Anda di halaman 1dari 41

ANALISIS PENGARUH ADITIF TERHADAP

SLURRY CEMENT UNTUK MENENTUKAN


DESAIN SEMEN PADA SQUEEZE CEMENTING

PROPOSAL
TUGAS AKHIR

Oleh :
PRIMA JUNIA NOVITASARI
NIM 14.01.410

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana


Teknik pada Jurusan Teknik Perminyakan

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI


BALIKPAPAN

2018

1
ANALISIS PENGARUH ADITIF TERHADAP SLURRY
CEMENT UNTUK MENENTUKAN DESAIN SEMEN
PADA SQUEEZE CEMENTING

PROPOSAL
TUGAS SARJANA

Oleh:
PRIMA JUNIA NOVITASARI
14.01.410

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan Sarjana Teknik


pada Jurusan Teknik Perminyakan
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan

Disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II

Boyke Mohamad Kadafi, S.T.,M.T Afrida, Ph.D


NIDN : 1130098602 NIDN : 1114027801
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

Mengetahui :
Ketua Jurusan S1 Teknik Perminyakan

Abdi Suprayitno, S.T.,M.Eng


NIDN : 1110098502

3
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu cara meningkatkan produksi suatu sumur adalah dengan
dilakukannya kegiatan kerja ulang (workover). Salah satu kegiatan kerja ulang
adalah melakukan perforasi yang baru yang kemudian akan berimbas kepada zona
lapisan produksi yang lama, dikerenakan sudah tidak produktif lagi, dan
diasumsikan dapat mengganggu rate produksi dari zona lapisan yang baru, maka
zona yang lama akan ditutup. Dalam hal ini cara yang dilakukan untuk menutup
zona lama adalah dengan dilakukan kegiatan penyemenan. Dan kegiatan yang
dilakukan adalah squeeze cementing.
Squeeze cementing adalah bagian dari secondary cementing yaitu
penyemenan ulang yang dilakukan sebagai salah satu perawatan sumur dengan
menempatkan cement slurry ditempat yang diinginkan. Pertimbangan yang paling
penting dalam operasi squeeze cementing adalah teknik penempatan dan pembuatan
cement slurry yang akan digunakan. Oleh karena itu, diperlukan penentuan
komposisi semen dengan campuran aditif yang sesuai dengan kebutuhan operasi
squeeze cementing.
Melalui proposal ini, saya mengajukan permohonan kepada Bapak/Ibu
untuk dapat kiranya menerima saya untuk melaksanakan Pengambilan Data
Penelitian Tugas Akhir di perusahaan yang Bapak/Ibu pimpin. Di karena kan
Elnusa merupakan perusahaan nasional yang menguasai kompetensi di bidang jasa
minyak dan gas bumi antara lain: Jasa Seismic, Pengeboran dan Pengelolaan
Lapangan Minyak. Elnusa menyediakan jasa migas dengan strategi aliansi global
bagi perusahaan migas berkelas dunia dan juga sesuai dengan standar keselamatan
dan lindung lingkungan. Tugas akhir ini akan mengacu pada cementing yang
merupakan salah satu jasa migas Elnusa pada jasa pengelolaan lapangan minyak.
Diharapkan Bapak/Ibu dapat menerima dan mendukung untuk pengambilan
bahan penulisan Tugas Akhir saya, karena sangat berpengaruh sekali terhadap nilai
Tugas Akhir saya.

4
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

1.2. Maksud danTujuan


Maksud dan tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pengaruh aditif yang digunakan untuk slurry semen atau bubur semen
untuk menentukan desain semen pada saat dilakukan squeeze cementing agar
dicapai hasil penyemenan yang diinginkan, serta menentukan volume bubur semen,
volume kolom, dan volume lumpur pendorong yang digunakan.

1.3. Identifikasi Masalah


Adapun permasalahan di bidang ini disesuaikan dengan kebutuhan pada
bidang industri yang semakin modern, dalam hal ini adalah masalah-masalah yang
sering terjadi pada saat dilakukan penyemenan, primary cementing maupun
secondary cementing. Masalah-masalah tersebut antara lain:
1. Tidak melekatnya casing dengan formasi akibat penyemenan yang rusak.
2. Terjadinya kontaminasi fluida pemboran dengan formasi akibat gagalnya
primary cementing.
3. Semen tidak dapat menahan beban casing dibawahnya.
4. Semen tidak dapat mencegah aliran fluida formasi yang akan melalui
surface casing.
5. Bubur semen cepat mengeras.
6. Volume bubur semen tidak sesuai pada sumur yang mempunyai tekanan
formasi yang tinggi.
7. Hilangnya fasa liquid semen ke dalam formasi.
8. Hilangnya suspense semen ke dalam formasi yang lemah.
9. Hilangnya cairan dari suspense semen ke dalam formasi permeable yang
dilaluinya.

1.4. Batasan Masalah pada penulisan ini adalah:


1. Penelitian ini difokuskan pada aditif yang ditambahkan semen untuk
squeeze cementing agar dicapai hasil penyemenan yang diinginkan.

5
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

2. Data yang digunakan berupa data labolatorium untuk semen dan zat additive
yang digunakan, data kekuatan casing dan tubing, dan klasifikasi semen
berdasarkan standar API (American Petroleum Institute).
3. Materi yang akan di analisa adalah konsentrasi aditif masing-masing beserta
fungsinya.
4. Mengindentifikasi volume slurry semen, waktu pemompaan, volume spacer
dan volume lumpur yang sesuai dengan kebutuhan operasi squeeze
cementing

6
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

BAB II
RENCANA TAHAPAN TUGAS AKHIR

2.1. Lokasi Kegiatan


Kegiatan Tugas Akhir ini akan dilaksanakan bertempat di Elnusa. Dan
dengan cakupan bidang–bidang yang berhubungan dengan teknik perminyakan
seperti Jasa Data Geofisik, Jasa Pengeboran Migas, Jasa Pendukung, Jasa
Pengelolaan Lapangan Minyak(secara khusus).

2.2. Waktu Pelaksanaan


Tugas Akhir ini diharapkan berlangsung selama 1 bulan, dan diharapkan
dapat dilaksanakan pada bulan 1 September – 30 September 2018. Kami selaku
pemohon Tugas Akhir berharap pihak Manajemen dari Elnusa agar dapat
mempertimbangkan dan menyetujui waktu pelaksanaan Tugas Akhir ini.

2.3. Peserta dan Judul Tugas Akhir


Berikut adalah daftar peserta dan judul Tugas Akhir yang diajukan :
Nama : Prima Junia Novitasari
NIM : 14.01.410
Judul TA :Analisis Pengaruh Aditif Terhadap Slurry Cement Untuk
Menentukan Desain Semen Pada Squeeze Cementing.

2.4. Tahapan Penyusunan Laporan Akhir Penelitian


Pada tahap akhir yaitu tahap penyusunan laporan akhir penelitian untuk
Program Studi Teknik Perminyakan STT Migas Balikpapan dilakukan dibawah
bimbingan Bapak Boyke Mohammad Kadafi, ST.,MT selaku pembimbing pertama
dan Ibu Afrida, Ph.D selaku pembimbing kedua. Dan pada akhir penyusunan
laporan dilanjutkan dengan ujian pendadaran atau sidang tugas akhir Sarjana Strata
Satu.

7
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

2.5. Metodologi Penulisan


Metodologi penulisan yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini
dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :

1. Studi lapangan dengan menggunakan data yang diperlukan seperti data


laboatorium untuk semen dan zat additive yang digunakan, data kekuatan
casing dan tubing, dan klasifikasi semen berdasarkan standar API (American
Petroleum Institute).
2. Studi literature dengan menggunakan beberapa buku yang berhubungan dengan
judul penulisan.

2.6. Sistematika Penulisan


Penulisan tugas akhir ini dilakukan dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini akan dipaparkan suatu gambaran singkat mengenai latar
belakang masalah yang akan dikaji, maksud dan tujuan penulisan, ruang
lingkup kajian, metodologi penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II :Tinjauan Umum Lapangan


Bab ini memberikan gambaran umum mengenai History lapangan, geologi
lapangan, produksi lapangan serta karakteristik reservoir lapangan.

BAB III :Tinjauan Pustaka


Dalam bab ini diuraikan mengenai teori dasar dari ilmu terapan yang
digunakan dalam penulisan TA ini, yakni mengenai Analisis Pengaruh
Aditif Terhadap Slurry Semen Untuk Menentukan Desain Semen Pada
Squeeze Cementing

BAB IV :Analisa dan Perhitungan


Pada bab ini, dilakukan analisa dan perhitungan terhadap semua

8
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

permasalahan yang kemudian akan dibahas dengan lebih detail.

BAB V :Pembahasan
Bab ini menjelaskan tentang pembahasan mengenai bab empat dan analisa
yang akan dilakukan terhadap hasil perhitungan serta data-data yang ada.

BAB VI: Kesimpulan


Bab ini merupakan kesimpulan dari pembahasan dan perhitungan yang telah
dijelaskan sebelumnya.

9
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

BAB III
TEORI DASAR

3.1. Teori Umum Penyemenan


Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk melekatkan casing
pada dinding lubang sumur, melindungi casing dari masalah-masalah mekanis
sewaktu operasi pemboran, melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat
korosi dan untuk memisahkan zona yang satu tehadap zona lain di belakang casing.

Berdasarkan alasan dan tujuan, penyemenan dapat dibagi menjadi dua,


yaitu primary cementing, dan secondary cementing.

Primary cementing merupakan penyemenan pertama kali yang dilakukan


setelah pipa selubung diturunkan kedalam sumur. Penyemenan Antara formasi
dengan pipa selubung bertujuan untuk:

1. Melindungi formasi yang akan dibor dari formasi sebelumnya dibelakang


pipa selubung yang mungkin bermasalah.
2. Mengisolasi formasi tekanan tinggi dari zona dangkal sebelumnya.
3. Melindungi daerah produksi dari water-bearing sands.

Slurry semen biasanya ditempatkan dibelakang pipa selubung. Pada suatu


kondisi pemboran tertentu, mungkin mengharuskan untuk penyemenan annulus
secara keseluruhan. Penyebab umum adalah adanya zona lost circulation yang
memungkinkan semen bersirkulasi kembali keatas. Sebab lain yang mungkin
adalah kesalahan dalam pembuatan slurry semen. Liner disemen dengan slurry
semen yang lebih ringan daripada rangkaian pipa selubung.

Secondary cementing sering disebut juga dengan remedial cementing yaitu


proses penyemenan yang dilakukan apabila pengeboran gagal mendapatkan minyak
dan menutup kembali zona produksi yang diperforasi. Secondary cementing dapat
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Squeeze cementing, Re-cementing, dan Plug-
back cementing.

10
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

A. Squeeze cementing

Squeeze cementing dilakukan untuk :

1. Menutup formasi yang sudah tidak lagi produktif


2. Menutup zona lost circulation.
3. Memperbaiki kebocoran yang terjadi di casing.
4. Memperbaiki primary cementing yang kurang memuaskan.
5. Mengurangi water-oil ratio, water gas ratio, atau gas-oil ratio.
6. Operasi squeeze cementing dilakukan selama pemboran berlangsung,
komplesi maupun pada saat workover.

Untuk melaksanakan tujuan dilakukannya squeeze cementing, hanya


dibutuhkan volume semen yang relative kecil tetapi harus ditempatkan pada titik
yang tepat didalam sumur. Selain itu, kesulitan lainnya adalah membatasi semen
terhadap lubang bor terutama perencanaan bubur semen (cement slurry) dan
pemilihan tekanan dan penggunaan metode yang digunakan untuk berhasilnya
pekerjaan.

Beberapa cara yang umum dikenal untuk penyelesaian penyemenan


perbaikan yaitu:

1. Teknik tekanan tinggi. Teknik ini mencakup perekahan formasi dan


pemompaan slurry semen ke dalam rekahan hingga tekanan tertentu
tercapai dan terlaksana tanpa kebocoran (bleed off). Biasanya digunakan
semen bersih (dengan fluid loss yang sangat tinggi).
2. Teknik tekanan rendah atau lebih dikenal dengan nama teknik “semen fluid
loss rendah”. Teknik ini mencakup penempatan semen diatas interval
perforasi dan memberikan tekanan yang cukup membentuk filter cake dari
semen yang didehidrasi didalam perforasi dan didalam saluran-saluran atau
rekahan-rekahan yang mungkin terbuka pada perforasi tersebut. Semen
dengan fluid loss (50 – 200 cc API) dan fluida ‘clean work over’ harus
digunakan. Tingginya tekanan squeeze pada teknik tekanan tinggi
menyebabkan rekahnya formasi, ini perlu diperhitungkan terutama pada

11
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

saat dimana rekahnya formasi tidak diinginkan. Oleh karena itu, teknik
tekanan tinggi kurang menguntungkan dan yang sering digunakan adalah
teknik tekanan rendah, dengan mengontrol kehilangan filtrasi sangat
rendah. Tekanan squeeze yang tinggi, yang mula-mula dianggap perlu
untuk squeeze, sekarang ini tidak dilakukan lagi karena telah digunakan
semen dengan pengontrolan laju filtrasi (controlled filtration rate cement)
3. Balanced plug method yang pada metode ini hanya digunakan pipa bor. Pre-
flush dipompakan sebelum semen dan lalu di ikuti ole fluida pembatas
(spacer). Prinsipnya adalah menempatkan kolom yang terdapat pada
annulus.
4. Bradenhead Placement Technique (No packer). Dalam metode ini semen
dipompakan ke dalam casing melalui tubing atau drillpipe dengan tidak
memakai packer, mendesak fluida sumur masuk ke annulus. Metode ini
dipakai secara luas pada squeezing sumur-sumur dangkal, untuk
penyumbatan sumur dan kadang-kadang dipakai pula dalam menutup zona
lost circulation selama proses pemboran.
5. Squeeze Tool Placement Technique. Teknik ini dibagi dalam dua bagian
yaitu metode retrievable squeeze packer, digunakan packer yang bias
diangkat kembali, sedangkan pada drilliable cement retainer digunakan
packer yang tetap. Packer ini dipasang pada tubing sedikit diatas puncak
zone yang akan disqueeze. Metode ini mebatasi tekanan pada suatu titik
tertentu dari sumur.

Adapun teknik pemompaan yang sering digunakan antara lain:


1. Running Squeeze Pumping Methods. Selama dilakukanya running squeeze,
cement slurry dipompakan secara kontinyu sampai tercapai tekanan squeeze
yang diinginkan (bias dibawah atau diatas tekanan rekah) tercapai. Sesudah
pemompaan dihentikan, tekanan dimonitor, jika tekanan masih dibawah
yang dikehendaki maka perlu dipompakan lagi cement slurry untuk
menaikkan tekanan.

12
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

2. Hesitation Methods. Metode ini mencakup penempatan semen dalam


tahapan tunggal, tetapi membagi-bagi penempatan semen alternatif
pemompaan/periode menunggu bergantian. Keuntungan memakai metode
hesitasi adalah bahwa cara ini cenderung meningkatkan pengontrolan
pengumpulan padatan semen terhadap formasi. Kecepatan pengumpulan ini
diperoleh sebagai aturan umum untuk segera menyelesaikan pekerjaan
squeeze secara menyeluruh dengan berhasil.
B. Re-cementing

Re-cementing dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing yang


gagal untuk memperluas perlindungan casing di atas top semen.

C. Plug-back cementing
Plug-back cementing dilakukan untuk
1. Menutup atau meninggalkan sumur.
2. Menutup zona air dibawah zona minyak agar oil-water ratio berkurang pada
open hole completion.
3. Melakukan directional drilling sebagai landasan whipstock, yang
dikarenakan karena adanya perbedaan compressive strength antara semen
dan formasi maka akan mengakibatkan bit berubah arahnya.

3.2. Klasifikasi Semen

Klasifikasi semen yang dibuat API terdiri dari :

a. Kelas A
Semen kelas A ini digunakan dari kedalaman 0 (permukaan) sampai 6.000
ft. semen ini terdapat dalam tipe biasa (ordinary type) saja, dan mirip dengan
ASTM C-150 tipe I.

13
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

b. Kelas B

Semen kelas B digunakan dari kedalaman 0 sampai 6.000 ft, dan tersedia
dalam jenis yang tahan terhadap kandungan sulfat menengah dan tinggi
(moderate dan high sulfate resistant).

c. Kelas C
Semen kelas C digunakan dari kedalaman 0 sampai 6.000 dan mempunyai
sifat high-carly strength (proses pemgerasannya cepat). Semen ini tersedia
dalam jenis moderate dan high sulfate resistant.
d. Kelas D
Semen kelas D digunakan untuk kedalaman dari 6.000 ft sampai 12.000 ft,
dan untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperature tinggi.
Semen ini tersedia juga dalam jenis moderate dan high sulfate resistant.
e. Kelas E
Semen kelas E digunakan untuk kedalaman dari 6.000 sampai 14.000 ft, dan
untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperature tinggi.
Semen ini tersedia juga dalam jenis moderate dan high sulfate resistant.
f. Kelas F
Semen kelas F digunakan dari kedalaman 10.000 ft sampai 16.000 ft, dan
untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperature sangat
tinggi. Semen ini tersedia dalam jenis high sulfate resistant.
g. Kelas G
Semen kelas G digunakan dari kedalaman 0 sampai 8.000 ft, dan merupakan
semen dasar. Bila ditambahkan retarder semen ini dapat dipakai untuk
sumur yang dalam dan range temperature yang cukup besar. Semen ini
tersedia dalam jenis moderate dan high sulfat resistant.
h. Kelas H
Semen kelas H digunakan dari kedalaman 8.000 ft, dan merupakan pula
semen dasar. Dengan penambahan accelerator dan retarder, semen ini dapat
digunakan pada kedalaman dan temperature yang besar. Semen ini hanya
tersedia dalam jenis moderate sulfat rsesistant.

14
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

3.3. Sifat-sifat Semen


3.3.1. Densitas

Densitas slurry semen didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah


berat bubuk semen, air pencampur dan aditif terhadap jumlah volume bubuk semen,
air pencampur dan aditif.

Dirumuskan sebagai berikut :


Dbs = Gbk + Gw + Ga
V k + Vw + V a ……………………………………………………………………………(3-1)

Dimana :
Dbs = Densitas suspense semen, ppg
Gbk = Berat air, lbs
Ga = Berat Aditif, lbs
Vbk = Volume bubuk semen, gallon
Vw = Volume air, gallon
Va = Volume aditif, gallon
Densitas slurry semen sangat berpengaruh terhadap tekanan hidrostatis
slurry semen di dalam lubang sumur. Bila formasi tidak sanggup menahan tekanan
slurry semen, maka akan menyebabkan formasi pecah, sehingga terjadi lost
circulation.

Densitas slurry semen yang rendah sering digunakan dalam operasi primary
cementing dan remedial cementing, guna menghindari terjadinya fracture pada
formasi yang lemah. Untuk menurunkan densitas dapat dilakukan dengan hal-hal
berikut:

 Menambahkan clay atau zat-zat kimia silikat seperti extender.


 Menambahkan bahan-bahan yang dapat memperbesar volume slurry semen,
seperti pozzolan.

Sedangkan densitas slurry semen yang tinggi digunakan bila tekanan


formasi cukup besar. Untuk memperbesar densitas dapat ditambahkan pasir atau
material-material pemberat ke dalam slurry semen, seperti barite.

15
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

Pengukuran densitas di laboratorium berdasarkan dari data berat dan


volume tiap komponen yang ada dalam slurry semen, sedangkan di lapangan
dengan menggunakan alat ‘pressurized mud balance’

3.3.2. Thickening Time dan Viskositas

Thickening time didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan slurry semen


untuk mencapai konsistensi sebesar 100 UC (Unit of Consistency). Konsistensi
sebesar 100 UC merupakan batasan bagi slurry semen masih dapat dipompa lagi.
Dalam penyemenan, sebenarnya yang dimaksud dengan konsistensi adalah
viskositas, cuma dalam pengukurannya ada sedikit perbedaan prinsip. Sehingga
penggunaan konsistensi ini dapat dipakai untuk membedakan viskositas pada
operasi penyemenan dengan viskositas pada operasi pemboran (lumpur pemboran).

Thickening time slurry semen ini sangatlah penting. Waktu pemompaan


harus lebih kecil dari thickening time, karena bila tidak, akan menyebabkan slurry
semen akan mengeras lebih dahulu sebelum seluruh slurry semen mencapai target
yang diinginkan. Dan bila mengeras di dalam casing merupakan kejadian yang
sangat fatal dalam operasi pemboran selanjutnya.
Untuk sumur-sumur yang dalam dan untuk kolom penyemenan yang
panjang, diperlukan waktu pemompaan yang lama, sehingga thickening time harus
diperpanjang. Untuk memperpanjang atau memperlambat thickening time perlu
ditambahkan retarder ke dalam slurry semen, seperti kalsium lignosulfonat,
carboxymethyl hydroxyethyl cellulose (CMHEC) dan senyawa-senyawa asam
organic.
Pada sumur-sumur yang dangkal maka diperlukan thickening time yang
tidak lama, karena selain target yang akan dicapai tidak terlalu panjang, juga untuk
mempersingkat waktu. Untuk mempersingkat thickening time, dapat ditambahkan
accelerator ke dalam slurry semen. Yang termasuk accelerator adalah kalsium
klorida, gypsum, sodium silikat, air laut dan aditif yang tergolong dalam dispersant.
Perencanaan besarnya thickening time bergantung kepada kedalaman
sumur dan waktu untuk mencapai daerah target yang akan disemen. Di

16
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

laboratorium, pengukuran thickening time menggunakan alat High Pressure High


Temperature Consistmeter (HPHT), disimulasikan pada kondisi temperature dan
tekanan sirkulasi.

3.3.3. Filtration Loss


Filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan dari slurry semen ke dalam
formasi permeable yang dilaluinya. Cairan ini sering disebut dengan filtrate. Filtrate
yang hilang tidak boleh terlalu banyak, karena akan menyebabkan slurry semen
kekurangan air. Kejadian ini disebut dengan flash set.
Bila slurry semen mengalami flash set maka akan mengakibatkan friksi di
annulus dan juga dapat mengakibatkan pecahnya formasi.
Pengujian filtration loss di laboratorium menggunakan alat filter press pada
kondisi temperature sirkulasi dengan tekanan 1.000 psi. Namun, filter loss
mempunyai kelemahan yaitu temperature maksimum yang bisa digunakan hanya
sampai 82ᵒC (180ᵒF). Filtration loss diketahui dari volume filtrate ysng ditampung
dalam sebuah tabung atau gelas ukur selama 30 menit masa pengujian. Bila waktu
pengujian tidak sampai 30 menit, maka besarnya filtration loss dapat diketahui
dengan rumus:
5.477
F30 = Ft √30/𝑡 = Ft …………………………………………........(3-2)
√𝑡

Dimana:
F30 = Filtrat pada 30 menit, ml
Ft = Filtrate pada t menit, ml
T = Waktu pengukur, menit
Pada primary cementing, filtration loss yang diijinkan sekitar 150-250 cc
yang diukur selama 30 menit dengan menggunakan saringan berukuran 325 mesh
dan pada tekanan 1.000 psi. Sedangkan pada squeeze cementing, filtration loss
diijinkan sekitar 55-65 cc selama 30 menit.

17
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

3.3.4. Water Cement Ratio (WCR)

Water cement ratio adalah perbandingan air ysng dicampur terhadap bubuk
semen sewaktu slurry semen dibuat. Jumlah air yang dicampur tidak boleh lebih
atau kurang, karena akan mempengaruhi baik buruknya ikatan semen nantinya.

Batasan jumlah air dalam slurry semen didefinisikan sebagai kadar


minimum dan kadar maksimum air, sebagai berikut :

 Kadar Minimum Air


Kadar minimum air adalah jumlah air yang dicampurkan tanpa
menyebabkan konsistensi suspense semen lebih dari 30 UC. Bila air yang
ditambahkan lebih kecil dari kadar minimumnya, maka akan terjadi
gesekan-gesekan (friksi) yang cukup besar di annulus sewaktu slurry semen
dipompakan dan juga akan menaikkan tekanan di annulus.
 Kadar Maksimum Air
Kadar maksimum air dicari sebagai berikut : diambil sebuah tabung yang
berisi slurry semen sebanyak 250 ml, kemudian didiamkan selama 2 jam
sehingga terjadi air bebas pada bagian atas tabung. Air bebas yang terjadi
tidak boleh lebih dari 3,5 ml. Bila air bebas yang tejadi melebihi 3,5 ml
maka akan terjadi pori-pori pada semen. Dan ini mengakibatkan semen
mempunyai permeabilitas yang besar. Kandungan air normal dalam slurry
semen yang direkomendasikan oleh API diberikan dalam Tabel 3.1. Kadar
air yang terdapat dalam slurry semen harus berada antara kadar minimum
dan kadar maksimumnya.

18
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

Tabel 3.1. Kandungan Air Normal Dalam Suspensi Semen (Teknik Operasi
Pemboran Volume 1, 2012)

Water (%) by weight of Water


API Class Cement
cement Gal per-sack L per-sack
A dan B 46 5.19 19.6
C 56 6.32 23.9
D, E, F, dan H 38 4.29 16.2
G 44 4.97 18.8
J (tentative) - - -

3.3.5. Waiting On Cement (WOC)


Waiting on cement atau waktu menunggu pengerasan slurry semen adalah
waktu yang dihitung saat wiper plug diturunkan sampai kemudian plug dibor
kembali untuk operasi selanjutnya. WOC ditentukan oleh faktor-faktor seperti
tekanan dan temperature sumur, WCR, compressive strength dan aditif-aditif yang
dicampur ke dalam slurry semen (seperti accelerator atau retarder), pada umumnya
diambil angka sekitar 24 jam.

3.3.6. Permeabilitas
Permebilitas dikukur pada semen yang mengeras , dan bermakna sama
dengan permeabilitas pada batuan formasi yang berarti kemampuan untuk
mengalirkan fluida. Semakin besar permeabilitas semen maka akan semakin
banyak fluida yang dapat melalui semen tersebut, dan begitu pula untuk keadaan
yang sebaliknya .
Dalam hasil penyemenan, permeabilitas semen yang diinginkan adalah
tidak ada atau sekecil mungkin. Karena bila permeabilitas semen besar akan
menyebabkan terjadinya kontak fluida antara formasi dengan annulus dan strength
semen berkurang, sehingga fungsi semen tidak akan seperti yang diinginkan, yaitu
menyekat casing dengan fluida formasi yang korosif. Bertambahnya permeabilitas
semen dapat disebabkan karena air pencampur terlalu banyak, karena kelebihan
aditif atau temperature formasi yang terlalu tinggi.

19
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

Perhitungan permeabilitas semen di laboratorium dapat dilakukan dengan


menggunakan ‘Cement Permeameter’. Dengan menggunakan sampel semen,
permeabilitas diukur dengan mengukur laju alir yang melalui luas permukaan
sampel yang diberi perbedaan tekanan sepanjang sampel tersebut. Perhitungan
permeabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Darcy berikut :
𝑄𝜇𝐿
k= ………………………………………………………………(3-3)
𝐴.∆𝑃

dimana :
k = Permeabilitas, D
q = Laju alir, ml/s
µ = Viskositas air, cp
L = Panjang sampel, cm
A = Luas permukaan sampel, cm2
∆P = Perbedaan tekanan, atm

3.3.7. Compressive Strength dan Shear Strength


Strength pada semen terbagi dua, yakni compressive strength dan shear
strength. Compressive strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam
menahan tekanan-tekanan yang berasal dari formasi maupun casing, sedangkan
shear strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam menahan berat casing.
Jadi compressive strength menahan tekanan-tekanan dari arah vertical.
Dalam mengukur strength semen, seringkali yang diukur adalah
compressive strength daripada shear strength. Umumnya compressive strength
mempunyai harga 8-10 kali lebih dari harga shear strength. Pengujian compressive
strength di laboratorium dilakukan dengan menggunakan alat Curing Chamber dan
Hydraulic Mortar.
Curing chamber dapat mensimulasikan kondisi lingkungan semen untuk
temperature dan tekanan tinggi sesuai dengan temperature dan tekanan formasi.
Hydraulic Mortar merupakan mesin pemecah semen yang sudah mengeras
dalam Curing Chamber. Strength minimum yang direkomendasikan oleh API
untuk dapat melanjutkan operasi pemboran adalah 6,7 MPa (1.000 psi)

20
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

Untuk mencapai hasil penyemenan yang diinginkan, maka strength semen


harus :
 Melindungi dan menyokong casing
 Menahan tekanan hidrolik yang tinggi tanpa terjadinya perekahan
 Menahan goncangan selama operasi pemboran dan perforasi
 Menyekat lubang dari fluida formasi yang korosif
 Menyekat antara lapisan yang permeable.

3.3.8. Pengendapan Partikel dan Air Bebas


Efek sampingan dari penambahan dispersant adalah akan terjadinya
sedimentasi dan terjadi degradasi densita slurry semen dari bagian atas dan bagian
bawahnya serta adanya air bebas dibagian atas slurry semen.
Pengendapan partikel (sedimentasi) akan menyebabkan terbentuknya
semen yang mempunyai pori-pori yang cukup besar sehingga akan terbentuk semen
yang memiliki permeabilitas yang cukup besar pula.
Dengan adanya free water di permukaan semen, akan memperburuk hasil
penyemenan, terutama untuk penyemenan sumur-sumur miring atau horizontal
sehingga akan menimbulkan channeling yang cukup panjang terutama dibagian
atas dari slurry semen.

3.4. Aditif Dalam Slurry Semen

System semen Portland ada yang di desain sampai temperature 371◦C


(700ᵒF), misalnya untuk sumur-sumur geothermal. Ada pula yang di desain untuk
tekanan 30.000 psi, misalnya untuk sumur-sumur yang dalam. Kondisi sumur ini
memang mempengaruhi dalam pemilihan jenis semen namun sangat jarang
memilih bubuk semen hanya tergantung dari kondisi sumur saja (seperti
temperature, tekanan, dan kedalaman). Ada factor-faktor lainnya yang turut
mempengaruhi dalam pembuatan slurry semen, seperti waktu dan harga. Selain itu
pembuatan slurry semen harus memperhatikan juga ifat dari slurry semen tersebut.
Oleh karena itu, perlu ditambah ke dalam ‘net semen’ (slurry semen yang hanya

21
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

terdiri dari bubuk semen dan air) suatu zat-zat kimia agar dicapai hasil penyemenan
yang diinginkan. Zat-zat kimia tersebut dikenal sebagai aditif.

Hingga saat ini lebih dari 100 aditif telah dikenal. Namun umumnya aditif-
aditif itu dapat dikelompokkan dalam 8 kategori, yaitu :

3.4.1. Accelerator
Accelerator adalah aditif yang dapat mempercepat proses pengerasan slurry
semen. Selain itu dapat juga mempercepat naiknya strength semendan
mengimbangi aditif lain (seperti dispersant dan fluid loss control agent), agar tidak
tertunda proses pengerasan slurry semennya.

Sumur-sumur yang dangkal seringkali menggunakan accelerator, karena


selain temperature dan tekanan umumnya rendah, juga karena jarak untuk mencapai
target tidak terlalu panjang.

Contoh-contoh aditif yang berlaku sebagai accelerator adalah kalsium


klorida, sodium klorida, gypsum, sodium silikat dan air laut.

a. Kalsium Klorida

Umumnya penambahan kalsium klorida antara 2-4% saja ke dalam slurry


semen. Pengaruhnya dapat mempercepat thickening time dan menaikkan
compressive strength.

b. Sodium Klorida
Sodium klorida atau Natrium klorida dengan kadarr 10% BWOMW (by
weight on mix water) berlaku sebagai accelerator. Pengaruhnya terhadap
thickening time dan compressive strength.

3.4.2. Retarder
Retarder adalah aditif yang dapat memperlambat proses pengerasan slurry
semen, sehingga slurry semen mempunyai waktu yang cukup untuk mencapai
kedalaman target yang diinginkan.

22
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

Retarder sering digunakan dalam menyemen casing pada sumur-sumur


yang dalam, sumur-sumur yang bertemperatur tinggi atau untuk kolom
penyemenan yang panjang. Retarder dibutuhkan untuk memperlambat waktu yang
dibutuhkan semen untuk mengeras. Temperature yang tinggi disumur dalam dapat
menyebabkan semen slurry mengeras lebih awal tanpa bisa diprediksi. Semakin
tinggi temperature, semakin cepat semen mengeras. Bahan kimia yang biasa
digunakan sebagai bahan dasar retarder adalah sebagai berikut :

1. Lignosulfonate
2. Carboxymethyl hydroxythylcellulose (CMHEC)
3. Penjenuhan dari air asin
4. Asam organic
5. Polimer sintetik

Retarder yang sering digunakan :

a. HR-5
HR-5 termasuk golongan lignosulfonate yang dimodifikasi untuk
memperlambat waktu semen mengeras..
Temperature : 110ᵒ-210ᵒF (43ᵒ-99ᵒC)
Konsentrasi : 0.1-2.0% bwoc
b. HR-6L
HR-6L termasuk golongan lignosulfonate yang dimodifikasi dengan 40%
solid untuk memperlambat waktu semen mengeras. Mempunyai sedikit efek
mengencerkan slurry semen.
Temperature : 110ᵒ-210ᵒF (43ᵒ-99ᵒC)
Konsentrasi : 0.02-0.2 gal/sak semen(2-20 gal/10bbl mixing fluid)
c. HR-800
HR-800 termasuk retarder bukan golongan lignin, untuk memperlambat
waktu semen mengeras retarder ini lebih ramah lingkungan dan lebih cocok
dengan segala API semen.
Temperature : 80ᵒ-220ᵒF (20ᵒ-99ᵒC)

23
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

Konsentrasi : 0.02-0.2 gal/sak semen (2-20 gal/10 bbl mixing water)


d. SCR-100
SCR-100 termasuk retarder sintetik untuk memperlambat waktu semen
mengeras. Apabila dikombinasikan dengan fluid loss aditif dapat memberikan
efek thixotropic, lebih cepat keras dibandingkan penggunaan retarder
lignosulfonate, juga mempunyai efek mengencerkan. SCR-100 juga ada
dalam bentuk liquid yang terdiri dari 40% solid.
Temperature : sampai dengan 250ᵒF
Konsentrasi : 0.1-2% bwoc powder, 0.01-2 gal/sak semen.
e. HR-25
HR-25 adalah retarder tambahan untuk penggunaan pada tetemperatur tinggi.
Meskipun tergolong retarder, tetapi tidak dapat berdiri sendiri dan fungsi
utamanya adalah hanya menguatkan retarder SCR yang dipakai. Mudah larut
dalam air, dapat dimasukkan langsung ke campuran air untuk penyemenan.
Temperature : 250ᵒ-400ᵒF
Konsentrasi : 0.2-2.0% bwoc powder
f. SCR-500
SCR-500 termasuk retarder sintetik untuk aplikasi pada temperature diatas
200ᵒF. SCR-500 dapat digunakan tanpa tambahan retarder lain hingga
temperature 330ᵒF, jika temperature melebihi 330ᵒF memerlukan tambahan
aditif retarder HR-25.

3.4.3. Extender
Extender adalah aditif yang berfungsi untuk menaikkan volume slurry
semen, yang berhubungan dengan mengurangi densitas slurry semen tersebut. Pada
umumnya penambahan extender ke dalam slurry semen diikuti dengan penambahan
air.

Adapun yang termasuk extender antara lain bentonite, attapulgite, sodium


silikat, pozzolan, perlite dan gilsonite.

24
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

a. Bentonite
Bentonite bersifat banyak mengisap air, sehingga volume slurry semen bisa
menjadi 10 kalinya. API merekomendasikan bahwa setiap penambahan 1%
bentonite ditambahkan pula 5.3% air (BWOC), yang berlaku untuk seluruh
kelas semen. Pengaruh lain dari penambahan bentonite adalah yield semen
naik, kualitas perforasi baik, compressive strength menurun, permeabilitas
naik, viskositas naik dan biaya lebih murah. Untuk temperature di atas 110ᵒC
(230ᵒF), penambahan bentonite akan menyebabkan turunnya compressive
strength secara drastic.
b. Sodium Silikat
Sodium silikat dengan kadar 0,2-3% BWOC dapat menurunkan densitas slurry
semen dari 14,5 ppg menjadi 11 ppg. Dan umumnya dengan bertambahnya
kadar sodium silikat tersebut, maka compressive strength semen menurun.
c. Pozzolan
Pozzolan terbentuk dari material-material seperti aluminium dan silica yang
bereaksi dengan kalsium hidroksida. Ada dua jenis pozzolan, yaitu pozzolan
alam seperti diatomaceous earth dan pozzolan buatan seperti fly ashes.
Diatomaceaous earth sebagai extender tidak memperbesar viskositas slurry
semen dan harganya cukup mahal. Sedangkan fly ashes dapat mempercepat
naiknya compressive strength serta harganya sangat murah.
d. Expanded Perlite
Perlite merupakan extander yang berasal dari batuan vulkanik. Penambahan
perlite biasanya diikuti dengan penambahan bentonite sekitar 2-4% untuk
mencegah terjadinya pemisahan dengan slurry.
e. Gilsonite
Gilsonite terjadi pada mineral aspal, yang mula-mula ditambahkan di Colorado
dan Utah. Dengan specific gravity 1,07 dan cukup dengan jumlahn air sedikit
(sekitar 2 gal/ft3) akan didapat densitas slurry semen yang rendah. Kadar
gilsonite sampai 50 lb yang dicampur dengan 1 sak semen Portland dapat
menghasilkan densitas slurry semen sekitar 12 ppg.

25
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

3.4.4. Weighting Agents


Weighting agents adalah aditif-aditif yang berfungsi menaikkan densitas
slurry semen. Umumnya weughtung agent digunakan pada sumur-sumur yang
mempunyai tekanan formasi yang tinggi.
Aditif-aditif yang termasuk ke dalam weighting agents adalah hematite,
ilmenite, barite dan pasir.
a. Hematite
Hematite adalah material berbentuk Kristal yang berwarna merah. Dengan
mempunyai specific gravity sebesar 4,95 maka hematite termasuk paling
efisien sebagai weighting agent. Densitas slurry semen bisa mencapai 19-22
ppg bila ditambah hematite.
b. Ilmenite
Ilmenit merupakan aditif terbaik sebagai weighting agent. Material ini
merupakan inert solid dan tidak berpengaruh terhadap thickening time. Dengan
mempunyai specific gravity sekitar 4,45, maka slurry semen bila ditambahkan
ilmenite bisa mencapai densitas lebih dari 20 ppg.
c. Barite
Barite merupakan aditif yang paling umum digunakan sebagai weighting
agent, baik itu untuk slurry semen maupun lumpur pemboran. Penambahan
barite harus disertai pula dengan penambahan air untuk membasahi permukaan
partikel barite yang besar. Dengan specific gravity 4,23 maka barite dapat
menaikkan densitas slurry semen sampai sekitar 19 ppg.
d. Pasir
Pasir yang digunakan sebagai weighting agent adalah pasir Ottawa. Dengan
specific gravity 2,63 maka densitas slurry semen yang mengandung pasir
Ottawa ini dapat mencapai 18 ppg. Penggunaan pasir Ottawa ini biasanya
digunakan untuk menyemen lubang sebagai tempat pemasangan whipstock
dan untuk plug job.

26
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

3.4.5. Dispersant

Dispersant adalah aditif yang dapat mengurangi viskositas slurry semen.


Pengurangan viskositas atau friksi terjadi karena dispersant mempunyai kelakuan
sebagai thinner (pengencer). Hal ini menyebabkan slurry semen menjadi encer,
sehingga dapat mengalir dengan aliran turbulen walaupun dipompa dengan rate
yang rendah.

Aditif-aditif yang tergolong dispersant:

a. Polymelamine Sulfonate.

Polymelamine solfonate (PMS) dengan kandungan 0,4% BWOC sering


dicampur dengan slurry semen sebgaai dispersant. Sampai temperature 85ᵒC
(185ᵒF), PMS tetap efektif karena unsur-unsur kimianya masih stabil.

b. Polynaphtalena Sulfonate.
Polynaphtalena sulfonate (PNS) merupakan dispersant yang umum digunakan.
Dan bila pada slurry semen berisi NaCl maka ditambahkan PNS sebanyak
sebanyak 4% BWOC.
c. CFR-3L
CFR-3L mempunyai fungsi untuk mengurangi friksi semen slurry. CFR-3L
juga bisa membantu untuk mengontrol fluid loss pada kondisi tertentu dan juga
memberikan sedikit efek memperpanjang waktu pemompaan. Sebagai
tambahan, pemakaian dengan konsentrasi yang berlebihan dapat menyebabkan
pemisahan partikel.
Temperature : >60ᵒF (16ᵒC)
Konsentrasi : 0.3-1.5% bwoc.

3.4.6. Fluid-Loss Control Agent


Fluid-loss control agent adalah aditif-aditif yang berfungsi mencegah
hilangnya fasa liquid semen ke dalam formasi, sehingga terjaga kandungan cairan
pada slurry semen.

27
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

Pada primary cementing, fluid-loss yang diijinkan sekitar 150-250 cc yang


diukur selama 30 menit dengan menggunakan saringan berukuran 325 mesh dan
pada tekanan 1.000 psi. Sedangkan pada squeeze cementing, fluid loss yang
diijinkan sekitar 55-65 cc selama 30 menit dengan menggunakan saringan ukuran
325 mesh dan pada tekanan 1.000 psi.
a. Halad 568
Halad 568 adalah copolymer sintetik yang digunakan untuk mengontrol filtrat
yang hilang dan biasa diaplikasikan untuk temperature rendah sampai dengan
menengah. Mempunyai efek memperpanjang waktu pemompaan semen slurry
dan idealnya digunakan untuk pekerjaan cementing untuk sumur yang tidak
dalam. Halad 568 memberikan efek kekerasan semen yang baik di temperature
rendah dan bekerja dengan baik di air laut dan air tawar, dan cocok digunakan
bersamaan dengan retarder, dispersant, dan kalsium klorida (KCl).
Temperature : 60ᵒF-250ᵒF(16ᵒC-121ᵒC)
Konsentrasi : 0.3-1.0%
b. Halad 568L
Hanya bentuk fisik yang membedakan Halad 568L dengan Halad 568.
Temperature : 60ᵒF-250ᵒF (16ᵒC-121ᵒC)
Konsentrasi : 0.15-0.50 gps
c. Halad 322
Halad 322 didesain untuk digunakan di sumur dengan temperature sirkulasi
didasar lubang 180ᵒF (82ᵒC). halad 322 juga memberikan efek mengencerkan
dan memperpanjang waktu pemompaan. Kegunaan lainnya antara lain :
 Meminimalkan keperluan horsepower dengan cara mengontrol
kekentalan slurry semen dan tekanan sirkulasi.
 Mengontrol perpindahan gas dan meningkatkan hasil penyemenan
squeeze
 Meningkatkan ikatan antara casing dengan semen.
 Menjaga berat slurry semen

28
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

Temperature : 60ᵒF-140ᵒF (16ᵒC-60ᵒC)

Konsentrasi : 0.5-1.5%

d. Halad 322L
Hanya bentuk fisik yang membedakan Halad 322L dengan Halad 322.
Temperature : 60ᵒF-140ᵒF (16ᵒC-60ᵒC)
Konsentrasi : 0.12-0.35 gps
e. Halad 413L merupakan polimer sintetik yang bias membantu untuk
mengontrol filtrat yang hilang pada slurry semen, memberikan sedikit efek
memperpanjang waktu pemompaan pada temperature yang rendah dan
mengencerkan terhadap slurry semen. Halad 413L sangat efektif digunakan
pada temperature tinggi >400ᵒF
Temperatur : 80ᵒF-400ᵒF (27ᵒC-204ᵒC)
Konssentrasi : 0.08-1.2 gps
f. Halad 413
Hanya bentuk fisik yang membedakan Halad 413 dengan Halad 413L
Temperature : 80ᵒF-400ᵒF (27ᵒC-204ᵒC)
Konsentrasi : 0.08-1.2 gps

3.4.7. Lost Circulation Control Agents


Lost circulation control agents merupakan aditif-aditif yang mengontrol
hilangnya slurry semen kedalam formasi yang lemah dan dapat pula terjadi karena
terlalu beratnya densitas slurry semen.
Pencegahan terjadinya lost circulation ini dapat dapat dilakukan dengan
mengurangi densitas slurry semen atau menambahkan lost circulation control
agents ke dalam bubuk semen.
Aditif-aditif yang termasuk dalam lost circulation control agents
diantaranya gilsonite, cellophane flakes, gypsum, bentonite dan nut shells.

29
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

3.4.8. Specially Additives

Ada bermacam-macam aditif lainnya yang dikelompokkan sebagai


specially additives, diantaranya silica, mud kill, radioactive tracers, antifoam
agents, dan lainnya, seperti:

a. Silica
Bubuk silica atau tepung silica umumnya digunakan sebagai aditif dalam
operasi penyemenan supaya strength semen tidak hilang pada temperature tinggi.
Dari test difraksi sinar-X menghasilkan bahwa penambahan silica sebanyak 20-
40% menunjukkan naiknya strength semen bila temperature diatas 110ᵒC (230ᵒF),
dan pada temperature yang sama bila suspense semen tidak mengandung silica bila
semen telah mengeras akan kehilangan kekuatannya sampai setengah kalinya
setelah 14 jam.
Test difraksi sinar-X ini menerangkan bahwa strength retrogression terjadi
karena munculnya produk kalsium hidroksida dan alpha dicalcium silicate hydrate
dalam semen. Produk ini munculnya dapat sekaligus berdua atau sendiri-sendiri,
tergantung pada temperature saat penyemenan terjadi.
Ketika silica telah ditambahkan, sebagian silica tersebut bereaksi dengan
kalsium hidroksida membentuk dicalcium silicate hidrate, dan sebagian silica lagi
bereaksi dengan alpha dicalcium silicate hydrate membentuk mineral yang dikenal
sebagai tobemorite ini yang memberikan strength agar semen tetap kuat.
Silica dapat ditambahkan kedalam semua kelas semen yang ada.
Penambahan silica yang baik sekitar 30-40%. Tepung silica yang berukuran kurang
dari 200 mesh dapat ditambahkan air sebanyak 40% dari berat silica.
b. Mud Kill
Mud kill berfungsi sebagai aditif yang menetralisir slurry semen terhadap
zat-zat kimia dalam lumpur pemboran. Contoh mud kill adalah ‘paraformadehyde’.
Mud kill juga memberi keuntungan seperti memperkuat ikatan semen dan
memperbesar strength semen.
c. Radioactive Tracers

30
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

Radioactive tracers ditambahkan kedalam slurry semen supaya


memudahkan operasi logging dalam menentukan posisi semen dan mengetahui
kualitas ikatan semen.
d. Defoamer
Defoamer mempunyai fungsi untuk mengurangi busa dan meminimalkan
udara yang terjebak di semen slurry. Dengan mengurangi udara yang terjebak di
semen slurry, memudahkan untuk mendapatkan berat semen yang diinginkan.
Beberapa defoamer yang sering digunakan :
 D-Air2 Defoamer
Penambahan garam, surfaktan, atau latex dapat meningkatkan adanya busa
di semen slurry, hal tersebut dapat di antisipasi dengan penggunaan D-Air2.
Temperature : 60ᵒF-400ᵒF (16ᵒC-204ᵒC)
Konsentrasi : 0.02-0.3 gps
 D-Air3000L Defoamer
D-Air3000L bisa digunakan untuk semua semen slurry, termasuk semen
slurry dengan yield point yang tinggi. Menggunakan D-Air3000L tidak
akan memberikan efek terhadap fluid loss, thickening time, atau
compressive strength.
Temperature : 60ᵒF-400ᵒF (16ᵒC-204ᵒC)
Konsentrasi : 0.02-0.3 gps
e. Gas Migration (Aditif Perpindahan Gas)
Gas migration (perpindahan gas) disebabkan adanya gas yang menerobos
ke semen slurry yang masih dalam gel (belum mengeras). Gas migration akan
berkaitan dengan Static Gel Strength (SGS) yaitu atau tes yang dilakukan untuk
menentukan karakteristik gel strength di bawah kondisi temperatur dan tekanan.
Slurry semen mampu untuk mentransmit tekanan hidrostatik, dan menjaga tekanan
overbalance pada saat semen slurry dalam kondisi cair. Pada saat kondisi gel, dan
sebelum mengeras, semen slurry akan kehilangan filtrat ke zona pori-pori yang
akan menyebabkan pengurangan volume, kemudian gas disekitar zona tersebut

31
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

akan menerobos masuk ke semen slurry yang belum mengeras. Dan aditif yang
digunakan adalah :
 Microblock
Microblock berasal dari armophous, high surface silica yang berbentuk
cairan. Microblock mempunyai fungsi menambah kekuatan semen dan
dapat memberikan efek thixotropic, sehingga dapat mengurangi waktu
pemompaan semen slurry, serta dapat membantu mengontrol loss
circulation dan gas migration. Sebagai tambahan, microblock juga dapat
mengontrol hilangnya fluida di semen slurry.
Temperature : 60ᵒF-400ᵒF (16ᵒC-204ᵒC)
Konsentrasi : 0.5-3.5 gps
 Gas Stop
Gas stop digunakan untuk mencegah perpindahan gas. Gas stop bias
membantu memperlambat SGS dari semen slurry. Selain dapat menambah
kekentalan semen slurry, gas stop juga dapat mengontrol hilaangnya fluida
di semen slurry.
Temperature : 60ᵒF-230ᵒF (16ᵒC-110ᵒC)
Konsentrasi : 0.07-0.34 gps
 FDP-C750-04L/Gel Modifier
FDP-C750-04L adalah cairan berwarna yang mempunyai fungsi untuk
membantu mengontrol perpindahan gas pada semen slurry. FDP-C750-04L
di desain secara eksklusif untuk memperpendek waktu transisi semen slurry
tanpa memberikan efek terhadap rheology waktu pemompaan semen slurry.
Keuntungan FDP-C750-04L adalah membantu mendapatkan right single set
(semen slurry berubah dengan cepat dari fase cairan ke fase padatan dan
juga membantu mendapatkan kekuatan semen slurry lebih cepat.
Temperature : 50ᵒF-400ᵒF (10ᵒC-204ᵒC)
Konsentrasi : 0.10-0.50 gps

32
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

 Silicalite
Silicalite berasal dari high surfacesilica. Silicalite bisa digunakan untuk
membantu mendapatkan kekuatan semen slurry sehingga dapat membantu
untuk mengatasi masalah hilang sirkulasi dan perpindahan gas.
Temperatur : 50ᵒF-500ᵒF (10ᵒC-260ᵒC)
Konsentrasi : 1.0-30%

3.5. Perhitungan Pada Penyemenan


API Spec. 10 (1988) secara khusus membahas jumlah air yang harus
ditambahkan ke dalam bubuk semen. API Spec. ini berhubungan dengan densitas
suspense semen (umumnya SG = 3.14 gr/cc untuk semen Portland), tergantung
pada kelas semen (Tabel 6) dan umumnya merupakan fungsi dari luas permukaan
semen. Dan bila aditif hadir dalam suspense, jumlah air yang sudah ditambahkan
dengan tepat untuk mencapai densitas yang diinginkan akan berubah.

3.5.1. Specific Gravity


Specific Gravity (SG) semen Portland berkisar antara 3,10 sampai 3,25
tergantung kepada material dasar yang digunakan dalam pembuatannya. Untuk
perhitungan selanjutnya asumsi specific gravity digunakan harga 3,14 gr/cc.

3.5.2. Volume Absolute dan Volume Bulk

Volume absolute suatu material adalah volume yang mencakup hanya


volume material itu sendiri (tidak termasukudara yang terdapat di sekeliling
partikel). Sedangkan volume yang mencakup volume material ditambah volume
udara disekitarnya yang disebut dengan volume bulk.

Semen Portland umumnya mempunyai volume bulk 1cuft untuk 94 lb yang


sering disebut dengan sack. Volume absolute untuk 94 lb semen adalah 0.48 cuft
(3.59 US Gallon). Untuk semen-semen lain akan memiliki volume absolute dan
bulk berbeda. Table 3.2. memperlihatkan beberapa data volume absolute dan bulk
dari berbagai semen (dalam SI dan English Unit).

33
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

Tabel 3.2. Volume Absolute dan Bulk (Teknik Operasi Pemboran Volume 1, 2012)

Sack Weight Bulk Volume Absolute Volume


(lb) (ft3/sk) (gal,lb) (m3/T)
API Classes A 94 1 0.0382 0.317
through H
Class J 94 1 0.0409 0.341
Trinity Lite Wate 75 1 0.0409 0.375
TXI Lightweight 75 1 0.0425 0.355
Ciment Fondu 87.5 1 0.0373 0.312
Luinnite 94 1 0.038 0.317

Sedangkan volume absolut dan bulk untuk berbagai material aditif semen
biasanya diberikan oleh masing-masing pabrik pembuatnya. Pada Tabel
3.3.memperlihatkan informasi berbagai volume absolute dan SG beberapa jenis
aditif.

Table 3.3. Volume Absolute dan SG Beberapa Jenis Aditif (Teknik Operasi
Pemboran Volume 1, 2012)

Material Absolute Volume Spesific


(gal/lb) (m3T) Gravity
Barite 0,0278 0,232 4,33
Bentonite 0,0454 0,377 2,65
Coal (ground) 0,0925 0,769 1,30
Gilsonite 0,1123 0,935 1,06
Hematite 0,0244 0,202 4,95
Limenite 0,0270 0,225 4,44
Silica Sand 0,0454 0,377 2,65
NaCl(above saturation) 0,0556 0,463 2,15
Fresh Water 0,1202 1,000 1,00

34
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

3.5.3. Konsentrasi Aditif


Konsentrasi dari sebagian besar aditif yang ditambahkan ke dalam semen
dinyatakan dalam persen berat semen (BWOC, By Weight On Cement). Metode ini
juga digunakan dalam proses penambahan air.

Contoh :

Jika 35% (BWOC) pasir silica digunakan dalam pembuatan semen, maka jumlah
silica untuk tiap sack semen adalah 94 lb x 0.35 = 32.9 lb silica. Jumlah ini sama
dengan 94 + 32.9 = 126.9 lb untuk total campuran keseluruhan. Jadi persentase
silica sebenarnya dalam campuran adalah 32.9 : 126.9 = 25.9%

Sedangkan untuk aditif dalam bentuk cair umumnya menggunakan istilah


gallon per sack semen.

Contoh :

Sodium silicate cair (volume absolute 0.0859 gal/lb). jika ditambahkan 0.4 gal/sack
sodium silicate, maka berat material tersebut adalah (0.4 gal/sack)/(0.0859 gal/lb)
=4.66 lb/sack. Commented [P1]:

3.5.4. Densitas Semen dan Yield Semen


Densitas semen dihitung dengan menambahkan massa dari komponen
suspense semen dan dibagi dengan total absolute volume atau untuk menentukan
densitas (lb/gal), total berat (pound) dibagi dengan total volume (gallons). Hamper
semua perhitungan densitas berdasarkan harga 1 sack semen yaitu 94 lb.
Yield semen adalah volume yang mencakup satu unit semen ditambah
semua aditif dan air pencampur. Untuk satuan semen sering disebut dengan sack,
dan yield semen dinyatakan dalam cuft/sack. Yield semen diperlukan untuk
mencapai keperluan volume di annulus. Dan untuk aditif yang jumlahnya kurang
dari 1% biasanya dalam perhitungan diabaikan.

35
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

3.5.5. Volume Annulus


Volume Annulus dihitung untuk menentukan jumlah semen yang
diperlukan untuk melakukan operasi penyemenan. Perhitungan ini biasanya
berdasarkan ukuran bit ditambah volume tambahan yang biasanya berdasarkan
pengalaman di lapangan (umumnya 10%-15%). Perhitungan ini memungkinkan
service company menentukan total waktu yang diperlukan untuk mencampur dan
memompakan semen serta mendorongnya ke dalam annulus.

Contoh :

Bila volume semen = 43.34 cuft, factor volume tambahan = 1.10, sehingga volume
total = 47.7 cuft. Bila diketahui yield semen 1.18 cuft/sack, maka semen yang
dibutuhkan sekitar 47.7/1.8 = 40.4 sack.

3.5.6. Persamaan yang Digunakan Dalam Perhitungan

Ada beberapa persamaan yang digunakan dalam perhitungan pada


penelitian ini antara lain :

(𝐼𝐷 𝑐𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔)2
Cap. Casing = 1029.4
.................................................................. 3-4

(𝐼𝐷 𝑐𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔)2 −(𝑂𝐷 𝑡𝑢𝑏𝑖𝑛𝑔)2


Cap. Annulus = .............................................. 3-5
1029.4

(𝐼𝐷 𝑡𝑢𝑏𝑖𝑛𝑔)2
Cap. Tubing = 1029.4
................................................................ 3-6

Vol. suspense semen = Cap. Casing x Lperforasi ............................................... 3-7

Vol. mixing water = jumlah sack x konsentrasi air ..................................... 3-8

Vol. adititif = jumlah sack x konsentrasi aditif .................................. 3-9


𝑉𝑜𝑙.𝑠𝑢𝑠𝑝𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛
Lcement while tbg out = ........................................................ 3-10
𝐶𝑎𝑝.𝑐𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔

𝑉𝑜𝑙.𝑠𝑢𝑠𝑝𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛
Lcement while tbg in = ............................................. 3-11
(𝐶𝑎𝑝.𝐴𝑛𝑛𝑢𝑙𝑢𝑠+𝐶𝑎𝑝.𝑇𝑢𝑏𝑖𝑛𝑔)

𝑉𝑜𝑙 𝑠𝑝𝑎𝑐𝑒𝑟
Lspacer while tbg in = .................................................................. 3-12
𝐶𝑎𝑝.𝐴𝑛𝑛𝑢𝑙𝑢𝑠

TOCtbg in = BOC – Lcement while tbg in ............................................... 3-13

36
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

TOS = TOCtbg in - Lspacer while tbg in ........................................... 3-14

Vol. spacer = (TOC – TOS) x Cap. Tubing ...................................... 3-15

Vol. mud displace = (TOS x Cap. Tubing) .................................................. 3-16

T pump = Vol. fluida/rate pump ................................................. 3-17

OE = BOC – (TOCtbg in – 100 ft) .......................................... 3-18

Keterangan :

Cap. Casing = Kapasitas casing, bbl/ft

Cap. Annulus = Kapasitas annulus, bbl/ft

Cap. Tubing = Kapasitas tubing, bbl/ft

OD Casing = Diameter luar casing, inch

ID Casing = Diameter dalam casing, inch

OD Tubing = Diameter luar tubing, inch

ID Tubing = Diameter dalam tubing, inch

Vol. suspense semen = Volume suspense semen, bbl

37
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

BAB 1V
METODOLOGI PENELITIAN

4.1.

38
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

BAB V
PENUTUP

Demikian proposal Tugas Akhir ini saya ajukan, dengan harapan program
ini dapat terealisasi dalam rangka memenuhi persyaratan akademis dan
pengambilan data untuk tugas akhir. Dengan penulisan laporan tugas akhir ini akan
tercipta SDM yang memiliki kualitas dan kompetensi di bidang perminyakan.
Sehingga menjawab tantangan dan kebutuhan dunia industri di era globalisasi
khususnya di bidang industri minyak dan gas bumi.

Akhir kata kami mengharapkan kekurangan dan kekeliruan yang terdapat


dalam proposal ini mohon untuk dimaklumi. Atas perhatian dan kerja samanya
kami ucapkan terima kasih.

Balikpapan, 9 September 2018

Prima Junia Novitasari


NIM : 1401410

39
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

RENCANA DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... 1


HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... 2
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ 3
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... 4
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 5
DAFTAR ISI .................................................................................................... 6
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... 7
DAFTAR TABEL ............................................................................................ 8
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... 9
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 10
1.1. Latar Belakang .............................................................................
1.2. Maksud dan Tujuan Penulisan .....................................................
1.3. Batasan Masalah ..........................................................................
1.4. Metodologi Penulisan ..................................................................
1.5. Sistematika Penulisan ..................................................................
BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN ................................................
2.1. Lokasi Penelitian .........................................................................
2.2. Sejarah Lapangan ........................................................................
1.3. Karekteristik Reservoir Lapangan ...............................................
2.4. Sejarah Produksi sumur ...............................................................
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 12
3.1. Teori Umum Penyemenan ..........................................................
3.1.1. Primary Cementing .............................................................
3.1.2. Secondary Cementing..........................................................
3.2. Klasifikasi Semen ........................................................................
BAB V. PEMBAHASAN ............................................................................
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................
LAMPIRAN

40
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Teknik Perminyakan, STT Migas Balikpapan


Jalan Soekarno Hatta Km 08 , Karang Joang , 76125 , Kalimantan Timur

RENCANA DAFTAR PUSTAKA

1. Kirksey, Jim, Tarek, Squeeze Ceementing Presentation, Schlumberger Carbon


Service, 2013.
2. Nelson E.B., Well Cementing, Schlumberger Educational Series, Houston-
Texas, 1990
3. Rubiandini R.S, Rudi, Teknik Operasi Pemboran Volume 1, Penerbit Institut
Teknologi Bandung, Bandung, 2012

41

Anda mungkin juga menyukai