2019
1
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 3
1.1 Tujuan Praktikum ................................................................................................. 3
1.2 Prinsip Praktikum................................................................................................. 3
1.3 Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 3
BAB II KERANGKA PRAKTIKUM ........................................................................... 5
2.1 Kerangka Praktikum .................................................................................... 5
2.1.1 Analisis Nitrat dengan Metode Brudin Asetat ...................................... 5
2.1.2 Analisis Amonium dengan Metoda Nessler .......................................... 5
2.1.3 Analisis Fosfat dengan Metoda Klorid Timah ...................................... 6
2.1.4 Analisis Sulfat ............................................................................................... 7
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................... 8
3.1 Hasil Pengamatan ................................................................................................ 8
3.1.1 Analisis Nitrat dengan Metode brucin Asetat ....................................... 8
3.1.2 Analisis Amonium dengan Metoda Nessler .......................................... 9
3.1.3 Analisis Fosfat dengan Metoda Klorid Timah .................................... 11
3.1.4 Analisis Sulfat ............................................................................................. 13
3.2 Pembahasan ........................................................................................................ 16
3.2.1 Analisis Nitrat dengan Metoda Brucin Asetat .................................... 16
3.2.2 Analisis Amonium dengan Metode Nessler ........................................ 18
3.2.3 Analisis Fosfat dengan Metode Klorid Timah .................................... 21
3.2.4 Analisis Sulfat ............................................................................................. 23
BAB IV KESIMPULAN ........................................................................................... 26
4.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 26
JAWABAN PERTANYAAN .................................................................................... 27
Analisis Nitrat ................................................................................................................. 27
Analisis Amonium ......................................................................................................... 27
Analisis Fosfat ................................................................................................................ 27
Sulfat ................................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 30
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum pada percobaan kali ini adalah sebagai berikut :
1.1.1 Untuk menentukan besarnya kadar nitrat yang terkandung dalam air
1.1.2 Untuk menentukan besarnya kadar Amonium yang terlarut dalam air.
1.1.3 Untuk menentukan besarnya kadar fosfat yang terlarut dalam air.
1.1.4 Untuk menentukan banyaknya kadar sulfat yang larut di dalam air.
(Srinandan,2012)
3
melibatkan pembentukan asam molibdosfosforik dari atosfosfat dan terciptanya
warna biru dari relasi sisa molybdenum pada suasana asam.
(Pradhan,2012)
Amoniak merupakan acuan terjadinya suatu pencemaran pada suatu badan
air, dimana pada air sungai, kadar Ammoniak harus lebih kecil dari 0.5 mg NH3.
Sedangkan jika digunakan untuk air minum kadar Ammoniak harus nol. Hal ini
karena rasa yang ditumbulkan dengan adanya Ammoium pada air minum sangat
mengganggu dan menurunkan nilai ekonomisnya.
(APHA,2005)
Sulfat terdistribudi alami pada air. Sulfat berasal dari mineral seperti barite,
epsomite dan gypsum. Tipikal Sulfat yang boleh berada dalam air adalah 20 mg/L
dan rata-rata 0-630 mg/L yang berada pada sungai. Tingginya partikel Sulfat
menyebabkan banyak endapat, seperti mgSO4, CaSO4 yang berguna
(Swamy,et all,2013)
(Basset, 2012)
4
BAB II
KERANGKA PRAKTIKUM
Brucin Asetat
Ditambahkan sebanyak 2 mL
Asam Sulfat
Ditambahkan sebanyak 4 mL
Diaduk dan dibiarkan selama 10 menit
Dibaca dengan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 410 μm dan dibaca pada hasil kalibrasi atau
kurva kalibrasi.
Hasil
Larutan Nessler
Ditambahkan 1 mL
Garam Signet
5
Ditambahkan 1,25 mL kemudian diaduk dan dibiarkan
selama 10 menit
Kemudian dibaca dengan spektrofotometer panjang
gelombang 410 μm
Dibaca pada hasil kalibrasi atau kurva kalibrasi
Hasil
Ammonium Molibdate
Ditambahkan 1 mL
Klorid Timah
Ditambhakan 3 tetes
Diaduk kemudian didiamkan 7 menit
Dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang
650 μm kemudian absorbansi hasil pembacaan dihitung
dengan rumus hasil kalibrasi atau dibaca dengan kurva
kalibrasi
Hasil
6
2.1.4 Analisis Sulfat
Salt Acid
Ditambahkan 2,5 mL
Barium Klorida
Hasil
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
3. Menambahkan Asam Sifat fisik Asam
Sulfat pekat sebanyak 4 sulfat pekat
mL dengan ke dalam - cair
masing-masing - suhu tinggi
Erlenmeyer - bening
menggunakan Propipet - berbau menyengat
dan Pipet ukur. Setelah
itu mengaduk sampel Sifat fisik air sampel
serta dibiarkan selama setelah penambahan
10 menit. Asam sulfat
- cair
- suhu tinggi
- keruh keijauan
- berbau menyengat
9
2 Menambahkan larutan Sifat fisik larutan
nessler sebanyak 2 mL nessler
ke dalam masing-masing - cair
Erlenmeyer yang berisi - suhu ruang
sampel dan aquades - kuning
dengan menggunakan - berbau menyengat
pipet ukur dan propipet.
Sifat fisik air sampel
setelah penambahan
larutan nessler
- cair
- suhu ruang
- kuning kecoklatan
- tidak berbau
-
10
Sifat fisik air sampel
setelah pengadukan
- cair
- suhu normal
- kuning kecoklatan
- tidak berbau
- Terlihat seperti ada
endapan berwarna
orange
11
2 Menambahkan Sifat fisik larutan
Ammonium Molybdate Ammoniummolibdate
sebanyak 1 mL ke dalam - cair
masing-masing - suhu ruang
Erlenmeyer yang berisi - bening
sampel dan aquades - tidak berbau
menggunakan Pipet
Ukur dan Propipet. Sifat fisik air sampel
setelah penambahan
Ammoniummolibdate
- cair
- suhu ruang
- timbul endapan
kuning
- tidak berbau
12
- cair
- suhu tinggi
- bening
- tidak berbau
13
- suhu ruang
- bening
- tak berbau
14
Sifat fisik aquades
setelah penambahan
Salt acid
- cair
- suhu ruang
- bening
- tidak berbau
15
- bening
- tidak berbau
3.2 Pembahasan
Praktikum kelima Teknik Analisis Pencemar Lingkungan dilakukan
pada Senin, 22 April 2019 di Laboratorium Pemulihan Air Departemen Teknik
Lingkungan FTSLK ITS. Pada praktikum kali ini ssamel yang digunakan adalah
air dari outlet IPAL Teknik Lingkugan FTSLK ITS yang diambil sebanyak 300 ml.
Pengambilancsampel dilakukan tepat sebelum praktikum dimulai dengan tujuan
sifat fisiknya tidak berubah sehingga memiliki hasil yang lebih valid. Aquades
yang digunakan dalam praktikum ini sebagai blanko.
Aalat yang dipakai dalam parktikum kali ini adalah Spektrofotometer
Propipet, Pipet, Labu Erlenmeyer 100 dan 50 ml serta bahan yang dipakai
ammonium molybdate, larutan nessler, barium klorida, salt acid, garam signet,
klorida timah, barium klorida
16
Brucin Asetat sebanyak 2 ml ke dalam sampel pada masing-masing labu
Erlenmeyer dengan menggunakan Propipet dan Pipet Ukur. Sifat fisik
larutan Brucin Asetat ialah berbau menyengat, bersuhhu normal, encer, dan
bening. Sifat fisik sampel setelah penambahan Brucin Asetat ialah tetap
sama seperti sebelumnya. Sifat fisik Aquades pasca penambahan ialah
tetap sama seperti sebelumnya. Tujuan dari penambahan ini ialah untuk
mengikat ion Nitrat ke dalam sampel sehingga membentuk koloid. Lalu,
menambahkan larutan asam sulfat (H2SO4) pekat ke dalam masing-masing
sampel dengan memakai Propipet dan Pipet Ukur. Sifat fisik Asam Sulfat
ialah berbau asamn tak berwarna, bersuhu normal, dan encer. Sifat fisik
sampel air outlet IPAL Teknik Lingkungan setelah penambahan asam sulfat
pekat yaitu suhu menjadi hangat dan selebihnya tidak ada perubahan sifat
fisik. Tujuan dari penambahan ini ialah untuk menurunkan pH larutan
(suasana asam) dan mengurangi gangguan yang disebabkan oleh ion Fe2+,
Mn2+ juga senyawa bivalen lainnya yang dapat mengikat NO3-. Setelah itu,
mengaduk hingga rata dan membiarkan selama 10 menit masing masing
sampel. Tidak ada perubahan yang signifikan pasca pengadukan dan
didiamkan. Tujuan dari langkah ini ialah agar reaksi dapat berjalan merata,
reagen dapat bercampu secara menyeluruh. Kemudia, membaca nilai
absorbansinya mengunakan Spektrofotometer dengan panjang gelombang
410 nm. Berdasarkan hasil pengamatan, nilai absorbansi sampel air outlet
IPAL Teknik Linkungan 0,208 A. Selanjutnya membuat kurva kalibrasi dan
data yang diperoleh dari pengukuran Spektrofotometer dengan larutan
Standar Nitrat. Tabel dan Kurva kalibrasinya ialah sebagai berikut:
17
Kurva Kalibrasi Nitrat
0.6 y = 0.2377x + 0.037
0.5 R² = 0.9994
Absorbansi (A)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Konsentrasi Nitrat (mg/L)
y = 0,277x + 0,037
0,208 = 0,277x + 0,037
x = (0,208-0,037)/0,277
x = 0,617 mg/L
Konsentrasi Nitrat tinggi yang dilepaskan pada air limbah dari pupuk,
industry kimia, dan bahan peledak yang belum diolah dan ditentukan di
danau dan sungai dapat menyebabkan kontaminasi air tanah.
Mengkonsumsi Nitrat dengan konsentrasi tinggi dapat menimbulkan
bahaya bagi kesehatan, seperti Methemoglobinemia. WHO telah
menetapka bahwa batas kadnungan Nitrat dan Nitrit yang diperbolekan
daam air minum sebesar 50 mg/L dan 3 mg/L. (Srinandan,2012)
18
Beef Lambert maka intensitas warna yang tersisa berbanding lutus dengan
knsentrasi NH3 pada sampel. Alat yang digunakan adalah Kertas Saring,
Erlenmeyer, Propipet, Pipet Ukurm Pipet Tetes,Gelas Ukur, Spektrofotometer
dan Kuvet. Sedangkan, bahananya ialah sampel air outlet IPAL Teknik
Lingkungan ITS, Aquades, Sakinah, Larutan Galam Signet, dan Larutan
Nessler.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam analisis ini ialah mengambil
sampel air outlet IPAL Teknik Lingkungan yang telah disaring menggunakan
kertas saring dan mengambil Aquades sebanyak 25 ml untuk diletakkan di
Erlenmeyer berbeda dengan menggunakan Gelas Ukur. Sifat fisik air outlet
IPAL Teknik Lingkungan, yaitu encer berwarna keru, bersuhu normal, dan tak
berbau. Sifat fisik Aquades yaitu tak berwarna, tak berbau, bersuhu normal,
dan encer. Tujuan dari langkah penyaringan sampel ialah agar suspense yang
menyebabkan kekeruhan pada sampel dapat tertinggal di Kertas Saring.
Langkah kedua ialah menambahkan Larutan Nessler sebanyak 1 ml ke dalam
masing-masing sampel tadi degan Propipet dan Pipet Ukur. Siat fisik nessler
ialah berwarna kuning, encer, tak berbau dan bersuhu normal. Sifat fisik air
sampel setelah penambahan nessler ialah sampel menjadi berwarna kuning
kecoklatan, bersuhu normal, tak berbau, dan encer. Sfat fisik sampel Aquades
pasca penambahan tetap sama seperti sebelummnya. Tujuan dari
penambahan ini adala untuk mengikat Ammonium dalam sampel yang
kemudian membentuk kompleks utama. Lalu, menambahkan larutan Garam
sugnet sebanyak 1,25 ml ke dalam massing masing sampel dengan Propipet
dan Pipet Ukur. Sifat fisik larutan Garam Signet ialah tak berwarna, bersuhu
normal, tak berbau dan encer. Sifat fisik sampel air outlet IPAL Teknik
Lingkungan pascaa penambahan ialah berwarna jingga, bersuhu normal, tak
berbau, danencer. Sifat fisik Aquades pasca penambahan tetap sama seperti
sebelumnya. Tujuan penambahan ini untuk mencitakan suasana basa dalam
larutan. Kemudian, mengaduk hingga rata dan membiarkan sampel selama 10
menit. Tidak terjadi oerubahan fisik yang berarti pada sampel pasa
pengadukan. Tujuan pengadukan agar reaksi dapat berjalan merata dan
reagen tercampur seluruhnya. Pengadukan dilakukan dengan menggoyang-
goyangkan Erlenmeyer. Tujuan didiamkan 10 menit ialah agar reaksi dapat
berjalan rata dan sempurna. Selanjutnya, membaca nlai absorbansi di
Spektrofotometer dengan panjang geombang 410 μm. Didapatka nilai
absorbans sebesar 0.061 A. Setelah itu nilai absorbansi diplotka pada
kurva kalibrasi. Berikut adalah kurva kalibrasi dan tabel.
Konsentrasi (mg/L) Nilai absorbansi (A)
0,05 0,038
0,125 0,056
0,25 0,079
19
0,5 0,13
0,75 0,163
1 0,21
1,5 0,3
2 0,4
R² = 0.9987
0.3
0.2
0.1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Konsentrasi Amonium (mg/L)
y = 0,1818x + 0,0317
0,061 = 0,1818x + 0,0317
x = (0,061-0,0317)/0,1818
x = 0,16 mg/L
(APHA,2005)
20
3.2.3 Analisis Fosfat dengan Metode Klorid Timah
Percobaan Analisis Fosfat dengan Metode Klorid Timah bertujuan
untuk mengetahui besarnya kadar Fosfat (PO43-) yang terlarut dalam air.
Prinsip dari analisis ini menggunakan Metode Klorid Timah dimana sampel
dan blanko masing-masing ditambahkan larutan Ammonium Mlolibdate dan
larutan Klorid Timah. Kemudian, dibaca pada Spektrofotometer dengan
panjang gelombang 650 nm. Alat yang giunakan dalam analisis ini adalah
Kertas Saring, Erlenmeyerm Gelas Ukur Propipet, Pipeet Ukurm Pipet
Tetes, Spektrofotometer, dan Kuvet. Sedangkan, bahannya ialah sampel
air outlet IPAL Teknik Lingkungan ITS, Aquades, Larutan Ammonium
Molibdate, dan larutan klorid Timah
Langkah pertama yang harus dilakukan ialah mengambil sampel air
outlet IPAL Teknik Lingkungan ITS yang telah disaring dengan Kertas
Saring dan Aquades sebanyak 25 ml untuk diletekkan di Erlenmeyer
dengan Gelas Ukur. Sifat fisik sampel air outlet IPAL Teknik Lingkungan,
yaitu keruh, bersuhu normal, tak berbau, dan encer. Sifat fisik aquades tak
berwarna, bersuhu normal, tak berbau, dan encer. Tujuan dari proses
penyaringan sampel iala agar suspense yang menyebabkan kekeruhan
pada sampel dapat tertinggal di Kertas Saring. Langkah kedua ialah
menambahkan 1 ml Larutan Ammonium Molibdate ke dalam massing-
masing sampel tad dengan menggunakan Propipet dan Pipet Ukur. Sifat
fisik Larutan Ammonium Molibdate ialah tak berwarna, bersuhu normal, tak
berbau dan encer. Sifat fisik air outlet IPAL Teknik Lingkungan pasca
peambahan, yaitu timbul endapan kuning, bersuhu normal, tak berbau dan
encer. Sifat fisik aquades pasca penambahan tetap sama seperti
sebelumnya. Tujuan dari penambahan ini ialah untuk membentuk senyawa
kompleks Molibdosfosfat sebagai senyawa pereduksi. Lalu,
menenambahkan 3 tetes Larutan Klorid Timah ke dalam masing-masing
sampel dengan memakai Pipet Tetes. Sifat fisik larutan Klorid Timah ialah
kuning transparan, bersuhu normal, berbau menyegat dan encer. Sifat fisik
aie sampel outlet IPAL Teknik Lingkungan pasca penambahan tetap sama
seperti sebelumnya. Tujuan dari penambahan ini ialah untuk membentuk
senyawa kompleks Molibdofosfat sebagai senyawa pereduksi. Lalu,
menambahkan 3 tetes Klorid Timah ke dalam masing-masing sampel
dengan memakai Pipet Tetes. Sifat fisik Larutan Klorid Timah ialah kuning
transparan , bersuhu normal, berbau menyengat, dan encer. Sifat fisik air
sampel setelah penambahan ialah berwarna biru, tak berbabu, bersuhu
normal, dan enceer. Sifat fisi Aquades pasca penambahan tetap sama
sepeerti sebelumnya. Tujuan penambahan ini adalah sebagai pereduksi
21
senyawa kompleks Ammonium. Setelah itu, mengaduk sampel hingga rata
dan mendiamkannya. Tidak terjadi perubahan berart pada sampel pasca
pengadukan dan didiamkan. Tujuan langkah ini ialah agar seluruh reagen
bercampur dengan baik dan reaksi dapat berjalan optimal. Kemudian,
membaca nilai absorbansinya di Spektrofotometer dengan panjang
gelombang, 650 nm. Berdasarkan hasil pengamatan, nilai Aquades
(blanko) sebesar 0,000 A dan sampel air sungai outlet IPAL Teknik
Lingkungan sebesar 0,425 A. Tabel dan kurva kalibrasinya sebagai berikut
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi Fosfat (mg/L)
y = 0,7046x + 0,0228
0,425 = 0,7046x + 0,0228
x = (0,425-0,0228)/0,7046
22
x = 0,57 mg/L
Berdasarkan perhitungan d atas, didapatkan kosentrasi Fosfat sebesar
0.9157 mg/L pada sampel air outlet IPAL Teknik Lingkungan ITS. Menurut
PP No 82 Tahun 2001, Kriteria baku mutu sampel air outlet IPAL Teknik
Lingkuungan ITS masuk dalam golongan kelas III karena sampel memenuhi
standar yang ada, dimana batass maksimum pada golongan III ialah 1 mg/L
Analisis Sulfat
23
sebelumnya. Tujuan penambahan ini ialah untuk membentuk Barim SUlfat
sehingga ion sulfat dapat terlarut sebagai koloid dan memunculkan
kekeruhan dalam sampel. Setelah itu mengaduk sampel hingga rata dan
mendiamkan selama 4 menit. Tidak terjadi perubahan yang berarti pada
sampel pasca pengadukan dan didiamkan. Tujuan dari langkah ini ialah agar
sekuruh reagen bercampur dengan baik dan reaksi berjalan optimal.
Kemudian, membaca nilai absorbansi di Spektrofotometer dengan panjang
gelombang 420 nm. Berdasarkan hasil pengamatan, nilai absorbansi
Aquades (blanko) sebesar 0,000A dan nilai absorbansi air sampel outlet air
IPAL Teknik Lingkungan sebesar 0,628 A. Selanjutnya, mebuat kurva
kalibrasi dari dari data yang diperoleh dari pengukuran Spektrofotometer dan
Larutan Standar Sulfat. Kurva kalibrasinya ialah sebagai berikut :
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi Sulfat (mg/L)
24
y = 0,0086x + 0,0182
0,628 = 0,0086x + 0,0182
x = (0,628-0,0182)/0,0086
x = 70,1 mg/L
Sulfat tereduksi alami pada air. Sulfat berasal dari mineral sepeerti
barite, epsomite, dan gypsum, Tipikal Sulfat yang yang boleh berada dalam
air adalah 20 mg/L dan rata-rata 0-630 mg/L yang berada pada Tingginya
partikel Sulfat eyebabkan banyak endapat, seperti mgSO4, CaSO4 yang
berguna
25
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
4.1.1 Analisis Nitrat yang menjadikan sampel air didapatkan kandungan kadar
nitrat dalam sampel air outlet IPAL Teknik Lingkungan adalah sebesar
0,617 mg/L dan berada ke dalam kelas 1 karena memenuhi standar. Nitrat
yang didapatkan memenuhi baku mutu karena berada dibawah 50 mg/L
(berdasarka PP No 82 Tahun 2001 tentang baku mutu air minum)
4.1.2 Dari hasil analisis, didapatkan kadar ammonium dalam sampel air IPAL
Teknik Lingkungan adalah sebesar 0,16 mg/L dan sampel tersebut masuk
edalam kelas II karena memenuhi standar, dimana nilai maksimum untum
Ammonium pada golongan ini tidak terhingga. (berdasarkan PP No. 82
tentang baku mutu air minum)
4.1.3 Dari hasil analisis, didapatkan kadar fosfat dalam sampel air IPAL Teknik
Lingkungan adalah sebesar 0,57 mg/L dan sampel tesebut tergolong ke
dalam kelas II karena masih memenuhi standar, dimana nilai maksimum
untuk Fosfat pada golongan ini sebesar 1 mg/L. (berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang baku mutu air minum).
4.1.4 Dari hasil analisis, didapatkan kadar sulfat dalam sampel air IPAL Teknik
Lingkungan adalah sebesar 70,1 mg/L dan masuk kedalam golongan Kelas
1 karena memenuhiI\ Standar, dimana nilai maksimum untuk Sulfat pada
golongan ini sebesar 400 mg/L (Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
82 Tahun 2001 tentang baku mutu air minum).
26
JAWABAN PERTANYAAN
Analisis Nitrat
1. Sebutkan 3 metoda analisis nitrat selain metoda Brucin Asetat!
Metode analisa spektrofotometer pada panjang gelombang 220 nm
(sinar ultra ungu) yang cocok sebagai analisa penduga bagi air tanpa
zat organik dengan kadar NO3 – N antara 0,1 – 1,1 mg/L.
Metode analisa dengan elektroda khusus (pH meter) yang cocok
sebagai analisa penduga baik untuk air bersih maupun air buangan
dengan skala dasar NO3 – N antara 0,2 – 1400 mg/L.
Metoda analisis dengan asam kromotofik untuk air dengan kadar NO 3
– N antara 0,1 – 9 mg/L.
2. Sebutkan cara pengawetan sampel untuk analisis nitrat dan jelaskan untuk
berapa lama sampel bisa bertahan!
Pada analisa nitrat, harus dilakukan segera setelah pengambilan sampel, jika
terpaksa diawetkan dengan menambahkan H2SO4 pekat sampai pH < 2 dan
didinginkan (berlaku 2 hari) atau tambahkan 40 mg HgCl2/L kemudian
dibekukan pada suhu -20oC (berlaku 2 hari), jika akan dilakukan analisa
klorometris NO3- setelah reduksi NO3- menjadi NO2-, cara pengawetan pertama
dalam penambahan H2SO4 tidak boleh dilakukan.
Analisis Amonium
1. Bagaimana cara pengawetan sampel yang tidak dapat segera dianalisis?
Cara pengawetan sampel yang tidak langsung dianalisa dengan menciptakan
suasana asam pada sampel secepat mungkin dengan H2SO4 pekat hingga pH
< 2. Tapi untuk air buangan industri mungkin bisa memerlukan lebih banyak
H2SO4 dan didinginkan pada 4oC selama maksimum 3 minggu.
2. Biasanya pada analisis ini terdapat gangguan klor, bagaimana cara
mengatasinya?
Air yang diduga mengandung klor aktif harus ditambah dengan zat pereduksi
Na2SO3 atau Na2S2O3 dengan kadarnya (sebagai mol) sama dengan kadar
klor aktif (sebagai mol supaya klor tersebut tidak mengikat NH3.
Analisis Fosfat
1. Sebutkan 3 contoh senyawa fosfat yang terdapat di dalam air dan jelaskan!
Ortophospat : senyawa monomer, terdapat 1 phosphat dalm 1
senyawa. Contoh: H3PO4, HPO4-
Poliphospat : senyawa eperti Heka Metafosfat (PO3)3-, 5-Trimet-
Polifosfat (P3O18) dan pirofosfat.
Phosphat organik : yaitu P yang terikat dengan senyawa organik
27
sehingga berada dalam larutan dalam bentuk terikat
2. Jelaskan mengapa pada analisis mnggunakan spektrofotometer, sampel air
yang keruh harus disaring lebih dahulu!
Karena organic, P yang terikat dengan senyawa organic sehingga berada
dalam larutan dalam bentuk yang terikat
3. Jelaskan kerugian yang ditimbulkan fosfat jika terdapat dalam jumLah yang
berlebih dalam badan air!
Kadar fosfat terlalu tingi akan mengakbatkan pertumbuhan tanaman dan
ganggang tak terkenali sehingga dapat menghabiskan oksigen dalam badan
air dan mengakibatkan matinya organisme yang dalam air tersebut
Sulfat
1. Jelaskan prinsip penentuan Sulfat dengan metoda spektrofotometri!
Ion Sulfat diendapkan dalam suasana asam dengan Kristal BaCl2 untuk
membentuk suspense koloid Barium Sulfat (BaSO4). Absorbansinya cahaya
dan suspense Barium Sulfat diukur dengan metode Spektrofotometer dan
Koensentrasi Sulfat dengan perbandingan pembacaandengan kuva standar
kalibrasi Sulfat
2-
2. Sebutkan 3 macam gangguan yang dapat terjadi pada penentuan SO4
dengan metoda spektrofotometri!
Terdapat warna atau zat terlarut dalam jumah besar dalam sampel
Terdapat silica dalam jumlah lebih dari 500 mg/L dalam sampel
Terdapat banyak materi organik
3. Apa yang dimaksud dengan “Crown Corrosion” dan apa penyebabnya?
Adalah korisi pada baian atas pipa yang disebabkan oleh bakteri yang
mengoksidasi anaerobic. Pembentukan Asam Sulfat (H2SO4) dalam kondisi
lingkungan pipa yang an aerobic. Pembentukan Asam Sulfat paling banyak
terjadi di bagian atas pipa dimana drainase-drainase minimum terjadi sehingga
korosi terparah terjadi pada bagian atas pipa, beerikut adalah reaksi Crown
Corrosion:
Crown corrosion yaitu korosi pada pipa saluran air limbah domestic maupun
industry yang disebabkan H2S pada kondisi anaerobic
𝑆𝑂4 2− → 𝑆 2− + 2𝐻 + → 𝐻2 𝑆
crown corrosion disebabkan oleh limbah domestic dengan suhu tinggi, waktu
deteksi pada sewer yang lama konsentrasi sulfat yang berlebih.
4. Sulfat dapat menimbulkan bau dan terjadinya korosi.
a. Jelaskan terjadinya bau dan tuliskan reaksi yang terjadi!
Terjadinya bau disebabkan H2S sebagai electron acceptor
𝑆𝑂4 2− + 𝑧𝑎𝑡 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 → 𝑆 2− + 𝐻2 𝑂 + 𝐶𝑂2
𝑆 2− + 𝐻 + → 𝐻𝑆 −
𝐻𝑆 − + 𝐻 + → 𝐻2 𝑆
28
b. Tuliskan reaksi yang terjadi pada korosi!
Korosi disebabkan oleh:
𝑆 2− + 𝐻 + → 𝐻𝑆 −
𝐻𝑆 − + 𝐻 + → 𝐻2 𝑆
𝐻2 𝑆 + 2 𝑂2 → 𝐻2 𝑆𝑂4
29
DAFTAR PUSTAKA
APHA, AWWA, WPCH. 2005. Standar Menthod for Examination of Water Wastewater,
21st Edition. Washington DC: APHA
Basset. 2010. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku
Kedokteran
30