Anda di halaman 1dari 6

Penentuan Kadar Logam Besi dan Mangan Dalam Sampel Air Minum Isi Ulang

PENDAHULUAN

Di alam semesta ini sangat banyak ditemukan unsur-unsur. Ada yang bersifat logam, semilogam,
dan nonlogam. Dan letaknya pun juga berbeda-beda. Ada yang di tanah, udara, air, dan lain-lain. Sebagai
mahasiswa kimia, kita perlu untuk mengetahui banyak konsentrasi unsur-unsur logam tersebut. Misalnya
unsur besi (Fe) dan Mangan (Mn) yang ada di dalam air. Karena kita ketahui bersama bahwa salah satu
parameter kimiawi air adalah kandungan kadar besi (Fe) dan Mangan (Mn) yang konsentrasinya
dinyatakan dalam mg/L. Selain itu, besi (Fe) dan Mangan (Mn) juga merupakan salah satu mikroelemen
yang dibutuhkan oleh tubuh, besi (Fe) banyak berperan dalam proses metabolisme tubuh. Namun,
kelebihan kadar besi (Fe) dalam tubuh dapat mengakibatkan rusaknya organ-organ penting, seperti
pancreas, otot jantung dan ginjal.

Kadar besi dalam tubuh yang berlebihan dapat menimbulkan penyakit hemakromatosis, yaitu tubuh
menyerap dan menyimpan terlalu banyak besi yang dapat menyebabkan gagal jantung, hati, dan
pankreas. Selain itu, besi dapat memicu pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan lendir pada
sistem perpipaan, sehingga menyumbat sistem perpipaan. Selain itu, kadar besi yang berlebihan
menimbulkan bau pada air minum dan memberikan warna kekuning-kuningan sehingga membuat
penampilan air menjadi kurang baik.

Mangan bersifat racun yang dapat menyerang saraf sehingga menyebabkan sindrom parkinson pada
orang lanjut usia. Mangan yang berlebih memberikan warna kehitaman pada air minum. Sedangkan,
sama halnya dengan besi, mangan juga dapat memacu pertumbuhan bakteri yang menimbulkan lendir
pada perpipaan.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menganalisis unsur-unsur logam (Fe) tersebut. Salah
satu cara untuk menentukan kadar besi (Fe) dalam air adalah dengan menggunakan spektrofotometer
serapan atom. Hal ini dikarenakan AAS merupakan suatu metode analisis untuk penentuan konsentrasi
suatu unsur dalam suatu cuplikan yang didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-
atom yang berada pada tingkat dasar (ground state), untuk mengeksitasi elektron terluar proses
penyerapan energi terjadi pada panjang gelombang yang spesifik dan karakteristik untuk tiap unsur.
Intensitas radiasi yang diserap sebanding dengan jumlah atom dalam contoh sehingga dengan mengukur
intensitas radiasi yang diserap (absorbansi) atau mengukur intensitas radiasi yang diteruskan
(transmitansi), maka konsentrasi unsur di dalam cuplikan dapat ditentukan. Selain itu, AAS ini dapat
menganalisis sampai enam puluh logam, salah satunya besi (Fe) yang dapat dianalisis pada panjang
gelombang 248,3 nm. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, praktikum ini sangatlah penting
untuk dilakukan agar kita, khususnya mahasiswa kimia, dapat mengoperasikan peralatan AAS dan
menganalisis mineral Fe serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

A. Lokasi dan Waktu Percobaan


Lokasi : Pusat Lab. Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Waktu : 10:15 WIB

B. Alat dan Bahan :


Alat :
 AAS ( Atomic Absorption Spectrophotometer )
 Gelas ukur 100 mL
 Beker glass 100 mL
 Pipet mikro

Bahan :

 Larutan induk Fe 1000 ppm


 Larutan induk Mn 1000 ppm
 HNO3 pekat
 Aquadest
 Sampel Air
 Sampel Standar 1,0 ppm; 3,0 ppm; dan 6.0 ppm

C. Prosedur Kerja

Pada percobaan penentuan kadar logam dalam sampel air minum, langkah awal yang
dilakukan yaitu 100 mL sampel diambil dan ditambahkan HNO3 1 mL (1% dari volume sampel).
Apabila sampel agak keruh, dilakukan penyaringan dengan filter paper atau centrifuge.
Kemudian dibuat larutan standar Fe dan Mn dari larutan induk Fe dan Mn dengan konsentrasi
0.1 ppm; 0.5 ppm; 1 ppm; dan 2 ppm. Instrument AAS dioptimalkan sesuai dengan instruksi
kerja alat. Lalu diukur konsentrasi larutan standar masing-masing logam dengan AAS, kurva
kalibrasinya dipastikan membentuk kurva linier (garis lurus) dengan koefisien korelasi mendekati
1 (0.99…). Terakhir, dilakukan pengukuran sampel dan konsentrasi yang tertera pada AAS dicatat.
Apabila tidak ada pemgenceran atau pemekatan pada sampel, maka konsentrasi sampel pada
AAS merupakan konsentrasi logam tersebut.

D. Hasil Pengamatan

Sampel Konsentrasi Absorbansi


Kelompok
Air Mn Fe Mn Fe
-
1.1 <0,010 0,111 0,0028
0,0007
1
-
1.2 <0,010 0,029 0,0007
0,0008
-
2.1 <0,010 0,093 0,0023
0,0008
2
-
2.2 <0,010 0,074 0,0018
0,0015
-
3.1 <0,010 0,039 0,0010
0,0023
3
-
3.2 <0,010 0,084 0,0021
0,0015
4.1 0.044 <0,010 0.0032 -0.0125
4
4.2 0.012 <0,010 0.0009 -0.0148
5.1 0.051 <0,010 0.0037 -0.0143
5
5.2 0.031 <0,010 0.0023 -0.0161
6.1 0.032 <0,010 0.0023 -0.017
6
6.2 0.008 <0,010 0.0006 -0.017

E. Pembahasan

Berdasarkan ADI (Accebtable Daily Intake) orang dewasa menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 416/MenKes/ Per/IX/1990 tentang syarat-syarat Air Bersih, Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas Air
Minum, maka kadar maksimum yang diperbolehkan untuk Fe adalah 0,3 mg/L sedangkan kadar
Mn adalah 0,1 mg/L. Untuk nilai IDL Fe & Mn adalah 0,01 mg/L dan untuk nilai MDL Mn adalah
0,01 mg/L.

Telah dilakukan penelitian tentang kualitas air minum isi ulang di kawasan kampus UIN
Syarif Hidayatullah, Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini bertujuan (1) menganalisis
kadar logam-logam transisi Fe, dan Mn yang terkandung dalam air minum dari berbagai sumber
air, dengan metode AAS. (2) mendeskripsikan perbedaan kadar logam-logam transisi Fe. Sampel
penelitian adalah air minum isi ulang. Dua lokasi ditentukan secara acak dan dari tiap-tiap lokasi
dipilih satu sampel yang dibedakan atas sumber mata airnya.

Hasil pencampuran sampel dengan HNO3 dianalisis kadar logam-logam transisinya


dengan atomic absorption spectroscopy (AAS). Penambahan HNO3 berfungsi untuk mencegah
pengendapan dan melarutkan logam-logam. Identifikasi senyawa-senyawa kimia yang terdapat
dalam sampel air menggunakan metode difraksi sinar X (XRD) radiasi Fe dan Mn. Hasil penelitian
menunjukkan (1) adanya variasi kadar Fe dan Mn pada tiap sampel air bervariasi. (2) kadar Mn
untuk semua sampel lebih rendah daripada kadar rata-rata pada air minum dalam literature.

Larutan standar Fe DAN Mn yang dianalisis diserap (disedot) lewat pipa kapiler oleh pengaruh
udara yang dialirkan di ujung kapiler. Selanjutnya sampel masuk ke bagian sistem pengkabut
sehingga menjadi kabut. Sistem pengkabut terdiri dari dua bagian yaitu nebulizer dan spray
chamber. Nebulizer akan memecah sampel menjadi aerosol berupa tetes kecil dengan berbagai
diameter lewat. Aerosol tersebut disemprotkan ke arah spray chamber dimana sebagian besar
tetesan akan jatuh ke pembakar dan mencapai nyala kabut atau aerosol, dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu kabut kasar dan kabut halus. Kabut kasar akan jatuh kebawah dalam
bentuk tetesan yang dikeluarkan lewat drain off, sedangkan kabut halus didorong menuju sitem
pembakaran. Proses atomisasi dalam nyala dapat digambarkan seperti bagan berikut.

Peristiwa yang terjadi dalam nyala :

 Penguapan pelarut sehingga terbentuk partikel padat yang halus.

MX(l)  MX(s)
kabut halus partikel halus

 Partikel garam dalam suhu tinggi menjadi uap garam (sublimasi).

MX(s)  MX(g)
partikel halus gas

 Disosiasi molekul uap garam menjadi atom-atom netral.

MX(g)  Mo + Xo
gas atom-atom netral
Proses atomisasi tersebut terjadi di dalam burner (sistem pembakaran), dimana burner tersebut
merupakan bagian yang paling terpenting didalam peralatan AAS karena burner berfungsi
sebagai tempat pancampuran gas asetilen dan aquabides atau N2O, dimana campuran ini
dapat membakar kabut halus yang dihasilkan dari chamber spray sehingga pelarut teruapkan
dan terbentuk partikel-partikel padat yang halus.Gas asetilen tersebut mempunyai kisaran suhu
+- 20000 K, sedangkan untuk gas N2O memiliki kisaran suhu yang lebih tinggi yakni +- 30000 K
sehingga apabila menggunakan gas ini maka proses atomisasi akan sangat bagus karena nyala
api yang dihasilkan lebih besar daripada gas asetilen-udara. Kemudian partikel-partikel
halus yang dihasilkan dari chamber spray tersebut berubah menjadi uap garam yang kemudian
uap garam tersebut mengalami disosiasi menjadi atom-atom netral. Atom-atom netral pada AAS
ini dapat menyerap cahaya yang dipancarkan oleh lampu hallow katoda. Lampu katoda pada
setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji,

Cahaya yang dipancarkan oleh lampu katoda sebelumnya telah melewati monokromator untuk
diubah menjadi cahaya yang lebih monokromatis lagi, sehingga hanya ada satu cahaya pada satu
panjang gelombang saja. Hal ini terjadi karena monokromator dalam alat AAS tersebut akan
memisahkan, mengisolasi dan mengontrol intensitas energi yang dihasilkan melalui celah sempit
menggunakan cermin. Selanjutnya cahaya yang diserap oleh atom-atom netral ini diteruskan ke
detektor dan diubah menjadi sinyal-sinyal listrik yang diperkuat dengan amplifier dan
ditampilkan sebagai spektrum panjang gelombang pada rekorder.Kecepatan detektor dalam
menangkap sinar radiasi yang dipancarkan yakni sebesar 10 -9 detik. Kemudian sisa pembakaran
atau asap yang tidak digunakan akan disedot oleh ducting, yaitu suatu bagian cerobong asap
yang berhubungan langsung dengan cerobong asap bagian luar pada setiap bangunan. Hal ini
berfungsi agar asap yang dihasilkan oleh AAS tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang
dihasilkan dari pembakaran diolah sedemikian rupa di dalam ducting agar asap yang dihasilkan
tidak berbhaya.

Dari hasil pengamatan didapati bahwa beberapa sampel memiliki konsentrasi Fe > 0,3 mg/L
diatas nilai baku mutu yang ditetapkan pemerintah, yaitu sampel 1.1, 2.1, 2.2, 3.2, dan sampel
4.1, 4.2, 5.1, 5.2, 6.1, 6.2 memiliki nilai kadar Fe dibawah nilai IDL untuk Fe. Sedangkan sisanya
(1.2, 3.1) memiliki konsentrasi Fe < 0,3 mg/L.

Dan untuk hasil pengamatan pengukuran konsentrasi Mn dalam larutan sampel, kedua belas
memiliki konsentrasi Mn < 0,05 mg/L diatas nilai baku mutu yang ditetapkan pemerintah dan
keempat sampel tersebut berasal dari lokasi pengambilan yang berbeda. Sedangkan sampel yang
memiliki nilai kadar Fe dibawah IDL yaitu sampel 1.1, 1.2, 2.1, 2.2, 3.1, 3.2.

Kesimpulan

F. Daftar Pustaka

C . Supriyanto, Samin dan Kamal Zainul, 2007. Analisis Cemaran Logam Berat pada Ikan Air
Tawar dengan Metode Spektrometri Nyala Serapan Atom (SSA). Jurnal SDM Teknologi
Nuklir, ISSN 1978-0176.

Anda mungkin juga menyukai