Anda di halaman 1dari 49

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Singkat Air Tanah atau Air Sumur


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Air Tanah,
bahwa air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah. Menurut Bouwer pada 1978, air tanah merupakan sejumlah air di bawah
permukaan bumi yang kemudian dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan, atau
sistem drainase dengan pemompaan. Dapat juga disebut aliran yang secara alami akan
mengalir ke permukaan tanah melalui rembesan atau suatu pancaran.
Air sumur adalah air tanah dangkal sampai kedalaman kurang dari 30 meter. Air
sumur umumnya pada kedalaman 15 meter dan dinamakan juga sebagai air tanah bebas
karena lapisan air tanah tersebut tidak berada di dalam tekanan. Air sumur merupakan air yang
digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi, cuci, kakus, dan
sebagainya Air sumur juga bisa dimanfaatkan sebagai air minum melalui sumur-sumur
dangkal, dari segi kualitas agak baik sedangkan kuantitasnya kurang cukup dan tergantung
pada musim. Oleh karena itu, untuk keperluan minum, termasuk untuk masak, air harus
mempunyai persyaratan khusus agar tidak menimbulkan penyakit pada manusia.
Untuk memenuhi kebutuhan air sumur yang bersih terdapat tiga parameter yaitu
fisik, kimia dan bakteriologi. Parameter fisik meliputi bau, rasa, warna, dan kekeruhan.
Parameter kimia meliputi kimia organik dan anorganik. Parameter bakteriologi meliputi total
bakteri koliform fekal dan koliform total (Waluyo 2004). Air sumur dengan kadar koliform
dan E.coli yang tinggi apabila digunakan oleh manusia sebagai air minum dapat
menyebabkan diare.
Salah satu sarana untuk mendapatkan air bersih adalah melalui sumur bor dan sumur
gali. Sumur gali (sumur dangkal) dapat diartikan sebagai bangunan penyadap air atau
pengumpul air tanah yang diperoleh dengan cara menggali. Sumur gali menyediakan air
yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu
dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan yang berasal dari
tempat pembuangan kotoran manusia dan hewan yakni kakus/jamban, juga dari limbah sumur
itu sendiri karena lantainya atau saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan
kontruksi dan cara pengambilan air sumur dapat menjadi sumber kontaminasi, 12 misalnya
sumur dengan kontruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba.

1
Sumur bor adalah suatu cara pengambilan air tanah dengan cara menancapkan pipa
kedalam tanah sampai kedalaman tertentu. Umumnya air ini bebas dari pengotoran
mikrobiologi dan secara langsung dapat di gunakan sebagai air minum. Air tanah ini dapat di
ambil dengan pompa maupun pompa mesin. Air yang ditemukan di kedalaman bawah
permukaan tanah ini sering kali lebih bersih dan lebih aman untuk diminum daripada air
permukaan, karena kurang terkontaminasi oleh polusi permukaan.
Air tanah yang masih alami tanpa gangguan manusia, kualitasnya belum tentu
bagus, terlebih lagi yang sudah tercemar oleh aktivitas manusia, kualitasnya akan semakin
menurun. Pencemaran air tanah antara lain disebabkan oleh kurang teraturnya pengelolaan
lingkungan. Air tanah yang telah tercemar sangat sulit untuk dipulihkan kembali menjadi
air bersih, meskipun beberapa logam berat sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan biologis.
Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup
Kabupaten Sambas melakukan pemantauan kualitas air sumur. Lokasi yang dipantau yaitu
sumur milik warga yang terletak di Desa Sebubus dan Desa Nibung Kecamatan Paloh serta
Desa Matang Terap dan Desa Semperiuk A Kecamatan Jawai Selatan.

1.2 Parameter yang diuji


Ada delapan parameter yang diuji untuk mengetahui kualitas air sumur. Adapun
parameter tersebut adalah sebagai berikut :
1.2.1 Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman atau yang umumnya dituliskan dengan pH adalah salah satu
parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan.
Nilai pH mempunyai range skala 0 hingga 14. Air dikatakan netral bila mempunyai pH 7.
Substansi yang mempunyai pH kurang dari 7 dikatakan bersifat asam dan substansi dengan
pH lebih dari 7 dikatakan bersifat basa. Nilai pH 7-8,5 merupakan kisaran ideal untuk
produktivitas biologi (Ayuniar & Hidayat, 2018). Sedangkan berdasarkan PP Nomor 22
tahun 2021, standar baku mutu air sungai untuk kelas I memiliki pH berkisar antara enam
sampai sembilan (Indonesia, 2021).
Nilai pH yang berada di bawah empat akan merugikan bagi kehidupan akuatik.
Kebanyakan organisme akuatik tidak menyukai fluktuasi harian pH yang lebar karena pada
kondisi ini akan berdampak pada kematian organisme (Ayuniar & Hidayat, 2018).

2
1.2.2 Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (BOD)
Kebutuhan oksigen biokimiawi atau Biochemical oxygen demand (BOD) adalah
suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan
mikroorganisme untuk menguraikan atau mendekomposisikan bahan organik dalam kondisi
aerobik. Bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap
terdekomposisi (readily decomposable organic matter) (Boyd, Water Quality in Ponds for
Agriculture, 1990). BOD juga diartikan sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan
oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya
bahan organik yang dapat diurai (Mays, 1996).
BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya
mengukur secara relatif jumlah O2 yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan
buangan tersebut. Semakin besar kadar BOD, merupakan indikasi bahwa perairan tersebut
telah tercemar (Ferdiaz, 1992). Berdasarkan PP Nomor 22 tahun 2021, baku mutu kelas I
untuk BOD adalah 2 mg/L.
1.2.3 Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
Kebutuhan oksigen kimiawi atau Chemical oxygen demand (COD) merupakan
jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik yang ada didalam
air secara kimiawi. Limbah rumah tangga dan industri merupakan sumber utama limbah
organik dan merupakan penyebab utama tingginya konsentrasi COD, selain itu limbah
peternakan juga menjadi penyebab tingginya konsentrasi COD (Lumaela, Otok, & Sutikno,
2013). Nilai COD mengindikasikan kandungan total zat organik, baik yang biodegradable
maupun non-biodegradable, sedangkan nilai BOD hanya mengukur bagian biodegradable
saja (Koda, Miszkowska, & Sieczka, 2017).
Nilai COD selalu lebih tinggi dibandingkan BOD, hal ini karena banyak zat organik
yang dioksidasi secara kimia tetapi tidak dapat dioksidasi secara biologis. Pada reaksi ini
hampir semua zat yaitu sekitar 85% dapat teroksidasi menjadi CO 2 dan H2O dalam suasana
asam, sedangkan penguraian secara biologi (BOD) tidak semua zat organik dapat diuraikan
oleh bakteri. COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa
organik dalam air, sehingga parameter COD mencerminkan banyaknya senyawa organik
yang dioksidasi secara kimia. COD digunakan untuk menghitung kadar bahan organik yang
dapat dioksidasi dengan cara menggunakan bahan kimia oksidator kuat dalam media asam.
Beberapa bahan organik tertentu yang terdapat pada air, kebal terhadap degradasi biologis
dan ada beberapa diantaranya yang beracun meskipun pada konsentrasi yang rendah. Bahan

3
yang tidak dapat didegradasi secara biologis tersebut akan didegradasi secara kimia melalui
proses oksidasi, jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi tersebut dikenal
dengan COD. Nilai COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat organik yang
secara alamiah dapat dioksidasi dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air
(Khan, Ataullah, Shaheen, Ahmad, Malik, & Shahid, 2011).
Keberadaan COD di lingkungan akan memberikan dampak pada manusia dan
lingkungan, diantaranya adalah banyaknya biota air yang mati karena konsentrasi oksigen
terlarut dalam air terlalu sedikit dan semakin sulitnya mendapatkan air sungai yang
memenuhi kriteria sebagai bahan baku air minum (Lumaela, Otok, & Sutikno, 2013).
Berdasarkan PP Nomor 22 tahun 2021, baku mutu kelas I untuk COD adalah 10 mg/L.
1.2.4 Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen adalah gas yang tidak memiliki bau, rasa, warna dan hanya terdapat dalam
jumlah sedikit di dalam air (Sastrawijaya, 2000). Oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO)
merupakan indikator utama kualitas perairan. Oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO)
adalah total jumlah oksigen yang ada (terlarut) di air. DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup
untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energi untuk pertumbuhan dan pembiakan (Hamuna, Tanjung, Suwito, Maury, & Alianto,
2018).
Oksigen terlarut atau DO dihasilkan oleh tanaman di dalam air dalam proses
fotosintesisnya. Selain dari proses fotosintesis, DO juga dihasilkan dari proses difusi yang
menembus ke permukaan air secara lambat. Oksigen terlarut dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain adalah jumlah koloidal yang melayang dalam air, suhu air, serta limbah yang
terlarut dalam air. Daya larut oksigen dapat berkurang disebabkan naiknya suhu air dan
meningkatnya salinitas. Konsentrasi oksigen terlarut dipengaruhi oleh proses respirasi biota
air dan proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Pengaruh ekologi lain yang
menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut menurun adalah penambahan zat organik (bahan
buangan) (Siburian, Simatupang, & Bukit, 2017).
Secara umum, air yang telah tercemar oleh bahan pencemar memiliki oksigen
terlarut yang rendah. Bahan buangan organik yang terdapat di dalam air dapat bereaksi
oksidasi dengan oksigen sehingga makin banyak kadar bahan organik di dalam perairan maka
semakin sedikit kadar oksigen. Bahan organik ini biasanya berasal dari limbah industri,
limbah domestik, limbah pertanian, kotoran hewan, kotoran manusia dan lain sebagainya

4
(Wardhana, 2001). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021, kadar minimal
Oksigen terlarut kelas I dalam air adalah sebesar 6 mg/L.
1.2.5 Total Fosfat sebagai P
Fosfat adalah mikronutrien esensial yang berkontribusi pada pertumbuhan makhluk
hidup secara signifikan dalam ekosistem terutama pada lingkungan aquatik untuk transfor
energi (Pokhrel, Poudel, Aryal, Paudyal, & Ghimire, 2019). Fosfat juga bisa bertindak
sebagai polutan jika konsentrasinya melebihi batas yang diizinkan. Pada dasarnya makhluk
hidup yang tumbuh di perairan memerlukan fosfat pada jumlah tertentu. Sebaliknya
kandungan fosfat yang besar dapat meningkatkan pertumbuhan alga yang mengakibatkan
sinar matahari yang masuk menjadi berkurang (Ngibad, 2019).
Ion fosfat dalam perairan dapat ditemukan dalam tiga bentuk senyawa organik, yaitu
fosfor yang terikat pada molekul organik, ortofosfat dan polifosfat. Ortofosfat bisa
diendapkan melalui tambahan bahan kimia. Sementara fosfor organik dan polifosfat dapat
diubah menjadi ortofosfat melalui perlakuan secara biologi (Singh, 2013).
Beberapa sumber ion fosfat di antaranya adalah dekomposisi alami batuan dan
mineral, limbah pertanian, erosi dan sedimentasi, limbah domestik serta limbah industri
(Singh, 2013).
Berdasarkan lampiran VI Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021, kadar
maksimal fosfat sebagai P untuk air sungai kelas I adalah sebesar 0,2 mg/L.
1.2.6 Nitrat
Nitrat adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat merupakan salah satu
nutrient senyawa yang penting dalam sintesa protein hewan dan tumbuhan. Konsentrasi nitrat
yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme
perairan apabila didukung oleh ketersediaan nutrient. Nitrifikasi yang merupakan proses
oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen
dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi ammonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri
nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh nitrobacter (Effendi,
Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan, 2003).
Nitrat dapat terjadi secara alami akibat proses pencucian tanah. Sumber alami nitrat
biasanya meliputi batuan beku, drainase tanah, serta pelapukan tanaman dan hewan
(Munfiah, Nurjazuli, & Setiani, 2013). Jika kandungan nitrat yang dibutuhkan oleh tanaman
telah tercukupi maka kelebihannya akan terbawa oleh air dan merembes kedalam tanah,
karena tanah tidak mempunyai kemampuan untuk menahannya, sehingga akan meningkatkan

5
konsentrasi nitrat pada air tanah dan akan terbawa ke sungai (Abidjulu, 2008). Konsentrasi
nitrat yang berlebih dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi perairan dan selanjutnya
menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat (blooming) (Effendi, Telaah
Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan, 2003).
Berdasarkan PP nomor 22 tahun 2021, standar baku mutu parameter nitrat untuk air
kelas I adalah sebesar 10 mg/L.
1.2.7 Fecal Coliform
Bakteri fecal coliform adalah bakteri yang secara alami dapat ditemukan dalam
saluran pencernaan hampir semua hewan. Fecal coliform ini bersifat menguntungkan untuk
sistem pencernaan, yaitu untuk mengubah beberapa serat yang tidak dapat dicerna menjadi
bahan yang bernutrisi. Selama fecal coliform ini masih berada di dalam sistem pencernaan
inangnya, bakteri ini tidak berbahaya. Fecal coliform dapat keluar bersama dengan kotoran
dan dapat membentuk koloni dengan bakteri lain atau bahkan spesies lain yang berbeda dari
inang asalnya. Infeksi dari bakteri ini tidak bersifat fatal, meskipun gejala berat dapat
menyebabkan kematian (Minor, 2007).
Mikroorganisme patogen biasanya ditemukan di lingkungan yang sama dengan fecal
coliform. Sehingga sangat sesuai dijadikan indikator untuk kasus penyakit yang disebabkan
oleh mikroba. Berdasarkan PP nomor 22 tahun 2021, standar baku mutu parameter fecal
coliform untuk air kelas I adalah sebesar 100 MPN/100 mL.
1.2.8 Total Padatan Tersuspensi (TSS)
Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut
dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun
beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel
mikroorganisme, dan sebagainya. Total padatan tersuspensi atau total suspended solid (TSS)
merupakan bahan-bahan tersuspensi (diameter>1 μm) yang tertahan pada saringan miliopore
dengan diameter pori 0,45 μm dan tidak terlarut dalam air. TSS terdiri dari lumpur dan pasir
halus serta jasad-jasad renik. Penyebab TSS di perairan yang utama adalah kikisan tanah atau
erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi, Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber
Daya dan Lingkungan Perairan, 2000). Kisaran TSS dapat menunjukkan kondisi sedimentasi
pada suatu perairan. Pada perairan yang mempunyai konsentrasi TSS yang tinggi cenderung
mengalami sedimentasi yang tinggi (Jiyah, Sudarsono, & Sukmono, 2016).
Padatan tersuspensi yang tinggi akan mempengaruhi biota air, dari dua sisi. Pertama,
menghalangi atau mengurangi penetrasi cahaya kedalam kolom air sehingga menghambat

6
proses fotosintesis oleh fitoplankton atau tumbuhan air lainnya, yang selanjutnya berarti
mengurangi pasokan oksigen terlarut. Kedua, secara langsung kandungan padatan tersuspensi
yang tinggi dapat mengganggu biota air. Nilai kecerahan akan rendah jika kekeruhan atau
kandungan TSSnya tinggi, sebaliknya akan tinggi jika kekeruhan atau TSSnya rendah
(Effendi, Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan,
2000).
Melalui PP Nomor 22 tahun 2021, Pemerintah menetapkan standar baku mutu
parameter TSS untuk air kelas I adalah sebesar 40 mg/L.

7
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Air Sumur Desa Nibung Kecamatan Paloh


Pengambilan sampel kualitas air Sumur Desa Nibung dilakukan di sumur salah
satu milik warga Desa Nibung Kecamatan Paloh yang dilakukan sebanyak dua kali
dalam setahun yakni di bulan Mei dan September 2023. Pada saat pengambilan sampel,
cuaca di lokasi sedang cerah. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium PT.
Mutuagung Lestari Tbk. Adapun hasil uji sampel tersebut sebagai berikut:
Tabel 2. 1. Data Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air Sumur Desa Nibung

Baku Mutu Hasil Uji


Parameter Uji Satuan
Kelas Kelas Periode Periode
I II I II
Derajat Keasaman (pH) 6-9 6-9 6,27 6,38
BOD mg/L 2 3 2,15 3,10
COD mg/L 10 25 14,5 25,0
DO mg/L 6 4 5,10 4,20
Total Posfat sbg P mg/L 0,2 0,2 0,15 <0,020
Nitrat (NO3) sbg N mg/L 10 10 0,63 <0,60
Fecal Coliform MPN/100 mL 100 1000 110 2
Padatan tersuspensi total (TSS) mg/L 40 50 5,0 9,0
Adapun analisis hasil uji kualitas air sumur Desa Nibung yaitu:
2.1.1. Parameter Derajat Keasaman (pH)
Berdasarkan pengujian di laboratorium yang dilakukan pada bulan Mei dan
September 2023, didapatkan hasil uji sebagai berikut:
Tabel 2. 2. Data Hasil Uji Parameter pH Sumur Desa Nibung

Parameter Sumur Desa Nibung


pH Periode I 6,27
pH Periode II 6,38
Baku Mutu Kelas I Min 6
Baku Mutu Kelas I Maks 9

Grafik 2. 1. Data Hasil Uji Parameter pH Sumur Desa Nibung

8
Parameter pH
10

8
6,38
6,27
6
pH

Periode
4
Baku Mutu Kelas I (Min)
2
Baku Mutu Kelas I (Maks)
0
I II
Sumur Desa Nibung

Gambar 2. 1 Grafik Hasil Pengukuran pH Air Sumur Desa Matang Terap

Berdasarkan tabel dan grafik diatas, bahwa nilai pH air sumur Desa Nibung baik
pada periode I maupun periode II memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan berdasarkan PP
Nomor 22 tahun 2021 yaitu sebesar 6-9. Konsentrasi pH berada pada rentang 6,27-6,38.
Tetapi apabila dibandingkan dengan Permenkes No 2 Tahun 2023, konsentrasi pH ini berada
dibawah kadar maksimum yang diperbolehkan yakni sebesar 6,5-8,5, sehingga air ini tidak
memenuhi syarat sebagai sumber air bersih dan air minum karena kondisinya asam. pH yang
lebih kecil dari 6,5 atau pH asam meningkatkan korosifitas pada benda-benda logam,
menimbulkan rasa tidak enak dan dapat menyebabkan beberapa bahan kimia menjadi racun
yang mengganggu kesehatan.

2.1.2. Parameter Biological Oxygen Demand (BOD)


Berdasarkan pengujian parameter BOD di laboratorium pada bulan Mei dan
September 2023, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. 3 Data Hasil Uji Parameter BOD Sumur Desa Nibung

Parameter Sumur Desa Nibung


BOD Periode I (mg/L) 2,15
BOD Periode II (mg/L) 3,10
Baku Mutu Kelas I 2

9
Grafik 2. 2. Data Hasil Uji Parameter BOD Sumur Desa Nibung

Parameter BOD
12

10

8
BOD

6 Periode
Baku Mutu Kelas I
4 3,10
2,15
2

0
I II
Sumur Desa Nibung

Gambar 2. 2 Grafik Hasil Pengukuran BOD Air Sumur Desa Nibung

Biological Oxygen Demand (BOD) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang


dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan buangan
didalam air. Di Indonesia, belum ada standar yang menyebutkan nilai ambang batas BOD
dalam air sumur atau air tanah. Akan tetapi, masyarakat biasanya menggunakan air sumur
sebagai air untuk mandi, cuci dan kakus serta air baku untuk air minum. Jika dilihat dari
kebiasaan ini, aturan terkait kualitas air yang digunakan untuk aktivitas tersebut yaitu PP No
22 Tahun 2021 kelas pertama yang diperuntukkan bagi air baku untuk air minum.
Berdasarkan data diatas, bahwa konsentrasi BOD Sumur Desa Nibung melebihi
baku mutu kelas I yang telah ditetapkan berdasarkan PP Nomor 22 tahun 2021 yaitu sebesar
2 mg/L. Konsentrasi BOD berada pada rentang 2,15-3,10 mg/L, hal ini disebabkan karena
kurangnya perhatian masyarakat untuk menutup sumur agar tidak terjadi kemungkinan
adanya kotoran yang masuk dari atas seperti kotoran burung atau daun-daun yang jatung
kedalam sumur sehingga membusuk didalam sumur. Selain itu juga kurangnya kesadaran
dalam pengelolaan sampah dengan baik sehingga sampah meresap kedalam sumur.

2.1.3 Parameter Chemical Oxygen Demand (COD)


Berdasarkan pengujian parameter COD di laboratorium pada bulan Mei dan
September 2023, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2. 4. Data Hasil Uji Parameter COD Sumur Desa Nibung
Parameter Sumur Desa Nibung
COD Periode I (mg/L) 14,5
COD Periode II (mg/L) 25,0

10
Parameter Sumur Desa Nibung
Baku Mutu Kelas I 10

Grafik 2. 3. Data Hasil Uji Parameter COD Sumur Desa Nibung

Parameter COD
30
25,0
25
20
14,5
COD

15
Periode
10
Baku Mutu Kelas I
5
0
I II
Sumur Desa Nibung

Gambar 2. 3 Grafik Hasil Pengukuran COD Air Sumur Desa Nibung

COD (Chemical Oxygen Demand) yaitu parameter yang digunakan untuk mengukur
tingkat bahan pencemar organik yang diukur secara kimiawi. Di Indonesia belum ada nilai
ambang batas COD dalam air sumur atau air tanah. Berdasarkan data diatas, terlihat nilai
COD Sumur Desa Nibung melebihi baku mutu kelas I yang telah ditetapkan berdasarkan PP
Nomor 22 tahun 2021 yaitu sebesar 10 mg/L, konsentrasi COD berada pada rentang 14,5-
25,0 mg/L. Semakin besar nilai COD menunjukkan semakin besar pula pencemaran air yang
terjadi akibat bahan pencemar organik. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran
masyarakat bahwa jarak sumur terhadap sumber tercemar haruslah diperhitungkan, seperti
jarak sumur terhadap tempat pembuangan sampah.
Sumur gali harus ditempatkan jauh dari sumber pencemar. Apabila letak sumber
pencemar lebih tinggi dari sumur dan diperkirakan aliran air tanah mengalir ke sumur, maka
jarak minimal sumur terhadap sumber pencemar adalah 11 meter. Jika letak sumber
pencemar sama atau lebih rendah dari sumur, maka jarak minimal adalah 9 meter dari sumur.
Sumber pencemaran berasal dari jamban, air kotor/comberan, tempat pembuangan sampah,
kandang ternak dan sumur/saluran resapan.

2.1.4 Parameter Dissolved Oxygen (DO)


Berdasarkan pengujian parameter DO di laboratorium pada bulan Mei dan
September 2023, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2. 5. Data Hasil Uji Parameter DO Sumur Desa Nibung

11
Parameter Sumur Desa Nibung
DO Periode I (mg/L) 5,10
DO Periode II (mg/L) 4,20
Baku Mutu Kelas I (Min) 6

Grafik 2. 4. Data Hasil Uji Parameter DO Sumur Desa Nibung

Parameter DO
10,00

8,00
DO (mg/L)

6,00
5,10
4,20 Periode
4,00
Baku Mutu Kelas I (Min)
2,00

0,00
I II
Sumur Desa Nibung

Gambar 2. 4 Grafik Hasil Pengukuran DO Air Sumur Desa Nibung

Oksigen dalam perairan utamanya bersumber dari udara melalui proses difusi dan
hasil fotosintesis organisme perairan. Analisis Oksigen terlarut (DO) merupakan salah satu
parameter penting dalam analisis kualitas air. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air
Sumur Desa Nibung, bahwa konsentrasi DO di Sumur Desa Nibung berada pada rentang
4,20-5,10 mg/L. Nilai ini berada dibawah nilai minimal DO yang dipersyaratkan berdasarkan
baku mutu kelas 1 PP No 22 Tahun 2021 yaitu 6 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa air
sumur memiliki nilai DO yang cukup rendah, sehingga menyebabkan keberlangsungan
kehidupan organisme air dapat terganggu dan menyebabkan air tidak segar jika dikonsumsi.

2.1.5 Parameter Total Fosfat


Berdasarkan pengujian di laboratorium pada bulan Mei dan September 2023,
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. 6. Data Hasil Uji Parameter Total Fosfat Sumur Desa Nibung

Parameter Sumur Desa Nibung


Total Fosfat Periode I (mg/L) 0,15
Total Fosfat Periode II (mg/L) < 0,020
Baku Mutu Kelas II 0,2

12
Grafik 2. 5. Data Hasil Uji Parameter Total Fosfat Sumur Desa Nibung

Parameter Fosfat
0,6

0,5
Fosfat (mg/L)

0,4

0,3
Periode
0,2 0,15
Baku Mutu Kelas II
0,1 0,020

0
I II
Sumur Desa Nibung

Gambar 2. 5 Grafik Hasil Pengukuran Fosfat Air Sumur Desa Nibung

Berdasarkan data diatas, bahwa Sumur Desa Nibung tidak tercemar oleh fosfat,
kandungannya tidak melebihi baku mutu yang telah ditetapkan yang terletak pada rentang
0,020-0,15 mg/L. Fosfat berasal dari deterjen dalam limbah cair dan pestisida dari lahan
pertanian.

2.1.6. Parameter Nitrat


Berdasarkan pengujian parameter Nitrat di laboratorium pada bulan Mei dan
September 2023, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. 7. Data Hasil Uji Parameter Nitrat Sumur Desa Nibung

Parameter Sumur Desa Nibung


Nitrat Periode I (mg/L) 0,63
Nitrat Periode II (mg/L) < 0,60
Baku Mutu Kelas I 10

Grafik 2. 6. Data Hasil Uji Parameter Nitrat Sumur Desa Nibung

13
Parameter Nitrat
10

Nitrat (mg/L) 8

4 Periode
Baku Mutu Kelas I
2 0,60
0,63
0
I II
Sumur Desa Nibung

Gambar 2. 6 Grafik Hasil Pengukuran Nitrat Air Sumur Desa Nibung

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa konsentrasi nitrat dalam Sumur Desa Nibung
tidak melebihi baku mutu yang telah ditetapkan dan terdapat pada rentang 0,60-0,63 mg/L.
Nitrat yang terkandung didalam air tanah kebanyakan dipengaruhi oleh kebiasaan domestik
penduduk sekitar. Nitrat dan nitrit dalam jumlah yang besar dapat mengakibatkan gangguan
Gastro intestinalis, diare campur darah, disusul dengan konvulsi, koma, dan bila tidak
ditolong dapat meninggal. Apabila telah mengalami keracunan secara kronis dapat
menyebabkan depersi umum, sakit kepala, dan gangguan mental.

2.1.7 Parameter Fecal Coliform


Berdasarkan pengujian parameter Fecal Coliform di laboratorium pada bulan Mei
dan September 2023, didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 2. 8. Data Hasil Uji Parameter Fecal Coliform Sumur Desa Nibung

Parameter Sumur Desa Nibung


Fecal Coliform Periode I (MPN/100ml) 110
Fecal Coliform Periode II (MPN/100ml) 2
Baku Mutu Kelas I 100

Grafik 2. 7. Data Hasil Uji Parameter Fecal Coliform Sumur Desa Nibung

14
Parameter Fecal Coliform
120 110

Fecal Coliform (MPN/100 mL) 100


80
60
Periode
40
Baku Mutu Kelas I
20
2
0
I II
Sumur Desa Nibung

Gambar 2. 7 Grafik Hasil Pengukuran Fecal coliform Air Sumur Desa Nibung

Berdasarkan gambar diatas, konsentrasi Fecal coliform pada periode pertama


melebihi baku mutu kelas I yang telah ditentukan yaitu sebesar 100 MPN/100 mL sehingga
tidak memenuhi persyaratan bakteriologis. Konsentrasi Fecal coliform berada pada rentang
2-110 MPN/100 mL, hal ini disebabkan karena jarak sumur dengan jamban penduduk masih
terlalu dekat. Air yang terkontaminasi pencemaran yang mengandung mikroorganisme
pathogen akan ada kemungkinan risiko terjadi penularan penyakit.
Kehadiran Fecal coliform di air sumur dapat mengindikasikan kontaminasi oleh air
tanah karena kotoran manusia atau kotoran hewan yang dapat mengandung bakteri, virus,
atau organisme penyebab penyakit lainnya. Air yang terkontaminasi dengan organisme ini
dapat menyebabkan penyakit pencernaan termasuk diare dan mual bahkan dapat
mengakibatkan kematian.

2.1.8 Parameter Total Suspended Solid (TSS)


Berdasarkan pengujian parameter TSS di laboratorium pada bulan Mei dan
September 2023, didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 2. 9. Data Hasil Uji Parameter TSS Sumur Desa Nibung

Parameter Sumur Desa Nibung


TSS Periode I (MPN/100ml) 5,0
TSS Periode II (MPN/100ml) 9,0
Baku Mutu Kelas I 40

Grafik 2. 8. Data Hasil Uji Parameter TSS Sumur Desa Nibung

15
Parameter TSS
50,0

40,0
TSS (mg/L)
30,0 Periode

20,0
9,0
10,0 Baku Mutu Kelas I
5,0
0,0
I II
Sumur Desa Nibung

Gambar 2. 8 Grafik Hasil Pengukuran TSS Air Sumur Desa Nibung

Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan
kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap. Berdasarkan data diatas, nilai TSS
di Sumur Desa Nibung berada pada rentang 5,0-9,0 mg/L dan masih memenuhi baku mutu
kelas I PP No 22 Tahun 2021 yaitu 40 mg/L.
Apabila Total Suspended Solid (TSS) tinggi dan melebihi baku mutu yang
ditetapkan maka akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga akan
mengganggu proses fotosintesis menyebabkan turunnya oksigen terlarut yang dilepas ke
dalam air oleh tanaman. Jika sinar matahari terhalangi dari dasar tanaman maka tanaman
akan berhenti memproduksi oksigen dan akan mati. Total Suspended Solid (TSS) juga
menyebabkan penurunan kejernihan dalam air.

2.1.9 Status Mutu


Perhitungan status mutu air sumur menggunakan metode Indeks Pencemar dengan
mengacu pada baku mutu air kelas I sesuai lampiran VI PP No 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Adapun status mutu
Sumur Desa Nibung dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. 10. Status Mutu Air Sumur Desa Nibung Tahun 2023

Nama Sumur Periode Nilai IP Kategori


Mei 1,39 Cemar Ringan
Desa Nibung
September 2,19 Cemar Ringan

16
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa status mutu air Sumur Desa Nibung
termasuk dalam kategori cemar ringan. Nilai ini menunjukkan bahwa air sumur tidak dapat
digunakan sebagai air baku tetapi dapat digunakan untuk mandi, cuci dan kakus.

2.2 Sumur Desa Sebubus


Pengambilan sampel air Sumur Desa Sebubus dilakukan sebanyak dua kali dalam
setahun yakni di bulan Mei dan September 2023. Titik sampel diambil di sumur penduduk
Desa Sebubus Kecamatan Paloh. Pada saat pengambilan sampel, cuaca di lokasi sedang
cerah. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium PT. Mutu Agung Lestari Tbk. Adapun
hasil uji sampel tersebut sebagai berikut:

Tabel 2. 11. Data Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air Sumur Desa Sebubus

Baku Mutu Hasil Uji


Parameter Uji Satuan
Kelas Kelas Periode Periode
I II I II
Derajat Keasaman (pH) 6-9 6-9 7,85 6,61
BOD mg/L 2 3 2,36 2,73
COD mg/L 10 25 19,2 20,3
DO mg/L 6 4 6,20 4,70
Total Posfat sbg P mg/L 0,2 0,2 0,11 < 0,020
Nitrat (NO3) sbg N mg/L 10 10 1,23 1,41
Fecal Coliform MPN/100 mL 100 1000 49 1600
Padatan tersuspensi total (TSS) mg/L 40 50 5,0 5,0
Adapun analisis hasil uji kualitas air Sumur Desa Sebubus sebagai berikut:
2.2.1 Parameter Derajat Keasaman (pH)
Berdasarkan pengujian parameter pH Sumur Desa Sebubus di laboratorium yang
dilakukan pada bulan Mei dan September 2023, didapatkan hasil uji sebagai berikut:

Tabel 2. 12. Data Hasil Uji Parameter pH Sumur Desa Sebubus

Parameter Sumur Desa Sebubus


pH Periode I 7,85
pH Periode II 6,61
Baku Mutu Kelas I Min 6
Baku Mutu Kelas I Maks 9

Grafik 2. 9. Data Hasil Uji Parameter pH Sumur Desa Sebubus

17
pH
10
8 7,85
6,61
6
pH

Periode
4
Baku Mutu Kelas I (Min)
2
Baku Mutu Kelas I (Maks)
0
I II
Sumur Desa Sebubus

Gambar 2. 9 Grafik Hasil Pengukuran pH Air Sumur Desa Sebubus

Analisis pH (derajat keasaman) bertujuan untuk mengukur tingkat keasaman dan


kebasaan air sumur. pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena berperan dalam
mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Monitoring pH
seharusnya rutin dilakukan karena perubahan nilai pH dapat mempengaruhi rasa, korosivitas
air dan efisiensi klorinasi. Berdasarkan tabel dan grafik diatas, bahwa konsentrasi parameter
pH air Sumur Desa Sebubus berada pada rentang baku mutu yang telah ditetapkan
berdasarkan PP Nomor 22 tahun 2021 yaitu sebesar 6-9, yakni berkisar di antara 6,61-7,85.
Kadar pH ini juga masih memenuhi baku mutu dari Permenkes No.2 Tahun 2023 yang
berkisar 6,5-8,5.

2.2.2 Parameter Biological Oxygen Demand (BOD)


Berdasarkan pengujian parameter BOD Sumur Desa Sebubus di laboratorium pada
bulan Mei dan September 2023, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. 13. Data Hasil Uji Parameter BOD Sumur Desa Sebubus

Parameter Sumur Desa Sebubus


BOD Periode I (mg/L) 2,36
BOD Periode II (mg/L) 2,73
Baku Mutu Kelas I 2

Grafik 2. 10. Data Hasil Uji Parameter BOD Sumur Desa Sebubus

18
BOD
12

10

8
BOD

6
Periode
4 2,73 Baku Mutu Kelas I
2,36
2

0
I II
Sumur Desa Sebubus

Gambar 2. 10 Grafik Hasil Pengukuran BOD Air Sumur Desa Sebubus

Biological Oxygen Demand (BOD) adalah jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan
mikroorganisme pengurai untuk menguraikan hampir semua zat organik yang terlarut
maupun yang tersuspensi di dalam air. Penguraian zat organik adalah proses alamiah, suatu
badan air dicemari oleh zat organik maka selama proses penguraiannya mikroorganisme
dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan
kematian ikan dalam air. Di samping itu kehabisan oksigen dapat mengubah keadaan menjadi
anaerobik sehingga dapat menimbulkan bau busuk.
Berdasarkan tabel dan grafik diatas, kadar BOD Sumur Desa Sebubus sebesar 2,36-
2,73 mg/L yang berada diatas baku mutu kelas I berdasarkan PP No 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sehingga menyebabkan
air sumur tersebut kurang layak untuk dikonsumsi, tetapi dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.2.3 Parameter Chemical Oxygen Demand (COD)


Berdasarkan pengujian parameter COD Sumur Desa Sebubus di laboratorium pada
bulan Mei dan September 2023, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2. 14. Data Hasil Uji Parameter COD Sumur Desa Sebubus

Parameter Sumur Desa Sebubus


COD Periode I (mg/L) 19,2
COD Periode II (mg/L) 20,3
Baku Mutu Kelas I 10

19
Grafik 2.3 Data Hasil Uji Parameter COD Sumur Desa Sebubus

COD
25
19,2 20,3
20
15
COD

10 Periode
5 Baku Mutu Kelas I
0
I II
Sumur Desa Sebubus

Gambar 2. 11 Grafik Hasil Pengukuran COD Air Sumur Desa Sebubus

Parameter COD (Chemical Oxygen Demand) adalah parameter kebutuhan oksigen


untuk mengurai bahan organik yang terkandung didalam perairan secara kimiawi dan
mengakibatkan kurangnya oksigen yang terlarut di dalam air. Berdasarkan tabel dan grafik
diatas, konsentrasi dari kadar COD relatif tinggi pada Sumur Desa Sebubus yaitu sebesar
19,2-20,3 mg/L yang melebihi baku mutu kelas I, hal ini menunjukkan semakin besar tingkat
pencemaran pada sumur tersebut. Oleh sebab itu perlu diperhatikan jarak antara sumur
terhadap kamar mandi dan tempat pembuangan sampah.

2.2.4 Parameter Dissolved Oxygen (DO)


Berdasarkan pengujian parameter DO Sumur Desa Sebubus di laboratorium pada
bulan Mei dan September 2023, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2. 15. Data Hasil Uji Parameter DO Sumur Desa Sebubus

Parameter Sumur Desa Sebubus


DO Periode I (mg/L) 6,20
DO Periode II (mg/L) 4,70
Baku Mutu Kelas I (Min) 6

Grafik 2. 11. Data Hasil Uji Parameter DO Sumur Desa Sebubus

20
DO
10,00

8,00
6,20
DO (mg/L)

6,00
4,70
4,00 Periode
Baku Mutu Kelas I (Min)
2,00

0,00
I II
Sumur Desa Sebubus

Gambar 2. 12 Grafik Hasil Pengukuran DO Air Sumur Desa Sebubus

Oksigen dalam perairan utamanya bersumber dari udara melalui proses difusi dan
hasil fotosintesis organisme perairan. Analisis oksigen terlarut (DO) atau juga disebut dengan
kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis
kualitas air. Berdasarkan tabel dan grafik diatas, bahwa rentang nilai DO Sumur Desa Nibung
yaitu 4,70-6,20 mg/L. pada periode kedua, nilai DO berada dibawah baku mutu kelas I yang
ditentukan berdasarkan PP No 22 Tahun 2021. Hal ini menunjukkan bahwa air sumur
memiliki nilai oksigen terlarut yang cukup rendah. Semakin rendah nilai DO, semakin
berkurang kualitas air.

2.2.5 Parameter Total Fosfat


Berdasarkan pengujian parameter fosfat Sumur Desa Sebubus di laboratorium pada
bulan Mei dan September 2023, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. 16. Data Hasil Uji Parameter Total Fosfat Sumur Desa Sebubus

Parameter Sumur Desa Sebubus


Total Fosfat Periode I (mg/L) 0,11
Total Fosfat Periode II (mg/L) < 0,020
Baku Mutu Kelas I 0,2

Grafik 2. 12. Data Hasil Uji Parameter Total Fosfat Sumur Desa Sebubus

21
Fosfat
0,6

Fosfat (mg/L) 0,5

0,4

0,3
Periode
0,2
0,11
Baku Mutu Kelas I
0,1 0,020

0
I II
Sumur Desa Sebubus

Gambar 2. 13 Grafik Hasil Pengukuran Fosfat Air Sumur Desa Nibung

Fosfat pada perairan berbentuk ortofosfat (PO4). Fosfat yang terdapat dalam perairan
berasal dari kotoran manusia atau hewan, sabun dan detergen. Dilihat dari tabel dan grafik
diatas, konsentrasi fosfat pada Sumur Desa Sebubus masih memenuhi baku mutu kelas I
sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 22 Tahun Tahun
2021 yakni berkisar diantara 0,020-0,11 mg/L. Penggunaan deterjen dalam rumah tangga
juga menjadi penyumbang kadar fosfat yang signifikan dalam perairan. Tingginya
konsentrasi fosfat dapat berbahaya bagi biota yang hidup dalam perairan karena berpotensi
terjadinya eutrofikasi atau ledakan populasi (blooming) alga sangat besar.

2.2.6 Parameter Nitrat


Berdasarkan pengujian parameter Nitrat Sumur Desa Sebubus di laboratorium pada
bulan Mei dan September 2023, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. 17. Data Hasil Uji Parameter Nitrat Sumur Desa Sebubus

Parameter Sumur Desa Sebubus


Nitrat Periode I (mg/L) 1,23
Nitrat Periode II (mg/L) 1,41
Baku Mutu Kelas I 10

Grafik 2. 13. Data Hasil Uji Parameter Nitrat Sumur Desa Sebubus

22
Nitrat
10

8
Nitrat (mg/L)
6

4 Periode
1,41 Baku Mutu Kelas I
2 1,23

0
I II
Sumur Desa Sebubus

Gambar 2. 14 Grafik Hasil Pengukuran Nitrat Air Sumur Desa Sebubus

Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa kadar nitrat di Sumur Desa Sebubus berada
dibawah baku mutu yang telah ditetapkan berdasarkan PP Nomor 22 tahun 2021, yakni
berkisar diantara 1,23 – 1,41 mg/L. Nitrat merupakan bentuk nitrogen utama yang alami.
Nitrat berasal dari ammonium yang masuk ke perairan melalui limbah, baik limbah kotoran
manusia, limbah industri atau limbah organik.

2.2.7 Parameter Fecal Coliform


Berdasarkan pengujian parameter Fecal Coliform Sumur Desa Sebubus di
laboratorium pada bulan Mei dan September 2023, didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 2. 18. Data Hasil Uji Parameter Fecal Coliform Sumur Desa Sebubus

Parameter Sumur Desa Sebubus


Fecal Coliform Periode I (MPN/100ml) 49
Fecal Coliform Periode II (MPN/100ml) 1600
Baku Mutu Kelas I 100

Grafik 2. 14. Data Hasil Uji Parameter Fecal Coliform Sumur Desa Sebubus

23
Fecal Coliform
2000

Fecal Coliform (MPN/100 mL)


1600
1500

1000
Periode
500 Baku Mutu Kelas I
49
0
I II
Sumur Desa Sebubus

Gambar 2. 15 Grafik Hasil Pengukuran Fecal Coliform Air Sumur Desa Nibung

Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa jumlah Fecal coliform pada Sumur Desa
Sebubus mengalami peningkatan. Jumlah bakteri ini berada diatas baku mutu kelas I yang
telah ditetapkan berdasarkan PP Nomor 22 Tahun 2021, yakni berkisar diantara 49-1600
MPN/100 ml. Pencemaran air sumur oleh bakteri Fecal coliform dipengaruhi oleh aliran air
tanah. Aliran air tanah akan mengalami rembesan pada air sumur gali dengan jarak yang
pendek. Adanya Fecal coliform di air sumur dapat mengindikasikan kontaminasi oleh air
tanah karena kotoran manusia atau kotoran hewan yang dapat mengandung bakteri, virus,
atau organisme penyebab penyakit lainnya. Air yang terkontaminasi dengan organisme ini
dapat menyebabkan penyakit pencernaan termasuk diare dan mual bahkan kematian.

2.2.8 Parameter Total Suspended Solid (TSS)


TSS (Total Suspended Solid) adalah materi padat seperti pasir, lumpur, tanah
maupun logam berat yang tersuspensi di daerah perairan. Padatan tersuspensi terdiri dari
komponen terendapkan, bahan melayang dan komponen tersuspensi koloid dan mengandung
bahan organik dan anorganik.
Berdasarkan pengujian parameter TSS Sumur Desa Sebubus di laboratorium pada
bulan Mei dan September 2023, didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 2. 19. Data Hasil Uji Parameter TSS Sumur Desa Sebubus

Parameter Sumur Desa Sebubus


TSS Periode I (MPN/100ml) 5,0
TSS Periode II (MPN/100ml) 5,0
Baku Mutu Kelas I 40

24
Grafik 2. 15. Data Hasil Uji Parameter TSS Sumur Desa Sebubus

TSS
50,0
40,0
TSS (mg/L)

30,0 Periode
20,0
10,0 5,0
5,0 Baku Mutu Kelas I
0,0
I II
Sumur Desa Sebubus

Gambar 2. 16 Grafik Hasil Pengukuran TSS Air Sumur Desa Nibung

Apabila dibandingkan dengan baku mutu kelas I PP No 22 Tahun 2021, kadar TSS
Sumur Desa Sebubus masih memenuhi baku mutu yang telah ditentukan yaitu sebesar 5
mg/L.
2.2.9 Status Mutu
Perhitungan status mutu air Sumur Desa Sebubus menggunakan metode Indeks
Pencemar dengan mengacu pada baku mutu air kelas I sesuai lampiran VI PP No 22 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Adapun
status mutu Sumur Desa Sebubus dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. 20. Status Mutu Air Sumur Desa Sebubus Tahun 2023

Nama Sumur Periode Nilai IP Kategori


Sumur Desa Mei 1,78 Cemar Ringan
Sebubus September 5,09 Cemar Sedang
Berdasarkan tabel diatas bahwa Sumur Desa Sebubus mengalami peningkatan nilai
indeks pencemar dari 1,78 menjadi 5,09. Hal ini menunjukkan bahwa status mutu air sumur
mengalami penurunan, dari cemar ringan menjadi cemar sedang. Hal ini menjadikan kualitas
air Sumur Desa Sebubus menjadi bergeser. Air sumur ini peruntukannya dapat digunakan
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Pergeseran status
mutu air tentunya banyak sumber yang menjadi penyebab seperti dekat dengan sumber
pembuangan limbah, peletakkan ember dan timba, mulut sumur belum tertutup serta kualitas
bakteriologis air sumur.

25
2.3 Sumur Desa Matang Terap
Pengambilan sampel air Sumur Desa Matang Terap dilakukan sebanyak dua kali dalam
setahun yakni di bulan Mei dan September 2023 yang diambil pada salah satu sumur milik
penduduk Desa Matang Terap Kecamatan Jawai Selatan. Pada saat pengambilan sampel,
cuaca di lokasi sedang cerah. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium PT. Mutu Agung
Lestari Tbk. Adapun hasil uji sampel tersebut sebagai berikut:
Tabel 2. 21. Data Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air Sumur Desa Matang Terap
Baku Mutu Hasil Uji
Parameter Uji Satuan Kelas Kelas Periode Periode
I II I II
Derajat Keasaman (pH) 6-9 6-9 7,72 6,41
BOD mg/L 2 3 2,36 3,50
COD mg/L 10 25 18,4 29,8
DO mg/L 6 4 6,10 4,30
Total Posfat sbg P mg/L 0,2 0,2 <0,020 <0,020
Nitrat (NO3) sbg N mg/L 10 10 1,42 <0,60
Fecal Coliform MPN/100 mL 100 1000 13 540
Padatan tersuspensi total (TSS) mg/L 40 50 5,0 7,0
Adapun analisis hasil uji kualitas air Sumur Desa Matang Terap sebagai berikut:
2.3.1 Parameter Derajat Keasaman (pH)
pH merupakan parameter penting dalam analisis kualitas air karena pengaruhnya terhadap
proses-proses biologis dan kimia di dalamnya. Nilai pH suatu perairan dapat mencerminkan
keseimbangan antar asam dan basa dalam perairan tersebut. Semakin tinggi pH suatu perairan
maka semakin besar sifat basanya, demikian juga sebaliknya, semakin rendah nilai pH maka
semakin asam suatu perairan.
Berdasarkan pengujian parameter pH Sumur Desa Matang Terap di laboratorium yang
dilakukan pada bulan Mei dan September 2023, didapatkan hasil uji sebagai berikut:

Tabel 2. 22. Data Hasil Uji Parameter pH Sumur Desa Matang Terap

Parameter Sumur Desa Matang Terap


pH Periode I 7,72
pH Periode II 6,41
Baku Mutu Kelas I Min 6
Baku Mutu Kelas I Maks 9

Grafik 2. 16. Data Hasil Uji Parameter pH Sumur Desa Matang Terap

26
Parameter pH
10

8 7,72
6,41
6
pH

Periode
4
Baku Mutu Kelas I (Min)
2
Baku Mutu Kelas I (Maks)
0
I II
Sumur Desa Matang Terap

Gambar 2. 17 Grafik Hasil Pengukuran pH Air Sumur Desa Matang Terap

Berdasarkan data diatas, memperlihatkan konsentrasi parameter pH air Sumur Desa


Matang Terap pada Tahun 2023 berada pada rentang baku mutu kelas I yang telah ditetapkan
berdasarkan PP Nomor 22 tahun 2021 yakni berkisar di antara 6,41-7,72, sehingga masih
aman sebagai sumber air baku.
2.3.2 Parameter Biological Oxygen Demand (BOD)
Kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand) merupakan jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi zat-zat organik menjadi
bentuk anorganik yang stabil. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri
untuk menguraikan (mengoksidasi) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-
zat organik yang tersuspensi didalam air. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah
kalau sesuatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat menghabiskan oksigen
terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-
ikan dalam air dan keadaan menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air
tersebut.
Adapun hasil pemantauan parameter BOD Sumur Desa Matang Terap di
laboratorium pada bulan Mei dan September 2023, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. 23. Data Hasil Uji Parameter BOD Sumur Desa Matang Terap

Parameter Sumur Desa Matang Terap


BOD Periode I (mg/L) 2,36
BOD Periode II (mg/L) 3,50
Baku Mutu Kelas I 2

Grafik 2. 17. Data Hasil Uji Parameter BOD Sumur Desa Matang Terap

27
Parameter BOD
12

10

8
BOD (mg/L)

6 Periode

3,50 Baku Mutu Kelas I


4
2,36
2

0
I II
Sumur Desa Matang Terap

Gambar 2. 18 Grafik Hasil Pengukuran BOD Air Sumur Desa Matang Terap

Konsentrasi BOD Sumur Desa Matang Terap berada diatas baku mutu kelas I yang
telah ditetapkan yakni berkisar pada rentang 2,36-3,50 mg/L, sehingga air tersebut tidak
memenuhi standar untuk diminum. Tingginya konsentrasi BOD disebabkan karena jarak
sumur dengan kamar mandi sangat dekat sehingga memungkinkan kotoran yang berasal dari
kamar mandi masuk kedalam tanah dan meresap ke dalam sumur.

2.3.3 Parameter Chemical Oxygen Demand (COD)


Nilai COD menggambarkan total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
bahan kimia secara kimiawi. Berdasarkan pengujian parameter COD Sumur Desa Matang
Terap di laboratorium pada bulan Mei dan September 2023, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2. 24. Data Hasil Uji Parameter COD Sumur Desa Matang Terap

Parameter Sumur Desa Matang Terap


COD Periode I (mg/L) 18,4
COD Periode II (mg/L) 29,8
Baku Mutu Kelas I 10

Grafik 2. 18. Data Hasil Uji Parameter COD Sumur Desa Matang Terap

28
Parameter COD
35
29,8
30
25
COD (mg/L)
18,4
20
15 Periode
10 Baku Mutu Kelas I
5
0
I II
Sumur Desa Matang Terap

Gambar 2. 19 Grafik Hasil Pengukuran COD Air Sumur Desa Matang Terap

Dari hasil analisis kualitas Sumur Desa Matang Terap menunjukkan bahwa nilai
COD berkisar antara 18,4-29,8 mg/L dan berada diatas ambang batas kelas I PP No 22 Tahun
2021. Hal ini disebabkan karena jarak sumur terhadap sumber pencemar terlalu dekat seperti
kamar mandi dan tempat pembuangan sampah.
.
2.3.4 Parameter Dissolved Oxygen (DO)
Dissolved Oxygen (DO) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis
kualitas air. Berdasarkan pengujian parameter DO Sumur Desa Matang Terap di laboratorium
pada bulan Mei dan September 2023, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2. 25. Data Hasil Uji Parameter DO Sumur Matang Terap

Parameter Sumur Matang Terap


DO Periode I (mg/L) 6,10
DO Periode II (mg/L) 4,30
Baku Mutu Kelas I (Min) 6

Grafik 2. 19. Data Hasil Uji Parameter DO Sumur Matang Terap

29
Parameter DO
10,00

8,00
6,10
DO (mg/L)

6,00
4,30
4,00 Periode
Baku Mutu Kelas I (Min)
2,00

0,00
I II
Sumur Desa Matang Terap

Gambar 2. 20 Grafik Hasil Pengukuran DO Air Sumur Desa Matang Terap

Berdasarkan data diatas, bahwa rentang nilai DO Sumur Desa Matang Terap yaitu
4,30-6,10 mg/L. Nilai ini mengalami penurunan dari tahap sebelumnya dan berada dibawah
ambang batas kelas I yang telah disyaratkan PP No 22 Tahun 2021. Hal ini menunjukkan
nilai oksigen terlarut cukup rendah sehingga menyebabkan air tidak segar jika dikonsumsi.

2.3.5 Parameter Total Fosfat


Berdasarkan pengujian parameter fosfat pada Sumur Desa Matang Terap di
laboratorium pada bulan Mei dan September 2023, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. 26. Data Hasil Uji Parameter Total Fosfat Sumur Desa Matang Terap

Parameter Sumur Desa Matang Terap


Total Fosfat Periode I (mg/L) < 0,020
Total Fosfat Periode II (mg/L) < 0,020
Baku Mutu Kelas I 0,2

Grafik 2. 20. Data Hasil Uji Parameter Total Fosfat Sumur Desa Matang Terap

30
Parameter Fosfat
0,600

Fosfat (mg/L) 0,500

0,400

0,300
Periode
0,200
Baku Mutu Kelas I
0,100 0,020
0,020
0,000
I II
Sumur Desa Matang Tarap

Gambar 2. 21 Grafik Hasil Pengukuran Fosfat Air Sumur Desa Matang Terap

Berdasarkan data diatas, kandungan fosfat pada air Sumur Desa Matang Terap
sebesar 0,020 mg/L dan masih memenuhi baku mutu kelas I PP No 22 Tahun 2021.
Keberadaan senyawa fosfat dalam air sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem
perairan. Bila kadar fosfat dalam air rendah (< 0,01 mg P/L), pertumbuhan fitoplankton akan
terhambat, begitu juga sebaliknya bila kadar fosfat dalam air tinggi, pertumbuhan tanaman
dan ganggang tidak terbatas lagi sehingga dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut air.

2.3.6 Parameter Nitrat


Berdasarkan pengujian parameter Nitrat Sumur Desa Matang Terap di laboratorium
pada bulan Mei dan September 2023, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. 27. Data Hasil Uji Parameter Nitrat Sumur Desa Matang Terap

Parameter Sumur Desa Matang Terap


Nitrat Periode I (mg/L) 1,42
Nitrat Periode II (mg/L) < 0,60
Baku Mutu Kelas I 10

Grafik 2. 21. Data Hasil Uji Parameter Nitrat Sumur Desa Matang Terap

31
Parameter Nitrat
10

Nitrat (mg/L) 8

4 Periode
Baku Mutu Kelas I
2 1,42
0,60

0
I II
Sumur Desa Matang Tarap

Gambar 2. 22 Grafik Hasil Pengukuran Nitrat Air Sumur Desa Matang Terap

Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa kadar nitrat di Sumur Desa Mateng Terap
masih memenuhi baku mutu kelas I yang telah ditetapkan, yakni berkisar diantara 0,60 – 1,42
mg/L. Nitrat merupakan bentuk nitrogen utama yang alami. Nitrat merupakan salah satu
nutrient penting untuk pertumbuhan alga dan tumbuhan air lainnya sehingga konsentrasi NO
yang melimpah dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan bagi organisme perairan
khususnya alga - fitoplankton, oleh ketersediaan nutrient.

2.3.7 Parameter Fecal Coliform


Berdasarkan pengujian parameter Fecal Coliform Sumur Desa Matang Terap di
laboratorium pada bulan Mei dan September 2023, didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 2. 28. Data Hasil Uji Parameter Fecal Coliform Sumur Desa Matang Terap

Parameter Sumur Desa Matang Terap


Fecal Coliform Periode I (MPN/100ml) 13
Fecal Coliform Periode II (MPN/100ml) 540
Baku Mutu Kelas I 100

Grafik 2. 22. Data Hasil Uji Parameter Fecal Coliform Sumur Desa Matang Terap

32
Parameter Fecal Coliform
600 540

Fecal Coliform (MPN/100 mL) 500


400
300
Periode
200
Baku Mutu Kelas I
100
13
0
I II
Sumur Desa Matang Tarap

Gambar 2. 23 Grafik Hasil Pengukuran Fecal coliform Air Sumur Desa Matang Terap

Hasil perhitungan fecal coliform pada air Sumur Desa Matang Terap berkisar diantara
13-540 MPN/100 mL, dimana nilai tersebut mengalami peningkatan dari periode
sebelumnya. Baku mutu jumlah fecal coliform kelas I PP No 22 Tahun 2021 yaitu 100
MPN/100 mL.Berarti nilai bakteri ini berada diatas baku mutu.
Fecal coliform adalah bakteri coliform yang berasal dari tinja manusia atau hewan.
Bakteri ini dapat menjadi sinyal bahwa sumber air terkontaminasi bakteri pathogen. Beberapa
jenis penyakit yang dapat ditularkan oleh bakteri coliform melalui air seperti tipus, kolera dan
disentri.

2.3.8 Parameter Total Suspended Solid (TSS)


Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan
kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap. Berdasarkan pengujian parameter
TSS Sumur Desa Matang Terap di laboratorium pada bulan Mei dan September 2023,
didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 2. 29. Data Hasil Uji Parameter TSS Sumur Matang Terap

Parameter Sumur Matang Terap


TSS Periode I (MPN/100ml) 5,0
TSS Periode II (MPN/100ml) 7,0
Baku Mutu Kelas I 40

Grafik 2. 23. Data Hasil Uji Parameter TSS Sumur Desa Matang Terap

33
Parameter TSS
50,0

40,0
TSS (mg/L)
30,0 Periode

20,0

10,0 7,0 Baku Mutu Kelas I


5,0
0,0
I II
Sumur Desa Matang Terap

Gambar 2. 24 Grafik Hasil Pengukuran TSS Air Sumur Matang Terap

Berdasarkan Lampiran VI PP No 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, baku mutu TSS untuk kelas I adalah 40
mg/L. Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat konsentrasi TSS Sumur Matang Terap masih
memenuhi baku mutu yang telah ditentukan, yakni berkisar di antara 5,0-7,0 mg/L. Total
Suspended Solid (TSS) juga menyebabkan penurunan kejernihan dalam air.

2.3.9 Status Mutu


Penentuan status mutu air pada Sumur Desa Matang Terap didasarkan pada metode
indeks pencemaran. Sungai dikatakan tercemar apabila tidak sesuai dengan peruntukannya
secara normal. Pada Sumur Desa Matang Terap, parameter yang digunakan untuk
menganalisis status mutu air adalah pH, BOD, COD, DO, fosfat, nitrat, fecal coliform dan
TSS yang dibandingkan dengan kriteria mutu air kelas I berdasarkan Lampiran VI PP No 22
Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Adapun nilai indeks pencemar dan status mutu air Sumur Desa Matang Terap dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. 30. Status Mutu Air Sumur Desa Matang Terap Tahun 2023

Nama Sumur Periode Nilai IP Kategori


Desa Matang Terap Mei 1,69 Cemar Ringan
September 3,45 Cemar Ringan
Berdasarkan tabel diatas air Sumur Desa Matang Terap masuk dalam kategori
Camar Ringan. Hal ini menjadikan kualitas air sumur tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan

34
baku mutu kelas I yakni sebagai air baku tetapi dapat digunakan untuk aktivitas mandi, cuci
kakus (MCK).

2.4 Sumur Desa Semperiuk A


Pengambilan sampel air Sumur Desa Semperiuk A dilakukan sebanyak dua kali dalam
setahun yakni di bulan Mei dan September 2023 pada salah satu sumur penduduk Desa
Semperiuk A. Pada saat pengambilan sampel, cuaca di lokasi sedang cerah. Pengujian sampel
dilakukan di Laboratorium PT. Mutu Agung Lestari Tbk. Adapun hasil uji sampel tersebut
sebagai berikut:

Tabel 2. 31. Data Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air Sumur Desa Semperiuk A

Baku Mutu Hasil Uji


Parameter Uji Satuan Kelas Kelas Periode Periode
I II I II
Derajat Keasaman (pH) 6-9 6-9 7,20 6,57
BOD mg/L 2 3 2,77 3,15
COD mg/L 10 25 22,9 25,6
DO mg/L 6 4 4,70 4,50
Total Posfat sbg P mg/L 0,2 0,2 <0,020 <0,020
Nitrat (NO3) sbg N mg/L 10 10 2,53 1,09
Fecal Coliform MPN/100 mL 100 1000 13 540
Padatan tersuspensi total (TSS) mg/L 40 50 5,0 5,0

Adapun analisis hasil uji kualitas air Sumur Desa Semperiuk A sebagai berikut:
2.4.1 Parameter Derajat Keasaman (pH)
Berdasarkan pengujian parameter pH Sumur Desa Semperiuk A di laboratorium yang
dilakukan pada bulan Mei dan September 2023, didapatkan hasil uji sebagai berikut:

Tabel 2. 32. Data Hasil Uji Parameter pH Sumur Desa Semperiuk A

Parameter Sumur Desa Semperiuk A


pH Periode I 7,20
pH Periode II 6,57
Baku Mutu Kelas I Min 6
Baku Mutu Kelas I Maks 9

Grafik 2. 24. Data Hasil Uji Parameter pH Sumur Desa Semperiuk A

35
Parameter pH
10,00

8,00 7,20 6,57


6,00
pH

Periode
4,00
Baku Mutu Kelas I (Min)
2,00
Baku Mutu Kelas I (Maks)
0,00
I II
Sumur Desa Semperiuk A

Gambar 2. 25 Grafik Hasil Pengukuran pH Air Sumur Desa Semperiuk A

Nilai pH air adalah tingkat sifat keasaman atau basanya. Nilai pH kurang dari 6
disebut asam dan nilai pH lebih dari 9 disebut basa. Perubahan pH air dapat menyebabkan
perubahan bau, rasa, dan warna. Berdasarkan data diatas, bahwa konsentrasi parameter pH air
Sumur Desa Semperiuk A berkisar di antara 6,57-7,20. Kisaran nilai tersebut masih
menunjukkan kesesuaian terhadap standar baku mutu air kelas I yang digunakan untuk bahan
baku air minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama, karena
belum melewati nilai ambang batas yang telah ditetapkan berdasarkan PP Nomor 22 tahun
2021. Untuk pH yang tinggi berpengaruh pada sifat fisika dari air yaitu, menyebabkan
kondisi air menjadi licin bila digunakan dalam hal membilas dan menimbulkan warna kuning
bila digunakan untuk mencuci pakaian.

2.4.2 Parameter Biological Oxygen Demand (BOD)


Berdasarkan pengujian parameter BOD Sumur Desa Semperiuk A di laboratorium
pada bulan Mei dan September 2023, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. 33. Data Hasil Uji Parameter BOD Sumur Desa Semperiuk A

Parameter Sumur Desa Semperiuk A


BOD Periode I (mg/L) 2,77
BOD Periode II (mg/L) 3,15
Baku Mutu Kelas I 2

Grafik 2. 25. Data Hasil Uji Parameter BOD Sumur Desa Semperiuk A

36
Parameter BOD
12

10

8
BOD

6 Periode
Baku Mutu Kelas I
4 3,15
2,77
2

0
I II
Sumur Desa Semperiuk A

Gambar 2. 26 Grafik Hasil Pengukuran BOD Air Sumur Desa Semperiuk A

Konsentrasi BOD air Sumur Desa Semperiuk A berkisar antara 2,77-3,15 mg/L.
konsentrasi tersebut melebihi baku mutu kelas I PP No 22 Tahun 2021 yang telah
dipersyaratkan sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan baku untuk air minum.
Tingginya kadar BOD dikarenakan jarak sumur dengan sumber polutan terlalu dekat
sehingga mengakibatkan sumber air menjadi tercemar. Akan tetapi air sumur dapat
digunakan sebagai air untuk mandi, cuci dan kakus.
.
2.4.3 Parameter Chemical Oxygen Demand (COD)
Berdasarkan pengujian parameter COD Sumur Desa Semperiuk A di laboratorium
pada bulan Mei dan September 2023, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2. 34. Data Hasil Uji Parameter COD Sumur Desa Semperiuk A

Parameter Sumur Desa Semperiuk A


COD Periode I (mg/L) 22,9
COD Periode II (mg/L) 25,6
Baku Mutu Kelas I 10

Grafik 2. 26. Data Hasil Uji Parameter COD Sumur Desa Semperiuk A

37
Parameter COD
30
25,6
25 22,9

20
COD

15
Periode
10
Baku Mutu Kelas I
5
0
I II
Sumur Desa Semperiuk A

Gambar 2. 27 Grafik Hasil Pengukuran COD Air Sumur Desa Semperiuk A

Konsentrasi COD air Sumur Desa Semperiuk A berada pada rentang 22,9-25,6
mg/L. Apabila dibandingkan dengan PP No 22 Tahun 2021, konsentrasi COD berada diatas
ambang baku mutu kelas I. Sehingga tidak dapat digunakan sebagai air baku untuk air minum
tetapi dapat digunakan untuk mandi, cuci dan kakus.

2.4.4 Parameter Dissolved Oxygen (DO)


Berdasarkan pengujian parameter DO Sumur Desa Semperiuk A di laboratorium
pada bulan Mei dan September 2023, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2. 35. Data Hasil Uji Parameter DO Sumur Desa Semperiuk A

Parameter Sumur Desa Semperiuk A


DO Periode I (mg/L) 4,70
DO Periode II (mg/L) 4,50
Baku Mutu Kelas I (Min) 6

Grafik 2. 27. Data Hasil Uji Parameter DO Sumur Desa Semperiuk A

38
Parameter DO
10,00

8,00
DO (mg/L)

6,00
4,70 4,50
4,00 Periode
Baku Mutu Kelas I (Min)
2,00

0,00
I II
Sumur Desa Semperiuk A

Gambar 2. 28 Grafik Hasil Pengukuran DO Air Sumur Desa Semperiuk A

Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air.
Berdasarkan hasil pemantauan konsentrasi oksigen terlarut (DO) yang dilakukan di
Sumur Desa Semperiuk A berkisar 4,50-4,70 mg/L. Nilai ini masih jauh dibawah nilai DO
yang dipersyaratkan baku mutu kelas I yang telah ditentukan. Semakin rendah nilai DO,
semakin berkurang kualitas air.

2.4.5 Parameter Total Fosfat


Berdasarkan pengujian parameter fosfat Sumur Desa Semperiuk A di laboratorium
pada bulan Mei dan September 2023, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. 36. Data Hasil Uji Parameter Total Fosfat Sumur Desa Semperiuk A

Parameter Sumur Desa Semperiuk A


Total Fosfat Periode I (mg/L) < 0,020
Total Fosfat Periode II (mg/L) < 0,020
Baku Mutu Kelas I 0,2

Grafik 2. 28. Data Hasil Uji Parameter Total Fosfat Sumur Desa Semperiuk A

39
Parameter Fosfat
0,600

Fosfat (mg/L) 0,500

0,400

0,300
Periode
0,200
Baku Mutu Kelas I
0,100 0,020
0,020
0,000
I II
Sumur Desa Semperiuk A

Gambar 2. 29 Grafik Hasil Pengukuran Fosfat Air Sumur Desa Semperiuk A

Berdasarkan hasil pengujian parameter fosfat di Sumur Desa Semperiuk A


menunjukkan nilai sebesar 0,020 mg/L, nilai ini masih memenuhi baku mutu air kelas I
berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan. Keberadaan fosfor yang berlebihan dalam air
tanah umumnya karena aktivitas manusia seperti penggunaan pupuk dan pembuangan limbah
domestik.

2.4.6 Parameter Nitrat


Berdasarkan pengujian parameter nitrat Sumur Semperiuk A di laboratorium pada
bulan Mei dan September 2023, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. 37. Data Hasil Uji Parameter Nitrat Sumur Desa Semperiuk A

Parameter Sumur Semperiuk A


Nitrat Periode I (mg/L) 2,53
Nitrat Periode II (mg/L) 1,09
Baku Mutu Kelas I 10

Grafik 2. 29. Data Hasil Uji Parameter Nitrat Sumur Desa Semperiuk A

40
Parameter Nitrat
10

Nitrat (mg/L) 8

4 Periode
2,53
Baku Mutu Kelas I
2 1,09

0
I II
Sumur Desa Semperiuk A

Gambar 2. 30 Grafik Hasil Pengukuran Nitrat Air Sumur Desa Semperiuk A

Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa kadar nitrat di Sumur Desa Semperiuk A
masih memenuhi baku mutu kelas I yang telah ditetapkan, yakni berkisar diantara 1,09 – 2,53
mg/L sehingga masih memenuhi standar persyaratan air minum. Tingginya nilai nitrat dapat
dipengaruhi oleh pemukiman yang padat dan limbah pertanian.

2.4.7 Parameter Fecal Coliform


Berdasarkan pengujian parameter Fecal Coliform Sumur Desa Semperiuk A di
laboratorium pada bulan Mei dan September 2023, didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 2. 38. Data Hasil Uji Parameter Fecal Coliform Sumur Desa Semperiuk A

Parameter Sumur Desa Semperiuk A


Fecal Coliform Periode I (MPN/100ml) 13
Fecal Coliform Periode II (MPN/100ml) 540
Baku Mutu Kelas I 100

Grafik 2. 30. Data Hasil Uji Parameter Fecal Coliform Sumur Desa Semperiuk A

41
Parameter Fecal Coliform
600 540

Fecal Coliform (MPN/100 mL) 500


400
300
Periode
200
Baku Mutu Kelas I
100
13
0
I II
Sumur Desa Semperiuk A

Gambar 2. 31 Grafik Hasil Pengukuran Fecal coliform Air Sumur Desa Semperiuk A

Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa jumlah fecal coliform pada Sumur Desa
Semperiuk A mengalami peningkatan pada periode berikutnya yaitu dari 13 MPN/100 mL
menjadi 540 MPN/100 mL sehingga tidak memenuhi baku mutu kelas I yang telah ditetapkan
berdasarkan PP Nomor 22 Tahun 2021. Fecal coliform umumnya berasal dari manusia.
Keberadaannya pada air sumur menunjukkan indikator telah terjadi pencemaran bakteri fecal
coliform. Hal ini dipengaruhi oleh letak sumur bor itu sendiri. Letak sumur bor yang
berdekatan dengan tempat pembuangan sampah memungkinkan airnya merembes ke dalam
sumur. Selain itu konstruksi sumur yang tidak baik juga mempengaruhi faktor ini. Sumur bor
dibuat dengan bantuan mesin sehingga lapisan tanah yang dibor dapat lebih dalam
dibandingkan sumur yang dibuat manual. Oleh karena itu, jika lapisan dinding sumur dibuat
baik maka kontaminasi mikrobiologi akan lebih minimal.

2.4.8 Parameter Total Suspended Solid (TSS)


Berdasarkan pengujian parameter TSS Sumur Desa Semperiuk A di laboratorium
pada bulan Mei dan September 2023, didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 2. 39. Data Hasil Uji Parameter TSS Sumur Desa Semperiuk A

Parameter Sumur Desa Semperiuk A


TSS Periode I (MPN/100ml) 5,0
TSS Periode II (MPN/100ml) 5,0
Baku Mutu Kelas I 40

Grafik 2. 31. Data Hasil Uji Parameter TSS Sumur Desa Semperiuk A

42
Parameter TSS
50,0

40,0
TSS (mg/L)
30,0 Periode

20,0

10,0 5,0 Baku Mutu Kelas I


5,0
0,0
I II
Sumur Desa Semperiuk A

Gambar 2. 32 Grafik Hasil Pengukuran TSS Air Sumur Desa Semperiuk A

Total Suspended Solid (TSS) atau padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan
kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap. Berdasarkan tabel dan grafik diatas,
konsentrasi TSS pada Sumur Desa Semperiuk A adalah 5 mg/L, sedangkan kriteria baku
mutu air kelas I PP No 22 Tahun 2021 adalah 40 mg/L dapat dinyatakan bahwa air sumur
masih memenuhi baku mutu. Kenaikan TSS terhadap kualitas air dapat menyebabkan
penurunan kualitas air. Padatan tersuspensi (TSS) yang tinggi akan mempengaruhi kekeruhan
dan kecerahan air, karena pengendapan dan pembusukan bahan-bahan organik dapat
menguragi nilai guna perairan. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan
bahaya bagi manusia jika digunakan sebagai air minum yang akan berdampak terhadap
kesehatan.
2.4.9 Status Mutu
Kualitas air tanah yang digunakan untuk air minum harus memenuhi standar atau
baku mutu yang telah ditetapkan baik secara fisik, kimia maupun biologi. Penentuan status
mutu air tanah dilakukan berdasarkan metode indeks pencemaran. Mutu atau kualitas air
adalah kondisi air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan
metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun hasil
perhitungan indesk pencemaran kualitas air Sumur Desa Semperiuk A dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 2. 40. Hasil Perhitungan Indeks Pencemaran pada Air Sumur Desa Semperiuk A

Hasil Perhitungan
No Parameter
Periode I Periode II
1 pH 0,20 0,62

43
Hasil Perhitungan
No Parameter
Periode I Periode II
2 BOD 1,71 1,99
3 COD 2,80 3,04
4 DO 0,31 0,33
5 Total Fosfat 0,10 0,10
6 Nitrat 0,25 0,11
7 Fecal coliform 0,13 4,66
8 TSS 0,13 0,13
Cij/Lij maks 2,80 4,66
Cij/Lij rata-rata 0,70 1,37
PIj 2,04 3,44
Keteranga PIj: Indeks Pencemaran
Berdasarkan hasil perhitungan indeks pencemaran yang disajikan pada tabel diatas
menunjukkan nilai indeks pencemaran yaitu pada periode I sebesar 2,04 dan periode II
sebesar 3,44. Sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003,
bahwa nilai indeks tersebut masuk dalam kategori tercemar ringan. Air yang telah tercemar
ringan apabila dikonsumsi sebagai air minum akan membahayakan kesehatan manusia baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan terlebih
dahulu sebelum dikonsumsi sebagai air minum. Besarnya nilai atau konsentrasi dari beberapa
parameter pengujian seperti BOD, COD dan Fecal coliform yang melebihi baku mutu untuk
air minum menyebabkan tingginya hasil perhitungan indeks pencemaran. Semakin tinggi
konsentrasi parameter yang melebihi baku mutu maka semakin tinggi pula indeks
pencemaran yang diperoleh.

44
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pemantauan kualitas air sumur di Kabupaten Sambas dilakukan di 4 (empat) desa 2
(dua) kecamatan, yaitu sumur Desa Nibung dan sumur Desa Sebubus Kecamatan
Paloh serta sumur Desa Matang Terap dan sumur Desa Semperiuk A Kecamatan
Jawai Selatan.
2. Pengujian kualitas air dilakukan di Laboratorium PT. Mutu Agung Lestari Tbk,
dengan 8 parameter yaitu pH, BOD, COD, DO, nitrat, Total Phosphat, Fecal
coliform dan TSS. Hasil uji kualitas air sumur beberapa parameter melebihi baku
mutu kelas I Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021 seperti BOD, COD, DO
dan Fecal coliform.
3. Berdasarkan hasil perhitungan indeks pencemaran, air sumur masuk dalam kategori
cemar ringan, kecuali Sumur Desa Sebubus pada periode II masuk dalam kategori
cemar sedang. Sehingga semua air sumur ini tidak dapat digunakan sebagai air baku,
tetapi dapat digunakan untuk aktivitas seperti mandi, cuci dan kakus. Air yang telah
tercemar ringan apabila dikonsumsi sebagai air minum akan membahayakan
kesehatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.

3.2 Saran
1. Sebaiknya pengujian kualitas air dilakukan segera setelah dilakukan pengambilan
sampel agar hasil yang didapatkan lebih akurat atau dapat dilakukan pengawetan
sampel.
2. Perlu memperhatikan jarak antara sumur dengan sumber polutan seperti jamban dan
tempat pembuangan sampah.
3. Perlu dilakukan pengolahan air sumur terlebih dahulu sebelum dikonsumsi sebagai
air baku.

45
DAFTAR PUSTAKA

Abidjulu, J. (2008). Analisis Kualitas Air Sungai Tanoyan di Kota Kotamobagu Provinsi
Sulawesi Utara. Chem. Prog, 1(2), 105-110.
Anonim. (2023, Januari 20). https://envilife.co.id/sistem-onlimo-online-monitoring/.
Retrieved from envilife.co.id: https://envilife.co.id/sistem-onlimo-online-monitoring/
Apriyanti, D., Santi, V. I., & Siregar, Y. D. (2013). Pengkajian Metode Analisis Amonia
dalam Air dengan Metode Salicylate Test Kit. Ecolab, 7(2), 49-108.
Atima, W. (2015). BOD dan COD sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku Mutu Air
Limbah. Biology Science & Education, Jan-Jun, 83-93.
Ayuniar, L. N., & Hidayat, J. W. (2018). Analisis Kualitas FIsika dan Kimia Air di Kawasan
Budidaya Perikanan Kabupaten Majalengka. Jurnal EnviScience Vol. 2, 68-74.
Azizah, M., & Humairoh, M. (2015). Analisis Kadar Amonia (NH3) dalam Air Sungai
Cileungsi. Jurnal Nusa Sylva, 15(1), 47-54.
Bensig, E. O., Flores, M. J., & Maglangit, F. F. (2014). Fecal and Coliform Levels as
Indicative Factors in Deterioration of the Water Quality of Lahug River, Cebu City,
Philippines. IAMURE International Journal of Ecology and Conservation, I, 70-83.
Boyd, C. (1990). Water Quality in Ponds for Agriculture. Alabama: Agricultural Experiment
Station, Auburn University.
Boyd, C., Massaut, L., & Weddig, L. W. (1998). Towards Reducing Environmental Impacts
of Pond Aquaculture. INFOFISH Internasional 2/98, 27-33.
Cech. (2005). Principles of Water Resources: History, Development, Management, and
Policy (2nd ed.). Hoboken: John Wiley & Sons.
Davis, S., & De Wiest, R. (1996). Hydrogeology. New York: John Wiley & Sons.
De Santo, R. (1978). Concepts of Applied Ecology. New York: Heidelberg Science Library.
Edwin, T., Regia, R. A., & Rahmi, F. (2018). Sebaran Nilai Daya Hantar Listrik dan Salinitas
pada Sumur Gali di Pesisir Pantai Kecamatan Padang Barat. Jurnal Dampak, 15(1),
43-50.
Effendi, H. (2000). Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Ferdiaz, S. (1992). Polusi dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Firdaus, D., Oktaviani, E., Lismana, M. I., Kamaria, S., & Rizal, S. M. (2019). Konservasi
Sumber Daya Air Dasar Aliran Sungai Sambas. Pontianak: Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura.

46
Gultom, F. B., Rahman, R., & Heriansyah. (2021). Analisis Kualitas Air Berdasarkan
Parameter Fisika di Wilayah Kota Bengkulu. ALCHEMY: Journal of Chemistry, 9(2),
37-42.
Hamuna, B., Tanjung, R., Suwito, Maury, H., & Alianto. (2018). Kajian Kualitas Air Laut
dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia di Perairan Distrik
Depapre, Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(1), 35-43.
Hong, L., & Sheng, W. (2018). Comparative Study of Total Suspended Solid vs Turbidity in
Water Quality. Architectur & The Build Environment, 1-15.
Indonesia. (2021). Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Jiyah, Sudarsono, B., & Sukmono, A. (2016). Studi Distribusi Total Suspended Solid (TSS)
di Perairan Pantai Kabupaten Demak Menggunakan Citra Landsat. Jurnal Geodesi
Undip, 6(1), 41-47.
Kennish, M. J. (1990). Ecology of Estuaries: Anthropogenic Effects. Boca Raton: CRC Press.
Khan, A. M., Ataullah, Shaheen, A., Ahmad, I., Malik, F., & Shahid, H. A. (2011).
Correlation of COD and BOD of Domestic Wastewater with The Power Output of
Bioreactor. Journal Chemical Society Pakistan, 33(2), 269-274.
Koda, E., Miszkowska, A., & Sieczka, A. (2017). Levels of Organic Pollution Indicators in
Groundwater at the Old Landfill and Waste Management Site. Applied Sciences, 7(6),
1-22.
Kustiyaningsih, E., & Irawanto, R. (2020). Pengukuran Total Dissolved Solid (TDS) dalam
Fitoremediasi Deterjen dengan Tumbuhan Sagittaria lancifolia. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan, 7(1), 143-148.
Kusumaningtyas, M. A., Bramawanto, R., Daulat, A., & Pranowo, W. S. (2014). Kualitas
Perairan Natuna Pada Musim Transisi. Depik, 3(1), 10-20.
Lubis, A., Inswiasri, & Tugaswati, A. T. (1987). Amonium dalam Air Sumur Penduduk. Bul.
Penelit. Kesehat, 15(1), 21-26.
Lumaela, A. K., Otok, B. W., & Sutikno. (2013). Pemodelan Chemical Oxygen Demand
(COD) Sungai di Surabaya dengan Metode Mixed Geographically Weighted
Regression. Jurnal Sains dan Seni Pomits, 2(1), 2337-3520.
Marsidi, R. (2011). Proses Nitrifikasi dengan Sistem Biofilter untuk Pengolahan Air Limbah
yang Mengandung Amoniak Konsentrasi Tinggi. Jurnal Teknologi Lingkungan , 3,
195-205.
Mays, L. (1996). Water Resources Handbook. New York: McGraw-Hill.
Minor, J. (2007). Fecal Coliform Bacteria. In P. Robbins (Ed.), Encyclopedia of Environment
and Society (p. 652). Thousand Oaks: SAGE Publication, Inc.

47
Mohamadi, M. A., & Kavian, A. (2015). Effects of Rainfall Patterns on Runoff and Soil
Erosion in Fields Plots. Mazandaran. Elsavier International Soil and Water
Conservation Research 3, 273-281.
Munfiah, S., Nurjazuli, & Setiani, O. (2013). Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur Gali dan
Sumur Bor di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia, 12(2), 154-159.
Ngibad, K. (2019). Analisis Kadar Fosfat dalam Air Sungai Ngelom Kabupaten Sidoarjo
Jawa Timur. J. Pijar MIPA, 14, 197-201.
Pokhrel, M. R., Poudel, B. R., Aryal, R. L., Paudyal, H., & Ghimire, K. N. (2019). Removal
and Recovery of Phosphate from Water and Wastewater Using Metal-Loaded
Agricultural Waste-Based Adsorbents : A Review. Journal of Institute of Science and
Technology, I, 77-89.
Purba, R. H., Mubarak, & Galib, M. (2018). Sebaran Total Suspended Solid (TSS) di
Kawasan Muara Sungai Kampar Kabupaten Pelalawan dan Provinsi Riau. Jurnal
Perikanan dan Kelautan, 23(1), 21-30.
Putri, V. A. (2018). Kondisi Sungai di Kalimantan Barat, Studi Kasus : Sungai Sambas.
Pontianak: Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.
Riyandini, V. L. (2020). Pengaruh Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air Sungai
Batang Tapakis Kabupaten Padang Pariaman. Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 20,
203-209.
Riyandini, V. L. (2020). Pengaruh Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air Sungai
Batang Tapakis Kabupaten Padang Pariaman. Jurnal Sains dan Teknologi, 20(2), 203-
209.
Sastrawijaya, T. (2000). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sawyer, C., & McParty, P. (2003). Chemistry for Environmental and Engineering Science.
New York: McGraw Hill Inc.
Setiari, N. M., Mahendra, M. S., & Suyasa, W. B. (2012). Identifikasi Sumber Pencemar dan
Analisis Kualitas Air Tukad Yeh Sungi di Kabupaten Tabanan dengan Metode Indeks
Pencemaran. Ecotrophic, 40-46.
Siburian, R., Simatupang, L., & Bukit, M. (2017). Analisis Kualitas Perairan Laut Terhadap
Aktivitas di Lingkungan Pelabuhan Waingapu-Alor Sumba Timur. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 23(1), 225-232.
Singh, A. L. (2013). Nitrate and Phosphate Contamination in Water and Possible Remedial
Measures. Environmental Problems and Plant, 43-56.
Singkam, A. R., Lestari, I. L., Agustin, F., Miftahussalimah, P. L., Maharani, A. Y., &
Lingga, R. (2021). Perbandingan Kualitas Air Sumur Galian dan Bor Berdasarkan
Parameter Kimia dan Parameter Fisika. BIOEDUSAINS: Jurnal Pendidikan Biologi
dan Sains, 4(2), 155-165.

48
Sofiana, M., Kadarsah, A., & Sofarini, D. (2022). Kualitas Air Terdampak Limbah Sebagai
Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Sub DAS Martapura Kabupaten Banjar.
Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, 8(1), 18-31.
Sukma, A., Seno, B., Nurjanah, S., & Syakur, A. (2013). Peningkatan Kualitas Air Pantai
Menjadi Air Bersih dengan Penerapan Teknologi Plasma Non-Thermal dan Multi-
Step Filter. DIPA IPTEKS, 1(1), 2.
Susanto, G. H. (2015). Pencemaran Lingkungan dan Dampaknya. Yogyakarta: Ardana
Media.
Suslow, T. V. (2004). Oxidation-Reduction Potensial (ORP) for Water Disinfection
Monitoring, Control, and Documentation. University of California: ANR Publication
8149.
Triawan, D. A., Notriawan, D., & Ernis, G. (2020). Penentuan Status Mutu Air Tanah
Dangkal di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Air Sebangkul Kota
Bengkulu Menggunakan Metode Storet: A Cross-Sectional Study. Journal Kimia
Riset, 5(1), 22-28.
Wang, X., Wu, Y., Chen, N., Piao, H., Sun, D., Ratnaweera, H., et al. (2022).
Characterization of Oxidation-Reduction Potensial Variations in Biological
Wastewater Treatment Processes : A Study from Mechanism to Application.
Processes, 1-11.
Wardhana, W. A. (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan, Edisi II. Yogyakarta: Andi.
Widiadmoko, W. (2013). Pemantauan Kualitas Air Secara Fisika dan Kimia di Perairan
Teluk Hurun. Bandar Lampung: Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL)
Lampung.
Zamora, R., Harmadi, & Wildian. (2015). Perancangan Alat Ukur TDS (Total Dissolved
Solid) Air dengan Sendor Konduktivitas Secara Real Time. Jurnal Saintek Vol. VII,
No. 1, 11-15.

49

Anda mungkin juga menyukai