TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi eksisting daerah pengambilan sampel kurang begitu bersih dan air pada
sumur tersebut sangat keruh dan berminyak. Pengambilan sampel dilakukan pada
cuaca cerah. Sampel diambil sebanyak 2 liter. Air sumur tersebut digunakan oleh
pemiliknya untuk mencuci dan mandi. Kondisi disekitar sumur banyak ember
yang berserakan dan banyak kayu-kayu bekas pembangunan rumah,
2.3 Umum
Kandungan COD yang tinggi mengindikasikan bahwa terdapat banyak zat organik
dalam air. Mikroba dalam air akan menjadi aktif dan menguraikan bahan organik
secara biologis menjadi senyawa asam-asam organik. Penguraian ini terjadi secara
aerob dan anaerob yang menimbulkan gas CH4, NH3 dan H2S yang berbau busuk.
Kandungan COD yang tinggi akan menyebabkan turunnya nilai oksigen terlarut.
Padahal, kehidupan akuatik seperti ikan mendapatkan oksigennya dalam bentuk
oksigen terlarut yang sebagian besar berasal dari atmosfer. Tanpa adanya oksigen
terlarut pada tingkat konsentrasi tertentu, banyak ikan akan mati dalam perairan
tercemar, bukan diakibatkan oleh toksitasi zat pencemar langsung, tetapi karena
kekurangan oksigen sebagai akibat dari timbulnya gas tersebut pada proses
penguraian/ penghancuran zat pencemar (Effendi, 2008).
2.3 Disolve Oxygen (DO) - Biochemical Oxygen Demand (BOD)
2.3.1 Pengertian Disolve Oxygen (DO) - - Biochemical Oxygen Demand (BOD)
DO merupakan jumlah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air yang berasal
dari udara atau proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen dibutuhkan oleh semua
makhluk yang hidup di air. Tanpa adanya oksegen terlarut, banyak
mikroorganisme dalam air tidak dapat hidup karena oksigen terlarut digunakan
untuk proses degradasi senyawa organik dalam air. Kelarutan oksigen dalam air
tergantung pada temperature dan tekanan atmosfir. Berdasarkan data-data
temperatur dan tekanan, maka kalarutan oksigen jenuh dalam air pada 25 o C dan
tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/l (Rao, 2010).
Difusi oksigen atmosfer ke air bisa terjadi secara langsung pada kondisi air
stagnant (diam) atau terjadi karena agitasi atau pergolakan massa air akibat
adanya gelombang atau angin. Difusi oksigen dari atmosfer ke perairan pada
hakekatnya berlangsung relatif lambat, meskipun terjadi pergolakan massa air
atau gelombang. Sebagian besar oksigen pada perairan danau dan waduk
merupakan hasil sampingan aktivitas fotosintesis. Pada proses fotosintesis,
karbondioksida direduksi menjadi karbohidrat dan air mengalami dehidrogenasi
menjadi oksigen, persamaannya dapat diuraikan sebagai berikut (Marganof,
2007).
Apabila pada suatu saat bahan organik dalam air menjadi berlebih sebagai akibat
masuknya limbah aktivitas manusia (seperti limbah organik dari industri), yang
berarti suplai karbon (C) melimpah, menyebabkan kecepatan pertumbuhan
mikroorganisme akan berlipat ganda, yang berati juga meningkatnya kebutuhan
oksigen, sementara suplai oksigen dari udara jumlahnya tetap. Kondisi seperti ini,
kesetimbangan antara oksigen yang masuk ke air dengan yang dimanfaatkan oleh
biota air tidak setimbang, akibatnya terjadi defisit oksigen terlarut dalam air
(Astrianti dkk, 2009).
Bila penurunan oksigen terlarut tetap berlanjut hingga nol, biota air yang
membutuhkan oksigen (aerobik) akan mati, dan digantikan dengan tumbuhnya
mikroba yang tidak membutuhkan oksigen atau mikroba anerobik. Sama halnya
dengan mikroba aerobik, mikroba anaerobik juga akan memanfatkan karbon dari
bahan organik. Dari respirasi anaerobik ini terbentuk gas metana (CH 4) disamping
terbentuk gas asam sulfida (H2S) yang berbau busuk. Apabila tingkat polusi tinggi
maka dapat menyebabkan tingkat oksigen terlarut menjadi nol (non aerobik)
sehingga dapat menimbulkan kematian bagi ikan dan organisme dalam air
(Astrianti dkk, 2009)
Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah suatu analisis empiris yang mencoba
mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di
dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk
menguraikan (mengoksidasi) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian
zat –zat organik yang tersuspensi dalam air (Mindryani, 2009).
BOD5 merupakan salah satu indikator pencemaran organik pada suatu perairan.
Perairan dengan nilai BOD5 tinggi mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar
oleh bahan organik. Bahan organik akan distabilkan secara biologi dengan
melibatkan mikroba melalui sistem oksidasi aerobik dan anaerobik. Oksidasi
aerobik dapat menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut di perairan
sampai pada tingkat terendah, sehingga kondisi perairan menjadi anaerob yang
dapat mengakibatkan kematian organikme akuatik (Astriani, 2009).
Tabel 2.2 Status kualitas air berdasarkan nilai BOD5
No Nilai BOD5 (ppm) Status Kualitas air
1 ≤ 2,9 Tidak tercemar
2 3,0 – 5,0 Tercemar ringan
3 5,1 – 14,9 Tercemar sedang
4 ≥ 15 Tercemar berat
Tes BOD secara luas digunakan untuk menentukan kekuatan polusi dari buangan
domestik dan industri yaitu oksigen yang diperlukan oleh buangan tersebut jika
dibuang ke perairan alami pada kondisi aerob. Tes BOD (Biochemical Oxygen
Demand) merupakan prosedur bioassay yaitu mengikut sertakan pengukuran
oksigen yang dikonsumsi oleh organikme hidup (terutama bakteri) saat
menggunakan bahan organik yang terkandung di dalam buangan pada kondisi
yang dibuat sama mendekati kondisi di alam. Tes BOD (Biochemical Oxygen
Demand) dapat dikatakan sebagai prosedur oksidasi basah dimana organikme
hidup berperan sebagai media oksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan
air (Mindriany, 2009).
Jenis bakteri yang mampu mengoksidasi zat organik “biasa” yang berasal dari
sisa-sisa tanaman dan air buangan penduduk, berada pada umumnya disetiap air
alam. Jumlah bakteri ini tidak banyak di air jernih dan di air buangan industri
yang mengandung zat organik. Pada kasus ini pasti perlu ditambahkan benih
bakteri. Untuk mengoksidasi/penguraian zat organik yang khas terutama di
beberapa jenis air buangan industri yang mengandung misalnya fenol, deterjen,
minyak dan sebagainya bakteri harus diberikan waktu penyesuaian beberapa hari
melalui kontak dengan air buangan tersebut, sebelum digunakan sebagai benih
pada analisa BOD (Biochemical Oxygen Demand) air tersebut (Mindryani,2009).
Jumlah zat organik yang ada didalam air diukur melalui jumlah oksigen yang
dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat organik tersebut. Karena reaksi BOD
dilakukan dalam botol yang tertutup, maka jumlah oksigen yang telah dipakai
adalah perbedaan antara kadar oksigen didalam larutan pada saat t = 0 (biasanya
baru ditambah oksigen dengan aerasi hingga 9 mg yaitu konsentrasi kejenuhan)
dan kadarnya pada t = 5 hari (konsentrasi sisa harus ≥ 2 mg agar hasil cukup teliti.
Oleh karena itu, semua sampel yang mengandung BOD > 6 mg harus diencerkan
supaya syarat tersebut terpenuhi (Salmin, 2010).
Lima jenis gangguan yang umumnya terdapat pada analisa BOD (Salmin, 2010):
1. Proses nitrifikasi dapat mulai terjadi di dalam botol BOD setelah 2-10 hari
Semakin banyak bahan organik dalam air, maka semakin besar BOD-nya
sedangkan DO akan semakin rendah. Air yang bersih adalah jika tingkat DO-nya
tinggi, sedangkan BOD dan zat padat terlarutnya rendah. Apabila kadar oksigen
terlarut berkurang mengakibatkan hewan-hewan yang menempati perairan
tersebut akan mati. Dan jika kadar BOD meningkat menyebabkan perairan
menjadi tercemar (Hilda, 2009).
Analisis BOD dan COD dari suatu limbah akan menghasilkan nilai-nilai yang
berbeda karena kedua uji mengukur bahan yang berbeda. Nilai-nilai COD selalu
lebih tinggi dari nilai BOD. Perbedaan di antara kedua nilai disebabkan oleh
banyak faktor seperti bahan kimia yang tahan terhadap oksidasi kimia, seperti
lignin ; bahan kimia yang dapat dioksidasi secara kimia dan peka terhadap
oksidasi biokimia tetapi tidak dalam uji BOD 5 hari seperti selulosa, lemak
berantai panjang atau sel-sel mikroba dan adanya bahan toksik dalam limbah yang
akan menggangu uji BOD tetapi tidak uj COD (Hilda, 2009).
Walaupun metode COD tidak mampu mengukur limbah yang dioksidasi secara
biologik, metode COD mempunyai nilai praktis. Untuk limbah spesifik dan pada
fasilitas penanganan limbah spesifik, adalah mungkin untuk memperoleh korelasi.
Untuk menghitung kapasitas aerasi, Direksi akan menjadi parameter yang cocok,
karena itu langsung berkaitan dengan konsumsi oksigen. Tetapi dalam hal lain Uji
COD lebih handal daripada hasil BOD, sehingga populer digunakan bCOD
sebagai beban organik untuk desain pabrik pengolahan biologis (Hilda, 2009).
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk
dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti
Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi
maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas
efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang
diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja. Di dalam reaktor pertumbuhan
lekat, mikroorganikme tumbuh di atas media pendukung dengan membentuk
lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak
dikembangkan selama ini, antara lain (Marganof, 2007):
1. Trickling filter;
2. Cakram biologi;
3. Filter terendam;
4. Reaktor fludisasi.
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-
90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian
secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:
1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;
2. proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/L, proses aerob masih
dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000
mg/L, proses anaerob menjadi lebih ekonomis (Wagiman, 2014)
COD atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 L sampel air,
dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizin agent).
Kadar COD yang tinggi pada suatu badan air disebabkan karena banyaknya
limbah organik yang dibuang ke badan air sehingga badan air mengalami
kekurangan oksigen terlarut dan makhluk hidup juga banyak yang mati di
dalamnya (Efendi,2008).
Tes COD (Chemical Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen kimia biasanya
digunakan sebagai ukuran pencemaran air oleh limbah domestik dan industri. Tes
ini menghitung ukuran limbah menurut ketentuan/syarat jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik dalam air sesuai Eq. Angka
COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara
alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Efendi,2008).
COD merupakan salah satu parameter indikator pencemar didalam air yang
disebabkan oleh limbah organik, keberadaan COD didalam lingkungan sangat
ditentukan oleh limbah organik, baik yang berasal dari limbah rumah tangga
maupun industri, secara umum konsentrasi COD yang tinggi dalam air
menunjukkan adanya bahan pencemar organik yang berbahaya. kadar COD
dalam air limbah berkurang seiring dengan berkurangnya konsentrasi bahan
organik yang terdapat dalam air limbah. konsentrasi bahan organik yang rendah
tidak selalu dapat direduksi dengan metoda pengolahan yang konvensional
(Hilda, 2009).
Tes COD atau kebutuhan oksigen kimia biasanya digunakan sebagai ukuran
pencemaran air oleh limbah domestik dan industri.Tes ini menghitung ukuran
limbah menurut ketentuan/ syarat jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi senyawa organik dalam air.Tes COD sangat luas digunakan sebagai
alat pengukuran kekuatan organik buangan domestik dan industri. Tes ini
mengukur kandungan organik sebagai jumlah total oksigen yang diperlukan untuk
oksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Selama penentuan COD,
bahan organik dikonversi menjadi karbondioksida dan air dengan mengabaikan
kemampuan asimilasi biologi. Sebagai contoh, glukosa dan lignin dapat dioksidasi
secara sempurna. Hasilnya, nilai COD lebih besar daripada nilai BOD atau
Biochemical Oxygen Demand dan dapat jauh lebih besar jika bahan organik yang
resisten terhadap degradasi biologi ada dalam jumlah yang berarti (Effendi, 2008).
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemar air oleh zat-zat organik yang
secara ilmiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Analisis COD berbeda
dengan analisis BOD namun perbandingan antara angka COD dengan angka BOD
dapat ditentukan.Tidak semua zat-zat organik dalam air buangan maupun air
permukaan dapat dioksidasikan melalui tes COD atau BOD (Marganof, 2007).
Tabel 2.1 Perbandingan Rata – Rata Angka BOD5/ COD untuk Beberapa Jenis Air
Jenis Air BOD5/COD
1. Air buangan domestik (penduduk) 0,40 – 0,60
2. Air buangan domestik setelah pengendapan
0,60
primer
3. Air buangan setelah pengolahan secara biologis 0,20
4. Air sungai 0,10
Sumber:Alaerts, 1984
Kekurangan tes COD adalah hanya merupakan suatu analisa yang menggunakan
suatu reaksi oksidasi kimia yang meniru oksidasi biologis, sehingga merupakan
suatu pendekatan saja.Karena hal tersebut, tes COD tidak dapat membedakan
antara zat-zat yang sebenarnya tidak teroksidasi inert dan zat-zat yang teroksidasi
secara biologis (Marganof, 2007).
Ada 3 macam pengolahan biologi yang banyak diterapkan saat ini, yaitu:
a. Lumpur aktif;
b. trickling filter;
c. kolam oksidasi.
Diantara sistem pengolahan limbah secara biologi tesebut tricling filter dapat
menurunkan nilai BOD 80-90 %. Pada proses pengolahan biologi dengan
menggunakan jenis trickling filter dengan cara melewatkan air limbah ke
dalam media filter yang terdiri dari materi yang kasar dan keras. Zat organik
yang terdapat di dalam air limbah diuraikan oleh bakteri dari mikroorganisme
baru, sehingga populasi mikroorganisme pada permukaan media filter semakin
banyak dan membentuk lapisan seperti lendir (slyme).