i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
tanah disebabkan oleh adanya sumber energi. Sumber energi tersebut dapat
berasal dari alam, seperti gempa bumi atau adanya aktivitas manusia, salah satu
pada daerah elastic (elastic zone). Didaerah ini tegangan yang diterima material
lebih kecil dari kekuatan material sehingga hanya menyebabkan perubahan bentuk
dan volume. Sesuai dengan sifat elastis material maka bentuk dan volume akan
kembali ke keadaan semula setelah tak ada tegangan yang bekerja. Perambatan
tanah ini pada tingkat tertentu bisa menyebabkan terjadinya kerusakan struktur
disekitar lokasi peledakan. Karena itu keadaan bahaya yang mungkin ditimbulkan
peledakan dan kondisi geologi dari batuannya. Untuk itu penerapan metode
peledakan harus benar dan sesuai dengan kondisi batuan yang akan diledakkan.
Getaran peledakan yang dihasilkan harus berada pada kondisi aman bagi keadaan
sekelilingnya. Hal ini berarti bahwa pengaruh dari getaran peledakan yang berada
5
galian, khususnya yang dilakukan secara tambang terbuka, untuk membongkar
batuan yang keras biasanya dilakukan dengan peledakan. Peledakan pada kegiatan
bumi dan mengakibatkan getaran pada massa batuan atau material di sekitarnya.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan laporan seminar tambang ini
adalah:
pembaca.
peledak terhadap tingkat getaran tanah yang dihasilkan pada jarak tertentu
6
5. Bagaimana hasil kedua rangkaian peledakan berdasarkan pengukuran dari
mendukung seperti buku, brosur, grafik, majalah, dan sumber sumber lain yang
7
BAB II
DASAR TEORI
bidang bebas yang mencukupi. Minimal dua bidang bebas yang harus ada.
Peledakan dengan hanya satu bidang bebas, disebut crater blasting, akan
dibuat minimal dua bidang bebas, yaitu dinding bidang bebas dan puncak jenjang
(top bench). Selanjutnya terdapat tiga pola pengeboran yang mungkin dibuat
1) Pola bujursangkar (square pattern), yaitu jarak burden dan spasi sama
3) Pola zigzag (staggered pattern), yaitu antar lubang bor dibuat zigzag
(respon) yang berbeda terhadap peledakan. Reaksi ini bervariasi sangat luas
8
geologi alamiah, dan lain-lain yang selalu berubah dari titik ke titik.
bor dirancang dengan pola yang teratur sedemikian rupa sehingga bahan
peledak dapat terdistribusi secara merata dan dengan demikian, setiap kolom
Hal ini perlu dicermati terutama pada pemboran miring. Pada pemboran
miring maka posisi alat bor akan sangat menentukan. walaupun tata lubang
bor dipermukaan sudah sempurna, namun bila posisi alat bor tidak benar-
benar sejajar dengan posisi alat bor pada lubang sebelumnya maka dasar
(ujung) lubang bor akan menjasi tidak teratur. Hal yang sama akan
dihasilkan bila sudut kemiringan batang bor juga tidak sama. Penyimpangan
kedalaman lubang bor juga tidak akan seluruhnya sama. Untuk itu area yang
dari sejumlah lubang ledak. Pola peledakan pada tambang terbuka dan bukaan di
9
bawah tanah berbeda. Banyak faktor yang menentukan perbedaan tersebut,
peledakan berarti terdapat jeda waktu ledakan diantara lubang-lubang ledak yang
disebut dengan waktu tunda atau delay time. Beberapa keuntungan yang diperoleh
dengan menerapkan waktu tunda pada sistem peledakan antara lain adalah:
1) Mengurangi getaran
Apabila pola peledakan tidak tepat atau seluruh lubang diledakkan sekaligus,
maka akan terjadi sebaliknya yang merugikan, yaitu peledakan yang mengganggu
lingkungan dan hasilnya tidak efektif dan tidak efisien. Pola peledakan yang
sering digunakan berdasarkan arah lemparan hasil peldakan adalah sebagai berikut
tiga bidang bebas (free face), arah lemparan hasil peledakan dengan
10
b) Pola Peledakan V-Cut
dua bidang bebas (free face), arah lemparan hasil peledakan dengan
11
Sumber : Penelitian Joris Pasang, 2012
a. Pola peledakan serentak, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan secara
b. Pola peledakan beruntun (row by row), yaitu suatu pola yang menerapkan
peledakan dengan waktu tunda antara baris yang satu dengan baris lainnya.
Ada dua jenis energi yang dilepaskan saat terjadi ledakan, yaitu work
energy dan waste energy. Work energy merupakan energi peledakan yang
menyebabkan terpecahnya batuan. Energi ini terbagi menjadi dua, yaitu shock
energy dan gas energi. Pada saat peledakan terjadi, tidak semua energi yang
dihasilkan akan digunakan untuk menghasilkan fragmen batuan. Energi yang sisa
yang dihasilkan ini disebut waste energy. Waste energy terdiri dari light, heat,
peledakan.
12
2.3.1. Work Energy
merupakan efek dari shock energy dan gas energy hasil dari perubahan kimia
bahan peledak. Untuk bahan peledak dari jenis high explosive, pertama kali akan
untuk bahan peledak low explosive hanya terjadi tekanan peledakan. Hal ini
bahan peledak.
yang lebih besar dari kecepatan penjalaran suara dalam bahan peledak, yang
wave) yang terletak di depan daerah reaksi utama (primary reaction zone) dalam
kolom bahan peledak. Gelombang kejut ini yang menyebabkan timbulnya tekanan
detonasi. Tekanan detonasi ini dinyatakan sebagai fungsi dari bobot isi bahan
peledak kali kuadrat dari kecepatan detonasi bahan peledak (Calvin J. Konya, et.
al).
2
Pd = 2.5 x ρ x VOD ……………………..………………..................(2.1)
3
ρ = Bobot isi bahan peledak (Kg/m ) VOD = Kecepatan
detonasi (m/detik)
13
2.3.2 Waste Energy
plastic deformation, dan elastic deformation pada batuan. Energi peledakan yang
kekuatan batuan atau melampaui batas elastik batuan untuk memecahkan suatu
batuan. Proses pemecahan batuan ini akan berlangsung terus hingga energi yang
dihasilkan oleh bahan peledak makin lama makin berkurang dan menjadi lebih
kecil dari kekuatan batuan, sehingga proses pemecahan batuan berhenti. Energi
deformasi dalam batuan tetapi tidak memecahkan batuan, karena masih di dalam
batas elastiknya. Hal ini akan menghasilkan gelombang seismik. Gelombang ini
pada batas tinggi tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada struktur bangunan
dan juga dapat sangat mengganggu manusia. Gelombang seismik ini dirasakan
dalam tanah disebabkan oleh adanya sumber energi. Sumber energi tersebut dapat
berasal dari alam, seperti gempa bumi atau adanya aktivitas manusia, salah satu
pada daerah elastis (elastic zone). Di daerah ini tegangan yang diterima material
lebih kecil dari kuat material sehingga hanya menyebabkan perubahan bentuk dan
14
volume. Sesuai dengan sifat elastis material maka bentuk dan volume akan
kembali ke keadaan semula setelah tak ada tegangan yang bekerja. Perambatan
tegangan pada daerah elastis akan menimbulkan gelombang elastis. Getaran tanah
ini pada tingkat tertentu bisa menyebabkan terjadinya kerusakan struktur disekitar
lokasi peledakan. Karena itu keadaan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor yang dapat dikontrol dan yang
tidak dapat dikontrol. Yang dimaksud faktor yang tak dapat dikontrol adalah
faktor geologi dan geomekanik batuan. Dan berikut ini adalah faktor yang dapat
muatan total bahan peledak per waktu tunda. Besar kecilnya Intensitas
meledak bersamaan ini merupakan muatan bahan peledak per waktu tunda.
Semakin besar muatan bahan peledak per waktu tunda, besaran vibrasi
15
merupakan hubungan yang sederhana, misalnya muatan dua kali lipat
Jarak dari titik atau lokasi peledakan, juga memberikan pengaruh yang
maksimal bahan peledak per waktu tunda. Semakin dekat suatu titik
vibrasi yang dihasilkan. Jika interval waktu tunda tersebut makin besar,
bersamaan (selisih waktu meledak kurang dari sama dengan 8 ms) akan
makin kecil, sehingga tingkat vibrasi yang dihasilkan akan makin kecil.
Tetapi perlu diperhatikan pula bahwa agar tingkat vibrasi yang dihasilkan
kecil, maka jumlah lubang ledak yang memiliki interval delay kurang dari
yang tidak dapat dikendalikan oleh kemampuan manusia, hal ini disebabkan
karena prosesnya terjadi secara alamiah. Contoh variabel yang tidak dapat
16
b. Struktur geologi
c. Pengaruh air
Getaran tanah adalah gerakan bumi (ground motion) yang terjadi akibat
sehingga melebihi atau melampaui kekuatan batuan atau melampaui batas elastis
batuan. Apabila hal tersebut terjadi maka batuan akan pecah. Proses pemecahan
akan berjalan terus sampai energi yang dihasilkan oleh bahan peledak makin lama
makin berkurang dan menjadi lebih kecil dari kekuatan batuan, sehingga proses
pemecahan batuan berhenti. Energi yang tersisa akan menjalar melalui batuan,
karena masih di dalam elastisnya. Hal ini akan menghasilkan gelombang seismik.
Tingkat getaran dari hasil peledakan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu
Jumlah bahan peledak/waktu tunda (charge weight per delay) dan jarak
maka semakin tinggi nilai kecepatan partikel puncak, dan semakin jauh jarak
III
Blastmate didesain untuk mengukur dan mencatat getaran tanah dengan tepat.
Peralatan ini disebut dengan seismograf dan terdiri dari 2 bagian penting, yaitu
17
sensor dan recorder. Kotak sensor mempunyai 3 unit independent sensor yang
letaknya saling tegak lurus antara satu unit dengan unit lain. Dua unit terletak
horisontal dan saling tegak lurus dan unit yang lain dipasang secara vertikal.
4. Untuk mengetahui besar getaran apakah masih didalam atau melebihi ambang
batas, dapat memilih grafik baku tingkat getaran dari 13 negara yang ada di
dalam program.
18
5. Untuk membuat grafik scaled distance versi PPV diperlukan data pengukuran
2.5 Gelombang
19
gerakan gelombang. Parameter – parameter dasar untuk menganalisis gelombang
waktu.
d. Frekuensi (f), merupakan banyaknya jumlah gelombang yang terjadi tiap satu
detik,
Gelombang dapat dibedakan berdasarkan arah getarnya, cara rambat dan medium
gelombang yang arah getarnya tegak lurus dengan arah rambatannya, misalnya :
arah rambat gelombang, misalnya gelombang pada pegas dan gelombang bunyi.
20
gelombang mekanik dan untuk perambatannya diperlukan medium. Contohnya
3. Berdasarkan amplitudonya
tidak tetap pada titik yang dilewatinya, yang terbentuk dari interfensi dua buah
gelombang datang dan pantul yang masing – masing memiliki frekuensi dan
merambat adalah gangguan medium yang dapat berlanjut dengan sendirinya dari
satu titik ke titik yang lainya dengan membawa energi dan momentum.
yang disebut gelombang seismik. Salah satu penghasil gelombang seismic selain
gempa bumi adalah getaran tanah akibat kegiatan peledakan. Gelombang ini
memerlukan medium. Medium disini dapat berupa batuan atau udara. Gelombang
seismik dibagi menjadi dua, yaitu gelombang badan (body wave), dan gelombang
permukaan (surface wave). Kedua gelombang ini akan terlihat jelas pada
seismogram.
21
1. Gelombang badan (body wave)
dalam batuan. Untuk jarak dekat getaran lebih didominasi oleh gelombang badan.
Gelombang badan ini akan merambat keluar membentuk bola sampai mereka
bertemu dengan suatu bidang kontak. Bidang kontak ini dapat berupa perlapisan
batuan, bidang bebas, rekahan, kekar, permukaan, atau tanah. Ketika gelombang
badan ini bertemu dengan bidang kontak tersebut maka gelombang permukaan
dan gelombang geser akan terbentuk. Gelombang badan dapat dibagi menjadi dua
melalui medium padat, cair maupun gas. Gelombang ini juga dapat menyebabkan
bergerak tegak lurus pada arah perambatan gelombang. S-waves hanya dapat
22
menurun terhadap kedalaman. Gelombang permukaan lebih besar dari gelombang
masalah. Gelombang ini membawa energi yang besar dan menghasilkan gerakan
yang besar. Kedalaman batuan yang dipengaruhi oleh gerak gelombang ini kira–
penerima (sensor). Gerakan tanah merupakan akibat dari gelombang badan dan
beda tapi waktu tiba yang paling mudah dan terbaik untuk dimonitor adalah waktu
yaitu :
23
2.7. Kontrol Vibrasi
cara meledakkan sejumlah besar muatan bahan peledakan tidak sebagai satu
muatan (single charge) tetapi sebagai suatu seri dari muatan-muatan yang lebih
kecil. Maka getaran yang dihasilkan terdiri seri kumpulan getaran kecil, bukan
transmission velocity).
gelombang seismik merambat melalui batuan, berkisar antara 2000 – 20.000 feet
per detik, tergantung pada jenis batuan. Untuk suatu daerah dengan batuan
besarnya energi (input energy). Peledakan delay mengurangi tingkat getaran sebab
terpisah. Gelombang hasil delay pertama telah merambat pada jarak tertentu
batuannya.
Cara yang praktis dan efektif untuk mengontrol getaran adalah dengan
menentukan jumlah bahan peledak yang diperlukan atau jarak aman untuk muatan
24
bahan peledak yang jumlahnya telah ditentukan. Harga SD yang besar akan lebih
aman, karena semakin jauh jaraknya akan lebih aman dibandingkan dengan jarak
yang lebih dekat. Batas Scaled Distance yang dipakai adalah SD = 50. Dengan
Dimana :
sebagai berikut:
½
Square-root scaled distance SRSD = R / W ……………………..…(2.3)
⅓
Cube-root scaled distance CRSD = R / W ……………………..…...(2.4)
Dimana R adalah jarak dari gelombang ke seismograf dan W adalah berat isian
maksimum bahan peledak dalam setiap 8 ms tiap satuan waktu (1 kali periode
tunda). Scaled distance sebagai alat penggabung dua faktor-faktor paling penting
sebanding dengan jarak dan berbanding terbalik dengan berat bahan peledak
dalam 1 kali tunda. Dalam kasus pergerakan tanah, digunakan nilai SRSD sebagai
25
pergerakan tanah telah ditunjukkan untuk mengkorelasikan dengan . Pada Kasus
digunakan untuk menghitung besarnya getaran pada suatu lokasi yang tergantung
pada jarak lokasi tersebut dari pusat peledakan dan dari jumlah bahan peledak
kecepatan partikel puncak (PPV) yang dihasilkan dalam sebuah peledakan maka
Dimana :
k,n = Konstanta yang harganya tergantung dari kondisi lokal dan kondisi
peledakan.
26
V = 1143( )-1,6 ……………………..…...........................................................(2.7)
No. Kondisi K
1. Underconfined 100
3. Overconfined 220
kerusakan, seperti :
27
Adapun acuan kriteria kerusakan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.4 dan
baku tingkat getaran peledakan terhadap bangunan berdasarkan SNI (tabel 2.2).
PVS PPV
Kelas Jenis Bangunan Frekuensi
(mm/s) (mm/s)
0-5 2
Bangunan kuno yang dilindungi undang- 5-20 3
1. 2
undang, benda cagar budaya.
20-100 5
0-5 3
Bangunan dengan pondasi bata dan
adukan semen saja termasuk bangunan 5-20 5
2. 3
dengan pondasi dari kayu dan lantainya
diberi adukan semen. 20-100 7
0-5 5
Bangunan dengan pondasi pasangan bata
3. dan aduka semen diikat dengan slope 4 5-20 7
beton. 20-100 12
0-5 7
Bangunan dengan pondasi pasangan bata
4. dan adukan semen slope beton kolom 7-20 5-20 12
dan rangka diikat dengan ring balok. 20-100 20
28
Tabel 2.3: Kriteria Pembatasan Kecepatan Partikel
29
BAB III
PEMBAHASAN
Pembahasan pada laporan ini di ambil dari penelitian Joris Pasang pada tahun
2012. Penelitian difokuskan pada pit B1L3 PT. Cipta Kridatama site PT. Multi
Lokasi penelitian difokuskan pada pit B1L3 PT. Cipta Kridatama site PT.
Multi Harapan Utama Tenggarong-Kalimantan Timur. Hal ini dikarenakan lokasi
pit tersebut berdekatan langsung dengan pemukiman penduduk.
Pengukuran getaran setiap peledakan di pit B1L3 pada batuan yang mayoritas
III
merupakan batuan claystone menggunakan Blastmate .
Ipuh Darat km.14. Jarak lokasi peledakan terhadap pemukiman yang terdekat
rumah salah satu warga. Jika dihubungkan dengan SNI 7572:2010, maka tempat
30
lokasi pengukuran tersebut masuk dalam jenis bangunan kelas 2 yaitu bangunan
Pada pit B3L1 kegiatan pengeboran menggunakan alat bor Jun Jin SD-
1300E dengan diameter bit 5 inch atau 127 mm, dan menggunakan prinsip
pemboran rotary + botton hammer (Gambar 3.2). Pemboran di Pit B1L3 ini juga
kedalaman lubang bor di buat sekitar 4 m. Akan tetapi jika jarak >500 meter,
kedalaman lubang bisa dibuat sampai dengan 7 meter. Hal ini juga dilakukan
untuk kontrol vibrasi akibat peledakan. Semakin sedikit berat isian bahan peledak
maka vibrasi yang dihasilkan akan semakin kecil, akan tetapi dengan berat isian
Gambar 3.2: Alat Drill Jun Jin SD1300E Untuk Membuat Lubang Ledak
Pola pemboran yang digunakan di Pit B1L3 adalah pola stagerred / zig-
zag. Pola ini dipakai untuk mendapatkan distribusi energi ledakan yang optimal
31
pada saat peledakan. Arah pemboran yang diterapkan adalah pemboran tegak,
dengan perbandingan jarak burden sebesar 5 - 6 meter dan spasi sebesar 6 meter.
daripada emulsi dengan ANFO dengan perbandingan 70% ANFO dan 30%
Emulsi dan pencampuran dilakukan pada Mobile Mixing Unit (MMU). Densitas
Gambar 3.4: Mobile Mixing Unit (MMU) Digunakan Untuk Pencampuran Bahan
Peledak
32
3. Powder factor (PF)
Besarnya powder factor yang digunakan untuk pit B1L3 ditentukan sebesar 0,21
3
– 0,23 kg/m .
4. Perlengkapan peledakan
a. Pentolite Booster
5. Peralatan peledakan
a. Blasting machine
c. Cangkul
karakteristik batuan pada lokasi yang akan diledakkan dengan berpatokan pada
geometri peledakan yang telah digunakan PT. Cipta Kridatama site MHU.
berikut :
33
a. Burden (B)
b. Spacing
Kedalaman lubang yang terapkan pada pit B1L3 adalah 6-7 meter.
d. Stemming
kedalaman lubang (hole depth). Untuk pit B1L3 menggunakan stemming 3-4
meter.
Berikut adalah geometri peledakan yang digunakan pada bulan Mei dan Juni 2012 :
34
Tabel 3.2: Geometri Peledakan Bulan Juni 2012
kali inisiasi. Ini dilakukan untuk meminimalisir vibrasi yang dihasilkan pada
peledakan tersebut.
peledakan dan bukan berdasarkan arah lemparan batuan yang pada umumnya
35
Perangkaian dibuat agar arah gelombang mejauhi pemukiman dengan
Salah satu kontrol vibrasi peledakan yang diterapkan pada peledakan di Pit
penggunaan delay, maka dapat dipastikan jumlah lubang yang meledak perdelay
adalah satu lubang. Hal ini dilakukan agar vibrasi semakin kecil.
Pada penelitian di Pit B1L3 diperoleh data getaran setiap peledakan. Hampir
setiap kegiatan peledakan di Pit B1L3 dilakukan pada siang hari sekitar atau pada
III
jam istirahat (12.00-13.00). Alat ukur getaran yang digunakan adalah Blasmate
sedangkan untuk mengetahui jarak dari lokasi peledakan ke alat ukur getaran
warga terdekat dengan lokasi peledakan. Sebelum peledakan dilakukan, PT. Cipta
Kridatama melakukan perhitungan PPV secara teori dengan data – data peledakan
yang direncanakan.
Akan tetapi, hasil prediksi dengan aktual dilapangan sangat berbeda jauh.
PPV = k( )-1,6
36
Dimana nilai K yang digunakan menurut satuan internasional (persamaan
2.7). Dengan menggunakan data tanggal 18 Juni 2012, hasil yang diperoleh dari
nilai K secara teoritis. Dan hasil perhitungan dengan nilai ground vibration
actual tidak berbeda jauh. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 3.3
37
Tabel 3.3: Hasil Perhitungan PPV prediksi untuk pola rangkaian row by row
Tabel 3.4: Hasil Perhitungan PPV prediksi untuk pola rangkaian zig-zag
38
3.6. Analisa Data
peledakan yang dalam hal ini adalah ground vibration. Oleh sebab itu, perlu
berdasarkan SNI. Hal ini berarti geometri peledakan (Tabel 3.1, dan Tabel 3.2)
yang diterapkan selama kegiatan peledakan di Pit B1L3 sudah cukup bagus jika
Getaran peledakan yang didapat selama bulan mei 100% masih berada
pada batas aman jika mengacu pada SNI. Getaran peledakan terbesar didapat pada
tanggal 9 Mei 2012 dengan jarak 725 meter yaitu 1,09 mm/s dimana berat
isiannya 54,76 kg. Pada bulan mei getaran peledakan di atas 1 mm/s hanya terjadi
sekali, jika dipersentasikan yaitu sekitar 5 %. Dengan hasil ini maka tidak
menimbulkan kerusakan sama sekali karena masih dibawah 2 mm/s sesuai dengan
Pada bulan Juni, ground vibration yang didapat juga telah berada pada
batas aman yang diijinkan berdasarkan SNI. Getaran yang didapat paling besar
selama bulan Juni adalah 1,34 mm/s dengan kedalaman rata – rata lubang ledak
39
6,53 meter, pada jarak pengukuran 755 meter dan berat isian sebesar 60,76
kg/delay.
peledakan yang digunakan. Pola rangkaian yang sering digunakan pada pit B1L3
adalah row by row dan zig-zag. Kedua pola yang digunakan ini cenderung tidak
menggunakan control row, karena pola ini hanya mengunakan 1 macam waktu
tunda dan hanya ada 1 lubang yang meledak secara bersamaan. Peledakannya
rangkaian row by row didapat nilai getaran yang paling besar terjadi pada 18 Juni
2012 yaitu 1,34 mm/s dengan berat isian sebesar 23,25 kg/delay pada jarak 652
meter dan surface delay yang digunakan adalah 25 ms. Hasil pengukuran dapat
Pada rangkaian zig-zag nilai getaran yang didapat relatif kecil dan tidak
ada yang mencapai nilai 1 mm/s. Nilai getaran yang terbesar adalah 0,883 mm/s
terjadi pada 2 Juni 2012 dengan jumlah muatan tiap lubang 60,00 kg dan jarak
pengukuran 765 meter dari lokasi peledakan, surface delay yang digunakan
perhitungan, maka dari hasil pengolahan data tersebut dapat diprediksikan untuk
40
Dengan memperhatikan hasil persentase tersebut yang mempunyai
perbedaan yang sangat kecil, maka dapat disimpulkan bahwa kedua rangkaian
yang digunakan pada pit B1L3 sangat cocok. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pengukuran pada jarak terdekat yaitu 645 meter getarannya 1,12 mm/s dengan
berat isian bahan peledak 41,20 kg, sedangkan pada jarak terjauh yaitu 925 meter
getaran yang dihasilkan 0,575 mm/s dengan berat isian 64,11 kg. Getaran yang
dihasilkan relatif kecil dan masih jauh dari ambang batas yang ditentukan,
41
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pola pemboran dan peledakan yang digunakan di Pit B1L3 sangat terbatas
row by row didapat nilai getaran yang paling besar terjadi pada 18 Juni 2012
yaitu 1,34 mm/s dengan berat isian sebesar 23,25 kg/delay pada jarak 652
3. Pada rangkaian zig-zag nilai getaran yang didapat relatif kecil dan tidak ada
yang mencapai nilai 1 mm/s. Nilai getaran yang terbesar adalah 0,883 mm/s
terjadi pada 2 Juni 2012 dengan jumlah muatan tiap lubang 60,00 kg dan
jarak pengukuran 765 meter dari lokasi peledakan, surface delay yang
4. Kedua rangkaian yang digunakan pada pit B1L3 sangat cocok. Hal ini dapat
dilihat dari hasil pengukuran pada jarak terdekat yaitu 645 meter getarannya
1,12 mm/s dengan berat isian bahan peledak 41,20 kg, sedangkan pada jarak
terjauh yaitu 925 meter getaran yang dihasilkan 0,575 mm/s dengan berat
isian 64,11 kg. Getaran yang dihasilkan relatif kecil dan masih jauh dari
kecil sedikitpun pada bangunan-bangunan yang berada tidak jauh dari lokasi
peledakan tersebut.
42
DAFTAR PUSTAKA
Banjarmasin
Kep-49/MENLH/11/1996.
control/vibration-control.
Getaran Tanah (Ground Vibration Level) pada pit B1L3 PT. Cipta
UNMUL. Samarinda.
10. Wandaris David, P, 1996, Analisis Tingkat Getaran Bumi, Jurusan Teknik
43
LAMPIRAN A
44
LAMPIRAN B
45
LAMPIRAN C
46