Anda di halaman 1dari 8

Nama : Indria Dwiyana Hartati

NPM : 230210200079

Ilmu Kelautan B

Judul : Uji Air Laut

Tujuan :

1. Memahami tujuan dari uji nutrien air laut


2. Memahami bagaimana prosedur pengujian ammonia, fosfat, dan nitrat dari
air laut

1. Materi Uji Air Laut

Air laut merupakan air yang yang berasal dari laut atau samudra. Air laut
memiliki salinitas yang beragam. Namun, di perairan Indonesia air laut memiliki
salinitas antara 30 – 35 ppt (Patty S. I., 2013). Selain salinitas, sifat fisik dari air
laut ada tingkat kecerahan, kadar oksigen terlarut, arus, dan masih banyak lagi.

Air laut juga memiliki kadar senyawa-senyawa lain yang terkandung


didalamnya, diantaranya adalah ammonia, nitrat, dan fosfat. Biasanya kadar-kadar
senyawa ini dijadikan parameter baik buruknya suatu perairan. Untuk mengukur
kadar-kadar senyawa diatas, biasanya dilakukanlah uji air laut.

Ammonia, nitrat, dan fosfat memiliki nilai batasan tersendiri di perairan.


Kadar fosfat di perairan umumnya berkisar antara 0,01-4 Pg.at/l atau setara dengan
0,00031-0,124 mg/l (Brotowidjoyo dalam Edward dan Tarigan, 2003; Patty S. I.,
2015). Kadar fosfat dianggap rendah jika nilainya berada pada kisaran 0 – 0,02
mg/L, sedang jika nilainya berkisar antara 0,021-0,05 mg/l, dan tinggi jika nilainya
berada pada kisaran kadar fosfat berkisar antara 0,051-0,1 mg/l. Fosfat dalam
jumlah kecil di perairan memang dibutuhkan karena merupakan nutrien penting di
dalam tubuh makhluk hidup (Rumhayat, 2010). Namun, jika terlalu banyak, akan
menyebabkan meledaknya pertumbuhan alga (eutrofikasi) dan berkurangnya kadar
oksigen di dalam air (Rumhayat, 2010).
Sama halnya dengan fosfat, ammonia dan nitrat dalam jumlah sedikit juga
memang diperlukan. Namun, pada nitrat jika jumlahnya terlalu banyak akan
mengakibatkan eutrofikasi juga (Susana, 2004). Sementara itu, untuk ammonia
akan menjadi racun bagi biota laut di perairan tersebut. Oleh karena itu, tertulis
pada Kep MENLH NO. 51 Tahun 2004 bahwasannya standar baku nitrat di perairan
adalah 0,008 mg/L dan untuk ammonia adalah 0,3 mg/L (Reza Iklima AS, Gusti
Diansyah, Andi Agussalim, Citra Mulia, 2019). Diluar dari itu, perairan dianggap
tidak sehat dah terdapat pencemaran di dalamnya.

2. Alat dan Bahan

No Alat dan bahan Kegunaan


1. Sampel air laut Sebagai sampel
2. Kertas saring Untuk menyaring sampel agar bebas dari
kontaminasi
3. Corong plastik Untuk memindahkan cairan dari wadah
bermulut besar ke wadah bermulut kecil
4. Beaker glass Menampung air hasil penyaringan
5. Gelas ukur Mengukur volume sampel
6. Tabung reaksi Wadah sampel air laut yang sudah teruji
7. Pipet volume Untuk memindahkan reagen
9. Mikropipet Untuk memindahkan reagen
10. Spektrofotometer Untuk mengukur nilai absorbansi
11. Siegnette Sebagai reagen dari ammonia
12 Nessler Sebagai reagen dari ammonia
13 SnCl2 Sebagai reagen fosfat
14 NH4 moblidat Sebagai reagen fosfat
15 Fenol Disulfonic Acid Sebagai reagen nitrat
16 NH4OH 10 % Sebagai reagen nitrat
17 Cawan kur Wadah penampung sampel
18 Hot plate Untuk memanaskan larutan
19 Water bath Untuk memanaskan sampel yang sudah
ditambahkan fenol disulfonic acid

3. Prosedur

3.1 Prosedur Persiapan Sampel Air Laut

A. Prosedur Persiapan Sampel Air Laut

Sampel Air Laut dari 2 Stasiun Berbeda di Pantai Timur Pangandaran

Disiapkan corong plastik, kertas saring, dan beaker glass

Diletakan corong di atas beaker glass dan kemudian beri kertas


saring di dalam corong

Disaring air laut menggunakan kertas saring untuk sampel air laut
pada stasiun 1 dan 2

Diukur sampel air laut sebanyak 25 ml untuk setiap uji (2 stasiun, 3


pengujian)

Dipindahkan sampel terukur ke dalam tabung reaksi dan diberi label


stasiun serta pengujian yang dilakukan
Didapatkan sampel air laut dari 2 stasiun
sebanyak 25 ml untuk 3 penguijan

B. Prosedur Uji Kadar Amonia

Sampel Air Laut Terukur 25 ml dari 2 stasiun

Ditambahkan reagen Siegnette 1 ml dan reagen Nessler sebanyak


0.5 ml ke dalam tabung reaksi
Dihomogenkan tabung reaksi kurang lebih selama 10 menit

Dilakukan pengukuran absorbansi larutan dengan spektrofotometer


pada panjang gelombang 425 nm

Didapatkan nilai absorbansi dari uji kadar


amonia dalam air laut

C. Prosedur Uji Kadar Fosfat

Sampel Air Laut Terukur 25 ml dari 2 stasiun

Ditambahkan reagen SnCl 0.25 ml dan NH4 Moblidat 1 ml ke dalam


sampel air laut

Dihomogenkan tabung reaksi kurang lebih selama 10 menit

Dilakukan pengukuran absorbansi larutan dengan spektrofotometer


pada panjang gelombang 650 nm

Didapatkan nilai absorbansi dari uji kadar


fosfat dalam air laut

D. Prosedur Uji Kadar Nitrat

Sampel Air Laut Terukur 25 ml dari 2 stasiun

Dipindahkan sampel air laut ke dalam cawan kur

Dipanaskan sampel air laut sampai volume sampel kurang lebih 2 ml


menggunakan hot plate
Ditambahkan reagen Fenol Disulfonic Acid sebanyak 1 ml

Dipanaskan dengan menggunakan waterbath pada suhu 80 0C selamat


dua menit

Setelah dingin, ditambahkan reagen NH4OH 10 % sebanyak 5 ml ke


dalam sampel

Diencerkan dengan aquades 25 ml dan ditunggu kurang lebih 10 menit

Dihitung nilai absorbansi pada panjang gelombang 425 nm

Didapatkan nilai absorbansi dari uji kadar


nitrat dalam air laut

D. Hasil

Berdasarkan uji sampel yang dilakukan pada sampel dari stasiun 1 dan
stasiun 2, didapatkan hasil sebagai berikut:

Stasiun Ammonia Fosfat Nitrat


1 0,335 0,07 0,043
2 1,438 0,056 0,035
Lar Standar 0,0366 0,0005 0,0049
Tabel 1. Hasil Uji Sampel 1

Kemudian, dari hasil yang telah didapatkan, dihitung kadar nutrien dari setiap
sampel yang ada pada air laut, dengan rumusan:

𝐴 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐾 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 𝑣 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝑥 𝐾 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝐴 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

Dengan,

K sampel = kadar sampel (mg/L)


V sampel = Volume sampel (L)

A Sampel = Absorbansi sampel

A Standar = Absorbansi larutan standar

K Standar = Konsentrasi larutan standar

Maka hasilnya adalah sebagai berikut:

A. Stasiun 1

1. Ammonia
𝟎, 𝟑𝟑𝟓
𝑲 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 = 𝟎, 𝟎𝟐𝟓 × × 𝟎, 𝟎𝟎𝟓 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟏𝟏𝟒
𝟎, 𝟎𝟑𝟔𝟔
2. Fosfat
𝟎, 𝟎𝟕
𝑲 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 = 𝟎, 𝟎𝟐𝟓 × × 𝟎, 𝟎𝟎𝟓 = 𝟎, 𝟎𝟏𝟕𝟓
𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟓
3. Nitrat
𝟎, 𝟎𝟒𝟑
𝑲 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 = 𝟎, 𝟎𝟐𝟓 × × 𝟎, 𝟎𝟎𝟓 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟏𝟎𝟗𝟕
𝟎, 𝟎𝟎𝟒𝟗

Berdasarkan nilai yang sudah dihitung, didapatkan bahwa nilai ammonia,


fosfat, dan nitrat berturut-turut adalan 0,00114; 0,0175; 0,001097 mg/L. Jika,
dilihat kembali semua nutrien di dalam sampel kadarnya jauh dibawah nilai standar
baku. Bahkan untuk fosfat, nilainya tergolong rendah. Padahal nilai normalnya
adalah 0,00031-0,124 mg/l (Brotowidjoyo dalam Edward dan Tarigan, 2003; Patty
S. I., 2015).

Ini menandakan bahwa perairan tidak subur. Dikenal juga dengan nama
perairan oligotrofik (Aisyah, 2013). Perairan yang tidak subur akan membuat
produsen tidak dapat tumbuh maksimal dan hasilnya makanan yang didapatkan
oleh biota laut juga tidak maksimal. Biasanya, pada perairan ini tanaman tidak
tumbuh subur.

B. Stasiun 2

1. Ammonia
𝟏, 𝟒𝟑𝟖
𝑲 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 = 𝟎, 𝟎𝟐𝟓 × × 𝟎, 𝟎𝟎𝟓 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟒𝟗𝟏𝟏
𝟎, 𝟎𝟑𝟔𝟔
2. Fosfat
𝟎, 𝟎𝟓𝟔
𝑲 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 = 𝟎, 𝟎𝟐𝟓 × × 𝟎, 𝟎𝟎𝟓 = 𝟎, 𝟎𝟏𝟒
𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟓
3. Nitrat
𝟎, 𝟎𝟑𝟓
𝑲 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 = 𝟎, 𝟎𝟐𝟓 × × 𝟎, 𝟎𝟎𝟓 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟖𝟗
𝟎, 𝟎𝟎𝟒𝟗

Berdasarkan nilai yang sudah dihitung, didapatkan bahwa nilai ammonia,


fosfat, dan nitrat berturut-turut adalan 0,004911; 0,014; 0,00089 mg/L. Sama halnya
dengan stasiun 2 perairan ini juga termasuk kedalam perairan oligotrofik. Sebab,
nilai nitratnya masih dibawah batas yaitu 0,00089 mg/L. meskipun nilai fosfatnya
sudah mencapai 0,014. (Aisyah, 2013)
Daftar Pustaka
Aisyah, N. Z. (2013). STATUS TROFIK PERAIRAN RAWAPENING DITINJAU DARI
KANDUNGAN UNSUR HARA (NO3 dan PO4) SERTAKLOROFIL-a. BAWAL Vol. 5 (3),
190.

Patty, S. I. (2013). DISTRIBUSI SUHU, SALINITAS DAN OKSIGEN TERLARUT DI PERAIRAN


KEMA, SULAWESI UTARA. Jurnal Ilmiah Platax, 151.

Patty, S. I. (2015). KARAKTERISTIK FOSFAT, NITRAT DAN OKSIGEN TERLARUT DI PERAIRAN


SELAT LEMBEH, SULAWESI UTARA. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 4.

Reza Iklima AS, Gusti Diansyah, Andi Agussalim, Citra Mulia. (2019). Analisis Kandungan
N-Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) dan Fosfat di Perairan Teluk Pandan Provinsi
Lampung. Jurnal Lahan Suboptimal: Journal of Suboptimal Lands, 61.

Rumhayat, B. (2010). Studi Senyawa Fosfat dalam Sedimen dan Air menggunakan Teknik
Diffusive Gradient in Thin Films (DGT). Jurnal ILMU DASAR, Vol. 11 No. 2, 160.

Susana, T. (2004). SUMBER POLUTAN NITROGEN DALAM AIR LAUT. Oseana, Volume XXIX,
Nomor 3, 28.

Anda mungkin juga menyukai