Anda di halaman 1dari 11

1

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI


CANGKANG BIJI KETAPANG



Azhary H. Surest, Indra Permana, Rio Gunawan Wibisono

J urusan Teknik KimiaFakultas Teknik Universitas Sriwijaya




ABSTRAK
Hasil penelitian membuktikan bahwa arang aktif dapat dibuat dari bahan organik maupun
anorganik yang mengandung kadar karbon tinggi. Dari sejumlah penelitian yang telah dilakukan,
penelitian karbon aktif biasanya dari tempurung kelapa, ampas tebu, serbuk gergaji,macam-macam
kayu dan sebagainya. Banyak terdapat material yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan karbon
aktif, salah satunya adalah cangkang biji ketapang. Dalam dunia industri karbon aktif ini umumnya
digunakan untuk menghilangkan bau, rasa, warna, dan kontaminan organik lainnya. Pengujian yang
dilakukan penelitian ini didasarkan pada syarat mutu karbon aktif sesuai Standar Industri Indonesia
No. 0258-88. Pada penelitian ini, dilakukan dengan variabel jenis zat aktivator (HCl, NaOH, dan
CaCl
2
), lamanya waktu aktivasi (24 jam, 22 jam, 20 jam), dan suhu karbonisasi (300
o
C, 400
o
C dan
500
o
C). Adapun parameter analisa hasil adalah volatile matter, kadar air, kadar abu dan daya serap
iodium. Karbon aktif terbaik diperoleh dari pada suhu karbonisasi 500
o
C, dengan menggunakan
aktivator HCl, lama aktivasi 24 jam.

Kata kunci: Cangkang Biji Ketapang, karbon aktif



ABSTRACT

Research shows that activated carbon can be made from organic or inorganic materials that
contain high levels of carbon. From a number of studies have been conducted, research is usually
activated carbon from coconut shell, sugar cane waste, sawdust, wood stuff and so on. There are many
materials that can be used for the manufacture of activated carbon, one of which is the seed shells
ketapan. In the world activated carbon industry is generally used to remove the smell, taste, color, and
other organic contaminants. Tests conducted this study based on the quality of activated carbon
requirements in accordance Industry Standard No. Indonesia. 0258-88.In this study, conducted with
the variable type of activator substances (HCl, NaOH, and CaCl
2
), the length of activation time (24
hours, 22 hours, 20 hours), and the carbonization temperature (300
o
C, 400
o
C and 500
o
C). The
analysis parameters are the results of volatile matter, moisture content, ash content and iodine
absorption. Best activated carbon obtained from the carbonization temperature of 500
o
C, using HCl
activators, activation time 24 hours.

Keywords: Shell Beans Ketapang, active carbon




2
I. PENDAHULUAN
Karbon atau arang aktif adalah
material yang berbentuk butiran atau bubuk
yang berasal dari material yang mengandung
karbon. Karbon aktif pemakaiannya cukup
luas, baik di industri besar maupun kecil.
Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh-
tumbuhan, limbah ataupun mineral yang
mengandung karbon dapat dibuat menjadi
arang aktif, bahan tersebut antara lain: tulang,
kayu lunak, sekam, tongkol jagung, tempurung
kelapa, sabut kelapa, ampas penggilingan tebu,
ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, kayu
keras dan batubara.
Karbon aktif biasanya digunakan
sebagai katalis, penghilangan bau, penyerapan
warna, zat purifikasi, dan sebagainya. Untuk
industri di Indonesia, penggunaan karbon aktif
masih relatif tinggi. Sayangnya, pemenuhan
akan kebutuhan karbon aktif masih dilakukan
dengan cara mengimpor. Pada tahun 2000
saja, tercatat impor karbon aktif sebesar
2.770.573 kg berasal dari negara J epang,
Hongkong Korea, Taiwan, Cina, Singapura,
Philipina, Sri Lanka, Malaysia, Australia,
Amerika Serikat, Kanada, Inggris, J erman,
Denmark, dan Italia (Rini Pujiarti, J .P Gentur
Sutapa). Konsumsi karbon aktif dunia semakin
meningkat setiap tahunnya, misalkan pada
tahun 2007 mencapai 300.000 ton/tahun.
J ika ditinjau dari sumber daya alam
di Indonesia yang melimpah, maka sangatlah
mungkin kebutuhan karbon aktif dapat
dipenuhi dengan produksi dari dalam negeri.
Seperti saat ini sedang digalakannya mencari
energi alternatif pengganti minyak yaitu
biodiesel yang berasal dari berbagai macam
bahan organik salah satunya biji ketapang. Biji
ketapang memiliki kandungan minyak yang
cukup tinggi dan juga menurut riset pada
jurnal Nasional biji ketapang juga mempunyai
nilai gizi yang tinggi sebagai makanan yaitu
mie bipang.. Oleh karena itu maka sisa kulit
biji ketapang atau cangkang biji ketapang ini
dapat dimanfaatkan untuk membuat briket
atau karbon aktif karena memiliki unsur
karbon. Cangkang atau kulit bijinya cukup
keras.
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah menentukan jenis zat aktivator yang
paling baik pada pembuatan karbon aktif yang
memenuhi syarat mutu karbon aktif.,
menentukan suhu karbonisasi dan waktu
aktivasi yang paling baik dalam pembuatan
karbon aktif yang memenuhi syarat mutu
karbon aktif, dan memperoleh bahan baku
baru yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pembuatan karbon aktif.

II. FUNDAMENTAL
2.1. Tanaman Ketapang
Pohon Ketapang (Terminalia
Catappa) terdistribusi secara luas di
Indonesia. Terminalia (Combretaceae)
tersebar dari Sumatera sampai Papua.
Terminalia dapat tumbuh pada dataran rendah
sampai dataran tinggi, di hutan primer maupun
sekunder, hutan campuran Dipterocarpaceae,
hutan rawa, hutan pantai, hutan jati atau
sepanjang sungai (Whitmore et al., 1997
dalam Wardani et al., 2006)
Buahnya adalah buah berbiji dengan
panjang 5-7 cm dan lebarnya 3-5,5 cm, pada
awalnya hijau, kemudian kuning dan akhirnya
merah ketika matang, berisi biji tunggal
(Anonimus, 2003). Bijinya dilapisi kulit atau
cangkang yang keras.

2.2 Karbon Aktif
Karbon aktif merupakan arang dengan
struktur amorphous atau mikrokristalin yang
sebagian besar terdiri karbon bebas dan
memiliki permukaan dalam (internal
surface), biasanya diperoleh dengan perlakuan
khusus dan memiliki luas permukaan berkisar
antara 300-2000 m
2
/gr.
Secara umum, ada dua jenis karbon aktif
yaitu karbon aktif fasa cair dan karbon aktif
fasa gas. Karbon aktif fasa cair dihasilkan dari
material dengan berat jenis rendah, seperti
arang dari bambu kuning yang mempunyai
bentuk butiran (powder), rapuh (mudah
hancur), mempunyai kadar abu yang tinggi
berupa silika dan biasanya digunakan untuk
menghilangkan bau, rasa, warna, dan
kontaminan organik lainnya. Sedangkan
karbon aktif fasa gas dihasilkan dari material
dengan berat jenis tinggi

2.2.1 Kegunaan Karbon Aktif
(Sumber : Pusat Dokumentasi Dan
Informasi Ilmiah, 1997)

3
Tabel 2.1 Manfaat Karbon Aktif dalam
Dunia Industri
Industri Digunakan Untuk
GAS
1. Pemurnian
gas
Desulfurisasi,
menghilangkan gas
beracun/ bau busuk/ asap,
menyerap racun
2.. Katalisator Reaksi katalisator atau
pengangkut vinil klorida
dan vinil asetat
ZAT CAIR
1. Industri obat
dan makanan
Menyaring dan
menghilangkan warna/ bau/
rasa yang tidak enak pada
makanan
2. Minuman
ringan,
minuman keras
Menghilangkan warna dan
bau pada arak, minuman
keras & minuman ringan
3. Pengolahan
Air
Menyaring, menghilangkan
bau, warna, zat pencemar
dalam air, dan alat
pengolahan air
4. Pengolahan
air buangan
Membersihkan air buangan
dari pencemar, warna, bau,
logam berat
5. Pelarut yang
digunakan
kembali
Penarikan kembali berbagai
pelarut sisa (metanol, etil
asetat dan lainnya)
LAIN - LAIN
1. Pengolahan
pulp
Pemurnian, penghilangan
bau
2. Pengolahan
pupuk
Pemurnian
3. Pengolahan
emas
Pemurnian
4. Pengolahan
minyak makan
dan glukosa
menghilangkan bau, warna
serta rasa tidak enak

Persyaratan mutu karbon aktif dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 2.2 Syarat Mutu Karbon Aktif (SII.
0258-88)
Jenis Uji
Persyaratan
Butiran Padatan
Bagian yang
hilang pada
pemanasan
950
o
C
Max.
15%
Max.
25%
Air Max. Max.
4,4% 15%
Abu Max.
2,5%
Max.10
%
Daya serap terhadap I
2
Min. 750
mg/g
Min. 75
mg/g
Sumber : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI
1997

2.2.2 Proses Pembuatan Karbon Aktif
Secara garis besar, ada 3 tahap
pembuatan karbon aktif, yaitu:
1. Proses Dehidrasi
Adalah proses penghilangan air pada
bahan baku melalui reaksi kimia dengan
nisbah 2:1.

2. Proses Karbonisasi
Adalah proses pembakaran bahan baku
dengan menggunakan udara terbatas
dengan temperatur udara antara 300
0
C
sampai 900
0
C sesuai dengan kekerasan
bahan baku yang digunakan. Proses ini
menyebabkan terjadinya penguraian
senyawa organik yang menyusun struktur
bahan membentuk metanol, uap asam
asetat, tar, dan hidrokarbon. Material
padat yang tertinggal setelah proses
karbonisasi adalah karbon dalam bentuk
arang dengan permukaan spesifik yang
sempit.
3. Proses Aktivasi
Proses aktivasi dibedakan menjadi 2
bagian, yaitu:
a. Proses Aktivasi Termal
Proses aktivasi termal umumnya
melibatkan gas pengoksidasi seperti
oksida oleh udara pada temperatur rendah,
uap CO
2
atau aliran gas pada temperatur
tinggi (Pohan, 1993)
b. Proses Aktivasi Kimia
Proses aktivasi kimia merujuk pada
pelibatan bahan-bahan kimia atau reagen
pengaktif. Menurut Kirk and Othmer
(1940), bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai pengaktif diantaranya
CaCl
2
, Ca(OH)
2
, NaCl, MgCl
2
, HNO
3
,
HCl, Ca
3
(PO
4
)
2
, H
3
PO
4
, ZnCl
2
, dan
sebagainya. Aktivasi kimia dilakukan
dengan mencampur material karbon
dengan reagen pengaktif, selanjutnya
campuran dikeringkan dan dipanaskan.
Hessler (1951) dan Smith (1992)

4
menyatakan bahwa unsur-unsur mineral
aktivator masuk diantara plat heksagon
dari kristalit dan memisahkan permukaan
yang mula-mula tertutup. Dengan
demikian, saat pemanasan dilakukan,
senyawa kontaminan yang berada dalam
pori menjadi lebih mudah terlepas. Hal ini
menyebabkan luas permukaan yang aktif
bertambah besar dan meningkatkan daya
serap karbaktif.

2.2.3. Zat Aktifator
Aktifator adalah zat atau senyawa
kimia yang berfungsi sebagai reagen pengaktif
dan zat ini akan mengaktifkan atom-atom
karbon sehingga daya serapnya menjadi lebih
baik. Zat aktifator bersifat mengikat air yang
menyebabkan air yang terikat kuat pada pori-
pori karbon yang tidak hilang pada saat
karbonisasi menjadi lepas. Selanjutnya zat
aktifator tersebut akan memasuki pori dan
membuka permukaan arang yang tertutup.
Dengan demikian pada saat dilakukan
pemanasan, senyawa pengotor yang berada
dalam pori menjadi lebih mudah terserap
sehingga luas permukaan karbon aktif semakin
besar dan meningkatkan daya serapnya

III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1. Lokasi Penelitian
Penelitian pembuatan karbon aktif dari
Cangkang Biji Ketapang (Terminalia catappa
) dilakukan dengan percobaan di Laboratorium
Penelitian Jurusan Teknik Kimia Universitas
Sriwijaya, Indralaya.
3.1.2. Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan J uli
sampai dengan Desember 2009.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat Pembuatan Karbon Aktif
1. Furnace
2. Pompa vakum
3. Ayakan Vibrator Screen
4. Crucible
5. Gelas beker
6. Erlenmeyer
3.2.2 Alat Analisa
1) Oven listrik
2) Centrifuge.
3) Neraca analitis
4) pH meter
5) Alat titrasi

3.2.3. Bahan
1) Bahan baku berupa Cangkang Biji
Ketapang yang berasal dari pohon
ketapang di UNSRI Fakultas MIPA.
2) Zat aktivator berupa larutan HCl,
NaOH, dan CaCl
2
0,3 M.
3) Aquadest.
4) Bahan analisa: Amilum, Natrium
tiosulfat, dan Iodium.

3.3. Prosedur Penelitian

Diagram Prosedur Pembuatan Karbon
Aktif
























3.3.1. Prosedur Pembuatan Karbon
1) Pada tahap pertama dilakukan
preparasi bahan baku. Bahan baku
jika basah maka kita keringkan, kita
oven.
2) Bahan baku dalam keadaan kering
dikarbonisasi di dalam furnace
selama 15 menit dengan suhu
pembakaran 300
o
C, 400
o
C, 500
o
C..
Pengeringan

Karbonisasi

Penggilingan

Preparasi Bahan Baku

Aktifasi

Karbon Aktif



5
3) Arang yang dihasilkan digiling di
krus porselin, kemudian diayak
dengan ayakan 250 m.
4) Kemudian arang diaktifasi di dalam
larutan aktifator HCL, NaOH dan
CaCL
2
0,3 M dengan waktu aktifasi
tertentu. Sampel kemudian disaring
dengan kertas saring, dan dicuci
dengan aquadest hingga pH 7.
Sampel dikeringkan dalam oven dari
suhu kamar sampai suhu 150
o
C
selama 2 jam.
5) Sampel hasil kemudian di uji
mutunya dengan metode pengujian
yang tertera pada prosedur analisa
(point 3.3.2)

a. Prosedur Penentuan Jenis Aktifator
Prosedur penentuan jenis aktifator sama
dengan point 3.3.1, hanya yang
divariasikan jenis aktifatornya yaitu HCl,
NaOH, CaCl
2
.

b. Prosedur Penentuan Waktu Aktifasi
Pada tahap ini, prosedur sama dengan
point 3.3.1, hanya yang divariasikan
waktu aktifasi selama 20 jam, 22 jam, dan
24 jam.

3.3.2. Prosedur Analisa Pengujian Mutu
Karbon Aktif
Ada tiga macam pengujian yang
dilakukan pada pembuatan karbon aktif ini
yaitu uji bagian yang hilang pada pemanasan
950
o
C (volatile matter), uji kadar air, uji kadar
abu dan uji daya serap terhadap iodium.
a. Uji Bagian yang Hilang pada
Pemanasan 950
o
C (Volatile Matter)
(SII)
Karbon aktif dipanaskan sampai suhu
950
o
C dalam furnace. Setelah suhu
tercapai, karbon dibiarkan dingin dalam
furnace dalam kondisi tidak berhubungan
dengan udara luar. Setelah dingin
dimasukkan ke dalam desikator dan
ditimbang.



dengan : a = berat karbon aktif mula-mula
(gram)
b = berat karbon aktif setelah
dipanaskan (gram)

b. Uji Kadar Air (SII)
Karbon aktif ditimbang seberat 1 gram
dan dimasukkan ke dalam krus porselin
yang telah dikeringkan, kemudian
dimasukkan ke dalam oven pada suhu
115
o
C selama 3 jam, selanjutnya sampel
karbon aktif didinginkan dalam desikator
dan ditimbang. Kadar air dapat dihitung
dengan persamaan berikut:

Kadar air % 100 x
a
b a
=

dengan: a =berat karbon aktif mula-
mula (gram)
b = berat karbon aktif
setelah dikeringkan (gram)


c. Uji Daya Serap terhadap Iodium (SII)
Pengujian terhadap daya serap iodium
dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut:
1. Karbon aktif ditimbang sebanyak 0,5
gram dan dicampurkan dengan 50 ml
larutan Iodium 0,1 N, kemudian
dikocok dengan alat pengocok selama
15 menit.
2. Setelah itu sampel disentrifuge
sampai karbonnya turun.
3. Kemudian diambil 10 ml larutan
sampel dan dititrasi dengan larutan
Natrium Tiosulfat 0,1 N.
4. J ika warna kuning pada larutan mulai
samar, ke dalam larutan tersebut
ditambahkan larutan amilum 1%
sebagai indikator sehingga berwarna
biru tua.
5. Larutan dititrasi kembali sampai
warna biru tua berubah menjadi
warna bening.





Dimana :
% 100 % x
a
b a
matter Volatile

=
W
x x
N x V
5 69 , 12 )
1 , 0
10 (
mg/g , diadsorpsi yang Iod

=

6
V =Larutan natrium tio-sulfat yang
diperlukan, ml.
N =Normalitas Larutan natrium tio-
sulfat.
12,69 =J umlah Iod sesuai dengan 1 ml
larutan natrium tio-sulfat 0,1 N
W =Contoh, gram.

d. Uji Kadar Abu
Karbon aktif yang ditimbang seberat 1
gram dimasukkan ke dalam kurs porselin
yang telah diketahui beratnya. Lalu
diabukan dalam furnace secara perlahan
setelah semua karbon hilang. Nyala
diperbesar pada suhu 800
o
C selama 2 jam.
Bila seluruh karbon telah menjadi abu,
dinginkan dalam desikator lalu ditimbang
hingga diperoleh bobot tetapnya.

Kadar abu % 100 x
sampel berat
abu berat
=


IV. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN

4.1. Uji Bagian yang Hilang pada
Pemanasan 950
o
C
Pengujian ini bertujuan untuk melihat
seberapa besar bagian yang hilang dari karbon
aktif apabila dilakukan pemanasan hingga
950
o
C. Hasil analisa dari uji bagian yang
hilang dapat dilihat pada gambar berikut,


Gambar 4.1.a. Uji Bagian yang Hilang pada
Pemanasan 950
o
C
Dengan zat aktifator HCL

Gambar 4.1.b. Uji Bagian yang Hilang pada
Pemanasan 950
o
C
Dengan zat aktifator NaOH

Gambar 4.1.c. Uji Bagian yang Hilang pada
Pemanasan 950
o
C
Dengan zat aktifator CaCl
2
.

Pada penelitian ini, kadar zat mudah
menguap yang dihasilkan berkisar antara 7.0 ~
23.9% (tabel lampiran B). Untuk zat aktifator
HCL Kadar zat mudah menguap terendah 7,0
% diperoleh dari karbon aktif suhu karbonisasi
300
o
C dan waktu aktifasi 22 jam dan tertinggi
23,97% dengan suhu karbonisasi 500
o
C dan
waktu aktifasi 20 jam. Untuk zat aktifator
NaOH kadar zat mudah menguap terendah
10,85% diperoleh dari karbon aktif dengan
suhu karbonisasi 400
o
C dan waktu aktifasi 24
jam dan tertinggi 13,05% dengan suhu
karbonisasi 300
o
C dan waktu aktifasi 24 jam.
Dan untuk zat aktifator CaCl
2
kadar zat mudah
menguap terendah 9,53 % diperoleh dari arang
aktif dengan suhu karbonisasi 300
o
C dan
waktu aktifasi 20 jam dan tertinggi 14,81%
dengan suhu karbonisasi 300
o
C dan waktu
aktifasi 24 jam

7
Dari keseluruhan perhitungan data
hasil pengujian bagian yang hilang pada
pemanasan 950
o
C (volatile matter), karbon
aktif yang dihasilkan memenuhi syarat mutu
karbon aktif yang ditetapkan SII No. 0258-88
maks. 25 %. Kadar zat mudah menguap
terendah 7,0 % diperoleh dari karbon aktif
dengan aktifator HCL suhu karbonisasi 300
o
C
dan waktu aktifasi 22 jam dan tertinggi 23,97
% dengan aktifator HCL suhu karbonisasi
500
o
C dan waktu aktifasi 20 jam
Menurut Pari et al. (2000) tingginya
kadar volatile matter disebabkan karena tidak
sempurnanya penguraian senyawa non karbon
seperti CO
2
, CO dan H
2
. Selain itu, pada
penelitian kali ini dari grafik terlihat bahwa
semakin lama waktu aktivasi, kadar volatile
matter yang terkandung didalam karbon aktif
semakin menurun kecuali pada aktifator CaCl
2

suhu karboniasi 300
o
C dan pada aktifator HCl
suhu karboniasi 300
o
C. Dan semakin tinggi
suhu karboniasi (500
o
C) kadar volatil metter
menurun. Hal ini disebabkan karena suhu
(400
o
C-500
o
C) kandungan karbonnya tinggi
berkisar 80% hingga mencapai temperatur
700
o
C (menurut Hawley), sehingga kadar
volatil metternya rendah kecuali pada aktifator
HCl suhu karboniasi 400
o
C-500
o
C.

4.2. Uji Kadar Air
Pengujian kadar air dilakukan untuk
mengetahui kandungan air yang tersisa pada
karbon aktif setelah melalui proses
pengaktifan dengan zat aktivator. Hasil analisa
dari uji kadar air dapat dilihat pada gambar
berikut,

Gambar 4.2.a. Uji Kadar Air dengan zat
aktifator HCL

Gambar 4.2.b. Uji Kadar Air dengan zat
aktifator NaOH












Gambar 4.2.c. Uji Kadar Air dengan zat
aktifator CaCl
2


Kadar air arang aktif yang dihasilkan
pada penelitian ini berkisar antara 8.02-16.58
% (tabel lampiran C). Kadar air tertinggi 16,58
% diperoleh dari karbon aktif dengan aktifator
NaOH suhu karbonisasi 400
o
C dan waktu
aktifasi 24 jam dan terendah 8.02 % diperoleh
dari karbon aktif dengan aktifator HCL suhu
karbonisasi 400
o
C dan waktu aktifasi 20 jam.
Pada penelitian kali ini dari grafik
terlihat bahwa semakin lama waktu aktivasi,
kadar air yang terkandung didalam karbon
aktif meningkat. Hal ini dikarenakan semakin
lama aktifasi semakin banyak kandungan air
yang teserap karbon aktif. Selain itu semakin
tinggi suhu karbonisasi kadar air menurun, hal
ini karena kandungan air telah banyak hilang
pada pemanasan awal saat karbonisasi.
Kadar air yang dihasilkan dari
penelitian ini memenuhi standar kualitas
karbon aktif berdasar SII 0258-88, yaitu
maksimal 15% untuk arang aktif bentuk
serbuk, kecuali karbon aktif dengan aktifator

8
NaOH suhu karbonisasi 400
o
C dan waktu
aktifasi 24 jam kadar air 16,58 %, berarti
kadar air diatas batas maksimal SII 0258-88,
hal dapat disebabkan karena karbon aktif
tersebut masih mengandung kadar air yang
relatif cukup besar pada pori-pori karbon aktif
bisa karena tutup tempat karbon aktif yang
terbuka lama. Secara keseluruhan kadar air
hasil penelitian ini relatif kecil, hal ini
menunjukkan bahwa kandungan air terikat
bahan baku yang dikarbonisasi lebih dahulu
keluar sebelum diaktivasi.

4.3. Uji Daya Serap terhadap Iodium
Penentuan adsorpsi iodium bertujuan
untuk mengetahui kemampuan karbon aktif
dalam menyerap molekul-molekul berdiameter
kecil. Hasil studi literatur menunjukan
kecenderungan semakin kecil ukuran karbon
aktif, maka karbon aktif yang dihasilkan
mempunyai daya serap tinggi. Aktivasi juga
merupakan hal penting
dalam peningkatan daya serap karbon aktif,
dimana molekul adsorbat masuk ke dalam
permukaan adsorben oleh energi
intermolekular yang relatif rendah.
Banyaknya molekul yang masuk ke
dalam pori-pori karbon akan dibatasi oleh
volume pori-pori karbon tersebut, sehingga pada
saat-saat tertentu adsorpsi akan setimbang seiring
dengan penuhnya volume pori-pori karbon oleh
adsorbat. Menurut Durbidin-Serpinski dalam
Jankowska (1991), kesetimbangan adsorpsi
dapat tercapai apabila molekul adsorbat bersifat
polar dan merupakan vapour liquid (cairan
mudah menguap), dapat mengisi semua pori-pori
karbon aktif sehingga penuh. Pada saat dimana
sejumlah karbon aktif sebagai adorben telah
penuh terisi oleh molekul-molekul adsorbat,
maka akan terjadi kejenuhan didlam pori-pori
karbon yang mengakibatkan kereaktifan adsorpsi
semakin minim dan terjadi kesetimbangan
adsorpsi.
Hasil analisa dari pengujian daya
serap karbon aktif terhadap Iodium dapat
dilihat pada gambar berikut, dengan data
penelitian dan perhitungan dapat dilihat pada
lampiran.
















Gambar 4.3.a. Uji Daya Serap terhadap
Iodium dengan aktifator HCL













Gambar 4.3.b. Uji Daya Serap terhadap
Iodium dengan aktifator NaOH













Gambar 4.3.c. Uji Daya Serap terhadap
Iodium dengan zat aktifator CaCl
2

Penetapan daya serap arang aktif
terhadap daya serap iodium bertujuan untuk
mengetahui kemampuan arang aktif untuk
menyerap larutan berwarna. Daya serap
iodium yang diperoleh berkisar antara 729 ~
813 mg/g (tabel lampiran D). Daya serap

9
tertinggi 813,49 mg/g diperoleh dari karbon
aktif dengan aktifator HCL suhu karbonisasi
500
o
C dan waktu aktifasi 24 jam dan terendah
729,23 mg/g diperoleh dari karbon aktif
dengan aktifator CaCl
2
suhu karbonisasi
400
o
C dan waktu aktifasi 24 jam. Daya serap
karbon aktif terhadap iodium yang dihasilkan
dari penelitian ini semuanya memenuhi
standar kualitas arang aktif berdasarkan SII-
0258-88, yaitu minimal 750 mg/g. Kecuali
karbon aktif dengan aktifator CaCl
2
suhu
karbonisasi 400
o
C dan waktu aktifasi 24 jam.
Hal ini disebabkan oleh senyawa hidrokarbon
yang masih tertinggal pada permukaan karbon
aktif.
Besarnya daya serap arang aktif
terhadap iodium kemungkinan disebabkan
senyawa hidrokarbon yang tertinggal pada
permukaan arang terbuang pada waktu
aktifasi, sehingga permukaannya menjadi
aktif.

4.4. Uji Kadar Abu
Kadar abu merupakan persentase abu
yang dihasilkan dari pembakaran sempurna
dari suatu bahan organik. Kandungan abu
berupa bahan organik maupun mineral yang
tidak dapat dibakar atau sisa yang tetap
tertinggal setelah pembakaran, misalnya silika
dan oksida. Penentuan kadar abu bertujuan
untuk mengetahui jumlah oksida yang
terkandung dalam karbon aktif. Makin banyak
oksida, maka kadar abu karbon aktif makin
tinggi. Hasil analisa dari uji kadar abu dapat
dilihat pada gambar berikut, dengan data
penelitian dan perhitungan dapat dilihat pada
lampiran.













Gambar 4.4.a. Uji Kadar Abu dengan zat
aktifator HCL












Gambar 4.4.b. Uji Kadar Abu dengan zat
aktifator NaOH













Gambar 4.4.c. Uji Kadar Abu dengan zat
aktifator CaCl
2

Penetapan kadar abu karbon aktif
dilakukan untuk mengetahui kandungan
oksida logam dalam karbon aktif. Pada
penelitian ini kadar abu yang dihasilkan
berkisar antara 3.,50~11,13% (Tabel lampiran
F). Kadar abu karbon aktif terendah 3,50 %
dihasilkan pada aktifator CaCl
2
suhu
karbonisasi 300
o
C dan waktu aktifasi 20 jam,
sedangkan tertinggi 11,13 % dihasilkan pada
aktifator NaOH suhu karbonisasi 500
o
C dan
waktu aktifasi 24 jam. Hasil penelitian kadar
abu ini memenuhi standar kualitas karbon aktif
menurut SII 0258-88 maks. 10%, kecuali
kadar abu yang dihasilkan pada aktifator
NaOH suhu karbonisasi 500
o
C dan waktu
aktifasi 24 jam.
Hasil penelitian ini menunjukkan
adanya kecenderungan semakin tinggi suhu
karbonisasi maka kadar abu yang dihasilkan

10
semakin besar dan semakin lama waktu
aktifasi maka kadar abu semakin meningkat.

4.5 Pembahasan Penentuan Suhu
Karbonisasi, Jenis Aktivator dan
waktu aktifasi yang paling efektif.
Dari analisa di atas terlihat bahwa
daya serap terbaik dari karbon aktif terhadap
iodium terdapat pada karbon aktif dengan suhu
karbonisasi 500
o
C, aktivator HCl dan waktu
aktifasi 24 jam, yaitu sebesar 813,493 mg/g.
Sedangkan untuk uji bagian yang hilang pada
pemansan 950
o
C, kadar air dan kadar abu telah
memenuhi standar SII. Untuk Uji bagian yang
hilang pada pemansan 950
o
C suhu karbonisasi
500
o
C, aktivator HCl, dan waktu aktifasi 24
jam yaitu sebesar 20,07%. Untuk uji kadar air
suhu karbonisasi 500
o
C, aktivator HCl, dan
waktu aktifasi 24 jam yaitu sebesar 9,26% dan
untuk uji kadar abu suhu karbonisasi 500
o
C,
aktivator HCl, dan waktu aktifasi 24 jam yaitu
sebesar 8,23%.
Dari studi literatur diketahui bahwa
pada suhu 500
o
C terjadi proses pemurnian
arang, dimana kadar karbon akan meningkat
mencapai 90%. Sedangkan pada suhu
300
o
C,dan suhu 400
o
C kadar karbon yang
terbentuk hanya mencapai 60% dan 80%. J ika
ditinjau dari jenis aktivatornya, aktivator HCl
dapat menghilangkan senyawa-senyawa
pengotor seperti silika dan membentuk logam
silikat yang dapat larut dalam air.
Sedangkan daya serap iodium
semakin besar seiring bertambahnya waktu
aktifasi. Hal ini disebabkan semakin lama
waktu aktifasi akan menyebabkan semakin
banyaknya zat pengotor yang berupa zat
organik maupun anorganik larut dan lepas dari
permukaan pori-pori karbon, sehingga
menyebabkan peningkatan daya serap.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa suhu karbonisasi, jenis aktivator dan
waktu aktifasi yang paling efktif dan baik
dalam pembuatan karbon aktif dari cangkang
biji ketapang adalah pada suhu 500
o
C,
aktivator HCl, dan waktu aktifasi 24 jam.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1) Cangkang biji ketapang dapat digunakan
dalam pembuatan karbon aktif sesuai
standar SII 0258-88.
2) Kondisi yang paling baik dan efektif
dalam pembuatan karbon aktif dari
cangkang biji ketapang adalah pada suhu
karbonisasi 500
o
C, dengan menggunakan
aktivator HCl 0,3 M dan lama aktivasi 24
jam.
3) Karbon aktif tersebut memnuhi syarat
mutu karbon aktif menurut SII No. 0258-
88 dengan data sebagai berikut: bagian
yang hilang pada pemanasan 950
o
C
sebesar 20,07%, kadar air 9,26%, kadar
abu 8,23%, dan daya serap terhadap
iodium 813,493 mg/g.
5.2. Saran
1) Penelitian lebih lanjut jenis zat aktivator
lainnya yang dapat memberikan hasil
yang lebih baik.
2) Penerapan aplikasi pemanfaatan karbon
aktif dalam dunia industri.
3) Penggunaan bahan organik lainnya dalam
pembuatan karbon aktif.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2003. Syarat Mutu dan Uji Arang
Aktif SII No. 0258-88. Balai Perindustrian
dan Perdagangan : Palembang
Anonymous. 1997. Manfaat Karbon Aktif
dalam Dunia Industri. Pusat Dokumentasi
dan Informasi Ilmiah. J akarta
Djatmiko, B., dkk. 1981. Pengolahan Arang
dan Kegunaannya. IPB. Bogor
H, Pohan. 1993. Prospek Penggunaan Karbon
Aktif dalam Industri. Warta IHP. Bogor
Isnijah. 1990. Pengembangan Bahan Baku
Kimia Karbon Aktif. Puslitbang Kimia
Terapan LIPI. J akarta
J ankwoska, H., Swiatkowski, A., and Choma,
J . 1991. Active Carbon. , 1st Published
Ellis Hardwood. USA
http://en.wikipedia.org/wiki/terminalia_catapp
a. Agustus 2009
Flores, E.M.1994. Terminalia catappa L.
Academica Nacional de Ciencias de Costa
Rica, Costa Rica.
Anonimus. 2003. Terminalia catappa
Tropical-Almond,www.wikipedia.org..

11
Pari, G., 1999. Pembuatan Arang Aktif dari
Tandan Kosong Kelapa Sawit.: Buletin
Penelitian Hasil Hutan. Bogor
Pujiarti, R.2007 Mutu Arang Aktif dari Limbah
Kayu Mahoni (Swietenia macrophylla
King) sebagai Bahan Penjernih Air.
http://www.google.com. J akarta.

Anda mungkin juga menyukai