Anda di halaman 1dari 9

Kuasa Pertambangan & Kegiatan Penambangan

Tambang terbuka (surface mining) merupakan satu dari dua sistem

penambangan yang dikenal, yaitu Tambang terbuka dan Tambang Bawah Tanah.

dimana segala kegiatan atau aktivitas penambangan dilakukan di atas atau relatif

dekat permukaan bumi dan tempat kerja berhubungan langsung dengan dunia luar.

Penambangan pada tambang terbuka itu sendiri dilakukan dengan beberapa tahapan

kerja : pengurusan surat-surat ijin yang dibutuhkan untuk kegiatan penambangan,

pembabatan (land clearing), pengupasan lapisan tanah penutup (stripping of

overburden), penambangan (exploitation), pemuatan (loading), pengangkutan

(hauling), dan pengolahan serta pemasaran.

1. Kuasa Pertambangan
Sampai saat bentuk pengusahaan mineral dan batubara masih tetap berdasarkan

UU No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan yaitu

Kuasa Pertambangan dan Perjanjian? kontrak Karya antara pemerintah dengan

kontraktor. Untuk batubara ada 2 jenis yaitu Kuasa Pertambangan (KP) dan

Perjanjian Kontrak Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B),

demikian juga pertambangan mineral KP dan Kontrak Karya.

a. Kuasa Pertambangan (KP)

Kuasa Pertambangan adalah wewenang yang diberikan oleh Pemerintah Pusat

atau Pemerintah Daerah kepada badan /perseorangan untuk melaksanakan

usaha pertambangan. KP untuk bahan galian Gol. A dan Gol. B diberikan

dalam bentuk surat Keputusan Penugasan Pertambangan, Surat Keputusan Izin

Pertambangan Rakyat dan Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan.


Sedangkan untuk bahan galian Gol. C diberikan oleh Pemerintah Daerah

dalam bentuk Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD). KP hanya dapat

diberikan kepada Badan Usaha Nasional dan Perseorangan.

Permohonan KP penyelidikan Umum, KP Eksplorasi, KP Eksploitasi, KP

Pengangkutan dan Penjualan, KP Pengolahan dan Pemurnian, Permohonan

Perpanjangan, Pengakhiran dan Pengembalian, dan Pemindahan Kuasa

Pertambangan diajukan kepada Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota

berdasarkan kewenangannya dengan memenuhi persyaratan yang ditentukan

( Dokumen kelayakan tambang, Dokumen eksplorasi dan Dokumen

lingkungan).

b. Perjanjian Kontrak Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)

PKP2B dibuat antara Pemerintah Indonesia dengan perusahaan swasta asing

atau patungan antara asing dan nasional (dalam rangka PMA). Perbedaan

dengan KP diberikan dalam hal jangka waktu perijinannya.

c. Kontrak Karya (KK)

KK adalah perjanjian antara Pemerintah RI dengan perusahaan berbadan

hukum Indonesia untuk melaksanakan usaha pertambangan bahan galian,

tidak termasuk minyak bumi,gas alam,panas bumi, radio aktif dan batubara.

d. Persyaratan Wilayah Kontrak

1. Kontrak Karya (KK), Luas Wilayah tidak boleh melebihi 250.000 Ha.

2. PKP2B, luas wilayah tidak boleh melebihi 100.000 Ha.

3. KP Penyelidikan Umum, luas wilayah tidak boleh melebihi 25.000 Ha

4. KP Eksplorasi , Luas Wilayah tidak boleh melebihi 10.000 Ha

5. KP Eksploitasi, Luas wilayah tidak boleh melebihi 5.000 Ha.


2. Kegiatan Penambangan
 Pembersihan Lahan (Land Clearing)

Tahapan pekerjaan penambangan umumnya diawali dengan mempersiapkan

lahan, yaitu mulai dari pemotongan pepohonan hutan, pembabetan sampai ke

pembakaran hasilnya, yang dinamakan land clearing. Jadi, land clearing dapat

diartikan sebagai suatu aktivitas pembersihan material hutan, yang meliputi

pepohonan hutan belukar sampai ke alang-alang. Pekerjaan land clearing ini tidak

hanya terbatas pada pertambangan saja, tetapi juga meliputi persiapan lahan yang

akan digunakan untuk lokasi pemukiman, perkantoran, pabrik, jalan raya, dan

lainnya.

Intensitas pekerjaan land clearing sangat dipengaruhi oleh kondisi alami daerah

dan lahan yang akan dimanfaatkan . Terkadang, pembersihan lahan cukup hanya

dengan pembersihan semak belukar, kemudian membakarnya. Namun apabila

daerah tersebut curah hujannya cukup tinggi, maka dengan menggunakan alat

yang sama, jadwal land clearing pada daerah tersebut akan cukup panjang apabila

dibandingkan dengan daerah yang curah hujannya lebih kecil

Variabel yang mempengaruhi pekerjaan land clearing antara lain :

a. Pepohonan yang tumbuh

Faktor yang mempengaruhi produksi dan biaya antara lain: jumlah pohon,

ukuran pohon, kerapatan antar pohon, struktur akar, tanaman yang

merambat di pohon, dan semak belukar. Faktor ini dinyatakan dalam tree

count
b. Kondisi dan daya dukung tanah

Faktor yang mempengaruhi operasi adalah: kedalaman tanah pucuk, tipe

tanah, kadar air dalam tanah, dan ada tidaknya kerikil atau batuan dalam

tanah.

c. Topografi

Kemiringan lembah yang curam, parit, daerah rawa, dan sungai, yang

semuanya mempengaruhi kinerja alat di atas normal.

d. Hujan dan perubahan cuaca

Pekerjaan land clearing pada daerah yang curah huhjannya tinggi

memerlukan waktu yang lebih lama dibanding daerah yang memiliki curah

hujan rendah.

e. Spesifikasi pekerjaan

Contohnya adalah : luas area, jadwal pekerjaan, dan pemilihan alat

mekanis.

 Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil Removal)

Lapisan tanah paling atas (top soil) ini perlu dipisahkan dari lapisan tanah

penutup (overbuden) karena pada lapisan tanah pucuk ini mengandung unsur

hara yang nantinya akan digunakan pada proses reklamasi pasca kegiatan

penambangan. Lapisan tanah pucuk ini berjarak antar 0,3 – 1 meter dari

permukaan. Top soil ini kemudian diangkut pada suatu daerah yang

merupakan areal untuk penyimpanan top soil sementara yang dinamakan top

soil bank. Untuk menjaga agar unsur hara tanah tersebut tidak hilang, maka

pada lapisan tanah pucuk pada top soil bank tersebut ditanami dengan crop

plant.
 Penggalian Lapisan Tanah Penutup (Overburden)

Lapisan tanah penutup (overburden) ini merupakan lapisan tanah di bawah top

soil dan terdapat sebelum lapisan batubara. Lapisan tanah penutup ini digali

secara mekanis dengan menggunakan excavator yang dibantu dengan

bulldozer. Kemudian tanah penutup ini dikumpulkan di tempat penimbunan

(disposal).

 Penambangan Batubara (Coal Getting)


Penggalian batubara pada areal blok-blok penambangan dilakukan secara
mekanis. Kegiatan penambangan akan dimulai dengan membuka galian searah
strike ke arah kemiringan batubara (down dip batubara). Endapan batubara
akan ditambang dalam rangkaian teras-teras horizontal, lapisan tanah penutup
digali terlebih dahulu guna mengambil lapisan batubaranya.

Alat Mekanis

Jenis- jenis alat mekanis pada aktifitas penambangan dibagi menjadi 3 (tiga)

yaitu :

A. Alat Gali

 Bulldozer

Merupakan alat gali yang biasa digunakan dalam pekerjaan perintisan. Jenis

alat ini banyak membantu pekerjaan-pekerjaan alat muat. Bila ditinjau dari

roda penggeraknya, Bulldozer terbagi menjadi dua jenis, yaitu :


 Bulldozer yang menggunakan roda penggerak karet (rubber tired),

jenis ini memiliki gerakan lebih lincah dan gesit namun hanya cocok

digunakan pada daerah yang kering dan permukaan tanah yang keras.

 Bulldozer dengan roda penggerak rantai (crawler tired), bulldozer ini

memiliki gerakan yang lambat namun daya gusurnya meyakinkan dan

dapat bekerja pada daerah yang kering maupun becek. Hal ini

dikarenakan roda penggeraknya mampu mencengkeram landasan

kerjanya sehingga bulldozer tidak mudah selip.

 Grader

Adalah alat untuk meratakan tanah timbunan atau memelihara jalan yang tidak

diperkeras, terdiri dari blade yang dihubungkan dengan suatu cirela sehingga

dapat digerakkan dalam arah horizontal dan vertical. Cara kerjanya hampir

sama dengan scraper, yaitu menggali tanah dibawahnya dengan ketebalan

tertentu dengan menggunakan blade. Bedanya dengan scraper, tanah hasil

galian tidak diangkut sendiri, dan tanah galiannya sangat sedikit.

 Excavator

Alat gali jenis ini cocok digunakan pada material tanah penutup baik yang

tipis maupun tebal. Alat ini dapat digunakan pada medan kerja di atas maupun

di bawah posisi alat. Prinsip kerjanya boom, yang pada ujung alat terdapat

mangkuk yang diarahkan ke material yang akan digali

B. Alat Muat

 Back Hoe

Back hoe merupakan alat muat yang hampir sama dengan power Shovel,

namun yang membedakannya adalah medan kerjanya. Back hoe memiliki

medan kerja yang lebih rendah dari posisi alat, hal ini dikarenakan posisi
dipper yang berbanding terbalik dengan dipper pada shovel. Berdasarkan

ukurannya, back hoe dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu ukuran kecil (0,5 – 1,25

cuyd) ; ukuran sedang (1.13 – 2,75 cuyd) ; dan ukuran besar (2 – 3,75 cuyd

C. Alat Angkut

 Dump Truck

Jenis alat angkut yang paling banyak digunakan pada kegiatan pengangkutan,

mengingat produksinya yang besar, kecepatan tinggi, dan tidak bergantung

pada jalur jalan. Berdasarkan ukurannya, dump truck dibedakan menjadi 3

jenis, yaitu ukuran kecil dengan kapasitas 25 ton ; ukuran sedang dengan

kapasitas 25 – 100 ton ; dan ukuran besar dengan kapasitas diatas 100 ton.

A. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Alat Gali Muat dan Angkut

Untuk mencapai target produksi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi

produksi alat gali muat dan alat angkut, antara lain :

1. Waktu edar (cycle time)

Adalah waktu yang diperlukan oleh suatu alat untuk melakukan suatu siklus

kegiatan. Waktu edar alat gali muat adalah :

 Menggali dan mengisi material ke dalam bucket (digging)

 Berputar dengan muatan (swing on)

 Mengosongkan bucket (dumping)

 Berputar kembali dengan keadaan bucket kosong dan pada posisi siap gali

(swing off)

Sedangkan waktu edar alat angkut adalah :

 Manuver di front
 Waktu isi (loading)

 Waktu pengangkutan berisi (hauling)

 Manuver di disposal

 Menumpahkan material (dumping)

 Waktu kembali dengan keadaan kosong dari disposal ke front

(Nurhakim dan Susanto B, 2004)

2. Faktor Isian Bucket

Faktor isian bucket merupakan perbandingan kapasitas nyata alat gali muat

dengan kapasitas munjung alat gali muat yang dinyatakan dalam persen (%).

Semakin tinggi faktor pengisian, maka semakin tinggi pula kapasitas nyata alat

gali muat tersebut.

3. Kondisi Fisik Alat Mekanis

Apabila alat mekanis dalam kondisi masih baru maka akan jarang mengalami

kerusakan sehingga tenaga dan kemampuannya sangat bagus untuk melakukan

penggalian batubara. Sebaliknya, apabila kondisi suatu alat mekanis kurang baik,

maka pengoperasian dan produktivitasnya kurang maksimal.

4. Keadaan Alam

Keadaan iklim dan cuaca dapat mempengaruhi kondisi kerja, jika cuaca panas

dan jalan kering makla dampak yang akan timbul adalah :

 Jalan angkut akan sangat berdebu sehingga dapat mempengaruhi

pandangan operator maupun driver.

 Kecepatan unit pada jalan angkut menjadi menurun

 Mengurangi daya tahan tubuh operator

Untuk mengantisipasi keadaan yang demikian, maka dapat dilakukan penyiraman

pada jalan angkut. Sebaliknya, jika cuaca hujan lebat dan terus-menerus maka
pengoperasian peralatan mekanis pada kegiatan penggalian batubara (coal

getting) dan penggalian overburden akan dihentikan akibat jalan yang licin dan

becek disamping banyaknya genangan air di lokasi tambang.

Sedangkan kondisi tempat kerja sangat mempengaruhi terhadap keleluasaan

gerak alat mekanis. Jika tempat kerjanya luas dan kering, akan membuat kerja

alat mekanis tersebut dapat bekerja lebih optimal serta lebih leluasa dan akan

meningkatkan efisiensi kerja.

Ketinggian tempat dari permukaan laut juga berpengaruh terhadap kinerja suatu

mesin. Semakin tinggi elevasi, maka semakin rendah tekanan, oksigen semakin

sedikit sehingga pembakaran pada ruang mesin berjalan kurang sempurna.

Anda mungkin juga menyukai