Disusun Oleh :
Mohammad Rian Bakari
062118055
PENDAHULUAN
I2 + 2 e- 2I-
2S2O4-2 S4O8-2
Fe+2 Fe+3 + e-
Ce+4 + e Ce+3
BAB II
- Power supply
- Digital multimeter
- Reostat
- Elektroda platina
- Magnetic stirrer & bar
- Statip dan klem
- Buret 50 ml
- Pipet volumetrik
- Labu volumetrik 250 ml dan 100 ml
- Gelas piala
- Batang pengaduk
PROSEDUR KERJA
DATA PENGAMATAN
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
mL Titran
2. Titrasi Penetapan Kadar Besi
Bobot sampel besi (II) = 1,5199 gram
Data titrasi standarisasi
mL
Arus Terukur (mA)
Titran
0 0
1 0,15
2 0,08
3 0,06
4 0,02
5 0,01
6 0,04
7 0,07
8 0,11
9 0,14
10 0,17
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 2 4 6 8 10 12
mL Titran
Perhitungan Normalitas Besi dari titik ekivalen pada 0,01
Mr sampel = 278 gr/mol
Bst = 139 gr/mol
Massa = 1,5199 gram
gr 1000
N= x
bst v
1,5199 1000
N= x =0,1093 N
139 100
BAB V
PENUTUP
5.1 Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang Titrasi Amperometri. Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk Memahami teknik titrasi amperometri dengan penetapan
titik ekivalen melalui kurva “dead stop” dan menetapkan kadar besi II dalam sampel.
Titrasi amperometri merupakan metoda tak langsung dimana pada setiap penambahan
titran kuat arus yang mengalir diukur. Perubahan kuat arus sebelum dan sesudah titik
ekivalen sangat berbeda dan dari perbedaan perubahan titik ini ekivalen dapat
dilokalisasi. Prinsip dari percobaan ini adalah potensial diberikan pada elektroda kerja
sehingga analit yang terdapat dalam larutan mengalami reaksi reduksi agar
konsentrasi analit yang dekat dengan elektroda kerja akan menurun.
Pertama dilakukan pembuatan larutan Cerium IV 0,1 N dengan cara masukkan tetes
demi tetes sambil diaduk hati-hati asam sulfat pekat kedalam 100 ml air suling dalam gelas
piala 1000ml, sampai menghabiskan asam sulfat 6 ml. Kemudian larutkan + 10 gram
Ce(SO4)2 sambil diaduk jika dipanaskan. Setelah dingin tambahkan air suling sehingga
volumenya menjadi 200 ml, kemudian pindahkan kedalam labu volumetric 250 ml dan
encerkan sampai tanda tera . Penambahan asam sulfat bertujuan untuk memperbesar
kelarutan Cerium sedangkan dilakukannya pemanasan bertujuan untuk mempercepat
reaksi.
Kedua setelah larutan Cerium IV 0,1 N selesai dibuat dilakukan pembuatan
larutan prime asam oksalat 0,1 N dengan cara melarutkan 630 gram asam oksalat ke
dalam 80 ml air suling dan encerkan menjadi 100 ml dalam labu volumetric . Kemudian
larutan cerium yang sudah dibuat sebelumnya distandarisasi dengan menggunakan
asam oksalat. Setiap penambahan 2 ml titran dicatat berapa arus yang terukur lalu dari
data tersebut dibuat grafik standarisasi cerium dengan asam oksalat antara ml titran
dan arus yang terukur (mA) kemudian dicari titik ekivalennya. Dari data percobaan
didapati titik ekivalen standarisasi cerium dengan asam oksalat terdapat pada
penambahan 10 ml titran dengan arus yang terukur sebesar 8,60 mA dari data ini
dapat dilakukan perhitungan normalitas larutan cerium dan didapati normalitasnya
sebesar 0,25 N.
Selanjutnya setelah standarisasi selesai, dilakukan preparasi larutan sampel besi
dengan cara melarutkan beberapa gram contoh padatan yang mengandung besi dengan
pelarut yang sesuai. Reduksikan seluruh ion besi dengan reduktor Jones atau Sn(II) klorida.
Untuk padatan biji besi larutkan dalam HCI pekat sambil dipanaskan, dan atur volume
menjadi + 15 ml dengan cara pemanasan atau pengenceran Tambahkan Sn(II) klorida tetes
demi tetes sampai larutan tak berwarna. Dinginkan dengan air kran dan dengan cepat
tambahkan 20 ml larutan Hg(II) klorida jenuh kemudian setelah + 3 menit pindahkan larutan
kedalam erlenmeyer dan encerkan menjadi 300 ml, dan tambahkan 25 ml larutan pereaksi
Zimerman-Reinhardt (campuran mangan II, asam sulfat dan asam fosfat). Penambahan HCl
bertujuan untuk memperbesar kelarutan dan dilakukan pemanasan untuk mempercepat reaksi
peluruhan. Setelah sampel selesai dipreparasi dilakukan titrasi amperometri dengan
larutan cerium yang sudah distandarisasi sebelumnya. Dari titrasi tersebut diperoleh
data untuk dibuat grafik titrasi penetapan kadar besi dalam sampel dengan titik
ekivalen pada penambahan 5 ml titran dan arus yang terukur sebesar 0,01 mA
kemudian dari data ini dapat dilakukan perhitungan untuk menetapkan konsentrasi
besi yang terkandung dalam sampel. Dari perhitungan diperoleh konsentrasi sampel
sebesar 0,1093 N.
5.2 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa Titrasi
amperometri merupakan metoda tak langsung dimana pada setiap penambahan titran
kuat arus yang mengalir diukur. Perubahan kuat arus sebelum dan sesudah titik
ekivalen sangat berbeda dan dari perbedaan perubahan titik ini ekivalen dapat
dilokalisasi. Titik ekivalen pada penetapan kadar besi adalah pada saat penambahan 5
ml titran dengan arus yang terukur sebesar 0,01 mA. Dari perhitungan diperoleh
konsentrasi sampel sebesar 0,1093 N.
Daftar Pustaka
Bard, A J dan Faulker L R. 1980. Electrochemical Methods.
Erlangga : Jakarta.
Sutanto dan Ade Heri Mulyati. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Elektroanalisis