Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN


ANALISIS LOGAM

OLEH :
NAMA : CHINTIA MAYA SARI
NO. BP : 1110942011
HARI/ TGL PRAKTIKUM : KAMIS/ 07 FEBRUARI
REKAN KERJA : 1. KURNIA NOVITASARI (0910941005)
2. DELIA PUTRI (0910941007)
3. DONI MARTIN (0910941008)
4. ALDILLA ALFIANI A. (0910942019)
5. AGUNG KELIK S. (0910942028)

ASISTEN:
MAIKEL NENDES
RATIH AULIA TIARA

LABORATORIUM AIR
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah SSA (Spektofotometer


Serapan Atom).

1.2 Metoda Percobaan

Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah SSA (Spektofotometer


Serapan Atom).

1.3 Prinsip Percobaan

Senyawa logam dalam contoh uji didestruksi dalam suasana asam. Kemudian
diukur kadarnya dengan spektofotometer serapan atom secara langsung pada
panjang gelombang tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Logam berasal dari bahasa Yunani “Metal” adalah sebuah unsur kimia yang siap
membentuk ion (kation) dan memiliki ikatan logam, dan kadang kala dikatakan mirip
dengan kation diawan electron. Logam adalah salah satu unsur dari tida kelompok
unsur yang dibedakan oleh sifat ionisasi dan ikatan, bersama dengan metalloid dan
non logam (Anonymous A, 2010).

Paduan logam merupakan pencampuran dari dua jenis logam atau lebih untuk
mendapatkan sifat fisik, mekanik, listrik dan visual yang lebih baik. Contoh paduan
logam yang popular adalah baja tahan karat yang merupakan pencampuran dari besi
(Fe) dengan Krom (Cr) (Anonymous A, 2010).

Logam terbagi 2 (Anonymous A, 2010):


1. Logam Mulia
Secara umum logam mulia adalah logam-logam yang termasuk paduannya yang
biasa dijadikan perhiasan, seperti emas, perak, perunggu dan platina.
2. Logam berat
Logam berat adalah logam dengan massa jenis lima atau lebih, dengan nomor
atom 22 sampai 92. Logam berat dianggap berbahaya bagi kesehatan bila
terakumulasi secara berlebihan didalam tubuh. Seperti Kadmium (Cd), timbal
(Pb), raksa (Hg), dll.

Drude dan Lorentz mengemukakan model, bahwa logam sebagai suatu kristal terdiri
dari ion-ion positif logam dalam bentuk bola-bola keras dan sejumlah electron yang
bergerak bebas dalam ruang antara. Elektron-elektron valensi logam tidak terikat erat,
sehingga relatif bergerak bebas. Hal ini dapat dimengerti mengapa logam bersifat
pengantar panas dan listrik yang baik (Anonymous B, 2009).

Salah satu contoh logam adalah seng (Zn). Seng merupakan zat mineral esensial yang
sangat penting bagi tubuh. Terdapat sekitar dua milyar orang di negara-negara
berkembang yang kekurangan asupan seng. Defisiensi ini juga dapat menyebabkan
banyak penyakit. Pada anak-anak, defisiensi ini menyebabkan gangguan
pertumbuhan, memengaruhi pematangan seksual, mudah terkena infeksi, diare, dan
setiap tahunnya menyebabkan kematian sekitar 800.000 anak-anak di seluruh dunia.
Konsumsi seng yang berlebihan dapat menyebabkan ataksia, lemah lesu, dan
defisiensi tembaga (Anonymous B, 2011).

Perbandingan sifat-sifat fisis logam dengan non logam (Anonymous B, 2009):

No Logam Non Logam

1 Padatan logam merupakan


Padatan non logam bukan penghantar listrik
penghantar listrik yang baik
2 Mempunyai kilap logam Tidak mengkilap
3 Kuat dan keras Tidak kuat dan tidak keras
4 Bisa diulur dan dibengkokkan Rapuh dan patah jika dibengkokkan

5 Umumnya kerapatannya besar Umumnya kerapatannya rendah

6 Titik didih dan titik leleh tinggi Titik didih dan titik leleh rendah

Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui kandungan logam pada air
adalah dengan menggunakan SSA (Spektofotometer Serapan Atom). Komponen-
komponen SSA dijelaskan pada skema berikut (R. A. Day, 1986):

Cara kerja SSA adalah tabung beroperasi dengan suplai daya yang memberikan
voltase sampai 300 V. Arus melewati tabung berjangka miliampere, 20-30 mA yang
berenergi dipercepat menuju katode negatif, dimana tabrakan dengan permukaan
akan melepaskan atom-atom logam katode. Dalam tabrakan lebih lanjut dengan ion
dan atom yang berenergi, atom-atom logam yang terpercik itu akan terekotasikan.
Kemudian, dalam daerah di cas yang lebih dingin mereka memancarkan spektrum
garis yang karakteristik dari logam katode yang tampak sebagai suatu pijaran dalam
rongga katode yang cekung. Suatu garis resonansi dipilih dari spektrum ini untuk
pengukuran serapan. Gas pengisi tertekan cukup rendah dan temperature cukup
rendah sehingga garis-garis spektrum pancaran dari lampu lebih sempit dari pada
garis serapan analit dalam nyala, tepatnya seperti yang kita kehendaki (R. A. Day,
1986).

Prinsip analisis dengan SSA adalah interaksi antara energi radiasi dengan atom unsur
yang dianalisis. Populasi atom pada tingkat dasar dikenakan seberkas radiasi maka
akan terjadi penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat dasar
tersebut. Penyerapan ini menyebabkan terjadinya pengurangan intensitas radiasi yang
diberikan. Pengurangan intensitas sebanding dengan jumlah atom yang berada pada
tingkat dasar tersebut (Riyanto, 2009).

Dalam aplikasinya pada bidang Teknik Lingkungan kadar logam sangat penting untuk
diketahui. Dengan adanya diketahui kadar logam dalam suatu perairan ataupun badan
air maka kita akan mengetahui kualitas air tersebut, dan memudahkan kita untuk
menentukan perlakuan pengolahan yang tepat pada air tersebut. Jika kadar logamnya
tinggi, dan kita ingin menjadikan air tersebut sebagai air baku untuk air minum,
tentunya kita akan melakukan pengolahan secara kimia. Dan sebaliknya jika kadar
logamnya tidak memlewati ambang baku mutu yang telah ditetapkan, maka kita tidak
perlu lagi melakukan pengolahan secara kimia untuk mengurangi konsentrasi
logamnya.

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
1. AAS/SSA (Spektofotometer Serapan Atom);
2. Labu ukur 100 ml 7 buah;
3. Pipet tetes;
4. Pipet takar 10 ml dan 5 ml;
5. Erlenmeyer 100 ml;
6. Corong;
7. Kertas saring;
8. Kompor listrik;
9. Cawan.

3.2 Bahan

1. Sampel destruksi yang kering;


2. Aquadest;
3. HNO3 pekat;
4. H2O2.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Analisa Logam Dalam Sampel Padat


1. Ambil sampel sebanyak 5 gr (timbang dalam neraca analitik);
2. Masukkan sampel dalam erlenmeyer 100 ml, tambahkan 5 ml HNO 3
pekat dan ancerkan hingga volumenya menjadi 50 ml;
3. Hidupkan kompor listrik dan panaskan selama 3 jam.
4. Saring sampel dalam labu ukur 50 ml. Bilas sampel dan masukkan air
bilasan tersebut dalam labu ukur hingga volumenya menjadi 50 ml;
5. Periksa absorbansi sampel dan masing-masing larutan standar
menggunakan SSA.

3.3.2 Analisa Sampel Dalam Air dan Limbah Cair


1. Ambil sampel 50 ml dan masukkan kedalam gelas piala 100 ml;
2. Tambahkan 5 ml asam nitrat pekat kemudian tutup gelas piala dengan
kaca arloji dan panaskan hingga volumenya menjadi setengah volume
semula;
3. Saring sampel dalam labu ukur 50 ml menggunakan kertas saring.
Bilas sampel dan masukkan air bilasan tersebut kedalam labu ukur
hingga volumenya menjadi 50 ml;
4. Periksa absorbansi sampel dengan menggunakan SSA.
3.3.3 Penentuan Kadar Air
1. Panaskan cawan kosong pada suhu 105˚C selama 1 jam.
1. Timbang cawan menggunakan neraca analitik, masukkan sampel
(berat awal);
2. Panaskan cawan yang berisi sampel selama 1 jam dan dinginkan;
3. Timbang kembali cawan berisi sampel menggunkan neraca analitik
(berat akhir);
4. Hitung kadar air sampel.

3.4 Rumus

1. Kadar logam = ppm dari kurva x (gr sampel/ml ekstrak) x FP


2. Regresi linear kurva
y = a + bx
 yi  xi 2    xi  xi yi 
a=
nxi   x i 
2 2

nxi yi   xi  yi 


b=
nxi   xi 
2 2

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Larutan Standar
No Konsentrasi (ppm) Absorban
1 0,0 0,000
2 0,5 0,138
3 1,0 0,235
4 2,0 0,319
5 3,0 0,398
6 5,0 0,620

Blank Digestion
Konsentrasi (ppm) Absorban
0,01

Sampel
No Sampel Konsentrasi (ppm) Absorban
1 Cair 5,15 0,658
2 Padat 0,075 0,246
4.2 Perhitungan
a. Pengenceran Larutan Standar
Diket : Konsentrasi larutan induk 1000 ppm (M1)
Ditanya : Volume larutan induk (V1) jika konsentrasi larutan standar
(M2) 100 ppm; 5,0 ppm; 3,0 ppm; 2,0 ppm; 1,0 ppm; 0,5 ppm
dan 0 ppm (aquadest); ke dalam labu 100 ml (V2).
Jawab :

Rumus Pengenceran M1. V1 = M2. V2

1. Pengenceran 1000 ppm ke 100 ppm (M2 = 100 ppm)


M1. V1 = M2. V2
100 ppm.V1 = 100 ppm . 100 ml
V1 = 10 ml
2. Pengenceran 100 ppm ke 5 ppm (M2 = 5 ppm)
M1. V1 = M2. V2
100 ppm.V1 = 5 ppm . 100 ml
V1 = 5 ml
3. Pengenceran 100 ppm ke 3 ppm (M2 = 3 ppm)
M1. V1 = M2. V2
100 ppm.V1 = 3 ppm . 100 mL
V1 = 3 ml
4. Pengenceran 100 ppm ke 2 ppm (M2 = 2 ppm)
M1. V1 = M2. V2
100 ppm. V1 = 2 ppm. 100 ml
V1 = 2 ml
5. Pengenceran 100 ppm ke 1 ppm (M2 = 1 ppm)
M1. V1 = M2. V2
100 ppm. V1 = 1 ppm. 100 ml
V1 = 1 ml
6. Pengenceran 100 ppm ke 0,5 ppm (M2 = 0,5 ppm)
M1. V1 = M2. V2
100 ppm . V1 = 0,5 ppm . 100 ml
V1 = 0,5 ml

b. Penentuan nilai rumus regresi linear

Konsentrasi
Absorban (yi) xi.yi xi2
(ppm) (xi)
0,0 0 0 0
0,5 0,138 0,069 0,25
1,0 0,235 0,235 1
2,0 0,319 0,638 4
3,0 0,398 1,194 9
5,0 0,62 3,1 25
Σ = 11,5 Σ = 1,71 Σ = 5,236 Σ = 39,25
Rumus Regresi Linear kurva :

y = a + bx

Keterangan :

y = Nilai Absorban

x = Konsentrasi Larutan (ppm)

 yi  xi 2    xi  xi yi 


a=
nxi   x i 
2 2

nxi yi   xi  yi 


b=
nxi   xi 
2 2

Masukkan nilai x dan y ke dalam persamaan agar didapat nilai a dan b


a (1,71)(39,25)-(11,5)(5,236)

(6)(39,25)-(11,5)2
(67,1175) – (60,214)

103,25
= 6,9035 / 103,25

= 0,067

b (6)(5,236)-(11,5)(1,71)

(6)(39,25)-(11,5)2

31,416 - 19,665

103,25

= 11,751 / 103,25

= 0,113

Jadi persamaan regresi linearnya :

y = 0,066 +0,113x
Dari perhitungan rumus regresi linear dan kurva kalibrasi yang telah dibuat,
didapatkan persamaan y = 0,067+0,11x

Maka dapat dihitung konsentrasi untuk sampel, yaitu :


1. Sampel Cair
Setelah diplotkan nilai absorban ke kurva, didapat konsentrasi sampel cair
sebesar 5,15 PPM

2. Sampel Padat
Absorban = Absorban padat – Blank Digestion
= 0,246 - 0,01

= 0,236

y = 0,067 + 0,236x
0,188 = 0,067 + 0,236x
-0,236x = 0,067 – 0,188
x = 1,5 ppm

3. Kadar Logam untuk Sanpel Padat

Kadar Logam = ppm terbaca pada grafik x mg sampel/ml ekstrak x FP


= 1,5 x (5/100) x 1
= 0,075 mg/l

4.3 Analisa
Setelah melakukan percobaan dan perhitungan terhadap data didapatkan
konsentrasi logam Zn pada sampel padat yaitu 0,075 ppm lebih rendah dari pada
sample cair 5,15 ppm. Angka yang diperoleh ini sebanding dengan kurva yang
terlihat pada perhitungan. Hubungan antara absorban dan konsentrasi berbanding
lurus.

Seng merupakan logam berat yang terdapat pada limbah cair industri karet. Seng
termasuk senyawa anorganik yang mempengaruhi sifat kimia pada karakteristik
limbah cair. Berdasarkan PP Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995
mengenai baku mutu air, batas kadar maksimum Zn yang dapat dibuang ke badan
air adalah 5 mg/l. Sampel cair yang digunakan adalah diambil dari limbah industri
karet yang memiliki kadar seng yang melampaui baku mutu sehingga masih bisa
tidak layak dialirkan atau dibuang ke badan air. Sedangkan berdasarkan Peraturan
yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, kadar maksimum Zn
dalam makanan adalah 5 ppm, jadi sampel padat yang berasal dari ikan sarden
ABC masih layak untuk dikonsumsi.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan :
1. Konsentrasi seng (Zn) pada sampel padat adalah 0,075 ppm;
2. Konsentrasi seng (Zn) pada sampel cair adalah 5,15 ppm;
3. Berdasarkan PP Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995 mengenai
baku mutu air, sampel cair yang berasal dari limbah industri karet tidak
bisa digunakan sebagai sumber air baku.
4. Berdasarkan peraturan ysng dikeluarkan oleh badan Pengawas Obat dan
Makanan, sampel padat yang berasal dari Sarden ABC layak untuk
dikonsumsi.

5.1 Saran
Adapun saran yang dapat praktikan berikan setelah melakukan percobaan ini
adalah :
1. Memahami prosedur percobaan, teliti saat melakukan pengenceran larutan
standar;
1. Perlu ada perhatian khusus dari pemerintah terhadap kualitas badan air ini,
karena badan air ini masih digunakan sebagai tempat pembuangan limbah
pabrik karet Lubuk Begalung. Tentunya dengan memperhatikan limbah-
limbah yang berasal dari pabrik karet tersebut, mix komersil dan yang paling
utama limbah industri yang masuk pada badan air air. Jika tidak diperhatikan
dari dini, tidak menutup kemungkinan kualitas badan air ini semakin buruk
termasuk bertambahnya kadar logamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G dan Sri Simestri. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional

R. A. Day, Jr dan Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

Anonymous A. 2010. http://wikipedia.org/logam.com. diakses 10 Maret 2010

Anonymous B. 2010. http://www. scribd.com. diakses tanggal 24 Maret 2011

Anonymous C. 2011. http://wikipedia.org/Seng.com. diakses 29 Maret 2011

Anda mungkin juga menyukai