Anda di halaman 1dari 39

ANALISIS PERENCANAAN WAKTU TUNDA PADA RANGKAIAN

PELEDAKAN UNTUK MENGURANGI TINGKAT GETARAN TANAH DI


SEKITAR PENAMBANGAN BATU KAPUR PT. SEMEN INDONESIA
(PERSERO) TBK

Proposal Tugas Akhir


Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Melaksanakan Tugas Akhir Pada
Jurusan Teknik Pertambangan

Di Susun Oleh :
EKO BUDI SAPUTRO
11.2019.1.90109

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................... I
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................
DAFTAR TABEL................................................................................................III
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................2
1.4 Batasan Masalah............................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................


2.1 Pola Pengeboran ...........................................................................................3
2.2 Proses Peledakan...........................................................................................4
2.3 Geometri Peledakan......................................................................................8
2.4 Pola Rangkaian Peledakan..........................................................................15
2.5 Fragmentasi Hasil Peledakan …………………………………………….17
2.6 Getaran Tanah.............................................................................................18

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................26


3.1 Jenis Penelitian............................................................................................26
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................................26
3.3 Metode Penelitian .......................................................................................26
3.4 Diagram Alir Penelitian .............................................................................32
3.5 Jadwal Penelitian.........................................................................................33
3.6 Penutup .......................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34

I
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tiga Tipe Dasar Pola Pengeboran……………………………………3


Gambar 2.2 Radial Fracturing……………………………………………………..5
Gambar 2.3 Radial Fracturing dan Pemecahan Melalui Pantulan dari Strain
Wave…………………………………………………………………………….....6
Gambar 2.4 Mekanisme Pemecahan Batuan oleh Flexion ………………………..7
Gambar 2.5 Mekanisme Pecahnya Batuan………………………………………...8
Gambar 2.6 Terminologi yang Digunakan Pada Bench Blasting………………....9
Gambar 2.7 Perbandingan Lubang Ledak Vertikan dan Miring ………………...11
Gambar 2.8 Hubungan Ukuran Burden dan Diameter Lubang Ledak …………..14
Gambar 2.9 Pola Peledakan Row by Row dan V-cut denganFree Face di Depan.15
Gambar 2.10 Pola Peledakan Echelon dengan Free Face di Depan dan
Samping.15
Gambar 2.11 Pola Peledakan Echelon…………………………………………...16
Gambar 2.12 Pola Peledakan Row by Row……………………………………...17
Gambar 2.13 Gelombang Seismik pada Peledakan Tunda………………………25
Gambar 3.1 Tombol pada Alat Micromate………………………………………28
Gambar 3.2 Prinsip Kerja Micromate……………………………………………28
Gambar 3.3 Micromate ISEE Instantel…………………..………………………30
Gambar 3.4 Geophone…………………………………...………………………30
Gambar 3.5 GPS ……………………..………………….………………………31
Gambar 3.6 Meteran ……….……………………………………………………31
Gambar 3.7 DiagramAlir Penelitian………………………………………..……32

II
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kelas dan Jenis Bangunan serta Peak Vector Sum ...............................22
Tabel 2.2 Acuan Kriteria Kerusakan .....................................................................23
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tugas Akhir..........................................33

III
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batu kapur merupakan salah satu bahan galian industri yang
ketersediaannya cukup besar di Indonesia yang mana PT. Semen
Indonesia adalah produsen semen terbesar di Indonesia yang
memproduksi semen dengan melakukan penambangan batu kapur.
Setiap tahunnya PT. Semen Indonesia berusaha untuk
meningkatkan target produksi batu kapur guna memenuhi
permintaan pabrik akan kebutuhan batu kapur sebagai bahan
mentah pada proses pembuatansemen.
Aktivitas peledakan dapat menghasilkan suatu gangguan yang
dapat mempengaruhi lingkungan, yaitu getaran tanah. Getaran tanah
yang dihasilkan dari aktivitas peledakan ini dapat menyebabkan
kerugian di lingkungan sekitar area tambang jika tidak dikontrol
dengan baik. Permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar
penambangan seperti adanya retakan-retakan dan penurungan tanah
pada jalan menuju tambang, badan jalan, lantai, dan dinding rumah
disekitar areatambang. Pemakaian waktu tunda yang kurang
optimal pada rangkaian peledakan dapat menyebabkan lubang ledak
meledak secara bersamaan, sehingga menimbulkan beberapa
kerugian, kerugian ini berupa getaran tanah yang dihasilkan
bertambah. Untuk mengetahui apakah lubang ledak tersebut
meledak bersamaan, penulis menggunakan sebuah software
peledakan yaitu Shotplus-i 4.88. Jadi, semakin banyak lubang ledak
yang meledak bersamaan, maka energi yang dihasilkan akan
semakin besar. Oleh sebab itu, pemakaian waktu tunda pada
rangkaian peledakan pada proses peledakan harus dirancang sesuai

1
kondisi free face yang ada dan dengan kombinasi waktu tunda yang
tepat agar dapat mengurangi jumlah lubang ledak yang meledak
bersamaan. Terkait masalah tersebut maka peneliti mengambil
penelitian dengan judul “Analisis Perencanaan Waktu Tunda Pada
Rangkaian Peledakan Untuk Mengurangi Tingkat Getaran Tanah di
Sekitar Penambangan Batu Kapur PT. SEMEN INDONESIA
(PERSERO) TBK ”

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penelitian ini yang menjadi Rumusan Masalah antara lain :
a. Apakah pemakaian waktu tunda pada rangkaian peledakan yang diterapkan
PT. Semen Indonesia telah optimal dan sesuai dengan kondisi free face?
b. Bagaimana pengaruh waktu tunda pada rangkaian peledakan terhadap tingkat
getaran tanah yang dihasilkan aktivitas peledakan?
c. Bagaimana kombinasi waktu tunda yang tepat pada rangkaian peledakan
yang dapat digunakan pada aktivitas peledakan untuk mengurangi tingkat
getaran tanah ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian dalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi pemakaian waktu tunda pada rangkaian peledakan yang
diterapkan PT. Semen Indonesia untuk mengetahui apakah pemakaian waktu
tunda tersebut telah sepenuhnya optimal dan sesuai dengan kondisi free face
pada saat itu.

b. Menganalisis pengaruh pemakaian waktu tunda pada rangkaian peledakan


terhadap tingkat getaran tanah yang dihasilkan aktivitas peledakan di sekitar
penambangan batu kapur PT. Semen Indonesia.

c. Merencanakan kombinasi waktu tunda yang tepat pada rangkaian peledakan


yang dapat digunakan pada aktivitas peledakan di penambangan batu kapur
PT. Semen Indonesia sehingga dapat meminimalisasi getaran tanah yang
dihasilkan.

1.4 Batasan Masalah


2
Batasan-batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penelitian ini difokuskan di daerah Sumberarum, Kecamatan Kerek,
Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur Pada PT.Semen Indonesia”
b. Melakukan pengamatan hasil getaran tanah pada proses peledakan dengan
alat monitoring getaran Micromate.
c. Pengukuran dilakukan di dekat lokasi yang berdekatan dengan pemukiman
penduduk.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pola Pengeboran

Pola pengeboran merupakan salah satu tahapan yang penting di


dalam pelaksanaan operasi peledakan. Secara garis besar terdapat tiga
pola pengeboran yang umum digunakan dalam mendesain lubang
ledak pada operasi peledakan, yaitu square, rectangular, dan staggered
(Dick, 1983).
1. Square
Pola pengeboran square memiliki ukuran burden dan ukuran spacing yang sama
besar. Dalam pola ini, posisi lubang pada baris pertama dan baris
selanjutnyasejajar.
2. Rectangular
Pola pengeboran rectangular memiliki ukuran spacing yang lebih besar dari
ukuran burden. Dalam pola ini, posisi lubang pada baris pertama dan baris
selanjutnya sejajar.
3. Staggered
Pola pengeboran staggered merupakan pola pengeboran yang tersusun secara zig-
zag, posisi suatu lubang pada tiap baris terletak di tengah spacing lubang pada
baris berikutnya. Pada pola ini ukuran spacing akan lebih baik jika lebih besar dari

3
ukuran burden. Tipe pola pengeboran dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Tiga Tipe Dasar Pola Pengeboran Sumber : Dick (1983)

2.2 Proses Peledakan


Tujuan dari proses peledakan adalah untuk mengkonversi batuan
dari suatu kesatuan material geologi yang bersifat solid menjadi
beberapa bagian yang lebih kecil sehingga bisa dipindahkan atau
digali dengan menggunakan alat berat yang sesuai (Hemphill, 1981).
2.2.1 Energi PadaPeledakan
Ada dua jenis energi yang dilepaskan saat ledakan terjadi, yaitu work energy dan
waste energy. Work energy adalah energi peledakan yang menyebabkan
terpecahnya batuan. Pada kegiatan peledakan, hanya sebagian dari total energi
yang dihasilkan bahan peledak dikonsumsi untuk memecahkan batuan,
sementara sisanya menjadi waste energy atau energi sisa (Fahlevi,2012).
Pada aktivitas peledakan, tekanan detonasi dan tekanan peledakan akan timbul karena
efek dari shock energy dan gas enery hasil dari perubahan kimia bahan peledak.
Bahan peledak jenis high explosive akan terjadi tekanan detonasi pada tahap
pertama yang kemudian diikuti dengan tekanan peledakan, sedangkan bahan
peledak jenis low explosivehanya terjadi tekanan peledakan (Bhandari,1997).
Energi peledakan membutuhkan sejumlah energi yang cukup agar dapat melampaui
batas elastik atau kekuatan batuan untuk memecahkan batuan tersebut. Proses
pemecahan batuan ini berlangsung secara terus- menerus hingga energi yang
dihasilkan oleh bahan peledak semakin lama akan semakin berkurang dan
menjadi lebih kecil dari batas elastik atau kekuatan batuan sehingga proses
4
pemecahan batuan akan terhenti. Energi yang tersisa yaitu seismic energy akan
menjalar melalui batuan dan mengakibatkan deformasi dalam batuan yang tidak
memecahkan batuan karena masih berada dalam batas elastiknya. Hal tersebut
akan menghasilkan gelombangseismik yang dirasakan sebagai getaran dan
pada batas tertentu dapat menyebabkan kerusakan lingkungan serta mengganggu
manusia (Bhandari, 1997).
2.2.2 Mekanisme PecahnyaBatuan
Mekanisme pecahnya batuan pada proses peledakan mengalami tujuh proses, hal
tersebut memberikan pengaruh pada hasil peledakan (Jimeno, 1995).

1) Crushing ofRock
Pada saat detonasi secara tiba-tiba terjadi, tekanan pada strain wave yang merambat
ke segala arah mencapai jumlah yang melebihidynamic compressive strength
dari batuan sehingga menimbulkan rekahan yang menjalar dari daerah lubang
ledak serta menghancurkan struktur intercrystalline dan intergranular pada
batuan.

2) RadialFracturing
Pada saat propagasi atau penyebaran dari strain wave terjadi, batuan yang berada di
sekitar lubang ledak terkena intense radial compressions yang menginduksi
komponen tarik pada bidang tangensial depan gelombang. Ketika tegangan
tangensial melebihi kekuatan tarik dinamis batuan, formasi areal padat dari
radial cracksdi sekitar crushed zone yang mengelilingi lubak ledak terinisiasi.
Dapat dilihat pada Gambar 2.2.

5
Gambar 2.2 Radial Fracturing
Sumber : Jimeno (1995)
Jumlah dan panjang dari radial cracks tersebut akan bertambah ketika intensitas dari
strain wave pada dinding lubang ledak atau batas bagian luar pada crushed
zone. Selain itu dapat juga bertambah jika terjadi pengurangan kekuatan tarik
dinamis dari batuan dan redaman energi regangan. Perpanjangan retakan
berkaitan erat dengan batuan yang memilki rekahan alami.
3) Reflection Breakage orSpalling
Ketika strain wave mencapai free face akan menghasilkan tensile wave dan shear
wave. Hal tersebut terjadi ketika radial cracks belum menyebar terlalu jauh
dari jarak antara charge danfree face. Walaupun relative magnitud dari energi
yang berhubungan dengan dua gelombang tersebut tergantung pada incident
angle dari compressive strain wave, fracturing biasanya disebabkan oleh
pantulan tensile wave. Jika tensile wave cukup kuat untuk melebihi kekuatan
dinamis dari batuan, maka akan terjadi spalling, menghancurkan batuan di
dinding jenjang. Mekanisme ini tidak terlalu banyak berkontribusi dalam

proses fragmentasi. Dapat dilihat pada Gambar 2.3


Gambar 2.3 Radial Fracturing dan Pemecahan Melalui Pantulan dari Strain
Wave
Sumber : Jimeno (1983)

6
4) Gas ExtensionFracture
Setelah strain wave telah berlalu, tekanan dari gas menimbulkan medan tegangan
quasi-static di sekitar lubang ledak. Selama atau setelah formasi dari radial
cracks oleh komponen gelombang tarik tangensial, gas akan mulai menyebar
dan melakukan penetrasi ke dalam rekahan. Radial cracks diperpanjang oleh
pengaruh stress concentrations. Jumlah dan panjang dari bukaan dan
perkembangan cracks sangat dipengaruhi oleh tekanan gas.

5) Fracturing by Release ofLoad


Sebelum strain wave mencapai free face, energi total yang terpindah ke batuan dari
initial compression sejumlah antara 60- 70% energi peledakan. Setelah
compressive wave telah berlalu,
keadaan keseimbangan quasi-static akan dihasilkan, diikuti oleh tekanan berikutnya
di dalam lubang ledak pada saat gas lolos melewati stemming, melalui radial
cracks dan rock displacement. Setelah itu energi regangan yang tersimpan akan
terlepas dengan cepat, menimbulkan rekahan tarik dan rekahan geser pada
massa batuan. Hal ini mempengaruhi sejumlah besar volume batuan, tidak
hanya di bagian depan lubang ledak tetapi di bagian belakang juga.
6) Breakage byFlexion
Setelah mekanisme radial fracturing dan spalling, tekanan yang diakibatkan oleh
ekspansi gas atas material di depan explosive column membuat batuan menjadi
seperti balok yang tertanam di bagian bawah dari lubang ledak dan pada areal
stemming, menghasilkan deformasi dan pemecahan yang sama dengan
fenomena flexion. Dapat dilihat pada Gambar2.4

7
Gambar 2.4 Mekanisme Pemecahan Batuan oleh Flexion
Sumber : Jimeno (1995 )

7) Fracture by InflightCollisions
fragmentasi batuan dihasilkan dihasilkan oleh mekanisme sebelumnya dan
dipercepat oleh ekspansi gas yang diproyeksikan ke arah free face, bertabrakan
satu sama lain dan menghasilkan fragmentas tambahan yang telah
didemonstrasikan dengan ultra- speed photographs. Mekanisme pecahnya
batuan dapat dilihat pada Gambar 2.5

Gambar 2.5 Mekanisme Pecahnya Batuan


Sumber : Jimeno (1995)

2.3 GeometriPeledakan
Pada perhitungan dan desain dalam peledakan, parameter-parameter
yang dapat dikontrol diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok,
yaitu geometri peledakan (diameter, charge length, burden, spacing,
dan lainnya), physicochemical (jenis bahan peledak, kekuatan dan
energi bahan peledak, priming system), dan waktu (delay timing dan
8
urutan inisiasi) (Jimeno, 1995).
Pada Gambar 2.6, menunjukkan ilustrasi peledakan jenjang pada
tambang terbuka dengan beberapa simbol-simbol terminologi atau
istilah- istilah yang sering digunakan secara umum.

Gambar 2.6 Terminologi yang Digunakan Pada


Bench Blasting
Sumber : Jimeno (1995)

Keterangan :

H = Tinggi bench (L– J)


D = Diameter lubangledak
L = Kedalaman lubang ledak (H+J)
d = Diameter explosivecharge
B =Burden
S =Spacing

9
LV = Panjangarealpeledakan
AV = Lebararealpeledakan
Be = Jarak burdenefektif
Se = Jarakspacingefektif
T = Stemming (L –I)
J = Subdrilling (L –H)
I = Panjang isian (L –T)

2.3.1 Diameter LubangLedak


Diameter lubang ledak yang ideal pada operasi peledakan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu sebagai berikut (Jimeno, 1995).
1) Sifat dan karakteristik massa batuan yang akandiledakkan.
2) Ukuran fragmentasi yangdiinginkan.
3) Tinggi bench dan configuration ofcharges.
4) Biaya pengeboran danpeledakan.

Penambahan ukuran diameter lubang ledak memiliki beberapa keuntungan, yaitu


sebagai berikut (Jimeno, 1995).
1) Kecepatan detonasi yang lebih tinggi memberikan kestabilan yang lebih tinggi
dan mengurangi pengaruh kondisieksternal.
2) Mengurangi biaya pengeboran danpeledakan.
3) Memungkinkan mekanisasi pada explosivecharge.
4) Meningkatkan produktivitaspengeboran

Pada batuan massive, ketika panjang isian (I) dan diameter (D) memiliki rasio I/D <
60, peningkatan pada parameter tersebut akan meningkatkan fragmentasi. Jika
I/D > 60, penambahan ukuran D membutuhkan penambahan dalam powder
factor juga agar ukuran fragmentasi dapat terjaga (Jimeno, 1995).

2.3.2 TinggiJenjang
Jika perbandingan rasio H/B besar, akan lebih mudah untuk melakukan deformasi
10
pada batuan, terutama pada areal bench center. Ash (1977) menyatakan bahwa
rasio optimum adalah H/B ≥ 3. Jika H/B
= 1 maka ukuran fragmentasi akan besar dan menyebabkan masalah overbreak dan
toe. Dengan H/B = 2 masalah tersebut akan melemah dan dengan H/B ≥ 3
masalah tersebut akan teratasi. Kondisi H/B ≥ 3 biasanya ditemukan di kuari
dan tambang strip mining batubara, tetapi tidak pada tambang bijih karena tinggi
bench dipengaruhi oleh ketercapaian loading machine dan fenomena dilusi
(Jimeno,1995).
Ketika tinggi bench (H) rendah, variasi dalam ukuran burden dan spacing sangat
mempengaruhi hasil peledakan. Jika tinggi bench (H) bertambah, dengan ukuran
B tetap, ukuran spacing (S) dapat dimaksimalkan tanpa mempengaruhi
fragmentasi. Jika bench sangat tinggi, maka akan menimbulkan masalah pada
lubang ledak, tidak hanya mempengaruhi ukuran fragmentasi tetapi juga akan
menimbulkan getaran yang kuat, flyrock, dan overbreaks karena pola
pengeboran B x S tidak akan konstan pada lubang ledak dengan kedalaman yang
berbeda (Jimeno, 1995).
2.3.3 Kemiringan LubangLedak
Pada peledakan jenjang, lubang ledak miring memiliki beberapa keuntungan dan
kerugian dalam beberapa kondisi. Biasanya pengeboran dengan metoderotary
percussive menghasilkan lubang ledak yang miring. Tetapi, dalam tambang
open pit besar lubang bor vertikal cenderung dipakai (Jimeno, 1995).
Perbandingan lubang ledak vertikal dan Miring dapat dilihat pada Gambar 2.7

11
Gambar 2.7 Perbandingan Lubang Ledak Vertikan dan Miring
Sumber : Jimeno (1995)

Beberapa keuntungan lubang ledak miring adalah sebagai berikut (Jimeno, 1995).
1) Fragmentasi, displacement dan muckpile swelling lebih baik, karena ukuran
burden sepanjang lubang ledak menuju free face sama, hal ini pada kondisi free
facemiring.
2) Mengurangi kemungkinan misfire akibat cutoff dari burden movement.
3) Jenjang yang baru terbuat memiliki lereng yang lebih halus danbaik.
4) Produktivitas yang lebih tinggi pada front end loaders karena tinggi
muckpileyang lebih rendah.
5) Mengurangi subdrilling dan penggunaan energi peledakan yang lebih baik
dengan tingkat getaran yangrendah.
6) Powder factor lebih rendah karena shock wave dipantulkan secara lebih efisien
pada benchtoe.
Beberapa kerugian lubang ledak miring adalah sebagai berikut (Jimeno, 1995).
1) Meningkatkan deviasi ketika melakukan pengeboran lubang ledak
yangpanjang.
2) Menambah panjang lubangledak.
3) Sulit untuk mengarahkan posisipengeboran.
4) Perlunya pengawasan yang ketat pada penyimpangankerja.
5) Lower drill feed yang berarti pada batuan yang keras penetrasinya terbatas.
6) Membutuhkan pemakaian lebih pada bit, drill steel, danstabilizers.
7) Mechanical availability dari drilling rig berkurang karena ketahanan dari tiang
mesinbor.
8) Drill cuttings pada proses flushing buruk karena pengaruh gaya gesek.
9) Menimbulkan masalah pada saat charging bahan peledak, terutama pada
lubang ledak yang berair.
2.3.4 Stemming
Stemming merupakan bagian dari lubang ledak yang diisi dengan inert material yang
berada di atas isian bahan peledak, berguna untuk membatasi dan menahan
12
ekspansi gas yang dihasilkan dari energi ledakan, serta meningkatkan proses
fragmentasi. Jika stemming tidak cukup, maka dapat menyebabkan lolosnya
ekspansi gas dari energi peledakan secara premature dan menimbulkan airblast
dan bahaya flyrock. Sebaliknya, jika stemming berlebih maka dapat
menyebabkan boulder pada bagian atas bench dan menimbulkan poor swelling
pada muckpile (Jimeno, 1995).
Dalam menentukan stemming, terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu
jenis dan ukuran stemming, serta panjang kolom isian stemming. Stemming
yang biasa digunakan adalah cuttings dari pengeboran mengingat keuntungan
lokasinya yang langsung berada di dekat lubang ledak. Tetapi, penelitian yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa material kasar dengan bentuk angular
seperti crushed rock lebih efektif dan memiiki resistansi terhadap stemming
ejection yang lebih tinggi. Ukuran efektif stemming berkisar pada ukuran
material antara 1/17 D hingga 1/25 D, sedangkan panjang isian stemming yang
optimum berkisar antara 20 D hingga 60 D. Jika memungkinkan, panjang
stemming yang lebih dari 25 D harus diterapkan untuk menghindari airblast,
flyrock, cutoffs, dan overbreak. Dalam peledakan dengan sistemmultiple rows,
perlakuan khusus terhadap stemming pada baris depan perlu dilakukan
terutama ketika dalam kondisi free face yang tidak merata sehingga membuat
dimensi burden di bagian top hingga toe pada bench berbeda (Jimeno, 1995).
2.3.5 Subdrilling
Subdrilling (J) merupakan bagian dari kolom lubang ledak yang terletak di bagian
dasar jenjang yang dimaksudkan untuk menghindari toe pada lantai jenjang
setelah proses peledakan. Panjang kolom subdrilling biasanya sebesar 0,3 B. Jika
subdrilling pendek maka batuan tidak akan terpotong (sheared off) sepenuhnya
pada lantai jenjang lalu menghasilkan toe dan menambah biaya loading, tetapi
jika subdrilling terlalu panjang maka akan mengakibatkan biaya pengeboran dan
peledakan bertambah serta meningkatkan tingkat getaran peledakan dan resiko
terjadinya cutoffs maupun overbreak (Jimeno,1995).
2.3.6 Burden danSpacing
Burden (B) merupakan jarak minimum antara axis dari lubang ledak menuju free face,
13
dan spacing (S) merupakan jarak antara lubang ledak dalam baris (row) yang
sama. Parameter ini pada dasarnya dipengaruhi oleh diameter pengeboran,
karakteristik batuan dan bahan peledak, tinggi bench, serta fragmentasi dan
displacement yang diinginkan. Pada umumnya, sangat banyak formula yang
menyarankan dalam perhitungan burden, tetapi dari sekian banyak formula yang
ada, ukuranburdentersebutberkisarantara25-40D,tergantung dari sifat dari massa
batuan yang diledakkan (Jimeno, 1995). Dapat dilihat pada Gambar 2.8

Gambar 2.8 Hubungan Ukuran Burden dan Diameter Lubang Ledak


Sumber : Jimeno (1995)

Jika ukuran burden terlalu besar, ekspansi gas dari energi peledakan menemukan
banyak hambatan (resistance) untuk memecahkan dan memindahkan batuan
secara efektif, selain itu sebagian energi menjadi energi seismik yang
mempengaruhi getaran tanah. Jika ukuran burden terlalu kecil, gas akan lolos
dan terekspansi dengan kecepatan tinggi menuju free face, mendorong
fragmented rock dan memproyeksikannya secara tidak terkontrol, menyebabkan
bertambahnya overpressure pada udara dan noise. Pada pola pengeboran
staggered pattern, fragmentasi optimum akan dihasilkan dengan rasio spacing
(S) = 1,15 B. Ukuran spacing yang terlalu kecil menyebabkan pemecahan yang
berlebihan antar ledakan di setiap lubang dan menyebabkan superficial crater
breakage, sedangkan ukuran spacing yang terlalu besar dapat menyebabkan
14
pemecahan di setiap lubang tidak memadai (Jimeno, 1995).

2.4 Pola RangkaianPeledakan


Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang-
lubang bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya
ataupun antara lubang bor yang satu dengan lubang bor yang lainnya.
Pola peledakan ini dapat ditentukan berdasarkan urutan waktu
peledakan serta arah runtuhan material yang diharapkan (Konya,
1991). Beberapa contoh pola peledakan berdasarkan jumlah free face
yang ada, dengan satu free face di depan dan dua free face yaitu depan
dan samping dapat dilihat pada Gambar 2.9 dan Gambar 2.10

Gambar 2.9 Pola Peledakan Row by Row dan V-cut denganFree Face di Depan
Sumber : Jimeno (1995)

Gambar 2.10 Pola Peledakan Echelon dengan Free Face di Depan dan Samping
Sumber : Jimeno (1995)

15
Pola rangkaian peledakan pada suatu aktivitas peledakan
menunjukkan sekuen atau urutan ledakan dari sejumlah lubang ledak.
Jika terdapat urutan peledakan maka dapat diartikan bahwa terdapat
jeda waktu yaitu waktu tunda (delay) diantara lubang ledak pada
proses peledakan tersebut. Parameter ini akan berpengaruh pada hasil
peledakan, tidak hanya fragmentasi hasil peledakan, tetapi juga dapat
mempengaruhi displacement batuan, overbreak dan intensitas getaran
yang dihasilkan peledakan. Penerapan waktu tunda pada sistem
peledakan dapat menghasilkan beberapa kentungan antara lain dapat
mengurangi getaran, mengurangi overbreak dan flyrock, serta dapat
mengatur arah lemparan fragmentasi batuan (Jimeno,1995).
Beberapa contoh pola peledakan beserta kombinasi nonel surface
delay yang dipakai dengan perbedaan waktu tunda 8 ms antar lubang
ledak, terdapat pola echelon Gambar 2.11, yaitu pola peledakan yang
arah lemparannya menuju ke pojok (corner) free face yang ada, pola
row by row Gambar 2.12, yaitu pola peledakan per baris yang arah
lemparannya menuju ke depan arah free face, dan pola v-cut Gambar
16 yaitu pola peledakan yang arah lemparannya menuju ke tengah dan
pola peledakannya menyerupai huruf V.

16
Gambar 2.11 Pola Peledakan Echelon
Sumber : Bickford (1987)

Gambar 2.12 Pola Peledakan Row by Row


Sumber : Bickford (1987)
2.5 Fragmentasi Hasil Peledakan
Fragmentasi adalah istilah umum untuk menunjukkan ukuran setiap bongkah
batuan hasil peledakan. Ukuran fragmentasi tergantung pada proses selanjutnya.
Untuk tujuan tertentu ukuran fragmentasi yang besar atau bongkah diperlukan,
misalnya disusun sebagai penghalang ditepi jalan tambang. Namun kebanyakan
diinginkan ukuran fragmentasi yang kecil karena penanganan selanjutnya akan
lebih mudah.
Tingkat fragmentasi menunjukan suatu keberhasilan dalam peledakan.
Dimana tingkat fragmentasi diharapkan dapat sesuai dengan kasitas bucket
excavator dan kapasitas angkut dump truck dala pekerjaan loadingmaterial.
Perhitungan nilai karakteristik ukuran (Xc) menggunakan rumus sebagai
berikut :

17
X
Xc=
(0,693)1 /n
Perhitungan persentase bongkahan adalah sebagai berikut :
Rx = 𝑒–( 𝑥/𝑥𝑐)𝑛× 100 %
Dimana :
Rx = Persentase material yang tertahan pada ayakan (%)
X = Ukuran ayakan (cm)
N = Index Keseragaman

Untuk mengetahui besarnya persentase bongkahan pada hasil peledakan digunakan


rumus index keseragaman (n) dan karakteristik ukuran (Xc), dengan persamaan
sebagai berikut:

(
n= 2,2−14
B
D)(
1−
W
B )( 1+ ( A−1)
2 ) L
H
Ukuran rata-rata fragmentasi hasil peledakan, dapat diperkirakan dengan
menggunakan persamaan Kuznetzov (1973), yaitu sebagai berikut :

( ) ( )
0,8 −0,63
Vo 0,167 E
X =Ax xQ x
Q 115
Keterangan :
X = Rata-rata ukuran fragmentasi
A = Faktor batuan (Rock Factor)
Vo = Volume batuan per lubang
Q = Jumlah bahan peledak ANFO tiap lubang
E = Relative Weight Srenght bahan Peledak, untuk ANFO = 100

2.6 GetaranTanah
Getaran adalah gelombang yang bergerak di dalam tanah
disebabkan oleh adanya sumber energi. Sumber energi tersebut dapat
berasal dari alam, seperti gempa bumi atau adanya aktivitas
peledakan. Beberapa Aktivitas peledakan dapat menghasilkan dua
macam gangguan yang dapat mempengaruhi lingkungan, yaitu

18
getaran tanah dan kebisingan. Dua macam gangguan ini dapat
menyebabkan kerugian yang besar di lingkungan sekitar areal
tambang jika tidak dikontrol dengan baik. Getaran peledakan adalah
getaran yang diakibatkan oleh aktivitas peledakan di tambang terbuka
yang berpengaruh terhadap keutuhan bangunan.
Besarnya tingkat getaran dipengaruhi oleh jumlah dan jenis bahan
peledak yang digunakan per waktu tunda (delay) sama, struktur
batuan dan desain peledakan (SNI, 7571:2010). Getaran tanah
(ground vibration) merupakan gelombang yang bergerak di dalam
tanah akibat dari adanya sumber energi, sumber energi tersebut dapat
berasal dari alam, seperti gempa bumi atau adanya aktivitas peledakan
(Bhandari, 1997).
2.6.1 Faktor yang Mempengaruhi GetaranTanah
Faktor yang mempengaruhi pengembangan, penyebaran, dan intensitas getaran tanah
dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu faktor yang dapat dikontrol dan
yang tidak dapat dikontrol. Faktor-faktor yang dapat dikontrol antara lain
geometri peledakan, jenis dan jumlah bahan peledak yang digunakan,
sistem inisiasi yang digunakan, sedangkan faktor-faktor yang tidak dapat
dikontrol antara lain jarak dan initiation timing error (Bhandari, 1997).
1) GeometriPeledakan
Burden merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi getaran tanah.
Peledakan dengan burden yang baik akan menghasilkan getaran yang lebih kecil
daripada peledakan dengan burden yang lebih besar. Kelebihan ukuran burden
akan meningkatkan getaran tanah karena energi peledakan yang tidak cukup
untuk menghancurkan batuan akan terkonversi menjadi getaran. Berdasarkan
Wiss dan Linehan (1978), penambahan jumlah isian bahan peledak yang
diakibatkan oleh penggunaan diameter lubang ledak yang lebih besar akan
menyebabkan getaran tanah dengan amplitudo yang tinggi dibandingkan dengan
diameter lubang ledak yang lebih kecil.
Penelitian lain oleh Redpath dan Ricketts (1987) mengindikasikan diameter lubang
ledak berpengaruh pada tingkat getaran, tidak hanya berat bahan peledak per
19
lubang ledak yang mempengaruhi peak level dari suatu getaran. Peledakan
dengan 100 lubang tidak menghasilkan getaran yang lebih besar daripada
peledakan dengan 10 lubang, tetapi menghasilkan durasi yang lebih lama dari
gangguan tersebut. Untuk meminimalisasi getaran tanah, panjang subdrilling
harus dipilih dengan benar, karena subdrilling tersebut menyebabkan zona
tambahan untuk energi peledakan yang dapat berakibat pada getaran tanah.
Selain itu, ukuran stemming yang lebih kecil yaitu kurang dari 20 kali ukuran
diameter lubang ledak dapat menyebabkan getaran tanah bertambah (Bhandari,
1997).

2) Jenis dan Jumlah BahanPeledak


Jumlah isian bahan peledak per lubang ledak merupakan faktor yang sangat penting
terhadap getaran tanah. Semakin banyak bahan peledak yang digunakan maka
akan semakin banyak energi yang dihasilkan. Charge weight per delay (waktu
tunda) adalah faktor terpenting untuk mengontrol intensitas dari getaran tanah
pada proses peledakan. Semakin besar kuantitas bahan peledak yang meledak
pada suatu waktu tunda, semakin tinggi getaran tanah yang dihasilkan. ANFO
mixtures menghasilkan getaran tanah dengan intensitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan slurry dan gelatinous explosive karena densitas serta
tekanan detonasi yang lebih rendah (Bhandari,1997).
Jumlah bahan peledak per lubang ledak dapat dicari dengan mengkalikan nilai loading
density (kg/m) dan panjang kolom isian bahan peledak (m) pada suatu lubang
ledak. Menurut Konya (1991), loading density dapat dicari dengan rumus
berikut.
de = 1⁄4 . π .SGe . De2 .....................................................(1)
dimana:
de = Loading Density(gr/cm)
SGe = Densitas Bahan Peledak (gr/cm3)
De= Diameter lubang ledak(cm)

3) SistemInisiasi
20
Pemilihan kombinasi waktu tunda (delay) yang tepat sangat penting pada peledakan
dengan banyak baris (multirow). Tingkat getaran tanah dapat dikurangi dengan
penggunaan delay detonator. Delay tersebut menyebabkan terpisahnya
gelombang yang memancar dari energi bahan peledak untuk menghindari
terakumulasinya gelombang yang besar. Interval dari waktu tunda dapat
diterapkan diantara lubang dalam satu row. Burden relief yang baik sangat
diperlukan pada peledakan dengan banyak baris (multirow) untuk mendapatkan
pergerakan horizontal burden yang efektif, Jika perbedaan waktu tunda (delay)
antar row lebih kecil dari yang seharusnya, maka burden pada row depan tidak
bisa berpindah dengan jarak yang cukup untuk menyediakan free face baru yang
berguna pada row selanjutnya.
Hal tersebut akan meningkatkan confinement (terkurung atau tertahan) pada ledakan
di row selanjutnya sehingga menyebabkan getaran tanah meningkat. Dick (1983)
merekomendasi beda waktu tunda minimum 8 atau 9 ms antar lubang ledak
dapat digunakan untuk tujuan meminimalisasi getaran yang dihasilkan
(Bhandari, 1997).
Milisecond delay detonator membuat sejumlah besar kuantitas bahan peledak dapat
diledakkan dalam satu kali peledakan dengan mendistribusikan bahan peledak
tersebut dalam jumlah yang lebih kecil pada beberapa ledakan antar lubang.
Desain waktu tunda yang dirancang dengan tepat dapat mengurangi getaran
tanah yang dihasilkan karena jika waktu tunda antar lubang terpisah dengan baik
maka jumlah bahan peledak di setiap lubang yang meledak bersamaan akan
berkurang (Bhandari, 1997).
4) ArahPeledakan
Penelitian oleh Wiss dan Linehan (1978) memperlihatkan bahwa tingkat getaran tanah
dan tingkat air overpressure yang dihasilkan oleh proses peledakan akan lebih
besar jika diukur pada titik pengukuran atau observasi yang berada tegak lurus
dengan free face peledakan daripada sejajar atau paralel dengan free face
peledakan (Bhandari, 1997).
5) Jarak
Jika jarak antara lokasi peledakan dan pengukuran getaran bertambah, maka kecepatan
21
partikel dari getaran akan berkurang dikarenakan proses absorbsi, dispersi, dan
disipasi dari elastic wave. Oleh karena itu, apabila jarak pengukuran lokasi
peledakan semakin jauh maka getaran tanah yang dihasilkan akan semakin kecil
(Bhandari, 1997).
Jarak antar lokasi peledakan dan lokasi pengukuran getaran dapat dicari dengan rumus
Euclidean Distance, yaitu jarak antar dua titik yang telah diketahui koordinatnya.
Salah satu cara untuk mendapatkan koordinat lokasi peledakan dan lokasi
pengukuran getaran adalah dengan menggunakan Global Navigation System.
Berikut rumus untuk mencari jarak antar dua titik yang diketahui koordinatnya.
d = √(x1 – x2)2 + (y1 – y2)2................................................(2)
dimana :
d = Jarak antar keduatitik
x1, y1= Koordinat lokasi titik pertama
x2, y2= Koordinat lokasi titik kedua
2.6.2 Baku Tingkat Getaran Tanah HasilPeledakan
Baku tingkat getaran peledakan di tambang terbuka terhadap bangunan disusun
berdasarkan hasil pengukuran tingkat getaran peledakan di berbagai tempat di
Indonesia dengan peralatan standar yang telah ditentukan, serta disesuaikan
dengan kondisi struktur bangunan di Indonesia (SNI, 7571:2010).

Tabel 2.1 Kelas dan Jenis Bangunan serta Peak Vector Sum
Sumber : (SNI, 7571:2010)
Peak Particle
Kelas Jenis Bangunan Sum
(mm/s)
Bangunan kuno yang dilindungi undang- undang benda
1 2
cagar budaya. ( undang-undang no.

Bangunan dengan pondasi, pasangan bata dan adukan


2 semen saja, termasuk bangunan dengan pondasi dari kayu 3
dan lantainya diberi adukan semen.

Bangunan dengan pondasi, pasangan bata dan adukan


3 5
semen diikat dengan slope beton.

Bangunan dengan pondasi, pasangan bata danadukan


4 semen slope beton, kolom dan rangka diikat dengan ring 7-20
balk.

Bangunan dengan pondasi,22pasangan bata dan adukan


5 12-40
semen, slope beton, kolom dan diikat dengan rangka baja
Adapun acuan kriteria kerusakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2
(SNI,7571:2010).

Tabel 2.2 Acuan Kriteria Kerusakan


Sumber : (SNI, 7571:2010)
Jenis PVS
Acuan Standar Kerusakan
Bangunan (mm/s)
< 2.0 No damage
Gedung/Per 2.0 – 4.0 Plaster cracking
USBM
umahan 4.0 – 7.0 Minor damage
>7.0 Major damage to sttuctur
< 2.0 No noticiable damage
Langefors, 2.0 – 4.0 Fine cracks & fall of plaster
Gedung/per
Kihlstrom Cracking of plaster & masonry
umahan 4.0 – 7.0
Westerberg walls
>7.0 Serious cracking
<2.0 Safe, No damage
Edward & Gedung/Per
2.0 – 4.0 Caution
Northwood umahan
>4.0 Damage
Nicholls, Jhonson Gedung/Per <2.0 Safe, No damage
& Duval umahan >2.0 Damage

2.6.3 HukumPerambatan
Dalam memperkirakan getaran tanah yang dihasilkan dari kegiatan peledakan, dapat
dilakukan dengan menghubungkan hasil pengukuran getaran tanah dengan
parameter-parameter peledakan yang mempengaruhinya. Parameter-parameter
peledakan tersebut adalah yaitu jarak dari lokasi peledakan dan jumlah bahan
peledak yang meledak bersamaan (Fahlevi,2012).

Hubungan tersebut ditunjukkan oleh konsep PPV vs. Scaled Distance yang
dikembangkan ke dalam hukum perambatan (propagation law) yang dinyatakan
oleh US Bureau of Mines, dimana scaled distance merupakan faktor yang
mempengaruhi getaran tanah yang diperoleh dari jarak pengukuran dibagi akar
23
dari muatan bahan peledak per waktu tunda (Bhandari, 1997; Fahlevi, 2012).
Peak particle velocity (PPV) merupakan kecepatan gerakan partikel batuan dari
posisi nol meningkat ke maksimum dan kembali ke nol, dalam satuan milimeter
per detik (SNI, 7571:2010). Selengkapnya dapat dilihat pada persamaan berikut
(Bhandari, 1997; Fahlevi, 2012; Akande, 2014).

( ) =K ( SD )
B
D B
V =K
√W
Keterangan :
V = Peak Particle Velocity(mm/s)
W = Jumlah Bahan Peledak / delay(kg)
D = Jarak dari Lokasi Peledakan ke Lokasi Pengamatan(m)
K =Site and Rock Factor Constant, Koefisien Faktor K yang biasa digunakan untuk
free face dengan sturktur batuan yang keras atau sangat keras = 500, free face
dengan struktur batuan rata-rata = 1140 dan sangat padat (heavily confined)
=5000
B = Konstanta yang berhubungan dengan batuan dan site
(biasanya -1,6)
D
SD = Scaled Distance = ( m/kg 1/2 )
√W

2.6.4 Kontrol Getaran HasilPeledakan


Menurut Konya (1991), salah satu cara untuk mengontrol getaran yang dihasilkan
aktivitas peledakan adalah dengan peledakan tunda (delay blasting). Konsep dari
metode ini adalah meledakkan sejumlah bahan peledak dalam jumlah besar
dengan cara didetonasikan menjadi beberapa rangkaian peledakan dengan
jumlah yang kecil. Pengurangan jumlah bahan peledak tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan sistem delay.
Salah satu contoh kasusnya adalah sebuah peledakan sebanyak 40 lubang dengan isian
bahan peledak 250 lbs per lubang, jika diledakkan secara serentak maka jumlah
bahan peledak yang meledak bersamaan yaitu sebanyak 10.000 lbs dan dapat

24
menghasilkan getaran yang sangat tinggi. Tetapi, jika digunakan dua delay,
maka 40 lubang tersebut akan terbagi menjadi dua series peledakan dan lubang
yang meledak bersamaan sebanyak 20 lubang dengan jumlah bahan peledak
yang meledak bersamaan yaitu 5.000 lbs per delay, hal ini akan mengurangi
getaran yang dihasilkan, dan seterusnya jika menggunakan lebih banyak delay
atau mengurangi jumlah bahan peledak yang meledak bersamaan (Konya, 1991).
Alasan peledakan tunda dapat mengurangi getaran yang dihasilkan terletak pada
perbedaan antara propagation velocity dan particle velocity. Propagation
velocity merupakan kecepatan dari gelombang seismik yang melalui batuan,
yaitu berkisar antara 1.000-20.000 ft/s, sedangkan particle velocity merupakan
kecepatan partikel batuan yang bergetar di sekitar posisi semula. Jadi, delay
blasting dapat mengurangi getaran tanah karena gelombang seismik yang
dihasilkan oleh suatu delay pada lubang ledak akan melewati beberapa jarak
akibat dari propagation velocity sebelum gelombang seismik dari delay lainnya
dihasilkan. Gelombang seismik kedua menjalar dengan propagation velocity
yang sama dan tidak akan bisa mengejar gelombang seismik pertama, oleh
karena itu gelombang seismik atau getaran tersebut terpisah (Konya, 1991).
Dapat dilihat pada Gambar 2.13

Gambar 2.13
Gelombang Seismik pada Peledakan Tunda
Sumber : Konya, (1991)
25
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Dalam penelitian Tugas Akhir ini, penulis menggunakan metodologi
penelitian yang berjenis kuantitatif yang artinya penelitian ini yang diposisikan
sebagai nilai bebas (value free). Dengan kata lain, penelitian ini penelitian ini
terstruktur dan menuntut banyak penggunaan angka mulai dari pengumpulan data
secara langsung di lapangan, penafsiran terhadap data yang diperoleh sampai
penampilan dari hasilnya.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Adapun waktu penelitian yang direncanakan ialah dari bulan Januari –
Februari 2020 (± 2 bulan). Penelitian ini berlokasi di perusahaan PT.Semen
Indonesia, Tuban, Jawa Timur.
3.3 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metodologi penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
3.3.1 Proses Pengambilan Data
1. Studi Literatur
Mempelajari literatur-literatur yang ada baik berupa text book ataupun
berbagai referensi berupa laporan penelitian dan jurnal yang berhubungan
26
dengan analisis getaran tanah hasil peledakan, pola rangkaian peledakan dan
pengkombinasian waktu tunda untuk mengnontrol dan mengurangi getaran
tanah hasil peledakan.
2. Penelitian di Lapangan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi aktual di lapangan sehingga
akan didapatkan solusi lanjutan terhadap permasalahan bagi perusahaan.
Rangkaian penelitian yang dilakukan antara lain sebagai berikut.

a. Pengamatan Lubang Ledak Hasil AktivitasPengeboran


Penelitian di lapangan diawali dengan melakukanpengamatan kondisi lubang
ledak pada pagi hari untuk mengetahui jumlah lubang, kedalaman lubang,
posisi lubang ledak terhadap free face sehingga dapat merencanakan pola
rangkaian peledakan,pemakaian waktu tunda yang tepat serta jumlah bahan
peledak dan perlengkapan peledakan yang akan digunakan pada
proses
peledakan pada siang hari.
b. Pengukuran Lokasi Peledakan dan Lokasi Pengukuran Getaran
Pengukuran koordinat easting-northing pada lokasi peledakan dan lokasi
pengukuran getaran dilakukan dengan menggunakan alat Global Positioning
System Garmin Montana 650 untuk mengetahui jarak antara dua lokasi
tersebut. Pengukuran jarak antara lokasi peledakan dan pengukuran getaran
perlu dilakukan karena jarak merupakan salah satu factor yang mempengaruhi
nilai getaran tanah yang dihasilkan dari aktivitas peledakan
c. Pengukuran Kedalaman Lubang Ledak dan Stemming
Pengukuran kedalaman lubang ledak dan panjang kolom isian stemming
dilakukan dengan menggunakan alat meteran tomeco ukuran 50 m. Jumlah
isian bahan peledak perlu diketahui karena termasuk salah satu faktor yang
mempengaruhi nilai getaran yang dihasilkan oleh aktivitas peledakan.
d. Perencanaan Kombinasi Waktu Tunda dan Pola Rangkaian Peledakan
27
Kombinasi waktu tunda dan pola rangkaian peledakan yang disarankan oleh
penulis dibuat dengan bantuan laptop dan software peledakan Shotplus-i 4.88.
Pola rangkaian peledakan usulan dirancang sedemikian rupa dengan
kombinasi surface delay tertentu agar mendapatkan beda waktu tunda ± 8 ms
antar lubang, pola tersebut juga disesuaikan dengan kondisi free face dengan
harapan getaran tanah yang dihasilkan aktivitas peledakan dapat berkurang.
e. Pengukuran Getaran Tanah Hasil Peledakan
Pengukuran getaran tanah hasil aktivitas peledakan dilakukan dengan
menggunakan alat Micromate ISEE Instantel yang dilengkapi dengan alat
geophone

Pengukuran ini diawali dengan mengarahkan geophone ke arah lokasi atau


sumber peledakan, kemudian kabel geophone dipasang pada lubang yang
bertuliskan “geo” pada alat Micromate. Alat dihidupkan dengan cara
menekan tombol power berwarna merah hingga beberapa detik. Sebelum
melakukan pengukuran suatu event, perlu dilakukan pemeriksaan apakah
geophone telah terpasang dengan baik atau tidak dengan cara menekan
tombol sensorcheck. Pengaturan alat pada Micromate dapat dilakukan pada
menu setup jika terdapat beberapa pengaturan yang ingin diubah. Pengukuran
eventsuatu peledakan dilakukan dengan menekan tombol start monitor
pada alat Micromate, pada saat getaran tanah terekam oleh geophone maka
Micromate akan mengeluarkan suara. Getaran-
getaranyangterekamdapatdilihatpadamenueventlistdan dapat juga
dipindahkan ke laptop melalui kabel USB dengan bantuan software Blastware
10. Tombol pada alat Micromate dan prinsip kerja dapat dilihat pada Gambar
3.1 dan Gambar 3.2

28
Gambar 3.1 Tombol pada Alat Micromate
Sumber : Instantel (2015)

Gambar 3.2 Prinsip Kerja Micromate


Sumber : Instantel (2015)
f. PengolahanData
Setelah mendapatkan data-data yang diambil, selanjutnya dilakukan
pengelompokkan dan pengolahan data tersebut. Data yang didapat
kemudian diolah dengan menggunakan software yang mendukung dan
beberapa rumus yang didapat dari literatur, pengolahan data tersebut antara
lain sebagai berikut.
1) Perhitungan jarak antara lokasi peledakan dan lokasi pengukuran
getaran dengan data koordinat didapat dari pengukuran menggunakan
Global PositioningSystem.
2) Perhitungan jumlah isian bahan peledak per lubang dengan
perhitungan secara manual, yaitu menghitung panjang kolom isian
bahan peledak dengan cara mengurangkan kedalaman lubang ledak
denganpanjangkolomisianstemmingyangdidapatdaripengukuran
sebelumnya, kemudian dilakukan perhitungan loading density dengan
bantuan data diameter lubang ledak dan densitas bahan peledak yang
digunakan. Jumlah isian bahan peledak per lubang dapat diketahui
dengan cara mengkalikan loading density dengan panjang kolom isian
bahanpeledak.
3) Perhitungan akumulasi waktu tunda (delay) antar lubang ledak dengan
29
menggunakan software Shotplus-i 4.88 berdasarkan data pola
rangkaian peledakan dan kombinasi surface delay yang digunakan.
Hasil pengukuran getaran meliputi pengukuran peak particle velocity (PPV)
pada tiga gelombang, yaitu gelombang transversal, longitudinal, dan vertikal
yang dibaca oleh alat Micromate. Tiga gelombang yang terbaca pada
Micromate akan disatukan menjadi peak vector sum (PVS). Data dari hasil
peak vector sum (PVS) ini dapat diketahui dengan menggunakan aplikasi
Blastware 10.
3.3.2 Alat Penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam pengukuran getaran tanah hasil peledakan di
lapangan terdiri dari :

1. Micromate ISEE Instantel untuk mengukur dan membaca data getaran


tanahhasilaktivitaspeledakanyangditerimaolehalatgeophone.Dapat dilihat
pada Gambar 3.3

Gambar 3.3 Micromate ISEE Instantel

2. Geophone untuk mendeteksi getaran tanah yang kemudian


ditransmisikan ke unit micromate melalui sebuah kabel. Geophone terdiri
dari tiga transducer yang membaca tiga jenis gelombang yaitu,
transversal, longitudinal, dan vertikal. Geophone dapat dilihat pada
Gambar 3.4

30
Gambar 3.4 Geophone
3. Global Posiotioning System untuk mendapatkan koordinat (easting,
northing) lokasi peledakan dan lokasi pengukuran getaran yang
kemudian digunakan untuk menentukan jarak antara kedua lokasi
tersebut. GPS dapat dilihat pada Gambar 3.5

Gambar 3.5 GPS


4. Meteran dengan ukuran panjang 50 m untuk mengukur kedalaman
lubang ledak dan panjang kolom isian stemming yang kemudian
digunakan untuk membantu dalam menentukan jumlah isian bahan
peledak di setiap lubang ledak. Dapat dilihat pada Gambar 3.6

31
Gambar 3.6 Meteran
5. Laptop penulis beserta software shotplus-i 4.88 versi trial yang
digunakan untuk membuat rancangan pola peledakan yang akan
disarankan.

3.4 Diagram Alir Penelitian

MULAI

Studi Literatur

Orientasi Lapangan

Pengambilan Data

Data Primer : Data Sekunder :


Getaran Tanah HasilPeledakan Peta Lokasi Penelitian
Pola Rangkaian Peledakan Standar Tingkat Getaran
Jarak Lokasi Peledakan dan Tanahterhadap Bangunan
Pengukuran Getaran Spesifikasi Bahan Peledak,
Jumlah Isian Bahan Peledak per Perlengkapan,dan Peralatan
Waktu Tunda 32 Peledakan

Pengolahan dan Analisis Data


Kajian dan Penyajian Hasil Pembahasan

Selesai

Gambar 3.7 DiagramAlir Penelitian

3.5 Jadwal Penelitian


Rencana kegiatan penelitian tugas akhir yang akan dilaksanakan di PT.
Semen Indonesi, adalah selama 1 bulan yaitu pada Juni 2021 sampai dengan Juli
2021 dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tugas Akhir

Minggu ke

No. Kegiatan Juni Juli

Registrasi, dan
1
Induksi K3
Orientasi
2 Lapangan
Pengumpulan data-data
3 penunjang kegiatan dan
Studi Literatur

33
Pengamatan dan
4 pengambilan data
kegiatan di lapangan
Pengolahan
5 data
Penulisan
6 laporan
Evaluasi
7

3.6 Penutup
Demikian proposal ini saya susun sebagai kerangka acuan dalam pelaksanaan
Tugas Akhir. Besar harapan kami akan bantuan segenap Direksi dan karyawan
PT. Semen Indonesia demi kelancaran serta suksesnya kegiatan ini. Atas segala
bantuan serta kerjasamanya saya ucapkan banyak terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Akande, J. M., et all. 2014. Evaluation of the Environmental Impacts of Blasting


in Okorusu Fluorspar Mine, Namibia. International Journal of
Engineering and Technology, 4(2): 102-103.

Bhandari, S. 1997. Engineering Rock Blasting Operations. Rotterdam: AA


Balkema.

Bickford, E. 1987. Delay Pattern Guide. North America: The Ensign-Bickford


Company.

Dick, R. A., et all. 1983. Explosive and Blasting Procedures Manual.


Washington D.C.: U.S. Government Printing Office

34
Standar Nasional Indonesia. 2010. Baku Tingkat Getaran Peledakan Pada
Kegiatan Tambang Terbuka Terhadap Bangunan. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.

Fahlevi, R., dkk. 2012. Perangkat Lunak Analisis Getaran Tanah Akibat
Peledakan. Jurnal JTM, 19(2): 61-62.

35

Anda mungkin juga menyukai