LINGKUNGAN Batas Ekologis; dampak melalui media udara
dan air
Batas Sosial; daerah terjadi interaksi antara
rencana tambang dan penduduk
Batas administratif; berdasarkan peta topografi
rencana tambang dan sarana masuk adm.
Kec. Dan Kab. Dimana kegiatan berlangsung

10 Sketsa kecelakaan , adalah Disesuaikan. Dijelakan dalan bagian selanjutnya.


sejenis peta yang tidak berskala
yang merupakan hasil pemetaan
terhadap suatu kecelakaan untuk
keperluan investigasi kecelakaan
tersebut.
Tabel 3.1 Peta-peta di tambang

Pada peta pengelolaan lingkungan sebagai bagian dari laporan tahunan pengelolaan
lingkungan yang harus dilaporkan perusahaan tamabng, surveyoar membuat peta
pengelolaan lingkungan yang terdiri dari:
1. Peta Situasi Penambangan
- Lokasi Kegiatan Tambang
- Lokasi MOA yang telah di backfill (MOA = Mine out area)
- Lokasi MOA yang belum di backfill
Lokasi Penimbunan Tanah Pucuk
- Lokasi Penimbunan Tanah Penutup
- Areal yang tidak terganggu tetapi untuk sarana penunjang
2. Peta Pengelolaan Lingkungan
- Lokasi Tambang Aktif
- Lokasi Penimbunan Tanah Pucuk
- Lokasi Penimbunan Tanah Penutup
- Lokasi Revegetasi MOA dan OB (OB = Overburden)
- Lokasi Pengolahan dan Kolam Tailing
- Lokasi Kolam Sedimen/Cekdam
- Lokasi Sarana Kendali Erosi
- Lokasi Pengelolaan air asam tambang
- Lokasi Sarana Penunjang.
3. Peta Pemantauan Lingkungan
- Lokasi Pemantauan Kualitas Air
- Lokasi Pemantauan Kualitas Tanah
- Lokasi Pemantauan Kualitas Udara
- Lokasi Pemantauan Hasil Revegetasi
- Lokasi Pemantauan Satwa
- Lokasi Pemantauan Kendali Erosi
- Lokasi Titik Penaatan (Point of Compliance)
1). Titik penaatan yang keluar dari kolam pengendapan atau
pond
2). Titik penaatan yang keluar dari unit proses pengolahan
atau pencucian bahan galian

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 11


SKETSA KECELAKAAN TAMBANG

Sketsa adalah hasil suatu pekerjaan penggambaran dengan tangan dari suatu peristiwa, yang
diwujudkan dalam suatu bidang datar atau kertas dengan bantuan daya imajinasi. Sketsa
kecelakaan tambang adalah hasil dari sketsa suatu kecelakaan Tambang.
1. Pembuatan Sketsa Kecelakaan tambang
Sketsa dibuat sebelum suatu kecelakaan berubah tempat dan bentuk, yang dibuat
oleh Juru Ukur tambang atau Staf gambarnnya yang telah ditunjuk.

2. TDahl ampapnePlaeksearnjaan pembuatan sketsa kecelakaan Tambang dibantu dengan Foto.


a. Sebelum Pembuatan Sketsa
Pengukuran lokasi kecelakaan dimulai dengan pengukuran titik ikat dari patok ukur
yang mempunyai nilai koordinat (x,y,z). dengan menggunakan peralatan sbb :
- Theodolit/T.Station .. untuk pengikatan
- Kompas Geologi .. untuk petunjuk arah
- Roll Meter Panjang
- Roll Meter Pendek
- Tongkat Ukur
- Disto Meter (untuk kondisi rawan)
- Alat Tulis
b. Pengambilan Data Sketsa
- Posisi sebelum kecelakaan
- Posisi setelah kecelakaan
- Pandangan samping/penampang memanjang
- Pandangan belakang, depan/penampang melintang
- Situasi (dilihat dari pandang atas)
- Tanggal, Bulan, Tahun, Jam kejadian.
- Nama-nama, Umur, Bagian/pekerjaan
- Posisi Saksi-saksi.
- Ukur semua data-data yang tarakhir
- Lebar, Panjang
- Luas, Volume dan sebagainya
3. Penggambaran/sketsa Kecelakaan Tambang
Setiap kecelakaan yang berada dalam wilayah KP Usaha Pertambangan dan memenuhi 5
unsur berdasarkan Kepmen. NO.555.K/26/MPE/1995 Pasal 39 untuk dijadikan sebagai
Kecelakaan Tambang (Mining Accident) harus memenuhi 5 (lima) unsur sebagai
berikut:

12.Kecelakaan imtuenbgeankairb-bateknanr cteidrejarda ipekerja


tambang atau orang yang diberi izin
3. oleh KATEK Tambang.
4. Kecelakaan terjadi akibat kegiatan usaha pertambangan.
5. Kecelakaan terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat
cidera atau
6. setiap saat yang diberi izin.
7. Kecelakaan terjadi didalam wilayah kegiatan usaha pertambangan
atau wilayah proyek.

Kecelakaan yang masuk kecelakaan Tambang, harus dilaporkan kepada Kepala


Pelaksana Inspektur Tambang (KAPIT) Direktorat Teknik Pertambangan Umum. Oleh
Kepala Teknik yang berada di KP usaha Pertambangan tersebut.
Adapun laporan Kepala Teknik Tambang selalu dilengkapi dengan lampiran sketsa
kecelakaan tambang yang dibuat oleh juru ukur tambang.
Perlengkapan Sketsa

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 12


1. Sketsa Kecelakaan :
- Tanpa Skala
- Posisi korban sebelum dan sesudah kecelakaan
- Nama Korban
- Tanggal/Jam
- Shift
- Lokasi
- Sketsa Bagian yang celaka
- Peta Situasi (skala 1:1000)
2. Peta Petunjuk :
- Skala (1:10.000; 1:1000)
- Lokasi Kecelakaan
- Lokasi Kegiatan Kerja
3. Peta Topografi :
- Batas KP
- Lokasi Skala
- Lokasi Kecelakaan
- JalanKota/Kampung
4. Peta Penampang:
- Sketsa
- Skala (1:250)
- Penampang Memanjang

5. Pet-a GPeeonloagmi pang Melintang


- Skala
- Formasi Batuan
- Strike/Dip. Patahan dsp.

Pengukuran posisi kecelakaan juga untuk membuktikan apakah kecelakaan yang terjadi
berada dalam area penambangan, project area atau area yang dimintakan untuk kegiatan
penambangan.

PARAMETER – KODE DAN KETELITIAN KEGIATAN SURVEY TAMBANG

Kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh surveyor tidak terlepas dari aspek ketelitian
yang dihasilkan. Aspek ketelitian pekerjaan survey dan pemetaan harus direncanakan
sehingga
pekerjaan surveyor dapat dikontrol dan diuji kebenarannya.
Parameter ketelitian juga diperlukan untuk membantu pemilihan metode, alat dan wahana
survey dan pemetaan. Baik metode untuk pengukuran titik kontrol maupun metode untuk
pengukuran detilnya.
Parameter ketelitian juga diperlukan untuk menentukan skala peta yang dihasilkan dari
hasil pengukuran dan juga untuk menentukan sampai nilai akurasi dalam pemasangan patok
atau stake out.

Selain parameter ketelitian, disebut juga beberapa Paramater-parameter dalam survey


dan pemetaan yang diperlukan antara lain.
• Ketelitian titik kontrol dan metode pengukurannnya
• Skala peta dan penggunaannya (kartografi peta)
• Teknik pengukuran dan data sample pengukuran
• Kode pengukuran
• Standar informasi dan kode lapangan.

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 13


Salah satu contoh parameter ketelitian yang diaplikasi untuk survey dan pemetaan
tambang dapat dilihat dalam tabel 3.2 untuk parameter ketelitian kegiatan survey
tambang dan pada table 3.3 adalah table standar orde titik kontrol survey.
Pada table 3.3 dapat dilihat bahwa ketelitian titik kontrol pemetaan tambang mempunyai
tingkatan ketelitian untuk aplikasi yang berbeda-beda. Tingkatan/orde ketelitian
pengukuran titik kontrol ini digunakan untuk mempertahankan jaring ketelitian hasil
pengukuran dan konsistensi pengukuran pada masing masing survey area agar konsisten
dan meminimalkan kesalahan pada suatu area tambang yang luas.

Aplikasi pengunaan orde titik kontrol pemetaan dalam dilihat dalam gambar 4.1

Kegiatan Nilai Ketelitian


Akurasi Stake out untuk titik bore Stakue out untuk pemasangan design 2 meter
Akurasi pemasangan Slope dengan klinometer Koreksi sound velocity untuk pengukuran
H>5 bathimeteri
cm & V >10 cm 1o
Pengukuran tinggi alat dan tinggi target atau tinggi antena GPS 0.1 m
1 cm

Tabel 3.2 Parameter ketelitian kegiatan survey

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 14


STANDAR ORDE TITIK KONTROL SURVEY
Orde Metode Pengukuran Syarat Keteletian Jarak Antar Titik dan Dimensi titikFungsi dan Aplikasi
Orde 0 Titik Kontrol Bakosurtanal Orde 1 (N1.xxxx) atau titik Pemetaan setingkat yang diturunkan dari titik Orde 0 Milik Bakosurtanal. (Milik BPN-PERTAMINA)
Orde 1 GPS Statik Survey Lihat Informasi dibawah tabel Per 5 Km perataan jaring kerangka kontrol project
Differensil Survey Dimensi 30x30x80cm, concrete cat warna oranye profil memanjang dan melintang
pengukuran
Diikatkan pada Orde 0 pengukuran shooting bor
GPS Dual Frekuensi pengukuran pemasangan as built konstruksi
Lama Pengamatan  60
Sampling rate  15
Pengukuran jarring Vertikal Mengunakan Waterpass Digital
/Automatic Kesalahan Vertikal = 10 D
POLIGON TERTUTP / TERIKAT SEMPURNA
Orde 2 pengukuran jarak dan Sudut 2 seri rangkap. - selisih sudut hasil ukuran B dan LB - 2.5 Km Pengukuran shooting bor
Alat total station : tidak lebih dari 2x ketelitian alat - 25x25x80cm, concrete cat warna birupengukuran topografi kemajuan tambang
OAkurasi Sudut 2 detik (Bacaan terkeci 1) Kesalahan Penutup Sudut 10 D pengukuran untuk penghitungan volume material
OAkurasi Jarak 3mm+ 3 ppm pengukuran topografi original
terikat di titik orde nol atau satu pengukuran kapling lahn untuk kompensasi
Kesalahan Linier 1:10000
Pengukuran jarring Vertikal Mengunakan Waterpass Digital Kesalahan Vertikal 20 D
/Automatic
POLIGON TERTUTP / TERIKAT SEMPURNA
pengukuran jarak dan Sudut 2 seri rangkap.
Orde 3 Alat total station : - selisih sudut hasil ukuran B dan LB - 2.5 Km Pengukuran shooting bor
OAkurasi Sudut 3 detik (Bacaan terkeci 1) tidak lebih dari 2x ketelitian alat - 25x25x80cm, concrete cat warna birupengukuran topografi kemajuan tambang
OAkurasi Jarak 3mm+ 3 ppm Kesalahan Penutup Sudut 10 D pengukuran untuk penghitungan volume material
terikat di titik orde nol atau satu Kesalahan Linier 1:5000 pengukuran topografi original
Kesalahan Vertikal 30 D pengukuran kapling lahn untuk kompensasi

Pengukuran jarring Vertikal Mengunakan Waterpass Digital


/Automatic
Dan tahimeteri dengan Total station sesuai dengan syarat Pengukuran Kerangka Horisontal
POLIGON TERTUTP / TERIKAT SEMPURNA
pengukuran jarak dan Sudut 2 seri rangkap.
Orde 4 - selisih sudut hasil ukuran B dan LB - 2.5 Km pengukuran array topografi original
Alat total station :
tidak lebih dari 2x ketelitian alat - 25x25x80cm, concrete cat warna birupengukuran kapling lahn untuk kompensasi
OAkurasi Sudut 5 detik (Bacaan terkeci 1)
Kesalahan Penutup Sudut 20 D
OAkurasi Jarak 3mm+ 3 ppm
Kesalahan Linier 1:3000
terikat di titik orde nol — satu — atau tiga
Kesalahan Vertikal 50 D

Pengukuran jarring Vertikal mengunakan Total station


sesuai dengan syarat Pengukuran Kerangka Horisontal
Tabel 3.3 standar orde titik kontrol survey

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 15

SYARAT KETELITIAN GPS SURVEY


Syarat dan ketelitian pada pengukuran GPS diuji pada beberapa tahapan, mulai dari
ketelitian penghitungan Baseline, Ketelitian Loop closure (jaring tertutup) dan
ketelitian adjustment network.
Software yang digunakan untuk processing RAW dari GPS disyaratkan memenuhi :
1. Harus dapat melaporkan nilai deviasi hasil pengolahan dari nilai akurasi
standart yang sudah ditentukan
2. harus dapat melaporan relative koordinat posisi , hubunngan statistic untuk varian
covarians,
3. Dapat digunakan untuk input 3D network adjustment.
Ketelitian baseline pengukuran GPS ditentukan dengan satuan Ratio, RMS dan
Reference varian hasil pengukuran. Nilai nilai ini pada berubah sesuai dengan orde
jaring titik kontrol. Contoh Standart ketelitian pengolahan baseline dapat dilihat pada
table 3.4.
Contoh Penghitungan adjustment Network juga mempunyai nilai standart ketelitian yang
dapat dilihat pada tabel 3.4 .

Jenis Spesifikasi Parameter


Orde 1 Orde 2 Orde 3
Quality Baseline
RMS < 0.05 m < 0.08 m < 0.1
Ratio >3 >3 >3
Reference Varians <8 < 10 < 10
Adjusment Network
Ketelitian Adjustment 1:100000 1:50000 1:5000
Network Adjustment Minimum Constraint dan Full Constraint

-
N e tw o r k L e v e l
G e ne r a l/ T o E n
A d ju s tm e n t S ty l Of C o n f d en c e 9 5 % (1),
R e si d ua l T o le r d it e r at io n 0 .0 0 0 0 1
e 92% (2) Final Corvegensi Cutoff 0.005
a nce
- General/Sigma scalars Univariate 1.960
Bivariate 2.447
- General/Iteration Maksimum Iteration 10
Tabel 3.4 Contoh Standar ketelitian pengolahan GPS (Baseline dan adjustment)

Loop Closure dan perbedaan multi baseline pada pengukuran GPS harus di check
untuk setiap kesalahan untuk mengetahui nilia estimasi adanya ketidak sesuaian
jarring GPS.

Untuk mengetahui kualitas jaringan GPS, minimal harus diikatkan dengan satu stasiun orde
0 (minimally constrained 3-D adjustment) dengan latitude -localongitude dan ellipsoidal
height, kualitas uji jaringan adalah Full constraine 3-D least squares adjustment pada the 2-
sigma (95%) level

Untuk membentuk jaring pengolahan (network adjustment) dilakuan perancangan Loop


Closure dengan persyaratan sebagai berikut:
1. Minimal Ketelitian loop closure untuk survey static dan rapidstatic untuk
titik kontrol adalah 0.03 m (Horisontal) dan 0.05m 9 vertikal)
2. Setiap loop harus mempunyai satu common baseline dengan loop yang lain.
3. Loop closure yang dibentuk dari base-base line yang diukur dalam satu sesiso
tidak boleh digunakan dalam process network adjustment.

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 16

4. Masing-masing loop harus mempunyai baseline dari dua sesi yang


independent (berbeda loop)
Baseline dalam loop harus dibentuk minimal dari 2 pengamatan yang berbeda harus
memmenuhi persyaratan:
1. Baseline dalam satu loop tidak boleh lebih dari 10 baseline. Dan Loop Length
tidak lebih dari 100 km
2. Perbandingan jumlah baseline yang tidak memenuhi criteria dengan
yang memenuhi syarat baseline sebesar 20%
3. Pada setiap komponen (X. Y, Z) nilai maksimum misclosure tidak lebih 25 cm.
4. Pada setiap komponen (X, Y, Z) nilai maksimum misclosure untuk masing-
masing panjangbaseline tidak lebih dari 12.5 ppm.
5. Pada setiap komponen (X, Y, Z) nilai rata misclosure misclosure untuk
masing- masing tidak lebih dari 8 ppm.
6. Perbedaan Multibase Baseline : Kumulatif Panjang total baseline tidak lebih
dari 250 Km dan untuk semua komponen (X,Y,Z) nilai perbedaan maksimum
untuk masing-masing baseline <20 ppm.
KODE UNSUR PETA UNTUK PEREKAMAN DAN KARTOGRAFI.

Dalam pengukuran pemetaan, pada saat pengambilan data, unsur-unsur data lapangan
atau feature topografi direkam dengan kode-kode khusus. Maksud dari pengkodenan ini
adalah untuk menyederhanakan perekaman data sehingga pengukuran lebih efektif dan
cepat. Kode-kode ini juga dikalsifikasi dan disimbolkan dapat pembuatan peta nantinya.

Dalam tabel 3.5 dibawah ini adalah contoh kode untuk salah satu tambang yang

dmigeumnbaekraiknannyai.nfKoormdeasititiinkfors pdaeng ukseur


muravseiypada ladhrafktmodaen adnatayasnugrvdeiygusneahkinanggaundtautka
tersebut dapat mewakili keadaan dilapangan.
Pada kolom function pada tabel 3.5, terdapat beberapa isitilah, Spotheight dan breakline
adalah unsur data yang digunakan untuk membuat DTM, sedangkan Point, Line, dan
area adalah unsur data yang tidak digunakan untuk membentuk DTM dan ditampilkan
dalam peta tambang.
String Number adalah kode yang digunakan oleh software untuk mengidentifikasi
masing masing feature string/ elemen data
Point Format dan CAD Color Code, adalah nilai dan bentuk data dalam bentuk dispay di
software suprac atau CAD.
String Point
Kode Feature Function CAD Color CODE Color
Number Format
310 G
OBSHOvef Bufden Spot Hight SpotHeight Δ 170.92.0 Gold
Breakline 350
OBCLOvef Bufden Cfest line 244.94.77 Melon

OBTLOvef Bufden Toe line Breakline 351 ! 0.0.0 BlAck BlAck


Cornerline ! ΔΔ
OBTCOvef Bufden Toe line Cofnef 351 0.0.0 Melon Melon Red
Cornerline Breakline SpotHeight Breakline Breakline Cornerline Breakline
 Breakline SpotHeight
350ECSHCoAl Spot Hight244.94.77
OBCCOvef Bufden Cfest line Cofnef OBCTOvef Bufden Cfest Toe Bittefsweet Blue
ECCLCoAl Cfest Line ECTLCoAl Toe Line ECTC CoAl Toe Line350 
Cofnef ECCCCoAl

Cfest 244.94.77
Line ECCT CoAl
Blue
Cfest
Bittefsweet
Toe Bittefsweet Pink
ECLSEcoblimit Spot 411  255.0.0
301  206.9.0
302 
0.0.255
302
0.0.255
301
206.9.0
301
307 206.9.0
255.89.133

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 17

String
Kode Feature Function Point
Number CAD Color CODE Color
Format
JLSL BAtAs Pinggif JAlAn Breakline 303 0.91.22 Fofest Gfeen
JLCL As JAlAn Breakline 305 0.165.101 Jungle Gfeen
JLCL As JAlAn I Design Breakline 304 124.124.0 Olive Gfeen
STRC Stfuctufe Line 311 K 22.0.30 Pufple
CULVT Gofong - Gofong Line 313 K 22.0.30 Pufple
GRAVES KubufAn Point 316  132.53.0 Coppef
SUSH As SungAi I Cfeek Breakline 306 0.240.213 AquAmAfine
CGSH Pinggif AtAs SungAi Breakline 309 179.40.0 TAn
OBLS Ovef Bufden Ecolimit Breakline 1 + 0.0.0 BlAck
FASH Floof Of CoAl Breakline 307  255.89.133 Pink
RASH Roof Of CoAl Breakline 411  255.0.0 Red
T3- PilAf KAyu Point 333 Δ 255.0.155 MAgentA
T1- PilAf Beton Point 331 " 50.7.0 Bfown
+
T0- PAtok bAtAs LegAlitAs Point 300 0.91.22 Fofest Gfeen
CTMA Contouf MAyof Contour 52 + 81.37.0 RAw Umbef
CTMI Contouf Minof Contour 24 + 179.78.0 Bufnt
OfAnge BTHN BAtAs PenghijAuAn Area
5 K 0.91.22 Fofest Gfeen LCRG LAnd
CleAfing Area 352 + 41.117.165 Blue Gfey
BTSP BAtAs Pfoject Area 2 + 255.0.0 Red
WTRG WAtef AfeA Area 20 + 0.240.213 AquAmAfine
COAL CoAl Area 29 + 183.183.183 Silvef
DRJL JAluf DfAinAge Line 334 D
255.58.0 Yellow Ofenge
ECJL JAluf BAtubAfA Line 500 # 255.101.0 TAngefine
OBJL JAluf OB Line 501 Δ 255.30.0 OfAnge
LODG LoAding Point Point 502 ! 0.0.255 Blue
DUMP Dumping Poit Point 503 G 24.0.63 Blue Violet
ARBL AfeA blAsting Area 504  127.0.58 MAfoon
SHBL Shetkef BlAsting Point 505  64.0.101 RoyAl Pufple
TLMP Towef LAmp Point 507 * 193.0.119 Mulbeffy
VWPN View Point Point 508 ® 255.171.0 MAize
FULT Feul TAnk Point 412 + 255.163.126 PeAch
PLDW JAluf PipA DewAtefing Line 413 Δ 137.0.111 Plum
PUMP Pumping Point 414 + 147.56.3 RAw SiennA
CHSA ChAnge shift AfeA Area 415 + 161.2.0 Bfick Red
WTRF WAteffill Area 421  79.79.142 CAdet Blue
Tabel 3.5 Kode Unsur peta- Fungsi dan Simbol kartografi

KODE INFORMASI ( SIMBOL PETA DAN PATOK LAPANGAN)

Sebagai fungsi yang menterjemahkan design / rencana tambang dengan melakukan


pembatas area penambangan dan pematokan design tambang, surveyor mempunyai
metode-metode untuk menginformasikan kepada department lain.

Metode metode yang umum digunakan untuk informasi ini diatas peta adalah
dengan simbol-simbol kartografi. Kartografi (atau pembuatan peta) adalah studi dan
praktek membuat peta atau globe. Peta secara tradisional sudah dibuat menggunakan
pena dan kertas, tetapi munculnya dan penyebaran komputer sudah merevolusionerkan
kartografi. Banyak peta komersial yang bermutu sekarang dibuat dengan perangkat lunak
pembuatan peta yang merupakan salah satu di antara tiga macam utama; CAD
(desain berbatuan komputer), GIS (Sistem Informasi Geografis), dan perangkat
lunak ilustrasi peta yang khusus.

Dalam tabel 3.5 , disampailkan unsur-unsur disimbolkan dalam peta, dalam bentuk Point
line atau area yang juga untuk setiap titik dinotasikan dengan warna khusus.

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 18

Pada peta, bentuk-bentuk permukaan bumi yang perIu digambarkan yang disesuaikan
dengan maksud pembuatan peta tersebut haruslah dipilih berdasarkan skala yang
diminta dan dinyatakan dalam bentuk gambar yang mudah dibaca serta mudah
dimengerti. Peraturan yang detail untuk penentuan gambar-gambar dalam rangka
pembuatan peta disebut simbol. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
merencanakan dan membuat komposisi simbol-simbol adalah sebagai berikut :
a) Rencana simbol-simbol untuk peta topografi
Hal-hal yang perIu diperhatikan dalam perencanaan simbol-simbol untuk
pembuatan peta adalah sebagai berikut:
1. perubahan bentuk simbol dari skala besar ke skala kecil. Contoh: jalan
dengan simbol dua garis pada skala 1:1.000 akan digambarkan dengan
simbol satu garis pada skala 1:10.000.
2. terjadinya pergeseran (exageration} atau perubahan tata letak karena
perubahan skala
3. terjadinya generalisasi (generalitation} atau perubahan bentuk simbol yang
digabung karena perubahan skala. Contoh: rumah-rumah yang disimbolkan
dalam bentuk asli pada skala 1:1.000 akan digambarkan berupa kampung
yang diblok pada skala 1:10.000.
4. nilai interval kontur akan berubah sesuai dengan perubahan skala yang
mengakibatkan adanya bentuk morfologi yang hilang. Garis-garis kontur
dengan interval tertentu digambarkan berbeda ketebalannya untuk
mempermudah pembacaan.
pada skala 1:1000, jarak garis grid 5 cm di peta = 50 m di lapangan, sedangkan
pada skala 1:10000, jarak 5 cm di peta = 500 m di lapangan.
6. Ukuran huruf dan garis harus disesuaikan dengan skala. Pemakaian garis
penuh dan garis putus-putus disesuaikan dengan kaidah-kaidah pemetaan.
7. Semua keterangan penjelasan sebagai pedoman penggunaan atau
pembacaan peta ditempatkan pada tepi masing-masing lembar peta.

b) Komposisi simbol pada peta topografi


Mengingat penggunaan peta topografi sangat luas, maka peta haruslah dibuat
seinformatif mungkin mengenai semua bentuk-bentuk penting yang terdapat pada
permukaan bumi. Supaya tidak terjadi perbedaan persepsi diantara para aktifis
pertambangan dalam membaca dan mengintrepestasikan peta, penggunaan
simbol-simbol harus mengikuti standar yang sudah baku, baik secara internasional
maupun nasional (lihat Gambar 3.1 dan 1.6}. Penggunaan simbol lokal hanya
bisa dipegunakan untuk keperluan surveyor sendiri, misal adalah symbol untuk
pertambangan.
Dibawah ini dalah contoh klasifikasi simbul sebagai unur peta tambang

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 19

Timbunan
Proyeksi Kerangka Pelabuhan
Tempat penggalian
Bentuk-bentuk Front Penambangan
Planimetris Daerah Reklamasi
Tanggul
Kampung
Fasilitas Lalu Lintas
Batas - batas
Detail Garis Pantai, Sungai
Simbol Simbol lubang bukaan
Simbol bangunan
Simbol titik-titik pada tanah

Simbol Simbol titik kontrol


Simbol kedaan daerah
Simbol tanaman
Simbol daerah perairan
Simbol K3
Simbol Bahaya

Bentuk – bentuk Garis – garis countour


permukaan Topografis tanah yang tidak rata

Catatan Peta untuk perluasan daerah pembanding


Catatan untuk untuk keadaan linier
Catatan untuk kumpulan keadaan
Catatan untuk kedaan tempat
Garis Grid

Keterangan Index lembaran


peta Tambahan Skala
Catatan peta bagian administrasi
Deklinasi
Keterangan tambahan – nota penjelasan judul rencana

Simbol dan warna yang digunakan harus menunjang fungsi utama dari peta, yaitu
menyajikan data secara jelas, benar dan tepat, dan menarik untuk dibaca. Contoh
simbol dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan 3.3
Kampung
Waduk

Sawah
Sungai

Perkebunan
Dorodon

Tegalan Jalan

Kebun campuran Jalan kereta api

Hutan Daerah

pariwisata Jaring
Daerah bekas
quarry
terapung

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 20

Simbol rumah sakit (simbol/titik kualitatif/piktorial)


Simbol titik kontrol tinggi TTG (simbol titik kualitatif/abstrak)
Au Simbol tambang mas (simbol titik kualitatif/huruf)
Simbol sawah (simbol luas kualitatif/deskriptif
Simbol daerah pemukiman (simbol luas
kualitatif/abstrak) Simbol sungai (simbol garis
kualitatif/deskriptif)
T.95
1995 Simbol batas administrasi (simbol garis kualitatif/abstrak)
Simbol titik triangulasi T.95
Ketinggian=1995 m (simbol titik kuantitatif/dengan indikasi harga)

Simbol kota berpenduduk X juta jiwa (simbol titik kuantitatif/dengan satuan harga)

Simbol daerah yang mempunyai pendapatan rendah (simbol luas kuantitatif)


10
Simbol kontur dengan ketinggian 10 m (simbol garis kuantitatif/isoline)
A
B
Simbol frekuensi pelayaran kapal di pelabuhan (simbol garis kuantitatif/flow line)
C
Tebal tipisnya garis sebanding dengan jumlahnya
Simbol frekuensi perpindahan penduduk ke suatu kota (simbol garis kuantitatif/simbol panah)
Tebal tipisnya panah sebanding dengan jumlahnya
Simbol rumah makan (simbol titik kualitatif/piktorial)

Simbol titik triangulasi (simbol titik kualitatif/abstrak)

Fe Simbol tambang mas (simbol titik kualitatif/huruf)


Simbol rawa-rawa (simbol luas kualitatif/deskriptif)

Simbol daerah pertanian (simbol luas kualitatif/abstrak)


Simbol jalan (simbol garis kualitatif/deskriptif)
Simbol batas wilayah pemetaan (simbol titik kualitatif/abstrak)
Simbol titik tinggi, ketinggian = 560 m
(Simbol titik kuantitatif/dengan indikasi harga)

Simbol kota berpenduduk nX juta jiwa (simbol titik kuantitatif/dengan satuan harga)
Simbol daerah yang mempunyai pendapatan tinggi (simbol luas kuantitatif)

--1
0
Simbol kontur dengan kedalaman 10 m (simbol garis kuantitatif/isoline)

Gambar 3.2 Contoh simbol dan keterangannya pada peta topografi

Titik slope monitoring


Tempat pengambilan sample
Lobang bor air Belt conveyor

Lobang bor piezometer Jalan

Lobang bor open hole Pompa di atas ponton

Lobang bor disaring Pompa di atas tanah

Galian tanah Saluran pipa di atas tanah

Talud batubara Patahan turun

Gambar 3.3 Contoh simbol dan keterangan pada peta tambang

Hasil pemetaan dengan kode-kode unsur tadi dapat dilihat dalam contoh peta pada gambar
3.4 dan 3.5 dibawah ini.

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 21

Gambar 3.4 Peta Kawasan Tambang


Gambar 3.5 Peta Kawasan Tambang

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 22

Selain menggunakan Kode informasi dalam bentuk peta, surveyor juga


menginformasikan batas-batas rencana penambangan hasil pematokan dengan
beberapa cara. Yang paling umum adalah menggunakan patok kayu yang dilengkapi
dengan Pita survey (flagging survey tape) dengan warna khusus yang sudah disepakati
oleh surveyor dengan team produksi atau department lain yang memerlukan informasi
tersebut.

Beberapa aplikasi kode informasi untuk komunikasi dilapangan antara surveyor dan
department lain di kegiatan penambangan:
1. Patok dan Pita.
Patok dan pita digunakan untuk menginformasikan dimensi garis dan titik , misal garis
as jalan, batas rencana kegiatan peledakan, titik rencana titik bore, titik rencana
pemasangan peralatan monitoring, dll
2. Bowplan.

Byaonwgpblaenrsdifiagtusniakkua-sni k un t u k menginformasikan garis-garis pada kegiatan


konstruksi
3. Patok dengan cat khusus dan kode
Patok dengan model cat khusus dengan kode biasanya diaplikasikan pada kegiatan
konstruksi pada saat pembentukan jalan tambang khususnya untuk menginformasikan
posisi arae cut dan fill serta batas pembentukan slope.
4. Batterpeg.
Batterpeg mirip dengan bowplan, namun lebih sederhana, dan biasanya batterpeg
digunakan di tambang untuk memberikan informasi kemiringan dari slope dari design.
5. Cat semprot.
Pada penambangan terbuka dengan material batu, seperti pada tambang emang
tembaga, dimana dinding tambang berupa hardrock. Cat semprot dengan bahan khusus
(flourecense) dapat digunakan untuk memberikan tanda pada titik-titik posisi bore
untuk drill& Blasting, maupun untuk memberikan informasi deviasi actual dengan
design tambang.

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 23

BAB IV
SURVEY EKSPLORASI

• Pendefinisian sistem koordinat pengukuran

• pengukuran jarring titik kontrol pemetaan

• Pengukuran topografi

• Penentuan titik bore dan pengukuran setelah pengukuran bore

• pembuatan peta

PENDEFINISIAN SISTEM KOORDINAT PENGUKURAN

Sistem koordinat tambang dalam tahapan eksplorasi dan eksploitasi menjadi salam
satu yang harus dipertimbangkan dalam kegiatan penambangan. Pemilihan dan
penentuan sistem koordinat dalam penambangan akan menghasilkan:
1. Muka peta penambangan yang lebih mudah dan simple dalam hal kartografi peta
tambang.
2. Efisiensi dalam data penyimpanan data survey dan data geologi
3. Keamanan dalam penyimpanan data tambang karena sifat koordinat tambang
adalah eksklusif
4. Efisiensi dalam pencetakan peta penambangan karena dengan muka peta yang
tidak maksimal dan pencetakan peta penambangan yang berulang akan membuat

Surveyopredmablaomrosmanendeanlatumkapnensciesteamkankopoertda itnamt btanmgb.


ang perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Arah dan sebarang cadangan tambang, sehingga muka peta tambang dapat bisa
efektif dalam pencetakkannya.
2. Sumber cadangan yang sama, dibuat dalam satu koordinat yang sama, misal dalam
penambangan kelompok seam batubara yang sama, dibuat dalam satu sistem
koordinat yang sama.
3. Transformasi dengan sistem koordinat global (baik titik kontrol dan
transformasinya)
4. Rencana design tambang, design waste dump dan rencana insfrastruktur secara
kasar sebelum dilakukan FS
5. Jumlah site tambang yang akan di buka dan transformasi koordinat antar site.
6. Kesatuan kegiatan dalam setiap site dalam satu sistem koordinat yang sama
(misalnya, area waste dump dan infrastruktur tambang harus dalam satu koordinat
dengan site penambangan)

Perlu diketahui , dalam kegiatan eksplorasi dan penyelidikan umum, dapat digunakan
dahulu sistem koordinat global, setelah dilakukan investigasi sebarang cadangan dan
kegiatan FS, surveyor dapat menentukan sistem koordinat masing masing site agar
muka peta masing masing tambang dapat efektif.
Dalam penyelidikan umum oleh team geologi, sistem koordinat masih menggunakan sistem
koordinat global yang sesuai dengan peta dasar pemetaan yang sudah ada (jika di
Indonesia adalah Peta Rupa Bumi Indonesia yang dikeluarkan oleh Badan koordinasi

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 24

Survey dan PEmetaan nasional). Namun saat dilakukan eksplorasi detil dengan kegiatan
pengeboran, surveyor harus mulai membuat design untuk survey dan pemetaan
kawasan, khususnya untuk kegiatan survey Topografi dan survey untuk geologi. Survey
geology dalam eksplorasi antara lain; menentukan posisi titik bore (istilah dalam
kegiatan survey adalah stake) out)dan melakukukan survey kembali titik bore setelah di
bore.
Dalam melakukan design untuk survey pemetaan kawasan. Survey harus menentukan
jaringan titik kontrol yang akan digunakan untuk survey-survey geologi.
Dalam menentukan design jarring titik kontrol, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan oleh surveyor:
1. Luas area pemetaan (sebarang cadangan tambang dan rencana infrastruktur).
2. Ketersediaan titik kontrol
3. Metode pengukuran dan alat yang akan digunakan untuk melakukan titik kontrol
4. Ketelitian jaringan yang diharapkan untuk hasil akhir ketelitian peta dan

5. pMentgogduenpaeamn ejatrarain gyapnegngduilkaukruakna. n setelah jarring titik


kontrol tersedia, (terrestrial suvey, GPS survey, Laser/lidar survey).
Dalam melakukan design jaringan untuk pemetaan, maka harus menaati prinsip dan kaidah
pengukuran titik kontrol, yaitu.
1. Jaringan titik kontrol harus mencakup seluruh pemetaan
2. Jaring titik kontrol yang mencakup seluruh area pemetaan adalah jarring dengan
orde paling tinggi.
3. Jaring titik kontrol untuk pengukuran area yang lebih kecil dan spesifik adalah
jaringin titik kontol yang paling rendah
pengukurannya menggunakan alat yang lebih teliti.
5. Jaringin pengukuran yang lebih rendah harus diikatkan pada jarring titik kontrol
yang lebih tinggi (bukan satu derajat ketelitian)
6. Pelaksaan pemetaan / pemgukuran detil dapat menggunakan orde yang lebih tinggi
sebagai titik ikat pengukuran (titik station).

Ilustrasi kaidah titik kontrol dapat dilihat dalam gambar 4.1

Karena dalam pengukuran dan design jarring titik kontrol kita harus memperhatian
ketelitian jaringan yang dikaitkan dengan ketelitian hasil akhir peta dan pengunaan jarring
pengukuran, maka pemilihan alat dan metode menjadi sangat penting. Misal pengukuran
jaring titik kontrol untuk kegiatan pemetaan topografi (ketelitian frasksi centimeter) akan
berbeda dengan jarring pengukuran untuk kegiatan konstruksi bangunan (ketelitian fraksi
millimeter).

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 25

Gar is Baseline P
engukuran GPS
Titik Kontrol Ord e1
PS e3
rd Jenis P
nG
k ra S
gu eu 1 G P ol
O oli g

e
lin
o
n r n ttrr
Pe O ra Ko n
n
be
l o
r d k u1e r
e nt u u
B as ki
o grd Tii
iittk k
sK it a
ar i T e n llO
G ttor
n
P o
lliien
e K
s iik
P
S
Ba tti
G T
s
G rii io
n
n 11 olig G a
tSa
n P
e on
ra e C a t
a rd a
o l
u d
k
uuu
gg ban x)
OO g ( ak 2 a T G
eennoo l m n
r
P t r a
e
e t
nn uku r
si
ni oo G B
itik rde 3 J eni Poligo
l
n
K
K ng T
Ko
ntr
ol O
T a
e s
see t i kk
ii
aa i P n ii
BB TT ar t s
s k
ert
Tu
B K lei
2
rri ss e tu p ii a o
n
aa tiiTk ellii t Pe
n
GG r s
d
Ko l
or e
n
O
ne
leo ntr P O g
u
n o d r

tr n o K e
nC
aJ
a ba
iik n g
m
e
ti
(
Penguk
uran
T G PS Po
li
nii g
g
r o
S r
g rd ra k G
ll a
O e uk u 1 nG P 1
u
n
P
S

Gar is Baselin rol Orde


a
k
2
Titik x
) )
1
Kont
PS
Ga n G
ra
r is u ku 1
Ba g e
n O dr
Ti
tik Pe o
Kon Pengu lin ntr
trol O kura ase Ko
rde 1 n GP s B itik
S GariT

Gambar 4.1 Ilustrasi penggunaan sistem koordinat

Luasan area pemetaan akan menentukan jumlah dan model jaringan titik kontrol. Semakin
luas area yang akan di petakan, maka semakin banyak titik kontrol yang akan di pasang
untuk pemetaan.

Metode pengukuran dan akurasi yang biasa digunakan ditambang dapat dilihat dalam table
3.3. Perkiraan jarak pemasangan titik kontrol dan metode yang dihubungkan dengan
rencana penggunaan aplikasi survey setelahnya, tabel 4.1

Penggunaan Orde Jarak Antar Titik Metode Alat


Titik Kontrol Utama Pemetaan 1 5 km GPS Statik GPS Statik
tambang Survey
Titik Kontrol Utama Pemetaan 2 2 km Terestris – Total Station &
tambang Levelling Waterpass
Titik Kontrol Utama Pemetaan 3 500 m dengan 50 m Terestris Total Station
tambang pasangan
Titk Kontrol untuk Jaring Pemetaan 1 10 km GPS statik GPS
wahana udara (LIDAR- Geomagnet-
Gravimetri Dll
Survey Geology dengan GPS RTK 1 5 km GPS Statik GPS
Base Station GPS 1 10 km GPS Statik GPS
Titik Kontrol untuk Site calibration 2 2 km GPS Statik & GPS & Total
GPS Terestris – Station &
Levelling Waterpass
Survey bathimetri / Hidrografi 1 10 Km GPS Statik GPS
Tabel 4.1 Penggunaan alat dan metode survey untuk masih masing Penggunaan

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 26

PENGUKURAN TOPOGRAFI

Pengukuran topografi adalah pengukuran untuk mendapatkan gambaran permukaan bumi


secara 3 dimensi. Pengambaran permukaan bumi secara 3 dimensi dapat dilakukan dengan
model terrain Digital (DTM), metode kontur, metode RillsRade, metode titik tinggi dan
metode color relief (perbedaan warna untuk beda tinggi yang berbeda).
Pengambaran permukaan bumi dalam peta disebut dengan peta topografi. Dalam peta
topografi tidak hanya mengambarkan pemodelan 3 dimensi bumi saja, tetapi juga
unsur unsur topografi (feature) yang ada diatasnya, baik unsur alam (sungai, gunung,
danau, dll ) atau unsur buatan manusia (bangunan, jalan, bendung, fungsi lahan)

Pengukuran topografi untuk pemodelan 3 dimensi dilakukan dengan beberapa metode.


1. Metode fotogrametri
2. Metode Survey INFAR (interferometric synthetic aperture radar)
3. Meotde Survey LIDAR
4. Metode Survey Terestris

Dalam hal metode yang digunakan, berikut adalah akurasi yang akan di dapatkan dalam
pemetaan topografi dengan metode-metode diatas, serta metode untuk mendapatkan
unsur/feature topografi. (table 4.2)
Ketelitian Vertikal Skala Peta yangMetode mendapatkan
Metode
Yang dihasilkan dihasilkanUnsur /Feature topografi
Metode fotogrametri ± 1m > 1: 10.000 Fotogrametri
Metode Survey INFAR ± 1m > 1: 10.000 Foto satelite dan
(interferometric synthetic Fotogrametri
aperture radar) Meotde Survey LIDAR
< 1 m / ± 0.5 m < 1: 2000 Fotogrametri dengan Low
flight Terestris
Metode Survey Terestris < 20 cm < 1: 2000

Tabel 4.2 Metode pengukuran topografi


Dalam materi ini, penulis akan membahas pengukuran topografi yang digunakan untuk
tahapan perencanaan tambang, yaitu pengukuran topografi dengan metoda LIDAR dan
terestris.
Produk Pemetaan topografi dengan metode Fotogrametri dan INSFAR yang menghasilkan
pemeteaan sekala kecil dapat dibeli atau dipesan melalui beberapa agen peta.
Bakosurtanal sebagai agen pemetaan di indonesia adalah salah satu badan yang
menyediakan peta skala kecil untuk penyelidikan umum penambangan.
Feature atau unsur alam pada peta skala kecil juga dapat di ekstrak melalui beberapa
produk image satelite yang saat ini sangat banyak di jual, seperti Ikonos, Quick bird,
Geoeye, yang resolusi spatialnya semakin hari semakin baik juga.

Produk Pemetaan teknologilidar juga akan dijelaskan dari sudut pandang Surveyor
tambang sebagai pengunna data dan pengawasan dalam kegiatan survey LIDAR.

PEMETAAN DATA TOPOGRAFI ORIGINAL DENGAN TEKNOLOGI LIDAR.

Dalam pemetaan dengan tekmologi LIDAR yang mampu mendapatkan ketelitian peta
dengan akurasi kurang dari 1:2000 dengan biaya yang murah untuk area yang cukup luas,
surveyor tambang tentu tidak melakukan sendiri kegiatan ini, karena inventasinya cukup
besar. Pengukuran lidar di dunia pertambang tentunya akan dilaksakan oleh pihak
kontrktor atau perusahaan survey yang mempunyai kompetensi untuk melakukannya.

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 27

Sebagai seorang surveyor tambang, dalam melakukan pengawasan dan membuat


perencanaan kegiatan untuk pekerjaan survey lidar harus memperhatikan beberapa hal
dibawah ini.
1. Dalam pembuatan kontrak kerja, surveyor harus mengetahui produk akhir kegiatan
lidar, apakah hanya LIDAR POINT atau dengan Feature extract yang didapatkan
dari overlay dengan pengukuran Image/Photogrametri secara simultan.
2. Surveyor tambang harus mengetahui target akurasi dari peta yang diingginkan
karena akan menentukan tinggi terbang dan jumlah ground check point.
3. Surveyor harus bisa menyediakan topografi skala kecil untuk area survey sebagai
dasar perencanaan jalur terbang dan tinggi terbang, agar tidak ada area yang tidak
terekam atau blank data dan agar pengambilan data lebih efektif dimana area
overlap antar strip efisien mungkin. Surveyor juga harus mengetahui rencana jalur
terbang sebelum dilakukan pengambilan data

4. SWuGrvSeyuonrtuskebGisraoumnudnpgokint mbaesney, edainaksaenbidsatma

utintigkiknonbteroalddaadl amlamsisatrema keorojardyiannagt akan dilakukan


pengukuran lidar (atau sedekat mungkin). Jumlah titik tersebut lebih dari satu
biji.
5. Surveyor hendaknya mengetahui nilai-nilai kalibrasi dan offset peralatan dalam
pesawat (GPS, IMU, sensor Lidar).
6. Surveyor seyogyanya mengetahui nilai kalibrasi untuk test flight sehingga surveyor
dapat mengetahui nilai-nilai koreksi untuk data processing-nya. Dan surveyor
harus mengetahui area yang digunakan untuk test flight.
7. Untuk memastikan bahwa data processing lidar dan pelaksanaan feature extract
menghasilkan data yang benar, surveyor harus melakukan Ground Check point.
Semakin banyak dan distribusinya semakin menyebar di seluruh area
pengukuran lidar makan akan didapatkan analisa ketelitian yang baik.
8. Untuk pengukuran Ground check point dapat dilakukan dengan pengukuran GPS
fast static atau RTK jika di daerah tersebut telah diterima data koreksi GPS RTK
9. Untuk memastikan hasil feature extract, maka ground check point dapat dilakukan
pada beberapa feature yang berupa garis atau bangunan.

PEMETAAN DATA TOPOGRAFI ORIGINAL DENGAN TEKOLOGI TERESTRIS.

Pengambilan data topografi dengan metod terestrial adalah metode pengambilan data
topografi dengan alat ukur sudut dan jarak, atau lebih kita kenal dengan alat theodollite
dan total station.

Metode pengambilan data yang dapat dilakukan dengan metode terestria antara lain ;
1. Metode Polar – metode polar dilakukan pada area yang benar-benar terbuka dan
tidak ada penghalang dari station alat ke titik sample data, misal di tambang dan
disposal)
2. Metode sket base topografi, metode ini digunakan untuk lokasi yang sudah banyak
bangunan dan feature kontruksi buatan manusia.Pada metode ini surveyor
membuat sketsa bangunan dan detil topografi sebelum dilakukan pengukuran dan
dilanjutkan dengan proses pengukura detil sesuai dengan sektsa dan feature yang
ada.
3. Metode Array (jalur polygon), metode array dilakukan pada area yang masih
banyak tanaman atau penghalang berupa tanaman, misal di hutan dan perkebunan.
Model pengukuran dengan metode array ini membuat jalur pengukuran poligon

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 28

dengan jarak tertentu sesuai dengan skala peta yang akan dilakukan sampel.
Jarak antar array adalah 3 x jarak antar sample.

PENGAMBILAN DETIL DTM DAN BANGUNAN

Pengambilan data topografi dilakukan dengan asumsi nilai untuk jarak antar titik sample
data adalah 1 cm tercetak di peta. Untuk Peta skala 1:1000 maka jarak antar sample
titik adalah 10 meter.

sehingga jarak antar sample adalah


= faktor skala : 100
= 1000 : 100
= 10 meter.

Jarak antar Array Jarak Antar Spot


Skala Peta Aplikasi
(m) (m)
1:500 15 5 Mechanical Kontruksi Engineering
1:1000 30 10 Pit Design & Penghitungan Volume
1:1500 40 12.5 Pit Design & Infrastruktur
1:2000 50 17 Disposal Design
1:2500 60 20 Disposal Design
1:3000 75 25 Disposal Design
1:4000 100 35 Disposal Design
1:5000 120 40 Disposal Design
Tabel 4.3 Table jarak antar array serat jarak antar spot sample berdasarkan dengan
skala peta

Gambar 4.2 Pengambilan Detail DTM dan Bangunan

PENGAMBILAN DETIL JALAN

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 29

Gambar 4.3 Pengambilan Detail Jalan

PENGAMBILAN DETIL SUNGAI

Pengambilan detil sungai untuk lebar sungai kurang dari 3 meter


Gambar 4.4 Pengambilan Detail Sungai Kurang dari 3 meter

Pengambilan detil sungai untuk lebar sungai lebih dari 3 meter

Gambar 4.5 Pengambilan Detail Sungai lebih dari 3 meter

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 30

PENENTUAN TITIK BORE DAN PENGUKURAN SETELAH PENGUKURAN


BORE

Dari hasil penyelidikan umum, team geologist akan melakukan survey eksplorasi detil,
dimana akan dilakukan pengeboran dan trenching. Team geologist akan menentukan
posisi-posisi pengeboran.
Salah satu tugas surveyor dalam kegiatan eksplorasi detil adalah membantu team geologis
untuk menentukan posisi di lapangan atas titik eksplorasi, bore & treching dengan metode
stake out. Biasanya kegiatan ini disebut dengan staking out bore

Dalam kegiatan pengeboran, terkadang posisi yang ditentukan oleh team geologis bukan
tempat yang tepat untuk pengeboran, dan kemudian team drilling dan geologis akan
memindah posisi pengeboran. Dalam hal ini, team survey akan melakukan pengukuran lagi
koordinat hasil pengeboran secara tepat. Biasanya kegiatan ini disebut dengan
shooting bore

Dalam analisa pengunaan alat survey, kegiatan staking out bore, team survey dapat
menggunakan alat survey yang relative kurang teliti, missal dengan GPS stand alone (tanpa
koreksi) dibandingkan dengan pengukuran untuk shooting bore yang harus teliti untuk
mengakomodasi pemodelan cadangan mineral, missal menggunakan Total station dengan
titik kontrol yang terverifikasi atau GPS dengan metode RTK/Static survey.
PEMBUATAN PETA

Peta ialah gambaran sebagian atau seluruh permukaan bumi di atas bidang datar (bidang
yang dapat didatarkan) yang dibuat dalam skala dan metode tertentu yang dilengkapi
dengan keterangan-keterangan untuk identifikasi.

Jenis peta
Seperti telah kita ketahui bahwa peta merupakan bentuk penyajian data sebagian atau
seluruh permukaan bumi di atas bidang datar yang digambarkan dengan skala dan
proyeksi tertentu. Peta terdiri atas beberapa jenis, sesuai dengan fungsinya antara lain
adalah : peta topografi, geologi, tambang, dan peta gabungan.
1). Peta Topografi (lihat modul Kartografi)
Contoh peta topografi adalah Peta Rupa Bumi terbitan Badan Koordinasi Survei
dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) (lihat gambar 4.6), Peta Topografi terbitan
Direktorat Topografi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), dan
peta-peta teknik untuk perencanaan teknik sipil.

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 31

Gambar 4.6 Peta Rupa Bumi Pamenang Kabupaten Lombok Barat Skala 1
: 25.000 (Terbitan Bakosurtanal, 1992)
Secara umum peta geologi terdiri dari dua jenis yaitu :
Peta geologi sistematik
Peta geologi tematik

3). Peta Tambang


Peta tambang ini biasanya digambar dengan menggunakan peta dasar yang berupa
peta topografi (Gambar 4.7 dan 4.8).

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 32

Gambar 4.7 Contoh Peta Penambangan

Dalam peta tambang ini juga biasanya digambarkan letak atau lokasi kolam pembuangan,
lokasi penimbunan tanah pucuk maupun overburden, jenjang, jalan tambang, dan sarana
pendukung lainnya.
Gambar 4.8 Peta Front Penambangan

4). Peta Gabungan (Composite Map)


Untuk keperluan tertentu, biasa juga di dalam sebuah peta terdiri dari gabungan
beberapa jenis peta contohnya gabungan peta-peta topografi, geologi, dan
tambang.
Jenis-jenis peta yang dihasilkan oleh surveyor tambang dalam rangka kegiatan
penambangan dapat dilihat di tabel.

Tahapan kerja pada kegiatan pembuatan peta dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 33

TUJUAN PEMBUATAN PETA

PENENTUAN GNALA PETA

PEMILIHAN PROYENGI PETA

DEGAIN DAN GIMBOL

CETAN COBA

REPRODUNGI

Penjelasan dari diagram di atas adalah sebagai berikut:


a. Tujuan Pembuatan Peta
Peta dibuat untuk memberikan informasi kepada yang akan menggunakannya
sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu persyaratan yang diminta pengguna peta
harus diperhatikan dalam mendesain peta.
Tujuan pembuatan peta dan skala peta saling berkaitan.
Kita ambil contoh dalam suatu kegiatan pembangunan.
Pada tahap awal (pra perencanaan) diperlukan peta yang skalanya cukup kecil
biasanya digunakan peta dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000, tetapi pada waktu
pelaksanaan pembangunan diperlukan peta yang rinci atau skala besar biasanya
digunakan 1:1.000 kadang–kadang sampai 1: 250.
b. Penentuan Skala Peta
Skala Peta adalah angka perbandingan antara jarak dua titik di peta dengan
jarak dua titik tersebut di lapangan.
Skala peta secara nasional mempunyai beberapa skala standar yang telah
ditentukan yaitu 1:25.000; 1:50.000; 1:100.000; 1:200.000; 1:250.000; 1:500.000;
1:1.000.000.
Untuk peta skala standar, aturan-aturan pembuatan peta telah ditentukan secara
nasional sedangkan untuk peta-peta berskala besar ditentukan berdasarkan
kebutuhan masing-masing pengguna.
c. Penentuan Proyeksi Peta
Penentuan Proyeksi Peta merupakan proses memilih dan menentukan proyeksi
peta yang digunakan pada pembuatan peta. Hal–hal yang harus dipertimbangkan
pada penentuan proyeksi peta ialah :
1) Luas area yang akan dipetakan
2) Kegunaan peta (temporer atau permanen)
3) Kaitannya dengan sistem pemetaan nasional
4) Ketelitian peta yang diharapkan
5) Persyaratan Peta, yaitu:
- luas di peta sama dengan di lapangan (equivalent)
- jarak di peta sama dengan jarak di lapangan (equidistant)
- bentuk di peta sama dengan bentuk di lapangan (conform)

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 34

d. Desain dan simbol


Pada kegiatan ini direncanakan mengenai:
1) Ukuran peta, huruf, garis
2) Tata letak informasi tepi peta
3) Bentuk dan macam simbol yang akan digunakan

Rencana simbol-simbol untuk peta topografi


Hal-hal yang perIu diperhatikan dalam perencanaan simbol-simbol untuk
pembuatan peta adalah sebagai berikut:
1} perubahan bentuk simbol dari skala besar ke skala kecil. Contoh: jalan
dengan simbol dua garis pada skala 1:1.000 akan digambarkan dengan
simbol satu garis pada skala 1:10.000.

2} te r j ad i n y a p e r geseran (exageration} atau perubahan tata


p e r u b a h a n s k a la
letak karena
3} terjadinya generalisasi (generalitation} atau perubahan bentuk simbol yang
digabung karena perubahan skala. Contoh: rumah-rumah yang disimbolkan
dalam bentuk asli pada skala 1:1.000 akan digambarkan berupa kampung
yang diblok pada skala 1:10.000.
4} nilai interval kontur akan berubah sesuai dengan perubahan skala yang
mengakibatkan adanya bentuk morfologi yang hilang. Garis-garis kontur
dengan interval tertentu digambarkan berbeda ketebalannya untuk
mempermudah pembacaan.
5} Garis Grid atau kisi-kisi akan berubah sesuai dengan perubahan skala. Contoh:
pada skala 1:1000, jarak garis grid 5 cm di peta = 50 m di lapangan,
sedangkan pada skala 1:10000, jarak 5 cm di peta = 500 m di lapangan.
6} Ukuran huruf dan garis harus disesuaikan dengan skala. Pemakaian garis
penuh dan garis putus-putus disesuaikan dengan kaidah-kaidah pemetaan.
7} Semua keterangan penjelasan sebagai pedoman penggunaan atau pembacaan
peta ditempatkan pada tepi masing-masing lembar peta.

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 35

BAB V
SURVEY EKSPLOITASI MEMBERIKAN INFORMASI

• Pematokan batas penambangan / garis design

• Survey untuk bantuan pengeboran/drilling untuk peledakan

• Pengukuran kemajuan tambang

• Rekonsiliasi volume.

Secara Umum pekerjaan survey dalam kegiatan eksploitasi dapat dilihat dalam chart
dibawah ini:

Stake Out
Plan Blasting Rencana Blasting

Survey
Blasting Inventory Blasting

Peta
Kemajuan tambang dan Mine out
Stake Out
Design
Topo
PROGRESS MINING Volume

Stake Out Topo Detail


Land MINE
Design PIT Topografi original
Clearing OPERATION

Kontrol
MineDesign
Elevasi dan

Design

Raw Inventory MASTER


Pengolahan
Product Stock volume PRODUCT
Suvey Untuk
Kecelakaan Untuk Sketsa

Raw
Inventory
product on Stock
Stock volume

Waste
Survey Stock
Untuk rekonsiliasi

Stake Out Kontrol


Land DUMP Management
Design WASTEDUMP Elevasi dan Design
Clearing OPERATION Drainage

Volume
Topo Progess
WASTEDUMP REMINING
WASTEDUMP

Gambar 5.1 Flowchart Survey untuk Eksploitasi

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 36

PEMATOKAN BATAS PENAMBANGAN / GARIS DESIGN

Setelah dilakukan desgn tambang atau perencanaan tambang, maka surveyor harus
melakukan pematokan dilapamgan untuk batas-batas rencana tambang dan design
tambang tesebut.
Pematokan design tambang ini dalam istilah survey disebut dengan stake out design.
Ada beberapa pematokan design atau stake out design yang dilakukan oleh surveyor, yaitu
1. Batas daerah penambangan dan daerah penimbunan .
2. Batas penyimpanan tanah pucuk atau top soil.
3. Garis garis design tambang untuk jenjang (berm) dan slope (bences).
4. Garis garis design untuk ramp/ akses jalan hauling.
5. Garis untuk jalur penyaliran.

Pemasangan design tambang adalah kegiatan surveyor yang bertujuan untuk memberikan
informasi perencaaan tambang kepada personal yang bertanggung jawab atas operasi
penambangan/mine operation. Sehingga diperlukan standar informasi untuk kode dan
metoda setiap batas-batas dan garis design yang di patok oleh srveyor.

Pada umumnya, surveyor menggunakan patok kayu dan pita (flaging tape) yang
berbeda warna untuk menyampaikan informasi ini. Ada juga yang menggunakan cat
semprot khusus survey dengan perbedaan warna.
Berikut adalah salah satu contoh kode pita yang digunakan untuk pematokan design
tambang,

Standarisasi Bendera Survey


NoWarna Aplikasi Informasi
Patok + batterpeg Garis Crest
1
Patok Titik Kontrol temporary
2 Patok Garis Toe line
3 Patok Garis Toe line Disposal sesuai design
4 Patok Titik Crest Toe
5 Patok Status elevasi on-grade
6 Batterpeg Status Grade jalan normal
7 Batterpeg Status Grade jalan abnormal
8 Patok Pit Limit
9 Patok Batas hijau Disposal/batas serah terima lokasi disposal
10 Patok Rencana as jalan
11 Patok Batas rencana blasting
12 Patok Lokasi rencana titik bore/instrument Geology/Geoteknik
13 Patok / Coal Batas Mineable Coal
14 Pohon Pekerjaan Kompensasi

Orange Putih Hijau Biru Kuning Merah

Gambar 5.2 Contoh Informasi/kode pita untuk pemasangan design

Berikut ini adalah salah satu prosedure contoh bagaimana design tambang dilakukan
pemasangan design.

A. Pemasangan Acuan Design Tambang.


1. Patok Cresline menggunakan pita berwarna Ac tt

orange pada tongkat kayu minimal


.. 87

::
RRLL
8
6

setinggi 80 cm :: C

2. Jarak antar patok 10 m


u
tt

2:

3. jarak antar batterpeg 20 meter


4. Pada bendera orange tanda crestline ditulis
informasi sbb:

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 37

Act.?RL..? cut..? Slope ... ?


Gambar 5.3 Prosses pemasangan design

5. Pada patok crest dilengkapi dengan patok acuan


kemiringan slope menggunakan batter peg warna
Putih, dengan ujung-ujungnya warna merah. Papan
batter peg sejajar dengan kemiringan slope dan
jarak papan dari tanah adalah 20 cm
6. Setiap penurunan per 4 atau 8 meter dan
seterusnya, design pit harus dikontrol dengan
pemasangan patok toe saat/ setelah
dilakukan sloping
7. Patok toe line dipasang maksimal setiap 40 m
8. Pemasangan acuan kemiringan menggunakan clinometer
9. Pada papan batter peg dituliskan kemiringan slope sebagai acuan kontrol

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 38

B. Pemasangan Design Disposal


1. Patok Toe line dipasang dengan pita warna Putih dengan interval antar patok
maksimal 20 meter
2. Patok Toe line dipasang dengan offset pada arah masuk disposal
3. Setelah dumping, untuk pembentukan disposal tepat mengenai patok toe line
yg dipasang offset, posisi patok toe line diletakkan kembali tepat pada garis
toeline sesuai design (patok dengan pita warna Putih hijau)
Kemiringan
Tinggi Angle of Jarak Datar Nilai Offset
Jenjang (deg)
Jenjang (m) Repos (deg) "Slope" (m) (m)
20
20
3 35 8.2 2.0
6 38 16.5 4.4

20 12 45 33.0 10.5
Tabel 5.1 Hitungan nilai offset patok disposal

4. Pada pembentukan disposal dengan bench lebih dari 3 m, patok crest line
tidak dipasang. Tetapi elevasi dumping harus dikontrol agar sesuai dengan
rencana elevasi sesuai dengan design. Kontrol elevasi dumping menggunakan
peralatan grade box.
5. Pada posisi garis crest dan garis toe bertemu, dipasang patok berwarna
orange dan Putih dalam satu patok
Gambar 5.4 Pemasangan patok Design disposal dengan offset

C. Pemasangan Design Ramp Jalan dan Patok Acuan Drainage


1. Patok As Jalan yg dipasang untuk Mine Haul Road dipasang dengan pita
berwarna Putih biru yg bertuliskan informasi
Act.? RL..? cut..? (Akses fAmp....................)
2.
3. Patok As/ rencanan Drainage dipasang dengan pita berwarna Putih biru yg
bertuliskan informasi
Act.? RL..? cut..? (DfAinAge ke AfAh..........)
4.
5. Patok pit limit/ crest limit sebagai batas acuan untuk pemotongan pit terluar
dipasang menggunakan pita berwarna orange jarak antar patok maksimal 20
meter

D. Offset Prosedure
Pada pemasangan di posisi topografi original atau pada posisi bench yg
mengalami overcut dan undercut atau ditemukan bahwa elevasi titik stake out
berbeda dengan

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 39

titik design. Posisi patok crest line harus dilakukan Offset (penggeseran) sesuai
dengan Prosedur seperti dibawah ini.

Gambar 5.5 Offset pemasagan dengan di topografi original

Untuk menentukan nilai b (0ffset titik adalah)


b = a x tangent alpha
untuk memudahkan pencarian nilai offset patok crest di posisi original
maka dapat dilihat dalam grafik nilai offset
Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 40

SURVEY UNTUK PENGEBORAN/DRILLING UNTUK PELEDAKAN

Pemasangan desing blasting adalah survey untuk menentukan lokasi blasting.

Setelah ditentukan lokasi blastingnya, kemudian dilakukan pengukura penempatan tiap


titik-titik lubang blasting untuk dilakukan drilling sesuai dengan geometri peledakannya.

Kegiatan survey blasting ini antara lain :

1. menentukan Lokasi rencana blasting, daerah batas blasitng diberi patok


dengan warna pita kuning

2. Penentuan posisi lubang bore blasting sesuai dengan Geometri nya


(Spasing-borden dan pola lubang)
3. Pengukuran Elevasi lubang bore untuk penentuan kedalaman lubang bore.

4. Batas aman / Jarak aman untuk kegiatan blasting.

5. Layout posisi Settler sesuai dengan Peta Rencana Blasting.


Continue blast

6. Melakukan pengukuran untuk Patok S


desi n

melakukan penghitungan volume S


mine out untuk menentukan blasting T

produktifity dan blasting recoverynya. B B B

H K
BLASTING GEOMETRI PELEDAKAN J

Burden (B)

Diameter lubang tembak ( )

Tinggi jenjang (L)

Kedalaman lubang tembak (H)

Subdrilling (J)

Stemming (T)

Spacing (S)
B B
JENJANG
PUNCAKBENCH))
((TOP
T T
S B
CREST

B G T

H H
N ))

BA S
A L

B E CE ))
B ((
L
U
LK MD
NG FA
BIIDA
A

L PC Q OE
LL O ((FREE
PC K H

PC

TOE

J J LANTAII J
ENJANG
BENCH))
J ((FLOOR

Gambar 5.6 Pemasangan Design Blating dan Geometri Blasting

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 41

TEKNIK PENGUKURAN KEMAJUAN TAMBANG

Pengukuran kemajuan tambang dilakukan dalam periode tertentu, pengukuran kemajuan


tambang digunakan untuk :
1. Penghitungan volume mineout material yang akan digunakan sebagai
penghitungan nilai produktifitas alat alat muat dan pengangkutan
2. Untuk melakukan updating/pembaharuan model cadangan.
3. Untuk pelakukan redesign/perencanaan ulang tambang jika ada perubahan nilai
ekonomis tambang, perubahan parameter design tambang, perubahan design
penyaliran tambang.
4. Membuat perencanaan jangka pendek untuk pencapaian target produksi.
5. Sebagai peta dasar dalam kegiatan-kegiatan yang berubah secara periodik (misal

blasting, penghijauan dll)


Pengukuran kemajuan tambang dalam kegiatan penambangan menjadi sangat penting
karena akan mempengaruhi penghitunga volume mine out. Penghitungan volume tambang
yang dilakuan dengan metode perbandingan Digital Terain Model maupaun cross section.,
memerlukan data lapangan yang detail. Dalam pengukuran detail, terdapat beberapa yang
harus dipenuhi :
1. Sample data
2. Kode data
3. Breakline
PROSEDUR PENGUKURAN PIT
1. Harus dilakukan pengecekan Alat Survey yang digunakan untuk Pengukuran PIT
dan Pengukuran Titik kontrol nya
2. Sebelum Pelaksanaan Pengukuran perlu dilakukan inspeksi lapangan untuk
mengidentifikasi potensi, bila ada kondisi tidak aman segera dilaporkan ke Bagian
Produksi /Tambang untuk dilakukan pengendalian Bahaya
3. Alat total station untuk pengukuran harus didirikan pada titik kontrol yang
merupakan titik kontrol teregister untuk mengurangi kesalahan pengukuran.
dengan jarak pada Crestline adalah min 1.5 meter dengan Pagar khusus serta jarak
10 meter pada toeline untuk menghindari longsoran material.
4. Pengukuran dilakukan untuk pengambilan data lapangan sebagai berikut :
• Crest dan toe Crest li
• Titik tinggi atau Spot height
• Batas jalan
• Aliran air
• Bangunan dan insfrastruktur tambang
• Sump.
5. Pengambikan Detil ditambang:
• Jarak pengambilan antar titik untuk masing masing data adalah 10 meter.
Dengan asumsi peta yang akan di buat adalah skala 1:1000.
• Pada area Land Clearing dilakukan pengambilan data Spot height, pada area
creek dilakukan pengambilan data as creek
6. Gunakan Code untuk setiap feature sesuai dengan aturan umum pengukuran
7. Pengukuran pada lokasi original topografi untuk base perhitungan volume
dilakukan setelah land clearing.

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 42

8. Batas area cadangan tambang (batubara-mineral) juga dilakukan pengukuran


untuk digunakan dalam updating model cadangan jika batas antara waste dan
cadangan terlihat jelas (seperti pada batubara)
9. Perlu dilakukan pengecekan berkala pada titik orientasi (backsight). Penyimpangan
sudut tidak boleh lebih dari 20 detik dan deviasi posisi tidak boleh dari 5 cm
untuk jarak backsight diatas 50 meter. Jarak maksimal pengukuran detil adalah
1000 m.
Gambar 5.7 Contoh Pengambilan Detail Topografi pada tambang batubara
10. Tempatkan posisi tongkat prisma tempat pada lokasi yang akan diambil data
pengukurannya. (tidak dengan diangkat atau digantungkan) dan informasikan
tinggi tiang prisma kepada Instrumentman

Gambar 5.8 Larangan model Pengambilan Detail Topografi pada tambang


batubara

11. Pengukuran pada area Sump, harus mengikuti prosedur keselamatan bekerja di
atas air dan mengikuti prosedur pengukuran bathimetri.

12. Jika lokasi pengukuran sudah masuk pada area front loading dengan radius 40
meter dari alat berat surveyor harus memberikan informasi kepada pengawas
produksi untuk melakukan penyetopan sementara alat produksi beroperasi hal ini
diperlukan untuk memberi kesempatan tim survey melakukan pengambilan data.

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 43

13. Pengukuran pada lokasi crest line dan toe line pada material hasil blasting
dilakukan dengan offset pada jarak satu setengah (1.5) tinggi dari dinding front
kerja (Digging face).

Gambar 5.9 Jarak aman pengukuran di Front tambang


14. Tidak diperbolehkan melakukan pengukuran dengan menaiki puncak candi yang
tertinggal, Pucak candi diukur dengan menempatkan prism tepat pada crest
line candi.

15. Pada saat pengukuran di area Ramp Aktif, Surveyor harus menginformasikan
kepada pengawas produksi agar operator unit mine hauling mengurangi kecepatan
menjadi 20 km/jam dan melakukan penyiraman pada areal ramp jalan. Hentikan
pengukuran Jika kondisi Ramp tidak aman

16. Crew survey tidak diperbolehkan memasuki area blasting yang sudah dilakukan
pengisian bahan peledak.

17. Setiap limabelas (15) menit, dilakukan kontrol orientasi sudut horisontal
instrument /alat survey pada titik backsight . Jika kesalahan orientasi pada titik
backsight yang melebihi dari 5 cm, maka harus dilakukan pengukuran ulang pada
data yang telah diambil dalam 15 menit sebelumnya. Kemudian lakukan pencatatan
nomer recordnya, dan harus direject saat editing raw data.Kemudian Lakukan
Reorientasi jika terjadi kesalahan melebihi 3 cm.

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 44

REKONSILIASI VOLUME

Dalam kegiatan penambangan, surveyor akan melakukan pengukuran progress tambang,


yang mana dalam pengukuran itu juga didapatkan jumlah volume material yang keluar dari
tambang (mineout material), baik produk atau waste material.
Team dari geologi juga mempunyai hitungan tentang jumlah cadangan yang dapat
ditambang (mine able material). Dimana nilai cadangan ini pada saat dilakukan FS adalah
acuan penghitungan nilai ekonomis tambang.
Dalam perjalanan kegiatan eksploitasi, dimungkinkan terjadinya kehilangan cadangan yang
disebabkan oleh kegiatan operasional atau pengelolaan/pengolahan cadangan yang sudah
digali. Dalam hal ini, team survey juga bertugas untuk menentukan nilai-nilai dari
cadangan yang hilang tersebut.

Panetrabredmaeatnodeasdarnpesantguaknu,
rmanerduapnaskatnuasnumpebnegrhnitiulani gkaenh, islaenhginagngasepmeruludadlialamku

pkeanghkoitnuvnegrasni kehilangan cadangan. Misalnya nilai density yang kurang teliti,


nilai swell factor yang kurang teliti dan stowage factor yang kurang teliti pula.
Contoh dalam pengukuran material tambang dengan metode yang berbeda adalah, dalam
pengukuran volume di Sotck material, dilakukan dengan tekonologi survey terrestris
sedangkan saat akan dilakukan pengapalan, volume tambang diukur dengan draft survey
atau belt scale dengan fraksi bacaan dan satuan yang berbeda. Surveyor harus mampu
lakukan analisa nilai-nilai cadangan yang hilang dengan beberapa perbedaa nilai konversi
Pada akhirnya, penghitungan volume mine out (hasil survey progress tambang dan
looses adalah untuk melakukan analisa ulang untuk efisiensi operasi penambangan dan
nilai ekonomis tambang.

LOOSES (kehilangan)
uukk
yy
M O dd rr
n a orro rirDD
g i
n tata R PP
n a i d AA
g nlini d n
nn
aa && gg
b m u dd ee
k g a
iinn ee
a
nn tt dd ss
ss
a P
e aa nn oo
g n e p t a a h WW aa oo
s
S l a nn
at aa HH LL
fi a p
h n hh nn
iti o
ioi ttPengukuran Stockmaterial
m
k u T Pengukuran Stock ROM aa Pengukuran Stock material aa
iioo
u
ra p O ssii rr
ee pp
d oro mm
ee PP OO
P
a k g n
A
Raw
Produk Stock Market
Stock Produk (TON) Pengolahan
TON Pengapalan (TON)
Volume
Cadangan
Pengangkutan
/ Mineable Resource (M3-Bank)
Produksi
(TON)

Waste Waste
(M3 Compacted) TON
rry Pengukuran Sample Muatan
ve
co
Alat Gali dan Alat Angkut
e Pengukuran Progress
R
g Disposal
ttiin
Pla Blasting nk llas Pengalian
n (M3) Ba B

g n a b
m a T
is
m o n

Blasted
BLASTING
(M3 Loose)
o k E
i
la i rr oo rr r r
N rrtt oo
ttt o o
t
Pengukuran Volume setelah oottaacc cc c c a F
aa a F
Pengalian area Blasting ccFF
aaFF e g a
e g a
ee ee gg aa w o
to
t
FF w o
to
t
llllgg ww ttoo S
eeaa S
wwww SS
SSotto
SS

Rekonsiliasi Proses(Pengukuran Progress Tambang)

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 45

Gambar 5.8 Diagram Rekonsiliasi volume tambang

Karena pada terori kesalahan, bahwa setiap proses penggukuran tidak ada angka yang
eksak, baik dalam proses pengukuran untuk menentukan volume cadangan mineable
maupun proses pengukuran untuk volume proses tambang dan volume-volume dalam
rekonsiliasi. Maka suatu organisasi, atau perusahaan tambang harus menentukan nilai
toleransi kehilangan cadangan secara objektif. Nilai toleransi yang objektif ini dimulai
dengan mengevaluasi setiap nilai-nilai kesalahan dan ketelitian proses survey dan
pemetaaan geology serta prosedur kerja dan alat kerja dalam operasi penambangan.
Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 46

BAB VI
ASPEK K3 SURVEY TAMBANG

Kegiatan penambangan adalak kegiatan industri yang padat modal dan mempunyai potensi
resiko dan bahaya untuk menjadi kecelakaan yang cukup tinggi. Sebagai surveyor tambang
yang merupakan bagian dari kegiatan penambangan, maka surveyor mempunya peran
penting dalam pelaksanaan dan pemeliharaan aspek keselamatan dan kesehatan kerja
(K3).

Salah satu kunci keberhasilan dalam pelaksanaan K3 adalah pelaksanaan dan pengelolaan
Potensi Resiko dan identifikasi bahaya. Dalam pekerjaan survey dan pemetaan yang
dilakukan dilapangan, surveyor harus mampu untuk mengetahui resiko dan bahaya agar
dapat dikelola secara individu maupun secara team survey.

Resiko dan bahaya dalam pengukuran dan pemetaan ditambang, baik untuk kegiatan
eksplorasi dan eksplotasi dapat dilihat dalam tabel dibawah ini, berikut juga beberapa
kontrol yang dapat dilakukan untuk mengelola resiko dan bahaya tersebut.
Pengelolaan resiko dan bahaya merupakan suatu kegiatan yang berulang dengan
melakukan kontrol terhadap resiko tersebut sehingga bahaya dan resiko tesebut dapat
diterima.

Identify Hazard Hazard Baru Setelah


Kontrol

Assess Resiko

Acceptable Pilih Kontrol Bahaya


NO

YES

Lakukan Kontrol

Gambar 6.1 Proses Identifikasi Bahaya dan Resiko

Dalam pengelolaan bahaya dan resiko, kita mengenal beberapa kontrol yang secara
bertujuan agar resiko dapat diterima. Berikut adalah tahapan dalam pengelolaan resiko.

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 47

1.Primary Kontrol Methods Engineering


Kontrol

2. Secondary Kontrol MethodsAdministrative Kontrol

3.Tertiary Kontrol MethodsWork PraCtiCes .

4. Personal Protective Equipment (


PPE)

Gambar 6.1 Proses Kontrol Bahaya dan Resiko


Resiko dan bahaya dalam pengukuran dan pemetaan ditambang, baik untuk kegiatan
eksplorasi dan eksplotasi dapat dilihat dalam tabel dibawah ini, berikut juga beberapa
kontrol yang dapat dilakukan untuk mengelola resiko dan bahaya tersebut. Contoh penilain
resiko dan bahaya pada unsur kegiatan, alat dan bahaya untuk kegiatan survey dan
pemeteaan dapat dilihat pada tabel 6.1.

DAFTAR BAHAYA I TEMPAT YANG WAKTU PENGARUH LAIN KONTROL YANG ADA
ASPEK TEPAT
Δ
0
< Rincian Deskripsi Menyiapkan Tentukan waktu Bagaimana Jika?:- Bagaimana jika Buat daftar Kontrol yang
0
z Bahaya I Aspek:- Deskripsi Rinci atau shift Orang, Kegiatan atau Kondisi Fisik ada seperti; Hukum,
Kegiđtđn, Bđhđn, tentang Posisi Bahaya yang Berubah? Bagaimana jika Orang atau Regulasi, Standar,
Mđteriđl tepat terjadinya ada. Alat baru memasuki area? Prosedur, Peraturan &
Bahaya. SOP.
1 PefsiApAn AlAt Sufvey , GudAng AlAt Sufvey AwAl shift kefjA AlAt jAtuhltefbentuf,AlAt tidAk stAndAf JSA- SOP, Engineefing-
PefiksA AlAt dAn digunAkAn, Asesofis AlAt sufvey funcing AdministfAtif
pefAlAtAn kefjA mengenAi AnggotA bAdAn, CidefA bAdAn

2 MobilisAsi AlAt sufvey ke lApAngAn SiAng HAfi KefusAkAn AlAt Sufvey , JAtuh ke JufAng SOP-AdministfAtif
lokAsi PengukufAn. , DehidfAsi, CidefA Punggung
3 PefsiApAn pengukufAn SiAng hAfi TeftAbfAk, MenghisAp Debu, Unit sAfAnA SOP-AdministfAtif-
lApAngAn. teftAbfAk ,lnstfumen HeAting, RAdiAsi Engineefing APD
oltfAviolet, AlAt ukuf fusAk , CedefA
punggung, Teftusuk kAki stAtif
4 PengukufAn l Sufveying TAmbAng – Joint SiAng hAfi dAn TefpApAf debu teftAbfAk AlAt befAt, SOP - AdministfAtif
Sufvey mAlAm hAfi dehidfAsi
5 PengukufAn l Sufveying SekitAf AlAt BefAt SiAng dAn TeftAbfAk AlAt befAt, kejAtuhAn mAtefiAl SOP-AdmnistfAtif- APD-
(Ffont mAlAm hAfi tAmbAng, Substitusi
penAmbAngAn dAn
konstfuksi)
6 PengukufAn l Sufveying Mine foAd SiAng TeftAbfAk, tefpApAf debu, DehidfAsi, SOP-AdmnistfAtif- APD
fAdiAso ultfAviolet, kejAtuhAn mAtefiAl
tAmbAng.
7 PengukufAn l Sufveying HAulfoAd SiAng TeftAbfAk, tefpApAf debu, DehidfAsi, SOP-AdmnistfAtif- APD
tefkenA bAtubAfA jAtuh, fAdiAsi ultfAviolet
8 PengukufAn l Sufveying JAlAn RAyA – Public SiAng TeftAbfAk, SOP-AdmnistfAtif- APD
RoAd
9 PengukufAn l Sufveying HutAn (luAf SiAng GigitAn binAtAng SefAnggA, SOP-AdmnistfAtif- APD
tAmbAng) Tefpefosok,tefpeleset, AlAt fusAk ,
Tefpotong , TefsAsAf , DisefAng
BinAtAng, DisefAng binAtAng, RAdiAsi
oltfAviolet, CedefA punggung, TefkenA
AlifAn listfik , TefkenA pohon Roboh,
tefsAmbAf petif.
10 PengukufAn l Sufveying WilAyAh befAif SiAng TenggelAm, AlAt sufvey hilAng SOP-AdmnistfAtif- APD-
Substitusi
11 PengukufAn l Sufveying RAwA TenggelAm, AlAt sufvey hilAng, SOP-AdmnistfAtif- APD
tefpefosok,
12 PengukufAn l Sufveying AfeA PfA BlAsting Tefpefosok, peledekAn Dini (PfemAtuf), AdministfAtif TfAining

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 48

DAFTAR BAHAYA I TEMPAT YANG WAKTU PENGARUH LAIN KONTROL YANG ADA
ASPEK TEPAT
Δ
0
< Rincian Deskripsi Menyiapkan Tentukan waktu Bagaimana Jika?:- Bagaimana jika Buat daftar Kontrol yang
0
z Bahaya I Aspek:- Deskripsi Rinci atau shift Orang, Kegiatan atau Kondisi Fisik ada seperti; Hukum,
Kegiđtđn, Bđhđn, tentang Posisi Bahaya yang Berubah? Bagaimana jika Orang atau Regulasi, Standar,
Mđteriđl tepat terjadinya ada. Alat baru memasuki area? Prosedur, Peraturan &
Bahaya. SOP.
fusAknyA instAlAsi BAlsting SOP
13 PengukufAn l Sufveying AfeA pAscA BlAsting Tefpefosok, tef SOP-AdmnistfAtif- APD
14 PengukufAn l Sufveying Di AtAs bAtu bAfA TefpApAf debu bAtubAfA
15 PengukufAn l Sufveying Slope dAn CAndi Tefpeleset, tefjAtuh, teftimpA mAtefiAl. SOP-AdmnistfAtif- APD-
Substitusi
17 PengukufAn l Sufveying DiAtAs Stockpile TeftimpA mAtefiAl, teftAbfAk, tefpApAf SOP-AdmnistfAtif- APD-
debu bAtubAfA, tefpefosok. Substitusi
18 PengukufAn l Sufveying Di Conveyof TefjAtuh, tefgofes, tefsefet. APD- AdministfAtif- SOP-
Substitusi
19 PenyimpAnAn AlAt GudAng AlAt Sofe (Akhif Shift) AlAt ukuf RusAk, CedefA punggung AdministfAtif, Engineefing.
20 LAsef AfeA PengukufAn SiAng l mAlAm MAtA tefpApAf LAsef Engineeefing,
AdministfAtif
21 PemAsAngAn pAtok titik AfeA pengukufAn SiAng Tefgofes dAn
kontfol lApAngAn
22 MAintAnAnce dAn Office SiAng KesAlAhAn dAtA AdministfAtif dAn SOP
kAlibfAsi AlAt sufvey
23 PengukufAn GPS RTK LApAngAn SiAng AlAt RusAk, kesAlAhAn dAtA lApAngAn, AdministfAtif , SOP-
kesAlAhAn stAke out, kesAlAhAn AnAlisis TfAining
pefuntukAn dAtA lApAngAn
24 PengukufAn GPS StAtic LApAngAn SiAng mAlAm KesAlAhAn dAtA AdministfAtif dAn SOP
25 Site KAlibfAsi GPS LApAngAn – Office SiAng KesAlAhAn dAtA lApAngAn AdministfAtif - Engineefing
26 AntenA GPS dAn RAdio LApAngAn dAn SiAng-mAlAm TefsAmbAf peftif Engineefing -AdministfAtif
Office
27 PengukufAn LApAngAn SiAng AlAt RusAk, kesAlAhAn dAtA lApAngAn, AdministfAtif, SOP,
dengAnTotAl StAtion kesAlAhAn stAke out, kesAlAhAn AnAlisis TfAining
pefuntukAn dAtA lApAngAn
28 PengukufAn dengAn LApAngAn SiAng AlAt RusAk, kesAlAhAn dAtA lApAngAn, AdministfAtif, SOP,
Leveling TfAining
29 PemAsAngAn pAtok LApAngAn SiAng KesAlAhAn pemAsAngAn AcuAn design, SOP, engineefing, tfAining
design TefgAnggunyA kestAbilAn lefeng,
RendAhnyA CoAl Recovefy., KesAlAhAn
penyAlifAn tAmbAng, GAnguAn
EnvifomentAl.
30 PengukufAn titik kontfol LApAngAn SiAng KesAlAhAn dAtA lApAngAn SOP - AdministfAtif
dAn bAse stAtion TfAining
31 PengukufAn KesAlAhAn dAtA lApAngAn, oveflApping SOP - AdministfAtif
KompensAsi kepemilikAn lAhAn. TefgAnggunyA
sosiodinAmikA. TefgAnggunyA sequence
penAmbAngAn
32 PengisiAn bAtefy Office SiAng - mAlAm OvefchAgef, kefusAkAn bAtefy. AdministfAtif
KebAkAfAn.
33 BAtefy BekAs - SiAng mAlAm GAngguAn lingkungAn, gAngguAn AdministfAtif
kesehAtAn
34 Pfoses dAtA Volume Office SiAng KesAlAhAn hAsil hitungAn SOP – AdministfAtif
35 UpdAte PetA tAmbAng Office SiAng KesAlAhAn pefencAnAAn AdministfAtif
36 PembuAtAn petA temAtic Office SiAng KesAlAhAn AnAlisis dAn AdministfAtif
pefencAnAAnlLApofAn
37 DAtA mAnAjement Office SiAng DAtA hilAng, dAtA fedundAnce AdministfAtif
39 Pfoses dAtA Office SiAng KesAlAhAn dAtA lApAngAn SOP – AdministfAtif
PengukufAn titik kontfol
40 Debu LApAngAn SiAng mAlAm TefpApAf mAtA, tefhifup APD
41 TfAnsfofmAsi KoofdinAt Office SiAng KesAlAhAn AnAlisis, AdministfAtif
pefencAnAAnlLApofAn, kesAlAhAn
pemAsAngAn AcuAn lApAngAn

Tabel 6.1 hasil Peniliaan Resiko

Dibawah ini adalah beberapa contoh kontrol yang dapat dilakukan setelah dilakukan
penilaian resiko dan identifikasi bahaya pada pekerjaan survey dan pemetaan dilapangan.

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 49

PENGELOLAAN ALAT SURVEY DAN KEAMANAN PENGGUNAAN ALAT SURVEY.


1) Sebelum digunakan alat survey harus dilakukan pengecekan harian, setiap 6 bulan
sekali harus dilakukan kalibrasi. Pastikan setting untuk unit, suhu/tekanan,
konstanta prisma dan
2) Pada saat mobilisasi alat, baik didalam kendaraan maupun tidak, alat survey harus
dimasukkan dalam kotak yang disediakan dan sesuai.
3) Perhatikan tinggi prism, dan antena GPS terhadap fasilitas jaringan listrik, petir,
alat alat yang bisa terjadi nya benturan.
4) Gunakan payung atau atap untuk melindungi alat-alat yang menggunakan optik
seperti total station dan teodolit.
5) Sebelum disimpan, alat alat survey harus di bersihkan.

SURVEY BEKERJA DI AREA PENAMBANGAN


1) Sebelum Pelaksanaan survey haus dilakukan inspeksi lapangan untuk
mengidentifikasi potensi bahaya, bila ada kondisi tidak aman segera dilaporkan ke
Bagian Produksi /Tambang untuk dilakukan pengendalian Bahaya.
2) Lakukan Breifing dan P5M harian pada sebelum melakukan Survey. Dan
menunjuk seorang sebagai koordinator regu, yang bertugas untuk mengarahkan
dan mengawasi rekan kerjanya saat pengukuran pada area beresiko tinggi
3) Tingkatkan Kehati-hatian ketika berada di sekitar alat-alat berat fast Moving
Equipment , terutama di jalan dan mengangkut sekitar peralatan dengan area Blank
Spot operator atau visibilitas terbatas.
4) Jarak aman Surveyor dari alat berat yang bergerak dalah 40 meter. Mintalah izin
untuk mengakses alat berat di dekat dengan daerah kontak dengan operator lewat
radio, meminta untuk menghentikan peralatan jika diperlukan.
5) Jangan bergantung pada operator visibilitas, pertimbangan, atau kemampuan.

Lseatkiaupkabnagkioantdakarmi paetaradlaetnagna. n operator sebelum berjalan di depan


atau di belakang
6) Hentikan kegiatan survei operasi bila tak terkendali dan mengarah pada bahaya.
Kembali bekerja hanya bila kondisi kerja aman telah dipulihkan (contoh konidisi
berdebu/berasap, hujan deras)
7) Dilarang masuk pada area balsitng bila area telah dipasang batas (kecuali staf yang
bersertifikat Magazine Permit dan memiliki ijin dari Blatsing supervisor
8) Bila bahan Peledak telah dimuat ke lubang, Dilarang memasuki area Blasting.
9) Dilarang mekakukan survei atas material pasca Blasting jika tidak memiliki ijin dari
Pengawas Produksi dan Geotechnic.
10) Perhatikan jadual peledakan dan jarak aman areal peledakan.
11) Jarak aman pengukuran garis toe line pada diding front adalah 1.5 tinggi dinding.
(khususnya blasted material)
12) Tidak diperbolehkan melakukan pengukuran dengan menaiki puncak candi yang
tertinggal, Pucak candi diukur dengan menempatkan prism tepat pada crest
line candi.
13) Ketika melakukan pengukuran di posisi slope harus dilengkapi dengan APD untuk
fall body Protector dengan teknik Single Rope Technique (SRT).
14) Jarak aman titik kontrol dari slope adalah 1.5 dengan pagar khusus dari kayu
yang kuat.

BEKERJA DI AREA HAULROAD.


1) Pasang Rambu informasi adanya pengukuran di area Haulroad.

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 50

2) Informasikan kepada Pengguna Haulroad untuk menurunkan kecepatan.


3) Hentikan pengukuran jika area haulroad berdebu atau berkabut sehingga
mengurangi jarak padang hingga kurang dari 50 meter.

SURVEY BEKERJA DIATAS AIR


1. Pakaian Pelampung yang disetujui pelampung ketika bekerja di kapal atau di atas
air sedalam batas pinggang.
2. Gunakan perahu atau wahana air untuk melakukan pengukuran bathimetri/
kedalaman air.
3. Selalu melakukan pekerjaan dengan teman, salah satu teman berada didarat.
4. Dilarang berenang di Pit Sump , kolam lumpur, dan fasilitas air treartment,
meskipun jarak tidak terlalu panjang dan menggunakan pelampung.

AKTIVITAS KERJA KHUSUS


1) Berkaitan dengan aktifitas kerja di area power line (jaringan Listrik). Berhati-hati
ketika menggunakan Stick Survey berbahan alumunium atau fiberglass.
2) Transmisi radio Komunikais dapat menyebabkan peledak premature . Jika Anda
berada di dekat operasi peledakan, selalu tanyakan kepada supervisor
peledakan sebelum bicara di radio.
KERJA MALAM
survei tidak dilakukan pada malam hari, kecuali Pekerjaan-pekerjaan yang
berfungsi sebagai kontrol kerja alat-alat operasi penambangan
Ketika merencanakan survei kerja malam:
• Membuat keselamatan prioritas. nomor satu.
• Memberikan tambahan waktu untuk semua operasi malam.
• Pastikan team survey memiliki cukup personil, peralatan, dan persediaan.
• Siapkan semua anggota dengan adanya pengarahan dan pengecekan peralatan
yang memadai.
• Untuk pekerjaan survei malam di area lalu lintas: seluruh personil harus
memakai Rompi Reflecctorless warna putih, orange, kuning-hijau yang terlihat
di minimal 100 meter.
2) Pada posisi berdiri alat survey., total station harus dipasang lampu penerangan
yang cukup untuk mengetahui adanya kegiatan pengukuran dari jarak lebih dari 30
meter.

BERKERJA DI HUTAN
1) Selalu Bersama "teman" kerja.
2) Menyediakan komunikasi radio untuk masing-masing wilayah kerja.

3) Tingkatkan kehati-hatian terhadap serangan hama dan ular.

BEKERJA DI AREA STOCK


1) Bekerjalah dengan teman yang berada diluar area stock
2) Jika area stock tidak dimungkinkan dinaiki atau diinjak, gunakan teknologi laser
3) Stop aktifitas alat berat dan transfer cute pada saat pengukuran stock

Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 51

BAB VII
PRINSIP DASAR PEKERJAAN SURVEY DAN PEMETAAN
(KESIMPULAN DARI PARA SURYEYOR PENGALAMAN)

I. Bekerjalah dari SELURUH AREA DAHULU yang akan dikerjakan, misal Lakukanlah
pengukuran kerangka kontrol untuk seluruh area, baru melakukan pengukuran
detil untuk bagian per bagaian.

II. CHECK dan CHECK, lakukan sebanyak mungkin Check serta sediakan waktu
untuk melakukan pengecekan.

III. Catatan lapangan dan data lapangan harus CLEAR DAN COMPLETE. Data
pengukuran lapangan dicatat dalam sketsa dan kode, secara kasar, nantinya data
tersebut akan diproses oleh draftsman yang tidak pernah melihat kondisi
lapangan. Maka semua informasi dari team lapangan harus dicatat dalam sketsa,
dan bukan dihapalkan di kepala.

IV. JUJUR dalam pengukuran. Baik dalam melakukan pengukuran, memberikan


kode pengukuran dan membuat sketsa.

V. ALAT dan DOKUMEN lapangan, harus dijaga dan dirawat baik-baik.


Survey Tambang Terbuka – oleh M Zaim Nurhidayat Page 52

Anda mungkin juga menyukai