Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN

(BESI DAN MANGAN)

NAMA : Siska Dwi Wahyuni


NIM : 104221009
KELOMPOK : 12

LABORATORIUM PENGUKURAN DAN KUALITAS LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2022/2023
BAB I

A. Tujuan
1. Mengukur konsentrasi besi dalam sampel air minimal 10
μg/L menggunakan metode spektrofotometri
phenantroline pada panjang gelombang 510 nm.
2. Mengukur konsentrasi mangan dalam sampel air minimal 210
μg/L menggunakan metode persulfate-spektrofotometri
pada panjang gelombang 510 nm.

B. Prinsip Dasar
Air adalah zat yang diperlukan untuk kepentingan hidup
semua mahluk hidup. Di kehidupa sehari-hari, air menjadi
kebutuhan primer untuk minum, masak, mandi sampai keperluan
industri. Kebutuhan air sangat penting untuk keberlangsungan
kehidupan dan mempertahankan hidup. Komposisi berat manusia
sekitar 70%-80% berat badan adalah air (Wulandari dan Wahyuni,
2018).
Pengukuran kadar besi (Fe) dengan minimum
pengukuran 10 μg/L secara spektrofotometri pada panjang
gelombang 510 nm berlandaskan pada standar pengujian Standard
Methods for the Examination of Water and Wastewater 18th
Edition yang dirilis oleh American Health Public Asscociation
(APHA). Pengujian kadar besi dilakukan menggunakan metode
spektrofotometri phenantroline. Ion besi yang bereaksi dengan
Ortho-phenantroline akan membentuk senyawa kompleks
bewarna merah yang bernama Fe(II)-phenantroline. Melaui
spektrofotometer, intensitas warna dapat diukur dan konsentrasi
sampel dapat dihitung melalui kurva kalibrasi (Sofiyah, 2021).
Pengukuran Mangan (Mn) pada konsentrasi minimal 210
µg/L dilakukan menggunakan metode metode persulfat-
spektrofotometri pada panjang gelombang 525 nm. Hal ini
berlandaskan pada sumber Standard Methods for the Examination
of Water and Wastewater 18th Edition yang dirilis oleh APHA.
Prinsip kerjanya adalah terjadinya oksidasi mangan dalam air oleh
persulfat dalam suasana asam dan panas membentuk MnO4- yang
berwarna merah (coklat). Metode ini memilikin kelemahan berupa
senyawa pengganggu khlorida (Cl-). Senyawa ini dapat bereaksi
dengan ion MnO4-, demikian juga dengan Nitrit dan senyawa
reduktor lain (Ernawati, ddk., 2021). Pengotor Cl- dapat dihilangkan
dengan melakukan penambahan AgNO3. AgNO3 dapat bereaksi
dengan Cl- dan akan membentuk endapan AgCl. AgNO3 berfungsi
sebagai katalis. Selain AgNO3, Cl- juga dapat dihilangkan dengan
penambahan HgSO4 sehingga terbentuk senyawa merkuri klorida.
C. Reaksi

a) Reduksi ion Fe3+ menjadi ion Fe2+ oleh Hidroksilamin-HCl

b) Reaksi ion Fe2+ dengan phenantroline

Reaksi antara larutan 1,10-phenantroline dan ion besi dalam sampel


membentuk senyawa kompleks Fe (II)-phenantroline :

1,10 −𝑝ℎ𝑒𝑛𝑎𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙𝑖𝑛𝑒 + 𝐹𝑒(𝑎𝑞) 2+ → 𝐹𝑒(𝐼𝐼)-𝑝ℎ𝑒𝑛𝑎𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙𝑖𝑛𝑒(𝑠)

c) Reaksi mangan deng persulfate


BAB II

A. Alat dan Bahan


1. Percobaan 1 (BESI)
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah labu
erlenmeyer 125 mL, pipet ukur 2 mL, pipet ukur 1 mL, pipet ukur 5
mL, labu ukur 1 L, labu ukur 100 mL, pipet tetes, gelas ukur 50 mL,
kuvet, dan spektrofotometer.
Kemudian, bahan yang digunakan adalah HCL pekat,
larutan Hidroksilamin 10%, Larutan buffer ammonium asetat,
larutan natrium asetat, larutan phenantroline, dan larutan
standar besi 200 mg/L (1 mL = 0,2 mg).

2. Percobaan 2 (MANGAN)
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah labu
erlenmeyer 125 ml, tabung nessler, pipet ukur 1 ml, labu ukur
1 L, labu ukur 100 ml, pipit tetes, gelas ukur 50 mL, kuvet, dan
spektrofotometer.
Kemudian, bahan yang digunakan adalah Asam Nitrat
pekat (HNO3), AgNO3 1/35,45 N, larutan standar Mn (1 mL =
0,11 mg), dan kristal (NH4)2S2O8.

B. Cara Kerja
1) Percobaan 1 (BESI)
1. Sebanyak 50 mL contoh air yang telah dikocok terlebih
dahulu, dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 125 mL.
2. Sebanyak 2 mL HCl pekat, 1 mL larutan hidroksil amin, dan
beberapa batu didih dididihkan sampai volume menjadi 20
mL.
3. Setelah didinginkan, cairan tersebut dipindahkan secara
kuantitatif ke dalam labu ukur 50 mL kemudian ditambah
10 mL larutan buffer ammonium asetat dan 4 mL larutan
phenantroline kemudian diencerkan dengan air bebas
mineral sampai tanda batas.
4. Cairan tersebut dikocok dan dibiarkan selama 25 menit
kemudian diukur intensitas warna merah yang terjadi
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 560
nm.
5. Untuk pembuatan kurva kalibrasi, dibuat sederetan larutan
standar besi dengan konsentrasi 0,01 – 0,10 mg/L
kemudian dilakukan prosedur yang sama seperti
pengerjaan untuk sampel air.
2) Percobaan 2 (MANGAN)
1. Sebanyak 50 mL air dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer.
Kemudian, sebanyak 2– 3 tetes HNO3 pekat ditambahakan
lalu larutan AgNO3 sebanyak 1/35,45 N yang banyaknya
sesuai dengan keperluan pada penetapan klorida
ditambahkan.
2. Cairan dipanaskan sampai mendidih, jika cairan tetap keruh
maka harus disaring. Kristal (NH4)2 S2O8 ditambahkan dan
dipanaskan lagi. Jika cairan berwarna merah muda atau
merah ungu maka contoh air tersebut mengandung Mn.
3. Pengukuran dengan spektrofotometer. Sampel cairan yang
berwarna merah dimasukkan dalam labu ukur 50 mL
kemudian ditambah air bebas mineral sampai tanda batas.
Intensitas warna merah dibaca dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 525 nm.
4. Untuk kalibrasinya dibuat sederetan larutan standar Mn
(KMnO4) dari 1– 15 mg/L kemudian diukur intensitas
masing-masing larutan standar Mn tersebut. Dibuat kurva
kalibrasi antara konsentrasi dengan absorbansi dan
ditentukan slope kemiringannya.
BAB III

A. Data Pengamatan
Pada pengujian besi nilai absorbansi sampel kelompok 12 adalah
0,610 Å dan nilai absorbansi untuk beberapa konsentrasi larutan
standar besi ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Absorbansi Larutan Standar Besi

Volume Larutan
Konsentrasi
Induk Besi 200 ppm Nilai Absorbansi(Å)
(ppm)
(mL)

Blanko 0 0
1 0,25 0,152
2 0,5 0,370
3 0,75 0,597
4 1 0,795
5 1,25 1,172
6 1,5 1,163
*note: pada kurva kalibrasi nilai absorbansi pada data ke 5 dan 6
diubah menjadi 0,987 dan 1,202 dari kelompok 14

Tabel 3.2 Data Sampel Absorbansi Larutan Standar Besi


Kelompok 12 0,610 (Å)
Kemudian kurva kalibrasi larutan standar besi yang dibuat
berdasarkan data pada tabel diatas ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 3.1 Grafik Konsentrasi Terhadap Adsorbansi Deret Standar


Besi

Pada pengujian mangan nilai absorbansi sampel kelompok 12


adalah 0,018 Å dan nilai absorbansi untuk beberapa konsentrasi
larutan standar mangan ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Absorbansi Larutan Standar Mangan

Konsentrasi Volume Larutan Induk


Nilai Absorbansi(Å)
(ppm) KMnO4 110 ppm (mL)

2,2 0,5 0,100


4,4 1 0,194
6,6 1,5 0,297
8,8 2 0,381
11 2,5 0,486
13,2 3 0,595

Tabel 3.4 Data Sampel Absorbansi Larutan Standar Mangan


Kelompok 12 0,018 (Å)

Kemudian kurva kalibrasi larutan standar mangan yang dibuat


berdasarkan data pada tabel diatas ditunjukkan pada gambar
berikut.

Gambar 3.2 Grafik Konsentrasi Terhadap Adsorbansi Deret Standar


KMnO4

B. Perhitungan
1. Menghitung Volume Larutan Induk Besi 200 ppm (mL)
Diketahui : V1= 50 mL
M1= 1 ppm
M2 = 200 ppm
Ditanya : V2 ?
Dijawab : M1V1=M2V2
(1 ppm)(50 mL) = (200 ppm) V2
V2 = 0,25 mL
2. Mencari Konsentrasi Sampel Besi Dari Regresi Linear
Diketahui :
Y = bx + a
Y = 0,2036x - 0,0247
R² = 0,9985
Keterangan :
Y = Adsorbansi (Å)
a =intercept (-0,0247)
b = slope (0,2036)
x = konsentrasi

Ditanya : Konsentrasi sampel x?

Dijawab : Konsentrasi sampel x = (adsorbansi-intercept)/slope


x = (0,610 Å - (-0,0247))/0,2036
x = 3,117 mg/l

3. Menghitung Volume Larutan Induk Mangan 110 ppm (mL)


Diketahui : V1= 25 mL
M1= 8,8 ppm
M2 = 110 ppm
Ditanya : V2 ?
Dijawab : M1V1=M2V2
(8,8 ppm)(25 mL) = (110 ppm) V2
V2 = 2 mL
4. Mencari Konsentrasi Sampel Mangan Dari Regresi Linear
Diketahui :
Y = bx + a
Y = 0,0445x - 0,0007
R² = 0,9993
Keterangan :
Y = Adsorbansi (Å)
a =intercept (-0,0007)
b = slope (0,0445)
x = konsentrasi

Ditanya : Konsentrasi sampel x?


Dijawab : Konsentrasi sampel x = (adsorbansi-intercept)/slope
x = (0,018 Å - (- 0,0007))/ 0,0445
x = 0,420 mg/l

B. Pembahasan

Berdasarkan percobaan pertama pada pengujian besi


dengan nilai sampel absorbansi kelompok 12 sebesar 0.610 Å
diperoleh regresi liniear seperti berikut Y = 0,2036x - 0,0247
R² = 0,9985. Dari data tersebut, konsentrasi sampel x yang
didapat adalah sebesar 3,117 mg/l. Akan tetapi, untuk
memeperoleh kurva kalibrasi yang akurat tersebut diperlukan
pergantian data ke-5 dan ke-6 pada tabel 3.1 dari kelompok 14.
Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya kegagalan
dalam regresi linearnya sehingga data yang didapatkan dapat
mendekati kebenaran. Berdasarkan kurva regresi linear pengujian
besi, nilai absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi
larutan besi. Semakin banyak kandungan konsentrasi besi, maka
data hasil absorbansi yang didapatkan juga akan semakin besar.
Secara umum, bentuk besi dalam air terdiri atas dua macam, yaitu
dalam bentuk ion Fe2+ (ferrous) yang larut air dan ion Fe3+ (ferric)
yang tidak larut air. Air yang tidak bewarna dan jernih umumnya
mengandung Fe2+ karena ion tersebut larut seluruhnya dalam air.
Air akan bewarna cokelat kemerahan ketika Fe2+ teroksidasi
menjadi Fe3+ karena ion besinya tidak larut. Berdasarkan
Permenkes nomor 32 tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk
Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua dan
Pemandian Umum, batas baku mutu kandungan besi pada air
bersih adalah 1 mg/l. Artinya, sampel air Universitas Pertamina
tidak melebihi ambang batas baku mutu tersebut dan masih layak
digunakan untuk keperluan higiene sanitasi, kolam renang, solus
per aqua dan pemandian umum.
Akan tetapi, berdasarkan Permenkes Nomor 492 Tahun
2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, batas maksimum
kandungan besi dalam air minum adalah adalah 0,3 mg/l. Dengan
demikian, sampel air Universitas Pertamina yang diuji telah
melewati ambang batas baku mutu kualitas air minum sehingga
tidak layak dijadikan sumber air minum. Kadar besi dalam air
minum yang melebihi baku mutu dapat menyebabkan dampak
negatif seperti membuat karat saluran pipa, membuat baju
terdapat noda cokelat. Adanya perkaratan pada saluran
perpipaan akibat kandungan besi yang berlebihan menyebabkan
air keran bewarna merah atau cokelat. Selain itu, kandungan besi
yang berlebih dapat mengakibatkan timbulnya iritasi pada mata
dan kulit dan jika kelarutan besi melebihi 10 mg/l dalam air, maka
dapat menimbulkan bau seperti telur busuk pada air. Illinois
Department of Public Health menyatakan bahwa terdapat
beberapa cara untuk mengatasi kandungan ferrous dan ferric
yang banyak dalam air. Cara tesebut antara lain aerasi, filtrasi
katalitik, penggunaan softener, ozonisasi, dan klorinasi.
Berdasarkan percobaan kedua pada pengujian mangan
dengan nilai sampel absorbansi kelompok 12 sebesar 0.018 Å
diperoleh regresi liniear seperti berikut Y = 0,0445x - 0,0007
R² = 0,9993. Dari data tersebut, konsentrasi sampel x yang
didapat adalah sebesar 0,420 mg/l. Berdasarkan kurva regresi
linear pengujian mangan, nilai absorbansi berbanding lurus
dengan konsentrasi larutan mangan. Semakin banyak kandungan
konsentrasi mangan, maka data hasil absorbansi yang didapatkan
juga akan semakin besar. Salah satu logam yang banyak ditemui
di kulit bumi adalah mangan. Kandungan mangan terbentuh
secara alami di tanah. Kehadiran mangan dalam air umumnya
diikuti oleh kehadiran besi. Berdasarkan Permenkes Nomor 492
Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, batas
maksimum kandungan mangan dalam air minum adalah 0,4 mg/l.
Berdasarkan Permenkes nomor 37 tahun 2017 untuk baku mutu
air bersih, kandungan masksimal mangan pada air adalah 0.5
mg/l. Dengan demikian, sampel air Universitas Pertamina yang
diuji telah melewati ambang batas baku mutu kualitas air minum
sehingga tidak layak dijadikan sumber air minum. Menurut WHO
(2011), kandungan konsentrasi mangan yang banyak dapat
mengakibatkan beberapa dampak negatif, seperti rasa air minum
menjadi aneh, pembentukan endapan hitam pada pipa air, dan
pembentukan stain pada fixture dan laundry. Selain itu, Mangan
dapat menyebabkan penyakit bronkitis, empoli paru, dan
parkinson, serta menyebabkan impotensi pada pria.
BAB IV

A. Kesimpulan
Konsentrasi besi yang terukur dalam sampel air minimal 10
μg/L menggunakan metode spektrofotometri phenantroline pada
panjang gelombang 510 nm adalah sebesar 3,117 mg/l. Kandungan
tersebut sudah melampaui ambang batas baku mutu kandungan besi
dalam persyaratan air minum sehingga sampel air tersebut tidak layak
dikonsumsi.
Konsentrasi mangan yang terukur dalam sampel air minimal
210 μg/L menggunakan metode persulfate-spektrofotometri pada
panjang gelombang 510 nm adalah 0,420 mg/l. Kandungan tersebut
sudah melampaui ambang batas baku mutu kandungan mangan dalam
persyaratan air minum sehingga sampel air tersebut tidak layak
dikonsumsi.

B. Saran
Satu hari sebelum praktikum hendaknya Asisten Praktikum
memberikan Video Tutorial Praktikum sesuai materi praktikum yang
akan dilaksanakan seperti saat praktikum online sehingga praktikan
sudah ada bayangan dan lebih memahami prosedur kerjanya, serta
supaya praktikum di hari-H tidak banyak mengulur waktu karena
banyak yang belum paham.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wulandari, T. dan Wahyuni, S. (2018). Analisis Kandungan


Fe(II) Air Selokan di Sekitar TPA II Kelurahan Karya Jaya Musi 2
Palembang dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal
Ilmu Kimia dan Lingkungan Vol. 2 No. 2: 15 – 21.
2. World Health Organization (WHO). (2011). Chloride in
Drinking-Water, Background document for development of
WHO Guidelines for Drinking- Water Quality. Geneva : WHO
Press.
3. Sofiyah, E. S., Rahman, A., dan Suryawan, I W. K. (2021). Modul
Praktikum Laboratorium Lingkungan. Jakarta : Universitas
Pertamina.
4. Illinois Departement of Public Health. Iron in Drinking Water.
Diakses pada8 Maret 2020, dari www.idph.state.il.us
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017.
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam
Renang, Solus per Aqua, dan Pemandian Umum. 31 Mei
2017. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
864. Jakarta. Diakses pada 29 Oktober 2021 dari
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_N
o._32_ttg_Standar_Baku_Mutu_Kesehatan_Air_Keperluan_Sani
tasi,_Kolam_Renang,_Solus_Per_Aqua_.pdf
6. Ernawati, Ni Made dan I Wayan Restu. (2021). Kondisi
Parameter Fisika Dan KimiaPerairan Teluk Benoa, Bali. Bali :
Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai