Anda di halaman 1dari 137

TUGAS AKHIR

Pemodelan Fragmentasi Hasil Peledakan Batu Andesit


Di PT. Dempo Bangun Mitra Pangkalan Koto Baru Kabupaten 50 Kota Provinsi
Sumatera Barat

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Dalam Menyelesaikan Program S-1 Teknik Pertambangan

Oleh:

NILA RAHMAD DEFITA


TM/NIM: 19137079/2019

Konsentasi : Tambang Umum


Program Studi : S-1 Transfer
Jurusan : Teknik Pertambangan

PROGRAM STUDI S-1 TRANSFER TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberaian batuan merupakan salah satu tahapan yang sangat penting dalam

operasi penambangan. Pemberaian batuan dapat dilakukan dengan berbagai cara

tergantung dari karakteristik batuan yang akan diberai. Menurut Ghokale (2009:

36) “Metode pemberaian batuan yang umum digunakan lebih dari empat abad

yang lalu adalah pemboran dan peledakan”. Kegiatan peledakan bertujuan untuk

melepas atau memberaikan material dari batuan induknya agar ukuran

fragmentasi yang dihasilkan dapat memudahkan kegiatan penembangan

selanjutnya (Bhandari, 1997: 2-3).

PT. Dempo Bangun Mitra merupakan perusahaan swasta nasional yang

bergerak dibidang pertambangan khususnya batu andesite. Untuk pelaksanaan

kegiatan produksi batu andesite PT. Dempo Bangun Mitra melakukan kegiatan

pemberaian batu andesite dengan sistem drilling blasting. Karena material yang

akan diberai memiliki kekuatan batuan yang sangat keras. Menurut

Khamadibrata (2000) “Kegiatan peledakan dilakukan untuk material yang

dengan kuat tekan > 25 MPa”.

Dalam suatu perancangan kegiatan peledakan ada beberapa faktor yang perlu

diperhatikan, diantaranya tipe material, ketepatan pemboran, pola geometri, dan

bahan peledak yang digunakan (Bhandari, 1997:5). Keberhasilan suatu peledakan

biasanya dapat dilihat dari ukuran fragmentasi batuan yang dihasilkan. Oleh
karena itu, ukuran fragmentasi hasil peledakan menjadi hal yang sangat penting

untuk diperhatikan.

Berdasarkan penelitian di lapangan, kegiatan peledakan di PT. Dempo

Bangun Mitra menghasilkan fragmentasi hasil peledakan yang tidak seragam,

ada yang ukuran 10 cm sampai ukuran 100 cm, bahkan ada yang berukuran >

100 cm. Perusahaan mengkategorikan fragmentasi hasil peledakan berukuran

boulder yaitu > 60 cm. Adapun persentase boulder dari hasil peledakan aktual

yaitu ± 30 %, sehingga kinerja alat gali muat menjadi tidak efektif dan efisien.

Dalam jangka waktu panjang, hal ini mengakibatkan ketidak tercapaian target

produksi.

Keberhasilan kegiatan peledakan dapat dilihat dari fragmentasi yang

dihasilkan dalam proses peledakan. Sehingga perlu diketahui tingkat fragmentasi

batuan yang dihasilkan dalam proses kegiatan peledakan. Oleh karena itu, perlu

adanya suatu pemodelan fragmentasi yang dapat menggambarkan ukuran

fragmentasi hasil peledakan.

Untuk mengetahui ukuran fragmentasi batuan dapat ditentukan secara

teoritis. Selama bertahun tahun sejumlah model berbeda dikembangkan untuk

menggambarkan ukuran fragmentasi setelah peledakan (Ouchterlony, 2003).

Salah satu model yang sering digunakan untuk memprediksi ukuran fragmentasi

batuan yaitu model Kuz-Ram. Model Kuz-Ram merupakan pendekatan yang

paling banyak digunakan untuk memperkirakan fragmentasi hasil peledakan.

Selain model Kuz-Ram masih terdapat beberapa model fragmentasi yang


kemudian dikembangkan lagi dengan perubahan yang dibawa oleh distribusi

Swebrec dan model Kuznetsov-Cunningham-Ouchterlony (KCO).

Oleh karena itulah, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul

“Pemodelan Fragmentasi Hasil Peledakan Batu Andesit Di PT. Dempo

Bangun Mitra Pangkalan Koto Baru Kabupaten 50 Kota Provinsi Sumatera

Barat”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi beberapa masalah

sebagai berikut:

1. Rancangan geometri peledakaan yang diterapkan di PT. Dempo Bangun

Mitra belum optimal.

2. Masih banyaknya fragmentasi hasil peledakan berupa boulder, dimana

perusahaan menetapkan ukuran fragmentasi yang dikatakan dengan boulder

berukuran ≥ 60 cm sekitar ± 30%.

3. Belum adanya model dasar untuk memprediksi dengan baik terkait dengan

fragmentasi hasil peledakan batuan yang akan dihasilkan dari kegiatan

peledakan yang menyebabkan fragmentasi memiliki ukuran yang berbeda-

beda ataupun tidak sama.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang timbul dari

penelitian ini dibatasi pada:

1. Penelitian kegiatan peledakan dilakukan di PT. Dempo Bangun Mitra,


Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota, Propinsi Sumatera Barat.

2. Alat bor yang digunakan adalah bor Furukawa CRD-01 dengan diameter

lubang bor adalah 3 inch.

3. Bahan peledak yang digunakan adalah ANFO dengan detonator electric.

4. Memprediksi distribusi fragmentasi batuan hasil peledakan menggunakan

software split dekstop, model Kuz-Ram dan KCO.

5. Untuk perencanaan geometri peledakan ususlan menggunakan teori R.L.Ash

D. Rumusan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah, maka didapatkan rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kegiatan penambangan dan kegiatan peledakan aktual

di PT. Dempo Bangun Mitra?

2. Berapakah persentase fragmentasi peledakan yang dihasilkan dari proses

kegiatan peledakan aktual yang dilakukan di PT. Dempo Bangun Mitra

dengan menggunakan sofware split dekstop?

3. Bagaimanakah hasil dari prediksi pemodelan fragmentasi hasil peledakan

aktual batu andesit di PT. Dempo Bangun Mitra dengan menggunakan

model Kuz-Ram dan KCO?

4. Bagaimanakah desain usulan geometri peledakan yang lebih baik untuk

mengurangi fragmentasi boulder agar dapat fragmentasi yang optimal di PT.

Dempo Bangun Mitra?


E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penelitian yaitu sebagai

berikut:

1. Mendapatkan gambaran kegiatan penambangan dan dan kegiatan peedakan

aktual di PT. Dempo Bangun Mitra.

2. Mendapatkan persentase fragmentasi peledakan yang dihasilkan dari proses

kegiatan peledakan aktual yang dilakukan di PT. Dempo Bangun Mitra.

3. Mendapatkan pemodelan fragmentasi yang mendekati hasil fragmentasi

kegiatan peledakan aktual di PT. Dempo Bangun Mitra.

4. Mendapatkan desain geometri peledakan yang lebih baik untuk mengurangi

fragmentasi boulder agar dapat fragmentasi yang optimal di PT. Dempo

Bangun Mitra.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan penelitian ini diantaranya sebagai

berikut:

1. Bagi Peneliti

a. Penulis dapat mengaplikasikan teori perkuliahan kedalam kondisi nyata

di lapangan.

b. Menambah ilmu dan wawasan tentang kegiatan aktivitas penambangan

agar dapat menjadi bekal untuk memasuki dunia kerja nanti.

c. Sebagai salah satu sayarat untuk menyelesaikan program stara satu dan

memperoleh gelar sarjana teknik pada Fakultas Teknik Universitas


Negeri Padang.

2. Bagi Perusahaan

a. Sebagai referensi untuk menjadikan titik acuan yang dapat digunakan

sebagai perbandingan dan pedoman didalam melakukan rancangan

geometri peledakan di PT. Dempo Bangun Mitra, sehingga fragmentasi

hasil peledakan lebih baik.

b. Referensi bagi penelitian sejenis dan dasar untuk penelitian selanjutnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Lokasi Penelitian

1. Deskripsi Umum Perusahaan

PT. Dempo Bangun Mitra merupakan perusahaan swasta nasional yang

bergerak dibidang pertambangan khususnya pertambangan batu andesit

dengan lokasi penambangan berada di Jorong Koto Ranah, Nagari Koto

Alam dan Jorong Lubuk Jantan, Nagari Manggilang, Kecamatan Pangkalan

Koto Baru, Kabupaten Lima Puluh Kota.

Dalam pelaksanaan kegiatan operasi produksi batu andesit yang

dilakukan oleh PT. Dempo Bangun Mitra, Izin Usaha Pertambangan yang

dimiliki saat ini berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor

544-532-2016 Tentang Persetujuan Perpanjangan Pertama Izin Usaha

Pertambangan Operasi Produksi Batuan Kepada PT. Dempo Bangun Mitra

di Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat.

Sehubungan dengan bentuk dan karakteristik andesit yang terdapat pada

wilayah IUP Operasi Produksi PT. Dempo Bangun Mitra dimana merupakan

hasil instrusi dan termetamorfosis yang membentuk bukit, maka sistem

penambangan yang diterapkan adalah sistem tambang terbuka.


2. Lokasi Kesampaian Daerah

Secara administrasi Kabupaten Lima Puluh Kota adalah sebuah

kabupaten di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Ibukota Kabupaten ini

terletak di Sarilamak dengan luas wilayah 3,354.30 km². Kabupaten ini

terletak di bagian Timur wilayah Provinsi Sumatera Barat atau 124 km dari

Kota Padang, Ibukota Provinsi Sumatera Barat. Dimana peta lokasi

kesampaian daerah dapat dilihat pada Gambar 1 dibawaah ini.

Secara umum lokasi geografis PT. Dempo Bangun Mitra terletak antara

00025’ 28,71 LU dan 00022’ 14.52” LS serta antara 1000015’ 44, 10”–

1000050’ 47,80” BT. Luas daratan mencapai 3,354.30 km² yang berarti 7.94

% dari daratan Provinsi Sumatera Barat yang luasnya 42,229.64 km².

Adapun batas-batasnya sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu dan

Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar dan

Kabupaten Sijunjung.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Agam dan Kabupaten

Pasaman.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Propinsi

Riau.

Untuk mencapai wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Dempo Bangun

Mitra dari Kota Padang Provinsi Sumatera Barat dapat ditempuh


menggunakan jalur transportasi sebagai berikut :

a. Padang - Payakumbuh yang berjarak ± 116 km dan dapat ditempuh

selama 2 sampai 3 jam perjalanan dengan jalur yang dilalui berupa jalan

aspal dalam kondisi yang baik.

b. Payakumbuh - Nagari Manggilang yang berjarak ± 48 km dan dapat

ditempuh selama 1 jam perjalanan dengan jalur yang dilalui berupa jalan

aspal dalam kondisi yang baik.

Sumber: PT.Dempo Bangun Mitra


Gambar 1. Peta Kesampaian Daerah Penelitian
3. Keadaan Geologi dan Statigrafi

a. Geologi

Berdasarkan Peta Geologi daerah ini termasuk ke dalam Lembar

Padang, skala 1 : 1.000.000 yang dibuat oleh S. Gafoer, B. Hermanto

dan TC. Amin, 1992 diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi Bandung, terlihat bahwa Daerah kegiatan Studi

Kelayakan termasuk dalam jalur pegunungan Bukit Barisan dengan

bentuk morfologi pebukitan sedang sampai tinggi (700 sampai dengan

1,450 m) di atas permukaan laut. Relief di bagian Utara lebih kasar dan

terjal di banding pada bagian Selatannya, dimana peta geologi dapat

dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

Sumber: PT.Dempo Bangun Mitra


Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penelitian
b. Statigrafi

Stratigrafi di Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari beberapa

satuan batuan. Satuan tersebut berurutan dari tua ke muda, yaitu :

1) Satuan marmer (formasi kuantan) yang berumur pra-tersier yang

merupakan batuan dasar dari daerah tersebut.

2) Satuan konglomerat – batu pasir (formasi brani anggota kulampi)

merupakan endapan kipas aluvial yang berumur eosen akhir yang

diendapkan tidak selaras di atas satuan marmer.

3) Satuan batu pasir – batu lempung (formasi sawahlunto) merupakan

endapan sungai berkelok yang berumur eosen akhir – oligosen yang

diendapkan selaras di atas satuan konglomerat – batu pasir.

4) Satuan batu pasir (formasi sawah tambang) merupakan endapan

sungai teranyam – transisi yang berumur oligosen – miosen awal

yang diendapkan selaras di atas satuan batu pasir – batu lempung.

5) Satuan napal (formasi ombilin) merupakan endapan neritik tengah -

neritk luar yang berumur miosen awal yang diendapkan selaras di

atas satuan batu pasir dan satuan endapan aluvial yang berumur

resen yang diendapkan tidak selaras di atas satuan napal.

B. Kajian Teori

1. Peledakan (Blasting)

Peledakan adalah menghancurkan dan melepaskan batuan dari batuan

induknya dengan tingkat fragmentasi tertentu, dimana persiapan peledakan


sendiri diartikan sebagai suatu kegiatan yang ditujukan agar dapat

melaksanakan peledakan secara aman dan berhasil secara teknis dan

tindakan pengamanan yang tinggi.

Peledakan optimum bisa dijelaskan sebagai penempatan jumlah dan

jenis bahan peledak terencanakan pada posisi (titik- titik) yang telah

ditentukan semula dengan letak dan pemboran lubang ledak yang tepat dan

meledakkan lubang-lubang dengan hati-hati dalam jenjang inisiasi

terencanakan, sehingga dapat memecahkan secara ekonomis dan aman dan

memindahkan batuan dalam jumlah tertentu.

Operasi peledakan dapat dikatakan berhasil apabila pekerjaan tersebut

menghasilkan produk sesuai dengan yang direncanakan baik dari segi

jumlah maupun ukuran fragmentasi batuan hasil bongkarannya. Untuk itu

mendesain suatu peledakan sangat diperlukan sebelum melakukan kegiatan

peledakan.

a. Proses Pemecahan Batuan

Konsep yang digunakan adalah reaksi-reaksi mekanik pada batuan

homogen dan pemecahan. Batuan yang memiliki rekahan akan berbeda

dengan batuan yang homogen dalam sifat mekanisnya dan heterogen

dalam pekerjaan peledakan.

Menurut Supervisory Teknik Peledakan (1996) proses pecahnya

batuan terbagi menjadi tiga tahap dan dapat dilihat pada Gambar 3 di

bawah ini.
2) Proses Pemecahan Tingkat I (dynamic loading)

Pada saat bahan peledak meledak, tekanan tinggi

menghancurkan batuan di daerah sekitar lubang ledak. Gelombang

kejut yang mengakibatkan lubang ledak merambat dengan

kecepatan 9000 – 17000 ft/det akan mengakibatkan tegangan

tangensial, yang menimbulkan rekahan yang menjalar dari daerah

lubang ledak. Rekahan pertama menjalar terjadi dalam waktu 1 - 2

ms. Pada proses ini terjadi penghancuran batuan disekitar lubang

tembak dan energi ledakan diteruskan kesegala arah.

3) Proses Pemecahan Tingkat II (Quasi-Static Loading)

Tekanan akibat gelombang kejut yang meninggalkan lubang

ledak pada proses pemecahan tingkat I adalah positif. Apabila

mencapai bidang bebas akan dipantulkan, tekanan akan turun

dengan cepat, kemudian berubah menjadi negatif dan timbul

gelombang tarik. Gelombang tarik ini merambat kembali di dalam

batuan. Oleh karena itu batuan lebih kecil ketahanannya terhadap

tarikan dari pada tekanan, maka akan terjadinya rekahan-rekahan

primer yang disebabkan karena tegangan tarik dari gelombang yang

dipantulkan. Apabila tegangan renggang cukup kuat, akan

menyebabkan slambing atau spalling pada bidang bebas.

Dalam proses pemecahan tingkat I dan II, fungsi dari

gelombang kejut adalah menyiapkan batuan dengan sejumlah


rekahan-rekahan kecil. Secara teoritis energi gelombang kejut

jumlahnya berkisar antara 5 – 15 % dari energi total bahan peledak.

Jadi gelombang kejut menyediakan kesiapan dasar untuk proses

pemecahan tingkat akhir. Pada tahap ini energi ledakan yang

bergerak sampai bidang bebas menghancurkan batuan pada dinding

jenjang.

4) Proses Pemecahan Tingkat III (Release Of Loading)

Dibawah pengaruh tekanan yang sangat tinggi dari gas-gas

hasil peledakan maka rekahan radial primer (Tingkat II) akan

diperlebar secara cepat oleh kombinasi efek dari tegangan tarik

yang disebabkan kompresi radial dan pembagian (pneumetic

wedging). Apabila massa batuan didepan lubang ledak gagal dalam

mempertahankan posisinya bergerak kedepan maka tegangan tekan

tinggi yang berada dalam batuan akan dilepaskan. Efek dari

terlepasnya batuan adalah menyebabkan tegangan tarik tinggi dalam

massa batuan yang akan melanjutkan pemecahan hasil yang telah

terjadi pada proses pemecahan tingkat II. Rekahan hasil dalam

pemecahan tingkat II menyebabkan bidang-bidang lemah untuk

memulai reaksi-reaksi fragmentasi utamapada proses peledakan.

Pada tahapan terakhir ini energi yang dipantulkan oleh bidang bebas

pada tahap sebelumnya akan mengahancurkan batuan dengan lebih


sempurna. Untuk gambar proses pecahnya batuan akibat peledakan

dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber : Diktat Angkatan VI (1996)


Gambar 3. Mekanisme Pecahnya Batuan

b. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Peledakan

Faktor yang berpengaruhi hasil Peledakan ada yang bersifat tidak

dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan oleh manusia,

karena proses terjadi secara alamiah. Faktor-faktor tersebut adalah

sebagai berikut:

1) Faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan


Faktor ini disebabkan karena terbentuk secara alamiah yaitu

berupa:

a) Karakteristik Masa Batuan

Yang perlu diperhatikan berhubungan dengan fragmentasi

batuan yaitu kekerasan dan kekuatan batuan, elastisitas batuan,

abrasivitas batuan, dan kecepatan perambatan gelombang

pada batuan, serta kuat tekan dan kuat tarik batuan yang akan

diledakkan. Batuan akan semakin sulit untuk dihancurkan bila

memiliki tingkat kekerasan (Tabel 1) dan kerapatan yang

tinggi. Bahan peledak yang dibutuhkan semakin besar bila

berat dari massa batuan semakin berat.

Tabel 1. Kekerasan batuan dan kuat tekan uniaksial


Hardness Kekerasan (skala Kuat Tekan
Moh’s) Uniaksial
(MPa)
Sangat Keras >7 >200
Keras 6–7 120 – 200
Agak keras 4,5 – 6 60 – 120
Agak lunak 3 – 4,5 30 – 60
Lunak 2–3 10 – 30
Sangat lunak 1–2 <10
Sumber: Jimeno et al, 1995

Elastisitas batuan merupakan sifat batuan untuk kembali

ke bentuk semula setelah gaya yang telah diberikan hilang.

Apabila batuan mengalami regangan yang melewati batas

elastisitasnya maka akan dapat dihancurkan atau disebut


dengan sifat Elastis Fragile.

Tingkat abrativitas yang tinggi akan mempengaruhi umur

dari mata bor pada proses pemboran dan disebabkan pula pada

tingginya kekerasan pada mineral penyusun tersebut. Setiap

batuan memiliki kecepatan perambatan gelombang yang

berbeda. Apabila menggunakan bahan peledak dengan

kecepatan detonasi yang tinggi maka potensi batuan keras yang

memiliki kecepatan perambatan gelombang tinggi akan hancur

lebih besar. Sifat kuat tekan dan kuat tarik batuan digunakan

pula dalam penggolongan terhadap sulit atau tidaknya batuan

untuk dibongkar. Apabila bahan peledak yang digunakan

memiliki kuat tekan yang lebih besar daripada kuat tarik

batuan tersebut maka batuan akan lebih mudah hancur.

b) Struktur Geologi

Struktur geologi yang mempengaruhi adalah kekar dan

struktur perlapisan batuan. Kekar merupakan rekahan di dalam

batuan yang terjadi karena tekanan atau tarikan disebabkan

oleh gaya yang bekerja dalam kerak bumi. Struktur rekahan

menyebabkan energi gelombang tekan dari bahan peledak akan

mengalami penurunan karena gas hasil reaksi peledakan

menerobos melalui rekahan, sehingga daya tekan terhadap

batuan mengalami penurunan. Penurunan daya tekan ini akan


menyebabkan batuan hanya mengalami keretakan.

Berdasarkan struktur kekar ini penentuan arah peledakan

menurut R.L. Ash adalah:

(1) Pada batuan sedimen bidang kekar berpotongan satu

dengan yang lain, sudut tumpul akan terbentuk bila sudut

horizontal dibentuk oleh bidang kekar vertikal dan sudut

lancip akan terbentuk pada bagian lain.

(2) Fragmentasi yang dihasilkan akan mengikuti bentuk

perpotongan bidang kekar. Peledakan diarahkan keluar

dari sudut tumpul agar tidak menghasilkan pecahan

overbreak, retakan pada jenjang, bongkah, getaran tanah,

ledakan udara dan batu terbang, dapat dilihat Gambar 4.

(3) Energi peledakan akan berfungsi secara efisien bila

digunakan pada lubang ledak miring bila ditemui

kemiringan kekar horizontal. Apabila peledakan dilakukan

sejajar dengan kemiringan kekar maka fragmentasi

seragam dapat dicapai pada kemiringan vertikal.


Sumber: Hustrulid, 1999
Gambar 4. Pengaruh Kekar Terhadap Arah
Peledakan

Hasil peledakan juga dipengaruhi oleh struktur perlapisan

batuan. Bila lubang ledak arahnya diposisikan berlawanan arah

denngan kemiringan bidang pelapisan, maka kemungkinan

terjadinya backbreak akan sedikit, lantai jenjang yang

dihasilkan tidak rata, tetapi fragmentasi hasil peledakan akan

seragam dan arah lemparan batuan tidak terlalu jauh, dapat

dilihat di Gambar 5. Akan tetapi bila arah lubang ledak searah

diposisikan searah dengan kemiringan bidang perlapisan, maka

potensi back break timbul lebih besar, lantai jenjang lebih rata,

fragmentasi yang dihasilkan tidak seragam dan batuan

terlempar jauh serta potensi terjadinya longsoran akan lebih

besar dapat dilihat di Gambar 6.


Sumber: Hustrulid, 1999
Gambar 5. Hasil Peledakan Berlawanan Arah dengan
Kemiringan Perlapisan

Sumber: Hustrulid, 1999


Gambar 6. Hasil Peledakan Searah dengan
Kemiringan Perlapisan

c) Pengaruh Air

Stabilitas kimia bahan peledak yang sudah diisi kedalam

lubang ledak akan berpengaruh bila terdapat kandungan air

yang cukup banyak. Potensi terjadinya gagal meledak (misfire)

akan tinggi bila terdapat kerusakan pada isian bahan peledak

yang dapat menyebabkan kecepatan reaksi dan energi dari

bahan peledak berkurang. ANFO merupakan bahan peledak


yang memiliki daya tahan buruk terhadap air, karena ANFO

bersifat garam sehingga akan larut jika digunakan pada lubang

ledak yang banyak airnya. Untuk mengatasi pengaruh air,

digunakan pompa untuk mengeluarkan air tersebut dari lubang

ledak kemudian membungkus bahan peledak menggunakan

plastik. Penutupan pada lubang ledak pada saat hujan juga

merupakan salah satu cara mengurangi pengaruh air. Bahan

peledak berbasis emulsi mempunyai daya tahan terhadap air

yang sangat bagus karena bahan peledak ini merupakan ANFO

yang sudah dilapisi bahan kedap air seperti lillin atau parafin,

sehingga umum dipakai pada daerah yang mempunyai curah

hujan dan kelembaban cukup tinggi. Semakin tinggi

perbandingan komposisi emulsi dengan ANFO akan semakin

baik pula ketahanan terhadap airnya.

d) Kondisi Cuaca

Kondisi cuaca berhubungan erat dengan skedul kerja dan

waktu kerja efektif rata-rata. Proses pengisian dan

penyambungan rangkaian lubang ledak lebih baik dilakukan

pada cuaca cerah dan harus dihentikan bila cuaca mendung.

Pada daerah tropik, semakin banyak hari hujan jumlah jam

kerja efektif untuk operasi peledakan menjadi semakin pendek.


2) Faktor yang Dapat Dikendalikan

Untuk mendapatkan hasil peledakan yang optimal maka perlu

diperhatikan beberapa faktor yaitu:

a) Diameter Lubang Ledak

Ukuran diameter lubang ledak merupakan faktor yang

penting dalam merancang suatu peledakan, karena akan

mempengaruhi penentuan jarak burden dan jumlah bahan

peledak yang digunakan pada setiap lubangnya. Untuk

diameter lubang ledak yang kecil, maka energi yang dihasilkan

akan kecil, maka energi yang dihasilkan akan kecil. Sehingga

jarak antar lubang bor dan jarak ke bidang bebas haruslah kecil

juga, dengan maksud agar energi ledakan cukup kuat untuk

menghancurkan batuan begitupun sebaliknya.

Diameter lubang ledak juga berpengaruh terhadap panjang

stemming. Untuk menghindari getaran (vibrasi) maupun batuan

terbang (flayrock), apabila lubang ledak berdiameter besar

maka stemming harus panjang sedangkan jika lubang ledak

berdiameter kecil maka stemming menjadi pendek dan dapat

lebih jelas pada gambar dibawah ini.


Sumber: Hustrulid, 1999
Gambar 7. Pengaruh Diameter Lubang Tembak Terhadap
Stemming

Namun dalam hal ini panjang stemming juga dapat

mempengaruhi fragmentasi batuan hasil peledakan, stemming

yang terlalu panjang dapat mengakibatkan terbentuknya

bongkahan apabila energi ledakan tidak mampu untuk

menghancurkan batuan di sekitar stemming, dan stemming yang

terlalu pendek bisa mengakibatkan terjadinya batuan terbang

dan pecahnya batuan menjadi lebih kecil.

b) Pola Peledakan

Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara

lubang–lubang bor dalam satu baris dengan lubang bor yang

satu dengan lubang bor yang lainnya. Pola peledakan ini

ditentukan berdasarkan urutan waktu peledakan serta arah

runtuhan material yang diharapkan. Beberapa contoh pola


peledakan berdasarkan sistem inisiasi dapat dilihat pada

gambar berikut ini :

Gambar 8. Pola Peledakan Berdasarkan Sistem Inisiasi

Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan

diklasifikasikan sebagai berikut :

(1) Box cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhannya

kedepan dan membentuk kotak.


(2) Corner cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan

batuannya kesalah satu sudut dari bidang bebasnya.

(3) V cut, yaitu pola peledakan yang lubang-lubang tembaknya

membentuk sudut dan membentuk huruf V.

(4) Secara umum pada peledakan menunjukan urutan ledakan

dari sejumlah lubang ledak. Adanya urutan peledakan

berarti terdapat jeda waktu ledakan diantara lubang-lubang

ledak yang disebut dengan waktu tunda atau delay time.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan

waktu tunda (delay time) pada sistem peledakan antara lain

adalah:

(a) Mengurangi getaran

(b) Mengurangi overbreak dan batu terbang (fly rock)

(c) Mengurangi getaran dan suara

(d) Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan

(e) Dapat memperbaiki ukuran fragmentasi batuan hasil

peledakan

c) Arah Peledakan

Arah pemboran terbagi menjadi dua, yaitu bor tegak dan

bor miring (Gambar 9). Keuntungan maupun kerugian dalam

memperoleh hasil peledakan yang baik dipengaruhi oleh posisi

lubang ledak pada peledakan jenjang. Biasanya perusahaan


tambang yang menggunakan alat bor dengan jenis putar-

tumbuk (rotary percussive) akan menerapkan sistem pemboran

miring, tetapi pada perusahaan tambang terbuka yang

mempunyai daerah operasi penambangan yang besar

mempunyai kecenderungan menggunakan sistem tegak dan

dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Sumber: Jimeno, 1995


Gambar 9. Pemboran Lubang Tembak Tegak dan Miring

Adapun kerugian dan keuntungan dari penggunaan kedua

sistem pemboran tersebut adalah:

(1) Keuntungan dari penggunaan sistem pemboran miring

adalah :

(a) Fragmentasi dari tumpukan hasil peledakan lebih baik,

tingkat keseragaman pada ukuran burden sepanjang

lubang lebih besar.


(b) Dinding jenjang yang dihasilkan relatif rata powder

factor yang digunakan untuk menghantarkan

gelombang kejut pada lantai jenjang lebih efesien.

(c) Mengurangi terjadinya pecah berlebihan (back break)

dan menjadikan lantai jenjang lebih rata.

(d) Memperkecil bahaya longsor pada jenjang, sehingga

keamanan untuk para pekerja dan alat lebih terjamin.

(2) Kerugian dari penggunaan sistem pemboran miring adalah:

(a) Kebutuhan waktu dan panjang dari lubang ledak lebih

besar.

(b) Sudut yang terbentuk akan semakin besar bila

pemboran lubang ledak semakin dalam.

(c) Mengalami kesulitan pada penempatan alat bor.

(d) Dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat.

(e) Mengalami kesulitan dalam pengisian handak.

Menurut Mc. Gregor, pada tambang terbuka biasanya

menggunakan kemiringan 10ᵒ -20ᵒ terhadap bidang vertikal

karena memberikan hasil yang cukup baik.

(1) Keuntungan dari penggunaan sistem pemboran tegak

adalah:

(a) Keakuratan pada pemboran lebih tepat.


(b) Jarak atau rute yang ditempuh lebih dekat.

(c) Pemboran dapat dilakukan lebih dekat dengan dinding

jenjang

(2) Kerugian lubang ledak tegak, sebagai berikut:

(a) Kemungkinan timbulnya pecah belakang (back

break) lebih besar.

(b) Jenjang yang diperoleh kurang stabil.

(c) Tingginya potensi muncul tonjolan pada lantai

jenjang.

Penerapan dengan penggunaan sistem pemboran tegak

akan menghasilkan penyempitan gelombang tekan yang telah

dipantulkan dari bidang bebas, lantai jenjang pada bagian

bawah akan kehilangan gelombang tekan yang cukup tinggi

sehingga akan menimbulkan tonjolan. Pada sistem pemboran

miring, bidang bebas yang terbentuk akan lebih luas sehingga

tingkat pecahnya batuan akan semakin tinggi dan potensi

kehilangan gelombang tekan pada lantai jenjang semakin

kecil.

Pada kegiatan pemboran, waktu pemboran untuk membuat

lubang tembak tegak lebih cepat dan penanganannya lebih

mudah bila dibandingkan dengan lubang tembak miring. Hal

ini disebabkan pada lubang tembak miring, alat bor kesulitan


untuk meletakkan posisi kemiringan yang sama setiap

lubangnya, sehingga sering terjadi kemiringan yang tidak

sama antara lubang tembak.

d) Geometri Peledakan

Geometri peledakan sangat berpengaruh dalam kegiatan

peledakan, karena geometri peledakan yang baik akan

menghasilkan fragmentasi batuan sesuai dengan ukuran alat

peremuk, tanpa terdapat boulder, kondisi jenjang yang stabil,

dan keamanan alat mekanis serta keselamatan para pekerja

lebih terjamin.

Dalam kegiatan peledakan ada 7 (tujuh) dasar geometri

peledakan yaitu, burden, spasi, stemming, subdrilling,

kedalaman lubang ledak, tinggi jenjang dan panjang kolom

isian. Ada beberapa persamaan yang dapat dipakai anatar lain

yaitu rumus menurut teori R. L. Ash.

(1) Burden (B)

Burden merupakan jarak tegak lurus terpendek antara

lubang tembak yang diisi bahan peledak dengan bidang

bebas. Untuk menentukan menentukan besarnya burden

perlu dilakukan harga dari burden ratio (Kb).

Batuan standar adalah batuan yang mempunyai

density mempunyai bobot isi 160 lb/ft, bahan peledak


standar (SG) memiliki berat jenis 1,20 dan kecepatan

detonasi (Ve) 12000 fps, dan burden ratio (Kb) standar

yaitu 30. Tetapi jika batuan dan bahan peledak yang akan

diledakkan tidak sama dengan ukuran standar maka harga

Kb standar itu harus menggunakan faktor penyesuaian

(adjustment factor).

Dimana :

AF1 = faktor yang disesuaikan untuk bahan peledak yang

dipakai.

AF2 = faktor yang disesuaikan untuk batuan yang akan

diledakkan.

Faktor penyesuaian (adjusment factor)

2
SG handak x ( VODhandak )
AF1 =

3

SG handak std x ¿ ¿ ¿
¿

D batuan std
AF2 =

3

D batuan

Kb terkoreksi = Kb standar x AF1 x AF2

B = (Kb x De) / 12

Keterangan :

De = diameter lubang tembak (inchi)

D std = bobot isi batuan standar (160 lb/ ft)

Kb = burden ratio
Kb std = burden ratio standar(30)

SG = berat jenis bahan peledak yang dipakai

SG std = berat jenis bahan peledak standar (1,20)

VOD = VOD bahan peledak yang dipakai

VOD Std = VOD bahan peledak standar (12.000 ft/s)

(2) Spasi (S)

Spasi adalah jarak terdekat antara dua lubang tembak

yang berdekatan di dalam satu baris (row).

Apabila jarak spasi terlalu kecil akan menyebabkan

batuan hancur menjadi halus, tetapi bila spasi lebih besar

daripada ketentuan akan menyebabkan banyak terjadi

bongkah diantara 2 lubang ledak setelah diledakkan.

Berikut rumus yang digunakan menurut Suvervisory

Teknik Peledakan (1996:19)

S = Ks x B

Dimana :

Ks = spacing ratio (1,00 – 2,00)

S = spasi (meter)

B = burden (meter)

Prinsip dasar menentukan spasi yaitu:

(a) Peledakan serentak, S = 2B


(b) Peledakan beruntun dengan delay interval lama

(second delay) S = B

(c) Peledakan dengan millisecond delay, S antara 1B

hingga 2B

(d) Peledakan terdapat kekar yang tidak saling tegak lurus,

S antara 1,2B hingga 1,8B

(e) Peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap

lubang ledak dalam baris yang sama, S = 1,15B

(3) Stemming (T)

Stemming adalah tempat material penutup di dalam

lubang bor yang letaknya di atas kolom isian bahan

peledak.

Fungsi stemming adalah supaya terjadi keseimbangan

tekanan dalam lubang tembak dan mengurung gas–gas

hasil ledakan sehingga dapat menekan batuan dengan

energi yang maksimal.

Untuk penentuan tinggi stemming digunakan rumus

menurut Suvervisory Teknik Peledakan (1996)

T = Kt x B

Dimana :

Kt = stemming ratio (0,75 – 1,00)

T = stemming (meter)
B = burden (meter)

(4) Subdrilling (J)

Subdrilling merupakan bagian dari panjang lubang

tembak yang terletak lebih rendah dari lantai jenjang.

Subdrilling dilakukan agar batuan dapat meledak secara

keseluruhan dan terbongkar tepat pada batas lantai jenjang,

sehingga tonjolan–tonjolan pada lantai jenjang dapat

dihindari.

Berikut rumusan yang digunakan menurut Suvervisory

Teknik Peledakan (1996:19)

J = Kj x B

Dimana :

Kj = subdrilling ratio (0 – 0,3)

J = subdrilling (meter)

B = burden (meter)

(5) Kedalaman Lubang Ledak (H)

Kedalaman lubang ledak merupakan jumlah total

antara tinggi jenjang dengan besarnya subdrilling.

Kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan dengan

tingkat produksi (kapasitas alat muat) dan pertimbangan

geoteknik.
Rumus yang digunakan menurut Suvervisory teknik

peledakan (1996:19).

H = Kh x B

Dimana :

Kh = hole depth ratio (1,5 - 4,0)

H = kedalaman lubang tembak (meter)

B = burden (meter)

(6) Kedalaman Lubang Ledak (H)

Panjang kolom isian merupakan hasil pengurangan

dari kedalaman lubang ledak dengan panjang stemming.

c. Sifat Bahan Peledak

Bahan peledak merupakan suatu bahan kimia berupa senyawa

tunggal atau campurannya yang berbentuk padat atau cair, apabila

dikenai suatu aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal dapat

bereaksi dengan kecepatan tinggi dan akan berubah menjadi bahan-

bahan yang lebih stabil yang sebagian atau seluruhnya berbentuk gas

dan disertai dengan panas dan tekanan yang sangat tinggi. Hasil

peledakan dapat dipengaruhi oleh sifat bahan peledak berupa:

1) Kekuatan (Strength) 

Kekuatan suatu bahan peledak adalah ukuran yang

dipergunakan untuk mengukur energi yang terkandung pada bahan

peledak yang dinyatakan dalam persen dengan Straigth


Nitroglycerin Dynamite sebagai bahan peledak standar dengan nilai

bobot isi (spesific gravity) 1,2 dan kecepatan detonasi (VOD)

12.000 fps.

2) Kecepatan Detonasi (Velocity Of Detonation = VOD)

Merupakan kecepatan gelombang detonasi yang menerobos

sepanjang kolom isian bahan peledak, dan dinyatakan dalam

meter/detik. Kecepatan detonasi bahan peledak dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu: bobot isian bahan peledak, diameter

lubang ledak, derajat pengurungan, dan bahan lainnya. Kecepatan

detonasi bahan peledak komersial adalah antara 1.500-8000 m/s.

3) Kepekaan (Sensivity)

Kepekaan merupakan ukuran besarnya impuls yang diperlukan

oleh bahan peledak untuk mulai bereaksi dan menyebarkan reaksi

peledakan keseluruh isian. Kepekaan tergantung pada komposisi

kimia, ukuran butir, bobot isi, pengaruh kandungan air, dan

temperatur.

4) Bobot Isi Bahan Peledak (Density)

Perbandingan antara berat dan volume bahan peledak,

dinyatakan dalam gr/cm3. Bobot isi biasanya dinyatakan dalam

specific gravity (SG), stick count (SC) atau loading density (de).
5) Tekanan Detonasi (Detonation Pressure)

Tekanan detonasi merupakan sebaran tekanan gelombang

ledakan dalam kolom isian bahan peledak, dan dinyatakan dalam

kilobar (kb).

6) Ketahanan Terhadap Air (Water Resistance) 

Ketahanan terhadap air ini merupakan kemampuan bahan

peledak dalam menahan sejumlah air tanpa merusak, mengurangi,

merubah kepekaannya dan. Hal ini sangat erat kaitannya dengan

kondisi kerja, karena pada sebagian besar jenis bahan peledak,

kandungan air akan mengakibatkan ketidakseimbangan kimia dan

memperlambat reaksi pemanasan. Di samping itu air dapat

melarutkan sebagian kandungan bahan peledak sehingga

menyebabkan bahan peledak rusak.

7) Sifat Gas Beracun (Fumes) 

Bahan peledak yang meledak menghasilkan dua kemungkinan

jenis gas yaitu smoke atau fumes. Smoke tidak berbahaya karena

hanya terdiri dari uap atau asap yang berwarna putih. Sedangkan

fumes berwarna kuning dan berbahaya karena sifatnya beracun,

yaitu terdiri dari karbon monoksida (CO) dan oksida nitrogen (No 2).

Fumes dapat terjadi apabila bahan peledak yang diledakkan tidak

memiliki keseimbangan oksigen.


d. Volume yang Akan Diledakan

Volume batuan yang akan diledakan tergantung pada dimensi

burden, spasi, tinggi jenjang dan jumlah lubang ledak yang tersedia.

Dimensi atau ukuran spasi, burden, tinggi jenjang memberikan peranan

penting terhadap besar kecilnya volume peledakan. Adapun rumus

perhitungan volume yang akan diledakan yaitu sebagai berikut:

V=BxSxLxn
Sumber: Kursus Juru Ledak Kelas II (2004)

Dimana:

V = Volume Peledakan (m³)

B = Burden (m)

S = Spasi (m)

L = Tinggi Jenjang (m)

n = Jumlah Lubang Ledak (m)

e. Pengisian Bahan Peledak

(1) Densitas Pengisian Bahan Peledak (Loading Density)

Loading density yaitu jumlah bahan peledak setiap meter

kedalaman kolom lubang ledak. Densitas pengisian digunakan

untuk menghitung jumlah bahan peledak yang diperlukan setiap

kali peledakan. Apapun persamaan untuk menghitung densitas

pengisian bahan peledak yaitu:


de = 1/4 ×3, 14 (De)2 x SG x 1000
Sumber: Kursus Juru Ledak Kelas II (2004)

Dimana :

de = Loading Density (Kg/m)

De = Diameter Lubang tembak (Inchi)

SG = Spesific Gravity bahan peledak (gr/cc)

(2) Berat Bahan Peledak Tiap Lubang Ledak (Charge Weight)

Berat bahan peledak dalam kolom isian bahan peledak

merupakan fungsi dari density bahan peledak, diameter bahan

peledak dan panjang kolom isian bahan peledak. Adapun persamaan

untuk menghitung berat bahan peledak yaitu:

E = PC x de
Sumber: Singgih Saptono (2006:71)

Dimana :

E = Berat bahan peledak dalam lubang ledak (kg)

PC = Panjang kolom isian (m)

de = Densitas pengisian bahan peledak (kg/m)

(3) Perhitungan Powder Factor (PF)

Powder Factor (PF) didefinisikan sebagai perbandingan jumlah

bahan peledak yang dipakai dengan volume peledakan dengan

satuan kg/m³. Karena volume peledakan dapat pula dikonversi

dengan berat, maka persyaratan PF bisa menjadi jumlah bahan

peledak yang digunakan dibagi berat peledakan atau kg/ton.


E
PF =
V

Dimana :

PF = Powder Factor (kg/m³)

E = Berat bahan peledak dalam kolom lubang ledak (kg)

V = Volume yang akan diledakkan (m³)

Tabel 2. Tipe Densitas Peledak


Explosive Density Range (g/cc)
ANFO (loose poured) 0.75 to 0.85
ANFO (pnemtically loaded) 0.80 to 1.10
Low Density ANFOs 0.20 to 0.75
Emultions 1.10 to 1.30
Emultion Blends 1.00 to 1.35
Water Gels And Slurries 1.00 to 1.30
Sumber : Scott, 1996

2. Fragmentasi Material Hasil Peledakan

a. Analisa Fragmentasi Peledakan dengan Model Kuz-Ram dan Model

Kuznetzov-Cunningham-Ouchterlony (KCO)

1) Model Kuz-Ram

Berbagai pendekatan pemodelan, mulai dari murni empiris

untuk model numerik yang ketat telah digunakan untuk

memprediksi fragmentasi dari peledakan. Di antara mereka dan

yang paling populer adalah model Kuz-Ram yang dikembangkan

oleh Cunningham (1983). Dimodifikasi persamaan empiris yang

Kuznetsov untuk memperkirakan rata-rata ukuran fragmen, dan


digunakan distribusi Rossin-Rammler untuk menggambarkan

seluruh distribusi ukuran.

Keseragaman eksponen distribusi Rossin-Rammler

diperkirakan sebagai fungsi dari parameter desain ledakan

(Cunningham, 1987). Model Kuz-Ram untuk prediksi batu pertama

kali disajikan pada konferensi 1983 di Lulea fragmentasi dengan

peledakan dan telah dievaluasi, diperbaiki dan kemungkinan

melampaui kinerja model fragmentasi yang lebih kompleks.

Model Kuz-Ram merupakan model fragmentasi yang paling

banyak digunakan hingga saat ini. Model ini mempunyai 4 rumusan

perhitungan yang menjelaskan tentang kurva fragmentasi,

fragmentasi rata-rata ( x ¿¿ 50)¿, nilai faktor massa batuan (A) dan

nilai untuk indeks keseragaman (n).

Perkiraan distribusi ukuran fragmentasi hasil peledakan

berdasarkan metode Kuz-Ram membutuhkan beberapa masukan

data, diantaranya faktor batuan, geometri peledakan, dan jumlah

bahan peledak. Adapun untuk menentukan hasil perhitungan maka

didapatkan :
a) Nilai faktor batuan (A)

Nilai faktor batuan (A) pada perhitungan Kuz-Ram

menggunakan beberapa parameter yang akan menentukan Rock

Factor (A). Adapun parameter tersebut seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Perhitungan Faktor Batuan (A)

b) Fragmentasi rata-rata (Xm)

Fragmentasi rata-rata (Xm) dari perhitungan yang

menggunakan metoda Kuz-Ram, dapat dicari menggunakan

persamaan dibawah ini dengan memasukan beberapa parameter

yang telah diketahui.

Vo 0.8 E −0.63
Xm = A x ( ) x Q0,1776 x ( )
Q 115
Keterangan :

Xm = Ukuran Rata - Rata Fragmentasi Batuan (cm)

A = Faktor Batuan

Vo = Volume Batuan Terbongkar (m³ )

Q = Berat Bahan Peledak Tiap Lubang (kg)

E = RWS Bahan Peledak , ANFO = 100

c) Ukuran Fragmentasi (Xc)

Perhitungan ukuran fragmentasi dapat dilakukan dengan

memasukan data ke dalam beberapa persamaan yang telah

ditentukan kedalam metoda Kuz-Ram. Langkah selanjutnya

yang harus dilakukan yaitu mencari karakteristik ukuran (Xc),

setelah itu menentukan indeks keseragaman batuan, lalu

melakukan perhitungan untuk mencari persentase ukuran

batuan.

Xm
Xc = 1
0,693 n

S
B W ( −1) PC
n = [2,2 -14 ( ¿] x [1 - ( )] x ( 1+ B )x( )
d B L
2

R = e−¿¿

Keterangan :

R = Persentase Ukuran Batuan (%)

Xc = Karakteristik Ukuran (cm)


X = Ukuran Batuan (cm)

N = Indeks Keseragaman

E = Konstanta Eksponensial

B = Burden

S = Spasi

D = Diameter lubang ledak

W = Standar deviasi

PC = Kolom isian

L = Tinggi jenjang

2) Model Kuznetzov-Cunningham-Ouchterlony (KCO)

Metoda perhitungan Cunningham memiliki beberapa parameter

yang telah dimodifikasi dari Kuz-Ram. Perhitungan fragmentasi

dengan modifikasi C.V.B Cunningham perlu dilakukan untuk

memprediksi fragmentasi hasil peledakan yang lebih baik. Adapun

beberapa modifikasi yang dilakukan oleh C.V.B. Cunningham

untuk memprediksi ukuran fragmentasi hasil peledakan, diantaranya

adalah perhitungan yang berbeda pada penentuan faktor batuan (A),

menggunakan faktor timing yaitu pengaruh delay peledakan

terhadap hasil fragmentasi peledakan, dan menggunakan faktor

pengoreksi baik untuk batuan maupun indeks keseragaman.


a) Perhitungan Faktor Batuan (A)

Perhitungan faktor batuan oleh modifikasi Cunningham

(2005) memiliki beberapa parameter yang berbeda

dibandingkan dengan perhitungan Kuz-Ram. Pada

Cunningham terdapat parameter Hardness Factor yang

menggunakan persamaan yang telah ditentukan dan beberapa

parameter dari Joint Plane Spacing yang tidak termasuk

kedalam parameter dari Kuz-Ram. Adapun beberapa parameter

tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perhitungan Faktor Batuan (A)


Metoda perhitungan dalam modifikasi yang dilakukan oleh

C.V.B. Cunningham (2005) untuk menentukan ukuran rata-rata

fragmentasi memiliki beberapa masukan parameter yang

berbeda dari metoda Kuz-Ram seperti adanya timing factor.


19
1 115
Xm = A x At x K −0,8 x Q 6 x ( ¿ ¿ 20 x c (A)
RWS

Keterangan :

Xm = Ukuran rata-rata fragmentasi hasil peledakan

A = Faktor batuan

At = Timing factor

K = Powder factor

Q = Jumlah bahan peledak per lubang

RWS = Relative Weight Strength bahan peledak

c (A) = Faktor koreksi

b) Perhitungan Faktor Timing (At)

Faktor Timing merupakan salah satu parameter yang harus

dimasukkan kedalam metoda ini untuk melihat bagaimana

pengaruh dari delay yang digunakan terhadap fragmentasi yang

dihasilkan.

T 15,6
At = 0.9 + 0.1 ( – 1 ) , T max = ( – B)
T max Cx

Keterangan :
T = Rentang delay yang digunakan

Cx = VOD Bahan Peledak (3400 m/s)

B = Burden

c) Faktor koreksi terhadap batuan

Pada perhitungan modifikasi Cunningham (2005)

menggunakan range dari tabel correction factor of joint

strength oleh E. Lopez Jimeno, 1995: 177 (milia, 2018) yang

diambil dalam bukunya Drilling and Blasting Of Rocks. Nilai

faktor koreksi terhadap batuan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Faktor Koreksi terhadap Batuan

d) Perhitungan Indeks Keseragaman

S

n = ns × 2−30
B
De
x
1+
2
√ W
B X (1 - B ) x ¿ )❑0,3× c (n)

Keterangan :

ns = Scatter Ratio

B = Burden

S = Spasi

De = Diameter bahan peledak (mm)


W = Standar deviasi dari keakuratan pemboran (m)

PC = Panjang isian (m)

H = Tinggi jenjang (m)

c(n) = Faktor koreksi

(1) Perhitungan Scatter Ratio (ns)

Perhitungan nilai ns atau scater ratio dapat dilakukan

menggunakan rumus:

Rs 0,8
ns = 0.206 1 − (1− )
4

Sedangkan untuk mencari nilai Rs yang merupakan

salah satu masukan di dalam mencari nilai ns dapat

dilakukan perhitungan menggunakan rumus:

αt
Rs = 6 ×
Tx
, 𝛼𝑡 = √ 2 α 12+ α 22
Keterangan :

𝛼1 = Standar deviasi terhadap in hole delay

𝛼2 = Standar deviasi terhadap surface delay

Tx = Delay

(2) Perhitungan Faktor Koreksi Indeks Keseragaman c(n)

Perhitungan faktor koreksi indeks keseragaman c(n)

didapatkan dari fungsi faktor batuan (A) yang telah

didapatkan sebelumnya, dengan rumus:


A 0.3
c (n) = ( )
6

(3) Perhitungan Persentase Ukuran Fragmentasi

Pada perhitugan ukuran persentase fragmentasi,

Cunningham tidak memberikan modifikasi, dan untuk

perhitungan menggunakan persamaan Rossin Ramler.

Xm
Xc = 1
0,693 n

R = e−¿¿

b. Analisa Fragmentasi Peledakan dengan Image Analysis Pada

Perangkat Lunak Split Dekstop

Tingginya biaya dan kebutuhan waktu untuk memperoleh

fragmentasi yang sempurna, metode-metode untuk mengukur hasil

peledakan yang biasa digunakan (Jimeno,1995), antara lain:

1) Metode Fotografi

2) Metode Fotogrametri

a) Analisis gambar dengan komputer

b) Analisis kenampakan kualitatif

c) Analisis ayakan

d) Produktivitas alat peremuk

e) Analisis volume material pada secondary blasting


f) Analisis produktivitas alat muat (loading time, digging time,

trip outs)

Pada penelitian ini, fragmentasi peledakan dianalisis menggunakan

metode fotometri atau image analysis dengan bantuan perangkat lunak

split desktop. Perangkat lunak split desktop merupakan suatu program

komputer yang dapat digunakan untuk menganalisis distribusi ukuran

fragmentasi hasil peledakan yang ada di lapangan.

Perangkat lunak ini dirancang untuk menentukan distribusi ukuran

fragmentasi berdasarkan analisis gambar foto digital dari fragmentasi

yang ada di lapangan. Perangkat lunak ini akan menghasilkan suatu

output berupa informasi distribusi fragmentasi yang ditampilkan dalam

bentuk grafik dan tabel persentasi kumulatif dari fragmentasi yang lolos

pada ukuran ayakan yang ditentukan.

Split Desktop Computer Program V-2.0 adalah salah satu program

komputer untuk menganalisis distribusi ukuran fragmen-fragmen batuan

hasil peledakan dengan menganalisa gambar. Gambar dapat dimasukkan

langsung dari foto digital, gambar hasil scanning dan capture dari

rekaman video. Sebelum menjalankan program split desktop, gambar

yang akan dihitung dimasukkan ke dalam komputer yang dapat

dilakukan dengan download atau digitasi gambar.


Adapun secara garis bersar langkah-langkah perhitungan distribusi

ukuran fragmentasi dengan menggunakan software split dekstop version

2.0 sebagai berikut:

1) Input Foto Fragmentasi Hasil Peledakan

Proses input foto fragmentasi hasil peledakan adalah langkah

pertama yang harus dilakukan dalam menggunakan program Split

Desktop dimana gambar terlebih dahulu diubah kedalam format

*.TIFF sebelum proses pengolahan dengan software split dekstop.

Sebelum bisa menentukan analisis distribusi ukuran sebenarnya

maka dibutuhkan skala sebagai pembanding. Skala yang digunakan

merupakan hal yang paling penting dalam menjalankan program

split desktop. Penentuan skala pada gambar terdiri dari dua, yaitu

dengan menggunakan satu dan dua objek. Adapun skala yang

digunakan dalam analisis fragmentasi peledakan yaitu

menggunakan helm lapangan sebagaimana dapat dilhat pada

gambar dibawah ini.


Gambar 10. Foto Sebelum Dilineasi

2) Mencari Ukuran Partikel

Merupakan tahapan dimana program akan mengenali partikel-

partikel yang dihitung secara otomatis dari hasil konversi program.

Hasil yang ditampilkan adalah garis yang terbentuk sesuai dengan

bentuk partikel kemudian program akan menganalisis ukuran

berdasarkan skala yang telah ditentukan. Adapun gambaran hasil

dari pencarian ukuran partikel oleh software split dekstop secara

otomatis.

3) Memperbaiki Hasil Pencarian

Langkah ini ditujukan untuk memperbaiki hasil ukuran yang

diberikan oleh pencarian ukuran partikel. Perbaikan ini meliputi

penghapusan daerah yang tidak dihitung seperti helm yang

digunakan sebagai pembanding, maupun garis batas antara partikel-


partikel hasil analisis program, sehingga ukuran yang terbaca oleh

program bisa lebih akurat. Sehingga nantinya setelah diperbaiki

maka bisa dilakukan perhitungan fragmentasi hasil peledakan

seperti gambar dibawah ini.

Gambar 11. Foto Setelah Dilineasi

4) Melakukan Perhitungan Ukuran

Perhitungan ukuran akan secara otomatis dari program split

desktop berdasarkan skala pembanding yang ada dalam gambar,

dalam hal ini helm.

5) Menampilkan Grafik dan Hasil

Hasil perhitungan ukuran fragmentasi akan ditampilkan dalam

bentuk grafik yang dapat dipilih seperti Schuman, Rosin-Ramler,

dan Best Fit. Grafik tersebut akan memberikan distribusi persentase

kelolosan fragmentasi hasil peledakan pada selang ukuran tertentu

dan dapat dilihat pada gambar berikut.


Gambar 12. Output Hasil Analisis Fragmentasi dengan Software
Split Dekstop
C. Penelitian Relevan

Mengenai penelitian relevan yang mendukung judul ini, adapun beberapa

penelitian sebelumnya yang sejenis atau mendekati dengan judul tugas akhir ini

adalah sebagai berikut:

1. The Kuz-Ram Fragmentation Model-20 Years On oleh C.V.B.


Cunningham tahun 2005

Penelitian ini berisi modifikasi dari teori Kuz-Ram dalam memprediksi

ukuran fragmentasi peledakan. Dalam penelitian ini didapatkan persamaan

baru untuk mencari ukuran fragmentasi dan indeks keseragaman.

Cunningham (2005) memodifikasi teori Kuz-Ram dengan memasukkan

parameter baru diantaranya pengaruh delay (blast timing) dan faktor

koreksi terhadap karakteristik batuan dan indeks keseragaman.

2. A Rock Engineering Systems Based Model to Predict Fragmentation by


Blasting oleh F. Faramarzi, H. Mansouri, M.A. Ebrahimi Farsangi

Penelitian ini membahas mengenai metoda baru yang diperkenalkan

untuk memprediksi ukuran fragmentasi hasil peledakan batuan

menggunakan konsep dasar Rock Engineering System (RES). Dalam

penelitian ini menggunakan 16 parameter yang mempengaruhi fragmentasi.

Dari 30 kali kegiatan peledakan yang dilakukan, di tambang terbuka

dilakukan evaluasi dengan mengunakan metoda Kuz–Ram dan multiple

regresion model untuk memvalidasi prediksi menggunakan metoda RES.

Setelah itu, dilakukan kalkulasi untuk menganalisis nilai R2 dan RMSE


sehingga didapatkanlah prediksi menggunakan metoda RES lebih baik dari

pada prediksi Kuz–Ram dan model lainnya.

3. Modiefied Kuz–Ram Fragmentation Model and its Use at The Sungun


Copper Mine oleh S. Gheibie, H. Aghababaei, S.H. Hoseinie, Y.
Pourrahimian

Penelitian ini dilakukan untuk memperkenalkan modifikasi dari teori

Kuz – Ram untuk memprediksi ukuran fragmentasi batuan X50. Kemudian,

dibuat rumus baru untuk memperhitungkan Uniformity Index atau

Blastibility Indek (BI). Untuk mengkoreksi prediksi fragmentasi yang

dilakukan, maka dibandingkan dengan teori yang lain seperti Kuz-Ram,

Cunningham, dan Ouchterlony (KCO) model. Kemudian, hasilnya adalah

baik untuk memprediksi ukuran fragmentasi yang relatif lebih kecil.

Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa model perhitungan baru yang

telah dibuat oleh peneliti dari rumus Kuz-Ram memperlihatkan perbedaan

dan beberapa kesamaan dengan model KCO yaitu menggunakan rumus

Rossin Ramler, namun KCO menggunakan rumus Swebrec untuk

menentukan ukuran fragmentasi dan juga antara keduanya memiliki fungsi

untuk memprediksi ukuran fragmentasi yang berbeda juga.

4. A Review Of Development Of Better Prediction Equations For Blast


Fragmentation Oleh F. Ouchterlony dan J.A Sanchidrian. Tahun 2019

Tujuan dari penelitian ini adalah mengulas pengembangan formula

predikat untuk fragmentasi dari bench blasting dengan banyaknya metode


yang telah diuji cobakan maka perubahan yang digunakan dengan model

Kuznetzov-Cunningham-Ouchterlony (KCO) mempelajari ukuran fragmen

bebas untuk massa lewat yang sewenang-wenang yang menyebabkan

penemuan kipas energi fragmentasi, dan dengan bantuan analisis dimensi,

kemodel prediksi fragmentasi baru Xp-frag yang memiliki kesalahan jauh

lebih rendah dari Kuz-Ram dan model crush zone (CZM).

5. Practical Methodof Bench Blasting Design for Desired Fragmentation


based on Digital Image Process Technique and Kuz- Ram Model Oleh I.C.
Engin tahun 2009

Penelitian ini membuat parameter design geometri peledakan yang

sesuai untuk menngoptimalkan ukuran fragmnetasi dan biaya peledakan

pada tambang quarry batukapur. Ukuran fragmentasi peledakan diprediksi

menggunakan teori Kuz-Ram dan digital image process dengan split

desktop. Hasil penelitian menunjukkan parameter geometri peledakan untuk

mendapatkan peledakan yang optimum adalah dengan diameter lubang ledak

89 mm, spasi 2.5 m, burden 2 m, dan specific charge 0,97 Kg/m3.

6. Correlation of Blasthole Deviation and Area Of Block with Fragment


Size and Fragmentation Cost Oleh B. Adebayo dan B. Mutandwa tahun
2015

Penelitian ini mencari korelasi dari lubang ledak dengan ukuran

fragmentasi dan biaya peledakan. Penelitian ini menggunakan tiga simulasi

bahan peledak diantaranya ANFO, Heavy ANFO, dan emulsion. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa jika deviasi dari kedalaman lubang ledak


meningkat maka biaya yang dikeluarkan juga meningkat, dalam hal ini

Heavy ANFO memberikan nilai yang lebih baik dari ANFO. Selain itu

semakin besar diameter dari lubang ledak yang digunakan maka biaya

peledakan yang dikeluarkan juga semakin besar, dalam hal ini ANFO

memberikan biaya yang lebih besar dari dua jenis bahan peledak lainnya.

7. Analisa Geometri Peledakan terhap dan Ukuran Fragmentasi


Overburden pada Tambang Batubara PT Pamapersada Nusantara
Jobsite Adaro Kalimantan Selatan Oleh Munawir dkk. Tahun 2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui geometri peledakan yang

diterapkan di lapangan dan membandingkan dengan geometri peledakan

menurut R.L. Ash dan C.J. Konya. Selain itu juga untuk mengetahui ukuran

fragmentasi dari overburden yang dihasilkan. Metode pengukuran

fragmentasi menggunakan metode photographic dengan split desktop.

Hasil penelitian menunjukkan masih terdapat fragmentasi berukuran > 1

meter sebesar 14,5 % untuk daerah high wall dan 6,6 % untuk daerah low

wall. Selain itu hasil fragmentasi berdasarkan analisis split desktop

menunjukkan 90 % lebih kecil dari 75 cm.

8. Kajian Teknis Geometri Peledakan Berdasarkan Analisis Blastability


dan Digging Rate Alat Gali Muat di Pit MT-4 Tambang Air Laya
Tanjung Enim Sumatera Selatan Oleh Moammar A. Ghadafi dkk.
tahun 2012

Penelitian ini menentukan geometri peledakan dan powder factordengan

memperhatikan karakteristik massa batuan dan kondisi geologi setempat


agar dapat memperoleh fragmentasi produktif dimana persentase boulder <

15 % sehingga digging rate dan produktivitas alat gali muat dapat

ditingkatkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai blastability index

pada lokasi penelitian adalah 33,13, sehingga geomteri peledakan yang

sesuai untuk diterapkan adalah untuk lubang bor 6,75 inchi, burden 5,5 m,

spasi 8 m, kedalaman lubang ledak 8,2 m, subdrilling 0,3 m, tinggi jenjang

7,9 m, stemming 4,4 m, dan panjang kolom isian 3,8 m dengan powder

factor adalah 0,2 Kg/m3.

9. The Discovery, Geologi, and Exploration of the High Sulhidation Au-


Mineralization System in the Bakan District, North Sulawesi Oleh Iip
Hardjana tahun 2012

Penelitian ini menjelaskan kondisi geologi dari keberadaan emas di

Bakan, Sulawesi Utara. Mineralisasi emas daerah Bakan dengan tipe

epitermal-high sulphidation yang didominasi oleh tuff dasitik. Terdapat dua

jenis alterasi emas yang berkembang diantaranya alterasi silisic yang

didominasi oleh silica vuggy dan alterasi advance argilic.

10. Redesign Geometri Peledakan untuk Mendapatkan Fragmentasi Batuan


yang Optimal di Prebench PT Bukit Asam (Persero) Tbk oleh Alek Al
Hadi, dan M. Taufik Toha

Pit Tambang Air Laya PT. Bukit Asam (persero) Tbk, di pre-bench

pembongkaran batuan interburden B2C dilakukan dengan menggunakan

metode pemboran dan peledakan, dan selanjutnya dilakukan pemuatan

danpengangkutan dengan kombinasi backhoe dan dump truck. Batuan pada


lapisan B2C mempunyai karakteristik tersendiri yakni claystone dan

sandstone. Material tersebut tidak bisa digali langsung menggunakan

excavator PC 1250 maupun PC 2000 karena digging force kedua alat

tersebut sebesar 579 Kpa dan 721 Kpa, sebenarnya dengan Uniaxial

Compressive Strength (UCS) batuan tersebut masih bisa dilakukan ripping,

tetapi sudah dalam katagori hard ripping. Oleh karena itu, dilakukan

penggalian menggunakan alat mekanis.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan teori R.L.Ash

didapatkan tiga geometri peledakan yang optimum dengan nilai powder

factor 0,290 kg/m3 untuk geometri peledakan batuan claystone, 0,401 kg/m3

untuk geometri peledakan sandstone, dan 0,388 kg/m3 untuk geometri

peledakan lapisan transisi. Fragmentasi batuan hasil peledakan dengan

geometri usulan memperlihatkan perbaikan fragmentasi, pada batuan

claystone yaitu adanya penurunan 4 % dari 21 % menjadi 17 % fragmenasi

yang berukurun lebih 100 cm, untuk geometri usulan pada batuan sandstone

dengan penurunan yang sangat signifikan yaitu 17 % dari 25 % menjadi 8 %,

dan untuk geometri peledakan usulan pada lapisan transisi ada penurunan

dari persentase fragmentasi sebelumnya yaitu sebesar 15 % dari 23 %

menjadi 8 %.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metodologi penelitian adalah ilmu yang dilewati untuk mencapai

pemahaman. Alur tersebut ditetapkan secara ilmiah dan data yang dicaei untuk

membangun dan memperoleh pemahaman harus melewati syarat ketelitian.

Artinya harus dipercaya kebenarannya (Priyono, 2016: 3). Siyoto dan Sodik,

menjelaskan bahwa penelitian adalah suatu penyelidikan terorganisasi atau

penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta untuk menentukan

sesuatu. Suatu penelitian dengan menggunakan metode ilmiah dinamakan

sebagai penelitian ilmiah (siyoto,2015)

Penelitian ini menguji manfaat dari teori-teori ilmiah yang telah dilakukkan

oleh peneliti-peneliti terdahulu serta mengetahui hubungan empiris dan analisis

bidang-bidang tertentu. Jenis penelitian ini, merupakan jenis penelitian evaluasi

dari segi metodenya yang bertujuan untuk mencari, menghitung, menganalisis,

dan memberikan solusi berupa evaluasi agar tercapai hal-hal yang semestinya

atau sesuai dengan standar yang berlaku.

Penyusunan Tugas Akhir ini, penulis melakukan pengamatan dari teori dan

keadaan aktual atau keadaan nyata di lapangan yang telah didapatkan dari data

primer dengan cara memperhatikan dan mengamati secara langsung objek

penelitian di lapangan, dan data sekunder yang bersumber dari perusahaan.


Sehingga, data tersebut akan di gabungkan untuk mendapatkan pendekatan

masalah yang lebih baik.

B. Objek Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian adalah ukuran fragmentasi hasil

peledakan yang masih ditemukannya boulder yang tidak seragam dan

mempengaruhi kegiatan produksi penambangan di PT. Dempo Bangun Mitra

sehingga penulis tertarik untuk melakukan pemodelan fragmentasi hasil

peledakan aktual di lapangan.

C. Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian berada di PT. Dempo Bangun Mitra Desa

Manggilang Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi

Sumatera Barat.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat pendukung penelitian yang peneliti

gunakan selama dalam kegiatan penelitian untuk membantu peneliti baik dalam

pengumpulan data ataupun mengolah data. Adapun instrumen penelitian yang

digunakan selama melakukan kegiatan penelitian yaitu :

1. Software split dekstop : untuk mengolah foto fragmentasi

2. Kamera digital : untuk mengambil foto fragmentasi

3. Helm : pembanding penguukuran fragmentasi

4. Meteran : untuk melakukan pengukuran


E. Tahap Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini tersusun atas:

1. Studi literatur.

Studi literatur merupakan kegiatan pencarian sumber-sumber ilmu yang

dibutuhkan dalam melakukan penelitian. Sumber tersebut didapat dengan

melakukan pencarian dari buku-buku, jurnal, dan internet. Dengan

melakukan studi literatur ini penulis akan lebih mudah untuk

mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh selama kuliah dengan keadaan

aktual di lapangan.

2. Penelitian Langsung di Lapangan.

Penulis melakukan penelitian di lapangan meliputi pemantauan ke

lapangan bersama karyawan PT. Dempo Bangun Mitra sebagai tahapan awal

(orientasi). Kegiatan ini dilakukan sebagai langkah awal bagi penulis untuk

menentukan objek-objek yang akan diteliti. Selain itu, juga sebagai

pengambilan data primer.

3. Tahapan Pengumpulan Data.

Pengumpulan data dilakukan setelah mempelajari literature dan orientasi

lapangan. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Untuk

data primer diambil langsung di lapangan, sedangkan untuk data sekunder

diperoleh dari literature perusahaan, jurnal, dan laporan-laporan sebelumnya.

Adapun data primer dan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian

ini, antara lain sebagai berikut:


a. Pengambilan Data Primer

1) Geometri Peledakan Aktual

Geometri aktual yang diambil adalah kedalaman lubang

pemboran, burden, spasi, dan stemming. Data kedalaman diambil

sebelum melakukan pengisian (charging) dan data kedalaman

stemming aktual diambil 30 menit setelah pengisian (charging).

Pengukuran data ini dilakukan dengan menggunakan kayu yang

diberi tanda dengan spidol lalu dimasukan ke dalam lubang ledak

untuk dilakukan pembacaan kedalaman diukur lagi dengan

menggunakan meteran.

2) Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan

Data yang diambil adalah foto fragmentasi yang mewakili

setiap lokasi peledakan yang diamati sebagai parameter masukan

pada software split dekstop.

3) Data Geoteknik Batuan

Data geoteknik batuan yang penulis ambil di lapangan terkait

dengan data geoteknik batuan adalah kekerasan batuan yang akan

diledakkan. Data ini penulis ambil dengan cara pengujian di

lapangan dengan berdasarkan pada uji skala mohs. Selanjutnya,

penulis melakukan pengamatan terhadap deksripsi umumbatuan

yang ada pada lokasi peledakan serta melihat struktur batuan yang

ada pada lokasi peledakan serta melihat stuktur batuan yang ada.
Sehingga, data ini akan penulis gunakan untuk melakukan

perhitungan faktor batuan.

b. Pengambilan Data Sekunder

1) Peta lokasi perusahaan

2) Peta lokasi kesampaian daerah penelitian

3) Kondisi geologi stempat

4) Peta geologi regional

5) Peta topografi penelitian

6) Peralatan dan perlengkapan peledakan yang digunakan

7) Jenis dan speksifikasi alat gali muat dan alat pemboran yang

digunakan

8) Data densitas batuan di PT. Dempo Bangun Mitra

4. Pengolahan Data.

Adapun pengolahan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

meliputi:

a. Data dari geometri peledakan aktual di lapangan diolah sehingga

nantinya didapatkan parameter-parameter geometri peledakan dari

kegiatan peledakan aktual perusahaan.

b. Data fragmentasi hasil peledakan diolah dengan dua cara yaitu dengan

teoritis dan aktual. Untuk teoritis siolah dengan menggunakan teori

Kuz-Ram dan KCO. Sementara untuk fragmentasi aktual diolah juga

dengan program split dekstop 2.0.


5. Analisis Data dan Pembahasan

Analisis data dilakukan dengan menganalisis data primer dan data

sekunder yang diambil selama dimlpangan. Analisis berfungsi untuk

mengetahui hubungan antara variabel data yang digunakan dan sinkronisasi

satu sama lain. Adapun teknik analisis data pada kegiatan ini adalah sebagai

berikut:

a. Geometri Peledakan

Geometri peledakan aktual berdasarkan hasil pengukuran di

lapangan dilakukan pengolahan data dengan ms. Exsel.

b. Fragmentasi Hasil Peledakan

Fragmentasi hasil peledakan dihitung menggunakan perhitungan

Model Kuz-Ram dan Model KCO untuk memperoleh ukuran dan

persentasi lolos teoritis serta menggunakan perangkat lunak split

dekstop dimana untuk menghitung fragmentasi hasil peledakan dengan

software split dekstop dilakukan pengambilan foto fragmentasi di

lapangan, foto diambil berdasarkan dari ukuran fragmentasi yang paling

besar.

c. Desain Ulang Geometri Peledakan

Desain ulang geometri peledakan menggunakan teori R.L.Ash

dilakukan dalam rangka optimasi geometri peledakan terhadap target

fragmentasi pemenuhan target produktivitas dengan mencari model

optimum geometri peledakan sehingga mendapatkan usulan geometri


terbaik dalam mencapai target fragmentasi.

6. Kesimpulan dan Saran

Dari hasil analisis, kemudian dapat diperoleh suatu kesimpulan dan

akhirnya dapat memberikan suatu rekomendasi.


F. Kerangka Konseptual

Pengolahan Data
Input 1. Menghitung geometri peledakan aktual
Data Primer 2. Perhitungan powder factor (PF), Loading
1. Peledakan Density, dan volume peledakan.
- Geometri peledakan aktual 3. Menghitung fragmentasi hasil peledakan
- Fragmentasi hasil peledakan aktual dengan menggunakan sofware split
dekstop, model Kuz-Ram dan model
Data Sekunder
KCO.
a) Peta lokasi daerah penelitian
4. Usulan geometri peledakan menurut teori
b) Peta lokasi kesampaian IUP daerah R.L.Ash.
penelitian 5. Persentase tingkat kelolosan fragmentasi
c) Peta lokasi IUP hasil peledakan geometri usulun dengan
d) Peta geologi regional menggunakan model Kuz-Ram dan KCO.
e) Peta topografi daerah penelitian
f) Peta situasi tambang
g) Peta situasi gudang handak
h) Peralatan dan perlengkapan peledakan
Output
yang digunakan
i) Jenis spesifikasi alat gali muat dan alat 1. Nilai geometri peledakan aktual
pemboran yang digunakan 2. Nilai powder factor (PF), Loading
Density, dan volume peledakan.
j) Data densitas batuan
. 3. Persentase tingkat kelolosan fragmentasi
hasil peledakan aktual dengan
menggunakan Software Split Dekstop,
model Kuz-Ram dan model KCO.
4. Usulan geometri peledakan menurut teori
R.L.Ash.
5. Persentase tingkat kelolosan fragmentasi
hasil peledakan geometri usulun dengan
menggunakan model Kuz-Ram dan KCO.

Gambar 13. Kerangka Konseptual


G. Diagram Alir Penelitian
Observasi
Lapangan
H.
Pemodelan Fragmentasi Hasil Peledakan Batu Andesit
I. Di PT. Dempo Bangun Mitra Pangkalan Koto Baru Kabupaten 50 Kota Provinsi
Sumatera Barat
Pengambilan Data

Data Sekunder
Data Primer 1. Peta lokasi daerah penelitian
2. Peta lokasi kesampaian IUP daerah
1. Peledakan
penelitian
- Geometri Aktual
3. Peta lokasi IUP
- Fragmentasi Hasil Peledakan
4. Peta geologi regional
5. Peta topografi daerah penelitian
6. Peta situasi gudang handak
7. Peralatan dan perlengkapan peledakan
yang digunakan
8. Jenis spesifikasi alat gali muat dan alat
pemboran yang digunakan
9. Data densitas batuan

Pengolahan Data dan Analisis


1. Nilai geometri peledakan aktual
2. Nilai powder factor (PF), Loading
J. Density, dan volume peledakan.
3. Persentase tingkat kelolosan fragmentasi hasil peledakan aktual dengan
menggunakan Software Split Dekstop, model Kuz-Ram dan model KCO.
4. Usulan geometri peledakan menurut teori R.L.Ash.
5. Persentase tingkat kelolosan fragmentasi hasil peledakan geometri usulun
dengan menggunakan model Kuz-Ram dan KCO.

Analisis dan Hasil

Penarikan Kesimpulan dan Saran

Gambar 14. Diagram Alir Penelitian


H. Waktu dan Jadwal Penelitian

Waktu dan jadwal kegiatan penelitian ditempuh dari tanggal 14 September

s/d 16 Oktober 2020. Uraian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian dapat

dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Studi Literatur
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Penyusunan Tugas Akhir
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Gambaran Kegiatan Penambangan Batu Andesite di PT. Dempo Bangun


Mitra

Batu andesite adalah suatu jenis batuan beku vulkanik yang terbentuk

secara ekstrusif dan memiliki komposisi menengah, dengan tekstur afanitik

hingga porfiritik. Batuan andesite termasuk kedalam golongan bahan galian

batuan berdasarkan Undang – Undang No. 4 Tahun 2009.

Metode penambangan yang diterapkan PT. Dempo Bangun Mitra untuk

menggali batuan andesite ini adalah tambang terbuka (Quarry). PT. Dempo

Bangun Mitra menerapkan metode ini karena bentuk topografi bahan galian batu

andesite ini berbentuk bukit, sehingga penambangan dimulai dari puncak bukit

(top hill type) ke arah bawah (top down) secara bertahap berbentuk jenjang.

Dari hasil pengamatan di lapangan adapun sistem penambangan batu

andesite di PT. Dempo Bangun Mitra yang digunakan yaitu metode kombinasi

alat gali muat dan angkut. Dimana kombinasi ini lebih mudah dilakukan pada

saat kegiatan penambangan atau mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam

mengatur tingkat produksi yang diinginkan serta lebih mudah disesuaikan dengan

kondisi daerah penggalian. Proses penggalian batu andesite dengan alat gali muat

Excavator Komatsu PC 300 dan dilakukan ke alat angkut dump truck.adapun

gambaran kegiatan penggalian dan pemuatan batu andesite dapat dilihat pada

gambar 15 dibawah ini.


Gambar 15. Proses Penggalian dan Pemuatan Batu Andesite di PT.
Dempo Bangun Mitra

1. Kegiatan Pembongkaran (Lossening) Batu Andesite di PT. Dempo

Bangun Mitra

Kegiatan pembongkaran batu andesite di PT. Dempo Bangun Mitra

dilakukan dengan cara pemboran dan peledakan karena batu andesite sudah

tidak dapat digali lagi oleh alat gali muat. Dalam kegiatan pemboran perlu

ditentukan geometri lubang tembak yang meliputi burden, spasi, kedalaman

lubang ledak. Peralatan pemboran yang digunakan untuk kegiatan pemboran

adalah alat bor Furukawa CRD-01 dan Furukawa CRD-03.

Sedangkan untuk kegiatan peledakan digunakan bahan peledak ANFO.

Sistem inisiasi peledakan selama kegiatan pengamatan di lapangan yaitu

menggunakan electric detonator. Dimana electric detonator merupakan

detonator yang menghubungkan antara surface delay dengan lead wire yang

menggunakan waktu tunda dengan nomor delay 01 sampai 20, dengan


interval waktu terkecil dalam peledakan 25 ms, sehingga selang waktu

menjadi 25 ms sampai sampai 500 ms.

Adapun tahapan peledakan di PT. Dempo Bangun Mitra yaitu: (1)

pembersihan area peledakan oleh excavator, (2) pemasangan patok lubang

ledak, (3) kegiatan pemboran dimana menggunakan alat bor Furukawa

CRD-01 dan Furukawa CRD-03 dengan diameter lubang ledak yang

dihasilkan 3 inci atau 76,2 mm dan kedalaman lubang pemboran rata-rata 3-

3,2 meter, (4) penegecekan kondisi lubang, (5) pengecekan dan pengukuran

kedalaman aktual, (6) pengisian bahan peledak kedalam lubang ledak, (7)

perangkaian peledakan, (8) melakukan penembakan (shot blasting).

a. Material Peledakan

Dalam kegiatan peledakan di PT. Dempo Bangun Mitra material

yang diledakan yaitu batu andesite dengan densitas material yaitu 2,5

ton/m³. Adapun material batu andesite yang diledakan bisa dilihat pada

Gambar 16 dibawah ini.


Gambar 16. Material Batu Andesite di PT. Dempo Bangun Mitra

b. Geometri Peledakan

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan adapun geometri

peledakan aktual yang sering digunakan oleh perusahaan pada kegiatan

peledakan di PT. Dempo Bangun Mitra yaitu: (1) Burden (B): 1,5 m, (2)

Spasi (S): 1,8 m, (3) Stemming (T): 1,5 m, (4) tinggi jenjang (L): 3 m,

(5) kedalaman lubang ledak (H): 3 m, (6) panjang kolom isian (PC): 1,5

m, (7) Subdrilling (J): 0,5 m, (8) diameter lubang ledak (De): 76,2 mm.

Selain melakukan pengamatan terhadap desain geometri peledakan

aktual yang digunakan perusahaan dalam kegiatan peledakan, penulis

juga melakukan pengukuran terhadap geometri peledakan aktual

perusahaan dari tanggal 14 sampai 27 September 2020, adapun rata-rata

hasil pengukuran terhadap geometri peledakan aktual bisa dilihat pada

Tabel 7 beserta total isian bahan peledak bisa dilihat pada Tabel 8 di
bawah ini.

Tabel 7. Rata-rata Geometri Aktual PT. Dempo Bangun Mitra

Tanggal Banyak Deph Burden Spasi Stemming Powder Colomn


Lubang Hole (m) (m) (m) PC (m)
(m)

14-Sep-20 102 3,2 1,5 1,8 1,5 1,7


15-Sep-20 95 3,2 1,5 1,8 1,5 1,7
17-Sep-20 160 3,2 1,4 1,8 1,5 1,7
19-Sep-20 85 3,1 1,4 1,7 1,5 1,6
21-Sep-20 130 3,2 1,5 1,8 1,4 1,8
23-Sep-20 83 3,2 1,5 1,7 1,5 1,7
24-Sep-20 50 3,2 1,5 1,8 1,5 1,7
25-Sep-20 60 3,1 1,5 1,8 1,5 1,6
26-Sep-20 75 3,1 1,5 1,6 1,5 1,6
27-Sep-20 50 3,2 1,5 1,8 1,5 1,7
Rata-rata 89 3,2 1,5 1,8 1,5 1,7
Sumber: Penulis 2021

Tabel 8. Total Isian Bahan Peledak Aktual


Tanggal D PC n ANFO ANFO Dynamite Dynamite E
(m) (m) (lbg) (kg/m) (kg/lbg) (kg/lbg) Total =ANFO+
(kg/lbg) Dynamite
14-Sep-20 0,0762 1,7 102 3,874 861,752 0,2 20,4 629,152
15-Sep-20 0,0762 1,7 95 3,874 625,651 0,2 19 644,51
17-Sep-20 0,0762 1,7 160 3,874 1053,728 0,2 32 1085,728
19-Sep-20 0,0762 1,6 85 3,874 526,864 0,2 17 543,864
21-Sep-20 0,0762 1,8 130 3,874 906,516 0,2 26 932,516
23-Sep-20 0,0762 1,7 83 3,874 546,621 0,2 16,6 563,221
24-Sep-20 0,0762 1,7 50 3,874 329,29 0,2 10 339,29
25-Sep-20 0,0762 1,6 60 3,874 371,904 0,2 12 383,904
26-Sep-20 0,0762 1,6 75 3,874 464,88 0,2 15 478,88
27-Sep-20 0,0762 1,7 50 3,874 329,29 0,2 10 339,29
Rata-rata 0,0762 1,7 89 3,874 601,6496 0,2 17,8 594,036
Sumber: Penulis 2021

Keterangan:
d = Diameter Lubang Ledak (m) n = Jumlah Lubang

PC = Powder Column (m) E = Jumlah Bahan Peledak (kg)

Berdasarkan Tabel 8 diatas, didapat jumlah bahan peledak yang

digunakan pada tanggal 14 september adalah 692,152 kg, tanggal 15

september adalah 644,51 kg, tanggal 17 september adalah 1085,728 kg,

tanggal 19 september 543,864 kg, tanggal 21 september adalah 932,516

kg, tanggal 23 september adalah 563,221 kg, tanggal 24 september

adalah 339,29 kg, tanggal 25 september 383,904 kg, tanggal 26

september adalah 479,88 kg dan tanggal 27 september 339,29 kg.

PT. Dempo Bangun Mitra memiliki rancangan geometri peledakan

sendiri dimana rancangan tersebut sudah dirancang sebelum melakukan

kegiatan peledakan. Rancangan geometri peledakan tersebut dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 9. Rancangan Geometri Peledakan PT. Dempo Bangun Mitra


No Parameter Simbol Nilai
1 Burden B 1,5 m
2 Spasi S 1,8 m
3 Stemming T 1,5 m
4 Subdrilling J 0,2 m
5 Tinggi Jenjang L 3m
6 Kedalaman Lubang Ledak H 3,2 m
7 Powder Column PC = H- T 1,7 m
8 Densitas Pengisian Bahan de 3,874 kg/m
Peledak
9 Jumlah Keseluruhan Bahan Q/E = PC x de 6,59 kg
Peledak
10 Volume Batuan yang diledakan V=BxSxL 8.1 m³
11 Powder Factor PF = 0.33
kg/Ton
E
V x Densitas batuan
Tabel 10. Geometri Peledakan Aktual PT. Dempo Bangun Mitra

No Parameter Geometri Peledakan Periode (September 2020)


Peledakan 14-Sep 15-Sep 17-Sep 19-Sep 21-Sep 23-Sep 24-Sep 25-Sep 26-Sep 27-Sep
1 Burden (B) 1,5 m 1,5 m 1,4 m 1,4 m 1,5 m 1,5 m 1,5 m 1,5 m 1,5 m 1,5 m
2 Spasi (S) 1,8 m 1,8 m 1,8 m 1,7 m 1,8 m 1,7 m 1,8 m 1,8 m 1,6 m 1,8 m
3 Kedalaman Lubang Ledak 3,2 m 3,2 m 3,2 m 3,1 m 3,2 m 3,2 m 3,2 m 3,1 m 3,1 m 3,2 m
(H)
4 Tinggi Jenjang (L) 3m 3m 3m 3m 3m 3m 3m 3m 3m 3m
5 Subdrilling (J) 0,2 m 0,2 m 0,2 m 0,2 m 0,2 m 0,2 m 0,2 m 0,2 m 0,2 m 0,2 m
6 Stemming (T) 1,5 m 1,5 m 1,5 m 1,5 m 1,4 m 1,5 m 1,5 m 1,5 m 1,5 m 1,5 m
7 Powder Colomn (PC), 1,7 m 1,7 m 1,7 m 1,6 m 1,8 m 1,7 m 1,7 m 1,6 m 1,6 m 1,7 m
PC = H-T
8 Diameter Lubang Ledak 3 inch 3 inch 3 inch 3 inch 3 inch 3 inch 3 inch 3 inch 3 inch 3 inch
(De) atau atau atau atau atau atau atau atau atau atau
0,0762 m 0,0762 m 0,0762 m 0,0762 m 0,0762 m 0,0762 m 0,0762 m 0,0762 m 0,0762 m 0,0762 m
9 Volume Batuan yang 826,2 m³ 769,5 m³ 1209,6 m³ 606,9 m³ 1053 m³ 634,95 m³ 405 m³ 486 m³ 540 m³ 405 m³
diledakkan (V)
V=BxSxLxn
10 Densitas Pengisian Bahan 3,874 3,874 3,874 3,874 3,874 3,874 3,874 3,874 3,874 3,874
Peledak (de) kg/m kg/m kg/m kg/m kg/m kg/m kg/m kg/m kg/m kg/m
11 Jumlah Keseluruhan Bahan 692,152 644, 51 1085,728 543,864 932,516 563,221 339,29 383,904 479,88 339,29
Peledak yang digunakan kg Kg kg kg kg kg Kg kg kg Kg
(E),
E = PC x de x n
12 Jumlah Lubang Ledak (n) 102 95 160 85 130 83 50 60 75 50
13 Powder Factor (PF) 0.34 0.34 0.36 0.36 0.35 0.35 0.34 0.32 0.36 0.34
E kg/ton kg/ton kg/ton kg/ton kg/ton kg/ton kg/ton kg/ton kg/ton kg/ton
PF =
V x Densitas batuan
Dari Tabel 9 diatas adapun perhitungan produksi dari data aktual

geometri peledakan ialah perhitungan mengenai loading density (kg/m),

powder factor (kg/ton) dan volume batuan yang terberai dalam satuan

m³, dimulai dari tanggal 14 September 2020 s/d 27 September 2020.

Adapun hasil perhitungan produksi data aktual geometri peledakan 14

September dapat dilihat di bawah ini dan untuk perhitungan data pada

tanggal selanjutnya dapat dilihat pada lampiran.

1) Nilai Loading Density

de = 1/4 × 3, 14 (De)2 × SG × 1000

= 0,785 × (0,0762)² × 0,85 × 100

= 3,874 kg/m

2) Jumlah handak tiap lubang (Q/E)

(Q/E) = PC × de

= 1,7 m × 3,874 kg/m

= 6,59 kg

3) Volume batuan yang terberai atau diledakkan

a) Volume batuan perlubang

V str =B×S×L

= 1,5 m × 1,8 m × 3 m

= 8,1 m³

V = V str × SG Andesite

= 8,1 m³ × 2,5 kg
= 20,25 Ton

b) Volume batuan perlubang

V str = B × S × L × n

= 1,5 m × 1,8 m × 3 × 102 lubang

= 826,2 m³

V = V str × SG Andesite

= 826,2 m³ × 2,5 kg

= 2065,5 Ton

4) Jumlah Keseluruhan Isian Bahan Peledak

Parameter yang diketahui

ANFO (kg/m) = 3,874 kg/m, PC = 1,7 m, n = 102 lubang

Total ANFO (kg/lubang) = 1,7 m × 102 lbg × 3,874 kg/m

= 671,752 kg

Dynamite (kg/lubang) = 0,2 kg/lubang

Total Dynamite (kg/lubang) = 0,2 kg/lubang × 102 lubang

= 20,4 kg

E = PC × n

= [ (T ANFO +T Dynamite ) ]

= 671,752 kg + 20,4 kg

= 692,152 kg
5) Powder Factor (PF)

E
PF =
V x Densitas batuan

692,152
= ( )
826,2 x 2,5

= 0,34 kg/Ton

c. Rangkaian Peledakan

Adapun rangkaian peledakan yang sering digunakan oleh PT.

Dempo Bangun Mitra dalam kegiatan peledakan yaitu menggunakan

rangkaian peledakan echelon cut karena dari beberapa kali pengamatan

kegiatan peledakan yang dilakukan kebanyakan menggunakan

rangkaian peledakan echelon cut. Waktu tunda yang sering digunakan

dengan nomor delay 01 sampai 20, peledakan menggunakan sistem

rangkaian paralel – seri, dimana setiap satu kali peledakan jumlah

lubang yang diledakan sekitar 10 – 25 lubang. Hal ini dilakukan untuk

mengurangi tingkat getaran tanah yang terjadi. Peledatakan nomor delay

diatur dengan memposisikan nomor delay yang paling rendah berada

didekat free face. Hal ini diharapkan agar arah flyrock menuju ke area

free faces.
B. Fragmentasi Hasil Peledakan di PT. Dempo Bangun Mitra

Fragmentasi hasil peledakan yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu

berukuran 60 cm karena kalau melebihi dari ukuran maksimal fragmentasi ≥ 60

cm bisa mengganggu proses pemuatan material hasil peledakan oleh alat gali

muat ke alat angkut. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap fragmentasi hasil

peledakan aktual yang dilakukan oleh PT. Dempo Bangun Mitra, penulis

menemukan masih adanya terdapat fragmentasi hasil peledakan yang ukurannya

≥ 60 cm sehingga menyebabkan proses pemuatan alat gali muat ke alat angkut

terganggu. Adapun salah satu gambaran fragmentasi hasil peledakan aktual PT.

Dempo Bangun Mitra bisa dilihat pada Gambar 17 berikut ini.

Gambar 17. Fragmentasi Hasil Peledakan Aktual PT. Dempo Bangun Mitra
PT. Dempo Bangun Mitra memiliki target ukuran fragmentasi yang

diharapkan yaitu rata-rata ukuran ≤ 60 cm, dan kurang dari 20 % berukuran

boulder. Namun, pada saat ini masih terdapat ukuran fragmentasi yang ≥ 60 cm

lebih dari 20 % bahkan hanya terjadi retakan saja di lokasi peledakan. Hal ini

dapat dilihat dari hasil analisis mengenai distribusi fragmentasi batuan dari data

aktual geometri peledakan dengan menggunakan software split desktop.

1. Fragmentasi Batuan Peledakan 14 September 2020

Fragmentasi hasil peledakan pada tanggal 14 September 2020 di PT.

Dempo Bangun Mitra mempunyai persentase lolos ukuran 60 cm yaitu

sebesar 59,88 %, dengan persentase tersebut masih tergolong fragmentasi

yang kurang baik karena dapat mempengaruhi kinerja excavator sehingga

mengakibatkan target produksi tidak tercapai. Dimana proses analisis split

dekstop dapat dilihat pada gambar 18, gambar 19 dan gambar 20 di bawah

ini.
Gambar 18. Fragmentasi Hasil Peledakan

Gambar 19. Proses Analisis Split Dekstop Peledakan


Gambar 20. Hasil Analisis Split Dekstop Peledakan

2. Fragmentasi Batuan Peledakan 15 September 2020

Fragmentasi hasil peledakan pada tanggal 15 September 2020 di PT.

Dempo Bangun Mitra mempunyai persentase lolos ukuran 60 cm yaitu

sebesar 78,03 %, dengan persentase tersebut masih tergolong fragmentasi

yang kurang baik karena dapat mempengaruhi kinerja excavator sehingga

mengakibatkan target produksi tidak tercapai. Dimana proses analisis split

dekstop dapat dilihat pada gambar 21, gambar 22 dan gambar 23 di bawah

ini.
Gambar 21. Fragmentasi Hasil Peledakan
Gambar 22. Proses Analisis Split Dekstop Peledakan

Gambar 23. Hasil Analisis Split Dekstop Peledakan


3. Fragmentasi Batuan Peledakan 17 September 2020

Fragmentasi hasil peledakan pada tanggal 17 September 2020 di PT.

Dempo Bangun Mitra mempunyai persentase lolos ukuran 60 cm yaitu

sebesar 64,37 %, dengan persentase tersebut masih tergolong fragmentasi

yang kurang baik karena dapat mempengaruhi kinerja excavator sehingga

mengakibatkan target produksi tidak tercapai. Dimana proses analisis split

dekstop dapat dilihat pada gambar 24, gambar 25 dan gambar 26 di bawah

ini.

ambar 24. Fragmentasi Hasil Peledakan


G

ambar 25. Proses Analisis Split Dekstop Peledakan


G

ambar 26. Hasil Analisis Split Dekstop Peledakan

4. Fragmentasi Batuan Peledakan 19 September 2020

Fragmentasi hasil peledakan pada tanggal 19 September 2020 di PT.

Dempo Bangun Mitra mempunyai persentase lolos ukuran 60 cm yaitu

sebesar 78,74 %, dengan persentase tersebut masih tergolong fragmentasi

yang kurang baik karena dapat mempengaruhi kinerja excavator sehingga

mengakibatkan target produksi tidak tercapai. Dimana proses analisis split

dekstop dapat dilihat pada gambar 27, gambar 28 dan gambar 29 di bawah

ini.
Gambar 27. Fragmentasi Hasil Peledakan
Gambar 28. Proses Analisis Split Dekstop Peledakan

Gambar 29. Hasil Analisis Split Dekstop Peledakan


5. Fragmentasi Batuan Peledakan 21 September 2020

Fragmentasi hasil peledakan pada tanggal 21 September 2020 di PT.

Dempo Bangun Mitra mempunyai persentase lolos ukuran 60 cm yaitu

sebesar 80,91 %, dengan persentase tersebut masih tergolong fragmentasi

yang kurang baik karena dapat mempengaruhi kinerja excavator sehingga

mengakibatkan target produksi tidak tercapai. Dimana proses analisis split

dekstop dapat dilihat pada gambar 30, gambar 31 dan gambar 32 di bawah

ini.

Gambar 30. Fragmentasi Hasil Peledakan


G

ambar 31. Proses Analisis Split Dekstop Peledakan


Gambar 32. Hasil Analisis Split Dekstop Peledakan

6. Fragmentasi Batuan Peledakan 23 September 2020

Fragmentasi hasil peledakan pada tanggal 23 September 2020 di PT.

Dempo Bangun Mitra mempunyai persentase lolos ukuran 60 cm yaitu

sebesar 89,27 %, dengan persentase tersebut masih tergolong fragmentasi

yang kurang baik karena dapat mempengaruhi kinerja excavator sehingga

mengakibatkan target produksi tidak tercapai. Dimana proses analisis split

dekstop dapat dilihat pada gambar 33, gambar 34 dan gambar 35 di bawah

ini.
Gambar 33. Fragmentasi Hasil Peledakan
Gambar 34. Proses Analisis Split Dekstop Peledakan

Gambar 35. Hasil Analisis Split Dekstop Peledakan


7. Fragmentasi Batuan Peledakan 24 September 2020

Fragmentasi hasil peledakan pada tanggal 24 September 2020 di PT.

Dempo Bangun Mitra mempunyai persentase lolos ukuran 60 cm yaitu

sebesar 79,36 %, dengan persentase tersebut masih tergolong fragmentasi

yang kurang baik karena dapat mempengaruhi kinerja excavator sehingga

mengakibatkan target produksi tidak tercapai. Dimana proses analisis split

dekstop dapat dilihat pada gambar 36, gambar 37 dan gambar 38 di bawah

ini.

Gambar 36. Fragmentasi Hasil Peledakan


Gambar 37. Proses Analisis Split Dekstop Peledakan
Gambar 38. Hasil Analisis Split Dekstop Peledakan

8. Fragmentasi Batuan Peledakan 25 September 2020

Fragmentasi hasil peledakan pada tanggal 25 September 2020 di PT.

Dempo Bangun Mitra mempunyai persentase lolos ukuran 60 cm yaitu

sebesar 80,75 %, dengan persentase tersebut masih tergolong fragmentasi

yang kurang baik karena dapat mempengaruhi kinerja excavator sehingga

mengakibatkan target produksi tidak tercapai. Dimana proses analisis split

dekstop dapat dilihat pada gambar 39, gambar 40 dan gambar 41 di bawah

ini.
Gambar 39. Fragmentasi Hasil Peledakan
Gambar 40. Proses Analisis Split Dekstop Peledakan

Gambar 41. Hasil Analisis Split Dekstop Peledakan


9. Fragmentasi Batuan Peledakan 26 September 2020

Fragmentasi hasil peledakan pada tanggal 26 September 2020 di PT.

Dempo Bangun Mitra mempunyai persentase lolos ukuran 60 cm yaitu

sebesar 73,92 %, dengan persentase tersebut masih tergolong fragmentasi

yang kurang baik karena dapat mempengaruhi kinerja excavator sehingga

mengakibatkan target produksi tidak tercapai. Dimana proses analisis split

dekstop dapat dilihat pada gambar 42, gambar 43 dan gambar 45 di bawah

ini.

Gambar 42. Fragmentasi Hasil Peledakan


Gambar 43. Proses Analisis Split Dekstop Peledakan
Gambar 44. Hasil Analisis Split Dekstop Peledakan

10. Fragmentasi Batuan Peledakan 27 September 2020

Fragmentasi hasil peledakan pada tanggal 27 September 2020 di PT.

Dempo Bangun Mitra mempunyai persentase lolos ukuran 60 cm yaitu

sebesar 64,24 %, dengan persentase tersebut masih tergolong fragmentasi

yang kurang baik karena dapat mempengaruhi kinerja excavator sehingga

mengakibatkan target produksi tidak tercapai. Dimana proses analisis split

dekstop dapat dilihat pada gambar 45, gambar 46 dan gambar 47 di bawah

ini.
Gambar 45. Fragmentasi Hasil Peledakan
Gambar 46. Proses Analisis Split Dekstop Peledakan

Gambar 47. Hasil Analisis Split Dekstop Peledakan

Berdasarkan hasil dari 10 kali peledakan geometri aktual diperoleh data

sebagai berikut :
Tabel 11. Hasil Fragmentasi Kegiatan Peledakan Aktual dengan Menggunakan
Software Split Desktop.
No Tanggal Persentase Kelolosan pada ayakan (%)
Ukuran 60 cm

1 14-Sep-20 59,88
2 15-Sep-20 78,03
3 17-Sep-20 64,37
4 19-Sep-20 78,74
5 21-Sep-20 80,91
6 23-Sep-20 89,27
7 24-Sep-20 79,36
8 25-Sep-20 80,75
9 26-Sep-20 73,92
10 27-Sep-20 64,24
Rata-rata 74,95

Persentase Fragmentasi dengan Software Split Dekstop


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Gambar 48. Grafik Persentase Fragmentasi Software Splits Dekstop

Dari tabel di atas, terlihat bahwa dengan menggunakan software split

desktop persentase fragmentasi hasil peledakan rata-rata aktual di lapangan yang

berukuran 60 cm yaitu sebanyak 74,95 % dan dari grafik juga menunjukan

bahwa masih banyaknya terdapat persentase yang berukuran >60 cm (boulder).

Hasil analisis distribusi fragmentasi batuan dari geometri rancangan yang


dipakai di PT. Dempo Bangun Mitra dihitung dengan menggunakan Metode

Kuz-Ram. Perhitungan tersebut dapat dilihat dibawah ini.

1. Perhitungan Ukuran Fragmentasi Rata – rata (Xm)

Vo 0.8 E −0.63
Xm =Ax( ) x Q0,1667 x ( )
Q 115

8,1 0.8 100 −0.63


= 8,865 × ( ) × 6,590,1667 × ( )
6,59 115

= 15,64 cm

2. Perhitungan Indeks Keseragaman

S
B W ( −1) PC
n = [2,2 -14 ( ¿] x [1 - (
d B
)] x ( 1+ B )x(
L
)
2

1,8
1,5 0 ( −1) 1,7
= [2,2 – 14 ( 76,2 ¿] x [1 - ( 1,5 )] x ( 1+ 1,5 )x( )
3
2

= 1,2

3. Perhitungan Karakteristik Batuan

Xm
Xc = 1
0,693 n

15,64
= 1
0,693 1,2

= 21,23

4. Perhitungan Persentase Batuan yang Tertahan

R60 = e−¿¿ x 100


= e−¿¿ x 100

= 3,08 % tertahan

Lolos = 100% - 3,08%

= 96,92%

Dari perhitungan diatas, terlihat bahwa hasil fragmentasi peledakan dengan

geometri rancangan menggunakan Metode Kuz-Ram di PT. Dempo Bangun Mitra

yang berukuran 60 cm yaitu sebanyak 96,92 %. Maka dari itu dapat dilihat bahwa

persentase fragmentasi geometri rancangan dengan menggunakan metode Kuz-

Ram memiliki persentase kelolosan lebih baik dibandingkan persentase

fragmentasi geometri aktual dengan menggunakan Software Split Dekstop. Untuk

lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

120

100

80
Persentase Lolos (%)

60

40

20

0
Split Dekstop Kuz-Ram

Gambar 49. Grafik Persentase Fragmentasi Geometri Aktual dengan


menggunakan Software Splits Dekstop dan Geometri Rancangan dengan
menggunakan Metode Kuz-Ram.

C. Model Fragmentasi Batuan dengan Menggunakan Kuz-Ram


Model Kuz-Ram, digunakan dalam penelitian ini untuk memperkirakan

distribusi ukuran fragmentasi hasil peledakan. Adapun perhitungan salah satu

contoh model fragmentasi aktual tanggal 14 September 2020 adalah sebagai

berikut:

(a) Perhitungan Faktor Batuan (A)

Nilai faktor batuan (A), didapatkan dari hasil masukan data sesuai dengan

masukan data yang ada di dalam model Kuz-Ram. Pada tabel 12, dapat

dilihat hasil pengamatan di lapangan untuk mendapatkan faktor batuan.

Tabel 12. Perhitungan Faktor Batuan (A) Menurut Model Kuz-Ram


Rock Mass Description Rating Nilai
(RMD)

Powdery/Friable 10
Blocky 20
Totally Massive 50 
Joint Plane Spacing (JPS) Rating
Close (<0,1 m) 10
Intermediet (0,1 – 1,0 m) 20
Wide (> 0,1 m) 50 
Joint Plane Orientation Rating
(JPO)
Horizontal 10
Dip Out Of Face 20
Strike Normal To Face 30 
Dip Into Face 40
Spesific Gravity Influence 25 x Bobot Isi – 50 11,75
(SGI)
Hardness (H) 1 s.d 10 6
Blastability Index (BI) 0,5 x 73,875
(RMD+JPS+JPO+SGI+H)
Rock Factor (A) 0,12 x BI 8,865
BI = 0,5 × ( RMD + JPS + JPO + SGI + Hardness )

BI = 0,5 × ( 50 + 50 +30 + 11,75 + 6 )

= 73, 875

A = BI × 0,12

= 73, 875× 0,12

= 8,865

(b) Perhitungan Ukuran Fragmentasi Rata – rata (Xm)

Vo 0.8 E −0.63
Xm =Ax( ) x Q0,1667 x ( )
Q 115

8,1 0.8 0,1667 100 −0.63


= 8,865 × ( ) × 6,59 × ( )
6,59 115

= 15,64 cm

Perhitungan ukuran fragmentasi rata-rata batuan oleh persamaan dari model

Kuz-Ram, pada tanggal 14 September 2020 yaitu sebesar 15,64 cm. Untuk

perhitungan fragmentasi rata-rata pada peledakan selanjutnya dapat dilihat

pada tabel 13.

(c) Perhitungan Indeks Keseragaman

S
B W ( −1) PC
n = [2,2 -14 (
d
¿ ] x [1 - (
B
)] x ( 1+ B )x(
L
)
2

1,8
1,5 0 ( −1) 1,7
= [2,2 – 14 ( 76,2 ] x [1 - ( 1,5 )] x ( 1+ 1,5
¿ )x( )
3
2

= 1,2
Perhitungan indeks keseragaman batuan oleh persamaan dari model Kuz-

Ram, pada tanggal 14 September 2020 yaitu sebesar 1,2 cm. Untuk

perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 13.

(d) Perhitungan Karakteristik Batuan

Xm
Xc = 1
0,693 n

15,64
= 1
0,693 1,2

= 21,23

Dari perhitungan karakteristik batuan oleh persamaan dari model Kuz-Ram,

pada tanggal 14 September 2020 yaitu sebesar 21,23 dan untuk perhitungan

selanjutnya dapat dilihat pada tabel 13 di bawah ini.

(e) Perhitungan Persentase Batuan yang Tertahan

R60 = e−¿¿ x 100

= e−¿¿ x 100

= 3,08 % tertahan

Lolos = 100% - 3,08%

= 96,92%

Dari perhitungan diatas, pada peledakan tanggal 14 September 2020,

persentase jumlah batuan yang tertahan dengan menggunakan model Kuz-

Ram yang berukuran ≥ 60 cm yaitu sebanyak 3,08 %. Untuk perhitungan


persentase ukuran batuan pada tanggal selanjutnya dapat dilihat pada tabel

13 dibawah ini.

Tabel 13. Model Fragmentasi Menggunakan Kuz-Ram.


No Tanggal Xm n Xc Fragmentasi (%)
(cm) ukuran ≤ 60 cm
1 14-Sep-20 15,64 1.2 21,23 96,92
2 15-Sep-20 15,64 1,2 21,23 96,92
3 17-Sep-20 14,8 1,26 19,8 98,24
4 19-Sep-20 14,71 1,15 20,23 96,95
5 21-Sep-20 15,09 1,27 20,14 98,17
6 23-Sep-20 14,94 1,16 18,79 97,86
7 24-Sep-20 15,64 1.2 21,23 96,92
8 25-Sep-20 16,27 1,13 22,51 95,16
9 26-Sep-20 14,80 1,06 20,92 95,29
10 27-Sep-20 15,64 1,02 21,23 96,92
Rata-rata 15,32 1,17 20,73 96,94

Persentase Fragmentasi dengan Medel Kuz-Ram


98.5
98
97.5
97
96.5
96
95.5
95
94.5
94
93.5

Gambar 50. Grafik Persentase Fragmentasi Model Kuz-Ram

Dari tabel di atas, terlihat bahwa masih ada fragmentasi batuan yang

berukuran ≥ 60 cm. Dan dari grafik juga dapat dilihat bahwa persentase

kelolosan batuan yang berukuran 60 cm di PT. Dempo Bangun Mitra dengan

menggunakan model Kuz-Ram yaitu dengan rata – rata 96,94 %.


D. Model Fragmentasi Batuan dengan Kuznetzov-Cunningham-Ouchterlony
(KCO)

Model fragmentasi dengan KCO digunakan untuk memprediksi fragmentasi

hasil peledakan yang lebih baik. Karena pada metoda perhitungan ini yang telah

dijelaskan pada bagian dasar teori memiliki beberapa masukan data yang berbeda

dibandingkan dengan Model Kuz-Ram.

Perhitungan hasil dapat menggunakan persamaan:


19
1 115
Xm = A x At x K −0,8 x Q 6 x ( ¿ ¿ 20 x c (A)
RWS

1. Perhitungan Faktor Batuan (A)

𝐴 = 0.06 𝑥 (𝑅𝑀𝐷 + 𝑅𝐷𝐼 + 𝐻𝐹)

𝑅𝑀𝐷 = (𝐽𝐶𝐹 𝑥 𝐽𝑃𝑆) + 𝐽𝑃𝐴

RMD = Rock Mass Description

JCF = Joint Condition Factor

JPS = Joint Plane Spacing

JPA= Joint Plane Angle

RDI = Rock Density Influence (Pengaruh densitas batuan)

HF = Hardness Factor (Faktor kekerasan batuan)


Tabel 14. Perhitungan Faktor Batuan (A)
Menurut Kuznetzov-Cunningham-Ouchterlony (KCO)
Joint Condition Factor (JCF) Rating Nilai

Tight Joint 1
Relaxed Joint 1,5 
Gouge-Filled Joint 52
Joint Plane Spacing (JPS) Rating
< 0,1 m 10
0,1 – 0,3 m 20
0,3 m to 95 % P (B x S )ˆ0,5 80
> P B x S )ˆ0,5 50 
Joint Plane Angle (JPA) Rating
Dip Out Of Face 40 40
Strike Normal To Face 30
Dip Into Face 20
Rock Density Influence 2,5
(RDI)
Hardness Factor (HF)
If Y < 50, HF = Y/3, Y = 4,5
(Modulus Elastic)
If Y > 50, HF = UCS/5
Rock Factor (A)
A = 0.06 (RMD + RDI + HF) 7,32

RMD = (JCF x JPS) + JPA

= (1,5 x 50) + 40

= 115

A = 0.06 (RMD + RDI + HF)

= 0.06 (115 + 2,5 + 4,5)

= 7,32

Selanjutnya nilai density batuan diambil berdasarkan data yang didapat

dari departemen engineering PT. Dempo Bangun Mitra yang menyatakan

bahwa nilai density batuan yang tertinggi adalah 2,5 gr/cm³. Maka, akan
didapatkan nilai faktor batuan (A) yaitu sebesar 7,32.

2. Perhitungan Faktor Timing (At)

Kegiatan peledakan diambil dari 10 kali pengamatan di lapangan.

Dimana dalam pengamatan tersebut penulis menemukan ukuran burden

yang berbeda yaitu 1,4 m dan 1,5 m. Peledakan ini karena menggunakan

bahan peledak yang bersifat elektrik maka dengan surface delay 25 ms.

Sehingga akan didapatkan 2 nilai faktor timing pada kegiatan peledakan

yang akan mempengaruhi distribusi fragmentasi hasil peledakan. Peledakan

dengan delay yang pendek akan memberikan hasil optimum terhadap

fragmentasi peledakan dibandingkan delay yang panjang pada kondisi

batuan yang keras atau masif (Bergman et. al, 1974 dalam milia, 2018).

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, terkait

perhitungan faktor timing. Terlebih dahulu dilakukan perhitungan untuk

mencari nilai Tmax, setelah itu akan dilakukan perhitungan faktor timing

(At).

T
At = 0.9 + 0.1 ( – 1 ) , T = rentang delay yang digunakan
T max

15,6
T max = ( x B) , dengan Cx = VOD dari bahan peledak
Cx

Perhitungan faktor timing (At)

a. Delay 25 ms dengan Burden 1,4 m

15,6
T max = ( x B)
Cx
15,6
=( x 1,4)
3400

= 6,42 ms

b. Delay 25 ms dengan Burden 1,5 m

15,6
T max = ( x B)
Cx

15,6
=( x 1,5)
3400

= 6,88 ms

3. Perhitungan Faktor Koreksi c(A)

Nilai ini merupakan faktor koreksi terhadap kekuatan lapisan atau

rekahan pada lokasi kegiatan peledakan. Nilai koreksi terhadap batuan dapat

dilihat pada Tabel 3. Menurut Jimeno, dkk (1987: 4) faktor koreksi batuan

c(A) yang digunakan adalah 0,9 karena batuan berada pada range medium

baik di lokasi peledakan.

4. Perhitungan Ukuran Fragmentasi Rata-rata (Xm)

Perhitungan ukuran fragmentasi rata-rata oleh persamaan dari model

Kuznetzov-Cunningham-Ouchterlony (KCO), pada tanggal 14 September

2020. Adapun nilai yang diketahui untuk dimasukkan kedalam rumus

dibawah itu yaitu:

A = 7,32 RWS = 100 Q = 6,59

K = 0,34 c(A) = 0,9

At : Delay 25 = 1,16
Maka,
19
1 115
Xm = A x At x K −0,8
xQ x(
6 ¿ ¿ 20 x c (A)
RWS
19
1 115 20
= 7,32 x 1.16 x 0,34−0,8 x 6,59 6 x ( ¿ ¿ x 0,9
100

= 28,33 cm

Dengan delay yang lebih lama atau lebih besar akan menghasilkan

ukuran fragmentasi rata-rata (Xm) peledakan yang lebih besar, sehingga

dapat disimpulkan bahwa delay yang paling baik untuk menghasilkan ukuran

fragmentasi rata-rata yang lebih kecil adalah yang lebih rendah delay.

Perhitungan ukuran fragmentasi rata-rata dari model Kuznetzov-

Cunningham-Ouchterlony (KCO) yaitu sebesar 28,33 cm. Untuk

perhitungan fragmentasi rata-rata pada peledakan selanjutnya dapat dilihat

pada tabel 14.

5. Perhitungan Indeks Keseragaman (n)

Perhitungan indeks keseragaman atau n dapat dihitung menggunakan

rumus di bawah ini. Pada perhitungan ini, terlebih dahulu harus dicari

masukan data seperti nilai scatter ratio atau ns dan faktor koreksi indeks

keseragaman. Serta perlu juga untuk diketahui mengenai data aktual di

lapangan.
S

n = ns × 2−30
B
De
x
1+
2
√ W
B X (1 - B ) x
PC 0,3
L
× c (n)

a. Perhitungan Scatter Ratio (ns)

Perhitungan nilai scater ratio sebelum itu dilakukan perhitungan

untuk mencari nilai Rs dan nilai standar deviasi (𝛼𝑡). Untuk mencari

nilai ns perlu diketahui nilai standar deviasi in hole delay (𝛼1) dan nilai

standar deviasi surface delay (𝛼2). Nilai deviasi ini mengacu pada grafik

hubungan nominal delay dengan standar deviasi yang diperkenalkan

oleh Cunningham tahun 2003 dalam papernya The Effect Of Timing

Precision On Control Of Blasting Effect (milia, 2018). Paper tersebut

dapat diketahui, pada in hole delay 500 ms standar deviasinya adalah

2,15 dan pada surface Delay 25 ms adalah 0,75

Dengan nilai standar deviasi in hole dan surface delay didapatkan

nilai standar deviasi sistem inisiasi sebagai berikut:

Diketahui,

𝛼1 = 2,15

𝛼2 : 25 ms = 0,75

Standar deviasi delay 25 ms yaitu:

𝛼𝑡 = √ 2 α 12+ α 22
= √ 2(2,15)2+(0,75)2
= 3,13

Jadi semakin lama delay yang digunakan maka standar deviasinya

akan semakin besar. Dan setelah didapatkan nilai standar deviasi maka

dapat dicari nilai Rs untuk perhitungan scatter ratio (ns). Pada

perhitungan ini telah diketahui nilai Tx atau delay yang digunakan serta

nilai standar deviasi delay.

αt
Rs = 6 ×
Tx

3,13
=6×
25

= 0,75

Rs 0,8
ns = 0.206 + (1− )
4

0,75 0,8
= 0.206 + (1− )
4

= 1,05

Dari nilai Rs diatas dapat dilihat bahwa nilai Rs akan semakin besar

jika delay yang digunakan semakin kecil, dan sebaliknya apabila tingkat

indeks keseragaman semakin besar maka nilai Rs akan semakin kecil.

b. Perhitungan Faktor Koreksi Indeks Keseragaman c(n)

Faktor koreksi indeks keseragaman dihitung dengan memasukan

data berupa faktor batuan atau A yang telah didapatkan sebelumnya.

A 0.3
c (n) = ( )
6
7,32 0.3
= ( )
6

= 1,06

Perhitungan indeks keseragaman (c) dapat dilakukan dengan masukan

data yang telah diketahui seperti :

ns delay 25 ms = 1,05

B = 1,5 m S = 1,8 m

De = 72,6 mm W=0

PC = 1,7 m L=3m

c(n) = 1,06

Jadi perhitungan Indeks Keseragaman (n)

S
n

= ns × 2−30
B
De
x
1+
2
√ W
B X (1 - B ) x
PC 0,3
L
× c (n)

1,8
n = 1,05× 2−30
√ 1,5
72,6
x
1+
2
√ 0
1,5 X (1 - 1,5 ) x
1,7 0,3
3
× 1,06

= 0,83

6. Perhitungan Persentase Ukuran Fragmentasi

Perhitungan ukuran persentase fragmentasi pada model KCO dapat

dilihat pada rumus dibawah ini. Namun, terlebih dahulu dilakukan

perhitungan untuk menghitung karakteristik ukuran fragmentasi terlebih

dahulu atau Xc. Sedangkan, masukan data yang diperlukan yaitu:

Xm delay 25 ms = 28,33
n delay 25 ms = 0.83

Xm
Xc = 1
n
0,693

28,33
= 1
0,693 0,83

= 44,07 cm

Perhitungan diatas menunjukkan jika pada peledakan tanggal 14

September 2020 menghasilkan karakteristik ukuran fragmentasi yaitu 44,07

cm. Kemudian dilakukan perhitungan persentase jumlah ukuran 60 cm

sebagai berikut :

R60 = e−¿¿ x 100

= e−¿¿ x 100

= 27,47 % tertahan

Lolos = 100% - 27,47%

= 72,53 %

Dari perhitungan diatas, pada peledakan tanggal 14 September 2020,

persentase jumlah batuan yang tertahan dengan menggunakan model KCO

yang berukuran ≥ 60 cm yaitu sebanyak 27,47 %. Untuk perhitungan

persentase ukuran batuan pada tanggal selanjutnya dapat dilihat pada tabel

14 dibawah ini.
Tabel 14. Perhitungan Fragmentasi Kegiatan Peledakan Aktual di PT.
Dempo Bangun Mitra dengaan menggunakan Model KCO.
No Tanggal Xm N Xc Fragmentasi
(cm) (%) ukuran
60 cm
1 14-Sep-20 28,33 0,83 44,07 72,53
2 15-Sep-20 28,33 0,83 44,07 72,53
3 17-Sep-20 27,76 0,85 42,74 73,66
4 19-Sep-20 27,47 0,83 42,73 73,43
5 21-Sep-20 27,94 0,84 43,23 73,27
6 23-Sep-20 27,68 0,81 43,53 72,66
7 24-Sep-20 28,33 0,83 44,07 72,53
8 25-Sep-20 29,42 0,81 46,27 70,89
9 26-Sep-20 26,78 0,79 42,6 73,08
10 27-Sep-20 28,33 0,83 44,07 72,53
Rata-rata 28.04 0,83 43,74 72,71

Persentase Fragmentasi dengan Model KCO


74
73.5
73
72.5
72
71.5
71
70.5
70
69.5
0

0
-2

-2

-2

-2

-2

-2

-2

-2

-2

-2
ep

ep

ep

ep

ep

ep

ep

ep

ep

ep
-S

-S

-S

-S

-S

-S

-S

-S

-S

-S
14

15

21

23

25

26
17

19

24

27

Gambar 51. Grafik Persentase Fragmentasi Model KCO

Dari tabel di atas, terlihat bahwa masih ada fragmentasi batuan yang
berukuran ≥ 60 cm. Dan dari grafik di atas terlihat jelas persentase rata-rata

fragmentasi yang berukuran 60 cm dengan menggunakan Model KCO, dimana

persentase kelolosan batuan rata-rata yang berukuran 60 cm di PT. Dempo

Bangun Mitra yaitu dengan sebesar 72,71 % .

E. Perbandingan Fragmentasi Berukuran 60 cm dengan Model Kuz Ram,


Kuznetzov-Cunningham-Ouchterlony (KCO), dan Software Split Desktop

Perbandingan fragmentasi peledakan antara geometri rencana dengan

geometri aktual yang terdapat di PT. Dempo Bangun Mitra yang berukuran 60

cm dapatdengan ketiga metode tersebut dapat dilihat pada Tabel 15. Dari Tabel

15 terlihat bahwa persentase ukuran fragmentasi peledakan aktual menggunakan

software split dekstop lebih mendekati persentase ukuran fragmentasi dengan

menggunakan model Kuznetzov-Cunningham-Ouchterlony (KCO), dimana

persentase rata-rata fragmentasi dengan menggunakan software split dekstop

yang berukuran 60 cm yaitu sebesar 74,95 % . Dan persentase rata-rata

fragmentasi yang berukuran 60 cm dengan menggunakan model Kuz-Ram yaitu

sebesar 96,94 % sedangkan persentase rata-rata fragmentasi yang berukuran 60

cm dengan menggunakan model KCO yaitu sebesar 72,71 %. Jadi persentase dari

kedua model fragmentasi tersebut dapat dilihat bahwa model KCO lebih

mendekati persentase fragmentasi aktual di PT. Dempo Bangun Mitra. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 41 di bawah ini.


Tabel 15. Perbandingan Persentase Fragmentasi
No Tanggal Model Kuz-Ram Model KCO Split Dekstop
60 cm 60 cm 60 cm
1 14-Sep-20 96,92 % 72,53 % 59,88 %
2 15-Sep-20 96,92 % 72,53 % 78,03 %
3 17-Sep-20 98,24 % 73,66 % 64,37 %
4 19-Sep-20 96,95 % 73,43 % 78,74 %
5 21-Sep-20 98,17 % 73,27 % 80,91 %
6 23-Sep-20 97,86 % 72,66 % 89,27 %
7 24-Sep-20 96,92 % 72,53 % 79,36 %
8 25-Sep-20 95,16 % 70,89 % 80,75 %
9 26-Sep-20 95,29 % 73,08 % 73,92 %
10 27-Sep-20 96,92 % 72,53 % 64,24 %
Rata-rata 96,94 % 72,71 % 74,95 %

120

100

80

60
Split Dekstop
40 Model Kuz-Ram
Model KCO

20

0
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
ep- ep- ep- ep- ep- ep- ep- ep- ep- ep-
-S -S -S -S -S -S -S -S -S -S
14 15 17 19 21 23 24 25 26 27
Ga
mbar 52. Grafik Hubungan persentase kelolosan Fragmentasi peledakan dengan
menggunakan Split Dekstop, Model Kuz-Ram dan Model KCO.

120

100
96.94
80
72.71 74.75
60

40

20

0
Model Kuzram Model KCO Splits Dekstop

Gambar 53. Perbandingan Persentase Rata-rata Fragmentasi

Tabel 15 dan gambar 53 menunjukan bahwa perbandingan antara persentase

fragmentasi yang ukuran 60 cm dari ketiga metode diantaranya yaitu model Kuz-

Ram, model KCO, serta perhitungan aktual dengan split dekstop. Pada grafik

terlihat jelas bahwa fragmentasi aktual dengan split dekstop menunjukan

kemiripan dengan perhitungan model KCO dan dapat disimpulkan juga bahwa

pada grafik persentase fragmentasi yang berukuran 60 cm belum mencapai target

yang diinginkan.

Berdasarkan data yang telah didapatkan, yang ditunjukkan oleh tabel 14,

maka akan di analisis kedalam regresi linear dengan membandingkan antara

pengukuran ukuran fragmentasi 60 cm aktual menggunakan software split

desktop dengan pengukuran fragmentasi 60 cm permasing-masing metoda.


100
90
80
70 f(x) = − 0.15 x + 89.28
pengukuran X60 (cm)

R² = 0
60
50
40
30
20
10
0
95 95.5 96 96.5 97 97.5 98 98.5
Prediksi X60 Model Kuz-Ram

Gambar 54. Hasil Persentase Fragmentasi dan Prediksi Fragmentasi


Menggunakan Model Kuz-Ram

100
90
80
f(x) = − 2.32 x + 243.81
70
Pengukuran X60 (cm)

R² = 0.04
60
50
40
30
20
10
0
70.5 71 71.5 72 72.5 73 73.5 74
Prediksi X60 Model KC0

Gambar 55. Hasil Persentase Fragmentasi dan Prediksi Fragmentasi


Menggunakan Model KCO
Dari gambar 54 dan gambar 55 diatas menunjukkan perbedaan nilai R² dari

masing-masing model prediksi. Dengan nilai hubungan yang kuat ditunjukkan

oleh model KCO yang memiliki nilai 0.0371, dan model Kuz-Ram hanya dengan

nilai 0,0003 sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Selanjutnya, akan dilakukan perhitungan untuk mencari nilai Root Mean

Square Error (RMSE) dari tiap masing-masing model prediksi fragmentasi

dengan menggunakan bantuan microsoft excel maka didapatkan nilai RMSE dari

model Kuz-Ram yaitu 23,70 dan nilai RMSE dari model KCO yaitu 9,23.

Tabel 16. Hasil Dari Analisis


No. Model Prediksi R² RMSE Jumlah Peledakan
1 Kuz-Ram 0,0003 23,27 10
2 KCO 0.0371 9,23 10

Dari hasil analisis perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

model KCO memiliki nilai koefisien korelasi yang kuat yaitu 0,0371 dan nilai

RMSE yang rendah 9,23 dibandingkan dengan model Kuz-Ram yang memiliki

nilai koefisien korelasi 0,0003 dengan nilai RMSE 23,27.

F. Rancangan Usulan dan Prediksi Persentase Fragmentasi Geometri


Peledakan Berdasarkan Teori R.L.

Rancangan usulan geometri peledakan dilakukan untuk mendapatkan hasil

fragmentasi batuan yang lebih baik. Dimana rancangan usulan geometri

peledakan yang akan diusulkan yaitu menggunakan rancangan geometri

peledakan berdasarkan teori R.L.Ash.


Geometri R.L. Ash (1967) membuat pedoman perhitungan geometri

peledakan jenjang berdasarkan pengalaman empirik yang diperoleh di berbagai

tempat dengan jenis pekerjaan dan batuan yang berbeda-beda. Sehingga R.L. Ash

berhasil mengajukan empirik yang digunakan sebagai pedoman dalam rancangan

awal peledakan batuan. Faktor koreksi untuk geometri ini adalah kesesuaian

terhadap batuan standar dan bahan peledak standar.

Adapun parameter – parameter yang dibutuhkan untuk perhitungan evaluasi

geometri peledakan didapat dari studi perpustakaan, observasi di lapangan dan

lainnya, dapat dilihat pada lampiran. Rancangan geometri Menurut Teori

R.L.Ash dapat dilihat pada tabel dibbawah ini.

Tabel 17. Rancangan Geometri Peledakan Menurut Teori R.L.Ash


No Parameter Simbol Nilai
1 Burden B 1,6 m
2 Spasi S 1,9 m
3 Stemming T 1,2 m
4 Subdrilling J 0,5 m
5 Tinggi Jenjang L 3m
6 Kedalaman Lubang Ledak H 3,5 m
7 Powder Column PC = H- T 2,3 m
8 Densitas Pengisian Bahan De 3,874 kg/m
Peledak
9 Jumlah Lubang Ledak N 89
10 Jumlah Keseluruhan Bahan Q/E = PC x de 8,91 kg
Peledak
11 Volume Batuan yang diledakan V=BxSxL 9,12 m³
12 Powder Factor PF = 4 kg/m³
E
V x Densitas bat uan

Selanjutnya dilakukan perhitungan prediksi persentase fragmentasi hasil

peledakan dari rancangan geometri peledakan yang telah dibuat. Adapun


parameter dan hasil perhitungan prediksi ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 18. Parameter Perhitungan Fragmentasi Hasil Peledakan


Menggunakan Model KCO
No Parameter Simbol Nilai
Faktor Batuan A 7,32 m
1 Burden B 1,6 m
2 Spasi S 1,9 m
3 Subdrilling J 0,5 m
4 Standar deviasi pemboran W 0
5 Tinggi Jenjang L 3m
6 Kedalaman Lubang Ledak H 3,5 m
7 Powder Column PC = H- T 2,3 m
8 Diamater Lubang Ledak De 3,874 kg/m
9 Jumlah Lubang Ledak N 89
10 Jumlah Bahan Peledak Tiap Lubang Q/E = PC x de 8,91 kg
11 Volume Batuan yang diledakan V=BxSxL 9,12 m³
12 Relatif wight strenght RWS 100
13 Timming Factor At 1,14
14 Powder Factor K 4 kg/m³
15 Faktor Koreksi terhadap Batuan c(A) 0,9
16 Faktor Koreksi Indeks Keseragaman c(n) 1,06
17 Scatter ratio Ns 1,05
18 Standar deviasi terhadap inhole delay ᾳ1 2,15
19 Standar deviasi terhadap surface ᾳ2 0,5
delay
20 VOD Bahan Peledak Cx 3400 m/s

Berdasarkan tabel 18 diatas hasil prediksi fragmentasi peledakan dengan

model KCO bisa dilihat pada Tabel 19 berikut ini. Sementara itu, untuk

perhitungan prediksi fragmentasi hasil peledakan dapat dilihat pada lampiran.


Tabel 19. Hasil Perhitungan Fragmentasi Hasil Peledakan
Menggunakan Model KCO
NO Parameter Nilai
Rekomendasi
1 Ukuran rata-rata fragmentasi hasil peledakan 4,07 cm
(Xm)
2 Indeks keseragaman (n) 0,89
3 Karakteristik batuan (Xc) 6,15
4 Persentase fragmentasi ukuran boulder (>60 cm) 0.05%

Berdasarkan dari hasil prediksi persentase fragmentasi ukuran 60 cm oleh

model KCO di atas maka, didapatkan kesimpulan bahwa rekomendasi geometri

usulan teori R.L.Ash lebih baik digunakan dengan persentase fragmentasi yang

berukuran 60 cm sebanyak 0,05 % dimana jumlah boulder menjadi lebih sedikit.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukannya analisis dan pembahasan dalam judul penelitian ini

maka, adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode penambangan yang digunakan dalam penambangan di PT. Dempo

Bangun Mitra yaitu metode Quarry. Untuk pembongkaran material batu

andesit PT. Dempo Bangun Mitra yaitu menggunakan kegiatan peledakan

karena tidak dapat digali oleh alat gali muat. Adapun geometri peledakan

aktual yang sering digunakan perusahaan dalam kegiatan peledakan yaitu

rata-rata menggunakan geometri peledakan; burden 1,5 m, spasi 1,8 m,

kedalaman lubang ledak 3,2 m, subdrilling 0,2 m, tinggi jenjang 3 m, panjang

kolom isian (powder colomn) 1,7 m, stemming 1,5 m dan diameter lubang

ledak 3 inch.

2. Dari hasil perhitungan fragmentasi hasil peledakan dari kegiatan peledakan

aktual perusahaan didapatkan rata-rata persentase fragmentasi ukuran boulder

berdasarkan sofware split dekstop sebesar 25,05 % sehingga rata-rata

fragmentasi ukuran boulder yang dihasilkan belum bisa dikatakan baik karena

fragmentasi peledakan ukuran boulder yang dihasilkan masih tergolong

banyak.

3. Perhitungan prediksi fragmentasi pada tiap kali kegiatan peledakan yang telah

dilakukan dengan pengukuran aktual menggunakan software split desktop dan


pemodelan fragmentasi batuan dengan menggunakan Model Kuz-Ram, dan

Model KCO menghasilkan ukuran yang berbeda-beda. Berdasarkan dari

perhitungan tersebut, maka didapatkanlah hasil dari analisis prediksi

fragmentasi yang mendekati ukuran fragmentasi aktual yaitu Model KCO

dengan ukuran fragmentasi (60 cm) yaitu sebanyak 72,71 % . Sedangkan hasil

analisis prdiksi Model Kuz-Ram ukuran fragmentasi (60 cm) yaitu sebanyak

96,94 %. Dapat disimpulkan bahwa hasil dari pemodelan fragmentasi oleh

Model KCO lebih mendekati hasil fragmentasi aktual yang diperusahaan

dibandingkan Model Kuz-Ram, meskipun hasil prediksi fragmentasi yang

dihasilkan Model Kuz-Ram lebih baik dari Model KCO.

4. Perhitungan analisis geometri peledakan usulan untuk mendapatkan target

fragmentasi yang diinginkan, direkomendasikan untuk menggunakan

rancangan geometri peledakan teori R.L.Ash dengan melakukan analisis

prediksi fragmentasi peledakan menggunakan Model KCO. Karena Persentase

fragmentasi ukuran boulder yang dihasilkan oleh Model KCO tersebut lebih

baik dari Model Kuz-Ram.

B. Saran

1. Dari beberapa kali kegiatan peledakan yang penulis ikuti, sering terjadinya

fly rock pada kegiatan peledakan, maka untuk mencegah terjadinya fly rock

penulis menyarankan agar pada pengisian stemming benar-benar secara

menyeluruh dan dalam kondisi padat.


2. Pelaksanaan pengontrolan untuk kegiatan peledakan yang lebih ditingkatkan

lagi.

3. Untuk kedepannya penulis menyarankan agar dalam kegiatan peledakan yang

dilakukan di PT. Dempo Bangun Mitra supaya mempersiapkan lokasi

sebelum dilakukan pemboran, serta selalu mengawasi kinerja alat bor agar

tidak didapatkan kedalaman dan kemiringan lubang yang tidak sesuai dengan

direncanakan, karena dengan kedalaman dan kemiringan lubang yang

berbeda-beda, peledakan akan tidak berjalan dengan optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012). Diktat Peledakan Pada Kegiatan Penambangan Bahan Galian.


Diklat Teknik Pemberaian Batuan. Pusdiklat Teknologi Mineral dan
Batubara. Bandung.
Balkema. 1995. Drilling and Blasting Of Rocks. Spain: Estudios Y Proyectus
Mineros, S.A.
Bhandari, Sushil. 1997. Engineering Rock Blasting Operation. India: Department Of
Mine Engineer J.N.V University Jodhpur

Cunningham, C.V.B. 2005. The Kuz-Ram Fragmentation Model-20 Years on. South
Africa. Brighton Conference Proceeding, R. Holmberg et al, ISBN 0-
9550290-007
Engin, I.C. 2009. A Practical Method Of Bench Blasting Design For Desired
Fragmentation Based ON Digital Image Processing Techniqueand Kuz-
Ram Model. Turkey: Afyon Kocatepe University
Budiman, Agus Ardianto. 2016. Analisis Powder Factor dan Fragmentasi Hasil
Ledakan Menggunakan Perhitungan Kuz-Ram pada Tambang Batubara
di Provinsi Kalimantan Timur. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas
Muslim Indonesia: Makasar
Faramarzi, F. dkk. 2013 A Rock Engineering Systems Based Model to Predict Rock
Fragmentation by Blasting. International Journal of Rock Mechanichs
and Mining Sciences. Mining Engineering Departement. University of
Kerman: Iran.
Herman, dkk. 2015. Analisis Pengaruh Kedalaman Lubang Ledak, Burden dan
Spacing terhadap Perolehan Fragmentasi Batu Gamping. Jurnal
Geomine, Vol 03. Universitas Muslim Indonesia dan Universitas
Hasanudin:Makasar
Faramarzi, F. dkk. 2013. Development of Rock Engineering Systems_Based Models
for Flyrock Risk Analysis and Prediction of Flyrock Distance in Surface
Blasting. Rock Mechanical Engineering (Paper).

Ramadana, Sahrul. 2018. Analisis Geometri Peledakan Guna Mendapatkan


Fragmentasi Batuan yang Diinginkan untuk Mencapai Target
Produktivitas Alat Gali Muat pada Kegiatan Pembongkaran Lapisan
Tanah Penutup (Overburden) di Pit Menara Utara PT arkananta Apta
Pratista Job Site PT KPUC, Malinau, Kalimantan Utara. Tugas Akhir.
Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang: Padang.

Safarudin. dkk. 2016. Analisis Pengaruh Geometri Peledakan Terhadap Fragmentasi


dan Digging Time Material Blasting. Jurnal Penelitian Enjiniring. Vol. 20
No. 2. Program Studi Teknik Pertambangan. Fakultas Teknik. Universitas
Hasanuddin: Gowa.

Singh, P.K. dkk. 2015. Rock Fragmentasion Control in Opencast Blasting. Journal of
Rock Mechanics and Geotechnical Engineering. CSIR-Central Institute
of Mining and Fuel Research. Dhanbad: India.

Anda mungkin juga menyukai