PENDAHULUAN
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceace
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha Curcas L
1. Flavanoid
Senyama Flavanoid adalah senyawa bagian dari golongan senyawa
Phytochemical.Senyawa Flavanoid memiliki kedudukan pentik untuk tumbuhan –
tumbuhan yang tumbuh di sekita kita. Flavanoid memegang perang pneting bagi
pemebntukan kelopak bunga yaitu dengan cara memikat serangga agar
menghinggapi bunga dan membantu proses penyerbukan. Tetapi tidak semua
serangga yang tertarik dengan senyawa ini karena memiliki rasa pahit bagi
beberapa lidah serangga. Berikut beberapa manfaat flavonoid : (1) Flavanoid
Sebagai antioksidan; (2) flavanoid mengusir polusi dalam tubuh; (3) senyawa
flavanoid dapat mencegah penuaan dini; (4) senyawa flavanoid untuk
menghindari penyakit mematikan; (5) flavonoid dapat mencegah penyakit
aterosklorosis; (6) flavanoid sebagai penolak alergi; (7) flavanoid efektif mengusir
virus (Nadiyansyah. 2009).
2. Zat Saponin
Saponin adalah kelompok senyawa fitokimia disajikan dalam berbagai
jenis tanaman, termasuk Phytosterols ditemukan berlimpah dalam almond, kacang
mete, kacang tanah, biji wijen, biji bunga matahari, dll. Berikut beberapa manfaat
dari zat saponin, yaitu: (1) Pengobat Kanker; (2) Sebagai antioksidan ; (3)
Aktivitas anti jamur; (4) Properti anti-inflamasi
3. Zat Fitosterol
Fitosterol juga dikenal sebagai sterol tumbuhan (bahasa Inggris;
phytosterol) adalah kelompok steroid alkohol, fitokimia yang ada secara alami di
dalam tumbuhan dan tidak ditemukan pada mamalia. Sesudah dipurifikasi,
fitosterol tampak sebagai bubuk putih dengan bau lembut yang khas. Senyawa ini
tidak larut di dalam air tetapi larut di dalam alkohol. Senyawa ini banyak
digunakan sebagai bahan tambahan pangan obat-obatan dan kosmetik.
Lebih dari 250 jenis fitosterol ditemukan dari berbagai spesies tanaman,
antara lain dari golongan 4-desmetil sterol, contoh:kampesterol, stigmasterol (dari
minyak kedelai) dan b-sitosterol, yang terdapat pada serum lemak pada tumbuhan
dan berguna bagi sintesis steroid. Pada alga coklat (bahasa Latin: phaeophyceae)
ditemukan fukosterol dan kolesterol.
Dari yeast dan ergo ditemukan senyawa C-28 ergosterol yang disebut juga
mikosterol, berfungsi sebagai precursor bagi vitamin D2 (kalsiferol). Fitosterol
merupakan triterpena yang penting demi menjaga struktur membran tumbuhan,
dan dalam bentuk senyawa organik bebas, fitosterol digunakan untuk menjaga
keseimbangan membran fosfolipid dari sel tumbuhan seperti kolesterol pada
membran sel hewan.
4. Zat Sitosterol
Sitosterol adalah sterol putih yang ditemukan pada banyak tanaman dan
larut dalam darah. β-Sitosterol termasuk dalam sejenis phytosterol yang terbukti
dapat menahan pertumbuhan sel kanker sekaligus melidungi tubuh dari gangguan
penyakit jantung. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Dr. Michael Tierra L.
AC. O.M.D yang menyatakan bahwa sitosterol terbukti mampu mencegah
terjadinya kanker.
Betasitosterol dengan kombinasi sterol lain telah dijual dalam bentuk obat
diperdagangan, diantaranya yang dikenal adalah: Naatrol betasitosterol.
Betasitosterol telah digunakan sebagai suplement diet secara meluas di Eropa,
selain itu betasitosterol mempunyai banyak kegunaan, seperti mengurangi
kolesterol, asam urat, dapat pula mencegah dari masalah prostate seperti benign
prostatic hyperplasia (BPH). Betasitosterol adalah satu dari komponen yang
banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Penelitian menunjukkan bahwa
betasitosterol efektif dalam mengawi BPH, aktif melawan kanker, dan dapat
melawan leukimia limpositic (Wardani, L. P. 2009).
2. Fase Proliferasi
Berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Disebut juga fase
fibroplasias karena fase ini didominasi proses fibroblast yang berasal dari sel
mesenkim undifferentiate, yang akan berproliferasi dan menghasilkan kolagen,
elastin, hyaluronic acid, fifbronectin, dan proteoglycans yang berperan dalam
rekonstruksi jaringan baru. Fase ini terdiri dari proses proliferasi, migrasi, deposit
jaringan matriks, dan kontraksi luka.
Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian
dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama dengan
sifat kontraktil miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase
ini kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam
proses penyudahan kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan intramolekul
dan antar molekul.
Luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk jaringan
granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya dan
berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang
terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah yang lebih
rendah atau datar, sebab epitel tak dapat bermigrasi ke arah yang lebih tinggi.
Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh
permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia dengan
pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses maturasi.
3. Fase Maturasi
Berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat berlangsung sampai
berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang. Pada fase ini terjadi
proses maturasi yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih,
pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya remodelling jaringan yang
baru terbentuk. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi
abnormal karena proses penyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel muda
menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang
berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama
proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan lemas serta mudah
digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada akhir fase
ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira – kira 80% kemampuan
kulit normal. Hal ini tercapai kira – kira 3-6 bulan setelah penyembuhan..
BAB III
METODE PENELITIAN
Ekstrak kental
Fase Air
Fase Minyak
Vaselin putih, Gliserin, metil paraben,
asam stearat propil paraben,
TEAmentol
Lebur 70 °C
Lebur 70 °C
Homogenkan
(Mixing)
Setelah stabil
Homogenkan (Mixing)
4.3. Pembahasan
Ada beberapa fase penyembuhan luka baru pada mencit yang diamati
selama penelitian ini yaitu fase peradangan (fase inflamasi), fase kering, dan fase
granulasi. Fase peradangan terlihat pada pengamatan ke-12 jam (0,5 hari) pada
pengolesan obat luka ekstrak daun jarak denan getah pisang dan betadine.
Jaringan menjadi merah disebabkan oleh peningkatan aliran darah arteri ke
jaringan yang rusak. Tujuan dari peradangan adalah menarik protein plasma dan
sel-sel fagosit ke permukaan luka untuk dapat menghancurkan benda asing yang
masuk, membersihkan debris dan mempersiapkan jaringan untuk proses
penyembuhan dan perbaikan luka. Sel radang terutama sel makrofag akan
mengeluarkan zat yang dapat memicu timbulnya angioblas dan fibroblas.
Fase kering terjadi lebih cepat pada luka yang diobati dengan getah jarak
cina yaitu pada pengamatan ke-24 jam (1 hari), sedangkan pengobatan dengan
betadin dan kontrol fase kering terjadi pada pengamatan ke-36 jam (1,5 hari) dan
ke-48 jam (2 hari). Hal ini terjadi karena daun jarak mengandung jatrophine yang
dapat meningkatkan jumlah trombosit. Trombosit akan mengeluarkan adenosin
difosfat (ADP), yang menyebabkan permukaan trombosit melekat pada lapisan
trombosit yang pertama. Trombosit yang baru melekat mengeluarkan lebih banyak
ADP, sehingga bertambah jumlah trombosit yang melekat. Proses penumpukan
trombosit didukung oleh tromboksan A yang secara langsung mendorong agregasi
trombosit sehingga dapat mempercepat pembekuan darah dengan cara
mengeluarkan lebih banyak ADP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengolesan (pengobatan) luka baru dengan daun jarak pagar berpengaruh sangat
nyata terhadap lama terbentuk keropeng (P<0,01).
Berdasarkan Tabel 4.3. menunjukkan bahwa lama terbentuk keropeng pada
pengolesan getah jarak cina dan betadin terjadi pada pengamatan jam ke-36
berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol (jam ke-48). Kecepatan terbentuk
keropeng pada luka yang diobati dengan obat luka ekstrak daun jarak pagar
dengan getah pisang yang disebabkan oleh kandungan senyawa flavonoid, tanin,
dan saponin di ekstrak daun jarak pagar dengan getah pisang. Flavonoid telah
diketahui dapat berfungsi sebagai vasodilatator yang dapat memperlancar aliran
darah. Tanin bersifat sebagai antiseptik. Betadin juga berfungsi sebagai antiseptik
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri sehingga luka cepat kering dan
membentuk keropeng.
Pembentukan keropeng didukung oleh adanya vasokonstriksi pembuluh
darah dan pembentukan kolagen. Tanin juga dapat menimbulkan efek
vasokontriksi pembuluh darah kapiler. Kandungan saponin dapat memicu
pembentukan kolagen, yaitu protein struktural yang berperan dalam proses
penyembuhan luka .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dalam proses penelitian Pemanfaatan
Ekstrak daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L. ) dan Getah Pisang Menjadi Obat
Luka adalah:
1. Ekstrak daun jarak yang telah dicampur dengan getah pisang bisa
digunakan sebagai obat luka dalam proses penyembuhan luka
2. Kecepatan terbentuk keropeng pada luka yang diobati dengan obat
luka ekstrak daun jarak pagar dengan getah pisang yang disebabkan
oleh kandungan senyawa flavonoid, tanin, dan saponin di ekstrak
daun jarak pagar dengan getah pisang.
3. Obat luka dari ekstrak daun jarak pagar dan getah pisang sangat
berpotensi dalam proses pembentukan keropeng dalam proses
penyembuhan luka
5.2. Saran
Adapun yang menjadi saran dalam proses penelitian ini adalah:
1. Pengamatan penelitian harus dilakukan sampai proses pengamatan
proses pengelupasan keropeng dan penyembuhan luka
2. Sampel Penelitian harus dalam skala besar.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI, 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK 00.05.41.1384 tentang Kriteria dan
Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar
dan Fitofarmaka. Kepala BPOM, Jakarta.
Prasetyo, B. 2009. Efektifitas Getah Jarak Cina (Jatropha multifida L.) Terhadap
Penyembuhan Luka Perdarahan Kapiler pada Marmut.
Skripsi.Universitas Islam Sultan Agung, Semarang.
Wardani, L. P. 2009. Efek Penyembuhan Luka Bakar Gel Ekstrak Etanol Daun
Sirih (Piper betle) Pada Kulit Punggung Kelinci. Skripsi. Universitas
Muhamadiyah, Surakarta.
Daftar Riwayat Hidup
(BIODATA)
LAMPIRAN
Dokumentasi Penelitian