Anda di halaman 1dari 20

PERENCANAAN TAMBANG

Perencanaan tambang (mine planning) merupakan suatu tahap penting


dalam studi kelayakan dan rencana operasi penambangan. Perencanaan suatu
tambang terbuka yang modern memerlukan model computer dari sumberdaya
yang akan ditambang, baik berupa block model untuk tambang bijih atau kuari,
maupun gridded seam model untuk endapan tabular seperti batubara.
Aspek penting dalam pekerjaan perencanaan tambang adalah penentuan
metode penambangan, perencanaan pit atau penentuan batas akhir penambangan,
serta pentahapan dan penjadwalan produksi hingga ke perencanaan tahunan dan
bulanan. Keluaran yang dihasilkan adalah jumlah ton dan kadarnya yang harus
direncanakan tingkat produksi serta tahap – tahap penambangannya. Tingkat
produksi ore dan waste yang direncanakan akan menentukan jumlah peralatan dan
tenaga kerja yang dibutuhkan. Tingkat produksi, pentahapan penambangan
(sequen) dan penjadwalan produksi yang optimum ditujukkan untuk
memaksimalkan beberapa kriteria finansial seperti perhitungan arus kas (NPV).
Perencanaan tambang dapat mencakup kegiatan – kegiatan propeksi,
eksplorasi, studi kelayakan (feasiblty study) yang dilengkapi dengan analisis
mengenai dampak lingkungan (AMDAL), persiapan penambangan dan konstruksi
prasarana (insfasrukture), serta sarana (facilities) penambangan, kesehatan dan
keselamatan kerja (K3), dan pemantauan lingkungan hidup.
Perencanaan tambang dilakukan untuk merencanakan secara teknis,
ekonomi dan lingkungan kegiatan penambangan, agar dalam pelaksanaan
kegiatannya terkait dan dapat dilakukan dengan baik, aman terhadap lingkungan.
Perencanaan adalah penentuan persyaratan teknik pencapaian sasaran
kegiatan serta urutan teknis pelaksanaan dalam berbagai macam kegiatan yang
harus dilaksanakan untuk pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan. Perencanaan
tambang merupakan bagian penting dalam pertambangan, karena perencanaan
tambang ini mencakup berbagai kegiatan, mulai dari kegiatan prospeksi,
eksplorasi, studi kelayakan,dimana pada kegiatan studi kelayakan mencakup
berbagai hal selain aspek teknis, aspek ekonomis, analisis dampak lingkungan
(AMDAL), persiapan infrastruktur tambang, serta K3. Dalam melakukan
perencanaan tambang juga mencakup kegiatan eksploitasi, pengolahan,
pemasaran, hingga penutupan tambang (Lee, 1984dan Taylor, 1977).
Menurut Zainassolihin (2015), ada berbagai macam perencanaan antara lain:
a) Perencanaan jangka panjang, yaitu suatu perencanaan kegiatan yang jangka
waktunya lebih dari 5 tahun secara berkesinambungan.
b) Perencanaan jangka menengah, yaitu suatu perencanaan kerja yang jangka
waktu antara 1 – 5 tahun.
c) Perencanaan jangka pendek, yaitu suatu perencanaan aktifitas untuk jangka
waktu kurang dari setahun demi kelancaran perencanaan jangka menengah
dan panjang.
d) Perencanaan penyangga atau alternative, bagaimanapun baiknya suatu
perencanaan telah disusun. Kadang-kadang karena kemudian terjadi hal-hal
terduga atau ada perubahan data dan informasi atau timbul hambatan yang
sulituntuk diatasi, sehingga dapat menyebabkan kegagalan maka harus
diadakan perubahan dalam perencanaannya.
Agar perencanaan tambnag dapat dilakukan dengan lebih mudah, masalah
ini biasanya dibagai menjadi tugas – tugas sebagi berikut :
1. Identifikasi metode penambangan
Sebelum melangkah lebih jauh, perlu diketahui metode penambangan apa
yang akan diterapkan pada kegiatan penambangan. Untuk mengenali metode
penambangan yang akan diterapkan, maka hal-hal yang perlu diperhatikan
antara lain adalah kondisi stratigrafi dan topografi serta model endapan/ blok
model.
2. Penentuan batas pit
Menentukan batas akhir dari kegiatan penambangan (pit limit) untuk bijih
nikel berarti menentukan berapa besar cadangan bijih nikel yang akan
ditambang yang akan memaksimalkan nilai bersih total dari bijih nikel
tersebut.
3. Perencanaan sequen
Merancang bentuk-bentuk penambangan (minable geometries) untuk
menambang cadangan bijh nikel tersebut mulai titik masuk awal hingga ke
batas akhir dari pit. Perencanaan sequen atau tahap-tahap penambangan ini
membagi pit limit menjadi unit-unit perencanaan yang lebih kecil dan lebih
mudah dikelola. Hal ini akan membuat masalah perencanaan tambang tiga
dimensi yang kompelks menjadi lebih sederhana.
4. Penjadwalan produksi
Selanjutnya kapasitas dari rancangan pit dibagi berdasarkan target produksi
berdasarkan/ dan jangkah waktu tertentu.
2. Perncanaan tambang berdasarkan urutan waktu
Dengan menggunakan sasaran jadwal produksi yang dihasilkan pada tahap
(3), gambar atau peta-peta rencana penambangan dibut untuk setiap periode
waktu (biasanya per tahun). Peta-peta ini menunjukkan dari bagian mana
penambangan akan dimulai.
3. Pemilihan alat
Berdasarkan rencana penambangan dan target produksi, maka dilakukan
perhitungan dan pemilihan alat untuk menunjang kegiatang penambangan.
Alat yang digunakan bukan hanya untuk kegitang penambangan saja, akan
tetapi untuk development, mine service dan lingkungan.

1. Metode Penambangan Nikel

Pemilihan metode penambangan nikel laterit sangat dipengaruhi oleh


beberapa faktor. Berikut parameter-parameter pemilihan metode panambangan
dengan mempengaruhi kondisi stratigrafi dan model endapan nikel laterit dll,
yang akan teridentifikasi tambang terbuka dengan metode ini system/jenis Open
pit atau Open cast yang akan tergantung pada kondisi topografi dan endapan nikel
laterit.
Tabel. 3.1 Parameter-paremeter pemilihan metode penambanagn

Spesifikasi Parameter

Ukuran (Dimensi:Tebal dan Penyebaran

Bentuk
Krakteristik Model Endapan
Attitude (Inklinasi dan Dip)

Kedalaman

Mineralogy dan Petrologi

Komposisi kimia dan Kualitas

Kondisi Geologi dan


Struktur Geologi
Hirogologi

Bidang, Air Tanah dan Hidrologi

Keseragaman

Sifat-sifat Geoteknik Sifat Elastis


Perilaku Elasti dan Viskoelastis

Keadaan Teganggan

Konsolidasi, kompasi dan kompetensi

Sifat Fisik lainya

Cadangan

Laju Produksi

Umur Tambang
Konsiderasi Ekonomi
Produktifitas

Perbandingan biaya Penambangan

Mine recovery

Dilusi

Ke fleksibelitasan dengan perubahan


kondisi
Teknologi dan Lingkungan

Penurunan permukaan tanah

Kontrol atmosfir (SDA), dll


Metode penambangan yang diterapkan pada penambangan bijih nikel
dengan mengunakan metode tambang terbuka dengan jenis/system open pit dan
open cast. Pemilihan metode ini tergantung pada kondisi topografi dan endapan
nikel laterit pada lokasi yang akan ditambang.

1.1. Tambang Terbuka (Surface Mining)

Suatu sistem penambangan dimana seluruh aktivitas kerjanya


berhubungan langsung dengan atmosfir atau udara luar. Klasifikasi penambangan
terbuka pertama sekali dikembangkan oleh Peele (1941), Young (1946), Lewis
dan Clark (1964) yang merupakan dasar klasifikasi penambangan terbuka. Dasar
klasifikasi ini merupakan kombinasi atas pertimbangan dari; ruang atau tempat
keterdapatan deposit, geologi dan faktor geoteknik. Kemudian klasifikasi ini
berkembang lagi dengan pengaturan klasifikasi metoda penambangan bawah
tanah dan penambang batubara (Morrison dan Russel, 1973 ; Boshkov dan
Wright, 1973 ; Thomas, 1978 ; Nicholas, 1981 ; Hamrin 1982). Berdasarkan
kondisi topografi dan material endapan bijih Nikel yang ditambang dapat
mempengaruhi identifikasi metode penambangan dengan metode tambang terbuka
dengan jenis/sistem Open Pit dan Open Cast :

a. Metode Open Pit


Metode open pit merupakan metode penambangan terbuka yang dilakukan
untuk menggali endapan bijih atau mineral yang terdapat pada daerah lembah
yang masih virgin dan memiliki topografi serta endapan yang relative datar,
dengan ditambahkan memakai grade control system yaitu Inpit Drilling. Pit
dibentuk dengan cara penggalian tanah ke bagian bawah dengan batasan
penambangan yang disebut pit limit.

Ciri – ciri metode penambangan open pit adalah:

 Topografi awal relative datar


 Zona endapan relative datar atau cekungan
 Bentuk akhir pit penambangan menyurupai mangkok dengan sisitem
jenjang
 Sangat dipengaruhi oleh air tanah dan air permukaan
 Seringkali membutuhkan pompa untuk mengalirkan air keluar pit.

b. Metode Open Cast


Metode open cast merupakan sistem penambangan yang dilakukan dengan
penggalian endapan bijih diterapkan pada topografi perbukitan dan umumnya
zona endapan nikel laterit mengikuti model topografi bukit tersebut. Akhir dari
penambangan metode open cast yaitu menyerupai mangkok terbalik dengan
sistem jenjang. Untuk memudahkan penggalian maka arah penggalian di desain
dari arah atas ke bawah dengan mengikuti kontur mining bukit.
Ciri – ciri metode penambangan open cast adalah:
 Topografi awal berbentuk bukit.
 Zona endapan mengikuti kontur topografi.
 Bentuk pit menyerupai mangkok terbalik dengan system jenjang.
 Penanganan air permukaan maupun air tanah menmanfaatkan prinsip
gravitasi.
Perbedaan antara open pit dengan open cast dicirikan oleh arah
penggalian/arah penambangan. Disebut open pit apabila penambangannya
dilakukan dari permukaan yang relatif mendatar menuju ke arah bawah dimana
endapan bijih tersebut berada. Disebut open cut/open cast apabila penggalian
endapan bijih dilakukan pada suatu lereng bukit. Jadi penerapan open pit atau
open cast sangat tergantung kondisi topografi dan pada letak atau bentuk endapan
bijih yang akan ditambang.
Perbedaan open pit dan open cast juga dilihat dari pemindahan tanah
penutupnya. Pada open pit tanah penutup dikupas dan dipindahkan ke suatu area
penyimpanan stockpile yang tidak ada endapan di bawahnya dan mengikuti
morfologi tanah penutup asli, sedangkan pada open cast tanah penutup alokasi
waste dump inpit dump ke area finishing pit atau bekas tambang yang berbatasan.
Cara pengupasan tanah penutup pada open pit/open cast tergantung dari
tebal tanah penutup (stratigrafi) dan topografi serta keamanannya. Secara teknis
bentuk-bentuk striping working bench penambanganya dengan penentuan batas
pengupasan top soil pada dasarnya dilihat pada Gambar 3.3.1 profil nikel laterit
yang akan pengangkutannya cara konvensional atau cara langsung, cara ini
mengunakan kombinasi alat-alat pemindahan tanah mekanis (alat gali/muat, alat
muat, alat angkut dan alat dorong) dan hasil galian di muat dengan alat gali/ muat
ke alat angkut dengan meratakan akses loading yang kombinasi alat dorong
(Bulldozer).

2.1 Pertimbangan Dasar Perencanaan Tambang

Dalam suatu perencanaan tambang, khususnya tambang terbuka

terdapat dua pertimbangan dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:

2.1.1Pertimbangan Ekonomis

Pertimbangan ekonomis ini menyangkut anggaran. Data untuk

pertimbangan ekonomis dalam melakukan perencanaan tambang,yaitu:

1. Nilai (value) dari endapan per ton batubara

2. Ongkos produksi, yaitu ongkos yang diperlukan sampai

mendapatkan produk berupa bijih nikel diluar ongkos stripping.

3. Ongkos”stripping of overburden”dengan terlebih dahulu

mengetahui “stripping ratio”nya.

4. Keuntungan yang diharapkan dengan mengetahui “Economic

Stripping Ratio”.

5. Kondisi pasar

Salah satu cara menggambarkan efisiensi geometri dalam kegiatan

penambangan adalah dengan istilah “Stripping Ratio” atau nisbah


pengupasan. Stripping ratio (SR) menunjukkan jumlah overburden yang

harus dipindahkan untuk memperoleh sejumlah bijih yang diinginkan. Ratio

ini secara umum digambarkan sebagai berikut :

Overburden (tons)
SR 
Bijih (tons) ………………………….Hustrulid, 1998 (3.1)

Dalam hal ini unit satuan yang lain juga dapat digunakan. Dalam kegiatan
strip coal mining maka perhitungan stripping ratio adalah sebagai berikut :

Overburden thickness ( ft )
SR 
Coal thickness (ft)

Overburden (m 3 )
SR 
coal( tons ) ………………………..… Hustrulid, 1998 (3.2)

Ratio antara waste terhadap bijih yang digambarkan dalam suatu unit

satuan tertentu berguna untuk tujuan design perancangan. Sebagai contoh,

ratio ini didefinisikan sebagai berikut :

Overburden (volume)
SR 
Bijih (volume) ……………………....Hustrulid,1998 (3.3)

Dalam hal ini harus diperhatikan bahwa jika overburden dan bijih
mempunyai density yang sama, maka persamaan di atas akan memiliki nilai
yang sama. Sehingga dari nilai stripping ratio yang diperoleh dan
dibandingkan dengan nilai BESR (Break Even Stripping Ratio) yang telah
dihitung sebelumnya, maka akan diperoleh bahwa secara teknis batasan
kegiatan penambangan dalam pit adalah sampai nilai BESR dicapai dalam
perhitungan stripping ratio.Cut of grade (COG) memiliki defenisi, yaitu
sebagai berikut:

a. Kadar terendah dari suatu endapan bijih yang masih memberikan

keuntungan apabila ditambang.


b. Kadar rata-rata terendah dari endapan bijih nikel yang masih

menguntungkan

2.1.2Pertimbangan Teknis

Yang termasuk dalam data untuk pertimbangan teknis dalam suatu

perencanaan tambang adalah sebagai berikut:

1. Menentukan “Ultimate Pit Slope (UPS)”

Ultimate pit slope adalah kemiringan umum pada akhir operasi

penambangan yang tidak menyebabkan kelongsoran atau

jenjang masih dalam keadaan stabil. Untuk menentukan UPS ada

beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

- Stripping ratio yang diperbolehkan.

- Sifat fisik dan mekanik batuan

- Struktur Geologi

- Jumlah air dalam di dalam batuan

2. Ukuran dan batas maksimum dari kedalaman tambang pada

akhir operasi

3. Dimensi jenjang/bench merupakan cara-cara pebongkaran atau

penggalian mempengaruhi ukuran jenjang. Dimensi jenjang

juga sangat tergantung pada produksi yang diinginkan dan

alat-alat yang digunakan. Dimensi jenjang harus mampu

menjamin kelancaran aktivitas alat mekanis dan faktor

keamanan. Dimensi jenjang ini meliputi tinggi, lebar, dan

panjang jenjang.
4. Pemilihan sistem penirisan yang tergantung kondisi air tanah

dan curah hujan daerah penambangan.

5. Kondisi geometrik jalan terdiri dari beberapa parameter antara

lain lebar jalan, kemiringan jalan, jumlah lajur, jari-jari

belokan,superelevasi,cross slope, dan jarak terdekat yang dapat

dilalui oleh alat angkut.

6. Pemilihan peralatan mekanis yang meliputi:

- Pemilihan alat dengan jumlah dan type yang sesuai.

- Koordinasi kerja alat-alat yang digunakan.

7. Kondisi geografi dan geologi

- Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap

sistem penambanganyang digunakan. Dari faktor

topografi ini,dapat ditentukan cara penggalian,

tempat penimbunan overburden, penentuan jenis

alat, jalur-jalur jalan yang dipergunakan,dan sistem

penirisan tambang.

- Struktur geologi ini terdiri atas lipatan, patahan,

rekahan, perlapisan dan gerakan-gerakan tektonis,

- Penyebaran batuan

- Kondisi air tanah terutama bila disertai oleh

stratifikasi dan rekahan.Adanya air dalam massa ini

akan menimbulkan tegangan air pori. (Perencanaan

Penambangan, Sudarsono Katam K., 1983 ).


1. Perencanaan Sequen Penambangan

Rancangan atau Idesigen adalah penentuan persyaratan, spesifikasi, dan kriteria


teknik yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan serta urutan
teknis pelaksanaannya. Di industry pertambangan juga dikenal rancangan tambang
(mine desigen) yang mencakup pula kegiatan – kegiatan seperti yang ada pada
perencanaan tambang, tetapi, tetapi semua dan informasi sudah rinci.

Pada umumnya ada tinkat rancangan yaitu:

 Rancangan konsep ( conceptual design ): yaitu suatu rancangan awal atau


titik tolak rancangan yang dibuat atas dasar analisis dan perhitungan secara
garis besar dan baru dipandang dari beberapa segi ruang terpenting,
kemudian akan dikembangkan agar sesuai dengan keadaan ( condition )
sebenarnya.
 Rancangan rekayasa atau rekaciota (engineering design), adalah suatu
rancangan lanjutan dari konsep yang disusun dengan rinci dan lengkap
berdasarkan data dan informasi hasil penelitian laboratorium serta literature
lengkap.
Rancangan konsep pada umumnya digunakan untuk perhitungan teknis
dan penentuan ukuran kegiatan sampai tanap studi kelayakan (feasibility
study), sedangkan rancangan rekayasa (rekacipta) dipakai sebagai dasar
acuan atau pegangan dari pelaksanaan kegiatan sebenarnya dilapangan
yang meliputi batas akhir tambang (ekonomis dan keamanan), tahapan
penambangan (mining stagel, mining phases sequen), penjadwalan
produksi dan material buangan ( waste ). Rancangan rekayasa tersebut
biasanya juga diperjelas menjadi rancangan bulanan, mingguan dan
harian.
2. Parameter-parameter Rancangan (desigen) Tambang
Parameter-parameter rancangan (desigen) tambang adalah:
1. Informasi Topografi Permukaan Detil
Informasi ini dapat dalam bentuk kontur hasil digitasi yan tersimpan dalam
file computer, atau berupa file survey titik-titik ketingian, termasuk drillhole
colars. Alternatif lain yaitu memodelkan permukaan dari data titik-titik
ketingian menggunakan Digital Terrain Modelling (DTM) yang dibangun
secara efektif dengan metode triangulasi.
2. Kemiringan Jenjang
Standar parameter kemiringan jenjang yang diterapkan mengacu pada standar
parameter geoteknik yang telah dilaksanakan oleh perusahaan.
3. Tinggi Jenjang
Ketinggian jenjan berbeda-beda untuk setiap pit, tergantung pada peralatan
yang digunakan, kedalaman pit dan pada kondisi geologinya.
4. Permukaan Lereng (Berm Face)
Kemiringan dari lereng dapat dibedakan menurut jenis dari lereng tersebut.
Misalnya sebuah lereng aktif atau lereng kerja (working bench) dapat
menggunakan pedoman stabilaitas jangka pendek yaitu lereng dapat dibuat
relative terjal. Namun untuk lereng permanen, pertimbangan utama yang
digunakan adalah jangka panjang. Kemiringan lereng dapat ditentukan dan
dicapai dengan pemilihan alatt yang tepat.
5. Lebar Jenjang
Lebar jenjang disesuaikan dengan ultimate slope dan single slope pada
ketinggian yang ditentukan. Namun , jika pit semakin dalam, maka lebar
jenjang juga semakin lebar.
6. Jalan Angkut (Haul Road)
Jalan angkut dirancang pada jenjang dasr kemudian mengikuti naiknya
jenjang kea rah permukaan dengan gradient (kemiringan) berkisar antara 8-
12% . Ramp ini dapat berupa jalan lingkar yang melingkar keatas melalui
dinding pit atau switchback yang hanya melalui salah satu dinding pit
(kemungkinan keberadaannya dikernakan kekuatan/kemampuan material
pada dinding tersebut dan kapasitas muat angkutnya yang cukup baik).
3. Sequen Penambangan

Tahapan tambang atau bisa disebut sequen adalah bentuk-bentuk penambangan yang
menunjukkan bagaimana suat pit akan ditambang, dari titik awal hingga ke bentuk
akhir pit. Tujuan dari pembuatan sequen ini, yaitu untuk membagi seluruh volume
yang ada dalam pit ke dalam unit-unit perencanaan yang lebi kecil sehingga lebih
mudah ditangani. Tahapan-tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan
memberikan akses ke semua daerah kerja yang cukup untuk operasi peralatan yang
efesien.

Dalam merancang tahapan tambang adanya suatu kriteria-kriteria (Irwandy Arif,


2002) diantaranya seperti dibawah berikut :

1. Harus cukup lebar agar peralatan tambang dapat bekerja dengan baik. Lebar
sequen minimum 10-100 m.
2. Memperhatikan sekuran-kurangnya memiliki satu jalan angkut untuk setiap
sequen, dengan memperhatikan jumlah material yang terlibat dan memungkinkan
akses keluar. Jalan angkut ini harus menunjukkan pula akses ke seluruh
permukaan kerja.
3. Penambahan jalan pada suatu sequen akan mengurangi lebar daerah kerja.
PENJADWALAN PRODUKSI

6.1. PENDAHULUAN

1) Suatu penjadwalan produksi tambang menyatakan, dalam periode waktu


(misalnya tahun), ton bijih, kadar dan pemindahan material total yang akan
dihasilkan oleh tambang tersebut.
2) Sasarannya adalah menghasilkan suatu jadwal untuk mencapai beberapa
sasaran/kriteria ekonomik seperti memaksimumkan Net Present Value (NPV)
atau Rate Of Return (ROR). Kriteria lain di antaranya dapat menghasilkan
suatu kuantitas material semurah mungkin, dll.
3) Fokus kita adalah perencanaan jangka panjang. Kita akan menghasilkan
suatu jadwal produksi dan kemudian menentukan kebutuhan peralatan untuk
mengoperasikan jadwal tersebut. Pada penjadwalan jangka pendek fokusnya
mungkin berbeda; dengan kendala jumlah peralatan, kita menentukan jadwal
yang terbaik.
4) Selama proses penjadwalan, evaluasi beberapa alternatif sering dilakukan.
5) Data masukan dasar adalah penyataan tonase dari tahap-tahap
penambangan yaitu tabulasi ton dan kadar per jenjang dari material yang
akan ditambang untuk tiap tahap.
6.2. ASUMSI AWAL YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGEMBANG-KAN
SUATU JADWAL

1) Tingkat produksi bijih untuk tiap periode waktu


a. Dapat ditentukan dengan studi perbandingan tingkat produksi.
b. Tingkat produksi dapat berubah dengan waktu.
2) Cut off grade untuk tiap periode waktu.
Beberapa jadwal sering dibuat untuk mengevaluasi strategi cutt off grade
yang berbeda.

3) Dua butir di atas akan mempengaruhi jadwal pengupasan tanah penutup.

6.3. PENGAMATAN TERHADAP TABULASI CADANGAN PER JENJANG


UNTUK TIAP TAHAP

1) Jenjang atas biasanya terdiri dari tanah penutup yang harus dikupas
2) Jenjang dasar umumnya terdiri kebanyakan dari bijih. Bijih ini merupakan
sumber yang akan menjaga kelangsungan pabrik pengolahan
3) Pada elevasi berapa akan terjadi peralihan dari tanah penutup ke bijih ?
4) Suatu kriteria dalam nisbah kupas. Pada jenjang ke berapa nisbah kupas
akan lebih rendah dari nisbah kupas rata-rata ?

6.4. KEBUTUHAN PENGUPASAN PRA PRODUKSI

1) Berapa banyak material/tanah penutup yang harus dikupas selama masa pra-
produksi ?
2) Jumlah minimum adalah material/tanah penutup yang harus dipindahkan dari
pushback/tahap pertama sehingga pushback ini akan menjadi sumber
penambangan bijih untuk produksi tahun pertama.
3) Proses penjadwalan dapat mengindikasikan jumlah material/tanah penutup
yang disebut diatas, jadi mungkin perlu dilakukan pengupasan pada
pushback kedua, dan seterusnya.
4) Material bijih yang ditambang selama pra-produksi biasanya ditumpuk di
dekat crusher dan menjadi bagian dari bijih untuk tahun pertama.

6.5. PENENTUAN JADWAL PENGUPASAN MATERIAL PENUTUP

1) Jadwalkan bijih dari tahap-tahap penambangan (pushback) sesuai urutannya.


Untuk tiap periode waktu, kumulatif waste dibagi dengan jumlah tahun.
Hasilnya memberikan tingkat produksi rata-rata yang diperlukan untuk
memperoleh bijih.

2) Tabulasikan waste (atau material total) berdasarkan tahun.


3) Puncak pemindahan waste berhubungan dengan pra-pengupasan yang
dibutuhkan pada setiap tahap. Kita ingin meratakan jadwal produksi waste
dengan pemindahan tanah penutup ini jauh dimuka, misalnya mulai
pengupasan pushback sebelum bijih diperlukan.
a. Untuk tiap periode waktu, kumulatif waste dibagi dengan jumlah tahun.
Hasilnya memberikan tingkat produksi waste rata-rata yang diperlukan
untuk memperoleh bijih.
b. Hitung nilai kumulatif waste maksimum dibagi dengan jumlah tahun.
Hasilnya adalah tingkat produksi waste per tahun untuk penjadwalan
yang baik dan rata.
c. Penjadwalan pertama adalah untuk melampaui puncak tertinggi kemudian
mengatur kembali persoalan tersebut untuk puncak berikutnya.
6.6. KESEIMBANGAN JADWAL

1) Saat ini kita telah mempunyai tingkat produksi bijih dan pemindahan
material total berdasarkan perioda waktu.
2) Langkah berikutnya adalah menambang dari tahap bijih utama dan dari
tahap yang memerlukan pengupasan selama satu periode waktu untuk
mencapai sasaran produksi
a. Persoalannya adalah akan ada waste di dalam bijih dan sebagian bijih
terdapat di dalam material waste.

b. Harus diseimbangkan sehingga jumlah bijih dari semua sumber mencapai


target pula.

i. trial and error (metode coba-coba)


ii. simultaneous equations (menggunakan persamaan serentak)
3) Setelah bijih dan waste (atau material total) dari tiap tahap ditentukan untuk
suatu periode waktu, kadar untuk tahun itu dapat ditentukan sebagai ton
rata-rata berbobot untuk bijih yang ditambang.

6.7. KOMENTAR LAIN-LAIN

1) Kebutuhan bijih tahun pertama harus dikurangi sehingga jumlah bijih yang
dikumpulkan selama pra-produksi dan yang ditambang selama tahun
pertama sama dengan sasaran pabrik tahun pertama.
2) Untuk pabrik yang besar, adalah biasa mengurangi sasaran produksi tahun
pertama misalnya 75% dari kapasitas.
3) Adalah sangat sulit mencegah kesalahan numerik. Lakukan pengecekan
sebanyak mungkin, antara lain :
a. Bila suatu tahap/pushback selesai, pastikan bahwa material yang
ditargetkan setiap tahun untuk tahap tersebut sama jumlahnya dengan
jumlah material tahap tersebut untuk bijih dan waste
b. Buat suatu tabel untuk tiap tahun yang memperlihatkan material
berdasarkan pushback
4) Selama proses penjadwalan mungkin terdapat batasan penambangan lain
yang tidak diperhitungkan
a. Total ton yang dapat ditambang dari suatu tahap selama satu tahun.
b. Total jumlah jenjang yang dapat ditambang dari satu tahap selama satu
tahun.

6.8. PETA TAMBANG

1) Setelah proses penjadwalan dilakukan, maka akan sangat mudah membuat


gambar konseptual tentang keadaan tambang pada akhir setiap tahun.
2) Kita akan mengetahui jenjang mana yang ditambang dari tiap tahap selama
satu tahun dan kita mempunyai rancangan untuk tiap tahap.
3) Adalah penting membuat peta agar kita dapat mengetahui apakah jadwal
yang telah dibuat dapat dilaksanakan.
a. Check akses ke daerah yang diperlukan.
b. Pastikan bahwa suatu jumlah material yang sangat banyak tidak harus
keluar dari satu jalan angkut.

6.9. STRATEGI KADAR BATAS (CUT OFF GRADE STRATEGY)

1) Dapat ditunjukkan bahwa untuk suatu tambang yang mempunyai batas


keuntungan yang cukup memadai, jadwal yang terbaik (di dalam pengertian
pemaksimuman NPV atau ROI) akan dimulai pada cut off yang lebih tinggi
dari break even selama tahun-tahun awal dan menurun ke internal cut off
grade pada saat menuju ke akhir umur tambang.
2) Kan Lane menjelaskan mengapa hal ini terjadi pada teori ekonomik dari cut off
grades.
3) Tambang dengan umur yang pendek dan keuntungan yang margin akan
mulai pada strategi internal cut off grade pada wal dan tetap pada kadar
batas ini untuk keseluruhan umum tambang.
4) Dengan sebuah program yang secara cepat dapat mengevaluasi jadwal,
strategi cutoff yang terbaik dapat ditentukan dengan cara trial and error.
5) Rule of Thumb yang lain adalah mencoba mencapai penghasilan sekitar dua
kali biaya operasi untuk 4 atau 5 tahun pertama dari umur tambang. Hal ini
akan memberikan pengembalian modal yang cepat ( quick pay off capital).

Anda mungkin juga menyukai