Anda di halaman 1dari 56

TEKNOLOGI

PENAMBANGAN

TEMBAGA/
EMAS

FEBRUARY 22

Authored by: Your Name


1 DAFTAR ISI

1 DAFTAR ISI .................................................................................................................................. I

1. PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 3

1.1. LATAR BELAKANG .................................................................................................................... 3


1.2. TAHAPAN KEGIATAN PERTAMBANGAN ........................................................................................ 4

2. PEMILIHAN TEKNOLOGI PENAMBANGAN ............................................................................ 15

2.1. KLASIFIKASI CEBAKAN EMAS .................................................................................................... 15


2.2. PEMILIHAN TEKNOLOGI PENAMBANGAN .................................................................................... 17

3. METODE TAMBANG TERBUKA ............................................................................................... 22

3.1. METODE TAMBANG CEKUNG.................................................................................................... 22


3.2. METODE TAMBANG KUPAS ...................................................................................................... 25
3.3. METODE TAMBANG ALUVIAL .................................................................................................... 25

4. METODE TAMBANG BAWAH TANAH ..................................................................................... 30

4.1. METODE OPEN STOPE ............................................................................................................ 31


4.2. METODE SUPPORTED STOPE ................................................................................................... 33
4.3. METODE AMBRUKAN (BLOCK CAVING METHODS) ....................................................................... 36

5. METODE PENAMBANGAN NON KONVENSIONAL (NOVEL MINING) .................................. 41

6. METODE PENAMBANGAN TEKNOLOGI LEACHING DAN PHYTOMINING ......................... 49

6.1. METODE LEACHING MINING .................................................................................................... 49


6.2. METODE PHYTOMINING .......................................................................................................... 49

51

7. PENUTUP ................................................................................................................................... 51

52

8. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 52

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas i


Teknologi Penambangan Tembaga/Emas ii
1 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia secara regional berada pada posisi tumbukan tiga buah lempeng
besar, yaitu Lempeng Pasifik di Utara, Lempeng Samudera Indonesia di bagian
Barat dan Lempeng Australia di Selatan. Meskipun akibat pergerakan lempeng-
lempeng tersebut menjadikan wilayah Indonesia rawan akan bencana kebumian,
namun dibalik kesemua itu mendukung kondisi pembentukan mineralisasi yang
menghasilkan berbagai bahan galian berharga baik mineral logam maupun non
logam. Keberadaan mineral berharga tersebut ada yang dekat dengan permukaan
dan ada yang jauh di dalam bumi.

Bagi pelaku bisnis, kegiatan pengambilan mineral berharga tersebut yang lebih
umum disebut kegiatan pertambangan, merupakan pekerjaan yang sangat berisiko,
terutama untuk mineral-mineral yang jauh di dalam bumi. Untuk menjaga kehati-
hatian dalam dalam hal resiko tersebut, di industri pertambangan ini dilakukan
banyak tahapan sebelum penggalian atau eksploitasi. Tahapan kegiatan ini selain
secara finansial membutuhkan dana yang sangat besar, juga belum tentu hasil dari
tahapan kegiatan tersebut terbukti mempunyai nilai yang prospek untuk
dieksploitasi.

Pada tahapan kegiatan sebelum mengambil mineral berharga tersebut, benar-


benar sebagai kegiatan yang membutuhkan banyak investasi awal dalam artian
banyak membuang uang tanpa menghasilkan uang. Apabila hasil penyelidikan dan
penelitian yang telah dilakukan ternyata cadangan atau deposit bahan galiannya
tidak ekonomis untuk ditambang, maka investasi yang besar tersebut akan sia-sia
dan investor tidak memperoleh apa-apa. Dalam kegiatan pertambangan setidaknya
ada 8 (delapan) tahapan kegiatan, yaitu studi pendahuluan (prospeksi), eksplorasi,
kelayakan dan perencanaan tambang, persiapan atau konstruksi (development),
penambangan, pengolahan, pemasaran dan reklamasi.

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 3


1.2. Tahapan Kegiatan Pertambangan

1.2.1. Studi pendahuluan

Studi pendahuluan (prospeksi) merupakan tahapan awal dalam mencari


mineral logam dan non logam berdasarkan data geologi, geokimia dan geofisika.
Mineral mineral berharga ini berada dibawah permukaan bumi oleh karena itu
diperlukan cara-cara tertentu untuk menemukannya, yaitu dengan cara langsung
dan tidak langsung. Metode langsung terbatas pada cadangan permukaan yang
ditemukan dalam bentuk singkapan. Berdasarkan dari penglihatan atau
pengamatan langsung, singkapan cadangan atau dari pecahan-pecahan lepas dari
mineral yang dicari.

Cara langsung ini biasanya ditambahkan berdasarkan foto udara atau peta
topografi. Cara tidak langsung dilakukan dengan mendeteksi anomaly yang terjadi
di sekitar lokasi penyelidikan. Pendeteksian ini menggunakan peralatan geofisika
seperti gravitymetri, seismik magnetik, elektrik, elektromagnetik atau radiometrik.
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian
yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi
pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Langkah-langkah
yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Studi Literatur. Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi


dilakukan studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei
terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah
yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi
faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional
sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan
bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang
pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.

b. Survei dan Pemetaan. Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi
sudah tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala
geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 :
25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih
dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat
menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 4


tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil
conto dari singkapan-singkapan yang penting. Selain singkapan-singkapan
batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran langsung), yang perlu
juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan
sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal
penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti
kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit,
lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi
dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).

Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan


dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan
model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan
cara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika
diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot
dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, theodolit, BTM, dll.).

Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan,
gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dan data lain yang mendukung
untuk dipakai dalam menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan
memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai
prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.

1.2.2. Tahap Eksplorasi

Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada


mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail
(White, 1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang
lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk
mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan
(volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak.
Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi
terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%), sehingga dengan demikian
perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan.

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 5


Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan,
kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal)
serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran
struktur (kalau ada) akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang,
lebar/ukuran bahwa bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk
merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang
maupun prioritas bantu lainnya.

1.2.3. Kelayakan dan perencanaan tambang

Pada tahap ini dibuat rencana produksi, rencana kemajuan tambang, metode
penambangan, perencanaan peralatan dan rencana investasi tambang. Dengan
melakukan analisis ekonomi berdasarkan model, biaya produksi penjualan dan
pemasaran maka dapatlah diketahui apakah cadangan bahan galian yang
bersangkutan dapat ditambang dengan menguntungkan atau tidak. Feasibility
Study Merupakan kegiatan untuk menghitung dan mempertimbangkan suatu
endapan bahan galian ditambang dan atau diusahakan secara menguntungkan.
Sebelum kegiatan perencanaan dan perancangan tambang diperlukan kegiatan
study kelayakan yang menyajikan beberapan informasi :
• Pendahuluan, ringkasan, pengertian-pengertian
• Umum: lokasi, iklim, topografi sejarah, kepemilikan, status lahan dan
transportasi.
• Permasalahan lingkungan: kondisi kini, baku, permasalahan yang perlu
dilindungi, reklamasi lahan, study khusus, perizinan.
• Faktor geologi: keberadaan endapan, genesa, struktur, mineralogy dan
petrografi.
• Cadangan bahan galian: prosedur eksplorasi, penemuan bahan galian,
perhitungan jumlah cadangan, dan kadar rata-rata.
• Perencanaan tambang: development, dan eksploitasi
• Pengolahan: fasilitas ditempat yang diperlukan
• Bangunan dipermukaan : lokasi dan perencanaan konstruksi
• Fasilitas pendukung: listrik, pengadaan air, jalan masuk, lokasi tanah buangan,
perumahan.
• Karyawan: tenaga kerja dan staff

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 6


• Pemasaran: survey ekonomi terhadap permintaan dan penawaran, harga
kontrak jangka panjang, lahan pengganti.
• Biaya: perkiraan biaya development dan biaya eksploitasi baik langsung tidak
langsung dan biaya keseluruhan, biaya pengolahan, transportasi, peleburan.
• Evaluasi ekonomi: evaluasi cadangan, klarifikasi cadangan dan sumber daya
alam.
• Proyeksi keuntungan: perhitungan keuntungan minimal (margin) yang
didasarkan pada kisaran Cut of Grade (COG) dan harga.

Pada tahapan perencanaan tambang, diperlukan pengumpulan dan


pengolahan data utama serta penunjang; perencanaan tambang dan perencanaan
penunjang kegiatan tambang. Tolok ukur teknis yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan tambang ini, yaitu penyebaran geologi (stratigrafi dan struktur),
kualitas bahan galian (sebaran kadar, kadar yang ditambang, COG, pencampuran),
kondisi geoteknik/geomekanik (kuat tekan, kuat geser, kuat tarik), kondisi hidrologi
dan geohidrologi (air tanah, permeabilitas), kondisi topografi (keterjalan lereng
bukit), geometri endapan (ketebalan, kedalaman, jarak dan tata ruang), cara
penambangan dan peralatan yang digunakan, manajemen (proyek, perencanaan,
operasi) dan teknologi pengolahan serta pemanfaatannya. Menurut Hartman
(1987), ada tiga faktor utama yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tambang
yaitu :

• Faktor alam dan geologi: kondisi hydrologi, type endapan biji, topografi dan
karakter metallurgi dari bijih maupun batuan;

• Faktor ekonomi: kadar endapan bijih, jumlah endapan bijih, SR, COG, biaya
operasi, biaya investasi, keuntungan yang dikehendaki, produksi rata-rata dan
kondisi pasar

• Faktor teknik: peralatan, kondisi atap, dinding atau lereng, pit, tinggi jenjang,
tanjakan jalan, batas KP dan batas pit pada kegiatan tambang terbuka.

Beberapa tahapan yang perlu dilakukan pada tahapan disain dan


perencanaan tambang ini ialah:
• Validasi Data (Geologi, Topografi, Jumlah Data)
• Model geologi à (Geological Resources, Bentuk Cadangan, Kualitas dsb.)
• Cut of Grade/Optimum Pit Limit

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 7


• Penentuan metoda Penambangan
• Pembuatan Layout tambang & Design
• Perhitungan Blok Cadangan
• Pembuatan Schedule Produksi
• Pemilihan Alat dan type alat yang “Suitable”
• Penentuan Urutan (sequence) Tambang
• Penentuan System Drainase
• Analisa Lingkungan dan Rencana Rehabilitasi

1.2.4. Pengembangan sebelum penambangan (Development)

Tahapan development merupakan kegiatan persiapan untuk penambangan


dan pengangkutan yang antara lain meliputi pembuatan lubang-lubang bukaan
kearah dan didalam endapan yang sudah pasti ada, proses yang termasuk disini
adalah semua tahapan yang diperlukan suatu tambang menuju ke penjadwalan
produksi yang lengkap seperti persiapan peralatan penambangan, pembuatan jalan
hauling, infrastruktur, konstruksi, stockpile, pelabuhan. Hal-hal yang mempengaruhi
pekerjaan persiapan penambangan adalah :

 Lokasi;

 Geologi dan kondisi topografi, ukuran, bentuk, kedalaman bijih, mineralogy,


petrografi, struktur, genesa bahan galian, kekuatan batuan;

 Kondisi sosial, ekonomi, politik, lingkungan : demografi, keterampilan penduduk


setempat, finansial, pemasaran.

Pada tahapan development ini, pekerjaan penambangan bawah tanah dan


penambangan terbuka, sedikit berbeda. Faktor penting yang perlu diperhatikan
pada tambang bawah tanah pada tahapan development ini adalah pembuatan
terowongan, jalur transportasi pekerja, jalur transpotasi material buangan, jalur
transportasi ore dan ventilasi. Development harus disesuaikan dengan karakteristik
dari badan bijih. Pada daerah dengan batuan relatif kuat (>100 MPa) hanya
dibutuhkan penyangga yang sedikit pada level produksi. Development untuk block
caving biasanya luas dan mahal tetapi secara keseluruhan lebih murah daripada
sublevel caving. Penambangan level utama dimulai dari shaft (jalur yang
menghubungkan dengan area kerja tambang bawah tanah), bertujuan agar

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 8


pengangkutan lebih cepat dan besar serta kapasitas aliran udara ventilasi yang
cukup. Jalur pengangkutan utama umumnya pararel, dihubungkan dengan cross
cut (terowongan silang), untuk memastikan ventilasi yang baik dan untuk
memberikan tempat yang cukup untuk pengangkutan dan juga penyediaan sarana
pendukung lainnya. Development yang paling penting adalah undercutting, dimana
merupakan permulaan peronggaan dengan membuang pilar pada bijih. Karena
meliputi bukaan yang besar dan bijih yang berat di atas, bahaya jatuhnya bijih terlalu
dini, blok bijih yang menggantung dan tidak dapat turun ke draw point, atau aliran
udara cepat karena adanya tekanan tiba-tiba dapat terjadi. Tekanan batuan yang
besar yang terjadi pada bukaan harus diantisipasi dengan penguatan.

Penguatan seperti penyangga pada umumnya diperlukan saat pembuatan


bukaan (raise, orepass, jalur pengangkutan, dll) yang membantu fungsi produksi.
Pada saat ini peran geotech engineering sangat diperlukan untuk pemasangan
penyangga yang dibutuhkan pada setiap lubang bukaan yang dibuat terutama pada
level produksi. Bahan yang digunakan untuk penyangga antara lain shotcrete,
steelset, concrete, dan rockbolt.

Sedangkan pada tambang terbuka, pekerjaan penting dalam persiapan


penambangan ini adalah penentuan tempat penimbunan tanah pucuk (top soil),
overburden, pembuatan jalan tambang, jalur hauling, dan rencana reklamasi
sebagai bagian dari persyaratan dampak lingkungan. Selain itu pembangunan
infrastruktur yang menunjang produksi menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dalam persiapan penambangan.

Pada tahapan development ini, biaya yang dikeluarkan cukup besar untuk
mempersiapkan proses penambangan berjalan aman dan mengikuti penambangan
yang baik dan benar (good mining practice).

1.2.5. Eksploitasi Tambang

Kegiatan eksploitasi adalah proses pembongkaran bahan galian atau mineral


berharga dari batuan induknya. Kegiatan ini dapat dilakukan secara sederhana
(manual), mekanis dalam bentuk penggalian, pemberaian, pemuatan dan
pengangkutan bahan galian serta otomatis menggunakan system robotic.

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 9


Pada tambang terbuka, tahapan kegiatan penambangan secara garis besar
adalah proses pembabatan (clearing), pengupasan tanah penutup (stripping),
penggalian bahan galian (mining), pemuatan (loading), pengangkutan (hauling) dan
pembuangan atau penumpahan (waste dump) untuk material yang tidak berharga.
Pada tambang bawah tanah, untuk mineral logam kerapkali harus dilakukan dengan
terlebih dahulu menggunakan proses peledakan, selanjutnya proses penghancuran
(crushing) dan transportasi ke lokasi pengolahan

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan system penambangan


yaitu:

1) Keterdapatan bahan galian endapan bijih di dalam bumi seperti ukuran/dimensi


(tinggi atau tebal); bentuk (tabular, lentikular, massif, irregular), posisi (miring,
mendatar atau tegak), kedalaman (nilai rata-rata, nisbah pengupasan);

2) Kondisi geologi dan hidrologi seperti mineralogi dan petrologi (sulfida atau
oksida); komposisi kimia (utama, hasil samping, mineral by product); struktur
endapan (lipatan, patahan, intrusi, diskontinuitas); bidang lemah (kekar,
fracture, cleavage dalam mineral, cleat dalam batubara); keseragaman,
alterasi, erosi; kondisi air tanah dan hidrologi;

3) Sifat geomekanik seperti sifat elastic (kekuatan, modulus elastic, koefesien


poison); perilaku plastis atau viscoelastis (flow, creep); keadaan tegangan
(tegangan awal, induksi); konsolidasi, kompaksi dan kompeten; sifat-sifat fisik
yang lain (bobot isi, voids, porositas, permeabilitas, lengas bebas, lengas
bawaan);

4) Konsiderasi ekonomi seperti besar cadangan (tonnage dan kadar); produksi


dan umur tambang.

1.2.6. Pengolahan Bahan Galian

Pabrik pengolahan bahan galian logam biasanya akan menghasilkan


konsentrat (misalnya tembaga dan emas) yang diolah dari bijih hasil penambangan,
melalui proses pemisahan mineral berharga dari pengotor yang menutupinya.
Langkah-langkah utamanya adalah penghancuran, penggilingan, pengapungan,
dan pengeringan. Penghancuran dan penggilingan mengubah bentuk besaran bijih

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 10


menjadi ukuran pasir halus guna membebaskan butiran yang mengandung
tembaga dan emas.
Pada proses pengolahan yang modern tahapan pengapungan (flotasi) adalah
proses pemisahan yang digunakan untuk menghasilkan konsentrat dengan
konsentrasi tinggi. Bubur konsentrat (slurry) yang terdiri dari bijih yang sudah halus
(hasil gilingan) dan air, dicampur dengan reagen dimasukkan ke dalam serangkaian
tangki pengaduk yang disebut dengan sel flotasi, yang di dalamnya dipompa udara
sehingga membentuk gelembung-gelembung pada slurry tersebut. Reagen yang
digunakan adalah kapur, pembuih (frother) dan kolektor.
Pembuih membentuk gelembung yang stabil, yang mengapung ke permukaan
sel flotasi sebagai buih. Reagen kolektor bereaksi dengan permukaan partikel
mineral sulfida logam berharga sehingga menjadikan permukaan tersebut bersifat
menolak air (hydrophobic). Butir mineral sulfida yang hidrofobik tersebut menempel
pada gelembung udara yang terangkat dari zona slurry ke dalam buih yang
mengapung di permukaan sel. Buih yang bermuatan mineral berharga tersebut,
yang menyerupai buih deterjen metalik, meluap dari bibir atas mesin flotasi kedalam
palung (launders) sebagai tempat pengumpulan mineral berharga. Mineral
berharga yang terkumpul di dalam palung tersebut adalah 'konsentrat'. Konsentrat
(dalam bentuk slurry, 65% padat menurut berat) dipompa ke Portsite melalui empat
jaringan pipa slurry sepanjang 115 km. Sesampainya di Portsite, konsentrat ini
dikeringkan sampai kandungannya hanya 9% air dan kemudian dikapalkan untuk
dijual.
Pasir yang tak bernilai dikumpulkan di dasar sel flotasi yang terakhir sebagai
limbah yang disebut 'tailing'. Tailing akhir ini disalurkan menuju suatu sistem
pembuangan alami.

1.2.7. Pemasaran

Setelah proses pengolahan, umumnya konsentrat diolah kembali menjadi


lebih murni dengan proses smelting. Sesuai dengan aturan pemerintah Nomor 05
Tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan
Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri, setiap perusahaan tambang
mineral logam wajib menyiapkan pabrik pemurnian di dalam negeri. Sebelumnya

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 11


konsentrat biasanya ditransportasi ke pelabuhan. Konsentrat yang sudah diolah,
selanjutnya dikeringkan melalui proses Concentrate Dewatering and Storage. Slurry
(bubur) konsentrat dikeringkan dengan rotary vacuum disc filter dan unit filter
pressure.

Konsentrat yang mengeras (cake) dari rotary vacuum disc filter selanjutnya
dikeringkan dengan pembakar rotary kiln. Konsentrat kering dengan kandungan air
sekitar 9% disimpan di dalam gudang konsentrat. Sebagai proses akhir, konsentrat
dari gudang dimuat ke kapal dengan menggunakan ban berjalan (conveyor). Kapal
konsentrat dimuat sebagian pada dermaga 'concentrate jetty'. Penggunaan
tongkang diperlukan karena kedalaman air yang tidak memungkinkan kapal angkut
untuk pemuatan penuh secara langsung. Setiap tahun kami mengapalkan
konsentrat lebih dari 100 kapal.

1.2.8. Reklamasi

Secara umum yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam


merehabilitasi/reklamasi lahan bekas tambang yaitu dampak perubahan dari
kegiatan pertambangan, rekonstruksi tanah, revegetasi, pencegahan air asam
tambang, pengaturan drainase, dan tataguna lahan pasca tambang.

Kegiatan pertambangan dapat mengakibatkan perubahan kondisi lingkungan.


Hal ini dapat dilihat dengan hilangnya fungsi proteksi terhadap tanah, yang juga
berakibat pada terganggunya fungsi-fungsi lainnya. Di samping itu, juga dapat
mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati, terjadinya degradasi pada
daerah aliran sungai, perubahan bentuk lahan, dan terlepasnya logam-logam berat
yang dapat masuk ke lingkungan perairan.

Untuk mencapai tujuan restorasi perlu dilakukan upaya seperti rekonstruksi


lahan dan pengelolaan tanah pucuk. Pada kegiatan ini, lahan yang masih belum
rata harus terlebih dahulu ditata dengan penimbunan kembali (back filling) dengan
memperhatikan jenis dan asal bahan urugan, ketebalan, dan ada tidaknya sistem
aliran air (drainase) yang kemungkinan terganggu. Pengembalian bahan galian ke
asalnya diupayakan mendekati keadaan aslinya. Ketebalan penutupan tanah (sub-
soil) berkisar 70-120 cm yang dilanjutkan dengan re-distribusi tanah pucuk.

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 12


Lereng dari bekas tambang dibuat bentuk teras, selain untuk menjaga
kestabilan lereng, diperuntukan juga bagi penempatan tanaman revegetasi.

Perbaikan kondisi tanah meliputi perbaikan ruang tubuh, pemberian tanah


pucuk dan bahan organik serta pemupukan dasar dan pemberian kapur. Kendala
yang dijumpai dalam merestorasi lahan bekas tambang yaitu masalah fisik, kimia
(nutrients dan toxicity), dan biologi. Masalah fisik tanah mencakup tekstur dan
struktur tanah. Masalah kimia tanah berhubungan dengan reaksi tanah (pH),
kekurangan unsur hara, dan mineral toxicity. Untuk mengatasi pH yang rendah
dapat dilakukan dengan cara penambahan kapur. Sedangkan kendala biologi
seperti tidak adanya penutupan vegetasi dan tidak adanya mikroorganisme
potensial dapat diatasi dengan perbaikan kondisi tanah, pemilihan jenis pohon, dan
pemanfaatan mikroriza.

Secara ekologi, spesies tanaman lokal dapat beradaptasi dengan iklim


setempat tetapi tidak untuk kondisi tanah. Untuk itu diperlukan pemilihan spesies
yang cocok dengan kondisi setempat, terutama untuk jenis-jenis yang cepat
tumbuh, misalnya sengon, yang telah terbukti adaptif untuk tambang. Dengan
dilakukannya penanaman sengon minimal dapat mengubah iklim mikro pada lahan
bekas tambang tersebut. Untuk menunjang keberhasilan dalam merestorasi lahan
bekas tambang, maka dilakukan langkah-langkah seperti perbaikan lahan pra-
tanam, pemilihan spesies yang cocok, dan penggunaan pupuk.

Untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan pertumbuhan tanaman pada lahan


bekas tambang, dapat ditentukan dari persentasi daya tumbuhnya, persentasi
penutupan tajuknya, pertumbuhannya, perkembangan akarnya, penambahan
spesies pada lahan tersebut, peningkatan humus, pengurangan erosi, dan fungsi
sebagai filter alam. Dengan cara tersebut, maka dapat diketahui sejauh mana
tingkat keberhasilan yang dicapai dalam merestorasi lahan bekas tambang
(Rahmawaty, 2002).

Dalam hal penanganan Potensi Air Asam Tambang pada lokasi penambangan
dapat dicegah dengan menghindari terpaparnya bahan mengandung sulfida pada
udara bebas. Secara kimia kecepatan pembentukan asam tergantung pada pH,
suhu, kadar oksigen udara dan air, kejenuhan air, aktifitas kimia Fe3+, dan luas
permukaan dari mineral sulfida yang terpapar pada udara. Sementara kondisi fisika

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 13


yang mempengaruhi kecepatan pembentukan asam, yaitu cuaca, permeabilitas dari
batuan, pori-pori batuan, tekanan air pori, dan kondisi hidrologi. Penanganan air
asam tambang dapat dilakukan dengan mencegah pembentukannya dan
menetralisir air asam yang tidak terhindarkan terbentuk. Pencegahan pembentukan
air asam tambang dengan melokalisir sebaran mineral sulfida sebagai bahan
potensial pembentuk air asam dan menghindarkan agar tidak terpapar pada udara
bebas. Sebaran sulfida ditutup dengan bahan impermeable antara lain lempung,
serta dihindari terjadinya proses pelarutan, baik oleh air permukaan maupun air
tanah. Produksi air asam sulit untuk dihentikan sama sekali, akan tetapi dapat
ditangani untuk mencegah dampak negatif terhadap lingkungan. Air asam diolah
pada instalasi pengolah untuk menghasilkan keluaran air yang aman untuk dibuang
ke dalam badan air. Penanganan dapat dilakukan juga dengan bahan penetral,
umumnya menggunakan batugamping, yaitu air asam dialirkan melewati bahan
penetral untuk menurunkan tingkat keasaman (Suprapto, 2006).Â

Untuk mencegah terjadinya banjir, dilakukan pengaturan drainase. Drainase


pada lingkungan pasca tambang dikelola secara seksama untuk menghindari efek
pelarutan sulfida logam dan bencana banjir yang sangat berbahaya, dapat
menyebabkan rusak atau jebolnya bendungan penampung tailing serta infrastruktur
lainnya. Kapasitas drainase harus memperhitungkan iklim dalam jangka panjang,
curah hujan maksimum, serta banjir besar yang biasa terjadi dalam kurun waktu
tertentu baik periode waktu jangka panjang maupun pendek. Arah aliran yang tidak
terhindarkan harus meleweti zona mengandung sulfida logam, perlu pelapisan pada
badan alur drainase menggunakan bahan impermeabel. Hal ini untuk
menghindarkan pelarutan sulfida logam yang potensial menghasilkan air asam
tambang.

Tahapan reklamasi lainnya adalah proses tataguna lahan pasca tambang.


Lahan bekas tambang tidak selalu dekembalikan ke peruntukan semula. Hal ini
tertgantung pada penetapan tata guna lahan wilayah tersebut. Pekembangan suatu
wilayah menghendaki ketersediaan lahan baru yang dapat dipergunakan untuk
pengembangan pemukiman atau kota.

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 14


2 2. PEMILIHAN TEKNOLOGI
PENAMBANGAN
2.1. Klasifikasi cebakan emas

Penerapan teknologi penambangan bijih emas tidak terlepas dari


keterdapatan dan terbentuknya mineral tersebut di alam. Mula jadi atau genesis
mineral tersebut sangat menentukan jumlah dan bentuk cebakan yang terjadi.
Proses pembentukan batuan beku, metamorf dan sedimen menjadi ciri yang
membedakan berbagai macam tipe cebakan bijih emas dan asosiasi mineral bijih
lainnya serta cara melakukan penambangannya. Dalam melakukan pemilihan
metode penambangan emas, hal utama yang paling diperhatikan adalah ciri khas
masing-masing cebakan tersebut, antara lain: ukuran atau dimensi cebakan; arah
jurus dan kemiringan (strike & dip); bentuk bijih itu sendiri; dan kedalaman cebakan
dari permukaan bumi.

Sedangkan dari aspek geologi, geomekanika, geohidrologi dan geokimia akan


berpengaruh terhadap metode penambangan yang dipilih, selektif atau tidaknya
kualitas bijih yang akan diambil, perlu tidaknya sistem penyanggaan bila
menggunakan metoda tambang bawah tanah, atau kestabilan lereng untuk
tambang terbuka, penyaliran tambang dan metode pengolahan bijih itu sendiri.
Klasifikasi terbentuknya cebakan mineral pada mulanya diperkenalkan oleh
Lindgren (1933) berdasarkan kedalaman dan temperatur dan dikembangkan lagi
oleh Goldfarb & Groves (2015) dengan membagi terbentuknya cebakan mineral ke
dalam tiga zona, yaitu: hipozonal, mesozonal dan epizonal. Endapan hipozonal
terbentuk pada temperatur lebih besar 475oC pada kedalaman lebih dari 12 km.
Endapan ini merupakan endapan urat (vein) dan penggantian (replacement) yang
terbentuk pada temperatur dan tekanan tinggi. Pada endapan ini, biasanya terdapat
mineral logam termasuk tembaga, emas dan perak. Mineral logam tersebut
berasosiasi dengan mineral - mineral pengotor lain seperti piroksen, amfibol, garnet,
ilmenit, spekularit, turmalin dan topaz. Gambar 2.1 merupakan ilustrasi
keterdapatan cebakan mineral menurut Goldfarb & Groves (2015)

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 15


Gambar 2.1. Klasifikasi cebakan mineral menurut Goldfarb & Groves (2015)

Endapan mesozonal terbentuk pada suhu 300 - 475oC pada kedalaman 6 - 12 km.
Endapan ini terletak agak jauh dari tubuh intrusi. Sumber panas utama berasal dari
fluida panas yang bergerak naik dari lokasi intrusi menuju lokasi terbentuknya
endapan ini. Fluida tersebut berasal dari air meteorik yang masuk menuju lokasi
intrusi dan mengalami pemanasan yang selanjutnya naik menuju lokasi endapan
mesotermal. Logam utama yang terdapat pada endapan ini antara lain emas, perak,
tembaga, seng dan timbal. Mineral bijih yang ditemukan berupa sulfida, arsenida,
sulfantimonida, dan sulfarsenida. Pirit, kalkopirit, sfalerit, galena, tetrahedrit, dan
tentalit ((Fe, Mn)Ta2O6) serta emas stabil yang merupakan mineral bijih paling
banyak ditemukan.
Mineral pengotor yang dominan adalah kuarsa, namun ditemukan juga mineral
karbonat seperti kalsit, dolomit, ankerit dan sedikit siderit, florit yang merupakan
asosiasi penting. Endapan epizonal terbentuk pada suhu 150 - 300°C pada
kedalaman kurang dari 6 km dan berada dekat dengan permukaan bumi. Sumber
panas utama pada endapan ini berasal dari fluida panas yang bergerak naik dari
lokasi intrusi menuju lokasi terbentuknya endapan. Dengan kata lain, fluida panas
tersebut telah melewati zona endapan mesotermal.

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 16


Umumnya saat ini cebakan bijih emas diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu
orogenic gold deposits dan reduced intrusion-related gold deposits. Orogenic gold
deposits dihubungkan dengan proses geotektonik yang menyebabkan terjadinya
deformasi, metamorfisme dan magmatisme selama proses orogenesis pada batas
kontinen dalam skala litosfer. Sedangkan reduced intrusion-related gold deposits
dikorelasikan dengan cebakan emas hasil orogenesis pada lingkungan kontinen
yang sudah stabil (kraton).

Gambar 2.2. Tatanan tektonik tempat terbentuknya cebakan bijih (Goldfarb & Groves, 2015)

2.2. Pemilihan Teknologi Penambangan

Proses penambangan umumnya dilakukan dengan mengikuti langkah-


langkah studi, yaitu dengan melakukan penyelidikan umum (studi prospeksi),
eksplorasi awal, eksplorasi rinci, perencanaan tambang, persiapan konstruksi,
penambangan, pengolahan, pemasaran dan reklamasi.
Pada saat proses perencanaan tambang, aspek-aspek di bawah ini akan
memengaruhi pemilihan peralatan (tambang terbuka) dan pemilihan penyanggaan
(tambang bawah tanah). Aspek tersebut adalah:
 mineralogi dan petrologi (asosiasi dengan mineral sulfida atau oksida);
 komposisi kimia;
 struktur endapan (lipatan, sesar, ketidakmenerusan, intrusi);
 bidang lemah (kekar, rekahan);
 keseragaman;
 alterasi, erosi (zona dan daerah pembatas), air tanah dan hidrologi (kemunculan,
debit aliran dan muka air);

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 17


 sifat-sifat geoteknik (mekanika tanah dan mekanika batuan). Bijih dan batuan
sekitarnya akan berpengaruh terhadap penyanggaan, apakah dapat disangga
sendiri (swasangga), kayu, baja, baut batuan (rockbolt), cement grouting atau
metode ambrukan (caving method).
Faktor cadangan (tonase dan kadar), produksi, umur tambang, produktivitas,
ongkos penambangan dan teknologi akan mempengaruhi kualitas, investasi, aliran
kas, masa pengembalian dan keuntungan yang diperoleh. Kesesuaian antara
kondisi alamiah cebakan bijih emas dan metode penambangan adalah hal yang
ideal dan paling diharapkan.
Apabila bijih emas yang terbentuk berupa cebakan primer bersamaan dengan
proses pembentukan batuan, maka penambangan dilakukan dengan metode
terbuka menggunakan peralatan tambang yang sederhana, alat berat, bahan
peledak. Selain itu dapat juga dengan metode tambang bawah tanah. Sedangkan
bila berupa endapan sedimen yang terbentuk dari proses pengendapan, telah
mengalami pelapukan dari batuan asalnya serta terakumulasi dan
tersedimentasikan pada suatu tempat, maka penambangan dilakukan dengan
metode aluvial.
Hartman (1987) membagi sistem penambangan tersebut menjadi dua yaitu
konvesional dan non-konvensional seperti yang dijelaskan pada Tabel 7.1. Sistem
tambang terbuka dan tambang bawah tanah termasuk dalam golongan
konvensional, sedangkan sistem penambangan yang menggunakan metode baru
atau high technology dikategorikan sebagai non konvensional atau lebih dikenal
dengan Novel mining.
Hartman tidak mengenal sistem tambang bawah air (underwater mining), dia
mengklasifikasikan tambang aluvial sebagai tambang terbuka aquaeous.
Sedangkan open pit, kuari, open cast dan auger dianggap sebagai tambang terbuka
berbasis teknologi mekanis.
Penambangan dengan menggunakan dredging atau kapal isap, selama masih
di perairan dangkal masih termasuk teknologi tambang terbuka. Seiring dengan
berkembangnya teknologi dan melimpahnya potensi mineral di laut dalam. Saat ini
berkembang teknologi untuk menambang mineral-mineral berharga yang berada di
laut dalam, berupa deposit hydrothermal dan hydrogenetic.

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 18


Tabel 7.1. Klasifikasi metode penambangan (Hartman, 1987; Hartman et al., 2002)
Sistem Kelas Metode Jenis Bahan Galian
KONVENSIONAL
Tambang cekung (open Logam, non-logam
pit)
Kuari Non-logam
Mekanis Tambang kupas (open Batubara, non-logam
cast)
Tambang Terbuka
Tambang gurdi (auger) Batubara, logam, non-
logam
Tambang semprot Logam, non-logam
Aquaeous (hydraulicking)
Kapal keruk/Isap Logam, non-logam
Ruang dan Pilar (room Batubara, non-logam
& pillar)
Lombong dan pilar Logam, non-logam
(stope & pillar)
Tanpa penyangga
Penambangan lubang Logam, non-logam
(Self supported
corongan (gloryhole)
methods)
Lubang tikus Logam, non-logam
(gophering)
Shrinkage stoping Logam, non-logam
Sublevel stoping Logam, non-logam
Bawah Tanah Lombong gali-timbun Logam
Penyanggaan (Cut & Fill stoping)
(Supported methods) Stull stoping Logam
Square set stoping Logam
Lorong panjang/lorong Batubara
pendek (longwall/short
wall)
Ambrukan
Ambrukan sub–paras Logam
(Caving methods)
(sublevel caving)
Ambrukan bongkah Logam
(block caving)
NON KONVENSIONAL
Penggalian cepat Batuan keras
Robotik Logam, non-logam,
batubara
Teknologi terkini
Gasifikasi bawah tanah Batubara, batuan lunak
Novel (Advance mining
Retorting bawah tanah Hidrokarbon
methods)
Tambang bawah laut Logam
Tambang nuklir Radioaktif
Tambang luar bumi Logam, non-logam

Para perencana tambang harus mampu mengakomodasikan beberapa hal yang berperan
dan memengaruhi pemilihan metode penambangan. Ketika jumlah produksi yang
diharapkan cukup besar, kualitas kadar bijih dan pengembalian investasi serta umur
tambang dapat dipenuhi oleh deposit yang ada, maka persoalan pemilihan dapat
diselesaikan dengan mudah. Namun ketika tidak sesuai dan dihadapkan kepada

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 19


permasalahan pemilihan metode penambangan yang memiliki kelebihan dan kekurangan
seimbang, maka akan sulit diputuskan metode mana yang dipilih. Apabila pemilihan metode
penambangan hanya ditentukan oleh aspek keuntungan semata, serta mengabaikan aspek
keselamatan kerja dan lingkungan, maka secara regulasi tentunya tidak mungkin diterima
oleh banyak pihak, sedangkan apabila mengabaikan aspek ekonomi, tidak mungkin ada
yang mau berinvestasi dengan keuntungan dan pengembalian modal yang lambat.
Keseimbangan semua aspek ini sangat ditentukan oleh keahlian para perencana dalam
meramu segala unsur yang berpengaruh pada pemilihan metode penambangan. Dari
uraian tersebut, maka beberapa faktor yang dapat dapat dijadikan acuan dalam pemilihan
metode penambangan adalah sebagai berikut:
a) Kondisi endapan atau cebakan bahan galian/bijih. Faktor tersebut paling dominan
dalam pemilihan metode penambangan, karena akan menentukan cadangan tersebut
bias ditambang dengan cara terbuka atau bawah tanah. Faktor-faktor ini antara lain:
 Dimensi dan penyebaran cadangan;
 Bentuk cebakan (tabular, lentikular, massiv atau irregular);
 Arah dan kemiringabn cebakan (strike dan dip); dan
 Kedalaman cebakan dari permukaan bumi.
b) Kondisi geologi di lokasi cebakan. Ciri khas geologi mineral yang akan ditambang dan
batuan induknya sangat memengaruhi pemilihan metode penambangan, terutama
dalam menerapkan teknologi penambangan yang bersih dengan pemilihan kadar bijih
yang selektif, antara lain:
 Kondisi mineralogi dan petrogafi, apakah termasuk golongan mineral sulfida atau
oksida;
 Komposisi kimia dan kualitas, apakah termasuk bahan tambang primer, produk
samping atau by product;
 Struktur geologi berupa lipatan, patahan, kekar atau ada perubahan akibat intrusi
magma;
 Bidang diskuntinyu berupa kekar, retakan atau cleavage; dan
 Keseragaman, alterasi, oksidasi, erosi (zona dan batas).
c) Karakteristik geomekanika tanah dan batuan. Merupakan faktor utama untuk pemilihan
peralatan (tambang terbuka), sedangkan untuk tambang tambang bawah tanah sangat
berpengaruh kepada pemilihan metoda penyanggaannya, apakah tidak perlu
penyangga (unsupported), berpenyangga (supported), atau ambrukan (caving). Berikut
adalah hal-hal yang jadi pertimbangan dari sifat geoteknik untuk pertambangan:
 Kekuatan batuan (kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, modulus elastisitas, kekakuan);
 Perilaku elastik (aliran/flow atau rayapan/creep)

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 20


 Konsolidasi, kompaksi, dan kompetensi; dan
 Kondisi sifat fisik batuan dan tanah berupa berat isi, berat jenis, angka pori,
porositas, permeabilitas dll.
d) Kondisi hidrologi dan hidrogeologi. Kondisi ini sangat mempengaruhi sistem drainase,
kondisi lingkungan dan pemilihan peralatan pengawaairan (dewatering).
e) Faktor keekonomian. Faktor ini sangat menentukan bias tidaknya proyek tersebut
dilaksanakan, karena akan akan memengaruhi hasil, investasi, aliran kas, masa
pengembalian dan keuntungan. Faktor-faktor ini adalah:
 Cadangan tertambang (tonase, kadar dan kualitas);
 Laju produksi (produksi per satuan waktu);
 Umur tambang;
 Produktivitas (produksi per satuan pekerja dan waktu); dan
 Ongkos penambangan.
f) Penerapan teknologi. Faktor ini sangat menentukan untuk mendapatkan hasil
penambangan (mine recovery), jumlah pengotor yang dihasilkan pada proses
penambangan (dilution), fleksibelitas metode ketika terjadi perubahan kondisi,
selektivitas metode untuk penanganan limbah; kemudahan dalam menambang dan
efisiensi penambangan.
g) Faktor lingkungan. Faktor ini sangat penting dikaitkan dalam penambangan bijih emas,
terutama dalam mengontrol kondisi bawah tanah, penurunan permukaan tanah
(subsidence), kontrol udara tambang (ventilasi, kualitas udara, debu, kelembaban dan
gas-gas beracun), pencemaran lingkungan akibat penambangan dan pengembalian
kondisi lingkungan (reklamasi).

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 21


3 3. METODE TAMBANG
TERBUKA

Penambangan secara terbuka dilakukan untuk cebakan bijih yang berada di


dekat permukaan bumi. Dari sejumlah tambang yang beroperasi di dunia, ada
sekitar 52% dilakukan dengan cara tambang cekung atau kupas, 43% dengan
metode bawah tanah dan 4 sampai 5 % dengan metode aluvial (Ericsson, 2012).
Namun demikian total produksi terbesar masih tetap diperoleh dari tambang terbuka
termasuk tambang aluvial yaitu sekitar 85% dan hanya 15% diperoleh dari tambang
bawah tanah. Pemilihan metode tambang terbuka lebih banyak diterapkan di dunia,
karena menurut Hartman (1987) tambang terbuka lebih fleksibel, ideal diterapkan
untuk cadangan yang besar, perlapisan datar dengan sebaran yang luas dan tebal
dan dapat dilakukan teknologi mekanis serta dapat dengan mudah menyesuaikan
dengan perkembangan teknologi ekstraksi terkini. Teknologi penambangan terbuka
untuk mengekstraksi endapan bijih emas di beberapa belahan dunia adalah dengan
metode tambang cekung, kupas dan aluvial.

3.1. Metode Tambang Cekung

Penambangan ini dilakukan untuk menggali endapan bijih yang cebakannya


dekat dengan permukaan bumi pada daerah relatif datar atau lembah. Proses
penambangan dilakukan dengan menggali tanah ke bagian bawah sehingga pada
akhirnya lokasi tersebut menyerupai mangkok terbuka. Aktivitas pengembangan
yang dilakukan pada awal persiapan penambangan (pra-penambangan) meliputi
pembuatan jalan rintisan, pembersihan lahan dan pengupasan tanah penutup.
Pembuatan jalan rintisan berfungsi untuk jalur melintasnya peralatan-peralatan
untuk penambangan menuju lokasi tambang. Selanjutnya jalan ini dikembangkan
sebagai jalan utama untuk pengangkutan material dari permuka kerja menuju lokasi
pengolahan (untuk mineral bijih) dan material tanah penutup yang dibuang ke areal
penimbunan (dumping area).

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 22


Pekerjaan pra-penambangan lainnya adalah pembersihan lahan, yaitu
pekerjaan yang dilakukan sebelum tahap pengupasan tanah penutup. Pekerjaan ini
meliputi perintisan, pembabatan dan pengumpulan pohon yang tumbuh pada
permukaan daerah yang ditambang dan pengukuran lokasi yang sudah dipastikan
dibongkar terlebih dahulu. Pembersihan lahan ini bertujuan agar akses untuk
aktivitas penambangan dapat dilakukan dengan mudah. Tanah pucuk yang telah
dikupas, dikumpulkan pada suatu tempat yang pada akhirnya diambil untuk proses
reklamasi setelah penambangan selesai. Pada umumnya proses pembersihan
lahan ini dilakukan dengan buldoser dengan mendorong pohon atau semak belukar
yang sudah ditebang ke arah bawah lereng untuk dikumpulkan. Biasanya pohon-
pohon yang masih bisa dimanfaatkan diambil untuk keperluan bangunan. Aktifitas
selanjutnya adalah pengupasan tanah penutup yang bertujuan untuk
membersihkan lapisan yang menutup endapan bijih yang digali. Kegiatan
pengupasan dilakukan secara bertahap dan tahap pengupasan tersebut dilakukan
bersamaan dengan tahap produksi agar dapat mempercepat pengembalian
investasi yang sudah dikeluarkan sebelumnya.

Setelah operasi persiapan penambangan selesai dan pengupasan lapisan


tanah penutup sudah dilakukan, maka tahapan utama dari kegiatan penambangan
yaitu pengambilan endapan bahan galian dari batuan induknya. Tahapan kegiatan
pengambilan bahan galian ini yang utama adalah pembongkaran, pemuatan dan
pengangkutan. Aktivitas pembongkaran adalah kegiatan penggalian untuk
memisahkan endapan bahan galian dengan batuan induknya yang dilakukan
dengan menggunakan bahan peledak, peralatan mekanis atau peralatan non
mekanis. Sedangkan tahapan pemuatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
memindahkan endapan bahan galian yang sudah digali ke dalam alat angkut.
Kegiatan pemuatan dilakukan setelah kegiatan penggusuran, pemuatan dilakukan
dengan menggunakan alat muat dan diisikan ke dalam alat angkut. Kegiatan
pemuatan bertujuan untuk memindahkan bijih hasil pembongkaran kedalam alat
angkut.

Pengangkutan dilakukan dengan sistem siklus, artinya truk yang telah diisi
langsung berangkat tanpa harus menunggu truk yang lain. Setelah membongkar
muatan langsung kembali ke lokasi penambangan untuk diisi ulang. Sinkronisasi

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 23


waktu pembongkaran, pemuatan dan pengangkutan masing-masing alat gali muat
dan angkut sangat diutamakan dalam proses penambangan ini agar terjaga
efisiensi yang optimum dari proses produksi tersebut. Proses pengangkutan
endapan bahan galian dari permuka kerja ke tempat pengolahan bijih untuk diolah
umumnya menggunakan truk jungkit. Pada umumnya terhadap bijih yang sudah
ditambang dilakukan peremukan untuk menyetarakan fraksi atau ukuran bijih
menggunakan peremuk. Proses peremukan ini bertahap mulai dari peremuk utama,
kedua dan ketiga, bergantung pada kebutuhan proses pengolahan berikutnya.
Untuk tambang cekung, tahapan pengangkutan sangat ditentukan oleh kedalaman
endapan dan topografi. Dua cara yang umum diterapkan, yaitu cara langsung dan
tak langsung. Cara langsung yaitu hasil pembongkaran bahan galian baik dengan
peledakan, peralatan mekanis maupun non mekanis diangkut oleh alat angkut (truk
jungkit, ban berjalan atau dengan mobil tambang) langsung dari tempat penggalian
ke lokasi timbunan dengan menelusuri tebing sepanjang bukit, sedangkan cara tak
langsung digunakan kombinasi alat angkut, misalnya dari permuka kerja ke tempat
peremuk menggunakan truk, dan selanjutnya melalui lorong bijih ke titik muat
diangkut ke penandon bijih dengan memakai ban berjalan, dan akhirnya diangkut
ke luar tambang dengan sangkar (cage). Gambar 3.1 adalah contoh tambang
cekung (open pit) adalah salah satu contoh tambang cekung.

Gambar 3.1. Tambang Open pit milik PT Freeport di Grasberg (Varagur, 2017)

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 24


3.2. Metode Tambang Kupas

Penambangan dengan cara ini hampir sama dengan cara penambangan


cekung, namun teknik ini dilakukan untuk daerah di lereng bukit. Medan kerja yang
digali dari bawah ke atas atau sebaliknya (side hill type). Bentuk tambang dapat
pula melingkari bukit atau undakan, hal tersebut tergantung dari letak endapan.
Cara pengangkutan endapan bijih atau mineral pada metode ini sama dengan
pengangkutan yang dilakukan pada metoda tambang cekung. Gambar 3.2
menunjukkan salah satu contoh metode tambang kupas (open cut)

Gambar 3.2. Tambang Emas Open Cast di Waihi, New Zealand (Opaska, 2017)

3.3. Metode Tambang Aluvial

Bahan galian mineral plaser terbentuk akibat proses sedimentasi kumpulan


mineral berat yang tertransportasi mulai dari darat melalui sungai dan terpisah
secara alamiah karena proses gravitasi akibat pengaruh pergerakan media cair,
padat dan udara. Kerapatan konsentrasi mineral-mineral berat tersebut bergantung
kepada tingkat kebebasannya dari sumber, berat jenis, ketahanan kimiawi hingga
lamanya pelapukan dan mekanisme transportasi. Jenis cebakan ini telah terbentuk
dalam skala waktu geologi, tetapi kebanyakan berumur Tersier, dan sebagian besar

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 25


merupakan cadangan berukuran kecil serta sering terkumpul dalam waktu singkat
karena tererosi. Cebakan kebanyakan berkadar rendah tetapi dapat ditambang
karena berupa partikel bebas, sehingga mudah dikerjakan tanpa penghancuran
menggunakan sistem gravitasi.
Secara genesis mineral plaser terdiri dari empat macam, yaitu mineral plaser
residual (terakumulasi secara in situ selama pelapukan), plaser eluvial
(terkonsentrasi dalam media padat yang bergerak), plaser Aeolian (terkonsentrasi
dalam media gas/udara yang bergerak), dan plaser alluvial (terkonsentrasi dalam
media cair yang bergerak). Plaser pantai terbentuk sepanjang garis pantai yang
terpisah akibat gelombang dan arus air laut di sepanjang pantai. Gelombang
melemparkan kembali partikel-partikel pembentuk deposit ke pantai ketika air yang
kembali membawa bahan-bahan ringan untuk dipisahkan dari mineral berat.
Partikel akan diendapkan/terkonsentrasi di pantai bertambah besar dan berat,
kemudian terakumulasi sebagai batas yang jelas dan membentuk lapisan.
Perlapisan menunjukkan urutan terbalik ukuran dan berat partikel, yang lapisan
dasar berukuran halus dan/atau kaya akan mineral berat serta ke bagian atas
berangsur menjadi lebih kasar dan/atau sedikit mengandung mineral berat (Evan,
1993).
Plaser pantai terjadi pada kondisi topografi berbeda yang disebabkan oleh
perubahan muka air laut. Zona optimum pemisahan mineral berat berada pada zona
pasang-surut suatu pantai terbuka. Konsentrasi partikel mineral/bijih juga
dimungkinkan terjadi pada teras hasil bentukan gelombang laut. Cebakan emas
aluvial yang tersebar di pantai, sungai atau danau umumnya dikenali dalam bentuk
logam emas (Au) yang cukup diolah dengan cara pemisahan secara fisika
(gravitasi). Secara umum penambangan emas aluvial dilakukan berdasarkan atas :
• butir emas yang sudah terlepas sehingga bijih hasil galian langsung mengalami
proses pengolahan; dan
• lokasi keterdapatan. Pada umumnya kegiatan penambangan dilakukan pada
lingkungan kerja berair seperti sungai dan rawa, sehingga dengan sendirinya
akan memanfaatkan air yang ada di tempat sekitarnya.
Berdasarkan cara penggaliannya, penambangan untuk endapan aluvial dapat
dibedakan menjadi (tiga) macam, yaitu tambang tradisional, semprot (hydraulicking)
dan pengerukan/isap.

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 26


Penambangan tradisonal: dilakukan dengan cara pendulangan (panning).
Pada umumnya dilakukan oleh perorangan menggunakan dulang untuk
memisahkan konsentrat atau butir emas dari mineral pengotornya yang dilakukan
di sungai, danau atau tepi pantai. Gambar 3.3 adalah contoh tambang tradisionil
dalam bentuk pendulangan emas.

Gambar 3.3. Pendulangan Emas (Kurnia, 2018)

Penambangan dengan penyemprotan: Penambangan ini dilakukan dengan


menggunakan semprotan air yang bertekanan tinggi, berasal dari alat penyemprot
yang disebut dengan monitor atau water jet/giant. Tekanan air yang dihasilkan oleh
monitor dapat diatur sesuai dengan keadaan material yang akan digali atau
disemprot. Biasanya dapat mencapai tekanan sampai 10 atm. Untuk memperbesar
produksi biasanya digunakan lebih dari satu monitor, baik bekerja sendiri-sendiri
atau bersama-sama di satu permuka kerja. Selain itu monitor juga dibantu dengan
alat mekanis seperti back hoe atau buldoser.
Untuk mengangkut material hasil galian atau semprotan ke instalasi
pengolahan, digunakan pompa lumpur (slurry pump). Selanjutnya lumpur hasil
semprotan dialirkan atau dipompa ke instalasi konsentrasi (sluicebox). Cara ini
banyak dilakukan pada pertambangan skala kecil termasuk tambang rakyat yang
lokasinya tersedia cukup banyak sumber air dan pada umumnya berlokasi di atau
dekat sungai. Beberapa syarat yang menjadikan endapan emas aluvial dapat
ditambang menggunakan penyemprotan adalah :
1. kondisi/jenis material memungkinkan terberai bila disemprot dengan air;

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 27


2. ketersediaan air yang cukup; dan
3. ketersediaan ruang untuk penempatan hasil cucian atau pemisahan bijih
Metode penambangan ini umum diterapkan di berbagai daerah operasi
pertambangan rakyat di Indonesia, seperti di Karang Jawa, Tanah Laut-Kalimantan
Selatan; Sungai Kahayan,Bukitrawi,Palangkaraya-Kalimantan Tengah; Tanoyan,
Bolaang Mongondow-Sulawesi Utara; Tahite, Bombana-Sulawesi Tenggara;
Tobohon,Kotabunan-Sulawesi Utara; Blambangan Umpu, Way Kanan-Lampung,
dan beberapa kota lainnya. Gambar 3.4 adalah model penambangan hydraulicking
atau tambang semprot.

Gambar 3.4. Ekstraksi emas dengan penyemprotan (policyforumgy, 2016)

Penambangan dengan pengerukan (dredging): Penambangan ini


menggunakan Kapal Keruk atau Mesin Gali Mangkok. Penambangan dengan cara
ini dipakai bila bijih emas yang akan diambil terletak di bawah permukaan air, di
lepas pantai, sungai, danau atau lembah yang banyak air. Sistem penggalian
dengan kapal keruk umumnya dengan system jenjang dan sistem tekan, yaitu
dengan menekan tangga mangkok (ladder) sampai kedalaman yang dikehendaki.
Kemudian maju secara bertahap tanpa membentuk tangga dan sistem kombinasi
dengan menggabungkan system jenjang dan tekan. Penggunaan sistem jenjang
dilakukan untuk menggali tanah penutup, sedangkan sistem tekan untuk menggali
bijih emasnya.
Syarat utama dari penggunaan metode ini harus tersedia air untuk
mengapungkan kapal keruk. Kapal keruk ini dapat dioperasikan di lepas pantai

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 28


(offshore mining) atau laut, danau dan sungai. Kapal keruk mempunyai kapasitas
mangkok yang ber variasi, mulai dari ukuran 7 cuft sampai dengan 24 cuft. Alat ini
dapat beroperasi mulai dari kedalaman 15 meter sampai 50 meter di bawah
permukaan laut serta mampu menggali lebih dari 3,5 juta meter kubik material setiap
bulan. Berdasarkan proses penggaliannya, kapal keruk yang digunakan untuk
penambangan, dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
• Multi bucket dredge yaitu kapal keruk yang alat galinya berupa rangkaian
mangkok.
• Cutter suction dredge, yaitu kapal keruk dengan alat gali berupa pisau pemotong
yang menyerupai bentuk mahkota.
• Bucket wheel dredge, yaitu kapal keruk yang dilengkapi dengan mangkok yang
berputar (bucket wheel) sebagai alat-gali.

Gambar 7.8. Proses penambangan emas dengan Kapal Keruk


Sumber: https://www.911logamlurgist.com/blog/how-does-a-gold-dredging-work, diunduh
tanggal : 3-12-2018.

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 29


4 4. METODE TAMBANG
BAWAH TANAH
Tambang bawah tanah adalah, tambang dimana kegiatan penambangnya
tidak langsung berhubungan dengan alam terbuka, atau udara bebas. Pada
umumnya penambangan bawah tanah skala industri membutuhkan aliran udara
buatan dengan mengalirkan udara dari luar menggunakan mesin angin (exhaust
fan), meskipun ada juga secara alami dengan mengatur ventilasi udara yang
bertekanan tinggi ke rendah. Pengendalian kualitas udara di dalam tambang sangat
penting dilakukan untuk menjaga kenyamanan para pekerja tambang, mengurangi
debu tambang, menjaga kelembaban udara dan menghilangkan atau mencairkan
akumulasi gas berbahaya yang terperangkap di sekitar lorong tambang.
Metode penambangan bijih emas bawah tanah jauh berbeda dengan
penambangan hidrokarbaon seperti batubara yang tersusun dari material karbon
dengan kandungan gas metana. Penambangan bijih emas sedikit lebih bersih dan
tidak begitu berbahaya bila menggunakan teknologi yang sesuai dan memahami
karakteristik batuan pengapit di sekitarnya. Metode tambang bawah tanah
dibedakan berdasarkan perbedaan operasi penambangan yang tidak
menggunakan penyangga, berpenyangga dan ambrukan. Pada mineral bijih disebut
dengan metode open stope, supported stope dan caving. Perbedaan metode ini
berdasarkan jenis batuan sekitar (wall and roof support), konfigurasi dan ukuran
bukaan produksi serta arah di mana operasi penambangan berlangsung.
Metode penambangan yang tidak menggunakan penyangga, umumnya
diaplikasikan untuk mengambil cebakan bijih emas yang berbentuk tabular dengan
dip yang curam hampir vertikal dan umumnya urat bijih tersebut berada pada batuan
induk yang relatif kuat. Metode penambangan ini disebut unsupported karena tanpa
menggunakan penyangga buatan untuk membantu dalam mendukung bukaan.

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 30


Meskipun demikian untuk lokasi-lokasi yang diperkirakan cukup berbahaya, masih
digunakan roof bolting (baut atap) atau penyangga kayu meskipun tidak banyak.
Penambangan supported stope adalah metode tambang bijih yang mempunyai
cebakan relatif tebal dan urat bijih yang rapuh. Penyangga tersebut dipasang
dengan jarak yang tidak teratur, disesuaikan dengan kebutuhan. Umumnya
penyangga dipasang di lokasi yang kadar bijih emasnya rendah, sedangkan bijih
yang berkadar tinggi diambil. Penambangan dengan metode ambrukan (caving)
dilakukan pada bijih emas yang berada pada batuan induk yang lemah, sehingga
untuk mengambil bijih emas tersebut harus diambrukkan.

4.1. Metode Open Stope

Metode open stope diaplikasikan untuk cebakan emas primer yang batuan di
sekitar urat emas tersebut mempunyai kekuatan yang sangat baik, sehingga tidak
memerlukan penyanggaan. Pada umumnya metode ini menerapkan penambangan
sederhana, tradisional dengan menggunakan buruh-buruh yang hanya memahami
sedikit pengetahuan tentang cebakan emas. Ciri-ciri cebakan emas yang ditambang
dengan metode ini adalah :
 cebakan emas dengan batuan induk di sekitarnya relatif keras, sehingga tidak
mudah runtuh;
 cebakan yang ada berbentuk vein dengan kemiringan yang terjal, sekitar lebih
dari 70o;
 urat bijih mempunyai ukuran yang tidak terlalu besar dengan ketebalan kurang
dari 5 meter; dan
 mudah membedakan antara batuan induk dengan urat emas.
Sedangkan metode open stope sendiri dibedakan berdasarkan cara
penambangannya, yaitu metode gophering/coyoting, glory hole, shrinkage stoping
dan sublevel stoping.
Metode gophering/coyoting umumnya dicirikan dengan arah penambangan
hanya mengikuti arah endapan bijih; pengerjaannya tidak sistematis; alat dan cara
penambangannya sangat sederhana; serta tanpa perencanaan rinci, karena dalam
penambangnya hanya mengikuti arah endapan.
Metode glory hole adalah metode tambang bawah tanah open stope yang
pembuatan lubang bukaannya dilakukan secara bebas karena batuan pengapit

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 31


maupun endapan bijih relatif kuat sehingga metode ini cocok untuk cebakan emas
yang sedikit. Umumnya tebal cebakan berkisar antara 1 – 5 meter dengan arah
memanjang ke bawah berbentuk tabular bulat atau ellips.
Metode shrinkage stoping adalah jenis metode tambang bawah tanah open
stope yang umumnya dilakukan untuk penambangan bijih emas yang bukan sulfida.
Metode shrinkage stoping dilakukan untuk batuan induk yang kuat, cebakan bijih
mempunyai kemiringan lebih dari 70o, tebal endapan kurang dari 3 m, kadar bijih
emasnya memiliki nilai yang tinggi, cebakan bijih homogen atau uniform. Cara
penambangan umumnya dilakukan dengan cara tidak selektif bila bukan
merupakan cebakan sulfida, namun bila termasuk cebakan sulfide, harus dengan
cara selective mining agar dapat mengurangi terbentuknya air asam tambang.
Metode sublevel stoping adalah jenis metode tambang bawah tanah open
stope dengan cara membuat level-level penambangan dan selanjutnya dibagi lagi
menjadi sublevel-sublevel. Metode sublevel stoping ini dilakukan untuk memperoleh
bijih dengan recovery yang tinggi, karena umumnya cebakan emas dengan metode
ini relatif tebal dan bernilai tinggi. Penerapan metode ini dapat dilakukan bila
ketebalan cebakan antara 1 – 20 m, kemiringan lereng umumnya lebih dari 30o,
cebakan bijih dan batuan induk cukup kuat, keras dan tidak ada retakan-retakan
ketika dilakukan penambangan. Persyaratan tersebut diperlukan agar tidak terjadi
dilusi atau pengotoran hasil penambangan; dan penyebaran kadar bijih sebaiknya
homogen.
Aplikasi penambangan dengan metode open stope ini di Indonesia banyak
ditemukan terutama pada tambang skala kecil, tambang rakyat yang ada izin dan
tambang rakyat tanpa izin. Tambang rakyat di sekitar Ciguha (Pongkor-Bogor),
Gunung Peti (Cisolok-Sukabumi), Gunung Subang (Tanggeung-Cianjur), Cikajang
(Garut), Cikidang, Cikotok (Lebak), Cineam (Tasikmalaya), Kokap (Kulonprogo),
Selogiri (Wonogiri), Paningkaban (Banyumas), Bendungan (Trenggalek), Punung
(Pacitan), Tatelu (Manado), Batu Gelas, RataTotok (Minahasa), Bajuin (Tanah
Laut), Perenggean (Palangka Raya), Ketenong (Lebong), Sekotong (Lombok), Olat
Labaong' Lape (Sumbawa), Gunung Butak (Pulau Buru – Maluku), Gunung Ujeun
(Krueng Sab - Aceh Jaya), Suwawa (Gorontalo) dan beberapa lokasi tambang
emas lainnya umumnya menggunakan metode gophering coyoting atau kombinasi
antara gophering, glory hole dan shrinkage stoping. Penambangan dilakukan

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 32


secara sederhana, tanpa ada perencanaan dan pekerjaan development, menggali
cebakan bijih mengikuti arah dan bentuk alamiahnya. Gambar 4.1 adalah model
tambang open stope

Gambar 4.1. Model tambang (a) Ghopering/Coyoting, (b) Gloryhole, (c) Shrinkage dan
(d) Sublevel Stoping
(a) Sumber: https://hiddensandiego.net/gopher-mine.php, diunduh tanggal 3-12-2018.
(b) Sumber: http://www.rockymountainprofiles.com/Glory%20Hole%20Mine%20Colorado.html, diunduh tanggal 3-12-2018
(c) & (d) Sumber : Atlas Copco, 2007.

4.2. Metode supported stope

Metode penambangan dengan penyangga (supported stope methods) adalah


metode penambangan bawah tanah yang menggunakan penyangga dalam proses
penambangannya. Metode ini sering diaplikasikan pada tambang dengan struktur
batuan yang lemah. Cut and fill stoping adalah yang paling umum dari metode-
metode ini dan digunakan terutama pada endapan logam yang sangat curam
(steeply dipping). Metode cut and fill bisa dilakukan baik ke arah atas cebakan
(overhand/upward) maupun ke arah bawah (underhand/downward). Ketika setiap
irisan horizontal diambil, ruang kosong diisi dengan berbagai tipe material pengisi
(filling material) untuk menopang stope atau dinding agar tidak runtuh. Material isian

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 33


dapat berupa pasir, batuan halus, tailing, tailing semen, atau material lain yang
sesuai dan tidak memerlukan biaya yang tinggi dalam pengadaannya.

Gambar 4.2. Konsep penambangan bijih terbuka dan bawah tanah


(Atlas Copco, 2007).

Penambangan cut and fill adalah salah satu metode yang cukup populer
diaplikasikan untuk badan bijih emas yang memiliki batuan pengapit yang kurang
kuat. Square set stoping hampir sama dengan cut and fill stoping, membutuhkan
pengisian rongga tambang, namun, hal tersebut bergantung pada jenis dari
penyangga kayu yang menahan dinding tidak runtuh selama proses penambangan.
Metode penambangan ini sudah kurang populer karena tingginya biaya tenaga kerja
dan kebutuhan kayu untuk penyangga. Di negara-negara yang memiliki tenaga
kerja murah, teknologi ini masih sering ditemukan, meskipun hanya diterapkan pada
cebakan emas yang berkadar tinggi. Stull stoping adalah metode penambangan
berpenyangga yang memanfaatkan kayu serta baut batuan (rock bolt), umumnya
badan bijih yang berbentuk tabular memanjang. Metode ini umumnya diterapkan
untuk badan bijih yang memiliki kemiringan (dips) antara 10° sampai 45°. Sering

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 34


juga dibutuhkan material pengisi buatan untuk menahan beban atap agar tidak
runtuh.
Metode ambrukan (caving methods) sangat bervariasi dan banyak dijumpai
untuk penambangan bijih maupun batubara. Metode ambrukan ini secara ekonomis
sangat efisien, karena memperoleh recovery yang sangat tinggi, namun perlu
diperhatikan kemungkinan terjadinya penurunan tanah (subsidence) di atas
permukaan. Metode penambangan bijih bawah tanah berpenyangga ini sangat
cocok untuk endapan bijih serta batuan induk yang lunak dan dilakukan penggalian
secara sistematis.
Penyangga dalam tambang bawah tanah dibedakan menjadi dua tipe yaitu
penyangga alamiah dan penyangga buatan. Penyangga alamiah adalah penyangga
yang menggunakan material yang berada di sekitar aktivitas penambangan atau
diperoleh dari hasil proses penambangan itu sendiri. Penyangga alamiah dapat
berupa endapan bijih yang ditinggalkan atau tidak ditambang, endapan bijih yang
berkadar rendah dan sudah tidak ekonomis untuk diambil sehingga ditinggalkan
sebagai penyangga, waste material, batuan samping, atau material lain yang tidak
ditambang. Sedangkan penyangga buatan (artificial support) adalah penyangga
buatan yang terbuat dari kayu (timber support), penyangga baja (steel support) atau
baut batuan (rock bolot), semen (cement grouting) atau material isian (filling
material). Material isian dapat berupa pasir, kerikil, tanah atau tailing. Secara rinci,
berikut ini dijelaskan masing-masing tipe dari metode tambang bijih bawah tanah
berpenyangga.
Cut and Fill Stoping adalah metode penambangan dengan cara memotong
batuan untuk membuat stope (lombong) dalam setiap level. Setelah selesai
menambang dalam satu lombong, maka lombong tersebut diisi kembali tanpa
menunggu proses penambangan pada level tersebut selesai dilakukan. Tahapan
inilah yang membedakan cut and fill stoping dengan shrink and fill stoping. Metode
penambangan ini umumnya diaplikasikan untuk:
• cebakan bijih yang mempunyai arah endapan relative mendatar namun cukup
tebal;
• tebal cebakan bijih antara 1 – 6 m;
• kemiringan badan bijih atau vein > 45o dan untuk endapan yang bukan vein
kurang dari 45o;

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 35


• cebakan bijih keras, namun batuan induknya lunak; dan
• cebakan bijih bernilai ekonomi tinggi.
Square Set Stoping adalah metode penambangan bawah tanah yang
menggunakan penyangga sistematis berbentuk ruang, baik berupa kubus maupun
balok. Material penyangganya dapat berupa kayu, baja atau besi. Metode ini
dicirikan oleh:
• ongkos penyangganya yang cukup mahal;
• kemiringan endapan lebih dari 45o;
• ketebalan bijih umumnya berkisar antara 3,5 m;
• kekuatan batuan induk dan endapan bijih mudah runtuh; dan
• umumnya endapan tidak memiliki batasan yang jelas antara endapan bijih dan
batuan induknya.
Stull Stoping adalah sistem penambangan yang menggunakan penyangga kayu
mulai dari footwall sampai ke hanging wall. Ciri-ciri sistem penambangan ini antara
lain:
 bijih cukup kuat, sehingga tidak perlu langsung disangga, tapi batuan induk
mudah pecah menjadi bongkahan-bongkahan;
 ketebalan endapan bijih antara 1 – 5 m;
 endapan bijih emas harus bernilai tinggi; dan
 recovery harus tinggi dengan faktor kehilangan yang rendah, mengingat biaya
yang dibutuhkan untuk penyangga cukup tinggi.
Pemasangan penyangga dibedakan menjadi raise set atau cara pemasangan
penyangga dari bawah ke atas, lead set yaitu cara pemasangan penyangga ke
depan se arah dengan penambangannya serta corner set yaitu cara pemasangan
penyangga ke arah samping atau menyudut.

4.3. Metode ambrukan (block caving methods)

Metode ambrukan atau lebih dikenal dengan istilah block caving adalah salah
satu cara penambangan bawah tanah dengan memangkas blok-blok besar badan
bijih dari bawah bawah blok tersebut, sedemikian hingga bijih tersebut runtuh akibat
beban dirinya sendiri. Selanjutnya bijih yang runtuh tersebut didorong (ditarik) dari
drawpoint dan diangkut menuju alat penghancur (crusher). Metode ini menghasilkan
efisiensi sumberdaya yang tinggi, namun berpotensi berbahaya bila tidak

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 36


menguasai teknologi ini dengan benar. Metode ini sudah lama digunakan untuk
ekstraksi emas atau tembaga skala besar dari berbagai negara termasuk Indonesia
(Freeport). Tambang emas dan tembaga di Northparkes di New South Wales,
Australia, Palabora di Afrika Selatan, Tambang Questa di New Mexico dan
Tambang Henderson di Colorado menggunakan metode ini untuk mempertahankan
efisiensi penambangannya.

Gambar 4.3. UG Supported Methods: a) Cut & Fill, Stull, Square Set Stoping
a) Sumber: Atlas Copco, 2007
b) & c) Sumber: Sumber: https://wikivividly.com/wiki/Stoping, diunduh tanggal 03-12-2018.

Tahapan produksi menggunakan metode ambrukan ini diawali dengan


aktivitas pemboran di sekitar undercut, kemudian dilakukan peledakan
menggunakan emulsi. Selanjutnya proses loading (pemuatan) dari drawpoint atau
orepass menggunakan loader. Selanjutnya dilakukan proses pengangkutan
menggunakan alat LHD, truck atau kombinasi dengan belt conveyor. Proses ini
dimulai dengan penggunaan bahan peledak di bagian bawah badan bijih untuk
memecah batu. Kemudian batuan disalurkan ke bawah dan dipindahkan. Ruang
kosong dalam proses pemindahan tersebut memungkinkan secara gravitasi

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 37


menekan dan memaksa badan bijih untuk jatuh ke bawah. Loader otomatis
memindahkan bijih emas ke dalam kereta kemudian diangkut, dihancurkan, dan
dibawa ke permukaan untuk proses selanjutnya.
Keuntungan menggunakan metode ambrukan ini adalah recovery bijih tinggi,
lingkungan terjaga, keselamatan dan efisiensi biaya tinggi sehingga cocok untuk
pertambangan besar dan kelas menengah. Untuk beberapa jenis cebakan mineral
yang mempunyai kekuatan batuan pengapit rendah, metode ini lebih efisien
daripada metode penambangan bawah tanah yang lain dengan memanfaatkan
gravitasi sebagai pemecah utama batuan ketika satu blok batuan diambrukkan.
Metode ini memungkinkan untuk menambang bijih dengan tailing atau limbah yang
sedikit. Secara umum keuntungan metode ini adalah:
 biaya penambangan rendah;
 hasil penambangan dengan output tinggi, bias mencapai antara 10.000-
100.000 ton/hari;
 teknologi mekanisasi yang modern dengan tenaga buruh sedikit.
 penggunaan kayu sedikit sehingga mengurangi bahaya kebakaran dan lebih
ramah lingkungan;
 proses produksi terkonsentrasi sehingga pengawasan lebih mudah; dan
 kecelakaan tambang rendah
Sedangkan kekurangan dari metode ambrukan ini: Membutuhkan investasi
yang tidak sedikit, proses development yang cukup lama, dilusi broken ore dengan
waste rock yang banyak, bijih kadar rendah pada capping dan batas badan bijih
akan hilang (tidak terambil) serta kurang fleksibel dan susah untuk diubah ke
metode lain.
Kondisi cebakan yang cocok untuk penerapan metode ambrukan adalah
cebakan bijih emas yang tebal dan homogen, overburden yang lemah dan gampang
runtuh serta bijih cukup kuat dan tidak runtuh pada saat development. Bila undercut
diledakan badan bijih segera runtuh dan areal sekitar badan bijih harus kering untuk
menjaga kemudahan pada saat penarikan. Di beberapa literature, metode
ambrukan ini dibedakan berdasarkan darimana ambrukan tersebut dimulai, yaitu
dengan cara top slicing dan sub level caving.
Metode ambrukan dengan top slicing adalah penambangan untuk endapan
bijih dan lapisan penutup yang lemah dan dilakukan selapis demi selapis atau per

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 38


blok (block caving) dari atas ke bawah pada stope dengan penyanggaan. Apabila
stope sudah selesai digali, maka penyangga diatasnya dibiarkan melemah dan
runtuh secara perlahan. Cara ini memungkinkan diperolehnya cadangan dengan
recovery yang tinggi walaupun sering terjadi pengotoran (dilution). Upaya untuk
meningkatkan efisiensi dengan metode penambangan ini adalah dengan
memperbesar produksi dan mengurangi jumlah lobang naik (raise) dan
mengefisienkan proses pengangkutan. Untuk menghindari bahaya dan mengurangi
keselamatan kerja, proses ambrukan sebaiknya dibuat secara pelan-pelan agar
tidak runtuh dalam skala besar.
Keuntungan cara top slicing bila batuan samping tidak terlalu lemah, maka
pengotoran jarang terjadi, dapat mengambil conto batuan (sampling) di dalam stope
secara teratur untuk mengetahui batas endapan yang pasti, dapat menghasilkan
produksi yang besar dan bila endapan bijih teratur dan jelas batas-batasnya, maka
perolehan tambangnya sangat tinggi (90-95%).
Sedangkan kerugiannya antara lain ketika musim hujan, air masuk melalui
retakan-retakan, dapat menyebabkan amblesan yang merusak topografi dan tata
lingkungan, ventilasi stope menjadi sukar, sehingga perlu peralatan khusus,
membutuhkan persiapan kerja yang lama, dan banyak menggunakan penyangga
kayu sehingga dapat menyebabkan kebakaran dan menimbulkan gas-gas beracun
dari proses pembusukan kayu penyangga tersebut.
Metode ambrukan dengan cara sub level caving merupakan suatu cara
penambangan yang mirip top slicing tetapi penambangan dari sub level, artinya
penambangan dari atas ke bawah dan setiap penambangan pada suatu level
dilakukan lateral atau meliputi seluruh ketebalan bijih. Endapan bijih antara dua sub
level ditambang dengan cara diruntuhkan atau diambrukkan. Suata tumpukan
bekas penyangga akan dibentuk di bagian atas dari ambrukan, sehingga akan
memisahkan endapan bijih yang pecah dari lapisan penutup di atasnya. Metode ini
cocok untuk endapan-endapan bijih yang memiliki bentuk endapan tidak homogen,
kekuatan batuan samping lemah, mudah pecah menjadi bongkahan-bongkahan
sehingga dapat menjadi penyangga dan kekuatan bijih lemah tetapi batuan dapat
bertahan untuk tidak runtuh selama beberapa waktu dengan penyanggaan biasa
walaupun tetap akan runtuh bila penyanggahan ini diambil.

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 39


Keuntungan sub level caving yaitu cara penambangannya agak murah, tidak
ada pillar yang ditinggalkan, kemungkinan terjadinya kebakaran kecil, karena
penggunaan penyangga kayu sedikit, kecuali pada endapan-endapan sulfide,
ventilasi agak lebih baik dibandingkan dengan top slicing, bisa melakukan mixing
dan blending dari bijih pada stope yang berbeda kadarnya dan pekerjaan persiapan
sebagian besar dilakukan pada badan bijih, sehingga sekaligus dapat berproduksi.
Kerugian sub level caving adalah sukar untuk selektive mining, karena tak
dapat ditambang bagian demi bagian, perolehan tambang tidak terlalu tinggi,
pengotoran bijih terjadi sampai 10%, bila pengotor harus rendah maka mining
recoverynya juga menurun dan cara penambangan ini kurang fleksibel karena
terlalu banyak syarat yang harus dipenuhi dan tidak mudah diubah ke metode lain.

(a) (b)

Gambar 4.4. Penambangan dengan metode ambrukan, (a) Block Caving;


(b) Sub level caving (Atlas Copco, 2007)

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 40


5 5. METODE PENAMBANGAN
NON KONVENSIONAL
(NOVEL MINING)
Konsep penambangan bijih emas dengan novel mining ditujukan untuk
mengambil cadangan emas yang letaknya sulit untuk ditambang menggunakan
teknologi konvensional, misalnya deposit yang berada di dasar laut dalam.
Berdasarkan hasil eksplorasi, berbagai macam sumber daya mineral yang
ditemukan di dasar laut, secara genesis dikategorian sebagai granular
sediments, placer minerals, hydrothermal deposits dan hydrogenetic minerals.
Sedimen granular ditransportasikan oleh air yang berasal dari sungai atau
gletser menuju laut dan tersortir secara alami berdasarkan ukuran butiran akibat
adanya arus dan gelombang disepanjang garis pantai. Mineral-mineral tersebut
antara lain adalah pasir kuarsa, dan kerikil, pasir yang kaya karbonat, silt dan
clay. Sedangkan emas, intan, platinum, timah dan titanium merupakan
sekumpulan mineral yang umumnya sering ditemukan sebagai mineral plaser.
Mineral hydrotermal sangat berhubungan dengan aktivitas vulkanik bawah laut
dan termasuk deposit sulfida yang biasanya kaya akan tembaga, seng, timah,
emas, dan perak. Sedangkan mineral hydrogenetic terbentuk akibat presipitasi
dari air laut dari berbagai kondisi sehingga seperti phospor, garam, barit,
manganese nodule, crust yang kaya kobalt, platina, nikel, tembaga, dan unsur
tanah jarang tersebar di dasar laut dalam. Kobalt yang kaya kerak mangan
ditemukan pada sisi-sisi dari sebagian besar gunung laut vulkanik berupa
deposit hydrogenetic. Mineral hydrotermal dan hydrogenetik umumnya berada
di laut dalam, karena keterdapatan mineral tersebut sebagai akibat adanya
gunung api bawah laut yang kaya akan mineral-mineral berharga (Gambar 5.1).
Aktivitas penambangan untuk laut dalam ini masih menjadi bahan penelitian
dan ujicoba.

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 41


Perusahaan yang sudah mengantongi izin adalah Nautilus Minerals Inc, sudah
memulai melakukan eksplorasi dan eksploitasi di perairan PNG dengan
penambangan sampai pada kedalaman 1600 meter.

Gambar 5.1. Proses Pembentukan Mineral Hidrotermal dan Hidrogenetik pada laut
Dalam (Birney et al., 2006)

Sejarah yang dapat dijadikan rujukan untuk melihat perkembangan


penambangan di bawah laut adalah penambangan kristal karbon yang indah, keras
namun mempunyai nilai yang sangat berharga yaitu berlian yang berada di Afrika
bagian selatan. Sekitar 1.400 meter dari kimberlite telah berlian terkikis dan terbawa
oleh sistem sungai purba dengan jumlah deposit sekitar 3 miliar karat yang
terendapkan dan terjebak di dasar sungai purba di sepanjang Sungai Orange,
pantai purba dan terendapkan di dalam laut sebagai deposit laut di Namibia dan
Afrika Selatan. Diperkirakan deposit yang terjebak di dasar laut sebanyak 90% dari
berlian yang sedang dicari. Proses pemilahan dan akumulasi alamiah mulai terjadi
di sepanjang garis pantai, ditandai dengan adanya teras-teras tua di daratan
(onshore) dan lepas pantai (offshore). Terjadinya tekanan terhadap batuan dasar
yang keras menjadi perangkap dimana terbentuk kantung-kantung yang kaya
dengan berlian.
Pada tahun 1990-an aktivitas penambangan lepas pantai dimulai lagi dengan
semangat baru di pantai Afrika Selatan dan Namibia. Namibia memiliki cadangan
berlian laut terkaya di dunia sebesar 1,5 miliar karat. Diperkirakan bahwa lebih dari
100 juta karat telah diproduksi di daerah itu sejak 1908. Karena tidak ada catatan
tertulis untuk aktivitas penambangan berlian bawah laut, maka segalanya harus

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 42


ditemukan dan disesuaikan, baik dalam proses eksplorasi, pengambilan sampel
dan proses penambangannya. Untuk eksplorasi dan pengambilan sample
digunakan peralatan sonar, profil seismik refleksi dangkal, pengeboran system
sonik (sonic rock drilling) dan pengambilan sample secara acak (grab sampling).
Untuk aktivitas penambangan, dilakukan dengan menggunakan ssstem water jets
blast (ledakan jet air) melalui sedimen dan kemudian diangkat kedalam kapal,
diproses dan disortir menggunakan sinar-X. Metode ini termasuk metode terbaik
untuk memonitor profitabilitas dan penghitungan karat per jam pengerukan. De
Beers menggunakan kepala bor berdiameter 6 meter untuk menembus dan
memotong sedimen serta mengangkatnya ke kapal.
Di bawah laut digunakan juga seabed crawler (Gambar 5.2) yang dikendalikan
dengan system remote dan dilengkapi dengan pompa submersible dan hydraulic
jetting motors. De Beers telah terbukti dapat menjalankan operasi penambangan
lepas pantai yang relatif dangkal di Namibia secara menguntungkan (Oancea,
2006). Pada saat yang sama pula mereka adalah yang pertama mengembangkan
teknologi yang cocok untuk pertambangan laut dalam untuk deposit berlian. Pada
awal tahun 2006, De beers mengembangkan kapal baru untuk penambangan
bawah laut yaitu The Peace in Africa yang dibuat di Newcastle, UK dan menjadi
kapal pertama untuk tambang berlian lepas pantai Afrika Selatan. Di Cape Town,
DCD-Dorbyl membangun undersea crawler untuk aktivitas lepas pantai dengan
kapasitas 260 ton, sedangkan pemasok lain sibuk membat instalasi pengolahan
berlian 250 ton/jam yang dapat dipasang pada kapal tersebut. Kapal seharusnya ke
dermaga di Cape Town sebelum Natal dan operasi penambangan lepas pantainya
dimulai pada kuartal kedua 2007. Operasi ini menghasilkan 250.000 ct /tahun
produksi. Di perairan lepas pantai Namibia, pada saat yang sama juga sedang
terjadi eksplorasi bawah laut yang dilakukan oleh sebuah kelompok perusahaan
pertambangan untuk mencari deposit berlian. Diamond Fields International Ltd.,
sebuah perusahaan pertambangan berlian internasional mengoperasikan kapal
miliknya sendiri, Diamond Fields mv Discoverer sebuah kapal tambang yang
memiliki Twin air-lift system (Gambar 5.3).

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 43


Gambar 5.2. Seabed Crawler
(Sumber : http://cms.infomine.com/graphics/2006/11/06/Illustech4.jpg)

Pada tahun 1977 sebuah kapal selam kecil NOAA tersandung pada sesuatu
yang baru yaitu black smokers. Black smokers ini merepresentasikan ventilasi
hidrotermal yang dapat menjawab teka-teki dasar laut di zona lempeng aktif
sepanjang "cincin api" Pasifik. Air laut merembes melalui kerak, membawa logam-
logam berharga dan kemudian terjadi proses pemanasan yang sangat tinggi melalui
cerobong-seperti struktur, kadang-kadang setinggi 30 m; logam memuntahkan asap
hitam dan terendapkan pada areal proksimal, sehingga membentuk kerak sulfida
(Birney, et.al, 2006). Ini adalah proses yang serupa dengan keterjadian deposit di
daratan yang kaya akan deposit sulfida.

Gambar 5.3. Twin-Airlift-System.


(Sumber : http://www.diamondfields.com/i/photos/namibia/Twin-Airlift-System-similar.jpg

Black smokers merupakan tanda adanya deposit yang kaya akan bijih emas,
tembaga dan seng. Proses pencarian dan penambangan dasar laut untuk mineral
lainnya juga dilakukan oleh beberapa perusahaan pertambangan. Pada tahun 1978,

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 44


Inco berhasil mengangkat nodul polilogamik seberat 800 ton ke atas kapal yang di
ambil dari kedalaman 5500 m di bawah permukaan laut. Nodul tersebut kaya akan
mangan, tembaga, kobalt dan hasil konkresi dari logam hasil presipitasi logam dari
air laut. Selanjutnya, harga logam turun dan tidak ada yang tertarik di sektor
pertambangan kedalaman laut lagi.
Organisasi internasional yang bertanggung jawab dan mengatur
pertambangan bawah laut adalah International Seabed Authority yang bermarkas
di Jamaica. Penelitian yang terbatas mengungkapkan bahwa perairan pantai Papua
Nugini, Selandia Baru, Indonesia dan Jepang menjadi tempat bersarangnya hampir
200 deposit black smokers yang banyak mineral bijih dari 5 sampai 10 juta ton
bijih. Masalahnya adalah bahwa mineral berharga tersebut berada pada kedalaman
rata-rata 2.100 m di bawah permukaan laut. GNS Sciences sebuah lembaga riset
di Selandia Baru telah mengeluarkan peta tentang distribusi Global Arcs and vents,
yang berisi peta distribusi deposit black smokers dunia. Situs lain yang dapat
dikunjungi adalah International Marine Minerals Society yang terdiri dari masyarakat
profesional yang anggotanya berasal dari berbagai kepentinganyang bersama-
sama melakukan penelitian deposit mineral laut. Lembaga ini juga mensponsori
Underwater Mining Institute yang setiap tahun melakukan konferensi mengenai
mneral bawah laut.
Di Papua Nugini di blok Solwara, Nautilus melakukan eksplorasi black
smokers dan orebody menggunakan kamera bawah air (Pennington, 2009). Alat
yang digunakan juga mampu mengukur salinitas, suhu air dan sifat magnet.
Sampling dilakukan oleh sebuah kapal selam kecil yang dilengkapi dengan lengan
robot dan alat bor. Hasil eksplorasi yang baik tidak hanya membawa pengakuan
tentang kelayakan penambangan dari perusahaan kecil , namun juga dapat
membawa uang tunai untuk pentahapan selanjutnya. Hasilnya Nautilus berhasil
menggaet Barrick dan memiliki 9,59 persen saham di Nautilus. Pada 30 Oktober
2006 Anglo-Amerika sepakat untuk menginvestasikan $ 25 juta ke Nautilus dan
menyediakan bantuan teknis untuk aktivitas enambangan.
Pada 4 Oktober 2006 Nautilus mengumumkan bahwa mereka telah
menandatangani kesepakatan dengan sebuah perusahaan pengerukan Belgia
khusus untuk membangun kapal laut pertambangan. Julius Verne nama kapal
tersebut mempunyai panjang 191 m dan Nautilus membayangkan bahwa dua alat

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 45


yang dikendalikan secara remote akan berguling-guling di dasar laut dan menggiling
sekitar 400 ton bijih per jam. Bijih emas dantembaga tersebut akan diangkat ke
kapal dan kemudian dimuat ke tongkang. Bijih akan diproses di darat. Perusahaan
ini berencana untuk memproduksi 150.000 ton tembaga dan 400.000 ons emas per
tahun. Perusahaan lain, yaitu Neptunus memiliki hak eksplorasi Mineral lebih dari
35.000 km persegi di perairan Selandia Baru. Pencarian mereka untuk apa yang
mereka sebut Sulfida masif dasar laut (logam akumulasi kaya tembaga, seng timah,
emas dan perak), namun Neptunus hanya berhasil sebagian yaitu antara 120 m
sampai 1.800 m wilayah lepas pantai eksplorasi yang terletak di sepanjang dua
busur vulkanik berbeda yaitu punggung Colville dan Kermadec. Suatu sistem
dengan teknologi yang mempunyai akurasi tinggi harus digunakan untuk
menurunkan mesin penambangan ke dasar laut. Salah satu komponen utama dari
sistem ini adalah perangkat penanganan untuk membawa mesin penambangan ke
dalam dan keluar air untuk menghindari terjadinya benturan antara mesin
penambangan dengan stasiun induk pengendali. Selama proses penurunan mesin
penambangan, ditangani oleh pusat pengendali, yang terdiri dari kabel dan selang.
Kabel adalah bagian utama untuk membawa beban. Selanjutnya digunakan untuk
mengirimkan daya listrik pada tegangan 6 sampai 10 kV. Transmisi data untuk
kontrol dari mesin penambangan digunakan serat optik yang juga termasuk di dalam
kabel. Selang yang digunakan dari jenis fleksibel dengan lapisan karet dalam. Untuk
membentuk satu rangkaian unit kabel dan selang yang dapat keluar dengan baik.
Proses ini harus otomatis, sedemikian hingga diperoleh bentuk-s yang dapat
mengapung dan secara teoritis kabel dan selang ini memberikan ruang yang cukup
pada mesin penambangan untuk melakukan manuver dan mengumpulkan nodul-
nodul secara sempurna pada saat mesin menyentuh dasar laut. Untuk
mengoperasikan mesin penambangan ini, sebuah sistem komputer yang
mempunyai standarisasi yang baik untuk skala industry digunakan disini, sehingga
control dan akuisisi data dapat diperoleh secara sempurna. Semua fungsi dari
mesin penambangan harus dapat dikendalikan secara manual dengan joystick atau
otomatis melalui system komputasi. Untuk tujuan ini, mesin penambangan itu
sendiri harus dilengkapi dengan sistem kontrol yang dipasang dalam suatu casing
yang dapat menahan berbagai tekanan.

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 46


Semua sensor dan aktuator seperti unit kecepatan akustik dan unit pengukur
kecepatan, sensor tekanan, heading indication, katup hidrolik, kamera bawah air
dan lampu yang diinstal pada mesin penambangan. Komunikasi antara sistem
kontrol utama dan sistem crawler pada mesin penambangan menggunakan
komunikasi melalui serat optik didalam kabel. Salah satu kemungkinan untuk
komunikasi ini adalah melalui jaringan berbasis TCP / IP. Salah satu contoh untuk
paket perangkat lunak yang cocok untuk sistem penambangan terdiri dari perangkat
lunak visualisasi proses di ruang kontrol, perangkat lunak kontrol untuk
pengembangan dan pelaksanaan program pengendalian utama dan sistem operasi
dari komputer crawler dan komputer control (Atmanand et al., 2000). Program
kendali utama harus memiliki struktur yang telah ditetapkan (Programmable Logic
Controller - PLC sesuai dengan IEC1131) dengan berbagai fitur untuk
pemrograman yang aman dan debugging online.
Meskipun secara teknis penambangan bawah laut namun masih ada
permasalahan lain yang harus dipikirkan, yaitu penilaian lingkungan yang adil.
Keanekaragaman hayati bawah laut berupa gabungan dari tanaman, hewan dan
bakteri hidup dalam lingkungan yang saling bertolak belakang. Perusahaan
pertambangan mengklaim bahwa mereka tidak akan menambang ventilasi aktif,
mereka tertarik untuk menambang spent vents dan lapisan yang terkait dengan
lapisan proksimal yang mengandung akumulasi logam, sehingga gangguan akan
lingkungan akan dilakukan seminimal mungkin karena hampir tidak ada overburden
yang dipindahkan.
Suatu era penambangan yang lebih baru, yaitu system novel mining sudah
mulai dikembangkan untuk penambangan bawah laut. Pertimbangkan bahwa
sekitar 70% air meliputi permukaan bumi dan keberadaan mineral bawah laut hanya
sedikit diketahui oleh para peneliti, oleh karena itu diharapkan menjadi motivasi
untuk mengembangkannya menjadi sesuatu yang bermanfaat buat manusia bukan
malah sebaliknya.

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 47


Gambar 7.15. Ilustrasi Konsep penambangan Laut Dalam dengan Rigid Steel Pipe System dan self-
propelled Mining Machine (Ecker, 1978 , Schwarz, 1999 dalam Handschuh,R., et.al., 2002)

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 48


6. METODE PENAMBANGAN
6 TEKNOLOGI LEACHING
DAN PHYTOMINING
6.1. Metode Leaching Mining

Proses penambangan dengan metode leaching adalah proses pengambilan


suatu mineral atau kandungan logam dari suatu deposit melalui ekstraksi kimiawi
atau melalui media bakteri dengan cara memisahkan ikatan antara logam dan
mineral dari batuan induknya secara langsung atau pada tumpukan bongkahan
cadangan yang sudah ditambang (Schlitt, 1984). Proses penambangan dengan
metode ini pada umumnya dilakukan secara kimiawi namun ada juga dilakukan
dengan proses bakteri (beberapa bakteri beraksi sebagai katalis untuk
mempercepat reaksi pada leaching sulfida). Jika ekstraksi dilakukan di tempat
mineral tersebut maka dinamakan leaching insitu, dan bila dilakukan di tempat
penimbunan disebut leaching timbunan (heap leaching) dan ini termasuk kategori
metoda penambangan sekunder. Saat ini banyak dilakukan proses kombinasi yaitu
dengan mengkombinasikan metode konvensional dengan metode leaching. Untuk
cadangan dengan kadar rendah proses leching ini dilakukan pada tahap awal dari
pengolahan mineral (Lastra dan Chase, 1984). Proses pengambilan logam dengan
cara melarutkan (leaching) ini akan menekan biaya produksi, sehingga cenderung
relatif lebih rendah daripada metode penambangan konvensional. Penerapan
metode heap leaching pada beberapa tulisan banyak dilakukan pada tembaga dari
uranium, sedangkan untuk emas dan perak umumnya dilakukan dengan dump
leaching.

6.2. Metode Phytomining

Banyak tanaman yang diindikasikan merespon keberadaan konsentrasi logam


yang tinggi di lingkungan tanah tempat tanaman tersebut tumbuh. Ada yang sangat
rentan dan resisten terhadap kadar logam yang tinggi, namun ada juga yang
merespon positif, sehingga tanaman tersebut tumbuh subur.

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 49


Kondisi dimana tumbuhan dapat merespon secara positif kandungan logam
pada areal tumbuhnya tersebut disebut tanaman hiperakumulator (Cosio et al,
2004). Karakteristik tanaman hiperakumulator adalah tanaman yang mampu
menyerap logam dengan konsentrasi 100 kali lebih besar dari pertumbuhan
tanaman lain pada lingkungan yang sama biasa (Anderson et al., 2003).

Tanaman yang dikategorikan sebagai hiperakumulator akan menyerap logam


dari tanah dan selanjutnya didistribusikan ke seluruh jaringan tanaman. Untuk
mengambil dan mengekstrak logam yang ada pada tanaman ini, tanaman dipanen
setelah masa pertumbuhan dianggap cukup dan tanaman tersebut selanjutnya
dibawa ke instalasi pengeringan. Selanjutnya tanaman tersebut dipanggang sampai
menjadi abu dan bijih emas pada abu tersebut diperoleh dengan pengolahan.
Beberapa peneliti mengkategorikan metode ini sebagai Novel Mining, namun belum
ada laporan bahwa teknologi ini dihitung ekonomis untuk skala industry.

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 50


7 7. PENUTUP

Pengoptimalan penambangan digambarkan dalam bentuk model cadangan


dengan memasukkan geometri perencanaan yang memenuhi ketentuan dengan
nilai break even cut of grade/dollar index sesuai dengan karakteristik endapan,
pertimbangan lingkungan, kondisi spasial dan geoteknik sehingga proses
penambangan tersebut benar-benar aman baik dari aspek keselamatan kerja
maupun lingkungan. Pengoptimalan pengambilan cadangan sangat diutamakan
sebagai upaya konservasi seperti yang tercantum pada Kepmen 1827
K/30/MEM/2018 Lampiran VII.

Upaya pemanfatan bijih emas berkadar rendah tertambang dapat dilakukan


dengan meningkatkan kualitas melalui pencampuran dengan kadar yang lebih
tinggi serta pemanfaatan teknologi terkini. Selain itu upaya pemanfaatan mineral
ikutan tertambang juga harus dilakukan agar biaya penambangan yang tinggi dapat
menghasilkan produk seoptimal mungkin. Sebelum dilakukan penutupan tambang,
perlu mendata sisa cadangan yang masih tersimpan di lokasi tambang serta
dilakukan analisis terhadap kemungkinan penambangan sisa cadangan tersebut.
Cadangan ini dikategorikan sebagai cadangan marginal dan apabila dilakukan
penambangan kembali perlu dilakukan dengan penjadwalan penambangan,
pencampuran dengan cadangan lain, pengolahan atau pemurnian berdasarkan
ketersediaan teknologi.

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 51


8 8. DAFTAR PUSTAKA

Anderson, C.W.N., Stewart, R.B., Moreno,F.N., Wreesmann, C.T.J., Gardea-


Torresdey, J.L., Robinson, B.H., Meech, J.A. 2003. Gold phytomining.
Novel developments in a plant-based mining system.
http://kiwiscience.com/downloads/Van2003.pdf.

Atlas Copco, 2007. Mining Methods in Underground Mining, Second edition 2007,
www.atlascopco.com.

Atmanand, MA, Shajahan, MA, Deepak CR, Jeyamani, R, Revindran, M, Schulte,


E, Panthel, J, Grebe, H and Schwarz, W, 2000, ‘ Instrumentation for
Underwater Crawler for Mining in Shallow Waters’, Proc. International
symposium of Autonomous Robots and Agents, Singapore.

Birney, Kristi, Amber Griffin, Jonathan Gwiazda, Johnny Kefauver, Takehiko Nagai,
and Douglas Varchol. 2008. Potential Deep-sea Mining of Seafloor Massive
Sulfides: A Case Study in Papua New Guinea. Ms. University of California
at Santa Barbara, Santa Barbara. 13 Aug. 2008 <http://www.bren.ucsb.edu/
research/documents/ VentsThesis.pdf>.

Claudia Cosio, Enrico Martinoia and Catherine Keller, 2004. Hyperaccumulation of


Cadmium and Zinc in Thlaspi caerulescens and Arabidopsis halleri at the
Leaf Cellular Level, American Society of Plant Biologists, DOI:
https://doi.org/10.1104/pp.103.031948.

Ericsson, M., 2012. Mining technology – trends and development. POLINARES


working paper n. 29, EU Policy and Natural Resources.

Evan, A.M., 1993. Ore Geology and Industrial Minerals an Introduction, Blackwell
Publishing.

Oancea, D. 2006. Deep Sea Mining & Exploration.


http://www.technology.infomine.com/.

Policyforumgy, (2016). Amazon Gold Rush: Gold Mining in Suriname. Diakses


tanggal 22 Januari 2019 melalui
http://www.policyforumgy.org/international/amazon-gold-rush-gold-mining-
suriname/.

Goldfarb, R.J. and Groves, D.I., 2015.Orogenic gold: Common or evolving fluid and
logam sources through time. Elsevier-Lithos 233 (2015) 2–26

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 52


Hartman, H.L., (1987). Introductory Mining Engineering, John Willey & Sons
Incorporated.

Hartman, H.L., Mutmansky, Jan M., 2002: Introductory Mining Engineering, John
Wiley & Sons Inc.

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi, Nomor 1827 K/30/MEM/2018


Tentang Pedoman Pelaksanaan Teknik Pertambangan yang Baik,
Lampiran VII.

Kurnia. (2017). Mendulang Emas. Website Nagari Sisawah. Diakses tanggal 22


Januari 2019 melalui https://sisawah.desa.id/?p=173

Lastra, M.R. and Chase, C.K., 1984 Permeability, solution delivery and solution
recovery: critical factors in dump and heap leaching of gold. Min. Eng., 36
(11),1537-1539.

Lindgren, W., 1933. Mineral deposits. Fourth edition, revised and reset. 4th
impression. McGraw-Hill. New York.

Opaska, P. (2017). Martha mine, opencast gold mine, Waihi, New Zealand. Diakses
tanggal 21-Januari-2019, dari:
https://www.123rf.com/photo_16317063_martha-mine-opencast-gold-
mine-waihi-new-zealand.html

Pennington, S.M., 2009. Deep-Sea Mining in Papua New Guinea: Policy Frontier.
Masters project submitted in partial fulfillment of the requirements for the
Master of Environmental Management degree In the Nicholas School of the
Environment and Earth Sciences of Duke University.

Schlitt, W.J.K. 1984. The role of solution management in heap and dump leaching.
In Au and Ag Heap and Dump Leaching Practice Edited by J.B. Hiskey. New
York: American Institute of Mining, Logamlurgical, and Petroleum Engineers
pp. 69-83.

Varagur, K, (2017). Showdown in Indonesia Brings World’s Biggest Gold Mine to


Standstill. Diakses dari: https://www.voanews.com/a/showdown-in-
indonesia-brings-gold-mine-to-standstill/3741401.html, pada tanggal 21-
Januari-2019.

Schlitt, W J, Solution Mining: Surface Techniques, Chap. 11.4 SME Mining


EngineeringHandbook, Vol. 2, 3rd ed., P Darling, ed., SME (2011), pp 1087-
1101. #58

https://www.911logamlurgist.com/blog/gold-process-description, diunduh tanggal 2


Desember 2018.

https://www.voanews.com/a/showdown-in-indonesia-brings-gold-mine-to-
standstill/3741401.html, diunduh tanggal 2-12-2018.

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 53


https://www.123rf.com/photo_16317063_martha-mine-opencast-gold-mine-waihi-
new-zealand.html, di diunduh tanggal 2-12-2018.

https://hiddensandiego.net/gopher-mine.php, diunduh tanggal 3-12-2018.

http://www.rockymountainprofiles.com/Glory%20Hole%20Mine%20Colorado.html,
diunduh tanggal 3-12-2018

https://wikivividly.com/wiki/Stoping, diunduh tanggal 03-12-2018.

Teknologi Penambangan Tembaga/Emas 54

Anda mungkin juga menyukai