Anda di halaman 1dari 5

Tugas Praktikum Hari/Tanggal : Jumat, 17 September 2021

Manajemen Kualitas Air Kelompok : Kelompok 2 P1 Bogor


dan Tanah Waktu : 14.00 – 19.40 WIB
Dosen : Henry Kasman Hadi
Saputra, S.Pi., M.Si.
Asisten : Nabila Putri E., A.Md.

TEKNIK PENANGANAN KIMIA AIR MELALUI AERASI DAN


RESIRKULASI

Disusun oleh:
Agiet Algamar J0308201011
Putri Mutiara Rizky J0308201025
Wulan Nhikesya Alzahra J0308201032
Safnah Afriah Pulungan J0308201039
Maulani Nurul Murtias J0308201051
Muhammad Reza Pratama J0308201061
Fahmy Rizky Megantara J0308201063
Hanggit Damarjati Albar J0308202099

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN


PERIKANAN BUDIDAYA
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
1. Hasil
Berikut merupakan hasil pengukuran parameter TAN, nitrit, nitrat DO, dan pH
berdasarkan perlakuan dengan menggunakan material tertentu. Adapun data yang
digunakan dan akan dibahas pada praktikum kali ini, yaitu data batu zeolit dengan
pengukuran kelima parameter tersebut selama tujuh hari.
Tabel 1. Hasil pengukuran parameter TAN, nitrit, nitrat, DO, dan pH
Hasil pengukuran sampel air untuk parameter
Treatment Hari ke-
TAN (mg/L) Nitrit (mg/L) Nitrat (mg/L) DO (mg/L pH
0 0 0,05 0,05 2,5 9
Batu zeolit 4 0,12 0,03 0,02 2,8 8,4
7 0,01 0,03 0,012 3 8
Berdasarkan data pengukuran, parameter TAN, nitrit dan nitrat, DO dan pH dengan
perlakuan material batu zeolit dapat mengurangi kadar nitrit, nitrat, dan pH namun terjadi
peningkatan pada parameter TAN dan DO. Sesuai dengan tabel, didapat hasil TAN pada
awal percobaan bernilai sebesar 0 mg/L kemudian pada hari keempat meningkat sebesar
0,12 mg/L ketujuh nilai TAN menurun menjadi 0,01 mg/L. DO pada awal percobaan
sebesar 2,5 ppm, pada hari keempat sebesar 2,8 ppm dan hari ketujuh sebesar 3 ppm.
Berbeda dengan nitrit, nitrat dan pH, ketiga parameter ini menunjukkan penurunan kadar
dalam sampel air. Nilai nitrit pada awal percobaan 0,05 mg/L menjadi 0,03 mg/L pada
hari keempat dan ketujuh. Nilai nitrat pada awal percobaan 1,2 mg/L menjadi 0,02 mg/L
di hari keempat dan 0,012 mg/L dihari ketujuh. Nilai pH pada awal percobaan bernilai 9
menjadi 8,4 di hari keempat dan 8 dihari ketujuh.
2. Pembahasan
Filtrasi merupakan pengolahan dengan cara fisika, yang merupakan metode
pemisahan sebagian dari beban pencemaran khususnya padatan atau koloid dari limbah
cair dengan memanfaatkan gaya-gaya fisika (Khaer dan Nursyafitri, 2017). Dalam
kegiatan pemeliharaan ikan, penggunaan filter mampu mendukung sintasan sintasan pada
ikan yang dipelihara. Terdapat banyak jenis filter yang dapat digunakan, namun fungsi
utama filter adalah untuk menghilangkan atau mengangkat kotoran dari air, mengangkat
atau menghilangkan bahan kimia dari air yang membuat air menjadi kotor,
menghilangkan kotoran ikan dan menguraikan produk atau zat yang beracun menjadi tak
beracun (Priono dan Satyani, 2012).
Zeolit ditemukan oleh seorang ahli mineral dari Swedia, bernama Baron Axel
Frederick Crontedt pada tahun 1756 (Diansari et al., 2013). Mineral zeolit berbentuk
kristal yang terdapat di dalam rongga batuan basal. Zeolit berasal dari kata zein dan lithos
yang berarti batu api atau boiling stone (Hendritomo, 1984). Zeolit sangat baik digunakan
sebagai absorbsen amonia dengan aliran air cukup, namun zeolit tidak efektif pada
penggunaan di sistem air laut. Terdapat dua macam zeolit yang dapat digunakan yaitu
zeolit alam dan zeolit sintetis. Seperti halnya penggunaan zeolit akan mencapai tingkat
kejenuhan, untuk itu perlu ada pengontrolan filter dan penjadwalan pencucian agar daya
kerjanya tetap baik. Bila perlu sebaiknya diganti jika memang sudah jenuh agar kesehatan
ikan tetap terjamin (Lesmana, 2004)
Berdasarkan hasil pengujian, nilai nitrit dan nitrat mengalami penurunan kadar di
dalam air. Hal ini terjadi karena zeolit memiliki kemampuan menghilangkan ammonia
dari air karena pada struktur pori zeolit terdapat ion natrium sebagai pengganti ion amonia
yang diserap (Diansari et al., 2013). Struktur kristal zeolit yang tidak teratur pada
permukaan dan luas permukaan yang tinggi membuatnya menjadi perangkap yang sangat
efektif untuk partikel halus dan ion amonia. Selain itu media zeolit mikroporous berisi
area permukaan besar untuk penjeratan partikel berukuran koloid. Hal ini menunjukkan
bahwa zeolit dapat digunakan sebagai filter air untuk menurunkan konsentrasi ammonia.
Selain itu air yang telah digunakan untuk budidaya tidak berbau sehingga ramah
lingkungan (Diansari et al., 2013). Karena zeolit memiliki muatan negatif alami yang
memberinya kemampuan untuk menyerap kation dan beberapa kontaminan organik dan
bau yang tidak diinginkan, Sehingga zeolit sangat baik untuk meningkatkan kualitas air
dalam pemeliharan ikan (Sunarna, 1997). Perkasa dan Hisomudin (2003) menyatakan
bahwa normalnya, kandungan nitrit terlarut di dalam air adalah 0,2 mg/L sedangkan
kandungan nitrat yang baik yaitu 40 mg/L. Standar baku mutu air berdasarkan PP No 82
tahun 2001 untuk kegiatan budidaya ikan air tawar, kandungan nitrat yang ditentukan,
yaitu di bawah 20 mg/L (Hendrawati et al., 2008). Sedangkan untuk baku mutu
kandungan nitrit yang dihitung sebagai N menurut PP No. 82 tahun 2002, yaitu sebesar
0,06 mg/L (Hendrawati et al., 2008).
Berbeda dengan parameter sebelumnya, nilai TAN pada percobaan ini mengalami
peningkatan kadarnya di dalam air. TAN berasal dari sisa metabolisme organisme (feses),
bahan organik, sisa pakan, dan bangkai organisme maupun mikroorganisme dalam
perairan. TAN merupakan suatu senyawa anorganik yang terdiri dari amonia terionisasi
(NH4+) dan amonia tidak terionisasi (NH3) (Haqqi, 2021). Pada hari pertama hasil
pengukuran TAN pada air adalah 0 mg/L dan pada hari ke-7 terdapat peningkatan tan
yaitu sebesar 0,01 mg/L. Menurut Suprapto dan Samtamsir (2012) kadar amonia yang
dianggap cukup aman adalah di bawah 0,1 mg/L. Jika dibandingkan dengan baku mutu
kualitas air berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 yang menyatakan bahwa batas maksimum
amonia untuk kegiatan perikanan bagi ikan yang peka adalah ≤ 0,02 mg/L. Berdasarkan
hasil uji, penggunaan batu zeolit meningkatkan kadar TAN, namun masih sesuai dengan
standar yang berlaku.
Sama halnya dengan nitrit dan nitrat, nilai pH air pada percobaan mengalami
penurunan. Pada hari pertama hasil pengukuran pH pada air adalah 9 dan pada hari ke-7
terdapat penurunan menjadi pH 8. Nilai amonia berbanding lurus dengan nilai pH. Hal
tersebut didukung oleh pernyataan Kordi (2009) yang menyatakan bahwa presentase
amonia dalam perairan akan menurun seiring turunnya pH air. Soesono (1989)
menyatakan bahwa pengaruh pH bagi organisme sangat besar dan penting, kisaran pH
yang kurang dari 6,5 akan menekan laju pertumbuhan bahkan tingkat keasamannya dapat
mematikan dan tidak ada laju reproduksi. Kandungan pH kurang dari batas optimum pada
suatu perairanakan menyebabkan ikan stress dan mengalami gangguan fisiologis bahkan
dapat menyebabkan kematian (Soesono, 1988). Ikan tidak dapat mentoleransi konsentrasi
amonia yang terlalu tinggi karena dapat mengganggu proses pengikatan oksigen oleh
darah dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian (Yudha, 2009). Adapun
produktivitas dan pertumbuhan ikan akan dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH
antara 6,5 – 8,5 (Djarijah, 1995). Dengan demikian, apabila dibandingkan dengan nilai
pH pada hasil uji, pH pada hari ke-4 hingga ke-7 sudah sesuai sebagai media pertumbuhan
ikan.
Kualitas air yang diperoleh selama percobaan didukung oleh beberapa faktor yang
saling berkaitan dalam menentukan kualitasnya. Salah satu faktor adalah kandungan
oksigen terlarut, oksigen terlarut selama percobaan selama 7 hari mengalami peningkatan
dari 2,5 mg/L menjadi 3 mg/L. Oksigen terlarut (DO) merupakan faktor pembatas dalam
sistem budidaya. Oksigen terlarut merupakan variabel kualitas air yang paling penting
untuk dimonitor dalam budidaya ikan. Bila DO tidak dijaga pada nilai yang memenuhi,
maka ikan menjadi stres dan tidak dapat makan dengan baik (Stickney, 1979). Boyd
(1988) menyatakan bahwa kadar oksigen terlarut minimum untuk kehidupan biota air
adalah 5 mg/L. Nilai DO dibawah minimum (kurang dari 5 ppm) dapat menurunkan
kecepatan pertumbuhan organisme dan efisiensi pemasukan pakan yang optimal. Oksigen
dapat hilang atau berkurang dari air sebagai hasil reaksi kimia anorganik dan dekomposisi
bahan organik oleh mikroorganisme (Stickney, 1979). Pada umumnya jika konsentrasi
DO lebih dari 5 mg/L, kondisi ini relatif aman untuk organisme akuatik (Forteath et al.,
1993). Berdasarkan uji, penggunaan batu zeolit dapat meningkatkan kadar DO namun
belum sesuai dengan baku mutu yang berlaku.
3. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan perbandingan pustaka, dapat disimpulkan bahwa batu
zeolit merupakan material filter yang efektif dalam menurunkan nitrit, nitrat, dan pH
namun pada hasil pengukuran nilai TAN dan DO dalam air mengalami peningkatan. Batu
zeolit merupakan media filter yang dapat digunakan sebagai absorbsen amonia dengan
aliran air cukup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa filtrasi menggunakan batu zeolit
sudah memenuhi standar baik TAN; nitrit; maupun nitrat, namun tidak dengan kadar DO.
Hal ini ditunjukkan dengan kadar ketiga parameter tersebut pada hari ketujuh masih
berada di bawah ambang batas yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah, tetapi kadar
DO masih dibawah standar untuk kehidupan biota air, yakni 5 mg/L. Adapun dalam
meningkatkan efektivitas batu zeolit dalam meningkatkan DO, perlu dilakukan perlakuan
lain seperti, meningkatkan aerasi, memanajemen pemberian pakan, rutin mengganti air
sehingga nilai DO dalam perairan meningkat dan stabil.
4. Daftar Pustaka
Diansari, R.V.R., Arini, E. and Elfitasari, T. 2013. Pengaruh kepadatan yang berbeda
terhadap kelulushidupan dan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) pada
sistem resirkulasi dengan filter zeolit. Journal of Aquaculture Management and
Technology. 2(3): 37-45.
Djarijah, 1995. Pembenihan Ikan Mas. Yogyakarta: Kanisius.
Forteath, N., Wee, L. dan Frith, M. 1993. Recirculation Systems: Design, Construction
and Management. Launceston (Australia): University of Tasmania.
Hendrawati, H., Prihadi, T.H. dan Rohmah, N.N. 2008. Analisis kadar phosfat dan
Nnitrogen (amonia, nitrat, nitrit) pada tambak air payau akibat rembesan lumpur
lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Jurnal Kimia VALENSI. 1(3): 135-143.
Hendritomo. 1984. Suatu kemungkinan aplikasi zeolit untuk meningkatkan produksi
pertanian, peternakan, dan perikanan. Majalah BPTP No. VII/1984.
Khaer, A. dan Nursyafitri, E. 2019. Kemampuan metode kombinasi filtrasi fitoremediasi
tanaman teratai dan eceng gondok dalam menurunkan kadar BOD dan COD air
limbah industri tahu. Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan
Masyarakat. 17(2): 11-18.
Kordi, M.G.H. 2009. Budidaya Perairan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Lesmana, D.S. 2004. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Perkasa, B.E. dan Hisomudin. 2003. Permasalahan Maskoki dan Solusinya. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Priono, B. dan Satyani, D. 2012. Penggunaan berbagai jenis filter untuk pemeliharan ikan
hias air tawar air tawar di akuarium. Jurnal Akuakultur. 7(2): 76-83.
Stickney. R.R. 1979. Principles of Warm water Aquacultur. New York (US): John Willey
and Sons.
Soesono. 1989. Limnology. Direktorat Jenderal Perikanan. Departemen Pertanian. Bogor
Sunarna, A. 1997. Perubahan ammonia, nitrit, dan nitrat pada media pemeliharaan ikan
nila merah (O. niloticus) di dalam resirkulasi. [skripsi]. Program Studi Budidaya
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Yudha, P.A. 2009. Efektifitas penambahan zeolit terhadap kinerja filter air dalam sistem
resirkulasi pada pemeliharan ikan arwana Sceleropages formosus di akuarium.
[skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
5. Lampiran
Pembagian pengerjaan tugas
Tabel 2. Pembagian Pengerjaan Tugas
Bagian Nama anggota
Hasil Hanggit Damarjati Albar
Agiet Algamar
Maulani Nurul Murtias
Putri Mutiara Rizky
Pembahasan
Safnah Afriah Pulungan
Wulan Nhikesya Alzahra
Muhammad Reza Pratama
Kesimpulan Fahmy Rizky Megantara
Editing Muhammad Reza Pratama

Anda mungkin juga menyukai