Anda di halaman 1dari 31

SEMINAR INDUSTRI

PENGARUH GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP FRAGMENTASI


BATUAN PADA PT. PAMA PERSADA NUSANTARA SITE ADARO
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Sebagai salah satu syarat memenuhi kurikulum yang berlaku


Pada Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Dan Perncanaan,
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Oleh :

RESKI NUNUK
7100210004

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA 2024
HALAMAN PENGESAHAAN

PENGARUH GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP FRAGMENTASI


BATUAN PADA PT. PAMA PERSADA NUSANTARA SITE ADARO
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Dibuat sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Kurikulum


Seminar Tambang Industri pada Program Studi Teknik Pertambangan S1
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Oleh :
RESKI NUNUK
7100190183

Yogyakarta, Maret,2024

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Teknik Pertambangan Dosen Pembimbing

(Bayurohman Pangacella Putra, ST., M.T) (Erry Sumarjono, S.T.,M.T.)


NIK : 19730296 NIK : 1973025
SARI

PT.Pamapersada-Dahana (persero) melakukan pengeboran dan peledakan dalam kegiatan


pembongkaran interburden. Peledakan akan menghasilkan fragmentasi batuan. Ukuran
fragmentasi batuan hasil peledakan sangat penting untuk diperhatikan karena menentukan
keberhasilan sebuah peledakan, metode yang digunakan untuk menghitung nilai fragmentasi
batuan adalah metode perhitungan teorotis Kuz-Ram. Bahan peledak yang digunakan adalah
ANFO dan bulk emulsion. Perhitungan fragmentasi batuan dengan membandingkan metode
Kuz-Ram ANFO dengan Metode KuzRam Bulk Emulsion. Perhitungan fragmentasi manakah
yang lebih optimal dari bahan peledak tersebut. Perhitungan aktual metode Kuz-Ram bahan
peledak ANFO didapat fragmentasi dengan ukuran 100cm sebesar 25,34 %. Ukuran
fragmentasi dengan bahan peledak ANFO pada ukuran 100cm sebesar 18,45 %. Jadi, bahan
peledak yang baik digunakan dari perhitungan teoritis metode Kuz-Ram adalah bahan peledak
bulk emulsion yang menghasilkan persentase fragmentasi lebih kecil dari pada bahan peledak
ANFO. Hasil fragmentasi dari bahan peledak bulk emulsion dengan ukuran 100cm belum
memenuhi standar fragmentasi kurang dari 15% (koesnaryo,2001), oleh karena itu perlu
adanya rekomendasi perbaikan geometri peledakan menggunakan persamaan Langefors untuk
kedua bahan peledak tersebut. Persamaan Langefors untuk bahan peledak ANFO dengan nilai
burden 5m, spasi 5,76m, powder charge 3,5m, subdrilling 1,5m dan kedalaman lubang ledak
7m. Ukuran fragmentasi 100cm sebesar 1,03 %. Persamaan Langefors untuk bahan peledak
bulk emulsion dengan nilai burden 5,5m, spasi 6,3m, powder charge 3,6m, subdrilling 1,63m
dan kedalaman lubang 7,4m. Ukuran fragmentasi 100cm sebesar 1,05 %. Persentase
fragmentasi ukuran 100cm sudah memenuhi fragmentasi yang dikatakan baik.

Kata kunci : Bahan peledak, Fragmentasi, Kuz-Ram, ANFO, Bulk emulsion


Abstract

PT.Pamapersada-Dahana (persero) melakukan pengeboran dan peledakan dalam


kegiatan pembongkaran interburden. Peledakan akan menghasilkan fragmentasi
batuan. Ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan sangat penting untuk
diperhatikan karena menentukan keberhasilan sebuah peledakan, metode yang
digunakan untuk menghitung nilai fragmentasi batuan adalah metode perhitungan
teorotis Kuz-Ram. Bahan peledak yang digunakan adalah ANFO dan bulk
emulsion. Perhitungan fragmentasi batuan dengan membandingkan metode Kuz-
Ram ANFO dengan Metode KuzRam Bulk Emulsion. Perhitungan fragmentasi
manakah yang lebih optimal dari bahan peledak tersebut. Perhitungan aktual
metode Kuz-Ram bahan peledak ANFO didapat fragmentasi dengan ukuran
100cm sebesar 25,34 %. Ukuran fragmentasi dengan bahan peledak ANFO pada
ukuran 100cm sebesar 18,45 %. Jadi, bahan peledak yang baik digunakan dari
perhitungan teoritis metode Kuz-Ram adalah bahan peledak bulk emulsion yang
menghasilkan persentase fragmentasi lebih kecil dari pada bahan peledak ANFO.
Hasil fragmentasi dari bahan peledak bulk emulsion dengan ukuran 100cm belum
memenuhi standar fragmentasi kurang dari 15% (koesnaryo,2001), oleh karena
itu perlu adanya rekomendasi perbaikan geometri peledakan menggunakan
persamaan Langefors untuk kedua bahan peledak tersebut. Persamaan Langefors
untuk bahan peledak ANFO dengan nilai burden 5m, spasi 5,76m, powder charge
3,5m, subdrilling 1,5m dan kedalaman lubang ledak 7m. Ukuran fragmentasi
100cm sebesar 1,03 %. Persamaan Langefors untuk bahan peledak bulk emulsion
dengan nilai burden 5,5m, spasi 6,3m, powder charge 3,6m, subdrilling 1,63m dan
kedalaman lubang 7,4m. Ukuran fragmentasi 100cm sebesar 1,05 %. Persentase
fragmentasi ukuran 100cm sudah memenuhi fragmentasi yang dikatakan baik.

Kata kunci : Bahan peledak, Fragmentasi, Kuz-Ram, ANFO, Bulk emulsion


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya maka Seminar Tambang ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya
dengan judul “Pengaruh Geometri Peledakan Terhadap Fragmentasi Batuan Pada PT.
PAMA PERSADA NUSANTARA Site ADARO Provinsi Kalimantan Selatan” dan
diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Seminar Tambang
pada Program Studi Teknik Pertambangan S1 Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang turut membantu dalam penyusunan seminar tambang ini, khususnya pada :
1. Dr. Ir. H. Setyo Pambudi, M.T, selaku Rektor Institut Teknologi
Nasional Yogyakarta.
2. Dr. Ir. Setyo Pambudi, M.T, Selaku Dekan Fakultas Teknik Dan
Perencanaan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
3. Bayurohman Pangacella Putra S.T.,M.T, selaku Ketua Program Studi
Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
4. Erry Sumarjono, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing seminar tambang.
5. Semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu yang telah membantu
dan memberikan dukungan sehingga terseleaaikan seminar tambang ini.

Penyusun menyadari dalam penyusunan seminar tambang ini masih jauh dari kata
sempurna, akhir kata penyusun berharap seminar ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penyusun sendiri dan untuk pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, Maret 2024

Reski Nunuk
7100210004
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT Pamapersada Nusantara merupakan kontraktor dari PT Adaro Indonesia yang memiliki
kerjasama dalam bidang kegiatan penambangan pada PKP2B PT Adaro Indonesia,
Penambangan PT Pamapersada site Adaro di Pit Tutupan Selatan dilakukan dengan sistem
tambang terbuka. Salah satu kegiatan penambangan adalah pengupasan lapisan tanah penutup
yang berupa batuan. Cara pemberaiannya dapat dilakukan secara mekanik (langsung digali)
untuk material lunak seperti batuan lemah dan pemberaian secara kimiawi yaitu berupa
kegiatan pengeboran dan peledakan untuk membongkar material yang keras. Jenis lapisan
tanah penutup yang keras serta jumlah produksi yang besar pada PT. Pamapersada Nusantara
menyebabkan pengeboran dan peledakan merupakan metode yang dominan dalam penggalian
batuan penutup demi pencapaian target produksi. Pemboran yang baik sesuai geometri yang
direncanakan serta kegiatan peledakan yang dilakukan dengan seksama, dapat menghasilkan
hasil peledakan sesuai yang diharapkan. Salah satunya berupa fragmentasi batuan yang baik
sehingga mendukung produktivitas alat gali muat guna proses selanjutnya.
Fragmentasi yang baik bersifat tidak terlalu halus atau kasar (boulder), melainkan optimal
sesuai alat yang beroperasi. Masalah yang sering timbul adalah tidak diperolehnya fragmentasi
batuan yang diinginkan dalam kegiatan peledakan tersebut. Hal ini menyebabkan kegiatan
pembongkaran lapisan batuan penutup dengan metode pengeboran dan peledakan tidak
ekonomis lagi. Sehingga perlu dilakukan studi terhadap kegiatan pengeboran dan peledakan
yang dilakukan serta fragmentasi batuan yang dihasilkan. Ukuran fragmentasi hasil peledakan
dapat dipengaruhi oleh geometri peledakan yang apabila ukuran fragmentasinya melebihi 78
cm maka akan oversize.Oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Geometri Peledakan Terhadap Fragmentasi Batuan pada PT. Pamapersada Nusantara site
Adaro Provinsi Kalimantan Selatan”. Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengamati dan
mempelajari pengaruh geometri peledakan terhadap fragmentasi yang dihasilkan dari proses
peledakan. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memprediksi ukuran fragmentasi
hasil peledakan dengan menggunakan metode KuzRam.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penulisan seminar ini yaitu :
1. Bagaimana geometri peledakan aktual yang di gunakan dilapangan ?
2. Bagaiamana rancangan geometri rekomendasi peledakan utnuk menghasilkan
fragmentasi ukuran < 80cm ?
3. Berapa ukuran fragmentasi peledakan yang di hasilkan dari rancangan geometri
rekomendasi ?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penulisan seminar industri ini adalah :
1. Membahas tentang metode peledakan.
2. Membahas tentang geometri peledakan.
3. Membahas fragmentasi hasil peledakan.

1.4 Magsud dan Tujuan


Adapun Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui geometri aktual dilapangan.
2. Mendapatkan geometri peledakan untuk menghasilkan fragmentasi ukuran <80cm.
3. Mengetahui fragmentasi hasil peledakan dari rancangan geometri
rekomendasi.

1.5 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan ini, yaitu :
1. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang metode peledakan pada
pertambangan PT Pamapersada site Adaro Kalimantan Selatan.
2. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang geometri peledakan.
3. Memberikan pemahaman kepada pembaca untuk mengetahui fragmentasi hasil
peledakan.

1.6 Metode Penulisan


Metode penulisan yang di pakai adalah menggunakan studi pustaka dari beberapa
literature, internet, laporan dan makalah seminar yang berkaitan dengan Pengaruh Geometri
Peledakan Terhadap Fregmentasi Hasil batuan Hasil Peledakan. Literature seperti buku,
laporan, dan internet.
Tahapan-tahapan metode penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
 Studi literature Studi Literature merupakan studi terhadap literature-literature yang
berhubungan dengan materi yang dibahas.
 Studi literature ini dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang
terhadap materi-materi yang di ambil dan dapat diperoleh yaitu :
1. Perpustakaan
2. Laporan atau buku-buku menunjang pembahasan
3. Internet
 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan langsung menyaring data-data
yang di dapat dilapangan dan melakukan evaluasi ulang untuk memastikan apakah
data-data yang didapat tersebut berhubungan dan diperlukan sebagai penunjang materi
utama.
 Kesimpulan Kesimpulan diperoleh setelah melakukan koreksi antara hasil pengolahan
data yang telah dilakukan dengan permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini
merupakan suatu hasil akhir dari semua aspek yang telah dibahas.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Dan Topografi


Topografi merupakan gambaran keadaan permukaan bumi yang digambarkan dengan garis
kontur. Pada peta topografi dapat dilihat bentuk permukaan dan perbedaan elevasi suatu lokasi
dari kerapatan serta nilai indeks kontur tersebut. jasa pertambangan PT PAMA di Jobsite PT
Adaro Indonesia berada pada zona UTM 50S dengan koordinat 327822 mT – 340322 mT dan
9747775 mU – 9760275 mU. Luas wilayah izin usaha jasa pertambangan (IUJP) PT PAMA di
Jobsite PT Adaro Indonesia adalah seluas 13.340 Ha.

Gambar 2.1 Peta Area Penambangan PT Pamapersada Nusantara site Adaro


2.2 Sistem Penambangan

PT. Pamapersada Nusantara (PT. PAMA) merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang jasa pertambangan dan konstruksi pertambangan. Penelitian dilaksanakan di
pertambangan batubara Pit Tutupan yang merupakan salah satu pit produksi Batubara milik di
PT. Adaro Indonesia (PT. AI) yang berlokasi di Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan
Selatan. Sistem penambangannya menggunakan metode tambang terbuka dan kegiatan
pembongkaran tanah penutup dengan metode pengeboran dan peledakan. Salah satu faktor
penting yang menentukan keberhasilan suatu operasi peledakan adalah mendapatkan hasil
ukuran fragmen batuan yang baik sesuai dengan ketentuan Perusahaan.

2.3 Peledakan

Peledakan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk pembongkaran
material. Teknik peledakan merupakan tindak lanjut dari kegiatan pemboran, dimana
tujuannya adalah untuk melepaskan batuan dari batuan induknya agar menjadi fragmen-
fragmen yang berukuran lebih kecil sehingga memudahkan dalam proses
penanganan material selanjutnya. Peledakan pada kegiatan penambangan, selain
memberaikan batuan (fragmentasi) juga akan menimbulkan rambatan gelombang seismik
yang menggambarkan perjalanan energi melalui bumi dan mengakibatkan getaran pada
massa batuan atau material disekitarnya. Parameter yang dapat dikendalikan merupakan
faktor yang dapat dimodifikasi sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Adapun parameter
peledakan yang dapat dikendalikan adalah diameter lubang ledak, geometri peledakan,
kemiringan lubang ledak, pola lubang ledak, geometri dari bidang bebas, ukuran dan bentuk
ledakan, volume ekspansi yang tersedia, charge configuration, decoupling of the charges,
bahan peledak, distribusi bahan peledak dalam lubang ledak, initiation and priming, waktu
tunda dan urutan inisiasi, pengaruh pemuatan muatan pada desain peledakan, pengeboran
yang spesifik dan penyimpangan lubang ledak. Adapun parameter yang tidak dapat
dikendalikan merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau disesuaikan dengan
keinginan dan kebutuhan, diantara parameter yang tidak dapat dikendalikan ini adalah
keadaan geologi, sifat dan kekuatan batuan, struktur diskontinuitas, kondisi cuaca serta air
tanah yang tidak dapat dikontrol.
2.4 Fragmentasi Peledakan
Fragmentasi hasil peledakan adalah salah satu faktor untuk menentukan keberhasilan
suatu peledakan.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memprediksi ukuran fragmentasi hasil
peledakan.Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuz-ram, untuk memprediksi
ukuran fragmentasi batuan, dan data yang digunakan adalah data geometri peledakan, data
geotek perusahaan yaitu faktor batuan, dan dokumentasi. Dari hasilpenelitian yang dilakukan,
fragmentasi rata-rata memiliki ukuran kurang lebih 71,22 % lebih kecil dari 75 cm, karena
yang menjadi patokan dasar ukuran fragmentasi adalah 78 cm. stemming yang terlalu
panjang akan menyebabkan energi yang dihasilkan dari bahan peledak tidak menyebar secara
merata sehingga ukuran fragmentasi kebanyakan yang oversize, burden dan spacing juga
mempengaruhi ukuran fragmentasi, jika burden sembilan meter dan spacing 10 meter dipakai
pada material yang keras dengan bahan peledak yang digunakan sedikit, maka daya hancur
untuk materialnya akan kurang dan menyebabkan fragmentasi yang dihasilkan menjadi
oversize.

2.5 Pola Peledakan

Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang– lubang bor dalam satu
baris dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun antara lubang bor yang satu
dengan lubang bor yang lainnya.
Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut
1. Box Cut, yaitu pola ini arah lemparan seluruhnya ketengah area peledakan,
biasa digunakan apabila kesulitan atau tidak ada free face lain selain di atas.
2. Echelon, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kesalah satu
sudut dari bidang bebasnya.
3. “V” cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan
membentuk huruf V.
4. Flat Face, yaitu pola peledakan dengan waktu tunda yang sama untuk tiap
deret lubang ledak (row by row).
3m 3m

3m 2,5 m

Bidang bebas Bidang bebas

a. Pola bujur sangkar b. Pola persegipanjang

3m 3m

2,5 m
3m

Bidang bebas
Bidang bebas
c. Pola zigzag bujursangkar d. Pola zigzag persegipanjang

Gambar 2.6 pola pengeboran

2.6 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Hasil Peledakan


Keberhasilan suatu peledakan dapat dilihat dari beberpa hal antara lain :
1. Ketercapaian Target Produksi
Peledakan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan
produksi yang didapat dalam kegiatan penambangan. Oleh karena itu ketercapaian
target produksi menjadi indikator yang penting dalam menentukan keberhasilan sebuah
aktivitas peledakan di suatu perusahaan.

2. Efisiensi Bahan Peledak


Pada setiap peledakan menghendaki ukuran fragmentasi yang sesuai dengan lebar
bukaan crusher dan nilai powder factor (PF) serendah mungkin[7]. Fragmentasi erat
kaitannya dengan perbandingan isian bahan peledak terhadap batuan yang terbongkar
(powder factor), yang diterapkan dalam bentuk geometri peledakan [8]. Semakin kecil
persentase material boulder yang ditargetkan, maka semakin besar penggunaan isian
bahan peledak.
3. Fragmentasi
Fragmentasi adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan ukuran setiap
bongkah hasil peledakan. Fragmentasi mengacu pada distribusi ukuran batuan yang
diperoleh setelah kegiatan peledakan[9]. Indikator keberhasilan peledakan selain
tercapainya target produksi peledakan adalah fragmentasi [10]. Jika dilihat dari segi
fragmentasi yang dihasilkan, peledakan dapat dikatakan berhasil yaitu dengan
bongkah (>100 cm) yang dihasilkan <15%, hal ini juga selaras dengan ketentuan
perusahaan yang menetapkan batas maksimum fragmentasi batuan dengan ukuran
>100 cm adalah 15%.

4. Digging time
Digging time merupakan waktu yang dibutuhkan alat gali muat untuk melakukan
pemuatan material ke dalam bucketnya. Digging time ini sangat dipengaruhi oleh hasil
fragmentasi peledakan dan jenis alat muat yang digunakan oleh perusahaan untuk
memuat tanah penutup hasil peledakan serta keahlian dari operator. Fragmentasi
batuan hasil peledakan yang memiliki banyak boulder akan membuat nilai digging
time menjadi besar. Besarnya digging time akan berpengaruh pada cycle time alat
gali
5. Keadaan Aman
Kegiatan peledakan yang bertujuan untuk memisahkan batuan dari induknya dalam
industri pertambangan sangat rentan dengan bahaya[11]. Adapun indikator yang dilihat
pada keadaan aman pada saat aktivitas peledakan ini adalah tidak menggunakan safety,
merokok pada area peledaakan, alat atau manusia berada di jarak tidak aman, memakai
alat elektronik di area peledakan dan misfire.

2.7 Geometri Peledakan


Geometri peledakan menurut R. L. Ash (1967) membuat suatu pedoman
perhitungan geometri peledakan jenjang berdasarkan pengalaman empirik yang
diperoleh di berbagai tempat dengan jenis pekerjaan dan batuan yang berbeda- beda.
Sehingga R. L. Ash berhasil mengajukan rumusan-rumusan empirik yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam rancangan awal suatu peledakan batuan.
1. Burden

Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang ledak dengan bidang bebas
yang panjangnya tergantung pada sifat batuan.

B = 𝐾𝑏 𝑥 𝐷𝑒 ft atau B = 𝐾𝑏 𝑥 𝐷𝑒 m
12 39,30
2. Spacing

Spasi adalah jarak di antara lubang ledak dirangkai dalam satu baris dan
diukur sejajar terhadap bidang bebas.

S = Ks x B

3. Stemming

Stemming adalah lubang bor pada sisi atas yang tidak diisi bahan peledak,
tetapi biasanya diisi oleh abu dari hasil pemboran dan dipadatkan di atas
bahan peledak.

T = Kt x B

4. Kedalaman Lubang Ledak

Hubungan kedalaman lubang ledak dengan burden adalah sebagai berikut :

Kh = H / B

5. Subdrilling

Subdrilling adalah lubang ledak yang dibor sampai melebihi batas lantai
jenjang bagian bawah.

J = Kj x B

6. Charge Length

Charge Length merupakan panjang kolom isian bahan peledak.


PC = H - T

7. Loading Destiny

Loading Density adalah jumlah isian bahan peledak per meter panjang kolom
isian.

De = 0,508 x De2 x (SG)


2.8 Fragmentasi Batuan
Metode Kuz-Ram adalah metode penyempurnaan dari persamaan Kuznetsof dengan
persamaan Rossin-Rammler yang digunakan untuk menentukan seberapa besar ukuran
fragmentasi yang dihasilkan dari hasil peledakan. Adapun rumus Kuz-Ram yaitu:

( ) ( )
0.8 −0.63
Vo 0.1667 E
X =A x xQ x
Qe 115

Keterangan:
X = Ukuran rata-rata fragmentasi batuan (cm)
A = Faktor batuan
Vo = Volume batuan per lubang ledak (m3)
Qe = Berat bahan peledak (kg)
E = Kekuatan berat relatif bahan peledak

Untuk memprediksi hasil fragmentasi batuan Rosin Ramler (1933), digunakan suatu
rumusan yang menggunakan parameter ukuran rata-rata fragmentasi dari Kuznetsov
(1973) dan Cunningham (1983), sebagai berikut :

R = e - [X/Xc] x 100%

Keterangan:
R = Presentase batuan diatas ukuran ayakan
e = Epsilon (2,71)
X = Ukuran batuan maksimum

X
Xc= 1
( 0.693 ) n
(
n= 2.2−
14 B
D )(
1−
w
B )(
1+
[ A ' −1 ]
2 )( PcL )

Keterangan:
n = Indeks keseragaman
D = Diameter lubang ledak (mm)
w = Deviasi lubang bor (m)
A’ = rasio spasi terhadap burden
PC = panjang kolom isian (m)
L = Tinggi jenjang (m)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Geometri Peledakan


Dari data geometri peledakan serta pembobotan batuan pada lokasi peledakan tersebut, ukuran
fragmentasi secara teoritis menggunakan metode Kuz-Ram dapat diprediksi (tabel 1). Sedangkan hasil
aktual yang diterapkan di lapangan dapat dilihat pada tabel 2.Hasil prediksi ukuran fragmentasi hasil
peledakan dengan metode Kuz Ram menunjukkan bahwa dengan rancangan peledakan yang diterapkan
akan menghasilkan ukuran fragmentasi rata-rata 95 % lebih kecil dari 1 meter untuk peledakan yang
dilakukan di daerah low wall, sedangkan untuk daerah high wall akan menghasilkan fragmentasi
dengan ukuran lebih dari 1 meter sebesar ±15 % setiap peledakannya. Hal tersebut sangat dipengaruhi
oleh faktor batuan dari lokasi peledakan. Perbandingan kedua hal di atas menunjukkan bahwa secara
teoritis geometri peledakanyang diterapkan di lapangan saat ini belummampu untuk menghasilkan
ukuranfragmentasi yang sesuai dengan ukuran yang diharapkan yaitu 1/3 dari ukuran bucket alatloader
terkecil yang digunakan untuk memuat material blasting yaitu PC2000 dimana dimensi maksimalnya
yaitu 780 cm. Dengan perbaikan geometri peledakan menggunakan geometri usulan berdasarkan teori
(Ash, R.L., 1963) yang dianggap paling sesuai dengan kondisi peledakan di lapangan yaitu dengan
burden 5,6 m, spacing 11,2 m, stemming 5,6 m, panjang kolom isian 5,9 m; tinggi jenjang 10,5 m;
subdrilling 1 m dan kedalaman lubang tembak 11,5 m, maka akan diperoleh fragmentasi batuan yang
berukuran kurang 100 cm secara perhitungan teori sebesar 99,99 % dimana top size-nya sebesar 105
cm, sehingga akan menghasilkan ukuran fragmentasi yang lebih baik dari geometri peledakan yang
diterapkan di lapangan (tabel 3).
3.2 Perhitungan Fragmentasi Secara Teoritis

Adapun hasil perhitungan secara teoritis dapat dilihat pada tabel berikut :
Geometri Peledakan Meter (m)
Burden 8
Spacing 9
Stemming 4,5
Subdrilling 0,5
Tinggi Jenjang 7,5
Kedalaman 8
Panjang Kolom Isian
Handak 3,5
Ukuran Fragmentasi Tertahan Lolos
(cm) % %
10 79.1 20.83
25 55.99 44
50 31.73 68.26
75 18.16 81.83
100 10.48 89.51

Geometri Peledakan Meter (m)


Burden 9
Spacing 10
Stemming 4,5
Subdrilling 0,5
Tinggi Jenjang 9
Kedalaman 9,5
Panjang Kolom Isian
Handak 5
Ukuran
Tertahan % Lolos %
Fragmentasi (cm)
10 86.38 13.62
25 69.36 30.64
50 48.11 51.89
75 33.37 66.63
100 23.14 76.86
Geometri Peledakan Meter (m)
Burden 9
Spacing 10
Stemming 4,5
Subdrilling 0,5
Tinggi Jenjang 8,5
Kedalaman 9
Panjang Kolom Isian
Handak 4,5
Ukuran
Tertahan % Lolos %
Fragmentasi (cm)
10 84.69 15.31
25 66.05 33.94
50 43.72 56.27
75 29 70.99
100 19.28 80.72

Geometri Peledakan Meter (m)


Burden 9
Spacing 10
Stemming 4,5
Subdrilling 0,5
Tinggi Jenjang 8
Kedalaman 8,5
Panjang Kolom Isian
Handak 4
Ukuran
Tertahan % Lolos %
Fragmentasi (cm)
10 84.69 15.31
25 66.05 33.94
50 43.72 56.27
75 29 70.99
100 19.28 80.72
Geometri Peledakan Meter (m)
Burden 9
Spacing 10
Stemming 4,5
Subdrilling 0,5
Tinggi Jenjang 7,5
Kedalaman 8
Panjang Kolom Isian
Handak 3,5
Ukuran
Tertahan % Lolos %
Fragmentasi (cm)
10 86.19 13.8
25 69.05 30.94
50 47.88 52.12
75 33.31 66.68
100 23.24 76.75

Geometri Peledakan Meter (m)


Burden 9
Spacing 10
Stemming 4,5
Subdrilling 0,5
Tinggi Jenjang 7
Kedalaman 7,5
Panjang Kolom Isian
Handak 3
Ukuran
Tertahan % Lolos %
Fragmentasi (cm)
10 83.37 16.62
25 63.59 36.41
50 40.68 59.31
75 26.21 73.78
100 17 82.99
Geometri Peledakan Meter (m)
Burden 9
Spacing 10
Stemming 4,5
Subdrilling 0,5
Tinggi Jenjang 6,5
Kedalaman 7
Panjang Kolom Isian
Handak 2,5
Ukuran
Tertahan % Lolos %
Fragmentasi (cm)
10 88.56 11.44
25 73.8 26.2
50 54.47 45.53
75 40.2 59.8
100 29.67 70.33

Berdasarkan Hasil perhitungan metode kuzram, ukuran fragmentasi dari hasil peledakan
menggunakan geometri peledakan di lapangan berbeda-beda. Fragmentasi yang lolos di
bawah ukuran 75 cm dengan burden 8 m, spasi 9 m, kedalaman 8 m dan panjag kolom isian
3,5 m, meghasilkan fragmentasi 81,83 %. Sedangkan hasil fragmentasi dengan burden 9 m,
spasi 10 m, dengan kedalaman berbeda-beda, yaitu kedalaman 9,5 m dan panjang kolom
isian 5 m menghasilkan fragmentasi 66,63 %, kedalaman 9 m dan panjang kolom isian 4,5 m
meghasilkan fragmentasi 70,99 %, kedalaman 8,5 m dan panjang kolom isian 4 m
menghasilkan fragmentasi yang sama dengan kedalaman 9 m, kedalaman 8 m dan panjang
kolom isian 3,5 meghasilkan fragmentasi 66,68 %, kedalaman 7,5 m dan panjang kolom isian
3 m meghasilkan fragmentasi 73,78 %, kedalaman 7 m dan panjang kolom isian 2,5
menghasilkan fragmentasi 59,8 % yang lolos diukuran 75 cm. Karena yang menjadi patokan
dasar ukuran fragmentasi pada PT. Pamapersada Nusantara adalah 78 cm atau 1/3 ukuran
bucket PC 2000.
3.3 Perhitungan Fragmentasi Secara Aktual

Ukuran fragmentasi secara aktual dapat dilihat pada gambar di bawah ini, dimana yang
menjadi pembanding adalah bola dengan diameter 17 cm.

Ukuran fragmentasi Burden 9 m dan spasi 10 m secara aktual (gambar 2.1) dengan
kedalaman 8,5 m dapat dilihat bahwa fragmentasi yang dihasilkan 100 % lolos
diukuran 75 cm, sedangkan berdasarkan metode kuz-ram, fragmentasi yang dihasilkan
dengan kedalaman 8,5 m hanya menghasilkan 70,99 % ukuran fragmentasi yang lolos
di bawah ukuran 75 cm, kedalaman 8 m secara aktual (gambar 2.2) menghasilkan
100 % fragmentasi yang lolos diukuran 75 cm, sedangkan berdasarkan metode kuz-
ram menghasilkan 66,68 % fragmentasi yang di bawah ukuran 75 cm, kedalaman 9,5
m dan kedalaman 9 m (gambar 2.3 dan 2.4) secara aktual juga menghasilkan ukuran
fragmentasi 100 % lolos diukuran 75 cm, berbeda dengan hasil berdasarkan metode
kuz-ram, dengan kedalaman 9,5 m menghasilkan 66,63 % dan kedalaman 9 m
menghasilkan 70,99 % yang lolos di bawah ukuran 75 cm, dimana yang menjadi
patokannya adalah 78 cm, sehingga berdasarkan metode kuz-ram yang mendekati
ukuran 78 cm adalah 75 cm. Ukuran fragmentasi dipengaruhi oleh kedalaman lubang
ledak, panjang kolom isian, stemming, subdrilling, apabila kedalaman lubang ledak 9,5
m, panjang stemmingnya 4,5 m maka panjang kolom isian 5 m, dimana disini panjang
kolom isian bahan peledak lebih besar dari stemming, sehingga stemming tidak terlalu
kuat untuk menahan energi yang dihasilkan oleh bahan peledak, karena energi dari
bahan peledak akan mencari bidang yang lemah dan mudah untuk terbongkar. Jika
demikian energi yang berasal dari bahan peledak tidak meyebar secara merata
sehingga fragmentasi yang dihasilkan tidak hancur secara maksimal dan terdapat
33,37 % berukuran bongkah. Dengan kedalaman 7 m stemming 4,5 dan panjang
kolom isian 2,5 m juga akan menghasilkan fragmentasi yang berukuran bongkah
sebesar 40,2 %, dikarenakan kolom isian bahan peledak terlalu kecil sehingga tidak
terlalu mampu untuk menghacurkan batuan karena stemmingnya terlalu
panjang dan bahan peledak yang dipakai terlalu sedikit, ini menyebabkan energi dari
bahan peledak akan mencari batuan disekitarnya yang lebih mudah untuk terbongkar
dibandingkan dengan stemming yang dipakai untuk menutup lubang ledak. Stemming
yang terlalu pendek tidak mampu untuk megurung energi yang terlalu besar begitu
juga dengan panjang kolom isian yang terlalu pendek tidak akan mampu untuk
menghancurkan stemming yang terlalu padat dan terlalu panjang. Burden dan
spasi juga mempengaruhi ukuran fragmentasi, Jika 9 dan spasi 10 dipakai pada
material yang keras dengan bahan peledak yang digunakan sedikit maka daya hancur
untuk materialnya akan kurang dan menyebabkan fragmentasi yang dihasilkan
berukuran bongkah.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari hasil pembahasan yang terdapat pada penelitian ini
didapatkan beberapa point yang dapat dijadikan sebagai kesimpulan, yaitu :

4.2 Saran
TETAP SEMANGAT
DOA IBU SELALU MENYERTAIMU :)
BISMILAH......
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai