Anda di halaman 1dari 14

KIMIA ANALISA AIR DAN LIMBAH

ANALISA NITRIT

Oleh:

KELOMPOK 6

Febby Sandy Wianjasuma (F1B016011)


Bella Sintana Siregar (F1B016033)
Rosa Virdha Zahara (F1B016038)
Restiyana (F1B016050)
Meidita Setya Pratiwi (F1B016063)
Dosen Pengampu :
Drs. Bambang Trihadi, M.S.

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua
makhluk hidup memerlukan air. Tanpa air tidak akan ada kehidupan. Tumbuhan
dan hewan sebagian besar tersusun oleh air. Sel tumbuhan mengandung lebih
dari 75% air dan sel hewan mengandung lebih dari 67%. Kurang dari 0,5% air
secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Demikian juga
dengan manusia tak dapat hidup tanpa air, sesuai dengan kegunaannya, air
dipakai sebagai air minum, air untuk mencuci dan mandi, air untuk pengairan
pertanian, air untuk kolam ikan, air untuk sanitasi dan air untuk transportasi,
baik disungai maupun dilaut. Komponen-komponen yang terdapat dalam air
adalah berbeda jika sumber air tersebut berbeda. Air sungai mengandung
padatan yang terbentuk sebagai akibat dari erosi, air juga mengandung
mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber seperti udara, tanah, sampah,
kotoran manusia atau hewan. Air juga mengandung logam berat yang berbahaya
dari hasil buangan industry. Diperairan, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam
jumlah yang sangat sedikit dibandingkan dengan nitrat, karena tidak stabil
dengan keberadaan oksigen.
Pada denitrifikasi, gas N2 yang dapat terlepas akan dilepaskan dari dalam
air ke udara, ion nitrit dapat berperan sebagai sumber nitrogen bagi tanaman,
keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan
bahan organic yang memiliki kadar oksigen terlarut rendah. Sumber nitrit dapat
berupa limbah industry dan limbah domestic. Kadar nitrit pada perairan relative
kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Garam-garam nitrit digunakan
sebagai penghambat terjadinya korosi pada industry.
Nitrit (NO2) sebaiknya dihindari bagi bayi yang berusia kurang dari 6
bulan karena nitrit dapat menghalangi kemampuan darah untuk membawa
oksigen (dalam bentuk haemoglobin). Nitrit akan mengubah haemoglobin
menjadi methaemoglobin (protein yang tidak dapat membawa oksigen), kejadian
ini sering disebut dengan “Blue Baby Syndrome”, (sindrom bayi biru). Pada
penelitian sebelumnya di Inggris, Kolombia, Chili, Jepang, Denmark, Hungaria,
dan Italia disebutkan bahwa asupan tinggi nitrit telah ditemukan terkait dengan
kanker lambung di negara tersebut (Forman dan Shuker, 1997) dan menurut
penelitian dari Suwandi (2005) menyatakan bahwa jenis-jenis tanaman seperti
kangkung, teki-tekian, spesies talas-talasan, rumput-rumputan berpotensi
menimbun nitrit. Menurut WHO (World Health Organization) menetapkan
jumlah asupan harian/ ADI (Acceptable Daily Intake) untuk nitrit adalah 0-0,07
mg/kg untuk 60 kg berat badan manusia.
Kadar nitrit yang tinggi pada air minum dapat membahayakan kesehatan.
Hal ini dikarenakan nitrit dapat membentuk senyawa N-nitroso yang bersifat
karsinogenik, teratogenik, mutagenik dan dapat menyebabkan
metamoglobinemia pada bayi (Erkekoglu dkk., 2009; Prasad dan Chetty, 2008).
Batas maksimum konsentrasi nitrit di dalam air minum menurut Permenkes no
492/Menkes/Per/IV/2010 adalah 3 mg/L dan pada air minum dalam kemasan
(AMDK) menurut SNI 01-3553-2006 adalah 0,005 mg/L sedangkan berdasarkan
Food and Drug Administration (FDA) dan Environmental Protection Agency
(EPA) dalam GAO batas maksimum konsentrasi nitrit adalah 1 mg/L. Untuk
menjaga agar kadar nitrit di air minum selalu memenuhi baku mutu maka perlu
dilakukan monitoring.
Metode yang sering digunakan untuk analisis nitrit dan adalah metode
spektrofotometri karena dapat dilakukan dengan spektrometer sederhana dan
biaya operasional yang rendah. Dengan metode spektrofotometri, sampel
menyerap radiasi (pemancaran) elektromagnetis, dimana pada panjang
gelombang tertentu dapat terlihat pengukuran absorbansi dan transmitansi dalam
spektroskopi ultraviolet dan sinar tampak digunakan untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif. Dengan mengatur kondisi alat selama operasi maka konsentrasi nitrit
dalam air sungai dapat diketahui dari garis kalibrasi yang ditentukan dengan
menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. Maka pada makalah ini akan
dibahas mengenai analisis nitrit pada air menggunakan metode spektrofotometri.

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana cara analisis kandungan nitrit pada air
dengan menggunakan metode spektrofotometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat


(nitrifikasi) oleh bakteri Nitrosomonas dan antara nitrat dengan gas
nitrogen (denitrifikasi) oleh karena itu, nitrit bersifat tidak stabil dengan
keberadaan oksigen. Nitrit ini sendiri merupakan bentuk nitrogen yang hanya
sebagian teroksidasi. Nitrit tidak ditemukan dalam air limbah yang segar,
melainkan dalam limbah yang sudah basi atau lama. Nitrit tidak dapat bertahan
lama dan merupakan keadaan sementara proses oksidasi antara amoniak dan
nitrat. Nitrit bersumber dari bahanbahan yang bersifat korosif dan banyak
dipergunakan di pabrik-pabrik. Nitrit tidak tetap dan dapat berubah menjadi
amoniak atau dioksidasi menjadi nitrat. Nitrit merupakan senyawa yang tidak
stabil dan dapat berinteraksi dengan senyawa lain didalam proses pencernaan
sehingga membentuk nitrosamine. Nitrosamine merupakan zat yang beracun dan
bersifat karsinogenik (meningkatkan resiko terjadinya kanker) (Hord dkk, 2009).
Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediet) antara amoniak dan nitrat
(Nitrifikasi). Proses nitrifikasi ditunjukkan pada persamaan berikut :
Norganik + O2 → NH3 – N + O2 → NO2 – N + O2 → NO3 – N
Nitrifikasi
Reduksi nitrat (denitrifikasi) oleh aktivitas miroba pada kondisi anaerob,
yang merupakan proses yang biasa terjadi pada pengolahan limbah, juga
menghasilkan gas amoniak dan gas-gas lain, misalnya N2O, NO2, NO dan N2.
Proses denitrifikasi ditunjukkan dalam persamaan reaksi berikut :

Kandungan nitrit pada perairan alami mengandung nitrit sekitar 0.001


mg/L. Kadar nitrit yang lebih dari 0.06 mg/L adalah bersifat toksik bagi
organisme perairan. Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses
biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut yang
rendah. Selain itu nitrit juga bersifat racun karena dapat bereaksi dengan
hemoglobin dalam darah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen,
disamping itu juga nitrit membentuk nitrosamin (RRN-NO) pada air buangan
tertentu dan dapat menimbulkan kanker (Maladi, Irham, dkk. 2013).
Berdasarkan PERMENKES No.416/MENKES/PER/IX/1990 kadar
maksimum nitrit dalam air minum dan air bersih adalah 1 mg/L. Selain itu ada
beberapa peraturan yang mengatur baku mutu untuk nitrit, yaitu:
1. PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Kadar maksimun yang diperbolehkan untuk Nitrat dan Nitrit
dibagi menjadi 4 kelas air. Nitrat untuk Kelas 1–2 kadar maksimumnya 10
mg/l sedangkan untuk kelas 3–4 kadar maksimumnya 20 mg/l. Nitrit untuk
Kelas 1–3 kadar maksimumnya 0,06 mg/l sedangkan untuk kelas 4 tidak
dipersyaratkan.
2. Kepmen LH No 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Kadar
maksimum yang diperbolehkan untuk Nitrat (sebagai NO3--N) adalah 0,008
mg/l.
Metode analisis nitrit yang telah digunakan adalah kromatografi (Thabano
dkk., 2004), Gas Chromatography-Mass Spectrometry/ GC-MS (Akyüz dan Ata,
2009), dan elekroforesis kapiler (Costa dkk., 2014). Metode-metode tersebut
kurang sesuai untuk analisis nitrit secara rutin karena memerlukan preparasi
sampel dan biaya operasional yang cukup mahal. Metode yang sering digunakan
untuk analisis nitrit adalah metode spektrofotometri karena dapat dilakukan
dengan spektrometer sederhana dan biaya operasional yang rendah. Analisis nitrit
dengan metode Griess secara spektrofotometri didasarkan pada reaksi diazotasi
yaitu reaksi antara ion nitrit yang terkandung dalam sampel direaksikan dengan
senyawa amina primer pada suasana asam sehingga menghasilkan ion benzena
diazonium yang selanjutnya dikopling oleh turunan benzena.
Selanjutnya, ion benzena diazodium dikoplingkan dengan turunan
senyawa benzena, naftalena atau senyawa heterosiklik yang lain sehingga akan
menghasilkan senyawa azo yang berwarna merah ungu (Moorcroft et al., 2001;
Sun, et al., 2003). Pengukuran absorbansi senyawa azo ini dapat dilakukan pada
rentang panjang gelombang 500-600 nm (Moorcroft et al., 2001). Secara umum
mekanisme reaksi Griess dapat dilihat pada gambar 1.
Meskipun agen pengkopling dan senyawa amina primer lain telah banyak
dikembangkan, namun metode standar penentuan nitrit dengan metode Griess
masih menggunakan asam sulfanilamida sebagai senyawa amina dan NEDA
sebagai agen pengkopling. Pada penelitian ini, ion nitrit yang terkandung dalam
sampel direaksikan dengan asam sulfanilamida dalam suasana asam. Selanjutnya
ion benzenadiazonium yang terbentuk akan dikopling dengan N-1-naftiletilen-
diamonium dihidroklorida (NEDA) sehingga menghasilkan senyawa azo
yangberwarna ungu. Selanjutnya senyawa azo yang terbentuk diukur
absorbansinya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh dalam
penelitian ini, yaitu 520 nm. Struktur senyawa azo yang terbentuk dari hasil reaksi
nitrit dengan asam sulfanilamida dan NEDA disajikan pada Gambar 2. (Sun et al.,
2003).

Dengan metode spektrofotometri, sampel menyerap radiasi (pemancaran)


elektromagnetis, dimana pada panjang gelombang tertentu dapat terlihat
pengukuran absorbansi dan transmitansi dalam spektroskopi ultraviolet dan sinar
tampak digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Dengan mengatur
kondisi alat selama operasi maka konsentrasi nitrit dalam air sungai dapat
diketahui dari garis kalibrasi yang ditentukan dengan menggunakan alat
spektrofotometer UV-Vis.
Kandungan nitrit yang terdapat dalam air dapat dianalisis metode Nessler.
Kadar nitrit dapat diukur dengan menggunakan metode Nessler kualitatif dan
kuantitatif. Dimana metode nessler kualitatif yaitu dengan cara menggunakan
asam sulfonil dan napthyl amine. Dimana warna sampel dibandingkan dengan
warna larutan standart atau larutan stock nitrit. Warna sampel yang paling
mendekati warna larutan stock nitrit itulah yang paling tinggi kadar nitritnya.
Metode Nessler secara kuantitatif yaitu dapat digunakan dengan spektrofotometri.
Alat yang digunakan adalah spektrofotometri UV-Visible. Spektrofotometri Sinar
Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada
panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Metode spektrofotometri menawarkan
kelebihan dibandingkan dengan metode yang lain seperti fluorometri,
elektrokimia, polarografi, amperometri, kromatografi dan potensiometri, karena
lebih sederhana, murah, mudah serta memiliki akurasi, presisi dan limit deteksi
yang sangat baik (Pourezza et al., 2012; Gürkan and Altunay, 2015).
Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm,
dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm.
Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran
secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan
mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan
hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1. Metode Spektrofotmetri


Analisis nitrit dilakukan dengan metode Griess secara spektrofotometri
didasarkan pada reaksi diazotasi yaitu reaksi antara ion nitrit yang terkandung
dalam sampel direaksikan dengan senyawa amina primer pada suasana asam
sehingga menghasilkan ion benzena diazonium.
Penentuan kadar nitrit dilakukan dengan metode spektrofotometri. Pada
kisaran kadar 0,01 mg/L – 1,0 mg/L. Dalam suasana asam (pH 2-2,5), nitrit akan
bereksi dengan sulfanilamide dan N-1(1-naphthyl) ethylene diamine
dihydrochloride (NED dihydrochloride) membentuk senyawa azo yang berwarna
merah keunguan yang dapat diukur pada panjang gelombang 543 nm.
3.1.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah spektrofotometer sinar tampak dengan kuvet
silika, labu ukur 50 mL; 250 mL; 500 mL dan 1000 mL, pipet volumetrik 1 mL; 2
mL; 5 mL; 10 mL dan 50 mL, pipet ukur 5 mL, gelas piala 200 mL dan 400 mL,
erlenmeyer 250 mL dan neraca analitik.
Bahan yang digunakan adalah air suling bebas nitrit, kertas saring bebas
nitrit, larutan sulfanilamida (H2NC6H4SO2NH2), larutan NED Dihidroklorida,
natrium oksalat (Na2C2O4 0,05 N), larutan ferro ammonium sulfat (FAS) 0,05 N,
larutan induk nitrit (NO2-N) 250 mg/L dan kalium permanganat (KMnO4) 0,05 N.
3.1.2. Cara Kerja
1. Dipipet 50 ml dari masing – masing larutan seri standart yang
konsentrasinya 1,0000 mg/L ; 0,5000 mg/L; 0,2500 mg/L; 0,1500 mg/L;
0,1000 mg/L; 0,0500mg/L; 0,0250 mg/L dan dimasukkn ke dalam labu
erlenmeyer 250 mL
2. Ditambahkan 1 ml larutan sulfanilamid ke dalam masing-masing labu
erlenmeyer, dibiarkan bereksi selama 2-8 menit.
3. Ditambahkan 1 ml larutan N-1 Naftil etilen diamina dihidroklorida
(NEDD) ke dalam masing-masing labu erlenmeyer, dikocok dan dibiarkan
selama 10 menit.
4. Diukur Absorbansi larutan 0,02500 mg/L; 0,0500 mg/L; 0,1000 mg/L;
0,1500 mg/L; 0,2500 mg/L; 0,5000 mg/L; 1,0000 mg/L; NO2 dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Visible pada panjang gelombang 543
nm.
5. Setelah diperoleh absorbansi dari masing-masing konsentrasi, kemudian
dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan absorbansi.
6. Grafik

3.2. Metode Elektrometri


Elektrometri merupakan metode analisis baik kualitatif maupun
kuantitatif yang didasarkan pada sifat-sifat kelistrikan suatu cuplikan di dalam sel
elektrokimia. Suatu sel elektrokimia tersusun atas dua buah elektroda (minimal),
larutan elektrolit dan suatu sumber arus bisa voltmeter (sel Galvani) atau sumber
arus searah (elektrolisis) tergantung dari tujuannya. Dua buah elektroda pada sel
elektrokimia yang pertama adalah elektroda standar (baku) yang mempunyai
potensial yang tetap dan kedua adalah elektroda penunjuk (indikator) yang
potensialnya bergantung pada aktivitas ion yang akan ditetapkan. Umumnya
reaksi yang terjadi pada sel elektrokimia adalah reaksi redoks.
Dasar metode elektrometri : berdasarkan pengukuran potensial antara
elektroda indikator dan elektroda pembanding. Sistem elektroda yang umumnya
digunakan adalah pasangan elektroda gelas dan kalomel jenuh.
Pemeriksaan pH air dilakukan dengan metoda Elektrometri,
menggunakan alat pH meter. pH merupakan istilah yang digunakan untuk
menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan. dimana pH sangat
penting sebagai parameter kualitas air karena mengontrol tipe dan laju kecepatan
reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu mahluk-mahluk akuatik lainnya
hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka akan
diketahui apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan.
Standar maksimum pH air yang diperbolehkan untuk diminum menurut Menkes
2010 adalah 6,5 – 8,5.
Pengganggu : analisa pH yang sangat akurat membutuhkan koreksi dari
suhu dan padatan terlarut. Tetapi tingkat keakuratan ini jarang dibutuhkan.
Koreksi suhu dapat dilakukan secara otomatis dengan thermocompensator atau
dapat dihitung berdasarkan informasi dari suplier alat pH tsb. Kesalahan dari
padatan terlarut atau “salt error” dapat dihitung berdasarkan grafik yang
disertakan pada elektroda tsb.

3.2.1. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan yaitu, pH meter dengan range 0 – 14 dengan
perlengkapannya; Pengaduk gelas atau magnetik; Gelas piala 250 mL; Kertas
tissue; Timbangan analitik; termometer.
Bahan yang digunakan adalah reagen larutan buffer pH 4, 7, 10 yang
dibuat dengan cara sebagai berikut : Larutan penyangga, pH 4,004 (250C) :
Timbanglah 10,12 g kalium hidrogen ptalat, KHC8H4O4, larutkan dalam 1000 mL
air suling. Larutan penyangga, pH 6,863 (250C) : Timbanglah 3,387 g kalium
dihidrogen fosfat, KH2PO4 dan 3,533 g dinatrium hidrogen fosfat, Na2HPO4,
larutkan dalam 1000 mL air suling. Larutan penyangga, pH 10,014 (250C) :
Timbanglah 2,092 g natrium hidrogen karbonat, NaHCO3 dan 2,640 g natrium
karbonat, Na2CO3, larutkan dalam 1000 mL air suling.
3.2.2. Cara Kerja
1. Persiapan pengujian
Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai
instruksi kerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran. Dan untuk
contoh uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan contoh uji sampai
suhu kamar.
2. Analisis Nitrit (NO2)
Keringkan dengan kertas tisu selanjutnya bilas elektroda dengan air
suling. Kemudian bilas elektroda dengan contoh uji dan celupkan
elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukkan pembacaan
yang tetap serta catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari
pH meter.

3.2.3. Perhitungan
pH akan terbaca di layar pH meter dan diasumsikan analisa dilakukan di
suhu ruang (250C).
BAB IV
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

4.1. Metode Spektrofotometri


a. Kelebihan
1. Panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi
2. Caranya sederhana
3. Murah
4. Memiliki akurasi, presisi, dan limit deteksi yang sangat baik
5. Dapat menganalisa larutan dengan konsentrasi yang sangat kecil
b. Kekurangan
1. Absorbsi dipengaruhi oleh pH larutan, suhu dan adanya zat pengganggu
dan kebersihan dari kuvet
2. Hanya dapat dipakai pada daerah ultra violet yang panjang gelombang
>185 nm
3. Pemakaian hanya pada gugus fungsional yang mengandung elektron
valensi dengan energy eksitasi rendah
4. Sinar yang dipakai harus monokromatis

4.2. Metode Elektrometri


a. Kelebihan
1. Caranya sederhana
2. Mudah dilakukan
b. Kekurangan
Kurang Selektif
BAB V
GANGGUAN DALAM ANALISA DAN CARA MENGATASINYA

5.1. Beberapa Gangguan pada metode Spektrofotmetri


1. Terdapat gangguan Ion Hg2+
2. Terdapat gangguan Ion Pb2+
3. Terdapat gangguan Ion Fe3+

5.2. Cara Mengatasi Gangguan pada Metode Spektrofotmetri


1. Ion Hg2+ dapat dihilangkan pengendapan Sulfida
2. Ion Pb2+ dapat dihilangkan dengan proses elektrokoagulasi Tembaga
Cu(OH)2
3. Fe3+ dapat dihilangkan dengan cara Oksida
DAFTAR PUSTAKA

Emawati, E., Tita, M., dan Tursino, 2010. Analisis kandungan nitrat dan nitrit
dalam air minum isi ulang dengen pereaksi gries menggunakan metode
spektrofotometri sinar tampak. Sekolah Tinggi Farmasi Bandung,
Bandung, Jawa barat, Indonesia

Indrayani, E., Nitimulya, K.H., Hadisusanto, S., dan Rustadi, 2015. Analisis
Kandungan Nitrogen, Fosfor dan Karbon Organik di Danau Sentani
Papua. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 22(2):217-225

Karmono. 1978. Pengantar Penentuan Kualitas Air, Laboratorium Hidrologi,


Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Khopkar, S. M., 1990. Basic Concepts of Analytical Chemistry (Konsep Dasar


Kimia Analitik), diterjemahkan oleh: A. Saptorahardja. Jakarta: UI-Press.

Maladi, Irham, dkk. 2013. Analisa Uji Fisik, Ammonia (NH3), Nitrit (NO₂),
Penentuan Kadar Besi (Fe), Mangan (Mn) dan Klorin (Cl) dalam Sampel
Air Minum Nestle dan Cleo. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Rohman, A. 2007, Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-6989.9-2004. Nitrit Spektro.

Standar Nasional Indonesia. 2006. Cara Uji Air Minum Dalam Kemasan. SNI 01-
63554-2006. ICS 67160.20. Badan Standarisasi Nasional.

Suryaningrum, R. D., 2007. Peningkatan Kadar Tanin Dan Penurunan Kadar


Klorin Sebagai Upaya Peningkatan Nilai Guna Teh Celup, PKM,
Malang : Universitas Muhammadyah Malang.

Underwood, A.L dan Day, J.R., R.A, (2002), Analisa Kimia Kuantitatif, edisi
keempat, Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai