Oleh:
A. Latar Belakang
Pemberaian batuan merupakan salah satu tahapan yang sangat penting dalam
tergantung dari karakteristik batuan yang akan diberai. Menurut Ghokale (2009:
36) “Metode pemberaian batuan yang umum digunakan lebih dari empat abad
yang lalu adalah pemboran dan peledakan”. Kegiatan peledakan bertujuan untuk
kegiatan produksi batu andesite PT. Dempo Bangun Mitra melakukan kegiatan
pemberaian batu andesite dengan sistem drilling blasting. Karena material yang
Dalam suatu perancangan kegiatan peledakan ada beberapa faktor yang perlu
biasanya dapat dilihat dari ukuran fragmentasi batuan yang dihasilkan. Oleh
karena itu, ukuran fragmentasi hasil peledakan menjadi hal yang sangat penting
untuk diperhatikan.
ada yang ukuran 10 cm sampai ukuran 100 cm, bahkan ada yang berukuran >
boulder yaitu > 60 cm. Adapun persentase boulder dari hasil peledakan aktual
yaitu ± 30 %, sehingga kinerja alat gali muat menjadi tidak efektif dan efisien.
Dalam jangka waktu panjang, hal ini mengakibatkan ketidak tercapaian target
produksi.
batuan yang dihasilkan dalam proses kegiatan peledakan. Oleh karena itu, perlu
Salah satu model yang sering digunakan untuk memprediksi ukuran fragmentasi
Barat”.
B. Identifikasi Masalah
sebagai berikut:
3. Belum adanya model dasar untuk memprediksi dengan baik terkait dengan
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang timbul dari
2. Alat bor yang digunakan adalah bor Furukawa CRD-01 dengan diameter
D. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
berikut:
Bangun Mitra.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan penelitian ini diantaranya sebagai
berikut:
1. Bagi Peneliti
di lapangan.
c. Sebagai salah satu sayarat untuk menyelesaikan program stara satu dan
2. Bagi Perusahaan
A. Lokasi Penelitian
dilakukan oleh PT. Dempo Bangun Mitra, Izin Usaha Pertambangan yang
wilayah IUP Operasi Produksi PT. Dempo Bangun Mitra dimana merupakan
terletak di bagian Timur wilayah Provinsi Sumatera Barat atau 124 km dari
Secara umum lokasi geografis PT. Dempo Bangun Mitra terletak antara
00025’ 28,71 LU dan 00022’ 14.52” LS serta antara 1000015’ 44, 10”–
1000050’ 47,80” BT. Luas daratan mencapai 3,354.30 km² yang berarti 7.94
Kabupaten Sijunjung.
Pasaman.
Riau.
selama 2 sampai 3 jam perjalanan dengan jalur yang dilalui berupa jalan
ditempuh selama 1 jam perjalanan dengan jalur yang dilalui berupa jalan
a. Geologi
1,450 m) di atas permukaan laut. Relief di bagian Utara lebih kasar dan
atas satuan batu pasir dan satuan endapan aluvial yang berumur
B. Kajian Teori
1. Peledakan (Blasting)
jenis bahan peledak terencanakan pada posisi (titik- titik) yang telah
ditentukan semula dengan letak dan pemboran lubang ledak yang tepat dan
peledakan.
batuan terbagi menjadi tiga tahap dan dapat dilihat pada Gambar 3 di
bawah ini.
2) Proses Pemecahan Tingkat I (dynamic loading)
jenjang.
Pada tahapan terakhir ini energi yang dipantulkan oleh bidang bebas
sebagai berikut:
berupa:
pada batuan, serta kuat tekan dan kuat tarik batuan yang akan
dari mata bor pada proses pemboran dan disebabkan pula pada
lebih besar. Sifat kuat tekan dan kuat tarik batuan digunakan
b) Struktur Geologi
potensi back break timbul lebih besar, lantai jenjang lebih rata,
c) Pengaruh Air
yang sudah dilapisi bahan kedap air seperti lillin atau parafin,
d) Kondisi Cuaca
jarak antar lubang bor dan jarak ke bidang bebas haruslah kecil
b) Pola Peledakan
adalah:
peledakan
c) Arah Peledakan
adalah :
besar.
adalah:
jenjang
jenjang.
kecil.
d) Geometri Peledakan
lebih terjamin.
yaitu 30. Tetapi jika batuan dan bahan peledak yang akan
(adjustment factor).
Dimana :
dipakai.
diledakkan.
2
SG handak x ( VODhandak )
AF1 =
√
3
SG handak std x ¿ ¿ ¿
¿
D batuan std
AF2 =
√
3
D batuan
B = (Kb x De) / 12
Keterangan :
Kb = burden ratio
Kb std = burden ratio standar(30)
S = Ks x B
Dimana :
S = spasi (meter)
B = burden (meter)
(second delay) S = B
hingga 2B
peledak.
T = Kt x B
Dimana :
T = stemming (meter)
B = burden (meter)
dihindari.
J = Kj x B
Dimana :
J = subdrilling (meter)
B = burden (meter)
geoteknik.
Rumus yang digunakan menurut Suvervisory teknik
peledakan (1996:19).
H = Kh x B
Dimana :
B = burden (meter)
dikenai suatu aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal dapat
bahan yang lebih stabil yang sebagian atau seluruhnya berbentuk gas
dan disertai dengan panas dan tekanan yang sangat tinggi. Hasil
1) Kekuatan (Strength)
12.000 fps.
3) Kepekaan (Sensivity)
temperatur.
specific gravity (SG), stick count (SC) atau loading density (de).
5) Tekanan Detonasi (Detonation Pressure)
kilobar (kb).
jenis gas yaitu smoke atau fumes. Smoke tidak berbahaya karena
hanya terdiri dari uap atau asap yang berwarna putih. Sedangkan
yaitu terdiri dari karbon monoksida (CO) dan oksida nitrogen (No 2).
burden, spasi, tinggi jenjang dan jumlah lubang ledak yang tersedia.
V=BxSxLxn
Sumber: Kursus Juru Ledak Kelas II (2004)
Dimana:
B = Burden (m)
S = Spasi (m)
Dimana :
E = PC x de
Sumber: Singgih Saptono (2006:71)
Dimana :
Dimana :
Kuznetzov-Cunningham-Ouchterlony (KCO)
1) Model Kuz-Ram
didapatkan :
a) Nilai faktor batuan (A)
Vo 0.8 E −0.63
Xm = A x ( ) x Q0,1776 x ( )
Q 115
Keterangan :
A = Faktor Batuan
batuan.
Xm
Xc = 1
0,693 n
S
B W ( −1) PC
n = [2,2 -14 ( ¿] x [1 - ( )] x ( 1+ B )x( )
d B L
2
R = e−¿¿
Keterangan :
N = Indeks Keseragaman
E = Konstanta Eksponensial
B = Burden
S = Spasi
W = Standar deviasi
PC = Kolom isian
L = Tinggi jenjang
Keterangan :
A = Faktor batuan
At = Timing factor
K = Powder factor
dihasilkan.
T 15,6
At = 0.9 + 0.1 ( – 1 ) , T max = ( – B)
T max Cx
Keterangan :
T = Rentang delay yang digunakan
B = Burden
S
√
n = ns × 2−30
B
De
x
1+
2
√ W
B X (1 - B ) x ¿ )❑0,3× c (n)
Keterangan :
ns = Scatter Ratio
B = Burden
S = Spasi
menggunakan rumus:
Rs 0,8
ns = 0.206 1 − (1− )
4
αt
Rs = 6 ×
Tx
, 𝛼𝑡 = √ 2 α 12+ α 22
Keterangan :
Tx = Delay
Xm
Xc = 1
0,693 n
R = e−¿¿
1) Metode Fotografi
2) Metode Fotogrametri
c) Analisis ayakan
trip outs)
bentuk grafik dan tabel persentasi kumulatif dari fragmentasi yang lolos
langsung dari foto digital, gambar hasil scanning dan capture dari
split desktop. Penentuan skala pada gambar terdiri dari dua, yaitu
otomatis.
penelitian sebelumnya yang sejenis atau mendekati dengan judul tugas akhir ini
Heavy ANFO memberikan nilai yang lebih baik dari ANFO. Selain itu
semakin besar diameter dari lubang ledak yang digunakan maka biaya
peledakan yang dikeluarkan juga semakin besar, dalam hal ini ANFO
memberikan biaya yang lebih besar dari dua jenis bahan peledak lainnya.
menurut R.L. Ash dan C.J. Konya. Selain itu juga untuk mengetahui ukuran
meter sebesar 14,5 % untuk daerah high wall dan 6,6 % untuk daerah low
sesuai untuk diterapkan adalah untuk lubang bor 6,75 inchi, burden 5,5 m,
7,9 m, stemming 4,4 m, dan panjang kolom isian 3,8 m dengan powder
Pit Tambang Air Laya PT. Bukit Asam (persero) Tbk, di pre-bench
tersebut sebesar 579 Kpa dan 721 Kpa, sebenarnya dengan Uniaxial
tetapi sudah dalam katagori hard ripping. Oleh karena itu, dilakukan
factor 0,290 kg/m3 untuk geometri peledakan batuan claystone, 0,401 kg/m3
yang berukurun lebih 100 cm, untuk geometri usulan pada batuan sandstone
dan untuk geometri peledakan usulan pada lapisan transisi ada penurunan
menjadi 8 %.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
pemahaman. Alur tersebut ditetapkan secara ilmiah dan data yang dicaei untuk
Artinya harus dipercaya kebenarannya (Priyono, 2016: 3). Siyoto dan Sodik,
penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta untuk menentukan
Penelitian ini menguji manfaat dari teori-teori ilmiah yang telah dilakukkan
dan memberikan solusi berupa evaluasi agar tercapai hal-hal yang semestinya
Penyusunan Tugas Akhir ini, penulis melakukan pengamatan dari teori dan
keadaan aktual atau keadaan nyata di lapangan yang telah didapatkan dari data
B. Objek Penelitian
C. Lokasi Penelitian
Sumatera Barat.
D. Instrumen Penelitian
gunakan selama dalam kegiatan penelitian untuk membantu peneliti baik dalam
1. Studi literatur.
aktual di lapangan.
lapangan bersama karyawan PT. Dempo Bangun Mitra sebagai tahapan awal
(orientasi). Kegiatan ini dilakukan sebagai langkah awal bagi penulis untuk
lapangan. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Untuk
Adapun data primer dan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian
menggunakan meteran.
yang ada pada lokasi peledakan serta melihat struktur batuan yang
ada pada lokasi peledakan serta melihat stuktur batuan yang ada.
Sehingga, data ini akan penulis gunakan untuk melakukan
7) Jenis dan speksifikasi alat gali muat dan alat pemboran yang
digunakan
4. Pengolahan Data.
meliputi:
b. Data fragmentasi hasil peledakan diolah dengan dua cara yaitu dengan
satu sama lain. Adapun teknik analisis data pada kegiatan ini adalah sebagai
berikut:
a. Geometri Peledakan
besar.
Pengolahan Data
Input 1. Menghitung geometri peledakan aktual
Data Primer 2. Perhitungan powder factor (PF), Loading
1. Peledakan Density, dan volume peledakan.
- Geometri peledakan aktual 3. Menghitung fragmentasi hasil peledakan
- Fragmentasi hasil peledakan aktual dengan menggunakan sofware split
dekstop, model Kuz-Ram dan model
Data Sekunder
KCO.
a) Peta lokasi daerah penelitian
4. Usulan geometri peledakan menurut teori
b) Peta lokasi kesampaian IUP daerah R.L.Ash.
penelitian 5. Persentase tingkat kelolosan fragmentasi
c) Peta lokasi IUP hasil peledakan geometri usulun dengan
d) Peta geologi regional menggunakan model Kuz-Ram dan KCO.
e) Peta topografi daerah penelitian
f) Peta situasi tambang
g) Peta situasi gudang handak
h) Peralatan dan perlengkapan peledakan
Output
yang digunakan
i) Jenis spesifikasi alat gali muat dan alat 1. Nilai geometri peledakan aktual
pemboran yang digunakan 2. Nilai powder factor (PF), Loading
Density, dan volume peledakan.
j) Data densitas batuan
. 3. Persentase tingkat kelolosan fragmentasi
hasil peledakan aktual dengan
menggunakan Software Split Dekstop,
model Kuz-Ram dan model KCO.
4. Usulan geometri peledakan menurut teori
R.L.Ash.
5. Persentase tingkat kelolosan fragmentasi
hasil peledakan geometri usulun dengan
menggunakan model Kuz-Ram dan KCO.
Data Sekunder
Data Primer 1. Peta lokasi daerah penelitian
2. Peta lokasi kesampaian IUP daerah
1. Peledakan
penelitian
- Geometri Aktual
3. Peta lokasi IUP
- Fragmentasi Hasil Peledakan
4. Peta geologi regional
5. Peta topografi daerah penelitian
6. Peta situasi gudang handak
7. Peralatan dan perlengkapan peledakan
yang digunakan
8. Jenis spesifikasi alat gali muat dan alat
pemboran yang digunakan
9. Data densitas batuan
s/d 16 Oktober 2020. Uraian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian dapat
Studi Literatur
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Penyusunan Tugas Akhir
BAB IV
PEMBAHASAN
Batu andesite adalah suatu jenis batuan beku vulkanik yang terbentuk
menggali batuan andesite ini adalah tambang terbuka (Quarry). PT. Dempo
Bangun Mitra menerapkan metode ini karena bentuk topografi bahan galian batu
andesite ini berbentuk bukit, sehingga penambangan dimulai dari puncak bukit
(top hill type) ke arah bawah (top down) secara bertahap berbentuk jenjang.
andesite di PT. Dempo Bangun Mitra yang digunakan yaitu metode kombinasi
alat gali muat dan angkut. Dimana kombinasi ini lebih mudah dilakukan pada
mengatur tingkat produksi yang diinginkan serta lebih mudah disesuaikan dengan
kondisi daerah penggalian. Proses penggalian batu andesite dengan alat gali muat
gambaran kegiatan penggalian dan pemuatan batu andesite dapat dilihat pada
Bangun Mitra
dilakukan dengan cara pemboran dan peledakan karena batu andesite sudah
tidak dapat digali lagi oleh alat gali muat. Dalam kegiatan pemboran perlu
detonator yang menghubungkan antara surface delay dengan lead wire yang
3,2 meter, (4) penegecekan kondisi lubang, (5) pengecekan dan pengukuran
kedalaman aktual, (6) pengisian bahan peledak kedalam lubang ledak, (7)
a. Material Peledakan
yang diledakan yaitu batu andesite dengan densitas material yaitu 2,5
ton/m³. Adapun material batu andesite yang diledakan bisa dilihat pada
b. Geometri Peledakan
peledakan di PT. Dempo Bangun Mitra yaitu: (1) Burden (B): 1,5 m, (2)
Spasi (S): 1,8 m, (3) Stemming (T): 1,5 m, (4) tinggi jenjang (L): 3 m,
(5) kedalaman lubang ledak (H): 3 m, (6) panjang kolom isian (PC): 1,5
m, (7) Subdrilling (J): 0,5 m, (8) diameter lubang ledak (De): 76,2 mm.
Tabel 7 beserta total isian bahan peledak bisa dilihat pada Tabel 8 di
bawah ini.
Keterangan:
d = Diameter Lubang Ledak (m) n = Jumlah Lubang
powder factor (kg/ton) dan volume batuan yang terberai dalam satuan
September dapat dilihat di bawah ini dan untuk perhitungan data pada
= 3,874 kg/m
(Q/E) = PC × de
= 6,59 kg
V str =B×S×L
= 1,5 m × 1,8 m × 3 m
= 8,1 m³
V = V str × SG Andesite
= 8,1 m³ × 2,5 kg
= 20,25 Ton
V str = B × S × L × n
= 826,2 m³
V = V str × SG Andesite
= 826,2 m³ × 2,5 kg
= 2065,5 Ton
= 671,752 kg
= 20,4 kg
E = PC × n
= [ (T ANFO +T Dynamite ) ]
= 671,752 kg + 20,4 kg
= 692,152 kg
5) Powder Factor (PF)
E
PF =
V x Densitas batuan
692,152
= ( )
826,2 x 2,5
= 0,34 kg/Ton
c. Rangkaian Peledakan
didekat free face. Hal ini diharapkan agar arah flyrock menuju ke area
free faces.
B. Fragmentasi Hasil Peledakan di PT. Dempo Bangun Mitra
cm bisa mengganggu proses pemuatan material hasil peledakan oleh alat gali
peledakan aktual yang dilakukan oleh PT. Dempo Bangun Mitra, penulis
terganggu. Adapun salah satu gambaran fragmentasi hasil peledakan aktual PT.
Gambar 17. Fragmentasi Hasil Peledakan Aktual PT. Dempo Bangun Mitra
PT. Dempo Bangun Mitra memiliki target ukuran fragmentasi yang
boulder. Namun, pada saat ini masih terdapat ukuran fragmentasi yang ≥ 60 cm
lebih dari 20 % bahkan hanya terjadi retakan saja di lokasi peledakan. Hal ini
dapat dilihat dari hasil analisis mengenai distribusi fragmentasi batuan dari data
dekstop dapat dilihat pada gambar 18, gambar 19 dan gambar 20 di bawah
ini.
Gambar 18. Fragmentasi Hasil Peledakan
dekstop dapat dilihat pada gambar 21, gambar 22 dan gambar 23 di bawah
ini.
Gambar 21. Fragmentasi Hasil Peledakan
Gambar 22. Proses Analisis Split Dekstop Peledakan
dekstop dapat dilihat pada gambar 24, gambar 25 dan gambar 26 di bawah
ini.
dekstop dapat dilihat pada gambar 27, gambar 28 dan gambar 29 di bawah
ini.
Gambar 27. Fragmentasi Hasil Peledakan
Gambar 28. Proses Analisis Split Dekstop Peledakan
dekstop dapat dilihat pada gambar 30, gambar 31 dan gambar 32 di bawah
ini.
dekstop dapat dilihat pada gambar 33, gambar 34 dan gambar 35 di bawah
ini.
Gambar 33. Fragmentasi Hasil Peledakan
Gambar 34. Proses Analisis Split Dekstop Peledakan
dekstop dapat dilihat pada gambar 36, gambar 37 dan gambar 38 di bawah
ini.
dekstop dapat dilihat pada gambar 39, gambar 40 dan gambar 41 di bawah
ini.
Gambar 39. Fragmentasi Hasil Peledakan
Gambar 40. Proses Analisis Split Dekstop Peledakan
dekstop dapat dilihat pada gambar 42, gambar 43 dan gambar 45 di bawah
ini.
dekstop dapat dilihat pada gambar 45, gambar 46 dan gambar 47 di bawah
ini.
Gambar 45. Fragmentasi Hasil Peledakan
Gambar 46. Proses Analisis Split Dekstop Peledakan
sebagai berikut :
Tabel 11. Hasil Fragmentasi Kegiatan Peledakan Aktual dengan Menggunakan
Software Split Desktop.
No Tanggal Persentase Kelolosan pada ayakan (%)
Ukuran 60 cm
1 14-Sep-20 59,88
2 15-Sep-20 78,03
3 17-Sep-20 64,37
4 19-Sep-20 78,74
5 21-Sep-20 80,91
6 23-Sep-20 89,27
7 24-Sep-20 79,36
8 25-Sep-20 80,75
9 26-Sep-20 73,92
10 27-Sep-20 64,24
Rata-rata 74,95
Vo 0.8 E −0.63
Xm =Ax( ) x Q0,1667 x ( )
Q 115
= 15,64 cm
S
B W ( −1) PC
n = [2,2 -14 ( ¿] x [1 - (
d B
)] x ( 1+ B )x(
L
)
2
1,8
1,5 0 ( −1) 1,7
= [2,2 – 14 ( 76,2 ¿] x [1 - ( 1,5 )] x ( 1+ 1,5 )x( )
3
2
= 1,2
Xm
Xc = 1
0,693 n
15,64
= 1
0,693 1,2
= 21,23
= 3,08 % tertahan
= 96,92%
yang berukuran 60 cm yaitu sebanyak 96,92 %. Maka dari itu dapat dilihat bahwa
120
100
80
Persentase Lolos (%)
60
40
20
0
Split Dekstop Kuz-Ram
berikut:
Nilai faktor batuan (A), didapatkan dari hasil masukan data sesuai dengan
masukan data yang ada di dalam model Kuz-Ram. Pada tabel 12, dapat
Powdery/Friable 10
Blocky 20
Totally Massive 50
Joint Plane Spacing (JPS) Rating
Close (<0,1 m) 10
Intermediet (0,1 – 1,0 m) 20
Wide (> 0,1 m) 50
Joint Plane Orientation Rating
(JPO)
Horizontal 10
Dip Out Of Face 20
Strike Normal To Face 30
Dip Into Face 40
Spesific Gravity Influence 25 x Bobot Isi – 50 11,75
(SGI)
Hardness (H) 1 s.d 10 6
Blastability Index (BI) 0,5 x 73,875
(RMD+JPS+JPO+SGI+H)
Rock Factor (A) 0,12 x BI 8,865
BI = 0,5 × ( RMD + JPS + JPO + SGI + Hardness )
= 73, 875
A = BI × 0,12
= 8,865
Vo 0.8 E −0.63
Xm =Ax( ) x Q0,1667 x ( )
Q 115
= 15,64 cm
Kuz-Ram, pada tanggal 14 September 2020 yaitu sebesar 15,64 cm. Untuk
S
B W ( −1) PC
n = [2,2 -14 (
d
¿ ] x [1 - (
B
)] x ( 1+ B )x(
L
)
2
1,8
1,5 0 ( −1) 1,7
= [2,2 – 14 ( 76,2 ] x [1 - ( 1,5 )] x ( 1+ 1,5
¿ )x( )
3
2
= 1,2
Perhitungan indeks keseragaman batuan oleh persamaan dari model Kuz-
Ram, pada tanggal 14 September 2020 yaitu sebesar 1,2 cm. Untuk
Xm
Xc = 1
0,693 n
15,64
= 1
0,693 1,2
= 21,23
pada tanggal 14 September 2020 yaitu sebesar 21,23 dan untuk perhitungan
= e−¿¿ x 100
= 3,08 % tertahan
= 96,92%
13 dibawah ini.
Dari tabel di atas, terlihat bahwa masih ada fragmentasi batuan yang
berukuran ≥ 60 cm. Dan dari grafik juga dapat dilihat bahwa persentase
hasil peledakan yang lebih baik. Karena pada metoda perhitungan ini yang telah
dijelaskan pada bagian dasar teori memiliki beberapa masukan data yang berbeda
Tight Joint 1
Relaxed Joint 1,5
Gouge-Filled Joint 52
Joint Plane Spacing (JPS) Rating
< 0,1 m 10
0,1 – 0,3 m 20
0,3 m to 95 % P (B x S )ˆ0,5 80
> P B x S )ˆ0,5 50
Joint Plane Angle (JPA) Rating
Dip Out Of Face 40 40
Strike Normal To Face 30
Dip Into Face 20
Rock Density Influence 2,5
(RDI)
Hardness Factor (HF)
If Y < 50, HF = Y/3, Y = 4,5
(Modulus Elastic)
If Y > 50, HF = UCS/5
Rock Factor (A)
A = 0.06 (RMD + RDI + HF) 7,32
= (1,5 x 50) + 40
= 115
= 7,32
bahwa nilai density batuan yang tertinggi adalah 2,5 gr/cm³. Maka, akan
didapatkan nilai faktor batuan (A) yaitu sebesar 7,32.
yang berbeda yaitu 1,4 m dan 1,5 m. Peledakan ini karena menggunakan
bahan peledak yang bersifat elektrik maka dengan surface delay 25 ms.
batuan yang keras atau masif (Bergman et. al, 1974 dalam milia, 2018).
mencari nilai Tmax, setelah itu akan dilakukan perhitungan faktor timing
(At).
T
At = 0.9 + 0.1 ( – 1 ) , T = rentang delay yang digunakan
T max
15,6
T max = ( x B) , dengan Cx = VOD dari bahan peledak
Cx
15,6
T max = ( x B)
Cx
15,6
=( x 1,4)
3400
= 6,42 ms
15,6
T max = ( x B)
Cx
15,6
=( x 1,5)
3400
= 6,88 ms
rekahan pada lokasi kegiatan peledakan. Nilai koreksi terhadap batuan dapat
dilihat pada Tabel 3. Menurut Jimeno, dkk (1987: 4) faktor koreksi batuan
c(A) yang digunakan adalah 0,9 karena batuan berada pada range medium
At : Delay 25 = 1,16
Maka,
19
1 115
Xm = A x At x K −0,8
xQ x(
6 ¿ ¿ 20 x c (A)
RWS
19
1 115 20
= 7,32 x 1.16 x 0,34−0,8 x 6,59 6 x ( ¿ ¿ x 0,9
100
= 28,33 cm
Dengan delay yang lebih lama atau lebih besar akan menghasilkan
dapat disimpulkan bahwa delay yang paling baik untuk menghasilkan ukuran
fragmentasi rata-rata yang lebih kecil adalah yang lebih rendah delay.
rumus di bawah ini. Pada perhitungan ini, terlebih dahulu harus dicari
masukan data seperti nilai scatter ratio atau ns dan faktor koreksi indeks
lapangan.
S
√
n = ns × 2−30
B
De
x
1+
2
√ W
B X (1 - B ) x
PC 0,3
L
× c (n)
untuk mencari nilai Rs dan nilai standar deviasi (𝛼𝑡). Untuk mencari
nilai ns perlu diketahui nilai standar deviasi in hole delay (𝛼1) dan nilai
standar deviasi surface delay (𝛼2). Nilai deviasi ini mengacu pada grafik
Diketahui,
𝛼1 = 2,15
𝛼2 : 25 ms = 0,75
𝛼𝑡 = √ 2 α 12+ α 22
= √ 2(2,15)2+(0,75)2
= 3,13
akan semakin besar. Dan setelah didapatkan nilai standar deviasi maka
perhitungan ini telah diketahui nilai Tx atau delay yang digunakan serta
αt
Rs = 6 ×
Tx
3,13
=6×
25
= 0,75
Rs 0,8
ns = 0.206 + (1− )
4
0,75 0,8
= 0.206 + (1− )
4
= 1,05
Dari nilai Rs diatas dapat dilihat bahwa nilai Rs akan semakin besar
jika delay yang digunakan semakin kecil, dan sebaliknya apabila tingkat
A 0.3
c (n) = ( )
6
7,32 0.3
= ( )
6
= 1,06
ns delay 25 ms = 1,05
B = 1,5 m S = 1,8 m
De = 72,6 mm W=0
PC = 1,7 m L=3m
c(n) = 1,06
S
n
√
= ns × 2−30
B
De
x
1+
2
√ W
B X (1 - B ) x
PC 0,3
L
× c (n)
1,8
n = 1,05× 2−30
√ 1,5
72,6
x
1+
2
√ 0
1,5 X (1 - 1,5 ) x
1,7 0,3
3
× 1,06
= 0,83
Xm delay 25 ms = 28,33
n delay 25 ms = 0.83
Xm
Xc = 1
n
0,693
28,33
= 1
0,693 0,83
= 44,07 cm
sebagai berikut :
= e−¿¿ x 100
= 27,47 % tertahan
= 72,53 %
persentase ukuran batuan pada tanggal selanjutnya dapat dilihat pada tabel
14 dibawah ini.
Tabel 14. Perhitungan Fragmentasi Kegiatan Peledakan Aktual di PT.
Dempo Bangun Mitra dengaan menggunakan Model KCO.
No Tanggal Xm N Xc Fragmentasi
(cm) (%) ukuran
60 cm
1 14-Sep-20 28,33 0,83 44,07 72,53
2 15-Sep-20 28,33 0,83 44,07 72,53
3 17-Sep-20 27,76 0,85 42,74 73,66
4 19-Sep-20 27,47 0,83 42,73 73,43
5 21-Sep-20 27,94 0,84 43,23 73,27
6 23-Sep-20 27,68 0,81 43,53 72,66
7 24-Sep-20 28,33 0,83 44,07 72,53
8 25-Sep-20 29,42 0,81 46,27 70,89
9 26-Sep-20 26,78 0,79 42,6 73,08
10 27-Sep-20 28,33 0,83 44,07 72,53
Rata-rata 28.04 0,83 43,74 72,71
0
-2
-2
-2
-2
-2
-2
-2
-2
-2
-2
ep
ep
ep
ep
ep
ep
ep
ep
ep
ep
-S
-S
-S
-S
-S
-S
-S
-S
-S
-S
14
15
21
23
25
26
17
19
24
27
Dari tabel di atas, terlihat bahwa masih ada fragmentasi batuan yang
berukuran ≥ 60 cm. Dan dari grafik di atas terlihat jelas persentase rata-rata
geometri aktual yang terdapat di PT. Dempo Bangun Mitra yang berukuran 60
cm dapatdengan ketiga metode tersebut dapat dilihat pada Tabel 15. Dari Tabel
cm dengan menggunakan model KCO yaitu sebesar 72,71 %. Jadi persentase dari
kedua model fragmentasi tersebut dapat dilihat bahwa model KCO lebih
120
100
80
60
Split Dekstop
40 Model Kuz-Ram
Model KCO
20
0
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
ep- ep- ep- ep- ep- ep- ep- ep- ep- ep-
-S -S -S -S -S -S -S -S -S -S
14 15 17 19 21 23 24 25 26 27
Ga
mbar 52. Grafik Hubungan persentase kelolosan Fragmentasi peledakan dengan
menggunakan Split Dekstop, Model Kuz-Ram dan Model KCO.
120
100
96.94
80
72.71 74.75
60
40
20
0
Model Kuzram Model KCO Splits Dekstop
fragmentasi yang ukuran 60 cm dari ketiga metode diantaranya yaitu model Kuz-
Ram, model KCO, serta perhitungan aktual dengan split dekstop. Pada grafik
kemiripan dengan perhitungan model KCO dan dapat disimpulkan juga bahwa
yang diinginkan.
Berdasarkan data yang telah didapatkan, yang ditunjukkan oleh tabel 14,
R² = 0
60
50
40
30
20
10
0
95 95.5 96 96.5 97 97.5 98 98.5
Prediksi X60 Model Kuz-Ram
100
90
80
f(x) = − 2.32 x + 243.81
70
Pengukuran X60 (cm)
R² = 0.04
60
50
40
30
20
10
0
70.5 71 71.5 72 72.5 73 73.5 74
Prediksi X60 Model KC0
oleh model KCO yang memiliki nilai 0.0371, dan model Kuz-Ram hanya dengan
dengan menggunakan bantuan microsoft excel maka didapatkan nilai RMSE dari
model Kuz-Ram yaitu 23,70 dan nilai RMSE dari model KCO yaitu 9,23.
model KCO memiliki nilai koefisien korelasi yang kuat yaitu 0,0371 dan nilai
RMSE yang rendah 9,23 dibandingkan dengan model Kuz-Ram yang memiliki
tempat dengan jenis pekerjaan dan batuan yang berbeda-beda. Sehingga R.L. Ash
awal peledakan batuan. Faktor koreksi untuk geometri ini adalah kesesuaian
model KCO bisa dilihat pada Tabel 19 berikut ini. Sementara itu, untuk
usulan teori R.L.Ash lebih baik digunakan dengan persentase fragmentasi yang
A. Kesimpulan
maka, adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
karena tidak dapat digali oleh alat gali muat. Adapun geometri peledakan
kolom isian (powder colomn) 1,7 m, stemming 1,5 m dan diameter lubang
ledak 3 inch.
fragmentasi ukuran boulder yang dihasilkan belum bisa dikatakan baik karena
banyak.
3. Perhitungan prediksi fragmentasi pada tiap kali kegiatan peledakan yang telah
dengan ukuran fragmentasi (60 cm) yaitu sebanyak 72,71 % . Sedangkan hasil
analisis prdiksi Model Kuz-Ram ukuran fragmentasi (60 cm) yaitu sebanyak
fragmentasi ukuran boulder yang dihasilkan oleh Model KCO tersebut lebih
B. Saran
1. Dari beberapa kali kegiatan peledakan yang penulis ikuti, sering terjadinya
fly rock pada kegiatan peledakan, maka untuk mencegah terjadinya fly rock
lagi.
sebelum dilakukan pemboran, serta selalu mengawasi kinerja alat bor agar
tidak didapatkan kedalaman dan kemiringan lubang yang tidak sesuai dengan
Cunningham, C.V.B. 2005. The Kuz-Ram Fragmentation Model-20 Years on. South
Africa. Brighton Conference Proceeding, R. Holmberg et al, ISBN 0-
9550290-007
Engin, I.C. 2009. A Practical Method Of Bench Blasting Design For Desired
Fragmentation Based ON Digital Image Processing Techniqueand Kuz-
Ram Model. Turkey: Afyon Kocatepe University
Budiman, Agus Ardianto. 2016. Analisis Powder Factor dan Fragmentasi Hasil
Ledakan Menggunakan Perhitungan Kuz-Ram pada Tambang Batubara
di Provinsi Kalimantan Timur. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas
Muslim Indonesia: Makasar
Faramarzi, F. dkk. 2013 A Rock Engineering Systems Based Model to Predict Rock
Fragmentation by Blasting. International Journal of Rock Mechanichs
and Mining Sciences. Mining Engineering Departement. University of
Kerman: Iran.
Herman, dkk. 2015. Analisis Pengaruh Kedalaman Lubang Ledak, Burden dan
Spacing terhadap Perolehan Fragmentasi Batu Gamping. Jurnal
Geomine, Vol 03. Universitas Muslim Indonesia dan Universitas
Hasanudin:Makasar
Faramarzi, F. dkk. 2013. Development of Rock Engineering Systems_Based Models
for Flyrock Risk Analysis and Prediction of Flyrock Distance in Surface
Blasting. Rock Mechanical Engineering (Paper).
Singh, P.K. dkk. 2015. Rock Fragmentasion Control in Opencast Blasting. Journal of
Rock Mechanics and Geotechnical Engineering. CSIR-Central Institute
of Mining and Fuel Research. Dhanbad: India.