Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS AIR, TANAH DAN UDARA

“PENENTUAN NITRIT DALAM CONTOH AIR SECARA


SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis”

OLEH :
1. DINDA AFIFA AYU PUTRI (17231047)
2. AISYAH NUR HIDAYATI (17231048)
3. ANNISA DWI FAHMI (17231055)
4. LISTIAWAN ANGGIT PRADIANTA (17231056)
5. INDAH SYAFIRA (17231064)
6. ASTIE KURNIA DYAH P. (17231065)
7. AGUNG RIO BUDITAMA (17231074)
8. DEKA HANDAYANI (17231075)
9. ALIFA NUR SABRINA (17231077)
10. DEVI DWI ROHMAWATI (17231083)

PROGRAM STUDI D III ANALISIS KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL PRAKTIKUM : PENENTUAN NITRIT DALAM CONTOH AIR


SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis

NAMA ANGGOTA : DINDA AFIFA AYU PUTRI (17231047)


AISYAH NUR HIDAYATI (17231048)
ANNISA DWI FAHMI (17231055)
LISTIAWAN ANGGIT P. (17231056)
INDAH SYAFIRA (17231064)
ASTIE KURNIA DYAH P. (17231065)
AGUNG RIO BUDITAMA (17231074)
DEKA HANDAYANI (17231075)
ALIFA NUR SABRINA (17231077)
DEVI DWI ROHMAWATI (17231083)
FAKULTAS/UNIT : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM/UNIVERSITAS ISLAM INSONESIA

PROGRAM STUDI : D III ANALISIS KIMIA

TANGGAL PRAKTIKUM : 25 SEPTEMBER 2019

LAMA PRAKTIKUM : 3,5 JAM

Yogyakarta,
Menyetujui

Dosen Pengampu Koordinator Praktikum

(Bayu Wiyantoko, M.Sc.) (Aisyah Tri Rejeki)

ii
DAFTAR ISI

JUDUL PRAKTIKUM ............................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii

DAFTAR TABEL ................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1


1.2 Tujuan Percobaan ......................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 2

BAB III METODOLOGI

3.1 Alat .............................................................................................. 4


3.3 Bahan ........................................................................................... 4
3.3 Prosedur Kerja.............................................................................. 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan ......................................................................... 7


4.2 Analisis Data ................................................................................ 8
4.3 Pembahasan ................................................................................. 17

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .................................................................................. 19


5.2 Saran ............................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 21

LAMPIRAN ............................................................................................ 22

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1 Data Pengamatan Larutan Standar ......................................... 7

Tabel 4.1.2 Data Pengamatan Absorbansi Sampel 3A .............................. 7

Tabel 4.1.2 Data Pengamatan Absorbansi Sampel 3B .............................. 7

Tabel 4.1.3 Data Pengamatan Absorbansi Spike 3A ................................. 7

Tabel 4.1.3 Data Pengamatan Absorbansi Spike 3B ................................. 7

Tabel 4.1.4 Data Pengamatan Standarisasi Larutan Nitrit 3A ................... 8

Tabel 4.1.4 Data Pengamatan Standarisasi Larutan Nitrit 3B.................... 8

Tabel 4.1.5 Data Pengamatan Standarisasi Larutan KMnO4 3A................ 8

Tabel 4.1.5 Data Pengamatan Standarisasi Larutan KMnO4 3B ................ 8

Tabel 4.2.3 Kurva Kalibrasi Hubungan Antara C vs A ............................. 9

Tabel 4.2.4 LOD & LOQ 3A ................................................................... 10

Tabel 4.2.4 LOD & LOQ 3B .................................................................... 10

Tabel 1. Ketidakpastian Konsentrasi Contoh ........................................... 12

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan, air
menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer
kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut
(air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung),
akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar,
danau, uap air, dan lautan es. Dalam air, terdapat berbagai kandungan bahan
kimia. Bahan kimia ini dapat berefek positif ataupun negatif bagi tubuh
manusia dan makhluk lainnya. Kondisi lingkungan sumber air ikut
mempengaruhi karakteristik air,sehingga bahan kimia yang terkandung di
dalamnya dapat beragam, begitu pula dengan kadarnya.
Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat
(nitrifikasi) oleh bakteri Nitrosomonas dan antara nitrat dengan gas
nitrogen (denitrifikasi) oleh karena itu, nitrit bersifat tidak stabil dengan
keberadaan oksigen. Kandungan nitrit pada perairan alami mengandung
nitrit sekitar 0,001 mg/L. Kadar nitrit yang lebih dari 0,06 mg/L adalah
bersifat toksik bagi organisme perairan. Keberadaan nitrit menggambarkan
berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki
kadar oksigen terlarut yang rendah. Selain itu nitrit juga bersifat racun
karena dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam darah, sehingga darah
tidak dapat mengangkut oksigen, disamping itu juga nitrit membentuk
nitrosamin (RRN-NO) pada air buangan tertentu dan dapat menimbulkan
kanker (Maladi, Irham, dkk. 2013).
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat menentukan kandungan nitrit dalam contoh air
2. Mahasiswa dapat menentukan nilai koefisien korelasi regresi linier (r),
Batas Deteksi, RPD, %Recovery dan Estimasi Ketidakpastian
pengukuran pada penentuan nitrit.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat


(nitrifikasi) oleh bakteri Nitrosomonas dan antara nitrat dengan gas nitrogen
(denitrifikasi) oleh karena itu, nitrit bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen.
Kandungan nitrit pada perairan alami mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/L. Kadar
nitrit yang lebih dari 0,06 mg/L adalah bersifat toksik bagi organisme perairan.
Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan
bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut yang rendah. Selain itu, nitrit
juga bersifat racun karena dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam darah,
sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen,disamping itu juga nitrit
membentuk nitrosamin (RRN-NO) pada air buangan tertentu dan dapat
menimbulkan kanker.

Berdasarkan PERMENKES No.416/MENKES/PER/IX/1990 kadar maksimum


nitrit dalam air minum dan air bersih adalah 1 mg/L. Selain itu ada beberapa
peraturan yang mengatur baku mutu untuk nitrit, yaitu:

1. PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian


Pencemaran Air. Kadar maksimun yang diperbolehkan untuk Nitrat dan Nitrit
dibagi menjadi 4 kelas air. Nitrat untuk kelas 1-2 kadar maksimumnya 10 mg/L
sedangkan untuk kelas 3-4 kadar maksimumnya 20 mg/L. Nitrit untuk kelas 1-
3 kadar maksimumnya 0,06 mg/L sedangkan untuk kelas 4 tidak
dipersyaratkan.
2. Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Kadar
maksimum yang diperbolehkan untuk Nitrat (sebagai NO3-N) adalah 0,008
mg/L.

Salah satu metode yang digunakan untuk menguji kandungan nitrit dalam
sampel air menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Sinar ultraviolet (UV)
mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible)
mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri
menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektromagnetik yang
cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih

2
banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-
Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di
dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang
tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).

3
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat
1. Corong gelas
2. Pipet Tetes
3. Gelas Ukur 50 mL; 100 mL; 1000 mL
4. Gelas arloji
5. Pengaduk gelas
6. Pipet ukur 1mL; 5 mL; 10mL; 25m
7. Pro Pipet
8. Gelas Beaker 100mL; 250mL; 500mL; 1000mL
9. Spatula
10. Spektrofotometri UV-Vis
11. Neraca analitik
12. Spatula
13. Hot Plate
14. Buret 50 mL
15. Statif dan Klem
16. Kuvet
3.2 Bahan
1. KMnO4 0,05N
2. Akuades
3. Sampel Air Limbah
4. Sulfanilamid
5. N-(1-naphthyl)-ethylene diamine dihydrochloride (NED
dihidroklorida)
6. Na2C2O4
7. H2SO4 pekat
8. NaNO2
9. CHCl3
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Persiapan dan Pengawetan Contoh Uji
1. Sampel air limbah dimasukkan dalam botol gelap
3.3.2 Persiapan Contoh Uji
1. Sampel air limbah disimpan pada pendingin suhu 4◦C dengan
waktu ≤ 48 jam

4
3.3.3 Pembuatan dan Pembakuan Larutan Induk Nitrit 250 mg/L
NO2-N
1. Serbuk NaNO2 ditimbang sebanyak 0,3086 g
2. Serbuk NaNO2 dilarutkan dalam 250 mL akuades dan 0,25 mL
CHCl3
3. Larutan Induk nitrit dibakukan dengan larutan KMnO4 dengan
cara:
a. Larutan KmnO4 dipipet sebanyak 50 mL dalam erlenmeyer
250 mL
b. Larutan KmnO4 ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat
c. Larutan induk nitrit dipipet sebanyak 10 mL dalam larutan
KMnO4
d. Larutan dihomogenkan dan dipanaskan pada suhu 70-80◦C
e. Larutan ditambahkan 2 mL natrium oksalat 0,005 N
f. Larutan natrium oksalat di dititrasi dengan larutan KmnO4
hingga berwarna merah muda
g. Konsentrasi larutan KMnO4 didapatkan
3.3.4 Pembuatan dan Pembakuan Larutan KMnO4
1. Larutan KMnO4 dipipet sebanyak 0,8 mL dalam 500 mL
akuades
2. Larutan KMnO4 dibakukan dengan larutan natrium oksalat
dengan cara:
a. Serbuk natrium oksalat sebanyak 0,05 – 0,1 g dalam gelas
beaker 100 mL
b. Larutan natrium oksalat ditambahkan 50 mL akuades dan
diaduk
c. Larutan ditambahkan 5 mL H2SO4 1:1 (2,5 mL : 2,5 mL)
d. Larutan dipanaskan pada suhu 90-95◦C
e. Larutan dititrasi dengan larutan KMnO4 hingga terbentuk
warna merah muda
3.3.5 Pembuatan Larutan Intermedia Nitrit 0,5 mg/L NO2-N
1. Larutan induk nitrit NO2-N dipipet sebanyak 0,5 mL dalam labu
ukur 250 mL

5
3.3.6 Pembuatan Larutan Kerja Nitrit NO2-N
1. Larutan baku nitrit 0,5 mg/L dipipet sebanyak 0mL; 1mL; 2mL;
5mL; 10mL dan 20mL dalam labu ukur 250 mL
2. Larutan ditambahkan akuades hingga tanda batas
3. Larutan digojog hingga homogen
3.3.7 Pembuatan Kurva Kalibrasi
1. Spektrofotometri UV-Vis dioptimalkan sesuai petunjuk
2. Larutan kerja yang dibuat ditambahkan 1 mL larutan
sulfanilamid
3. Larutan dihomogenkan dan dibiarkan selama 2-8 menit
4. Larutan ditambahkan 1 mL NED dihidroklorida
5. Larutan dihomogenkan dan dibiarkan selama 10 menit
6. Larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 543nm
7. Larutan kerja dibuat kurva kalibrasi dengan cara:
a. Contoh uji dipipet 10 mL dalam gelas beaker 100 mL
b. Contoh uji ditambah 0,2 mL larutan sulfailamid
c. Larutan dihomogenkan dan dibiarkan selama 2-8 menit
d. Larutan ditambahkan 0,2 mL laruatn NED dihidroklorida
dan digojog
e. Larutan contoh uji diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 543nm
3.3.8 Penentuan Nitrit
1. Contoh uji dipipet sebanyak 10 mL dalam gelas beaker 250 mL
2. Larutan ditambahkan 0,2 mL larutan sulfanilamid
3. Larutan dihomogenkan dan dibiarkan selama 2-8 menit
4. Larutan ditambah 0,2 mL larutan NED dihidroklorida
5. Larutan dihomogenkan dan dibiarkan selama 10 mL
6. Larutan contoh uji diuji pada panjang gelombang 543 nm
7. Konsentrasi nitrit dihitung sebanyak 2 kali
3.3.9 Penentuan Recovery
1. Contoh uji dipipet 10 mL dan ditambah 2,5 mL larutan baku
NO2-N 0,5 mg/L

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Penentuan Kurva Kalibrasi
Konsentrasi (mg/L) Absorbansi
0,00 0,000
0,01 0,001
0,05 0,002
0,15 0,003
0,20 0,005
Rata-Rata 0,0022
Tabel 4.1.1 Data Pengamatan Larutan Standar

4.1.2 Penentuan Nitrit


Absorbansi
Sampel
A1 A2 A3 Arata-rata
Sampel 1 0,035 0,035 0,035 0,035
Sampel 2 0,035 0,035 0,035 0,035
Tabel 4.1.2 Data Pengamatan Absorbansi Sampel 3A

Absorbansi
Sampel
A1 A2 A3 Arata-rata
Sampel 1 0,031 0,031 0,031 0,031
Sampel 2 0,030 0,029 0,029 0,02933
Tabel 4.1.2 Data Pengamatan Absorbansi Sampel 3B

4.1.3 Penentuan Recovery

Absorbansi
Sampel
A1 A2 A3 Arata-rata
Spike 0,215 0,215 0,216 0,215
Tabel 4.1.3 Data Pengamatan Absorbansi Spike 3A

Absorbansi
Sampel
A1 A2 A3 Arata-rata
Spike 0,215 0,215 0,216 0,2153
Tabel 4.1.3 Data Pengamatan Absorbansi Spike 3B

7
4.1.4 Standarisasi Larutan Nitrit 250 mg/L
m Na2C2O4 V. Titrasi Perubahan Warna
0,3085 g 0,1 mL Tidak Berwana – Merah Muda
0,3085 g 0,1 mL Tidak Berwana – Merah Muda
x̄ = 0,1 mL
Tabel 4.1.4 Data Pengamatan Standarisasi Larutan Nitrit 3A

m Na2C2O4 V. Titrasi Perubahan Warna


0,3086 g 1,55 mL Tidak Berwana – Merah Muda
0,3086 g 1, 65 mL Tidak Berwana – Merah Muda
x̄ = 1,6 mL
Tabel 4.1.4 Data Pengamatan Standarisasi Larutan Nitrit 3B

4.1.5 Standarisasi Larutan KMnO4 0,05 N

m Na2C2O4 V. Titrasi Perubahan Warna


0,1002 g 33,7 mL Tidak Berwana – Merah Muda
0,1000 g 33,75 mL Tidak Berwana – Merah Muda
x̄ = 33,725 mL
Blanko 0,25 mL Tidak Berwana – Merah Muda
Tabel 4.1.5 Data Pengamatan Standarisasi Larutan KMnO4 3A

m Na2C2O4 V. Titrasi Perubahan Warna


0,0553 g 19 mL Tidak Berwana – Merah Muda
0,0553 g 19,6 mL Tidak Berwana – Merah Muda
x̄ = 19,3 mL
Blanko 0,2 mL Tidak Berwana – Merah Muda
Tabel 4.1.5 Data Pengamatan Standarisasi Larutan KMnO4 3B

4.2 Analisis Data


4.2.1 Pembakuan Larutan KMnO4 0,05 N
5NaC2O4 + 2KMnO4 +8H2SO4 2MnO4 + K2SO4 + 5Na2SO4
+ 8H2O + 10CO2

Grek NaC2O4 ~ Grek KMnO4


𝑀𝑟𝑁𝑎2 𝐶2 𝑂4 133,9996 𝑔/𝑚𝑜𝑙
BE NaC2O4 = = = 66,9998 𝑔/𝑔𝑟𝑒𝑘
𝑛 𝑁𝑎2𝐶2 𝑂4 2 𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝑜𝑙
𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑁𝑎2 𝐶2 𝑂4
𝑁 𝐾𝑀𝑛𝑂4 =
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
𝑚 𝑁𝑎2 𝐶2𝑂4 1
= ×
𝐵𝐸 𝑁𝑎2 𝐶2 𝑂4 𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

8
0,1001 𝑔 1
= 𝑔 × 0,033725 𝐿
66,9998
𝑔𝑟𝑒𝑘
𝑁 𝐾𝑀𝑛𝑂4 = 0,0443 𝑁 (3A)

𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑁𝑎2 𝐶2 𝑂4
𝑁 𝐾𝑀𝑛𝑂4 =
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
𝑚 𝑁𝑎2 𝐶2𝑂4 1
= ×
𝐵𝐸 𝑁𝑎2 𝐶2 𝑂4 𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
0,0533 𝑔 1
= 𝑔 × 0,0193 𝐿
66,9998
𝑔𝑟𝑒𝑘
𝑁 𝐾𝑀𝑛𝑂4 = 0,04277 𝑁 (3B)
4.2.2 Pembakuan Larutan Induk Nitrit 250 mg/L
[(𝑉1 ×𝑁1 )−(𝑉2 ×𝑁2 )].7
𝐶=
𝑉3
[(0,1 𝑚𝐿×0,0443 𝑁)−(0 𝑚𝐿×0,05 𝑁)].7
𝐶=
10 𝑚𝐿
−3
𝐶 = 3,101 × 10 𝑁 (3A)

[(𝑉1 ×𝑁1 )−(𝑉2 ×𝑁2 )].7


𝐶=
𝑉3
[(1,6 𝑚𝐿×0,04277 𝑁)−(2 𝑚𝐿×0,05 𝑁)].7
𝐶=
10 𝑚𝐿
𝐶 = −0,0221 𝑁 (3B)
4.2.3 Kurva Kalibrasi
0.006 y = 0.0209x + 0.0005
Absorbansi

R² = 0.9293
0.004

0.002

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Konsentrasi (mg/L)

Tabel 4.2.3 Kurva Kalibrasi Hubungan Antara C vs A


y = 0,0209x + 0,0005
2
R = 0,9293
r = 0,9640

9
4.2.4 Penentuan LOD & LOQ
C (mg/L) Abs Yi (Yi-Yc) (Yi-Yc)2
0,00 0,000 0,0005 -5 × 10-4 2,5 × 10-7
0,01 0,001 0,0007 3 × 10-4 9 × 10-8
0,05 0,002 0,0015 5 × 10-3 2,5 × 10-7
0,15 0,003 0,0036 -6 × 10-4 3,6 × 10-7
0,20 0,005 0,0047 3 × 10-4 9 × 10-8
∑ = 1,04 × 10-6
Tabel 4.2.4 LOD & LOQ 3A

∑(Yi − YC )2 1,04 ×10−6


Sy/x =√ n−2
= √ 5−2
= 5,8878 × 10−4
3 × S Y⁄X 3 × 5,8878 × 10−4
LOD = = = 0,0845 mg/L
slope 0,0209
10 × S Y⁄X 10 × 5,8878 × 10−4
LOQ = = = 0,2817 mg/L
slope 0,0209

C (mg/L) Abs Yi (Yi-Yc) (Yi-Yc)2


0,00 0,000 5 × 10-4 -5 × 10-4 2,5 × 10-7
0,01 0,001 7,09 × 10-4 2,91 × 10-4 8,468 × 10-8
0,05 0,002 5 × 10-4 1,5 × 10-3 2,5 × 10-7
0,15 0,003 3,635 × 10-3 -6,35 × 10-4 4,032 × 10-7
0,20 0,005 4,68 × 10-3 3,2 × 10-4 1,024 × 10-7
∑ = 3,34 × 10-6
Tabel 4.2.4 LOD & LOQ 3B

∑(Yi − YC )2 3,34 ×10−6


Sy/x =√ n−2
= √ 5−2
= 1,06 × 10−3
3 × S Y⁄X 3 × 1,06 × 10−3
LOD = = = 0,1522 mg/L
slope 0,0209
10 × S Y⁄X 10 × 1,06 × 10−3
LOQ = = = 0,5072 mg/L
slope 0,0209

4.2.5 Konsentrasi Sampel


1. Sampel 1
𝑦−𝑏 0,035−0,0005
x= = = 1,6507 mg/L
𝑎 0,0209
2. Sampel 2
𝑦−𝑏 0,035−0,0005
x= = = 1,6507 mg/L
𝑎 0,0209

Rata-Rata Konsentrasi Sampel 3A = 1,6507 mg/L

10
1. Sampel 1
𝑦−𝑏 0,031−0,0005
x= = = 1,459 mg/L
𝑎 0,0209
2. Sampel 2
𝑦−𝑏 0,02933−0,0005
x= = = 1,379 mg/L
𝑎 0,0209

Rata-Rata Konsentrasi Sampel 3B = 1,419 mg/L

4.2.6 Penentuan Kadar Nitrit


1. Kadar Nitrit 1
𝑚𝑔
𝐶 × 𝑉 × 𝐹𝑃 1,6507 ⁄𝐿 × 10 𝑚𝐿 × 10
𝐴= = = 0,5002 𝑚𝑔/𝐿
𝑉𝑠 330 𝑚𝐿
2. Kadar Nitrit 2
𝑚𝑔
𝐶 × 𝑉 × 𝐹𝑃 1,6507 ⁄𝐿 × 10 𝑚𝐿 × 10
𝐴= = = 0,5002 𝑚𝑔/𝐿
𝑉𝑠 330 𝑚𝐿
Rata-Rata Kadar Nitrit = 0,5002 mg/L (3A)
1. Kadar Nitrit 1
𝑚𝑔
𝐶 × 𝑉 × 𝐹𝑃 1,459 ⁄𝐿 × 10 𝑚𝐿 × 10
𝐴= = = 0,4421 𝑚𝑔/𝐿
𝑉𝑠 330 𝑚𝐿
2. Kadar Nitrit 2
𝑚𝑔
𝐶 × 𝑉 × 𝐹𝑃 1,379 ⁄𝐿 × 10 𝑚𝐿 × 10
𝐴= = = 0,4178 𝑚𝑔/𝐿
𝑉𝑠 330 𝑚𝐿
Rata-Rata Kadar Nitrit = 0,42995 mg/L (3B)
4.2.6 Penentuan %RPD
𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1 − 𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 2
%RPD = | | × 100 %
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑅𝑎𝑡𝑎
𝑚𝑔⁄ 𝑚𝑔⁄
1,6507 𝐿− 1,6507 𝐿
=| 1,6507 𝑚𝑔/𝐿
| × 100 % = 0 % (3A)

𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1 − 𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 2
%RPD = | | × 100 %
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑅𝑎𝑡𝑎
𝑚𝑔⁄ 𝑚𝑔⁄
1,459 𝐿− 1,379 𝐿
=| 1,419 𝑚𝑔/𝐿
| × 100 % = 5,64 % (3B)

4.2.7 Penentuan Konsentrasi Spike


𝑉𝑠 × 𝐶𝑠 2,5 𝑚𝐿 × 0,5 𝑚𝑔/𝐿
Ctarget = = = 0,1 𝑚𝑔/𝐿
𝑉 12,5 𝑚𝐿

1. Kelompok 3A
𝐶𝑠𝑝𝑖𝑘𝑒 − 𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
%Recovery = × 100 %
𝐶𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡
𝑚𝑔⁄ 𝑚𝑔⁄
10,2631 𝐿−1,6507 𝐿
= 𝑚𝑔⁄ × 100 %
0,1 𝐿

= 8612,5%

11
2. Kelompok 3B
𝐶𝑠𝑝𝑖𝑘𝑒 − 𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
%Recovery = × 100 %
𝐶𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡
𝑚𝑔⁄ 𝑚𝑔⁄
10,2775 𝐿−1,419 𝐿
= 𝑚𝑔⁄ × 100 %
0,1 𝐿

= 8858,51%

4.2.8 Estimasi Ketidakpastian

Presisi Konsentrasi
Standardisasi KMnO4
Contoh
LU
Mr 𝑁𝑎2 𝐶2 𝑂4 Pengulangan Kurva Kalibrasi
PU
Kadar Nitrit
FK FK mg/L
LU
Pipet Ukur
% Recovery FM FM

Volume Contoh
Uji

Pipet Buret

Standardisasi KMnO4
Ar Na
Ar O

Ar C Mr 𝑵𝒂𝟐 𝑪𝟐 𝑶𝟒

1. Ketidakpastian Konsentrasi Contoh

C (mg/L) Abs Std ̅


𝑿𝒊 − 𝒙 ̅ )𝟐
(𝑿𝒊 − 𝒙
0,00 0,000 -0,082 6,724 × 10−3
0,01 0,001 -0,072 5,184 × 10−3
0,05 0,002 -0,032 1,024 × 10−3
0,15 0,003 0,068 4,624 × 10−3
0,20 0,005 0,118 1,392 × 10−2
𝑥̅ = 0,082 ∑ = 3,148 × 10−2
Tabel 1. Ketidakpastian Konsentrasi Contoh

𝑌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 0,0317

𝑌𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 0,0022

12
2 −4
(𝑌̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑌̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 ) = 8,703 × 10

𝑆 𝑌⁄𝑋 1 1 (𝑌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ − 𝑌𝑠𝑎𝑡𝑛𝑑𝑎𝑟
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ )
2
𝜇= √ + +
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 𝑝 𝑛 (𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒)2 × ∑(𝑋𝑖 − 𝑋̅ )2

5,8878 × 10−4 1 1 0,0011


𝜇= √ + +
0,0209 2 5 (0,0209)2 × 0,0315)

0,0011
𝜇 = 0,0282 √0,5 + 0,2 +
1,3760 × 10−5

𝜇 = 0,0282 √80,6419
𝜇 = 0,0282 × 8,9801
𝜇 = 0,2532 ppm (3A)

𝑆 𝑌⁄𝑋 1 1 (𝑌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ − 𝑌𝑠𝑎𝑡𝑛𝑑𝑎𝑟
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ )
2
𝜇= √ + +
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 𝑝 𝑛 (𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒)2 × ∑(𝑋𝑖 − 𝑋̅ )2

1,015 × 10−3 1 1 8,703 × 10−4


𝜇= √ + +
0,0209 2 5 (0,0209)2 × (3,148 × 10−2 )

8,703 × 10−4
𝜇 = 4,856 × 10−2 √0,5 + 0,2 +
1,375 × 10−5

𝜇 = 4,856 × 10−2 √63,295


𝜇 = 4,856 × 10−2 × 7,9558
𝜇 = 0,3884 ppm (3B)
2. Ketidakpastian Labu Ukur 25 mL
a. Ketidakpastian Kalibrasi
𝑉 0,04 𝑚𝐿
𝜇 (𝑉 ) = = = 0,0163 𝑚𝐿
√6 √6
b. Ketidakpastian Faktor Muai
𝑉 × 𝛽 × ∆𝑇 25 𝑚𝐿 ×0,00021 ×8 °𝐶
𝜇 (𝑇 ) = = = 0,0242 𝑚𝐿
√3 √3
c. Ketidakpastian Gabungan

𝜇 (𝑔) = √𝜇 (𝑉 )2 + 𝜇 (𝑇)2
𝜇 (𝑔) = √(0,0163 𝑚𝐿)2 + (0,0242 𝑚𝐿)2
𝜇 (𝑔) = 0,0292 𝑚𝐿

13
3. Ketidakpastian Pipet Ukur 10 mL
a. Ketidakpastian Kalibrasi
𝑉 0,05 𝑚𝐿
𝜇 (𝑉 ) = = = 0,0204 𝑚𝐿
√6 √6
b. Ketidakpastian Faktor Muai
𝑉 × 𝛽 × ∆𝑇 10 𝑚𝐿 ×0,00021 ×8 °𝐶
𝜇 (𝑇 ) = = = 0,00969 𝑚𝐿
√3 √3

c. Ketidakpastian Gabungan

𝜇 (𝑔) = √𝜇 (𝑉 )2 + 𝜇 (𝑇)2

𝜇 (𝑔) = √(0,0204 𝑚𝐿)2 + (0,00969 𝑚𝐿)2


𝜇 (𝑔) = 0,0226 𝑚𝐿
Ketidakpastian Konsentrasi Contoh (𝝁𝑮)
2
𝜇𝐾𝐾 𝜇𝑃𝑈 2 𝜇𝐿𝑈 2
𝜇 (𝐺 ) = √ ( ) + ( ) + ( )
𝐶 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑉𝑃𝑈 𝑉𝐿𝑈

0,2532 2 0,0226 2 0,0292 2


𝜇 (𝐺 ) = √ ( ) + ( ) + ( )
1,6507 10 25
𝜇 (𝐺 ) = √0,0235 + 5,1076 × 10−6 + 1,3642 × 10−6
𝜇 (𝐺 ) = 0,15332 𝑝𝑝𝑚 (3A)

2
𝜇𝐾𝐾 𝜇𝑃𝑈 2 𝜇𝐿𝑈 2
𝜇 (𝐺 ) = √ ( ) + ( ) + ( )
𝐶 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑉𝑃𝑈 𝑉𝐿𝑈

0,3884 2 0,0226 2 0,0292 2


𝜇 (𝐺 ) = √ ( ) + ( ) + ( )
1,419 10 25
𝜇 (𝐺 ) = √0,0749 + 5,1076 × 10−6 + 1,3642 × 10−6
𝜇 (𝐺 ) = 0,2737 𝑝𝑝𝑚 (3B)
4. Ketidakpastian Volume Contoh (𝝁𝑽𝒄)

(𝜇𝐺) 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 2 (𝜇𝐺) 𝑙𝑎𝑏𝑢 2


𝜇 (𝑉𝑐 ) = √ ( ) + ( )
𝑣 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 𝑣 𝑙𝑎𝑏𝑢

0,0226 2 0,0292 2
𝜇 (𝑉𝑐 ) = √ ( ) + ( )
10 25
𝜇 (𝑉𝑐 ) = √5,1076 × 10−6 + 1,3642 × 10−6
𝜇 (𝑉𝑐 ) = 2,5440 × 10−3 mL

14
5. Ketidakpastian Presisi Contoh
𝑅𝑃𝐷 0
𝜇= = = 0% (3A)
√𝑛 √2
𝑅𝑃𝐷 5,64
𝜇= = = 3,989% (3B)
√𝑛 √2

6. Ketidakpastian Standarisasi KMnO4


𝐾𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑁𝑎 0,000022
Ar Na = = = (1,2702 × 10−5 )2
√3 √3

= (1,6134 × 10−10 )
𝐾𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑡 𝐶 0,0008
Ar C = = = (4,19 × 10−4 )2
√3 √3
= (2,1335 × 10−7 )
𝐾𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑂 0,0003
Ar O = = = (1,732 × 10−4 )2
√3 √3
= (2,9998 × 10−8 )

𝜇(𝑀) = √(2 × 𝑁𝑎) + (2 × 𝐶) + (4 × 𝑂)

(2 × 1,6134 × 10−10 ) + (2 × (2,1335 × 10−7 ) +


𝜇(𝑀) = √
(4 × (2,9998 × 10−8 )

𝜇(𝑀) = 7,3960 × 10−4 g/mol


7. Ketidakpastian Recovery

𝜇𝐶1 2 𝜇𝐶2 2 𝜇𝐶3 2


𝜇𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = √ ( ) + ( ) + ( )
𝐶1 𝐶2 𝐶3
2 2 2
0,2532 0,2532 0,15332
𝜇 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = √ ( ) + ( ) + ( )
10,2775 1,6507 0,1
−4 −2
𝜇 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = √6,0695 × 10 + 2,3528 × 10 + 2,3507
𝜇 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 1,5410 ppm (3A)

𝜇𝐶1 2 𝜇𝐶2 2 𝜇𝐶3 2


𝜇𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = √ ( ) + ( ) + ( )
𝐶1 𝐶2 𝐶3
2
0,3884 2 0,3884 2 0,2737
𝜇 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = √ ( ) + ( ) + ( )
10,2775 1,419 0,1
−3 −2
𝜇 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = √1,4282 × 10 + 7,4919 × 10 + 7,4912
𝜇 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 2,7509 ppm (3B)

15
8. Ketidakpastian Gabungan

𝜇𝐾𝑠𝑝𝑙 2 𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑠𝑖 2 𝜇𝑉𝑐 2 𝜇𝑚 2


(
) + ( ) + ( ) + ( )
𝐾𝑠𝑝𝑙 100 𝑉𝑐 𝑀𝑟
𝜇𝐶 = 1,6507√ 2
𝜇𝑅
+( )
𝐶𝑅
2 2
0,2532 0 2 2,5440 × 10−3
( ) + ( ) + ( )
1,6507 100 10
𝜇𝐶 = 1,6507 2 2
7,3960 × 10−4 1,5410
+( ) + ( )
√ 134 8612,5
(2,3528 × 10−2 ) + (0)
𝜇𝐶 = 1,6507√+(6,4719 × 10−8 ) + (3,0464 × 10−11 )
+(3,2015 × 10−8 )
𝜇𝐶 = 1,6507 × 0,15339
𝜇𝐶 = 0,25320 (3A)

𝜇𝐾𝑠𝑝𝑙 2 𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑠𝑖 2 𝜇𝑉𝑐 2 𝜇𝑚 2


( ) + ( ) + ( ) + ( )
𝐾𝑠𝑝𝑙 100 𝑉𝑐 𝑀𝑟
𝜇𝐶 = 1,419√ 2
𝜇𝑅
+( )
𝐶𝑅
2
0,3884 2 3,989 2 2,5440 × 10−3
( ) + ( ) + ( )
1,419 100 10
𝜇𝐶 = 1,419 2 2
7,3960 × 10−4 2,7509
+( ) + ( )
√ 134 8858,51
(7,4919 × 10−2 ) + (9,7812 × 10−5 )
𝜇𝐶 = 1,419√+(6,4719 × 10−8 ) + (3,0464 × 10−11 )
+(9,6434 × 10−8 )
𝜇𝐶 = 1,419 × 0,27389
𝜇𝐶 = 0,38865 (3B)

9. Ketidakpastian Diperluas

= 𝜇𝐶 × 2
= 0,25320 × 2
= 0,50640 (3A)
Jadi, Konsentrasi Kadar Nitrit Dalam Sampel Air Limbah
Sebesar 1,6507 ppm ± 0,50640 (1,1443 ppm – 1,1571 ppm)

16
= 𝜇𝐶 × 2
= 0,38865 × 2
= 0,7773 (3B)
Jadi, Konsentrasi Kadar Nitrit Dalam Sampel Air Limbah
Sebesar 1,419 ppm ± 0,7773 (0,6417 ppm – 2,1963 ppm)
4.3 Pembahasan
Nitrit (NO2-) merupakan salah satu senyawa kimia pencemar
dalam air. Selain disebabkan oleh kegiatan manusia, peningkatan nitrit
dalam air juga dapat disebabkan oleh aktivitas bakteri yang dapat
mereduksi nitrat menjadi nitrit dan mengoksidasi ammonia menjadi nitrit
oleh bakteri Nitrosomonas Sp (Amri, 2009). Mekanisme pembentukan
nitrit di atmosfer diawali dengan pembentukan NO yang mencakup reaksi
antara nitrogen (N) dan oksigen (O2), kemudian reaksi selanjutnya antara
NO dan oksigen yang lebih banyak akan membentuk nitrit.
Prinsip penentuan nitrit secara spektrofotometri UV-Vis yaitu Nitrit
dalam suasana asam pada pH 2,0 –2,5 akan bereaksi dengan sulfanilamida
(SA) dan N-(1-naphthyl)-ethylenediamine dihydrochloride (NED
dihydrocloride) membentuk senyawa azo yang berwarna merah
keunguan. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya secara
spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum 543 nm.
Reaksi :

Bakteri yang mampu membantu dalam pembentukkan nitrit adalah


bakteri autotrofik yang berperan dalam oksidasi ammonia menjadi nitrit
pada siklus nitrogen. Bakteri-bakteri tersebut antara lain Nitrosomonas,
Nitrosococcus, Nitrosospira, Nitrosobulus, dan Nitrosovbrio (Agustiyani,
2004). Pembentukan nitrit dari degradasi ammonia secara aerob dikenal
dengan proses nitrifikasi. Pada tahap ini mikroba yang berperan aktif
dalam kelompok Nitrosomonas menghasilkan nitrit.

17
Konsentrasi NO2 yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi
makhluk hidup. Nitrit yang berlebihan akan bersifat toksin. Pada jumlah
nitrit berlebih, NO akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan
dengan hemoglobin danakan membentuk Methemoglobin (metHb). Dalam
jumlah melebihi normal metHb akan menimbulkan Methemoglobinaemea,
yang membuat tubuh kekurangan oksigen, badan membiru serta bisa
menyebabkan kematian. Toksinitas NO2 adalah 0.6 –1.5 g pada orang
dewasa dan bersifat letal pada konsentrasi 12 g. Dosis letal pada anak-
anak adalah 0.2 –0.3 gram. Pada bayi, penyakit ini dikenal sebagai
penyakit Blue Babies.

18
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kandungan nitrit dalam sampel air pada kelompok 3A yaitu sebesar
1,6507 mg/L ± 0,50640 (1,1443 ppm – 1,1571 ppm) dan pada kelompok
3B sebesar 1,419 mg/L ± 0,7773 (0,6417 ppm – 2,1963 ppm)
2. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari kurva hubungan antara
konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,0209x + 0,0005 dan r = 0,9640
dengan R² = 0,9293 menunjukan hubungan antara konsentrasi (ppm)
dan absorbansi kurang linier. Nilai LOD dan LOQ berturut-turut
sebesar 0,1522 mg/L dan 0,5072 mg/L. Nilai RPD yang diperoleh pada
kelompok 3A sebesar 0% dan pada kelompok 3B sebesar 5,64% nilai
keduanya dikatakan presisi karena nilai RPD tidak lebih dari 10%. Nilai
% recovery yang diperoleh pada kelompok 3A sebesar 8612,5% dan
pada kelompok 3B sebesar 8858,51% nilai keduanya dikatakan kurang
baik karena melebihi ambang batas nilai %recovery yaitu 80-120%.
Nilai estimasi ketidakpastian pengukuran nitrit gabungan pada
kelompok 3A sebesar 0,5002 mg/L ± 0,1548 mg/L dan pada kelompok
3B sebesar 0,4277 mg/L ± 0,3926 mg/L dan estimasi ketidakpastian
diperluas pada kelompok 3A sebesar 0,50640 mg/L ± 0,5002 mg/L dan
pada kelompok 3B sebesarr 0,7773 mg/L ± 0,42995 mg/L, pada nilai
estimasiketidakpastian dari keduanya menunjukan hasil yang baik
karena nilai estimasiketidakpastian yang baik yaitu mendekati angka 0.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil praktikum yang didapatkan, dapat diberikan beberapa
saran guna terwujudnya hasil yang lebih akurat ketika melakukan pengujian
nitrit di dalam sampel air, yaitu :
1. Absorbansi standar sebaiknya dicari oleh kelompok sendiri ketika
praktikum, sehingga dapat meminimalisir kesalahan perhitungan
dibandingkan ketika menggunakan data absorbansi dari asisten.

19
2. Perlakuan/preparasi antara standar dan spike sebaiknya dilakukan
dengan cara yang sama, sehingga akan meminimalisir kesalahan
perhitungan.
3. Absorbansi sampel sebaiknya berada di rentang absorbansi standar,
ketika absorbansi sampel hasilnya adalah out layer maka perlu
dilakukan pengujian ulang.
4. Ketelitian dan keberanian praktikan dalam mengevaluasi proses
praktikum dan hasil praktikum harus ditingkatkan kembali.
5. Waktu pengujian seharusnya disesuaikan dengan lamanya proses
praktikum, sehingga tidak harus mematok waktu praktikum yang
diberikan, karena kesalahan pada proses praktikum seharusnya
langsung diperbaiki ketika saat itu juga sehingga praktikan dapat
memahami secara benar mengenai apa kesalahan yang sedang terjadi
dan bagaimana solusinya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Agustiyani, Dwi. 2004. Pengaruh pH dan Substrat Organik Terhadap


Pertumbuhan dan Aktivitas Bakteri Pengoksidasi Amonia. Bogor: Pusat
Penelitian Biologi LIPI.

Amri, Choirul. 2009. Metode Penentuan Nitrit sebagai Kompleks 4-(4-


Nitrobenzenazo)-1-aminonaftalen secara Ekstraksi-
Spektrofotometri.Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Amsyari, F. 1996. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta: Jakarta

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air, Edisi 5. Kanisius: Yogyakarta

Hardiani, H. 2009. Akurasi Pengendalian Mutu Laboratorium. Bandung: Balai


Pulp dan Kertas.

Maladi, Irham, dkk. 2013. Analisa Uji Fisik, Ammonia (NH3), Nitrit (NO₂),
Penentuan Kadar Besi (Fe), Mangan (Mn) dan Klorin (Cl) dalam Sampel
Air Minum Nestle dan Cleo. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
PERMENKES No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar : Yogyakarta

21
LAMPIRAN

1. Penanya : Royan Zahara Putri (17231080)


Pertanyaan : Bagaimana bahaya yang ditimbulkan dengan adanya kandungan
nitrit diatas standar baku mutu di dalam perairan?
Jawab : Pada dasarnya, senyawa nitrit di dalam perairan merupakan hasil
perombakan dari senyawa amonia yang teroksidasi. Mulanya N-
organik teroksidasi di dalam air akan menghasilkan gas amonia,
gas tersebut jika teroksidasi akan membentuk senyawa nitrit,
begitu pula seenyawa nitrit jika teroksidasi akan membentuk
senyawa nitrat (proses nitrifikasi). Menurut SNI 06.6989.9.2004
tentang uji NO2 secara spektrofotometri UV-Vis baku mutu kadar
nitrit tidak lebih dari 0,06 ppm. Kandungan senyawa nitrit yang
berlebihan di dalam badan air dapat menyebabkan toxic bagi biota
perairan dan jika tidak sengaja terminum oleh manusia akan
menyebabkan kematian (jangka panjang) karena senyawa nitrit
akan mengikat hemoglobin dalam darah sehingga proses
pengangkutan O2 di dalam tubuh tidak berjalan.
2. Penanya : Ayu Annisa (17231057)
Pertanyaan : Mengapa %Recovery yang di dapat sebanyak ribuan?
Jawab : Hasil %Recovery yang dihasilkan berkaitan erat dengan
persamaan regresi linear yang di dapatkan. Jika dilihat dari
absorbansi standar, sampel dan spike yang dihasilkan tidak
menunjukkan korelasi di ketiganya. Absorbansi standar jauh lebih
kecil daripada sampel begitu juga spike, sehingga sebenarnya
absorbansi sampel dan spike tidak akan masuk dalam range standar
sehingga perlu dilakukan pengenceran pada sampel sebanyak 10
kali dan spike sebanyak 100 kali. Hal ini tidak dilakukan karena
terjadi kesalahan pada saat praktikum (menggunakan data
absorbansi asisten). Sehingga hal ini tentunya akan berpengaruh
pada hasil %Recovery yang di dapat karena persamaan regresi
linear yang tidak sesuai.

22

Anda mungkin juga menyukai