Anda di halaman 1dari 33

USULAN PENELITIAN

KAJIAN TEKNIS KOMINUSI BATUBARA


BERDASARKAN PRODUKTIVITAS FEEDER DI
PT. DIZAMATRA POWERINDO DESA KEBUR,
KECAMATAN MERAPI BARAT KABUPATEN LAHAT,
SUMATERA SELATAN

NORMA MUTIARA MUNTHE


F1D113009

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2020
USULAN PENELITIAN

KAJIAN TEKNIS KOMINUSI BATUBARA


BERDASARKAN PRODUKTIVITAS FEEDER DI
PT. DIZAMATRA POWERINDO DESA KEBUR,
KECAMATAN MERAPI BARAT KABUPATEN LAHAT,
SUMATERA SELATAN

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam melakukan penelitian dalam rangka
penulisan Skripsi pada Program Studi Teknik Pertambangan

NORMA MUTIARA MUNTHE


F1D113009

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2020
HALAMAN PENGESAHAN

KAJIAN TEKNIS KOMINUSI BATUBARA


BERDASARKAN PRODUKTIVITAS FEEDER DI
PT. DIZAMATRA POWERINDO DESA KEBUR,
KECAMATAN MERAPI BARAT KABUPATEN LAHAT,
SUMATERA SELATAN

Oleh :
NORMA MUTIARA MUNTHE
F1D113009

Disetujui:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Drs, Faizar Farid, M.Si M. Ikrar Lagowa, S.T., M. Eng.Sc


NIP. 195812171989021001 NIP. 198902142019031011

Diketahui:

Dekan Ketua Program Studi

Prof. Drs. Damris M, M.Sc., PhD. Wahyudi Zahar,S.T., M.T

NIP. 196605191991121001 NIP. 196207011989021001


DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................i

I. PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah..........................................................2

1.3 Batasan Masalah......................................................................................2

1.4 Hipotesis.................................................................................................. 2

1.5 Tujuan Penelitian.....................................................................................2

1.6 Manfaat Penelitian...................................................................................3

II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................4


2.1 Curah Hujan............................................................................................ 4

2.2 Ukuran Batubara Dengan Proses Crushing..............................................5

2.3 Proses Penambangan dan Pengolahan Batubara di PT. Dizamatra


Powerindo...................................................................................................... 6

2.4 Produktifitas Excavator............................................................................9

2.5 Menghitung Kapasitas Hopper..................................................................9

2.6 Belt Conveyor ........................................................................................10

2.7 Analisis Belt Conveyor............................................................................12

Menghitung Kecepatan Belt......................................................................14

Menentukan Kapasitas Belt......................................................................14

2.8 Crusher.................................................................................................. 15

2.9 Kominusi................................................................................................ 16

Kominusi di Dizamatra Powerindo............................................................17

III. METODOLOGI PENELITIAN............................................................18


3.1 Tempat dan Waktu.................................................................................19

3.2 Peralatan................................................................................................ 20

3.3 Metode Penelitian...................................................................................20


i
Pengumpulan Data...................................................................................20

Studi literatur........................................................................................... 21

Orientasi Lapangan..................................................................................21

3.4 Analisis Data..........................................................................................21

3.5 Diagram Penelitian.................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................23

ii
Daftar Gambar

Gambar 1 Alur kegiatan penambangan dan pengolahan di PT. Dizamatra


Powerindo (Sumber: Penulis).............................................................................5
Gambar 2 Komponen Kontruksi pada Belt Conveyor (Swinderman, 2004)........10
Gambar 4 Kegiatan Penelitian..........................................................................20

Daftar Tabel
iii
Tabel 1 Data curah hujan di Sumatera Selatan Tahun 2018..............................2
Tabel 2 Hubungan Antara Karakteristik Material, Sifat Mampu Alir, Angle of
Surcharge dan Angle of Repose (Swinderman, 2004)........................................11
Tabel 3 Nilai Bulk Density dan Angle of Repose Setiap Jenis Batubara
(Swinderman, 2004).........................................................................................12
Tabel 4 Rincian Waktu Kegiatan......................................................................17

iv
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT Dizamatra Powerindo merupakan perusahaan tambang batubara
yang berlokasi di Desa Kebur, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat,
Provinsi Sumatera Selatan. Aktivitas penambangan yang dilakukan oleh PT
Dizamatra Powerindo menggunakan metode tambang terbuka.
Jenis batubara yang diproduksi PT. Dizamatra Powerindo layak
dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada PLTU. Batubara yang dihasilkan dari
front penambangan diletakkan pada stockpile room yang berupa tempat
penyimpanan atau penumpukan sementara batubara hasil penambangan dari
pit untuk kemudian dipisahkan dari mineral pengotornya terlebih dahulu
melalui proses kominusi. Lokasi stockpile room dibuat berada dekat dengan
lokasi unit kominusi untuk memperlancar proses pengangkutan. Batubara yang
telah ditumpuk di stockpile room nantinya akan dimuat excavator backhoe ke
hooper dan dibawa oleh feeder berupa belt conveyor menuju mesin peremuk
(crusher).
Pemindahan bahan galian memiliki karakteristik memiliki karakteristik
yang berbeda terhadap bentuk dan ukuran. Hal ini dipengaruhi oleh kinerja belt
conveyor. Salah satu alat angkut yang dapat bekerja secara berkesinambungan
baik pada keadaan miring, tegak maupun mendatar adalah belt conveyor. Pada
pengolahan batubara ini ditemukan kendala dimana belt conveyor tidak mampu
mencapai target produksi batubara.
Produktifitas belt conveyor memiliki target tiap bulannya, namun dalam
kegiatan produktifitas aktual dilapangan target produksi tersebut tidak dapat
dicapai. Hal ini menunjukkan bahwa ditemukan kendala yang sering
menghambat tidak tercapainya target produksi batubara tersebut yang dapat
disebabkan oleh rusaknya belt conveyor, umur alat belt conveyor yang sudah
tua, serta gangguan-gangguan lainnya di area crushing plant sehingga kinerja
belt conveyor terganggu. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian teknis
pengolahan batubara menuju stockpile sehingga kinerja belt conveyor dapat
berjalan secara optimal dan target produksi dapat tercapai dengan
meminimalisir kendala yang ada.
Penelitian ini akan mengkaji produktifitas feeder sebagai upaya
optimalisasi kerja unit crusher. Nilai produktifitas angkut aktual yang mampu
dilakukan belt conveyor akan dibandingkan dengan spesifikasi belt conveyor
tersebut. Nilai produktifitas angkut aktual belt conveyor dipengaruhi oleh
beberapa parameter seperti laju dan kapasitas belt conveyor. Penyesuaian
1
2

parameter-parameter ini dapat dilakukan guna mendapatkan produktifitas


angkut yang sesuai dengan nilai target pemindahan batubara per satuan waktu
yang telah ditetapkan (Juanda, 2002). Untuk mencapai target tersebut
dilakukan pengawasn yang rutin dan pengaturan kecepatan laju belt conveyor,
yang disesuaikan dengan kapasitas kerja crusher.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah


1. Bagaimana kondisi aktual operasi peremukan (kominusi) batubara?
2. Bagaimana pengaruh kecepatan feeder terhadap produktifitas dan
ukuran hasil kominusi batubara?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi produktifitas pengolahan batubara
pada feeder?

1.3 Batasan Masalah


Penelitian ini hanya dilakukan pada primary crusher pada proses
kominusi batubara PT. Dizamatra Powerindo

1.4 Hipotesis
Semakin tinggi kecepatan feeder maka hasil produksi akan meningkat
dan hasil kominusi batubara akan semakin besar

1.5 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dilakukannya penelitian mengenai kajian teknis
kominusi batubara berdasarkan produktivitas feeder di PT Dizamatra Powerindo
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kondisi aktual operasi peremukan (kominusi) batubara dan
feeder.
2. Mengetahui pengaruh kecepatan feeder terhadap produktifitas dan
ukuran hasil kominusi batubara.
3. Mengetahui faktor produktifitas pengolahan batubara pada feeder.

2
3

1.6 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk Perusahaan, sebagai sumbangan pemikiran bagi perusahaan
dalam upaya optimalisasi kapasitas angkut feeder. Hasil dari penelitian dapat
menjadi bahan pertimbangan pada kegiatan yang berada di area penambangan
dan untuk perushaan tersebut.

Untuk Perguruan Tinggi, sebagai referensi untuk para akademisi dalam


menambah ilmu pengetahuan mengenai kajian teknis feeder untuk optimalisasi
kapasitas transfer dalam kominusi batubara PT. Dizamatra Powerindo

Untuk peneliti, dapat menerapkan ilmu yang diperoleh saat


perkuliahaan terhadap solusi untuk kestabilan lereng dan dapat diamati
langsung dilapangan
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Curah Hujan

Curah hujan di Sumatera Selatan berada dalam isohyat (garis curah


hujan) antara 1500 mm-2000 mm per tahun dengan rata-rata curah hujan per
tahunnya sebesar 1.716,37 mm dengan rata-rata hari hujan 130 hari. Musim
hujan pada bulan oktober sampai juni. Seperti yang ditunjukkan pada tabel 1

Tabel 1 Data curah hujan di Sumatera Selatan Tahun 2018

Bulan Curah Hujan


Januari 70.5

Februari 172.5
Maret 222
April 179.5
Mei 221
Juni 229.5
Juli 52.5
Agustus 140
September 109
Oktober 395.5
November 188
Desember 118
2098

Dalam musim hujan kinerja alat dalam unit crushing plant akan kurang
efektif dalam produktifitasnya. Jika hari hujan berkurang dalam sebulan maka
produksi serta efesiensi kerja bisa meningkat. Efisiensi ini bisa ditingkatkan
dengan cara kerja alat lebih tepat waktu. Dimana perlu mengupayakan waktu-
waktu hambatan yang ada dan meningkatkan disiplin kerja agar waktu tidak
banyak terbuang.

4
5

2.2 Ukuran Batubara Dengan Proses Crushing

Batubara dari tambang yang berukuran besar lebih dari pada 1 meter
dapat dikecilkan menjadi berukuran kurang daripada 100 mikron. Pada
umumnya batubara dari tambang masih berukuran cukup besar. Sehingga
sangat tidak mungkin dapat secara langsung digunakan atau diolah lebih
lanjut.

Batubara yang berukuran besar biasanya berkadar sangat rendah dan


terikat dengan mineral pengotornya. Untuk dapat diolah dan untuk dapat
meningkatkan kadar mineral tertentu harus melalui operasi pengecilan ukuran
terlebih dahulu.

Dalam pengolahan batubara, biasanya dimulai dengan operasi sizing


dimana batubara dipisahkan berdasarkan besar ukuran. Pengecilan ukuran
batubara di PT. Dizamatra Powerindo menggunakan jaw crusher.

Crushing digunakan untuk pengecilan ukuran sampai ukuran batubara


kurang lebih 20 mm. Dalam penelitian ini, tahapan peremukan batubara
dilakukan pada primary crushing dimana dalam pengecilan ukuran batubara
sampai dengan 20 cm. Kemampuan alat dalam mengecilkan ukuran sangat
terbatas, sehingga pengecilan selalu dilakukan bertahap.

Dalam pengecilan batubara, besar kecilnya nilai batubara untuk


diremukkan dinyatakan dengan suatu indeks yang disebut Hardgrove
Grindability Indexatau HGI. Semakin kecil nilai HGI, berarti semakin sulit
peremukkannya dan apabila semakin besar nilai HGI berarti semakin mudah
peremukannya.

Pada pembangkit listrik (steam coal) batubara yang digunakan terlebih


dahulu menjadi partikel halus sebelum dimasukkan ke dalam boiler. Bila
batubara terlalu keras, yang berarti nilai HGI kecil, maka akan menurunkan
performa dari mesin penggerus (mill). Dengan kata lain, bila nilai HGI semakin
rendah, maka diperlukan daya yang lebih besar bagi mesin peremuk. Karena itu
para pengguna banyak menetapkan nilai HGI di atas 45 untuk batubara.

HGI batubara ini menentukan nilai ketergerusan atau tidak mudahnya


batubara tersebut untuk digerus. Sifat penggerusan tersebut dibutuhkan baik
oleh para perancang maupun untuk pemakai unit (peralatan) penggerusan
batubara karena kapasitas penggerusan unit penggerusan berhubungan dengan
kemudahan pengecilan batubaranya. Batubara yang lunak relatif
6

membutuhkan lebih sedikit energi dalam penggerusan dibandingkan dengan


batubara yang keras. Sehingga biaya operasi keseluruhan pemanfaatan
batubara sebagian ditentukan oleh sifat penggerusan batubara yang tersedia.

Distribusi ukuran batubara pada sample batubara yang dites berukuran


dibawah 70 mm dan diatas 2,38 mm. Rata-rata nilai ketergerusan bervariasi
dari 34 sampai 55 dan dapat dikelompokkan menjadi:

a. Sangat keras (<40)


b. Keras (40-50)
c. Sedang (>50)

2.3 Proses Penambangan dan Pengolahan Batubara di PT. PT. Dizamatra


Powerindo

Penambangan di PT. Dizamatra Powerindo menggunakan sistem


tambang terbuka PT. Dizamatra Powerindo menggunakan metode Strip mining,
Pengolahan batubara di PT PT. Dizamatra Powerindo dilakukan dengan
beberapa tahapan. Setelah batubara dieksploitasi akan diangkut dan dibuat
pada stockpile sementara, sebelum batubara tersebut diolah untuk dipasarkan.
Alur kegiatan penambangan dan pengolahanbatubara yang dilihat seperti pada
Gambar 1.
7

PERINTISAN LAND CLEARING

DRILLING & BLASTING PENGUPASAN

LOADING PENIMBANGAN

PENGANGKUTAN PENUMPUKAN

PENAMPUNGAN
PENGOLAHAN

PEREMUKAN

Gambar 1 Alur kegiatan penambangan dan pengolahan di PT. Dizamatra Powerindo


(Sumber: Penulis)

Perintisan (pioneering), Perintisan adalah pembuatan jalan masuk


untuk pembukaan daerah penambangan baru (front baru) sampai bisa
menempatkan peralatan. Biasanya meliputi penebangan pohon dan
pembersihan dari semak belukar.

Pembersihan Lahan (Land Clearing), Pembersihan lahan merupakan


kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan ditambang
mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran besar.Alat yang
biasa digunakan adalah buldozer ripper dan dengan menggunakan bantuan
mesin potong chainsaw untuk menebang pohon dengan diameter lebih besar
dari 30 cm. Pada perusahaan tambang PT. Dizamatra Powerindo menggunakan
3 unit bulldozer, 1 unit Caterpillar D7R dan 2 unit Komatsu D85. Tanaman
seperti pohon Pinus hasil dari Land Clearing digunakan untuk bahan
pembuatan jembatan pada lorong saluran air asam tambang.

Pengupasan, Pengupasan merupakan kegiatan pengupasan tanah baik


itu tanah pucuk maupun overburden dan dipindahkan ke tempat yang sudah
disediakan (OB) menggunakan excavator sebagai alat angkut.
8

Drilling dan Blasting, Drilling and blasting merupakan salah satu


proses kegiatan pemboran dan peledakan untuk mengambil material. Kegiatan
ini dirancang sesuai denagn metode, bahan dan alat yang akan digunakan.

Pemuatan (Loading), Pemuatan adalah kegiatan pengambilan material


yang sudah diberaikan dipindahkan ke dalam alat angkut. Alat muat yang
tersedia di lapangan PT. Dizamatra Powerindo terdapat 5 unit Excavator 2 unit
Caterpillar 330DL, 1 unit Hitachi 350H, 2 unit Komatsu 300.

Penumpukan, Penumpukan merupakan kegiatan penempatan material


yang telah di eksploitasi sebelum dipasarkan. Tempat penumpukan sementara
ini dinamakan stockpile.

Penimbangan, merupakan kegiatan menimbang jumlah batubara yang


diangkut oleh dump truck yang akan dibawa ke stockpile.

Penumpukan, penumpukan ini dinamakan juga stockpile, dimana


stockpile merupakan penyangga antara pengiriman dan proses, sebagai stock
strategis terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang.
Stockpile juga berfungsi sebagai proses homogenisasi dan atau pencampuran
batubara untuk menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan.

Pengangkutan, pengangkutan ini menggunakan alat yang bernama


excafator, dimana excafator merupakan alat yang digunakan untuk alat angkut
agar mengumpan batubara ke hopper.

Penampungan, penampungan ini menggunakan alat yang bernama


hopper, dimana hopper merupakan alat yang digunakan dalam penampungan
batubara menuju ke belt conveyor. Terbuat dari baja yang tidak mudah rusak
karena gesekan.

Pengolahan, pengolahan ini menggunakan alat yang bernama belt


conveyor (feeder), dimana belt conveyor merupakan alat pengolahan batubara.
Pengolahan batubara yang telah diremukkan sesuai dengan ukuran yang
diinginkan. Alat yang terdiri dari sabuk yang tahan terhadap benda padat.

Peremukan, peremukan ini menggunakan alat yang bernama crusher,


dimana crusher merupakan alat peremukan material untuk merubah ukuran
batubara sesuai permintaan pasar.
9

2.4 Produktifitas Excavator

Excavator merupakan salah satu alat berat multifungsi yang banyak


digunakan pada pekerjaan konstruksi. Dalam pertambangan batubara alat ini
berfungsi sebagai pengangkat material seperti tanah batuan Pada tambang
terbuka, excavator tergolong dalam alat berat gali dan muat.

Besarnya produksi pengumpanan dapat diketahui dengan


memperhitungkan produksi persiklus dan besarnya kemampuan produktivitas
excavator yang mengangkat material dari stockpile room , produktivitas
excavator dapat dihitung

q = q1 x a

Keterangan :

Q = produksi persiklus bucket (ton)


q1 = kapasitas bucket (m3)
a = bucket fill factor
Ct = cycle time (detik)
Eff = effisiensi kerja
Q = produksi excavator (ton/jam)

2.5 Menghitung Kapasitas Hopper

Hopper adalah alat yang berfungsi untuk menampung material sebelum


material dimasukkan ke alat peremuk batuan (crusher). Dengan menampung
terlebih dahulu material yang ditampung didalam hopper maka pemberian
umpan pada crusher dapat dilakukan secara kontinyu.

Hopper adalah alat pelengkap pada rangkaian unit peremuk yang


berfungsi sebagai tempat penerima material umpan yang dalam hal ini berasal
dari lokasi stockpile room. Hopper ini dibuat dari beton dengan pelapis lembaran
baja pada dinding- dindingnya dengan tujuan agar terhindar dari keausan
akibat gesekan dan benturan dinding dengan material. Pada Hopper terdapat
sebuah Net Greezly berukuran 100 mm. Kapasitas hopper dapat dihitung
dengan Pers.berikut.
10

K = T x L x v x Bi

Keterangan :
Vhopper = Volume hopper (ton)
K = Kapasitas (ton/jam)
T = Tebal material (m)
L = Lebar bawah feeder (m)
V = Kecepatan (m/jam)
Bi = Bobot isi (ton/m)

2.6 Belt Conveyor .

Belt conveyor adalah suatu alat pemindah bahan yang berbasis teknologi
tinggi di sebagian besar industi yang sedang berkembang di negara Indonesia.
Dengan menggunakan Belt conveyor, perusahaan mampu menghemat biaya
produksi yang tinggi, serta meningkatkan laju produksi dengan kecepatan yang
signifikan dan stabil (Alfian, H. 2011).

Belt conveyor adalah alat angkut yang bisa dipakai untuk jarak pendek,
sehingga biasa disebut belt loader atau belt domper, namun bisa juga dipakai
untuk jarak angkut yang jauh melebihi 1500 meter. Sekarang sudah ada belt
conveyor sebagai alat transportasi untuk jarak jauh yang melebihi 30 km.
Biasanya belt conveyor dipilih apabila tonase material yang akan diangkut per
satuan waktu adalah besar (Indonesianto, 2005)

Belt conveyor atau konveyor sabuk adalah media pengangkutan yang


digunakan untuk memindahkan muatan dalam bentuk satuan atau tumpahan,
dengan arah horizontal atau membentuk sudut inklinasi dari suatu sistem
operasi yang satu ke sistem operasi yang lain dalam suatu jalur proses
produksi, yang menggunakan sabuk (belt) sebagai penghantar muatannya
(Zainuri, 2006).

Belt conveyor adalah alat pengangkut yang digunakan untuk


memindahkan muatan dalam bentuk satuan atau tumpahan, dengan arah
horizontal atau membentuk inklinasi dari suatu sistem operasi yang satu ke
sistem operasi yang lain dalam suatu line proses produksi, yang menggunakan
sabuk sebagai penghantar muatannya. Muatan yang dapat diangkut bermacam-
11

macam yang meliputi unit load dan bulk material. Jenis material muatan ini
sangat berpengaruh terhadap spesifikasi konveyor yang mengangkutnya.

Kecepatan belt conveyor merupakan komponen yang menentukan produksi,


daya, dan desain belt conveyor. Dari segi produksi, produktivitas belt conveyor
akan meningkat jika terjadi penambahan kecepatan. Dari segi daya,
penambahan kecepatan belt conveyor juga akan menambah daya yang
diperlukan.

Jika dilihat dari kondisi di pertambangan batubara maka belt conveyor


sangat handal untuk digunakan dalam beberapa penerapan antara lain :

1. Mengangkut material tambang / bahan galian dari lokasi penambangan ke


lokasi penumpukan.
2. Memuat material tambang/bahan galian dari dari lokasi penumpukan ke
kapal/tongkang pada pelabuhan.
3. Mengambil kembali (reclaiming) material tambang/bahan galian dari tempat
penumpukan dengan bantuan peralatan pengumpan.

Ban berjalan (belt conveyor) adalah suatu alat angkut material yang
dapat bekerja secara berkesinambungan pada kemiringan tertentu maupu
mendatar. Ban berjalan digerakkan oleh motor penggerak yang dipasang pada
head pulley. Ban akan kembali ke tempat semula karena dibelokkan oleh
pulley awal dan pulley akhir. Material yang didistribusikan melalui pengumpan
akan dibawa oleh ban berjalan dan berakhir pada head pulley. Pada saat proses
kerja di unit peremuk dimulai, ban berjalan harus bergerak terlebih dahulu
sebelum alat peremuk bekerja. Hal ini bertujuan mencegah terjadinya kelebihan
muatan pada ban berjalan. Pemakaian ban berjalan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu: sifat fisik, keadaan material, jarak pengangkutan, dan produksi.
Pemilihan alat transportasi (conveying transportation equipment) material
padatan antara lain tergantung pada:
1. Kapasitas material yang ditangani
2. Jarak pemindahan material
3. Arah pengangkutan : horizontal, vertikal dan inklinasi
4. Ukuran (size), bentuk (shape), dan sifat dari material (properties)
Kelebihan dari transportasi dengan belt conveyor antara lain bekerja
secara otomatis, mudah dalam memulai operasidan terus beroperasi secara
terus menerus. Belt conveyor hampir tidak memiliki waktu jeda atau istirahat
ketika beroperasi, tidak terganggu oleh cuaca BURUK, yang sering mengganggu
12

truk pengangkutan. Belt conveyor juga membutuhkan tenaga kerja yang jauh
lebih sedikit dibandingkan alat transportasi konvensional seperti truk

(Hartman,1992).

Gambar 2 Komponen Kontruksi pada Belt Conveyor (Swinderman, 2004)

Menurut standar dari Conveyor Equipment Manufacturers Association


(CEMA) konstruksi dasar conveyor secara umum terdiri dari:
1. Tail Pulley (dalam kasus tertentu dapat sebagai drive pulley dengan drive-
unit yang dipasangkan padanya).
2. Snub Pulley (pada head-end dan tail-end)
3. Internal belt cleaner (internal belt scrape)
4. Impact Idlers (impact roller)
5. Return Idlers (return roller)
6. Belt
7. Bend pulleys
8. Take-up pulley
9. Take-up unit
10. Carrying Idlers
11. Pulley cleaner
12. Eksternal belt cleaner (eksternal belt scraper)
13. Head pulley (biasanya sebagai discharge pulley dan juga drive pulley)

2.7 Analisis Belt Conveyor


Setiap material yang akan dipindahkan akan memiliki sifat
mampu alir, Angle of Surcharge dan Angle of Repose yang berbeda
dengan material lainnya tergantung karakteristiknya. Hubungan antara
sifat mampu alir, karakteristik material, Angle of Surcharge dan Angle of
Repose seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. (Swinderman, 2004).
11
12

Tabel 2 Hubungan Antara Karakteristik Material, Sifat Mampu Alir, Angle of Surcharge
dan Angle of Repose (Swinderman, 2004)

Ukuran
butir halus Bentuk Bentuk tidak
Sifat Aliran Material Bentuk tidak
dan partikel beraturan, curah secara beraturan,
Sangat
seragam, relatif bulat,
Lancar granular
Normal umum
Kurang berserabut,
Tidak lancar
lancar
bentuk permukaan atau seperti
lancar berserat,
butir relatif kering dan bongkahan batubara saling
bulat, licin, berat dengan berat bituminus, mengunci
sangat jenis Surchargeangle
jenis batu dan biji seperti
basah atau medium medium, tambang, cacahan
5º 10º: biji-
seperti 20º
seperti : dan 25º lain- kayu,30º pasir
sangat
kering bijian dan batubara, lain. untuk
seperti : butir kacang antrasit, pengecoran
Angle of repose
pasir silika tanah liat, yang sudah
kering, dan lain- dikeraskan.
0-19º 20-29º 30-34º 35-39º >40º
lain.
17

Menurut Swinderman (2004) setiap jenis batubara akan memiliki nilai


Bulk Density dan Angle of Repose yang berbeda. Contohnya nilai Bulk Density
3
batubara jenis Lignite adalah 40 - 45 lbf / ft , seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 3.

Bulk Weight
Material Angle of repose, deg
γ, lbf / ft³
Anthracite, river or culm, 0,125
60 35
inch and under
Anthracite, sized 55-60 27
Bituminous, mined 50 mesh
50-54 45
and under
Bituminous, mined and sized 45-55 35
Bituminous, run of mine 45-55 38
Lignite 40-45 38
Tabel 3 Nilai Bulk Density dan Angle of Repose Setiap Jenis Batubara (Swinderman,
2004)

Menghitung Kecepatan Belt

Dalam menentukan produktivitas belt, maka harus mengetahui


kecepatan masing-masing belt, yaitu dengan cara menentukan waktu
perpindahan material di dalam belt pada jarak yang telah ditentukan.
Kecepatan yang dimiliki belt conveyor dapat dihitung dengan
menggunakan rumus kecepatan sebagai berikut :
14

Menentukan Kapasitas Belt

Dalam menentukan kapasitas belt, ada beberapa komponen yang perlu


diperhatikan yaitu lebar belt, karakteristik material, dan sudut kemiringan idler.
Dalam penelitian ini, untuk semua belt conveyor penulis memakai nilai untuk
angle of trough (sudut idler/alas belt) dan angle of surcharge (sudut isian
material). Ketiga komponen tersebut akan menunjukkan berapa luas
penampang beban material yang ada pada masing-masing belt.
15

Keterangan :
C = kapasitas (ton/jam)
A = luas penampang (m2)
V = Kecepatan belt (m/s)
Ƿ = Densitas material (kg/m2)

2.8 Crusher

Crushing adalah proses pemecahan batubara dari ukuran besar menjadi


ukuran kecil. Alat untuk pemecahan batubara tersebut adalah crusher. PT. AIC
Jaya memakai Jaw crusher dimana alat mesin peremuk dengan bentuk dan
mekanisme yang sederhana untuk melakukan peremukan batuan yang
mengandung mineral dengan cara menjepit diantara dua buah plat (rahang
tetap dan rahang ayun) atau swing jaw, lalu dihancurkan dengan gaya tekan
remuk. Kegunaannya untuk menyeragamkan ukuran butir batubara mentah,
Maka, produktivitas unit peremuk dapat dihitung dengan rumus, yaitu :

60
Q  v  Ef  Sf
CT

Keterangan :
Q = Produktivitas(ton/jam)
V = Kapasitas hopper (kapasitas desain) = m3
Ef = Faktor efisiensi alat, = %
Sf = Faktor pengembangan material = %
60 = waktu dalam 1 jam (menit)
CT = Waktu edar unit peremuk = menit

Unit peremukan (crushing plant) merupakan rangkaian peralatan


mekanis yang digunakan untuk mereduksi ukuran hasil penambangan. Secara
umum peralatan yang digunakan didalam proses pengolahan ialah semua
peralatan yang dipakai dan diperlukan didalam siklus kegiatan pengolahan
bahan galian (Rizka dkk, 2017).

Jaw crusher merupakan suatu mesin atau alat yang banyak digunakan
dalam industri dibidang pertambangan, bahan bangunan, kimia, metalurgi dan
14

sebagainya. Sangat cocok untuk penghancuran primer dan sekunder dari


semua jenis material dan batuan dengan kekuatan sekitar 320 Mpa, seperti
16

bijih besi, bijih tembaga, bijih emas, bijih mangan, batu alkali, kerikil, granit,
basalt, kuarsa, dan bahan galian lainnya.

Jaw crusher mempunyai keunggulan struktur sederhana, kinerja stabil,


perawatan mudah, menghasilkan partikel akhir dan rasio penghancuran tinggi.
Jadi jaw crusher merupakan salah satu mesin penghancuran paling penting
dalam produksi penghancuran batu. Secara umum mesin crusher dapat
digunakan untuk mengurangi ukuran atau mengubah bentuk bahan tambang
sehingga dapat diolah lebih lanjut.

2.9 Kominusi

Kominusi adalah suatu proses untuk mengubah ukuran suatu bahan


galian menjadi lebih kecil, hal ini bertujuan untuk memisahkan atau
melepaskan bahan galian tersebut dari mineral pengotor yang melekat
bersamanya. Kominusi terbagi dalam 3 tahap, yaitu primary crushing
(menggunakan jaw crusher), secondary crushing (menggunakan jaw crusher),
dan tertiary crushing (menggunakan cone crusher) (Syam dkk, 2014).

Proses penghancuran atau kominusi bertujuan untuk memperkecil


ukuran batuan sehingga diperoleh butiran mineral dengan ukuran tertentu,
sesuai dengan persyaratan yang diperlukan baik sebagai bahan baku industri
(mineral industri) maupun untuk diolah lebih lanjut dalam proses metalurgi
juga mengekstraksi logamnya (mineral logam) dan untuk
melepaskan/membebaskan mineral berharga (liberasi) dari ikatan mineral
pengotornya, menjadi butiran yang bebas sempurna (Tobing, 2005).

Dalam proses kominusi itu memerlukan banyak energi, bahkan untuk


menggerakkan mesinnya saja memerlukan energi yang sangat besar. Selama
bertahun-tahun banyak peneliti telah berusaha untuk menentukan besarnya
energi yang dibutuhkan untuk menghancurkan suatu mineral. Mulai dari
menggerakkan alat peremuk (crusher) sampai ke penggerusan menggunakan
mesin penggerus laju giling. (Pulungan, 1999). Kominusi ada dua macam, yaitu:

1. Peremukan/pemecahan (crushing) untuk proses kering


2. Penggerusan/penghalusan (grinding) untuk proses basah dan kering.
3. Di samping itu kominusi, baik peremukan maupun penggerusan, bisa terdiri
dari beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap pertama/primer (primary stage)
b. Tahap kedua/sekunder (secondary stage)
c. Tahap ketiga/tersier (tertiary stage).
14

Kominusi di PT. Dizamatra Powerindo

Kominusi di PT. Dizamatra Powerindo dilakukan sampai pada tahap


dimana ukuran batubara sesuai dengan permintaan pasar. Pada perusahaan
PT. Dizamatra Powerindo permintaan pasar biasanya berukuran 50 mm, ini
sesuai kebutuhan dari PLTU.
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian Tugas Akhir ini akan dilaksanakan di PT PT. Dizamatra


Powerindo terletak di Desa Kebur, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat,
Provinsi Sumatera Selatan.

Waktu penelitian menyesuaikan mekanisme hari dan jam kerja


karyawan yang berlaku di PT Dizamatra Powerindo. Penelitian akan dilakukan
mulai tanggal 25 Februari 2020 sampai dengan 25 Maret 2020.

18
19

Tabel 4 Rincian Waktu Kegiatan

Februart-Maret
No Kegiatan Minggu Keterangan
Ke
4 1 2 3
1 Studi literatur Mempelajari teori-teori
yang berkaitan dengan
proses pengambilan data

2 Pengambilan Pengambilan data pads


data parameter klasifikasi belt
conveyor (feeder) dalam
kominusi batubara

3 Pengolahan data Pengolahan data pada


parameter belt conveyor
(feeder) dalam kominusi
batubara

4 Pembuatan Penyusunan laporan hasil


laporan penelitian
22

3.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kontrol feeder, digunakan untuk mengatur kecepatan feeder
2. Tali Rapia, digunakan untuk memberi tanda pada belt conveyor
3. Alat tulis, digunakan untuk mencatat semua data yang didapatkan
4. Kamera, digunakan untuk mengumpulkan foto-foto sebagai data pendukung
5. Stopwatch, digunakan untuk menghitung efisiensi waktu alat
6. Plastik sampel, digunakan sebagai tempat sampel ukuran batubara
7. Helm safety, safety shoes dan safety vest, digunakan untuk melindungi dari
bahaya

3.3 Metode Penelitian


Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian
empiris dengan data kuantitatif berupa pengujian variasi kecepatan feeder dan
produktifitas feeder di ruang control panel belt conveyor dan setelah itu diambil
sampel batubara yang dilakukan di jembatan sampel dan kemudian dianalisis.

Menurut Amiruddin (2004) metode penelitian empiris adalah penelitian


yang berfokus meneliti suatu fenomena atau keadaan dari objek penelitian
secara detail dengan menghimpun kenyataan yang terjadi serta
mengembangkan konsep/teori yang ada.

Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dilakukan sebelum dan saat penelitian. Data


yang dibutuhkan berupa data yang berkaitan dengan penelitian tugas akhir
kajian teknis belt conveyor (feeder) pada batubara, yang mana terdapat dua data
yang diambil oleh penulis, yaitu:

Data Primer. Data primer merupakan data-data yang didapat langsung


dari observasi di lapangan dengan bimbingan pembimbing lapangan beserta
karyawan yang terkait. Data primer yang dikumpulkan seperti:
1. Data aktual operasi peremukan batubara dan feeder
2. Data waktu operasional (kecepatan) feeder terhadap produktifitas
dan ukuran hasil kominusi batubara
3. Data faktor yang mempengaruhi produktifitas pengolahan batubara
pada feeder
Data Sekunder. Data sekunder merupakan data-data pendukung dari
data primer ataupun data yang telah tersedia yang dapat digunakan sebagai
acuan untuk menguatkan data primer yang didapatkan. Data sekunder yang
didapatkan seperti:
20

1. Data produktifitas excavator


2. Data kapasitas hopper
3. Data produktifitas belt conveyor (feeder)
4. Data produktifitas crusher
5. Target produksi batubara bulanan PT Dizamatra Powerindo
6. Pencapaian target produksi bulanan
7. Data kominusi batubara
8. Spesifikasi alat crushing plant
Studi literatur
Data-data yang didapat dari literatur atau pustaka adalah data-data
yang bersifat informatif mengenai pengolahan bahan galian, pengoperasian belt
conveyor (feeder), kominusi, produktivitas belt conveyor, kapasitas belt
conveyor, mekanisme kerja hopper. Bahan-bahan yang berisikan teori-teori
dapat diperoleh dari buku-buku, penelitian sebelumnya (jurnal), arsip
perusahaan.

Orientasi Lapangan
Orientasi lapangan yang merupakan pengamatan langsung yang
dilakukan dilapangan mengenai performa belt conveyor (feeder), volume hopper,
produktivitas excavator (feeder), kominusi, waktu edar alat angkut serta
mengamati langsung mekanisme kerja alat belt conveyor yang berada di
lapangan.

3.4 Analisis Data

Pengolahan data adalah proses analisis hasil pengamatan variabel yang


ada dilapangan secara deskriptif dan diolah secara kuantitatif, analisis
deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi dan situasi dalam
penelitian yang berbentuk pernyataan-pernyataan, yang dilukiskan dengan
perkataan serta untuk melihat gambaran umum dan secara kuantitatif yang
digunakan berupa grafik data untuk melihat kenaikan dan penurunan pada
jumlah produksi yang dihasilkan oleh setiap variasi kecepatan feeder.

3.5 Diagram Penelitian

Dalam melaksanakan tugas penelitian sangat diperlukan tata cara


urutan kegiatan selama di lapangan. Hal ini agar membantu dalam
mendapatkan hasil pengolahan data yang sesuai saat pengambilan data
dilapangan. Diagram penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar 4.
24

Kajian Teknis Kominusi Batubara Berdasarkan Produktifitas


Batubara PT.Dizamatra Powerindo

Studi Literatur dan


Observasi Lapangan

Permasalahan

Mengetahui kondisi aktual operasi peremukan (kominusi) batubara


dan feeder.

Mengetahui pengaruh kecepatan feeder terhadap produktifitas dan


ukuran hasil kominusi batubara.

Mengetahui faktor produktifitas pengolahan pada feeder.

Pengambilan Data

Data Primer Data Sekunder

Data kondisi awal Data produktifitas


excavator
operasi pengolahan di
Data kapasitas
belt conveyor (feeder) hopper
Data waktu Data produktifitas belt
operasional Belt conveyor (feeder)
Conveyor perhari Data produktifitas
Data kecepatan aktual crusher
Belt Conveyor di Target produksi
batubara bulanan PT
lapangan
Dizamatra Powerindo
Pencapaian target
produksi bulanan
Spesifikasi alat
crushing plant
Pengolahan Data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3 Kegiatan Penelitian


22

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, H. 2011. Analisa Pengaruh Ukuran Butir dan Tingkat Kelembaban Pasir
Terhadap Performansi Belt Conveyor pada Pabrik Pembuatan Tiang Beton.
Jurnal Dinamis Fakultas Teknik Usu,Volume.II No.8. Medan

Hartman, H.L. 1992. SME Mining Engineering Handbook. Society for Mining,
Metallurgy, and Exploration, Inc : Colorado

Juanda. 2002. Perancangan, Pemasangan, dan Perawatan Konveyor Sabuk dan


Peralatan Pendukung. PT. Junto Engineering : Bandung

Pulungan, L. 1999. Studi Optimasi Laju Giling Mineral Sulfida Dalam Bijih
Emas Asal Cineam. Skripsi Magister. Institut Teknologi Bandung .
Bandung

Rizka., Saismana, U,. Dan Hakim, R. N., “Evaluasi Kinerja Alat Support dan
Crushing Plant Dalam Rangka Pengoptimalan Produksi Batubara di PT
Asmin Bara Bronang”. Jurnal Himasapta, Vol 2, No.1, Hal 6-8.

Silitonga P.H. & Kastowo, 1995, Peta Geologi Lembar Solok, Sumatera, Peta
Geologi Bersistem Sumatera, PPPG, Bandung.

Swinderman. 2004. Belt Conveyors for Bulk Materials. Conveyor Equipment


Manufacturers Association : United States

Syam, M. A., Zaenal, dan Pulungan, L. 2014. “Kajian Kerja Alat Crushing Plant
Untuk Memenuhi Target Produksi Batubara PT. Nanriang Kecamatan
Muara Tembesi, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi”. Prosiding
Teknik Pertambangan, ISSN. 2460-6499.

Tobing, S.L. 2005. Prinsip Dasar Pengolahan Bahan Galian (Mineral Dressing).
Bandung

Zainuri, M.A. 2006. Mesin Pemindah Bahan. CV.Andi Offset : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai