OLEH :
1. DINDA AFIFA AYU PUTRI (17231047)
2. AISYAH NUR HIDAYATI (17231048)
3. ANNISA DWI FAHMI (17231055)
4. LISTIAWAN ANGGIT PRADIANTA (17231056)
5. INDAH SYAFIRA (17231064)
6. ASTIE KURNIA DYAH P. (17231065)
7. AGUNG RIO BUDITAMA (17231074)
8. DEKA HANDAYANI (17231075)
9. ALIFA NUR SABRINA (17231077)
10. DEVI DWI ROHMAWATI (17231083)
Yogyakarta,
Menyetujui
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN ............................................................................................ 22
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu metode yang digunakan untuk menguji kandungan nitrit dalam
sampel air menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Sinar ultraviolet (UV)
mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible)
mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri
menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektromagnetik yang
cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih
2
banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-
Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di
dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang
tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
3
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
1. Corong gelas
2. Pipet Tetes
3. Gelas Ukur 50 mL; 100 mL; 1000 mL
4. Gelas arloji
5. Pengaduk gelas
6. Pipet ukur 1mL; 5 mL; 10mL; 25m
7. Pro Pipet
8. Gelas Beaker 100mL; 250mL; 500mL; 1000mL
9. Spatula
10. Spektrofotometri UV-Vis
11. Neraca analitik
12. Spatula
13. Hot Plate
14. Buret 50 mL
15. Statif dan Klem
16. Kuvet
3.2 Bahan
1. KMnO4 0,05N
2. Akuades
3. Sampel Air Limbah
4. Sulfanilamid
5. N-(1-naphthyl)-ethylene diamine dihydrochloride (NED
dihidroklorida)
6. Na2C2O4
7. H2SO4 pekat
8. NaNO2
9. CHCl3
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Persiapan dan Pengawetan Contoh Uji
1. Sampel air limbah dimasukkan dalam botol gelap
3.3.2 Persiapan Contoh Uji
1. Sampel air limbah disimpan pada pendingin suhu 4◦C dengan
waktu ≤ 48 jam
4
3.3.3 Pembuatan dan Pembakuan Larutan Induk Nitrit 250 mg/L
NO2-N
1. Serbuk NaNO2 ditimbang sebanyak 0,3086 g
2. Serbuk NaNO2 dilarutkan dalam 250 mL akuades dan 0,25 mL
CHCl3
3. Larutan Induk nitrit dibakukan dengan larutan KMnO4 dengan
cara:
a. Larutan KmnO4 dipipet sebanyak 50 mL dalam erlenmeyer
250 mL
b. Larutan KmnO4 ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat
c. Larutan induk nitrit dipipet sebanyak 10 mL dalam larutan
KMnO4
d. Larutan dihomogenkan dan dipanaskan pada suhu 70-80◦C
e. Larutan ditambahkan 2 mL natrium oksalat 0,005 N
f. Larutan natrium oksalat di dititrasi dengan larutan KmnO4
hingga berwarna merah muda
g. Konsentrasi larutan KMnO4 didapatkan
3.3.4 Pembuatan dan Pembakuan Larutan KMnO4
1. Larutan KMnO4 dipipet sebanyak 0,8 mL dalam 500 mL
akuades
2. Larutan KMnO4 dibakukan dengan larutan natrium oksalat
dengan cara:
a. Serbuk natrium oksalat sebanyak 0,05 – 0,1 g dalam gelas
beaker 100 mL
b. Larutan natrium oksalat ditambahkan 50 mL akuades dan
diaduk
c. Larutan ditambahkan 5 mL H2SO4 1:1 (2,5 mL : 2,5 mL)
d. Larutan dipanaskan pada suhu 90-95◦C
e. Larutan dititrasi dengan larutan KMnO4 hingga terbentuk
warna merah muda
3.3.5 Pembuatan Larutan Intermedia Nitrit 0,5 mg/L NO2-N
1. Larutan induk nitrit NO2-N dipipet sebanyak 0,5 mL dalam labu
ukur 250 mL
5
3.3.6 Pembuatan Larutan Kerja Nitrit NO2-N
1. Larutan baku nitrit 0,5 mg/L dipipet sebanyak 0mL; 1mL; 2mL;
5mL; 10mL dan 20mL dalam labu ukur 250 mL
2. Larutan ditambahkan akuades hingga tanda batas
3. Larutan digojog hingga homogen
3.3.7 Pembuatan Kurva Kalibrasi
1. Spektrofotometri UV-Vis dioptimalkan sesuai petunjuk
2. Larutan kerja yang dibuat ditambahkan 1 mL larutan
sulfanilamid
3. Larutan dihomogenkan dan dibiarkan selama 2-8 menit
4. Larutan ditambahkan 1 mL NED dihidroklorida
5. Larutan dihomogenkan dan dibiarkan selama 10 menit
6. Larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 543nm
7. Larutan kerja dibuat kurva kalibrasi dengan cara:
a. Contoh uji dipipet 10 mL dalam gelas beaker 100 mL
b. Contoh uji ditambah 0,2 mL larutan sulfailamid
c. Larutan dihomogenkan dan dibiarkan selama 2-8 menit
d. Larutan ditambahkan 0,2 mL laruatn NED dihidroklorida
dan digojog
e. Larutan contoh uji diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 543nm
3.3.8 Penentuan Nitrit
1. Contoh uji dipipet sebanyak 10 mL dalam gelas beaker 250 mL
2. Larutan ditambahkan 0,2 mL larutan sulfanilamid
3. Larutan dihomogenkan dan dibiarkan selama 2-8 menit
4. Larutan ditambah 0,2 mL larutan NED dihidroklorida
5. Larutan dihomogenkan dan dibiarkan selama 10 mL
6. Larutan contoh uji diuji pada panjang gelombang 543 nm
7. Konsentrasi nitrit dihitung sebanyak 2 kali
3.3.9 Penentuan Recovery
1. Contoh uji dipipet 10 mL dan ditambah 2,5 mL larutan baku
NO2-N 0,5 mg/L
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Absorbansi
Sampel
A1 A2 A3 Arata-rata
Sampel 1 0,031 0,031 0,031 0,031
Sampel 2 0,030 0,029 0,029 0,02933
Tabel 4.1.2 Data Pengamatan Absorbansi Sampel 3B
Absorbansi
Sampel
A1 A2 A3 Arata-rata
Spike 0,215 0,215 0,216 0,215
Tabel 4.1.3 Data Pengamatan Absorbansi Spike 3A
Absorbansi
Sampel
A1 A2 A3 Arata-rata
Spike 0,215 0,215 0,216 0,2153
Tabel 4.1.3 Data Pengamatan Absorbansi Spike 3B
7
4.1.4 Standarisasi Larutan Nitrit 250 mg/L
m Na2C2O4 V. Titrasi Perubahan Warna
0,3085 g 0,1 mL Tidak Berwana – Merah Muda
0,3085 g 0,1 mL Tidak Berwana – Merah Muda
x̄ = 0,1 mL
Tabel 4.1.4 Data Pengamatan Standarisasi Larutan Nitrit 3A
8
0,1001 𝑔 1
= 𝑔 × 0,033725 𝐿
66,9998
𝑔𝑟𝑒𝑘
𝑁 𝐾𝑀𝑛𝑂4 = 0,0443 𝑁 (3A)
𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑁𝑎2 𝐶2 𝑂4
𝑁 𝐾𝑀𝑛𝑂4 =
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
𝑚 𝑁𝑎2 𝐶2𝑂4 1
= ×
𝐵𝐸 𝑁𝑎2 𝐶2 𝑂4 𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
0,0533 𝑔 1
= 𝑔 × 0,0193 𝐿
66,9998
𝑔𝑟𝑒𝑘
𝑁 𝐾𝑀𝑛𝑂4 = 0,04277 𝑁 (3B)
4.2.2 Pembakuan Larutan Induk Nitrit 250 mg/L
[(𝑉1 ×𝑁1 )−(𝑉2 ×𝑁2 )].7
𝐶=
𝑉3
[(0,1 𝑚𝐿×0,0443 𝑁)−(0 𝑚𝐿×0,05 𝑁)].7
𝐶=
10 𝑚𝐿
−3
𝐶 = 3,101 × 10 𝑁 (3A)
R² = 0.9293
0.004
0.002
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Konsentrasi (mg/L)
9
4.2.4 Penentuan LOD & LOQ
C (mg/L) Abs Yi (Yi-Yc) (Yi-Yc)2
0,00 0,000 0,0005 -5 × 10-4 2,5 × 10-7
0,01 0,001 0,0007 3 × 10-4 9 × 10-8
0,05 0,002 0,0015 5 × 10-3 2,5 × 10-7
0,15 0,003 0,0036 -6 × 10-4 3,6 × 10-7
0,20 0,005 0,0047 3 × 10-4 9 × 10-8
∑ = 1,04 × 10-6
Tabel 4.2.4 LOD & LOQ 3A
10
1. Sampel 1
𝑦−𝑏 0,031−0,0005
x= = = 1,459 mg/L
𝑎 0,0209
2. Sampel 2
𝑦−𝑏 0,02933−0,0005
x= = = 1,379 mg/L
𝑎 0,0209
𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1 − 𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 2
%RPD = | | × 100 %
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑅𝑎𝑡𝑎
𝑚𝑔⁄ 𝑚𝑔⁄
1,459 𝐿− 1,379 𝐿
=| 1,419 𝑚𝑔/𝐿
| × 100 % = 5,64 % (3B)
1. Kelompok 3A
𝐶𝑠𝑝𝑖𝑘𝑒 − 𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
%Recovery = × 100 %
𝐶𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡
𝑚𝑔⁄ 𝑚𝑔⁄
10,2631 𝐿−1,6507 𝐿
= 𝑚𝑔⁄ × 100 %
0,1 𝐿
= 8612,5%
11
2. Kelompok 3B
𝐶𝑠𝑝𝑖𝑘𝑒 − 𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
%Recovery = × 100 %
𝐶𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡
𝑚𝑔⁄ 𝑚𝑔⁄
10,2775 𝐿−1,419 𝐿
= 𝑚𝑔⁄ × 100 %
0,1 𝐿
= 8858,51%
Presisi Konsentrasi
Standardisasi KMnO4
Contoh
LU
Mr 𝑁𝑎2 𝐶2 𝑂4 Pengulangan Kurva Kalibrasi
PU
Kadar Nitrit
FK FK mg/L
LU
Pipet Ukur
% Recovery FM FM
Volume Contoh
Uji
Pipet Buret
Standardisasi KMnO4
Ar Na
Ar O
Ar C Mr 𝑵𝒂𝟐 𝑪𝟐 𝑶𝟒
12
2 −4
(𝑌̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑌̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 ) = 8,703 × 10
𝑆 𝑌⁄𝑋 1 1 (𝑌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ − 𝑌𝑠𝑎𝑡𝑛𝑑𝑎𝑟
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ )
2
𝜇= √ + +
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 𝑝 𝑛 (𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒)2 × ∑(𝑋𝑖 − 𝑋̅ )2
0,0011
𝜇 = 0,0282 √0,5 + 0,2 +
1,3760 × 10−5
𝜇 = 0,0282 √80,6419
𝜇 = 0,0282 × 8,9801
𝜇 = 0,2532 ppm (3A)
𝑆 𝑌⁄𝑋 1 1 (𝑌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ − 𝑌𝑠𝑎𝑡𝑛𝑑𝑎𝑟
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ )
2
𝜇= √ + +
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 𝑝 𝑛 (𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒)2 × ∑(𝑋𝑖 − 𝑋̅ )2
8,703 × 10−4
𝜇 = 4,856 × 10−2 √0,5 + 0,2 +
1,375 × 10−5
𝜇 (𝑔) = √𝜇 (𝑉 )2 + 𝜇 (𝑇)2
𝜇 (𝑔) = √(0,0163 𝑚𝐿)2 + (0,0242 𝑚𝐿)2
𝜇 (𝑔) = 0,0292 𝑚𝐿
13
3. Ketidakpastian Pipet Ukur 10 mL
a. Ketidakpastian Kalibrasi
𝑉 0,05 𝑚𝐿
𝜇 (𝑉 ) = = = 0,0204 𝑚𝐿
√6 √6
b. Ketidakpastian Faktor Muai
𝑉 × 𝛽 × ∆𝑇 10 𝑚𝐿 ×0,00021 ×8 °𝐶
𝜇 (𝑇 ) = = = 0,00969 𝑚𝐿
√3 √3
c. Ketidakpastian Gabungan
𝜇 (𝑔) = √𝜇 (𝑉 )2 + 𝜇 (𝑇)2
2
𝜇𝐾𝐾 𝜇𝑃𝑈 2 𝜇𝐿𝑈 2
𝜇 (𝐺 ) = √ ( ) + ( ) + ( )
𝐶 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑉𝑃𝑈 𝑉𝐿𝑈
0,0226 2 0,0292 2
𝜇 (𝑉𝑐 ) = √ ( ) + ( )
10 25
𝜇 (𝑉𝑐 ) = √5,1076 × 10−6 + 1,3642 × 10−6
𝜇 (𝑉𝑐 ) = 2,5440 × 10−3 mL
14
5. Ketidakpastian Presisi Contoh
𝑅𝑃𝐷 0
𝜇= = = 0% (3A)
√𝑛 √2
𝑅𝑃𝐷 5,64
𝜇= = = 3,989% (3B)
√𝑛 √2
= (1,6134 × 10−10 )
𝐾𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑡 𝐶 0,0008
Ar C = = = (4,19 × 10−4 )2
√3 √3
= (2,1335 × 10−7 )
𝐾𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑂 0,0003
Ar O = = = (1,732 × 10−4 )2
√3 √3
= (2,9998 × 10−8 )
15
8. Ketidakpastian Gabungan
9. Ketidakpastian Diperluas
= 𝜇𝐶 × 2
= 0,25320 × 2
= 0,50640 (3A)
Jadi, Konsentrasi Kadar Nitrit Dalam Sampel Air Limbah
Sebesar 1,6507 ppm ± 0,50640 (1,1443 ppm – 1,1571 ppm)
16
= 𝜇𝐶 × 2
= 0,38865 × 2
= 0,7773 (3B)
Jadi, Konsentrasi Kadar Nitrit Dalam Sampel Air Limbah
Sebesar 1,419 ppm ± 0,7773 (0,6417 ppm – 2,1963 ppm)
4.3 Pembahasan
Nitrit (NO2-) merupakan salah satu senyawa kimia pencemar
dalam air. Selain disebabkan oleh kegiatan manusia, peningkatan nitrit
dalam air juga dapat disebabkan oleh aktivitas bakteri yang dapat
mereduksi nitrat menjadi nitrit dan mengoksidasi ammonia menjadi nitrit
oleh bakteri Nitrosomonas Sp (Amri, 2009). Mekanisme pembentukan
nitrit di atmosfer diawali dengan pembentukan NO yang mencakup reaksi
antara nitrogen (N) dan oksigen (O2), kemudian reaksi selanjutnya antara
NO dan oksigen yang lebih banyak akan membentuk nitrit.
Prinsip penentuan nitrit secara spektrofotometri UV-Vis yaitu Nitrit
dalam suasana asam pada pH 2,0 –2,5 akan bereaksi dengan sulfanilamida
(SA) dan N-(1-naphthyl)-ethylenediamine dihydrochloride (NED
dihydrocloride) membentuk senyawa azo yang berwarna merah
keunguan. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya secara
spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum 543 nm.
Reaksi :
17
Konsentrasi NO2 yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi
makhluk hidup. Nitrit yang berlebihan akan bersifat toksin. Pada jumlah
nitrit berlebih, NO akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan
dengan hemoglobin danakan membentuk Methemoglobin (metHb). Dalam
jumlah melebihi normal metHb akan menimbulkan Methemoglobinaemea,
yang membuat tubuh kekurangan oksigen, badan membiru serta bisa
menyebabkan kematian. Toksinitas NO2 adalah 0.6 –1.5 g pada orang
dewasa dan bersifat letal pada konsentrasi 12 g. Dosis letal pada anak-
anak adalah 0.2 –0.3 gram. Pada bayi, penyakit ini dikenal sebagai
penyakit Blue Babies.
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kandungan nitrit dalam sampel air pada kelompok 3A yaitu sebesar
1,6507 mg/L ± 0,50640 (1,1443 ppm – 1,1571 ppm) dan pada kelompok
3B sebesar 1,419 mg/L ± 0,7773 (0,6417 ppm – 2,1963 ppm)
2. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari kurva hubungan antara
konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,0209x + 0,0005 dan r = 0,9640
dengan R² = 0,9293 menunjukan hubungan antara konsentrasi (ppm)
dan absorbansi kurang linier. Nilai LOD dan LOQ berturut-turut
sebesar 0,1522 mg/L dan 0,5072 mg/L. Nilai RPD yang diperoleh pada
kelompok 3A sebesar 0% dan pada kelompok 3B sebesar 5,64% nilai
keduanya dikatakan presisi karena nilai RPD tidak lebih dari 10%. Nilai
% recovery yang diperoleh pada kelompok 3A sebesar 8612,5% dan
pada kelompok 3B sebesar 8858,51% nilai keduanya dikatakan kurang
baik karena melebihi ambang batas nilai %recovery yaitu 80-120%.
Nilai estimasi ketidakpastian pengukuran nitrit gabungan pada
kelompok 3A sebesar 0,5002 mg/L ± 0,1548 mg/L dan pada kelompok
3B sebesar 0,4277 mg/L ± 0,3926 mg/L dan estimasi ketidakpastian
diperluas pada kelompok 3A sebesar 0,50640 mg/L ± 0,5002 mg/L dan
pada kelompok 3B sebesarr 0,7773 mg/L ± 0,42995 mg/L, pada nilai
estimasiketidakpastian dari keduanya menunjukan hasil yang baik
karena nilai estimasiketidakpastian yang baik yaitu mendekati angka 0.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil praktikum yang didapatkan, dapat diberikan beberapa
saran guna terwujudnya hasil yang lebih akurat ketika melakukan pengujian
nitrit di dalam sampel air, yaitu :
1. Absorbansi standar sebaiknya dicari oleh kelompok sendiri ketika
praktikum, sehingga dapat meminimalisir kesalahan perhitungan
dibandingkan ketika menggunakan data absorbansi dari asisten.
19
2. Perlakuan/preparasi antara standar dan spike sebaiknya dilakukan
dengan cara yang sama, sehingga akan meminimalisir kesalahan
perhitungan.
3. Absorbansi sampel sebaiknya berada di rentang absorbansi standar,
ketika absorbansi sampel hasilnya adalah out layer maka perlu
dilakukan pengujian ulang.
4. Ketelitian dan keberanian praktikan dalam mengevaluasi proses
praktikum dan hasil praktikum harus ditingkatkan kembali.
5. Waktu pengujian seharusnya disesuaikan dengan lamanya proses
praktikum, sehingga tidak harus mematok waktu praktikum yang
diberikan, karena kesalahan pada proses praktikum seharusnya
langsung diperbaiki ketika saat itu juga sehingga praktikan dapat
memahami secara benar mengenai apa kesalahan yang sedang terjadi
dan bagaimana solusinya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Maladi, Irham, dkk. 2013. Analisa Uji Fisik, Ammonia (NH3), Nitrit (NO₂),
Penentuan Kadar Besi (Fe), Mangan (Mn) dan Klorin (Cl) dalam Sampel
Air Minum Nestle dan Cleo. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
PERMENKES No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar : Yogyakarta
21
LAMPIRAN
22