Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN

FOSFAT DAN AMONIA

NAMA : Siska Dwi Wahyuni


NIM : 104221009

KELOMPOK : 12

LABORATORIUM PENGUKURAN DAN KUALITAS LINGKUNGAN PROGRAM


STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2022/2023
BAB I

A. Tujuan
1. Menentukan kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam
askorbat dalam sampel air pada kisaran kadar 0,01 mg P/L sampai
dengan 1,0 mg P/L pada panjang gelombang 880 nm.
2. Menentuan kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat
dalam contoh air dan air limbah pada kisaran kadar 0,1 mg/L
sampai dengan 0,6 mg/L NH3-N pada panjang gelombang 640 nm.

B. Prinsip Dasar
Air adalah zat yang memiliki peran penting dalam
menunjang kehidupan makhuk hidup. Air merupakan salah satu
senyawa kimia yang banyak ditemui di lingkungan tempat tinggal
mahluk hidup. Kebutuhan pemasokan air semakin meningkat setiap
tahunnya sebanding dengan bertambahnya populasi manusia
pembangunan, dan aktivitas manusia lainnya. Aktivitas-aktivitas
manusia menjadi sumber-sumber pencemaran air sungai dan
peningkatan beban pencemaran, seperti limbah industri, limbah
rumah tangga, dan limbah pertanian. Banyaknya aktivitas manusia
tidak jarang menghasilkan sampah dan limbah yang dapat
mencemari lingkungan dan menurunkan kualitas air.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 02 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
di Provinsi Jawa Timur, sumber air baku air minum harus memenuhi
baku mutu air kelas I (Listantia, 2020). Penurunan kualitas air dapat
menurunkan daya dukung, hasil guna, produktivitas, daya guna,
dan daya tampung sumber daya air sehingga akan berdampak pada
degradasi kekayaan Sumber daya Alam (SDA) (Ngibad, 2019).
Amonia (NH3) merupakan zat yang umum ditemui dalam
air atau perairan karena amonia dieksresikan oleh makhluk hidup
melaui urin dan tinja. Kandungan amonia yang tinggi bersifat racun
sehingga perlu diukur konsentrasinya agar pencemaran amonia
dapat dikontrol dan diatasi. Pengukuran kadar amonia dapat
dilakukan menggunakan dua metode. Metode pertama ialah
menggunakan metode spektrofotometri secara fenat. Prinsip
pengujian metode ini adalah amonia akan bereaksi dengan
natrium hipoklorit membentuk senyawa kloramin. Senyawa
kloramin kemudian akan direaksikan dengan reagen fenolat
sehingga membentuk senyawa monoklor kuinon. Monoklor kuinon
akan bereaksi kembali dengan sisa fenolat dan membentuk
senyawa indofenol yang bewarna biru. Intensitas warna biru t akan
diukur menggunakan spektrofotometer (Patri, 2018).
Metode pengujian kedua adalah menggunakan metode
Nessler. Pada metode ini, sampel direaksikan dengan reagen
Nessler atau kalium tetraiodo merkurat (HgI4K2) dalam suasana
basa. Reagen Nessler akan bereaksi dengan amonia apabila dalam
sampel terkandung amonia sehingga dapat membentuk dispersi
koloid berwarna kuning cokelat pada larutan sampel. Jika tidak
bewarna kuning cokelat, maka sampel tidak mengandung amonia.
Intensitas warna cokelat kuning iukur menggunakan
spektrofotomer (Patri, 2018).
Pada pengukuran kadar fosfat pada sampel digunakan
metode spektrofotometri menggunakan senyawa asam askorbat.
Prosedur pengujian mengacu pada SNI 06- 6989.31-2005 tentang
Air dan Limbah – Bagian 31 : Cara Uji Kadar Fosfat dengan
Spektrofotometer secara Asam Askorbat. Senyawa ortofosfat akan
bereaksi dengan ammonium molibdat dan kalium antimonil tartrat
pada suasana asam dan membentuk senyawa fosfomolibdat.
Selanjutnya fosfomolibdat di reduksi dengan asam askorbat
membentuk senyawa kompleks molibden yang bewarna biru.
Penentuan kadar fosfat dilakukan pada sampel air dan air limbah
pada panjang gelombang 880 nm.
Fosfat, (PO4 3-) merupakan anion yang biasa terkandung
dalam air limbah domestik dan digunakan sebagai parameter
kualitas air dan air limbah. Secara alami, sebagian besar fosfat di
air dan air limbah berbentuk ortofosfat. Pengujian ortofosfat dapat
dilakukan menggunakan metode spektrofotometri secara asam
askorbat. Prinsip pengujian metode ini adalah ortofosfat
direaksikan dengan ammonium molidbat dan kalium antimonil
tartrat sehingga membentuk kompleks ammonium fosfomolibdat
bewarna kuning. Kompleks ini kemudian direduksi oleh asam
askorbat dan membentuk kompleks molibden bewarna biru.
Intensitas warna biru akan diukur mengggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 880 nm dengan
rentang kadar sekitar 0.01 mgP/L hingga 1 mgP/L (Listantia, 2020).
C. Reaksi
1.Pengujian kadar fosfat dengan spektrofotometri dengan
menggunakan asam askorbat
a. Pembentukan asam fosfomolibdat

b. Pembentukan fosfomolibdenum biru

2. Pengujian kadar amonia secara spektrofotometer menggunakan


senyawa Fenat

a. Reaksi NH3/NH4+ dengan sodium hipoklorit

b. Reaksi Fenol dengan mono-chloroamina membentuk senyawa


biru indofenol
BAB II

A. Alat dan Bahan


1. Percobaan 1 (FOSFAT)
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
spektrofotometer, timbangan analitik, erlenmeyer 125 mL, labu
ukur 100 mL, 250 mL dan 1000 mL, gelas ukur 25 mL dan 50 mL,
pipet ukur 10 mL, pipet volumetrik 2 mL, 5 mL, 10 mL, 20 m, dan
25 mL, gelas piala 1000 mL, dan pipet tetes.
Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
Larutan asam sulfat (H2SO4) 5N, Larutan kalium antimonil tartrat
(K(SbO)C4H4O6.½ H2O), Larutan amonium molibdat
((NH4)6Mo7O24.4H2O), Larutan asam askorbat (C6H8O6) 0,1 M,
Larutan campuran dan Kalium dihidrogen fosfat anhidrat
(KH2PO4).
2. Percobaan 2 (AMONIA)
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
spektrofotometer, timbangan analitik,erlenmeyer 50 mL, labu ukur
100 mL, 500 mL dan 1000 mL, gelas ukur 25 mL, pipet volumetrik
1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL dan 5,0 mL, pipet ukur 10 mL dan 100 mL,
dan gelas piala 1000 mL.
Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
Amonium klorida (NH4Cl), Larutan fenol (C6H5OH), Natrium
nitroprusida (C5FeN6Na2O) 0,5%, Larutan alkalin sitrat
(C6H5Na3O7), Natrium hipoklorit (NaClO) 5%, Larutan
pengoksidasi Campur 100 mL larutan alkalin sitrat dengan 25 mL
natrium hipoklorit.

B. Cara Kerja
1. Percobaan 1 (FOSFAT)
1) Contoh uji dipipet 50 mL secara duplo dan masukkan
masing-masing ke dalam erlenmeyer.
2) Indikator fenolftalin ditambahkan 1 tetes. Jika terbentuk
warna merah muda, tambahkan tetes demi tetes H2SO4 5N
sampai warna hilang.
3) Larutan campuran ditambahkan 8 mL dan dihomogenkan.
4) Lalu dimasukkan ke dalam kuvet pada alat
spektrofotometer, baca dan catat serapannya pada
panjang gelombang 880 nm dalam kisaran waktu antara 10
menit sampai 30 menit.Nilai pembacaan dicatat tanpa
mengangkat termometer terlebih dahulu dari sampel.

2. Percobaan 2 (AMONIA)
A. Pembuatan Kurva Kalibrasi
1) Alat spektrofotometer dioptimalkan sesuai dengan
petunjuk alat untuk pengujian kadar amonia.
2) Larutan kerja dipipet 25 mL dan masukkan masing-masing
ke dalam erlenmeyer.
3) Larutan fenol ditambahkan 1 mL dan dihomogenkan.
4) Natrium nitroprusid ditambahkan 1 ml, dihomogenkan.
5) Larutan pengoksidasi ditambahkan 2,5 ml, dihomogenkan.
6) Erlenmeyer tersebut ditutup dengan plastik atau parafin
film.
7) Dibiarkan selama 1 jam untuk pembentukan warna.
8) Dimasukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer,
baca dan catat serapannya pada panjang gelombang 640
nm.
9) Kalibrasi dari data 8) di atas dibuat kurva dan persamaan
garis lurusnya ditentukan

B. Pengujian
1) Contoh uji dipipet 25 ml dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 50 mL.
2) 1 mL larutan fenol ditambahkan, dihomogenkan.
3) Natrium nitroprusid ditambahkan 1 mL, dihomogenkan.
4) Larutan pengoksidasi ditambahkan 2,5 mL, dihomogenkan.
5) Erlenmeyer tersebut ditutup dengan plastik atau parafin
film.
6) Dibiarkan selama 1 jam untuk pembentukan warna.
7) Dimasukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer,
dibaca dan dicatat serapannya pada panjang gelombang
640 nm.
BAB III

A. Data Pengamatan
Pada pengukuran uji kadar fosfat dengan spektrofotometer
secara asam askorbat didapatkan hasil Absorbansi Deret Larutan
Standar seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 3.1 Hasil Absorbansi Deret Larutan Standar Fosfat

Konsentrasi
Vol. larutan induk Absorbansi
larutan standar
fosfat (ml) (Å)
(ppm)
Blanko 0 0
1 0,2 0,121
2 0,4 0,254
4 0,8 0,481
5 1 0,617
Dalam pengukuran kadar fosfat, sampel air memiliki nilai
absorbansi sebesar 0,475 Å.
Tabel 3.2 Hasil Absorbansi Sampel Pengujian Fosfat
Absorbansi
Kelompok Sampel
12 0,475 Å
Berdasarkan data tersebut dibuat kurva kalibrasi larutan standar
fosfat yang ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 3.1 Grafik Konsentrasi Terhadap Absorbansi (Fosfat)


Pada pengukuran uji kadar amonia dengan spektrofotometer
secara fenat didapatkan hasil Absorbansi Deret Larutan Standar
seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 3.3 Hasil Absorbansi Deret Larutan Standar Amonia

Konsentrasi
Vol. larutan induk Absorbansi
larutan standar
amonia yang (ml) (Å)
(ppm)
Blanko 0 0
1 0,1 0,108
2 0,2 0,269
3 0,3 0,376
5 0,5 0,621
Dalam pengukuran kadar fosfat, sampel air memiliki nilai
absorbansi sebesar 0,144Å.
Tabel 3.4 Hasil Absorbansi Sampel Pengujian Amonia
Absorbansi
Kelompok Sampel
12 0,144Å
Berdasarkan data tersebut dibuat kurva kalibrasi larutan standar
amonia yang ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 3.2 Grafik Konsentrasi Terhadap Absorbansi


(Amonia)

B. Perhitungan
1. Fosfat
a) Mencari volume larutan induk
M1V1 = M2V2
10 ppm x V1 = 0,1ppm x 100 mL
V1 = 1 mL
b) Mencari Konsentrasi sampel Fosfat
y = 0,6113x + 0,0012
R² = 0,9993
Keterangan :
y= absorbansi (0,475 Å)
a =intercept (0,0012)
b = slope (0,6113)

Konsentrasi sampel (x) = (absorbansi-intercept): slope


= (0,475 - 0,0012) : 0,6113
= 0,775 ppm
= 0,775 mg/L
Kadar fosfat = c x fp
= 0,775 mg/L x 2
= 1,55 mgP/L

2. Amonia
a) Mencari volume larutan induk
M1V1 = M2V2
10 ppm x V1 = 0,2 ppm x 50 mL
V1 = 1 mL
b) Mencari Konsentrasi sampel Amonia
y = 1,2542x - 0,0011
R² = 0,9972
Keterangan :
y= absorbansi (0,144 Å)
a =intercept (-0,0011)
b = slope (1,2542)

Konsentrasi sampel (x) = (absorbansi-intercept): slope


= (0,144 - (-0,0011)) : 1,2542
= 0,116 ppm
= 0,116 mg/L
Kadar amonia = c x fp
= 0,116 mg/L x 1
= 0,116 mgN/L

C. Pembahasan
Dari hasil praktikum pengujian fosfat diperoleh nilai absorbansi
sampel sebesar 0.475 Å. Konsentrasi fosfat yang terdapat pada sampel
diperoleh menggunakan kurva kalibrasi pengukuran standar fosfat.
Standar yang digunakan terdiri dari 4 konsentrasi berbeda yaitu 0,2
ppm, 0,4 ppm, 0,8 ppm, dan 1 ppm. Berdasarkan kurva kalibrasi
diperoleh nilai persamaan : y = 0,6113x + 0,0012 dengan nilai R² =
0,9993. Melalui data tersebut, diperoleh nilai konsentrasi fosfat pada
sampel sebesar 1,55 mgP/L. Berdasarkan KepMen LH
No.51/MENLH/2004, batas maksimal kandungan fosfat dalam air yang
adalah sebesar 0,015 mg/L. Menurut baku mutu PP RI No. 82 Tahun
2001, konsentrasi fosfat pada sampel air bersih cenderung meningkat
sehingga tidak memenuhi baku mutu. Secara umum, dalam sistem air
fosfat ditemukan dalam bentuk ion bebas. Fosfat dapat ditemuykan
dalam dua bentuk, yaitu bentuk organik (fosfor yang terikat secara
organik) dan bentuk anorganik (termasuk ortofosfat dan polifosfat).
Penyebab tingginya kadar fosfat di perairan adalah adanya limbah
domestik yang terdapat kandungan detergen. Ion fosfat merupakan
salah satu penyusun detergen. Oleh karena itu, adanya detergen dalam
perairan mampu meningkatkan kadar fosfat.
Dalam perairan, Kandungan fosfat tidak memiliki dampak
langsung kepada manusia maupun hewan, tetapi jika manusia dan
hewan tersebut mengonsumsi makanan yang tercemar fosfat secara
terus menerus maka akan mengakibatkan masalah pencernaan.
(Limbah domestik pada umumnya mengandung detergen karena pada
setiap rumah terdapat kegiatan mencuci. Senyawa fosfat dalam
peraiiran selalu dalam bentuk terlarut, tersuspensi, atau terikat di
dalam sel organisme di air. Kandungan fosfat yang banyak dapat
memicu terjadinya peningkatan laju pertumbuhan tanaman air,
perubahan komposisi biota air, dan alga planktonik yang dapat
menghasilkan xonobiotik yang berbahaya (Listantia, 2020).
Pada pengujian kadar fosfat, fungsi dari pereaksian amonium
molibdat dan kalium antimonil tartrat dengan ortofosfat adalah untuk
memebentuk asam fosfomolibdat yang berwarna kuning. Pembentukan
senyawa kompleks kuning berlangsung dalam suasana asam sehingga
perlu ditambahkan H2SO4. Kemudian, fungsi dari asam askorbat adalah
untuk mereduksi asam fosfomolibdat dan menghasilkan kompleks biru
molibden. Prosedur pengujian ini berlandaskan SNI 6989.31-2005
tentang Air dan Air Limbah – Bagian 31 : Cara Uji Kadar Fosfat Dengan
Spektrofotometer Secara Asam Askorbat. Kisaran kadar fosfat yang
diukur sebesar 0,01-0,1 mgP/L.
Dari hasil praktikum pengujian amonia diperoleh nilai absorbansi
sampel sebesar 0.144 Å. Konsentrasi amonia yang terdapat pada
sampel diperoleh menggunakan kurva kalibrasi pengukuran standar
amonia. Standar yang digunakan terdiri dari 4 konsentrasi berbeda
yaitu 0,1 ppm, 0,2 ppm, 0,3 ppm, dan 0,5 ppm. Berdasarkan kurva
kalibrasi diperoleh nilai persamaan : y = 1,2542x - 0,0011 dengan nilai
R² = 0,9972. Melalui data tersebut, diperoleh nilai konsentrasi fosfat
pada sampel sebesar 0,116 mgN/L. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan PengendalianPencemaran Lingkungan, batas amonia pada kelas
1 dalam air sungai yaitu < 0,5mg/L sehingga hasil pengujian pada
sampel air bersih masih memenuhi baku mutu. Baku mutu kelas 1
adalah air yang digunakan untuk air baku air minum atau kegunaan lain
yang mempersyarakatkan mutu air yang sama.
Kadar amonia diuji menggunakan spektrofotometer secara fenat
pada panjang gelombang 640 nm. Penggunaan natrium nitroprusida
pada pengujian ini adalah sebagai katalis. Reaksi amoniak dengan
hipoklorit dan fenol yang dikatalis oleh natrium nitroprusida akan
membentuk warna biru indofenol. Metode fenat merupakan metode
yang mengubah larutan sampel berkonsentrasi amonium menjadi
menjadi amoniak melalui penambahan larutan natrium hidroksida
(NaOH) (Fitriani, 2010). Pada pengujian ini, fenat digunakan untuk
membentuk kloroamin (NH2Cl) menjadi p-quinion kloramin yang
kemudian akan bereaksi dengan fenol sisa dan akan membentuk
senyawa indofenol. Kelebihan metode fenat adalah mempunyai
keakuratan yang tinggi dalam pembacaan dan waktunya juga lebih
efesien dibandingkan dengan metode titrasi. Lalu, kekurangan dari
metode ini adalah pereaksi pewarna kompleks kurang stabil, bahan
kimia digunakan sebagai pereaksi mahal dan banyak, volume
sampelnya banyak sehingga memproduksi limbah yang cukup banyak
(Ngibad, 2019).
Penyebab terjadinya pencemaran amonia dalam perairan adalah
lahan di sekitarnya mengandung urea . Umumnya, urea yang larut
dalam perairan ini bersal dari hasil sisa penggunaan pupuk di bidang
pertanian. Selain itu, amonia juga berasal dari kotoran dan urine
makhluk hidup. Urea dalam tanah akan dihidrolisa oleh enzimurease
menjadi amonium karbonat dengan cepat sehingga dapat
meningkatkan kadar amonium dalam perairan. Kandungan ammonia
(NH3) yang tinngi dapat menyebakan pertumbuhan organisme akuatik
menjadi terhambat dan juga dapat menyebabkan kematian karena
senyawa tersebut mengganggu prose pengikatan oksigen di dalam
darahkemudian mengubah pH darah dan memberi pengaruh pada
proses enzimatik dan stabilitas membran organisme akuatik (Patri,
2018).
BAB IV

A. Kesimpulan
Besar kadar fosfat yang ditentukan dengan spektrofotometer
secara asam askorbat dalam sampel air pada kisaran kadar 0,01 mg
P/L sampai dengan 1,0 mg P/L pada panjang gelombang 880 nm
adalah 1,55 mgP/L. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
PengendalianPencemaran Lingkungan, hasil tersebut tidak memenuhi
baku mutu.
Besar kadar amonia yang ditentukan dengan spektrofotometer
secara fenat dalam contoh air dan air limbah pada kisaran kadar 0,1
mg/L sampai dengan 0,6 mg/L NH3-N pada panjang gelombang 640
nm adalah 0,116 mgN/L. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
PengendalianPencemaran Lingkungan, hasil tersebut masih
memenuhi baku mutu.

B. Saran
Satu hari sebelum praktikum hendaknya Asisten Praktikum
memberikan Video Tutorial Praktikum sesuai materi praktikum yang
akan dilaksanakan seperti saat praktikum online sehingga praktikan
sudah ada bayangan dan lebih memahami prosedur kerjanya, serta
supaya praktikum di hari-H tidak banyak mengulur waktu karena
banyak yang belum paham.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, Haspiadi dan Kurniawaty. (2010). Pengaruh Penambahan Sodium


Hipoklorit dalam Analisis Amonia Air Secara Fenat. Jurnal Riset Teknologi
Industri (JRTI), 4(8), 20-26

Listantia, Nora. (2020). Analisis Kandungan Fosfat PO4 3- dalam Air Sungai
Secara Spektrofotometri dengan Metode Biru-Molibdat. SainsTech
Innovation Journal, Volume 3, Nomor 1: 59-65.

Ngibad, Khoirul. (2019). Penentuan Konsentrasi Ammonium dalam Air Sungai


Pelayaran Ngelom. Journal of Medical Laboratory Science Technology,
Volume 2, Nomor 1: 37-42

Patri, M. Y. (2018). Penentuan Kadar Amonia (NH3) pada Limah Cair K-36 dalam
Rangka Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Alkimia: Jurnal Ilmu
Kimia dan Terapan, Volume 2, Nomor 2: 32-36

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017. Standar Baku Mutu


Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus per Aqua, dan Pemandian Umum.
31 Mei 2017. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 864.
Jakarta. Diakses pada 2 November 2021 dari
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._32_ttg_St
andar_Baku_Mutu_Kesehatan_Air_Keperluan_Sanitasi,_Kolam_Renang,
_Solus_Per_Aqua_.pdf

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

SNI 06-6989.30-2005 tentang Air dan Air Limbah – Bagian 30: Cara Uji Kadar
Amonia dengan Spektrofotometer secara Fenat. Badan Standarisai
Nasional. Jakarta. Diakses 4 November 2021 dari
http://sainstkim.teknik.ub.ac.id/wp content/uploads/2016/12/SNI_06-
6989_1_.30-2005-Uji_Amonia_Fenat.pdf

SNI 06-6989.31-2005. Air dan Air Limbah – Bagian 31: Cara Uji Kadar Fosfat
dengan

SNI 19-1655-1989 tentang Metode Pengujian Kadar Amonium dalam Air dan Air

Spektrofotometer secara Asam Askorbat. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.


Buangan dengan Alat Spektrofotometer secara Nessler. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta. Diakses 4 November 2021 dari
https://pustaka.pusair pu.go.id/index.php?p=fstreampdf&fid=169&bid=
353 .Diakses 2 November 2021 dari https://docplayer.info/42005917-
Air-dan-air-limbah bagian-31-cara-uji-kadar-fosfat-dengan-
spektrofotometer-secara-asam askorbat.html

Anda mungkin juga menyukai