Anda di halaman 1dari 21

Pengolahan air secara fisika

JUDUL:
1. PENGOLAHAN AIR DENGAN PROSES FILTRASI DENGAN ALAT
PENJERNIH AIR SEDERHANA
2. PENGOLAHAN AIR LIMBAH DETERJEN SECARA FISIKA METODE
FILTRASI
ANGGOTA KELOMPOK

1. Anisa Pitriyani (2018544)


2. Anisya Amirul Maulida (2018545)
3. Arvina Nundzaky Hakim (2018553)
4. Bintang Adie Wicaksana (2018560)
5. Finatry Marliani (2018600)
6. Haniifah Rifqah Taqiyyah (2018619)
7. Happy Susilo Suryo P.N (2018622)
8. Mochamad Alfaizy N (2018648)
9. Nurul Dwi Puspitasari (2018701)
LATAR BELAKANG
Filtrasi adalah proses penyaringan untuk menghilangkan zat padat
tersuspensi dari air melalui media berpori. Filtrasi dapat juga diartikan
sebagai proses pemisahan liquid-liquid dengan cara melewatkan liquid
melalui media berpori atau bahan-bahan berpori untuk menyisihkan atau
menghilangkan sebanyak-banyaknya butiran-butiran halus zat padat
tersuspensi dari liqud.
Filtrasi adalah suatu operasi pemisahan campuran antara padatan dan cairan
dengan melewatkan umpan (padatan + cairan) melalui medium penyaring.
Proses filtrasi banyak dilakukan di industri, misalnya pada pemurnian air
minum, pemisahan kristal-kristal garam dari cairan induknya, pabrik kertas
dan lain-lain.
PELAPORAN HASIL
PRAKTIK

TUJUAN
Untuk mengetahui prinsip pengolahan air limbah secara fisika
dengan metode filtrasi

PRINSIP
Filtrasi merupakan proses penyaringan untuk menghilangkan zat padat
tersuspensi dari air melalui media berpori. Filtrasi dapat juga diartikan
sebagai proses pemisahan liquid-liquid dengan cara melewatkan liquid
melalui media berpori atau bahan-bahan berpori untuk menyisihkan atau
menghilangkan sebanyak-banyaknya butiran-butiran halus zat padat
tersuspensi dari liquid.
tempat sampling & waktu sampling
Percobaan dilakukan di Politeknik AKA Bogor (belakang bengkel). Kelurahan
Tanah Baru . Kecamatan Bogor Utara. Kota Bogor yang dilaksanakan pada
hari Jumat, 2 Desember 2022. Selain itu kita juga menggunakan
laboratorium lingkungan yang berada di Gedung E Politeknik AKA Bogor.
ALAT DAN BAHAN
alat bahan
1. Pengaduk 1. Air sungai kotor
2. Botol Air Mineral Bekas 2. Air demin
3. Multiparameter 3. Kerikil sedang
4. Turbidimeter 4. Kerikil kecil
5. Indikator universal 5. ijuk
6. Ember 6. kapas
7. beaker glass 7. Arang
8. Pasir kasar
9. Pasir halus
10. kapur
CARA KERJA
Pengolahan air dengan proses filtrasi alat penjernih air

Menyusun material yang sudah disiapkan, Menyiapkan kira-kira 1 liter air sungai (air
dan memasukkan ke dalam botol plastik, kotor) dalam sebuah ember lain.
dari bawah ke atas mulai dari kain katun,
kapas, batu, kerikil, arang, pasir halus, ijuk,

Mengukur pH air kotor, DHL, TDS dan


turbidity

Menuangkan air kotor kira-kira 1 liter ke


dalam alat penyaring yang baru dirakit
Kemudian tampung air hasil penyaringan Ukur pH, DHL, TDS dan kekeruhannya
2. Proses pengolahan air limbah deterjen secara fisika
dengan metode filtrasi

Isikah corong dengan kapas, serbuk kapur


Rangkai alat filtrasi dan pasir

Tuangkan 10 ml larutan deterjen kedalam


corong, tampung filtratnya pada beaker Buat larutan deterjen dan amati pH, DHL,
glass TDS dan kekeruhan

Amati dan ukur pH,TDS, DHL, dan


kekeruhan. Bandingkan air yang
belum dan sudah disaring
Data Pengamatan pengolahan air dengan proses filtrasi alat penjernih air

No Parameter
Sampel sebelum disaring Sampel setelah disaring

1 pH 8,42 7,52

2 TDS 103,1 ppm 68,8 ppm

DATA 3 DHL
221,4 µs 140,3 µs

PENGAMATAN 4 Kekeruhan Ⅰ: 39,8 ntu Ⅰ: 27,9 ntu


Ⅱ: 40,6 ntu Ⅱ: 28,0 ntu
Data pengamatan pengolahan air limbah deterjen secara fisika metode filtrasi

No Parameter
Sampel sebelum disaring Sampel setelah disaring

1 pH 11,39 10,25

2 TDS 16800 ppm 11380 ppm

3 DHL
54,2 µs 23,87 µs

4 Kekeruhan Ⅰ: 281 ntu Ⅰ: 107,9 ntu


Ⅱ: 281 ntu Ⅱ: 106,0 ntu
Dokumentasi
PEMBAHASAN
Dari data pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa adanya perlakuan filtrasi nilai pH pada sampel air limbah
cenderung menurun yaitu dari nilai pH 8,42 turun menjadi pH 7,52 dan pada air deterjen nilai pH 8,42 turun menjadi
pH 7,52. Data nilai pH sebelum dan sesudah adanya perlakuan filtrasi menggunakan media filtrasi berupa kombinasi
adsorben memberikan pengaruh terhadap perubahan/penurunan nilai pH pada sampel air limbah dan air deterjen.
Dari data pada tabel dapat dilihat bahwa secara keseluruhan, adanya perlakuan filtrasi pada sampel air limbah dan air
deterjen telah membuat nilai pH sampel cenderung semakin menurun yaitu dari pH 8 yang tergolong basa menjadi
netral (pH 7) dan pH 11 menjadi pH 10. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Aliaman (2017) yang melakukan proses adsorbsi air limbah laundry menggunakan adsorben arang aktif dan pasir
silika dan didapatkan hasil bahwa pH sampel air limbah laundry justru cenderung semakin menurun seiring dengan
dilakukannya proses adsorbsi.
Lalu adanya perlakuan filtrasi membuat kadar TDS pada sampel air limbah cenderung menurun yaitu dari 103,1
ppm turun menjadi 68,8 ppm dan pada air deterjen yaitu dari 16800 ppm menjadi 11380 ppm . Data kadar TDS
sebelum dan sesudah filtrasi ini menunjukkan bahwa seperti halnya pada uji nilai pH, uji kadar TDS juga menunjukkan
bahwa adanya perlakuan filtrasi menggunakan media filtrasi juga memberikan pengaruh terhadap
perubahan/penurunan kadar TDS pada sampel air limbah dan air deterjen, TDS menyatakan ukuran atau jumlah zat
terlarut (baik zat organik maupun anorganik) yang terdapat dalam sebuah larutan.
Kemudian adanya perlakuan filtrasi membuat nilai DHL pada sampel air limbah dan air deterjen cenderung
menurun yaitu dari 221,4 µs turun menjadi 140,3 µs dan 54,2 µs turun menjadi 23,87 µs. Data nilai DHL sebelum dan
sesudah filtrasi juga menunjukkan bahwa adanya perlakuan filtrasi menggunakan media filtrasi juga memberikan
pengaruh terhadap perubahan/ penurunan nilai DHL pada sampel air limbah dan air deterjen. DHL menyatakan ukuran
kemampuan suatu bahan (misalkan larutan) untuk menghantarkan arus listrik. Arus listrik di dalam larutan
dihantarkan oleh ion-ion yang terkandung didalamnya. Banyaknya ion di dalam larutan juga dipengaruhi oleh padatan
terlarut yang terkandung di dalamnya. Semakin besar jumlah padatan terlarut (TDS) di dalam larutan maka
kemungkinan jumlah ion dalam larutan juga akan semakin besar, sehingga nilai DHL juga akan semakin besar. Jadi, di
sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara jumlah zat padat terlarut yang dinyatakan dengan TDS dengan nilai
DHL.
Dari sisi kekeruhannya, ada perubahan yang bisa dikatakan signifikan, dimana air limbah kontrol sangat keruh,
sedangkan air limbah hasil filtrasi sudah jauh lebih jernih dibandingkan kontrol adanya perlakuan filtrasi membuat nilai
kekeruhan pada sampel air limbah dan air deterjen cenderung menurun yaitu dari 40,6 ntu turun menjadi 28,0 dan
281 ntu turun menjadi 106,0 ntu
KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa adanya
proses filtrasi dapat mempengaruhi nilai pH, TDS, dan DHL pada sampel air limbah
dan air deterjen. Adanya proses filtrasi dapat menurunkan nilai pH, kadar TDS, dan
nilai DHL pada sampel air limbah dan air deterjen
PERTANYAAN
Mengapa sampel air sungai harus diukur pH, DHL, TDS, dan kekeruhannya
sebelum diolah?
jawab:
Sumber irigasi harus memenuhi syarat kualitas agar tidak berbahaya bagi makhluk
hidup, karena dalam jangka panjang dapat berpengaruh terhadap kesehatan
makhluk hidup. Kualitas air dapat ditentukan dari pengukuran suatu parameter
seperti pH, DHL, TDS, dan kekeruhan suatu air.
1.Pengukuran pH
mencerminkan reaksi kimia air dan larutan hara. Kondisi pH larutan hara sangat
menentukan tingkat kelarutan unsur hara, dan ketersediaan hara bagi makhluk
hidup
2. Pengukuran DHL
DHL merupakan pengukuran tidak langsung terhadap konsentrasi garam yang
dapat digunakan untuk menentukan secara umum kesesuaian air dan untuk
memonitor konsentrasi larutan hara.
3. Pengukuran TDS
Total zat padat terlarut merupakan padatan yang terlarut dalam larutan baik
berupa zat organik maupun anorganik, yaitu semua mineral, garam, logam, serta
kation-anion yang terlarut di air. Secara umum, konsentrasi benda-benda padat
terlarut merupakan jumlah antara kation dan anion didalam air
4. Kekeruhan
Kekeruhan sebagai intensitas kegelapan di dalam air yang disebabkan oleh
bahan-bahan yang melayang. Kekeruhan perairan umumnya disebabkan oleh
adanya partikel-partikel suspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik
terlarut, bakteri, plankton dan organisme lainnya
PERTANYAAN
Jelaskan perbedaan hasil pengukuran air sebelum dan sesudah
penyaringan!

jawab:

Dari hasil percobaan dapat dilihat perbedaan sebelum dilakukan penyaringan dengan sesudah
penyaringan, sebelum dilakukan penyaringan air limbah maupun air deterjen memiliki pH, DHL, TDS, dan
kekeruhan yang tinggi namun setelah dilakukan penyaringan ada perubahan yang bisa dikatakan
signifikan, dimana sebelum penyaringan air limbah dan air deterjen sangat keruh, sedangkan air limbah
dan air deterjen hasil filtrasi sudah jauh lebih jernih kemudian pengukuran pH, DHL, TDS menunjukkan
bahwa dengan adanya perlakuan filtrasi menggunakan media filtrasi berupa kombinasi adsorben juga
memberikan pengaruh terhadap perubahan/penurunan kadar masing-masing parameter pada sampel air
limbah dan air deterjen.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai