Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Analisis mineral dengan menggunakan Atomic Absorption Spektrofotometer (AAS)

Berbagai metode tradisional yang digunakan untuk menganalisis kandungan mineral pada
suatu bahan pangan memiliki keterbatasan masalah dalam sensitivitas dan kemampuannya
untuk dapat menganalisis bahan pangan yang mengandung mineral dengan jenis yang
beragam. Hal ini melatarbelakangi dikembangkannya alat instrumentasi modern seperti
Atomic Absorption Spektofotometri (AAS) yang dapat menganalisis mineral dengan
sensivitas tinggi bahkan sampai satuan ppm (part per billion). Alat AAS ini sangat berguna
untuk menganalisis mineral makro (trace element) yang terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit pada sampel bahan pangan. Selain itu alat ini juga dapat digunakan untuk
menganalisis kontaminan logam berat yang sulit dilakukan dengan metode tradisional.
Analisis dengan menggunakan AAS memungkinkan beberapa jenis mineral/logam yang
terkandung dalam suatu bahan pangan dapat dianalisis dalam satu proses secara bersamaan
karena absorbansi atau emisi dari setiap jenis logam dapat diukur pada panjang gelombang
tertentu sesuai dengan jenis logamnya. Sedangkan analisis mineral dengan metode tradisional
dilakukan secara manual dan untuk satu proses hanya ditujukan untuk menganalisis satu jenis
mineral yang spesifik.

AAS berprinsip pada pada pengukuran sinar yang diserap oleh atom dari unsure-unsur.
Pada suhu kamar , hampir semua atom berada pada tingkat dasarnya. Pemanasan didalam
nyala api ataupun sumber panas lainnya akan menyebabkan atom tersebut untuk naik tingkat
energinya dan berada dalam keadaan tereksitasi. Kenaikan tingkat energi tersebut disebabkan
karena atom menyerap energi dari radiasi (sinar). Penyerapan ini bersifat selektif, yaiotu
hanya sinar dengan panjang gelombang tertentu saja yang akan diserap oleh suatu atom.
Kalsium, misalnya akan menyerap sinar dengan panjang gelombang 422,7 am. Untuk
memperoleh hasil dengan panjang gelombang yang sesuai dengan unsure yang akan
dianalisis. Jumlah unsure didalam sampel dianggap setara dengan sinar yang diserap dan
diukur dengan cara menghitung perbedaan intensitas sinar dating dengan sinar yang
diteruskan.

AAS menjadi sangat populer karena hal-hal sebagai berikut :

a) Kemudahan persiapan sampelnya.


b) Keakuratannya.
c) Tingkat reproduksibilitasnya yang tinggi.
d) Kisaran pemakaiannya yang luas, yakni dapat digunakan untuk menganalisis lebih dari
60 unsur dari jumlah yang sangat kecil (trace) hingga jumlah besar.
Seperti metode analisis mineral lainnya, bahan-bahan organik harus dihilangkan dalam
persiapan sampel. Oksigen juga harus dihilangkan dengan cara meniupkan gas nitrogen
kedalam larutan selama analisis. Pengontrolan suhu analisis harus dilakukan agar selalu
berada ± 0,5oC.

2.2. Prinsip
Larutan sampel dari pengabuan basah atau pengabuan kering disebarkan dalam nyala api
pada alat AAS, absorbansi atau emisi logam dapat dianalisis dan diukur pada panjang
gelombang tertentu.

2.3. Pereaksi
Pereaksi yang digunakan pada analisis logam dengan metode AAS antara lain : HCl 6N,
HCl 3N, dan HCl 0,3N, larutan klorida 10% w/v, aquades mutu tinggi atatu air bebas ion,
kertas saring Whatman No. 541 (yang sebelumnya dicuci dahulu dengan HCl 3N untuk
menghilangkan trace metal, larutan stok standar (1000 mg/L) dan larutan standar. Larutan
stok standar dibuat dengan cara menimbang sejumlah pereaksi seperti yang terdapat pada
table 3.2. Garam-garam tersebut dilarutkan dalam 25 ml HCl 3N kemudian diencerkan
menjadi 250 ml dengan air.

Table 3.2. Berat garam yang diperlukan untuk membuat larutan stok standar logam

Logam Pereaksi Berat Pereaksi (g) per 250 ml


larutan
Kalsium CaCO3 Kering 0,624

Tembaga CuSO4 5H2O 0,981

Besi Fe2 (SO)4 3(NH4)2 SO4- 24H2O 2,158

Magnesium MgSO4- 7H2O 2,530

Mangan MnSO4- 4H2O 1,015

Kalium KCl (dikerigkan selama 2 jam pada 0,476


suhu 105oC)
Natrium NaCl (dikeringkan selama 2 jam pada 0,636
suhu 105oC)
Seng ZnSO4- 7H2O 1,100

Larutan standar dibuat dengan cara mengencerkan laruta stok standar dengan air (jika
persiapam sampel dilakukan dengan pengabuan basah) atau dengan HCl 0,3N (jika
persiapam sampel dilakukan dengan pengabuan kering). Pengenceran dilakukan sampai
konsentrasinya berada dalam kisaran kerja logam yang bersangkutan seperti yang tertera
pada table 3.3.Jika larutan standar diperoleh dari suplaier dalam bentuk jadi maka
pengenceran dapat berlangsung dilakukan sesuai dengan konsentrasi yang sesuai dengan
kisaran kerja masing-masing logam.

Tabel 3.3. Kondisi yang direkomendasikan untuk analisis logam dengan system nyalam asetilen
udara.

Unsur Panjang Absorpsi (A) Limit deteksi (μg Kisaran kerja (


Gelombang (A”) atau Emisi (E) logam ml) μg logam ml ¿
Kalsium 422,7 A 0,010 0,05 - 5

Tembaga 324,8 A 0,005 0,05 - 5

Besi 248,3 A 0,030 0,05 - 5

Magnesium 285,2 A 0,001 0,02 - 2(0.5)+ +

Mangan 279,5 A 0,005 0,2 - 5 (3)

Kalium (+ 1 mg Na/ml) 766,5 A 0,002 0,1 - 5 (2)

Kalium (+ 1 mg Na/ml) 766,5 E 0,002 1 - 20

Natrium (+ 1 mg K/ml) 589,0 A 0,002 0,1 – 5 (1)

Natrium (+ 1 mg K/ml) 589,0 E 0,002 1–2

Seng 213,9 A 0,004 0,1 – 2 (1)

*Menunjukkan bahwa kurva kalibrasi linier sampai nilai ini.

2.4. Peralatan
Alat yang digunakan pada analisis dengan menggunakan metode AAS antara lain
instrument AAS (instrument ini memerlukan kalibrasi dengan menggunakan standar yang
sudah diketahui konsentrasinya untuk masing-masing penetapan logam), alat-alat gelas
khusus untuk analisis AAS (alat-alat gelas harus dicuci dulu dengan asam nitrat encer
sebelum digunakan) dan neraca analitik.
2.5. Prosedur kerja
1. Larutan abu dari penga buan basah
Larutan abu dipindahkan kedalam labu takar, ukuran labu takar disesuaikan dengan
konsentrasi pada kisaran kerja masing-masing logam. Larutan ditetapkan sampai tanda
batas dengan aquades.

2. Abu berasal dari pengabuan kering


Sebanyak 5 – 6 ml HCl 6N ditambahkan ke dalam cawan berisi abu. Cawan
dipanaskan dengan hati-hati diatas hot plate dengan pemanasan rendah sampai kering. Ke
dalam sampel ditambahkan 15 ml HCl 3N, cawan dipanaskan di atas penangas sampai
mulai mendidih. Sampel didinginkan dan disaring melalui kertas saring, filtrate yang
diperoleh dimasukkan ke dalam labu takar yang sesuai. Sebanyak 10 ml HCl 3N
dimasukkan kedalam cawan, kemudian cawan dipanaskan sampai mendidih. Cawan
didinginkan, sampel dari cawan disaring dan filtratnya dimasukkan kedalam labu takar.
Cawan dicuci dengan air paling sedikit 3 kali, air cucian disaring lalu dimasukkan ke
dalam labu takar. Jika akan menentukan kadar kalsium, ditambahkan 5 ml larutan
lanthanum klorida untuk setiap 100 ml larutan. Labu didinginkan dan diencerkan sampai
tanda batas dengan air. Blangko disiapkan menggunakan sejumlah pereaksi yang sama.

3. Kalibrasi alat dan penetapan sampel


Alat AAS diset sesuai dengan instruksi dalam manual alat tersebut. Larutan standar
logam dan blangko diukur. Larutan sampel diukur (selama penetapan sampel nilai standar
harus diperiksa secara periodic untuk memastikan nilanya tetap konstan). Dibuat kurva
standar untuk masing –masing logam (nilai absorbansi/emisi dengan konsentrasi logam
dalam μ g/ml ¿ .

2.6. Perhitungan
Konsentrasi logam dalam sampel ditentukan berdasarkan kurva standar yang diperoleh :

(a–b)xV
L=
10 W

Keterangan :
W = Berat sampel yang dianalisis (g)
V = Volume Ekstrak
a = Konsetrasi larutan sampel (μ g/ml ¿
b = Konsetrasi larutan sampel (μ g/ml ¿

Anda mungkin juga menyukai