Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum ke- 7 Hari/Tanggal :Sabtu/ 30 April 2016

M.K Kualitas Air dan Tanah Asisten : Aryudi Adha


Faisal Rahmawan
Raafi Andiena Amalia

ANALISA NITROGEN (AMONIA DAN NITRIT)

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Dinda Riani Fathona (J3W215014)


Nailin Nadhriyah (J3W215007)
Kharisma Dewi (J3W215040)
Mastoni (J3W415041)
Peru Tobing (J3W215034)
Muhammad Alfath (J3W215019)

PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN


PENGEMBANGAN MASYRAKAT PERTANIAN
DIREKTORAT PROGAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Nitrogen di perairan terdapat dalam bentuk gas N2, NO2-, NO3-, NH3 dan
+
NH4 serta sejumlah N yang berikatan dalam organik kompleks (Haryadi 2003).
Sumber nitrogen terbesar berasal dari udara, sekitar 80% dalam bentuk nitrogen
bebas yang masuk melalui sistem fiksasi biologis dalam kondisi aerobik.
Keberadaan nitrogen di perairan dapat berupa nitrogen anorganik dan organic
(Chester 1990). Nitrogen anorganik terdiri atas ion nitrit (NO2-), ion nitrat (NO3-),
ammonia (NH3), ion ammonium (NH4+) dan molekul N2 yang larut dalam air,
sedangkan nitrogen organik berupa protein, asam amino dan urea akan
mengendap dalam air.
Amonia merupakan hasil katabolisme protein yang diekskresikan oleh
organisme dan merupakan salah satu hasil dari penguraian zat organik oleh
bakteri. Amonia di dalam air terdapat dalam bentuk tak terionisasi (NH3)
atau bebas, dan dalam bentuk terionisasi (NH4) atau ion amonium (Dinas
Perikanan 1997 dalam Umroh 2007). Sumber ammonia pada wadah budidaya
berasal dari limbah metabolisme ikan dan sisa pakan yang tidak dimakan.
Keberdaan NH3 diperairan sangat dihindari karena bersifak toksik. Menurut
Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 NH3 dalam media budi daya harus lebih
rendah dari 0,5 mg/L.
Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat
(nitrifikasi) dan antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi). Nitrit adalah
komponen yang mengandung nitrogen berikatan dengan dua atom oksigen. Proses
dimulai dari bahan/material yang mengandung Nitrogen oleh mikroorganisme
dirubah menjadi amoniak (NH4), kemudian akan mengalami oksidasi menjadi
nitrit (NO2-), selanjutnya ion nitrit tersebut akan mengalami oksidasi lagi menjadi
nitrat (NO3-) yang relatif memiliki ikatan kimia lebih stabil. Dalam media budi
daya kadar nitrit harus lebih rendah dari 0,06 mg/L.

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara mengukur amonia dan nitrit,
mengetahui batas optimum amonia dan nitrit, dan mengetahui faktor- faktor yang
mempengaruhi amonia dan nitrit.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 April 2016. Pengujian
dilaksanakan di Laboratorium Kimia GG KIM 03, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu labu ukur, pipet,
spektrofotometer, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu air
sampel, larutan Nessler, larutan buffer Na- Asetat, larutan asam sulfanilik, larutan
naftilamin hidroksida, larutan NH4 Cl (100 ppm), larutan NaNO2 (10 ppm), dan
aquades.
Prosedur Kerja
Pengujian TAN
Sebanyak 25 ml air sampel dituangkan ke dalam labu ukur. Menambahkan
1 ml Nessler lalu dihomogenkan dan didiamkan 10 menit. Setelah itu sampel
dimasukkan ke dalam spektrofotometer dengan panjang gelombang 410 nm. Nilai
yang tertera pada alat dicatat sebagai nilai abs sampel. Dengan prosedur yang
sama, membuat larutan standar TAN menggunakan larutan NH4 Cl dan blanko
TAN menggunakan aquades. Mencatat nilai abs larutan standar dan abs blanko.

Pengujian Nitrit
Sebanyak 50 ml air sampel dituangkan ke dalam labu ukur. Menambahkan
1 ml asam sulfanilik dan didiamkan selama 10 menit. Setelah itu menambahkan 1
ml naftilamin hidroksida dan 1 ml buffer Na- Asetat lalu sampel didiamkan
kembali selama 10 menit. Sampel dimasukkan ke dalam spektrofotometer dengan
panjang gelombang 510 nm. Nilai yang tertera pada alat dicatat sebagai nilai abs
sampel. Dengan prosedur yang sama, membuat larutan standar nitrit
menggunakan larutan NaNO2 dan blanko nitrit menggunakan aquades. Mencatat
nilai abs larutan standar dan abs blanko.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Berikut merupakan tabel hasil uji TAN dan nitrit pada beberapa sampel air
:
Tabel 1 Hasil Uji TAN dan Nitrit
Kelompok Sampel TAN (mg/L) Nitrit (mg/L)
1 Kolam Gurame Inlet 0,02 0,006
2 Kolam Gurame Outlet 0,02 0,01
3 Kolam Nila Inlet 0,083 0,2
4 Kolam Nila Outlet 0,06 0,02
5 Kolam Udang Vaname Inlet 0,03 0,02
6 Kolam Udang Vaname Outlet 0,02 0,01

Berdasarkan tabel diatas, TAN kolam gurame inlet adalah 0,02 mg/L dan
nitrit 0,006 mg/L. TAN kolam gurame outlet adalah 0,02 mg/L dan nitrit 0,01
mg/L. TAN kolam nila inlet adalah 0,083 mg/L dan nitrit 0,2 mg/L. TAN kolam
nila outlet adalah 0,06 mg/L dan nitrit 0,02 mg/L. TAN kolam udang vaname inlet
adalah 0,03 mg/L dan nitrit 0,02 mg/L. Dan TAN kolam udang vaname outlet
adalah 0,02 mg/L dan nitrit 0,01 mg/L.

Pembahasan

Amonia merupakan hasil katabolisme protein yang diekskresikan oleh


organisme dan merupakan salah satu hasil dari penguraian zat organik oleh
bakteri. Amonia di dalam air terdapat dalam bentuk tak terionisasi (NH3)
atau bebas, dan dalam bentuk terionisasi (NH4) atau ion amonium (Dinas
Perikanan 1997 dalam Umroh 2007).
Faktor yang memengaruhi keberadaan amonia dalam wadah budi daya adalah
kotoran padat dan sisa makanan yang tidak termakan adalah bahan organik
dengan kandungan protein tinggi. Bahan organik ini selanjutnya akan
diuraikan menjadi polipeptida, asam-asam amino dan akhirnya menjadi
amonia sebagai produk akhir. Menurut Silaban et al (2012) kualitas air
pemeliharaan dapat menurun dengan cepat karena sisa pakan, feses dan buangan
metabolit.
Amonia sangat penting dalam budidaya, amonia dalam bentuk amonium
dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan air melalui proses asimilasi dan
digunakan sebagai sumber energi oleh mikroorganisme nitrifikasi dalam
oksidasi amonia menjadi NO2 kemudian dilanjutkan menjadi NO3. Nitrat
selanjutnya dapat diserap oleh tumbuhan air. Akan tetapi kadar amonia yang
terlalu tinggi berpengaruh negatif terhadap kehidupan organisme akuatik.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 menyatakan bahwa NH3
dalam wadah budidaya perairan tidak lebih dari 0,5 mg/L. Mengetahui kadar
amonia dalam suatu perairan dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri
yaitu pengukuran dengan menggunakan panjang gelombang tertentu.
Berdasarkan hasil pengukuran pada kolam nila inlet kandungan amonia yang
terdapat pada wadah budi daya nila inlet sebesar 0,083 mg/L. Pada kadar amonia
0,083 mg/L, diduga air pada wadah budi daya tersebut masih berada pada kadar
normal sehingga kadar ammonia di perairan tersebut masih dapat ditoleransi oleh
biota akuatik di dalamnya dan pada kadar tersebut air dalam wadah budi daya
tidak mengandung zat toksik yang dapat membahayakan ikan budi daya di kolam
tersebut.
Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat
(nitrifikasi) dan antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi). Nitrit adalah
komponen yang mengandung nitrogen berikatan dengan dua atom oksigen.
Diperairan alami kandungan nitrit berda dalam jumlah yang sedikit, karena tidak
stabil dengan keberadaan oksigen. Kadar nitrit dalam perairan budi daya menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 harus lebih rendah dari 0,06 mg/L.
Faktor yang memengaruhi kadar nitrit dalam perairan salah satunya adalah
bahan organik. Diantaranya penguraian bahan organik oleh mikroorganisme
memerlukan oksigen dalam jumlah yang banyak. Oksigen tersebut berasal dari
oksigen bebas (O2), namun bila oksigen tersebut tidak cukup maka oksigen
tersebut diambil dari senyawa nitrat yang pada akhirnya senyawa nitrat berubah
menjadi senyawa nitrit (Hutagalung dan Rozak 1997).
Kadar nitrit yang tinggi akan berdampak pada keberadaan oksigen dalam
perairan. Jika kadar nitrit tinggi mengakibatkan terganggunya proses pengikatan
oksigen oleh hemoglobin darah pada ikan. Sehingga darah tidak mengikat oksigen
melainkan nitrit yang mengikat darah. Hal ini menyebabkan nitrit mengoksidasi
Fe2+ yang menimbulkan penyakit methemoglobinemia pada ikan atau disebut
penyakit darah cokelat.
Pada praktikum kali ini kadar nitrit kolam nila inlet sebesar 0,2 mg/L
sedangkan batas optimum nitrit adalah 0,06 mg/L. Diduga perairan pada wadah
budi daya bersifat masam dan nitrit dapat bersifat lebih toksik. Kondisi perairan
yang masam menyebabkan H+ mengikat nitrit dan menghasilkan HNO2 sehingga
bersifat lebih berbahaya bagi ikan.
Jika kandungan nitrit dan amonia dalam perairan budi daya melebihi batas
optimum, akan menimbulkan beberapa penyakit diantaranya hipertopi
(pembengkakan pada ingsang), dan hiperplasia (pendarahan pada ingsang). Oleh
karena itu pada perairan budi daya diusahakan dilakukan pergantian air secara
rutin sehingga kadar amonia dan nitrit tidak melebihi batas optimum.
DAFTAR PUSTAKA

.
Dinas Perikanan. 1997. Pemanfaatan Air pada Budidaya Udang. Semarang (ID) :
Bagian Proyek Pembinaan Perikanan.
Hutagalung H dan Rozak A. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota.
Jakarta (ID) : Puslitbang Oseanologi-LIPI.
Silababan et al. 2012. Dalam Peningkatan Kinerja Filter Air untuk Menurunkan
Konsentrasi Amonia pada Pemeliharaan Ikan Mas (Cyprinus carpio). E-
Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. Vol. 1 (1): 47-56.
Umroh. 2007. Pemanfaatan Konsoresia Mikroorganisme sebagai Agen
Bioremidiasi untuk Mereduksi Amonia pada Media Pemeliharaan Udang
Windu (Panaeus monodon Fabricius). Jurnal Sumberdaya Perairan. Vol 1
edisi 1: 15-20.

Anda mungkin juga menyukai