PENAMBANGAN
TEMBAGA/
EMAS
FEBRUARY 22
1. PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 3
51
7. PENUTUP ................................................................................................................................... 51
52
Indonesia secara regional berada pada posisi tumbukan tiga buah lempeng
besar, yaitu Lempeng Pasifik di Utara, Lempeng Samudera Indonesia di bagian
Barat dan Lempeng Australia di Selatan. Meskipun akibat pergerakan lempeng-
lempeng tersebut menjadikan wilayah Indonesia rawan akan bencana kebumian,
namun dibalik kesemua itu mendukung kondisi pembentukan mineralisasi yang
menghasilkan berbagai bahan galian berharga baik mineral logam maupun non
logam. Keberadaan mineral berharga tersebut ada yang dekat dengan permukaan
dan ada yang jauh di dalam bumi.
Bagi pelaku bisnis, kegiatan pengambilan mineral berharga tersebut yang lebih
umum disebut kegiatan pertambangan, merupakan pekerjaan yang sangat berisiko,
terutama untuk mineral-mineral yang jauh di dalam bumi. Untuk menjaga kehati-
hatian dalam dalam hal resiko tersebut, di industri pertambangan ini dilakukan
banyak tahapan sebelum penggalian atau eksploitasi. Tahapan kegiatan ini selain
secara finansial membutuhkan dana yang sangat besar, juga belum tentu hasil dari
tahapan kegiatan tersebut terbukti mempunyai nilai yang prospek untuk
dieksploitasi.
Cara langsung ini biasanya ditambahkan berdasarkan foto udara atau peta
topografi. Cara tidak langsung dilakukan dengan mendeteksi anomaly yang terjadi
di sekitar lokasi penyelidikan. Pendeteksian ini menggunakan peralatan geofisika
seperti gravitymetri, seismik magnetik, elektrik, elektromagnetik atau radiometrik.
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian
yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi
pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Langkah-langkah
yang dilakukan pada tahap ini adalah:
b. Survei dan Pemetaan. Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi
sudah tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala
geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 :
25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih
dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat
menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-
Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan,
gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dan data lain yang mendukung
untuk dipakai dalam menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan
memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai
prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.
Pada tahap ini dibuat rencana produksi, rencana kemajuan tambang, metode
penambangan, perencanaan peralatan dan rencana investasi tambang. Dengan
melakukan analisis ekonomi berdasarkan model, biaya produksi penjualan dan
pemasaran maka dapatlah diketahui apakah cadangan bahan galian yang
bersangkutan dapat ditambang dengan menguntungkan atau tidak. Feasibility
Study Merupakan kegiatan untuk menghitung dan mempertimbangkan suatu
endapan bahan galian ditambang dan atau diusahakan secara menguntungkan.
Sebelum kegiatan perencanaan dan perancangan tambang diperlukan kegiatan
study kelayakan yang menyajikan beberapan informasi :
• Pendahuluan, ringkasan, pengertian-pengertian
• Umum: lokasi, iklim, topografi sejarah, kepemilikan, status lahan dan
transportasi.
• Permasalahan lingkungan: kondisi kini, baku, permasalahan yang perlu
dilindungi, reklamasi lahan, study khusus, perizinan.
• Faktor geologi: keberadaan endapan, genesa, struktur, mineralogy dan
petrografi.
• Cadangan bahan galian: prosedur eksplorasi, penemuan bahan galian,
perhitungan jumlah cadangan, dan kadar rata-rata.
• Perencanaan tambang: development, dan eksploitasi
• Pengolahan: fasilitas ditempat yang diperlukan
• Bangunan dipermukaan : lokasi dan perencanaan konstruksi
• Fasilitas pendukung: listrik, pengadaan air, jalan masuk, lokasi tanah buangan,
perumahan.
• Karyawan: tenaga kerja dan staff
• Faktor alam dan geologi: kondisi hydrologi, type endapan biji, topografi dan
karakter metallurgi dari bijih maupun batuan;
• Faktor ekonomi: kadar endapan bijih, jumlah endapan bijih, SR, COG, biaya
operasi, biaya investasi, keuntungan yang dikehendaki, produksi rata-rata dan
kondisi pasar
• Faktor teknik: peralatan, kondisi atap, dinding atau lereng, pit, tinggi jenjang,
tanjakan jalan, batas KP dan batas pit pada kegiatan tambang terbuka.
Lokasi;
Pada tahapan development ini, biaya yang dikeluarkan cukup besar untuk
mempersiapkan proses penambangan berjalan aman dan mengikuti penambangan
yang baik dan benar (good mining practice).
2) Kondisi geologi dan hidrologi seperti mineralogi dan petrologi (sulfida atau
oksida); komposisi kimia (utama, hasil samping, mineral by product); struktur
endapan (lipatan, patahan, intrusi, diskontinuitas); bidang lemah (kekar,
fracture, cleavage dalam mineral, cleat dalam batubara); keseragaman,
alterasi, erosi; kondisi air tanah dan hidrologi;
1.2.7. Pemasaran
Konsentrat yang mengeras (cake) dari rotary vacuum disc filter selanjutnya
dikeringkan dengan pembakar rotary kiln. Konsentrat kering dengan kandungan air
sekitar 9% disimpan di dalam gudang konsentrat. Sebagai proses akhir, konsentrat
dari gudang dimuat ke kapal dengan menggunakan ban berjalan (conveyor). Kapal
konsentrat dimuat sebagian pada dermaga 'concentrate jetty'. Penggunaan
tongkang diperlukan karena kedalaman air yang tidak memungkinkan kapal angkut
untuk pemuatan penuh secara langsung. Setiap tahun kami mengapalkan
konsentrat lebih dari 100 kapal.
1.2.8. Reklamasi
Dalam hal penanganan Potensi Air Asam Tambang pada lokasi penambangan
dapat dicegah dengan menghindari terpaparnya bahan mengandung sulfida pada
udara bebas. Secara kimia kecepatan pembentukan asam tergantung pada pH,
suhu, kadar oksigen udara dan air, kejenuhan air, aktifitas kimia Fe3+, dan luas
permukaan dari mineral sulfida yang terpapar pada udara. Sementara kondisi fisika
Endapan mesozonal terbentuk pada suhu 300 - 475oC pada kedalaman 6 - 12 km.
Endapan ini terletak agak jauh dari tubuh intrusi. Sumber panas utama berasal dari
fluida panas yang bergerak naik dari lokasi intrusi menuju lokasi terbentuknya
endapan ini. Fluida tersebut berasal dari air meteorik yang masuk menuju lokasi
intrusi dan mengalami pemanasan yang selanjutnya naik menuju lokasi endapan
mesotermal. Logam utama yang terdapat pada endapan ini antara lain emas, perak,
tembaga, seng dan timbal. Mineral bijih yang ditemukan berupa sulfida, arsenida,
sulfantimonida, dan sulfarsenida. Pirit, kalkopirit, sfalerit, galena, tetrahedrit, dan
tentalit ((Fe, Mn)Ta2O6) serta emas stabil yang merupakan mineral bijih paling
banyak ditemukan.
Mineral pengotor yang dominan adalah kuarsa, namun ditemukan juga mineral
karbonat seperti kalsit, dolomit, ankerit dan sedikit siderit, florit yang merupakan
asosiasi penting. Endapan epizonal terbentuk pada suhu 150 - 300°C pada
kedalaman kurang dari 6 km dan berada dekat dengan permukaan bumi. Sumber
panas utama pada endapan ini berasal dari fluida panas yang bergerak naik dari
lokasi intrusi menuju lokasi terbentuknya endapan. Dengan kata lain, fluida panas
tersebut telah melewati zona endapan mesotermal.
Gambar 2.2. Tatanan tektonik tempat terbentuknya cebakan bijih (Goldfarb & Groves, 2015)
Para perencana tambang harus mampu mengakomodasikan beberapa hal yang berperan
dan memengaruhi pemilihan metode penambangan. Ketika jumlah produksi yang
diharapkan cukup besar, kualitas kadar bijih dan pengembalian investasi serta umur
tambang dapat dipenuhi oleh deposit yang ada, maka persoalan pemilihan dapat
diselesaikan dengan mudah. Namun ketika tidak sesuai dan dihadapkan kepada
Pengangkutan dilakukan dengan sistem siklus, artinya truk yang telah diisi
langsung berangkat tanpa harus menunggu truk yang lain. Setelah membongkar
muatan langsung kembali ke lokasi penambangan untuk diisi ulang. Sinkronisasi
Gambar 3.1. Tambang Open pit milik PT Freeport di Grasberg (Varagur, 2017)
Gambar 3.2. Tambang Emas Open Cast di Waihi, New Zealand (Opaska, 2017)
Metode open stope diaplikasikan untuk cebakan emas primer yang batuan di
sekitar urat emas tersebut mempunyai kekuatan yang sangat baik, sehingga tidak
memerlukan penyanggaan. Pada umumnya metode ini menerapkan penambangan
sederhana, tradisional dengan menggunakan buruh-buruh yang hanya memahami
sedikit pengetahuan tentang cebakan emas. Ciri-ciri cebakan emas yang ditambang
dengan metode ini adalah :
cebakan emas dengan batuan induk di sekitarnya relatif keras, sehingga tidak
mudah runtuh;
cebakan yang ada berbentuk vein dengan kemiringan yang terjal, sekitar lebih
dari 70o;
urat bijih mempunyai ukuran yang tidak terlalu besar dengan ketebalan kurang
dari 5 meter; dan
mudah membedakan antara batuan induk dengan urat emas.
Sedangkan metode open stope sendiri dibedakan berdasarkan cara
penambangannya, yaitu metode gophering/coyoting, glory hole, shrinkage stoping
dan sublevel stoping.
Metode gophering/coyoting umumnya dicirikan dengan arah penambangan
hanya mengikuti arah endapan bijih; pengerjaannya tidak sistematis; alat dan cara
penambangannya sangat sederhana; serta tanpa perencanaan rinci, karena dalam
penambangnya hanya mengikuti arah endapan.
Metode glory hole adalah metode tambang bawah tanah open stope yang
pembuatan lubang bukaannya dilakukan secara bebas karena batuan pengapit
Gambar 4.1. Model tambang (a) Ghopering/Coyoting, (b) Gloryhole, (c) Shrinkage dan
(d) Sublevel Stoping
(a) Sumber: https://hiddensandiego.net/gopher-mine.php, diunduh tanggal 3-12-2018.
(b) Sumber: http://www.rockymountainprofiles.com/Glory%20Hole%20Mine%20Colorado.html, diunduh tanggal 3-12-2018
(c) & (d) Sumber : Atlas Copco, 2007.
Penambangan cut and fill adalah salah satu metode yang cukup populer
diaplikasikan untuk badan bijih emas yang memiliki batuan pengapit yang kurang
kuat. Square set stoping hampir sama dengan cut and fill stoping, membutuhkan
pengisian rongga tambang, namun, hal tersebut bergantung pada jenis dari
penyangga kayu yang menahan dinding tidak runtuh selama proses penambangan.
Metode penambangan ini sudah kurang populer karena tingginya biaya tenaga kerja
dan kebutuhan kayu untuk penyangga. Di negara-negara yang memiliki tenaga
kerja murah, teknologi ini masih sering ditemukan, meskipun hanya diterapkan pada
cebakan emas yang berkadar tinggi. Stull stoping adalah metode penambangan
berpenyangga yang memanfaatkan kayu serta baut batuan (rock bolt), umumnya
badan bijih yang berbentuk tabular memanjang. Metode ini umumnya diterapkan
untuk badan bijih yang memiliki kemiringan (dips) antara 10° sampai 45°. Sering
Metode ambrukan atau lebih dikenal dengan istilah block caving adalah salah
satu cara penambangan bawah tanah dengan memangkas blok-blok besar badan
bijih dari bawah bawah blok tersebut, sedemikian hingga bijih tersebut runtuh akibat
beban dirinya sendiri. Selanjutnya bijih yang runtuh tersebut didorong (ditarik) dari
drawpoint dan diangkut menuju alat penghancur (crusher). Metode ini menghasilkan
efisiensi sumberdaya yang tinggi, namun berpotensi berbahaya bila tidak
Gambar 4.3. UG Supported Methods: a) Cut & Fill, Stull, Square Set Stoping
a) Sumber: Atlas Copco, 2007
b) & c) Sumber: Sumber: https://wikivividly.com/wiki/Stoping, diunduh tanggal 03-12-2018.
(a) (b)
Gambar 5.1. Proses Pembentukan Mineral Hidrotermal dan Hidrogenetik pada laut
Dalam (Birney et al., 2006)
Pada tahun 1977 sebuah kapal selam kecil NOAA tersandung pada sesuatu
yang baru yaitu black smokers. Black smokers ini merepresentasikan ventilasi
hidrotermal yang dapat menjawab teka-teki dasar laut di zona lempeng aktif
sepanjang "cincin api" Pasifik. Air laut merembes melalui kerak, membawa logam-
logam berharga dan kemudian terjadi proses pemanasan yang sangat tinggi melalui
cerobong-seperti struktur, kadang-kadang setinggi 30 m; logam memuntahkan asap
hitam dan terendapkan pada areal proksimal, sehingga membentuk kerak sulfida
(Birney, et.al, 2006). Ini adalah proses yang serupa dengan keterjadian deposit di
daratan yang kaya akan deposit sulfida.
Black smokers merupakan tanda adanya deposit yang kaya akan bijih emas,
tembaga dan seng. Proses pencarian dan penambangan dasar laut untuk mineral
lainnya juga dilakukan oleh beberapa perusahaan pertambangan. Pada tahun 1978,
Atlas Copco, 2007. Mining Methods in Underground Mining, Second edition 2007,
www.atlascopco.com.
Birney, Kristi, Amber Griffin, Jonathan Gwiazda, Johnny Kefauver, Takehiko Nagai,
and Douglas Varchol. 2008. Potential Deep-sea Mining of Seafloor Massive
Sulfides: A Case Study in Papua New Guinea. Ms. University of California
at Santa Barbara, Santa Barbara. 13 Aug. 2008 <http://www.bren.ucsb.edu/
research/documents/ VentsThesis.pdf>.
Evan, A.M., 1993. Ore Geology and Industrial Minerals an Introduction, Blackwell
Publishing.
Goldfarb, R.J. and Groves, D.I., 2015.Orogenic gold: Common or evolving fluid and
logam sources through time. Elsevier-Lithos 233 (2015) 2–26
Hartman, H.L., Mutmansky, Jan M., 2002: Introductory Mining Engineering, John
Wiley & Sons Inc.
Lastra, M.R. and Chase, C.K., 1984 Permeability, solution delivery and solution
recovery: critical factors in dump and heap leaching of gold. Min. Eng., 36
(11),1537-1539.
Lindgren, W., 1933. Mineral deposits. Fourth edition, revised and reset. 4th
impression. McGraw-Hill. New York.
Opaska, P. (2017). Martha mine, opencast gold mine, Waihi, New Zealand. Diakses
tanggal 21-Januari-2019, dari:
https://www.123rf.com/photo_16317063_martha-mine-opencast-gold-
mine-waihi-new-zealand.html
Pennington, S.M., 2009. Deep-Sea Mining in Papua New Guinea: Policy Frontier.
Masters project submitted in partial fulfillment of the requirements for the
Master of Environmental Management degree In the Nicholas School of the
Environment and Earth Sciences of Duke University.
Schlitt, W.J.K. 1984. The role of solution management in heap and dump leaching.
In Au and Ag Heap and Dump Leaching Practice Edited by J.B. Hiskey. New
York: American Institute of Mining, Logamlurgical, and Petroleum Engineers
pp. 69-83.
https://www.voanews.com/a/showdown-in-indonesia-brings-gold-mine-to-
standstill/3741401.html, diunduh tanggal 2-12-2018.
http://www.rockymountainprofiles.com/Glory%20Hole%20Mine%20Colorado.html,
diunduh tanggal 3-12-2018