Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Buah salak (Salacca edulis) mengandung banyak jumlah senyawa nutrisi

utama (serat, protein, lemak-lemak, dan karbohidrat) dan memiliki antioksidan

yang tinggi mengandung air, karbohidrat, mineral dan protein. Kulit salak sebagai

limbah bahan biologi dapat dimanfaatkan menjadi karbon aktif. Alasan kulit salak

menjadi bahan dasar pembuatan karbon aktif karena kulit salak mengandung

selulosa. Selulosa berpotensi digunakan sebagai adsorben karena adanya gugus

OH yang dapat berinteraksi dengan adsorbat. Pelepah salak juga termasuk

tanaman kayu yang mengindikasikan pelepah salak merupakan bahan

berlignoselulosa yang memiliki kerapatan rendah yang sesuai digunakan sebagai

bahan baku pembuatan briket. Batang tumbuhan monokotil memiliki kerapatan

yang lebih tinggi pada bagian dekat kulit dibandingkan bagian tengahnya. (Safitri,

2020: 4).

Karbon aktif sebagai bahan karbon dengan struktur amorf dan luas
permukaan internal yang besar dengan tingkat porositas yang tinggi. Karbon aktif

memiliki bentuk karbon mikrokristalin dan non-grafit yang terdiri dari sejumlah

kecil hidrogen atau sejumlah besar oksigen dalam strukturnya. Karbon aktif

memiliki kinerja tinggi dalam konduktivitas listrik, stabilitas termal yang baik dan

reaktivitas permukaan yang menjadi alasan utama karbon aktif digunakan dalam

beberapa tahun terakhir. Karbon aktif mengandung mikropori, mesopori, dan

makropori dalam strukturnya. Bahan bakar sebagai suatu materi apapun yang bisa

diubah menjadi energi dan mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan

dimanipulasi serta dapat dianalisis seperti pada karbon aktif dapat di uji dengan

analisis proksimat (Ilham, 2016: 24).


Karbon aktif suatu bentuk arang yang telah melalui aktivasi dengan

menggunakan gas CO2, uap air, atau bahan-bahan kimia sehingga pori-porinya

terbuka dan dengan demikian daya adsorpsinya menjadi lebih tinggi terhadap

adsorbat. Karbon aktif atau arang aktif adalah suatu bahan yang berupa karbon

amorf yang sebagian besar terdiri dari karbon bebas serta mempunyai kemampuan

daya serap (adsorpsi) yang baik. Karbon aktif digunakan sebagai bahan pemucat

(penghilang zat warna), penyerap gas, penyerap logam, pembersihan larutan gula

tebu, gula bit dan gula jagung, dan untuk menghilangkan rasa dan bau air

minuman, minyak nabati dan lemak hewani, minuman alkohol, bahan kimia, dan

bahan obat-obatan (Ekatrisnawan, 2016: 18). Berdasarkan latar belakang diatas

maka dilakukan percobaan untuk mengetahui proses aktivasi karbon aktif dari

pelepah salak dan mengetahui rendemen karbon hasil aktivasi fisik.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah:

1. Bagaimana proses aktivasi karbon dari pelepah salak dengan metode

aktivasi fisik?

2. Bagaimana nilai rendemen karbon hasil aktivasi fisik?

C. Tujuan Percobaan

Tujua pada percobaan ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses aktivasi karbon aktif dari pelepah salak.

2. Untuk mengetahui rendemen karbon hasil aktivasi fisik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelepah Salak

Salak (Salacca edulis) adalah buah yang banyak dijumpai di hampir

seluruh daerah Indonesia. Buah salak dikenal dalam bahasa Inggris disebut snake

fruit, karena kulitnya mirip dengan sisik. Kulit buah tersusun seperti sisik-sisik

atau genteng berwarna cokelat kekuningan sampai kehitaman. Daging buah tidak

berserat, warna dan rasa tergantung varietasnya. Dalam satu buah terdapat 1-3

biji. Biji keras, berbentuk dua sisi, sisi dalam datar dan sisi luar cembung.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa buah salak mempengaruhi tingkat

lipid plasma dan makanan yang mengandung rendah kolesterol sehingga banyak

dikonsumsi. Namun, limbah padat dari buah salak yaitu kulit salak masih belum

banyak diolah menjadi produk yang bermanfaat oleh masyarakat setempat.

Struktur pada kulit salak mirip dengan kulit reptile sehingga banyak yang

mengatakan bahwa salak adalah “buah ular”. Kulit salak yang masih segar dan

baru dilepas dari dagingnya mengandung zat air, karbohidrat dan protein (Safitri,

2020: 12).

Pohon salak relatif pendek, batangnya pendek dan tidak lama berdiri tegak.

Kalau batang salak sudah mencapai ketinggian 50-75 cm, akan roboh secara alami

dan sejajar di permukaan tanah. Sekali pun demikian tanaman ini tidak mati,

karena pada bagian bawah daun tumbuh akar-akar kemudian ujung tanaman

tumbuh tegak kembali secara perlahan Buah salak tersusun dalam tandan terletak

di atas punggung pelepah daun atau di ketiak pelepah daun. Bentuk buah

bervariasi tergantung pada jenis salak. Biji salak berkeping satu, dalam buah salak

umunya terdapat 1-3 biji, ketika masih muda biji salak berwarna putih, kemudian
menjadi coklat muda dan akhirnya berwarna coklat tua dan keras (Darmawati,

2019: 29-30).

Kulit salak yang dihasilkan dari salak hanya menjadi limbah kulit salak

yang masih belum banyak diolah menjadi produk yang bermanfaat oleh

masyarakat sekitar. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa limbah kulit

salak yang mengandung senyawa selulosa dan senyawa organik lainnya

mengandung unsur karbon yang dapat diolah menjadi adsorben. Pembuatan

karbon aktif dari limbah kulit salak secara umum dibagi menjadi 3 yaitu proses

dehidrasi untuk menghilangkan air pada kulit salak, proses karbonisasi dan proses

aktivasi (Kurniawati, 2020: 2).

B. Karbon Aktif

Karbon aktif merupaka senyawa karbon yang telah mengalami

peningkatan daya adsorpsinya dengan proses aktivasi. Pada proses aktivasi ini

terjadi penghilangan hidrogen, gas-gas dan air dari permukaan karbon sehingga

terjadi perubahan fisik pada permukaannya. Aktivasi ini terjadi karena

terbentuknya gugus aktif akibat adanya interaksi radikal bebas pada permukaan

karbon dengan atom-atom seperti oksigen dan nitrogen. Pada proses aktivasi juga

terbentuk pori-pori baru karena adanya pengikisan atom karbon melalui oksidasi

ataupun pemanasan (Pujiyanto, 2010: 7).

Karbon aktif mempunyai bentuk yang amorf yang terdiri dari pelat-pelat

datar yang mana atom-atom karbonnya tersusun dan terikat secara kovalen dalam

kisi heksagonal. Hal tersebut telah dibuktikan dengan penelitian menggunakan

sinar-X yang menunjukkan adanya bentuk-bentuk kristalin yang sangat kecil

dengan struktur grafit. Selain mengandung karbon, karbon aktif juga mengandung

sejumlah kecil hidrogen dan oksigen yang secara kimiawi terikat dalam berbagai

gugus fungsi seperti karbonil, karboksil, fenol, lakton, quinon, dan gugus-gugus
eter. Gugus fungsional dibentuk selama proses aktivasi oleh interaksi radikal

bebas pada permukaan karbon dengan atom-atom seperti oksigen dan nitrogen.

Gugus fungsional ini membuat permukaan karbon aktif reaktif secara kimiawi dan

mempengaruhi sifat adsorpsinya serta struktur kimia karbon aktif dengan gugus

fungsionalnya (Mammoria, 2016: 6-7).

Menurut Amalia (2021: 16-17), karbon aktif terdiri atas tiga jenis

berdasarkan jenis bentuknya yaitu:

1. Bentuk serbuk

Karbon aktif yang berbentuk serbuk dengan ukuran lebih kecil dari 0,18

mm atau < 80 mess. Karbon aktif serbuk adalah jenis karbon aktif yang

dihancurkan terlebih dahulu. Karbon ini banyak digunakan atau diaplikasikan

pada zat berbentuk cair dan adsorben pada gas limbah pada industri.

Gambar 2.1 Karbon Aktif Bentuk Serbuk


(Sumber: (Amalia, 2021: 16)
2. Bentuk granula

Karbon aktif berbentuk granular atau tidak beraturan dengan ukuran 0,2-5

mm, karbon jenis ini biasanya memiliki bentuk yang tidak beraturan. Karbon aktif

granular umumnya dimanfaarkan dalan zat cair dan gas. Pemurnian emas,

pengolahan air, baik air limbah dan air tanah, pemurnian pelarut dan penghilang

bau tidak sedap adalah beberapa pengaplikasian dari karbon berbentuk granular.
Gambar 2.2 Karbon Aktif Bentuk Granula
(Sumber: Amalia, 2021: 17)
3. Bentuk pelet

Karbon aktif yang berbentuk pelet dengan diameter 0,8 mm - 5 mm.

Karbon berbentuk pelet dibuat melalui proses penekanan dengan alat berbentuk

tabung-tabung kecil. Karbon bentuk pellet memiliki preassure drop yang rendah,

dengan kekerasan karbon yang tinggi dengan kadar abu yang cukup rendah,

menyebabkan keguanaan utamanya adalah zat berbentuk gas. Karbon bentuk

pellet banyak digunakan dalam penghilang bau pada udara, pemurnian udara dan

pengontrol gas buang ke udara.

Gambar 2.3 Karbon Aktif Bentuk Pelet


(Sumber: Amalia, 2021: 17)
Menurut Anggriawan, dkk (2019:28), proses pembuatan karbon aktif

terdiri dari dua tahap yaitu:

1. Karbonisasi

Karbonisasi merupakan proses pirolisis atau pembakaran tidak sempurna

dari bahan dasar yang digunakan tanpa adanya udara, biasanya pada temperatur

500° C – 800° C. Hasil karbonisasi merupakan bahan penyerap yang kurang aktif.

Oleh karena itu proses aktivasi sangat dibutuhkan untuk mengubah arang menjadi

karbon aktif yang porositas dan luas permukaan spesifiknya besar. Terdapat

berbagai bahan aktivator dalam pembuatan karbon aktif. Aktivasi secara kimia

biasanya menggunakan logam alkali hidroksida, senyawa karbonat, sulfida, ZnCl2,


asam sulfat, asam fosfat, dan natrium klorida yang merupakan penyerap air

(dehydrating agent).

2. Aktivasi

Aktivasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk

memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau

mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan

sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan

berpengaruh terhadap daya adsorben. Proses aktivasi dapat dilakukan secara kimia

dan fisika. Aktivasi kimia merupakan pengaktifan arang atau karbon dengan

menggunakan bahanbahan kimia sebagai activating agent yang dilakukan dengan

cara merendam arang dalam larutan kimia, seperti ZnCl2, KOH, HNO3 dan

sebagainya, sedangkan Aktivasi fisika merupakan pengaktifan arang atau karbon

dengan menggunakan panas, uap dan CO2 dengan suhu tinggi dalam sistem

tertutup tanpa udara sambil dialiri gas inert.

C. Pengayakan

Pengayakan merupakan pemisahan berbagai campuran partikel padat yang

mempunyai berbagai ukuran bahan dengan menggunakan ayakan. Proses

pengayakan juga digunakan sebagai alat pembersih, pemisah kontaminan yang

ukurannya berbeda dengan bahan baku. Pengayakan memudahkan kita untuk

mendapatkan serbuk dengan ukuran yang seragam. Dengan demikian pengayakan

dapat didefinisikan sebagai suatu metoda pemisahan berbagai campuran partikel

padat sehingga didapat ukuran partikel yang seragam serta memiliki ukuran yang

berbeda dengan menggunakan alat pengayakan (Syamsunarto, dkk., 2018: 1)

Sieve shaker adalah sebuah ayakan yang terbuat dari kawat, silk, atau

plastik, benang, logam, pelat logam berlubang. Logam yang biasa digunakan
adalah baja dan baja tahan karat. Ukuran ayakan dinyatakan dengan mesh yaitu

banyaknya lubang bukan ayakan dalam setiap in persegi, misalnya disebut ayakan

40 mesh, berarti terdapat 40 lubang 1 in persegi. Kisaran ukuran mesh standart

adalah mulai dari 4 mesh - 400 mesh. Sieve shakerumumnya memiliki nilai mesh

100 sampai 200. Saringan bertingkat dengan nilai mess sama akan memperbaiki

kualitas dan keseragaman hasil, sedangkan saringan bertingkat dengan nilai mesh

berbeda akan menghasilkan beberapa produk dengan keseragaman berbeda.Sieve

shaker ini juga digunakan dibeberapa bidang, seperti pada bidang teknik sipil,

farmasi dan beberapa bidang lainnya (Hadiyan, 2019: 1).

Proses pengayakan dilakukan dengan menaruh bahan curah di atas ayakan

sambil menggoyang-goyangkan ayakan. Partikel yang berukuran lebih kecil dari

nomor mesh akan jatuh, sedangkan yang berukuran lebih besar akan tetap berada

di atas ayakan. Tergantung tujuannya, partikel yang berukuran besar dapat digerus

kembali agar lebih kecil atau dibuang karena tidak dibutuhkan.Pada proses

pengayakan yang dilakukan hanya bisa mengilustrasi putaran motor sedangkan

untuk langkah ayakan belum dilakukan. Berdasarkan dari itu, disamping putaran

motor ayakan juga memperhatikan panjang langkah ayakan dari mekanis empat

batang (Syamsunarto, dkk., 2018: 1).

D. Aktivasi Fisik

Aktivasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk

memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau

mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan

sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan

berpengaruh terhadap daya adsorben. Proses aktivasi dapat dilakukan secara kimia

dan fisika. Aktivasi kimia merupakan pengaktifan arang atau karbon dengan

menggunakan bahanbahan kimia sebagai activating agent yang dilakukan dengan


cara merendam arang dalam larutan kimia, seperti ZnCl2, KOH, HNO3 dan

sebagainya, sedangkan Aktivasi fisika merupakan pengaktifan arang atau karbon

dengan menggunakan panas, uap dan CO2 dengan suhu tinggi dalam sistem

tertutup tanpa udara sambil dialiri gas inert (Anggriawan, dkk., 2019:28)

Aktivasi Fisika (physical activation) merupakan tahap pembuatan karbon

melalui proses karbonisasi mengunakan aktivator berupa gas. Kemudian, reaksi

oksidasi terjadi di antara atom karbon dan gas tersebut, sehingga meningkatkan

jumlah pori-pori dalam struktur karbon. Proses ini memiliki beberapa kelemahan

yaitu yield karbon rendah serta konsumsi energi yang tinggi. Proses aktivasi

fisikabiasanya dilakukan pada suhu 800-1000oC. Tekstur pori-pori dari karbon

aktif dapat diamati karena terjadinya pelepasan bahan-bahan volatil pada karbon.

Tujuan utamanya adalah untuk memperluas pori-pori, menghasilkan porositas

berukuran meso di dalam struktur karbon. Pada suhu rendah, reaksi terjadi sangat

lambat. Pada awalnya, yaitu pada suhu rendah, reaksi terjadi pada bagian dalam

permukaan karbon. Pada temperatur tinggi terjadi reaksi difusi terkontrol pada

bagian luar partikel karbon (Wirani, 2017: 14)

Pada aktivasi dengan cara aktivasi fisika, diawali dengan memanaskan

karbon pada suhu sekitar 800 –1000°C kemudian karbon tersebut dialiri oleh gas

pengoksidasi seperti oksigen, CO2 atau uap air. Gas-gas tersebut akan bereaksi

dengan karbon dan melepaskan karbon monoksida dan hidrogen. Pada waktu

tersebut, senyawa-senyawa produk samping akan terlepas sehingga akan

memperlebar pori dan meningkatkan daya adsorpsi. Pada metode aktivasi fisika,

massa karbon juga mengalami pengurangan karena adanya perubahan struktur

karbon. Salah satu kekurangan proses fisika ini pada saat terjadi kelebihan

oksidasi eksternal sewaktu gas pengoksidasi berdifusi pada karbon sehingga

terjadi pengurangan ukuran adsorben (Ramadhani, dkk., 2020: 7).


E. Aplikasi Karbon Aktif

Aplikasi karbon aktif untuk adsorpsi dalam pengolahan limbah cair

industri pada pengolahan fisiko-kimia dilakukan setelah limbah cair industri

diolah pada tangki pengendapan primer. Karbon aktif yang telah melewati proses

adsorpsi menggunakan karbon akti, limbah cair industri selanjutnya diolah lebih

lanjut pada proses disinfeksi dan atau filtrasi. Beberapa alternatif proses

pengolahan. Fisiko kimia limbah cair menggunakan karbon aktif. Penggunaan

karbon dibutuhkan pada berbagai sektor industri, karena dapat digunakan untuk

gas, yaitu pemurnian gas, pengolahan LNG, dan sebagai katalisator. Untuk bahan

cairan dapat digunakan untuk menyaring (Saptati dan Himma, 2018: 80).

Karbon aktif berbentuk bubuk yang telah digunakan selama ini dibuang

sebagai limbah karena regenerasi karbon aktif berbentuk bubuk pada skala besar

belum mungkin. Karbon aktif berbentuk butiran pada dasarnya dapat diregenerasi.

Regenerasi karbon aktif, bahan-bahan teradsorpsi didesorpsi secara termal pada

suhu 100-300 oC dan dengan reaktivasi dengan uap air pada suhu 750-800°C.

Penanganan dengan energi intensif dan menyebabkan regenerasi karbon aktif

hanya ekonomis pada skala besar. Produsen karbon aktif dapat membuat instalasi

regenerasi karbon aktif, tempat karbon aktif yang telah digunakan dalam jumlah

kecil dapat diregenerasi pada instalasi. Pengolahan air skala besar yang digunakan

karbon aktif dalam jumlah besar dapat dibangun instalasi regenerasi karbon aktif

(Suprihatin dan Suparno, 2013: 198).

Karbon aktif dengan luas permukaan yang besar dapat digunakan untuk

berbagai aplikasi, diantaranya sebagai penghilang warna, penghilang rasa dan

penghilang bau. Selain itu juga banyak digunakan dalam proses pemurnian air
baik dalam proses produksi air minum maupun dalam penanganan limbah

Karbon aktif yang diperoleh di aplikasikan pada air gambut. Proses ini dilakukan

denganmencampurkan 100 ml air gambut dengan karbon aktif sebanyak 5 gram,

kemudian diaduk dan dibiarkan sampai kotoran mengendap. Setelah kotoran

mengendap air disaring dan dilakukan pengujian parameter besi (Fe) dengan

menggunakan spectrophotometer (Wahyuni, 2013: 83).


BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat


Percobaan ini dilakukan pada hari Kamis, 28 November 2022 pukul

13.00-Selesai di Laboratorium Kimia Fisika Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan


1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu neraca analitik, sieve

shaker, alat karbonisasi, oven, ayakan 170 mesh (90 µm,lumpang dan alu.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini aluminium foil, kaleng,

kertas label, pelepah salak dan tisu.

C. Prosedur Kerja
Sampel yang telah dikeringkan dikupas dan dipotong-potong kecil. Sampel

yang telah dikupas ditimbang untuk diketahu berat awalnya. Dimasukkan sampel

yang telah ditimbang ke alat karbonisasi dan dibakar dengan teknik klin drum

yaitu pembakaran dengan udara terbatas. Kemudian hasil karbonisasi dihaluskan

terlebih dahulu menggunakan lumping dan alu. Setelah dihaluskan sampel

ditimbang di lab analitik dan kemudian diayak dengan shieve shaker di lab

anorganik dengan ukuran 170 mesh. Setelah diayak hasil ayakan ditimbang dan

disiapkan aluminium foil seukuran oven dan dioven dengan suhu 100 oC selama 2

jam.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan

No. Perlakuan Gambar

1. Karbonisasi

Karbonisasi menghasilkan
sebanyak 1.171 gram

2. Pengayakan

Pengayakan dengan ukuran


170 mesh

3. Oven

Dioven dengan suhu 100oC


selama 2 jam

Tabel 4.2 Hasil Analisis Data

No. Variabel pengamatan Hasil

1. Bobot sampel kering 5.990 gr


2. Bobot hasil karbonisasi 1.171 gr

3. Rendemen karbonisasi 19%

4. Bobot hasil pengayakan 254 gr

5. Rendemen hasil pengyakan 20%

6. Bobot hasil aktivasi fisik 245,76 gr

7. Rendemen hasil aktivasi 96%

B. Pembahasan

Karbon aktif merupaka senyawa karbon yang telah mengalami

peningkatan daya adsorpsinya dengan proses aktivasi. Pada proses aktivasi ini

terjadi penghilangan hidrogen, gas-gas dan air dari permukaan karbon sehingga

terjadi perubahan fisik pada permukaannya. Aktivasi ini terjadi karena

terbentuknya gugus aktif akibat adanya interaksi radikal bebas pada permukaan

karbon dengan atom-atom seperti oksigen dan nitrogen. Pada proses aktivasi juga

terbentuk pori-pori baru karena adanya pengikisan atom karbon melalui oksidasi

ataupun pemanasan (Pujiyanto, 2010: 7).

Percobaan ini dilakukan dengan mengubah sampel tongkol jagung menjadi

arang melalui proses karbonisasi. Pengeringan bertujuan untuk pada saat diayak

sampel tidak menempel pada sieve shaker. Pengayakan berfungsi untuk

memisahkan berdasarkan ukuran sesuai yang di inginkan. Aktivasi karbon aktif

dapat dilakukan dua cara yaitu aktivasi fisika dan aktivasi kimia. Aktivasi fisika

berfungsi untuk mengurangi molekul air yang terdapat pada karbon. Aktivasi

kimia yang menggunakan larutan natrium hidroksida (NaOH) berfungsi untuk

memberikan suasana basa pada sampel dan akan dinetralkan dengan

menggunakan akuades (H2O).

Hasil yang diperoleh adalah nilai rendemen dari karbon aktif pelepah salak

hasil aktivasi adalah 96%.


BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini yaitu:

1. Proses aktivasi karbon dari pelepah salak dengan metode aktivasi fisik

adalah pertama pelepah salak dikeringkan lalu di karbonisasi kemudian

hasilnya diayak sampai halus setelah itu di oven dengan suhu 100oC

selama 2 jam.

2. Nilai rendemen karbon pelepah salak hasil aktivasi fisik adalah 96%.

B. Saran

Saran untuk percobaan ini adalah sebaiknya menggunakan ampas tebu

(Saccharum offinarum L.) sebagai sampel yang akan dikarbonisasi dan dibentuk

menjadi sebuah adsorben.


DAFTAR PUSTAKA

Amalia, N. “Efektivitas Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa (Cocos Nucifera


L.) dengan Aktivator Kalium Hidroksida (KOH)sebagai Adsorben yang
Diaplikasikan dalam Pemurnian Minyak Atsiri (Pathcoli Oil)”. Skripsi.
Makassar: Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Alauddin Makassar, 2021.
Anggriawan, dkk. “Kemampuan Adsorpsi Logam Berat Cu dengan Menggunakan
Adsorben Kulit Jagung (Zea Mays)”. Chemurgy 3, no. 2 (2019): h. 27-30.
Darmawati. “Analisis Keragaman Salak (Salacca zalacca) Varietas Merah
Berdasarkan Morfologi dan Anatomi di Kabupaten Enrekang”. Skripsi.
Makassar. Fakultas Sain dan Teknologi. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar. 2019.
Ekatrisnawan Rizkyarief. “Pemanfaatan Karbon Aktif Ampas Tebu Untuk
Menurunkan Kadar Logam Pb dalam Larutan Air”. Skripsi. Semarang,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri
Semarang. 2016.
Ilham, M. “Pengaruh Bahan Bar Pertalite dan Premium Terhadap Performa Mesin
Motor Yamaha Jupiter Z-CW Tahun 2010”. Skripsi. Pontianak: Fakultas
Teknik. Universitas Muhammadiyah Pontianak, 2016.
Mammoria, D. “Pembuatan Karbon Aktif dari Kulit Durian sebagai Adsorben Zat
Warna dari Limbah Cair Tenun Songket dengan Aktivator NaOH”.
Skripsi. Palembang: Fakultas Teknik. Politekniik Negeri Sriwijaya, 2016.
Pujiyanto. "Pembuatan Karbon Aktif Super dari Batubara dan Tempurung
Kelapa." Tesis, 2010: Universitas Indonesia: Depatemen Teknik Kimia.
Safitri Rika. “Pemanfaatan Limbah Kulit Salak Pondoh (Salacca edulis) Sebagai
Komposit Karbon Aktif Termodifikasi Untuk Adsorpsi Logam Timbal
(Pb). Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Universitas Islam Indonesia. 2020.
Saptati N. H. A. S. D., dan Himma N. F. Perlakuan Fisiko-Kimia Limbah Cair
Industri. Malang: UB Press, 2018.
Suprihatin dan Suparno. Teknologi Proses Pengolahan Air untuk Mahasiswa dan
Praktisi Industri. Bogor: IPB Press, 2013.
Syamsunarto Didi dan Yohanes. “ Studi Eksperimental Pengaruh Variasi Mekanis
Empat Batang Pada Mesin Pengayak Terhadap Kapasitas Produksi
Ayakan”. Joun FTEKNIK 5, no. 1 (2018): h. 1-7.
Wahyuni, dkk." Pengaruh Konsentrasi Aktivator Kalium Hidroksida (KOH)
terhadap Kualitas Karbon Aktif Kulit Durian sebagai Adsorben Logam Fe
pada Air Gambut". Prisma Fisika 1, no. 2 (2013): h. 82-89.
Wirani, Lulu Ika. "Aktivasi Karbon dari Sekam Padi dengan Aktivator Asam
Klorida (HCl) dan Pengaplikasiannya Pada Limbah Pengolahan Baterai
Mobil Untuk Mengurangi Kadar Timbal (Pb)." Skripsi, Medan: Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara. 2017.

LAMPIRAN I

ANALISIS DATA

Diketahui:

Bobot sampel kering: 5.990 gram

Bobot hasil karbonisasi: 1.171 gram

Bobot hasil pengayakan: 245 gram

Bobot hasil aktivasi fisik: 245,76 gram

Ditanyakan:

a. Rendemen karbonisasi ...?

b. Rendemen hasil pengayakan ...?

c. Rendemen hasil aktivasi ...?

Penyelesaian:

a. Rendemen karbonisasi
Bobot hasil karbonisasi
Rendemen karbonisasi = x 100 %
Bobot sampel kering
1.171 gram
= x 100 %
5.990 gram
= 19 %

b. Rendemen hasil pengayakan


Bobot hasil pengayakan
Rendemen hasil pengayakan = x 100 %
Bobot hasil karbonisasi
245 gram
= x 100 %
1.171 gram

= 20 %

c. Rendemen hasil aktivasi


Bobot hasil aktivasi fisik
Rendemen hasil aktivasi = x 100 %
Bobot hasil pengayakan
245, 76 gram
= x 100 %
254 gram

= 96 %
LAMPIRAN III
DOKUMENTASI PRAKTIKUM

Diayak menggunakan
Dikarbonisasi sampel yang Ditimbang hasilnya sieve shaker ukuran 170
telah dikeringkan menggunakan neraca mesh
analitik

Ditimbang hasil ayakan Diletakkan sampel ke


menggunakan neraca dalam aluminium foil,
analitik hingga mencapai kemudian di oven selama 2
254 gram jam pada suhu 100 ℃

Anda mungkin juga menyukai