Abstrak
Sampah di kota Semarang memasuki level darurat. Memasuki penghujung tahun 2017,
penduduk di kota Semarang menghasilkan tak kurang dari 4.544 m 3 volume sampah per hari,
dengan 2.755,9 m3 diantara merupakan sampah organik (Badan Pusat Statistik, 2018). Salah satu
solusi untuk mengurangi permasalahan sampah ini adalah dengan memanfaatkan sampah organik
menjadi material karbon aktif yang memiliki nilai guna. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mempelajari cara peningkatan kemampuan adsorpsi karbon aktif dengan proses aktivasi
menggunakan ekstrak daun pepaya serta untuk mempelajari sifat adsorpsi material karbon aktif
yang dihasilkan terhadap metil jingga. Hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu diperoleh dua
material karbon yang meliputi karbon teraktivasi termal dan karbon teraktivasi ekstrak daun
pepaya. Aktivasi kimia dengan ekstrak daun pepaya terbukti dapat meningkatkan kemampuan
adsorpsi karbon terhadap metil jingga. Pada karbon teraktivasi termal didapatkan efisiensi adsorpsi
sebesar 95,91% dan kapasitas adsorpsi sebesar 1881,77 mg/g pada waktu pengadukan 180 menit
atau 3 jam. Sedangkan pada karbon teraktivasi ekstrak daun pepaya didapatkan efisiensi adsorpsi
98,84% dan kapasitas adsorpsi sebesar 1939,21 mg/g pada waktu pengadukan 150 menit atau 2,5
jam. Pada kedua material, nilai konstanta Langmuir dan Freundlich diperoleh nilai yang negatif,
maka mekanisme adsorpsi karbon aktif terhadap metil jingga tidak mengikuti isotherm Langmuir
maupun Freundlich.
Abstract
Waste in the city of Semarang moved to an emergency level. Entering the end of 2017,
waste in the city of Semarang produce no less than 4,544 m3 of volume of waste per day, with
2,755.9 m3 of organic waste (Badan Pusat Statistik, 2018). One solution to overcome this waste
problem is to utilize organic waste into activated carbon which has a use value. The purpose of
this study was to study how to improve the ability of activated carbon adsorption by the process
of activating papaya leaf extracts and to study the adsorption properties of activated carbon
produced for methyl orange. The results of the research that have been carried out are obtaining
two carbon materials which are added by thermal activated carbon and activated carbon extract of
papaya leaves. Chemical activation with papaya leaf extract is proven to increase the ability of
carbon adsorption on methyl orange. The activated carbon reaches an adsorption efficiency of
95.91% and an adsorption capacity of 1881.77 mg / g when stirring 180 minutes or 3 hours. While
in activated carbon papaya leaf extract obtained an adsorption efficiency of 98.84% and an
adsorption capacity of 1939.21 mg / g at a stirring time of 150 minutes or 2.5 hours. In the second
material, the Langmuir and Freundlich constant values are negative, so the activated carbon
adsorption of methyl orange does not accept the Langmuir or Freundlich isotherms.
PENDAHULUAN ekstrak daun pepaya. Hasil pengujian dari
Sampah di kota Semarang memasuki Astuti (2009) menyatakan bahwa daun
level darurat. Memasuki penghujung tahun pepaya mengandung metabolit sekunder
2017, penduduk di kota Semarang berupa flavonoid, saponin, dan alkaloid.
menghasilkan tak kurang dari 4.544 m3 Ekstrak daun pepaya dipilih sebagai aktivator
volume sampah per hari, dengan 2.755,9 m3 karena mudah didapat dan mengandung
diantaranya merupakan sampah organik metabolit sekunder yang memiliki gugus
(Badan Pusat Statistik, 2018). Salah satu fungsi yang diperkirakan dapat berikatan
solusi dari penumpukan sampah organik ini dengan karbon sehingga dapat menambah
adalah dengan mengolahnya menjadi karbon sisi aktif pada karbon dan membuat
aktif. Hal itu dikarenakan sampah organik kemampuan adsorpsi karbon meningkat.
mengandung 85-95% selulosa, 5% lignin,
dan 5% pati yang berpotensi menjadi karbon METODE PENELITIAN
aktif yang baik (Qadeer & Akhtar, 2005). Bahan dan Alat
Adsorben yang paling banyak digunakan saat Sampel sampah organik (sayur, kulit buah,
ini adalah adsorben yang berupa karbon aktif daun, dan kayu) yang diperoleh dari Tempat
yang dapat dibuat dari bahan alam dan Pembuangan Akhir (TPA) di sekitar
merupakan limbah, seperti tempurung kelapa Universitas Diponegoro Tembalang, ekstrak
(Khuluk, 2016), batang tanaman gumitir daun pepaya, aquades, twin stabilizer, kertas
(Sahara dkk., 2017), kulit durian (Zikra dkk., saring, dan zat warna metil jingga. Furnace,
2016), kulit salak (Purnamasari, 2018), dan cawan, seperangkat gelas kimia, magnetic
kulit singkong (Ariyani dkk., 2017). Semua stirer, ultrasound, spektrofotometer UV-Vis
limbah tersebut merupakan sampah organik. tipe Shimadzu UV-1280, spektrofotometer
Proses aktivasi merupakan suatu Fourier Transform Infra Red (FTIR) tipe
perlakuan terhadap karbon yang bertujuan Frontier, dan Surface Area Analyzer (SAA)
untuk memperbesar pori yaitu dengan cara tipe Nova 3200.
memecahkan ikatan hidrokarbon atau
mengoksidasi molekul-molekul permukaan Pembuatan Karbon Aktif dengan Aktivasi
sehingga karbon mengalami perubahan sifat, Termal
baik fisika maupun kimia, yaitu luas Sampah organik dibersihkan untuk
permukaannya bertambah besar dan menghilangkan pengotor yang menempel,
berpengaruh terhadap daya adsorpsi yang lalu dipotong kecil- kecil dan dikeringkan di
semakin meningkat. Pada umumnya karbon bawah sinar matahari hingga kering. Sampel
aktif dapat diaktivasi dengan 2 cara, yaitu kering yang diperoleh kemudian dilakukan
dengan cara aktivasi fisika yang merupakan pembakaran biasa hingga menjadi karbon,
proses pemutusan rantai karbon dari senyawa lalu ditumbuk hingga halus dan diayak
organik dengan pembakaran menggunakan dengan ayakan 100 mesh. Selanjutnya
furnace pada suhu 600°C hingga 900°C, dan karbon diaktivasi secara termal dengan
aktivasi kimia dengan hidroksida logam meggunakan alat furnace pada suhu 600 oC
alkali, garam-garam karbonat, klorida, sulfat, selama satu jam.
fosfat dari logam alkali tanah dan khususnya
ZnCl2, CaCl2 , asam-asam anorganik seperti Pembuatan Karbon Aktif dengan Aktivasi
H2SO4 dan H3PO 4 (Kim,1996). Bahan- bahan Menggunakan Ekstrak Daun Pepaya
kimia tersebut bersifat toksik bagi manusia Karbon aktif teraktivasi termal dibuat
maupun lingkungan. Oleh karena itu perlu koloid karbon dengan mencampurkan 1 gram
diganti dengan bahan yang lebih aman yaitu karbon aktif dengan 8 tetes twin stabilizer
2
dan aquades 40 mL. Campuran tersebut lalu Uji Kemampuan Adsorpsi Karbon Aktif
diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan Metil Jingga
dengan kecepatan 600 rpm selama 30 menit Pembuatan kurva standar metil jingga
lalu didiamkan semalam. Selanjutnya dengan membuat larutan induk dengan
campuran dipapar dengan ultrasound selama konsentrasi 1,0 × 10−2 M kemudian
30 menit pada suhu 50 oC untuk mendapatkan dilakukan pengenceran dengan variasi
ukuran yang lebih kecil. Koloid didiamkan konsentrasi 1,0 ×10−5 M, 1,5 × 10−5 M, 2,0
semalam agar terbentuk koloid yang × 10−5 M, 2,5 × 10−5 M, dan 3,0 × 10−5 M
sempurna.Pembuatan karbon aktif teraktivasi dengan aquades sebagai larutan blanko.
ekstrak daun pepaya dilakukan dengan Larutan dibaca pada panjang gelombang 463
mencampurkan koloid karbon teraktivasi nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
termal dan daun pepaya yang telah diekstrak Adsorpsi dilakukan dengan variasi waktu
dengan pelarut aquades. Perbandingan pengadukan 30, 60, 90, 120, 150, dan 180
volume koloid dengan ekstrak yaitu 1 : 1 lalu menit. Karbon aktif yang digunakan sebagai
dipanaskan hingga mendidih dan didiamkan adsorben masing-masing sebanyak 0,25 gram
semalam. Setelah itu campuran diuapkan dengan volume metil jingga 1,0 x 10−4 M
hingga tersisa endapan kering yang sebanyak 15 mL. Penentuan absorbansi
merupakan karbon teraktivasi ekstrak daun dilakukan dengan Spektrofotometer UV-Vis
pepaya. Untuk mengurangi kadar air, karbon pada panjang gelombang 463 nm.
teraktivasi ekstrak daun pepaya dipanaskan Konsentrasi zat setelah diadsorpsi dapat
pada suhu 100oC di dalam oven selama 30 ditentukan setelah diperoleh absorbansi dan
menit lalu dipanaskan kembali dengan persamaan kurva standar yang diperoleh
furnace pada suhu 600 oC selama 1 jam. sebelumnya.
40 %T
KA.Ekstrak daun pepaya yaitu sebesar 0,0510 cc/g. Untuk
%T
diameter pori, karbon teraktivasi ekstrak
30
KA.Termal daun pepaya memiliki diameter pori sebesar
1,606 nm.
20
Isoterm linear dari sistem adsorpsi-
4000
3699
3398
3097
2796
2495
2194
1893
1592
1291
990
689
4
70 0,090
0,040
40 0,030
0,020
30 Adsorpsi 0,010
Desorpsi 0,000
20
1,61
1,77
1,97
2,19
2,45
2,76
3,13
3,61
4,29
5,34
6,73
9,32
10 Radius pori/ (nm)
0
0 0,5 1
Tekanan relatif/ (P/Po) Gambar 4. Distribusi ukuran pori karbon
teraktivasi ekstrak daun papaya
Gambar 3. Pola isoterm adsorpsi-desorpsi
Dari grafik pada gambar 4, terlihat
N2 terhadap karbon aktif
bahwa karbon teraktivasi ekstrak daun
pepaya mempunyai distribusi ukuran pori
Gambar 3 memperlihatkan grafik
yang bervariasi, dimana distribusi mayoritas
isoterm yang menggambarkan isoterm tipe
terdapat pada diameter 9,3 nm. Ukuran pori
IV yang merupakan sifat khas pada material
suatu material digolongkan menjadi tiga
mesopori dimana terdapat histerisis loop.
sesuai dengan daerah kisarannya yaitu daerah
Dari grafik dapat dilihat bahwa pada tekanan
mikropori (<2 nm), daerah mesopori (2-50
P/Po= 0 gas yang teradsorpsi sangat sedikit,
nm), daerah makropori (>50 nm).
dan daerah monolayer belum penuh
Berdasarkan gambar menunjukkan bahwa
kemudian jumlah gas yang terdesorpsi tidak
karbon teraktivasi ekstrak daun pepaya
sama dengan jumlah yang teradsorpsi di
distribusi porinya dominan berada pada
awal. Pada tekanan yang sama, jumlah gas
daerah mesopori.
yang tertinggal di permukaan material ketika
desorpsi masih lebih banyak dibandingkan
ketika adsorpsi. Dengan kata lain, jumlah gas Uji Kemampuan Adsorpsi Karbon Aktif
yang terdesorpsi lebih kecil daripada yang dengan Metil Jingga
Uji kemampuan adsorpsi karbon aktif
teradsorpsi. Hal ini disebabkan oleh
terhadap metil jingga bertujuan untuk
kondensasi kapiler karena adanya pori
mengetahui efisiensi dan kapasitas adsorpsi
dengan ukuran meso. Adanya pori pada
karbon aktif yang telah dihasilkan. Sebelum
permukaan padatan akan memberikan efek
uji kemampuan adsorbsi, terlebih dahulu
pembatasan jumlah lapisan pada adsorbat dan
dilakukan penentuan kurva standar yang
terjadi fenomena kondensasi kapiler.
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
Karakteristik ukuran pori pada material
konsentrasi metil jingga dengan nilai
karbon teraktivasi ekstrak daun pepaya juga
absorbansinya. Dari kurva standar yang
dapat diamati dengan data grafik distribusi
ditampilkan pada gambar 2, didapatkan
ukuran pori yang menggunakan metode BJH
persamaan regresi linier y=21520x – 0,0168
(Barret, Joiner, Halenda). Distribusi ukuran
dimana x adalah konsentrasi metil jingga dan
pori dapat dilihat pada gambar 4.
y adalah absorbansi metil jingga. Persamaan
kurva standar ini dapat digunakan untuk
5
mengetahui konsentrasi metil jingga setelah
proses adsorpsi berlangsung. 2000
0,7
1500
Kapasitas adsorpsi
0,6
0,5 1000
Absorbansi
/ (mg/g)
0,4 500
0,3
y = 21520x – 0,0168 0
0,2 R2 = 0,997 180 150 120 90 60 30
0,1
Waktu adsorpsi/ menit
0
0 1 2 3 4
10−5 M
Konsentrasi
Konsentrasi/ (a)
2500
2000
Gambar `5. Kurva standar larutan metil
Kapasitas adsorpsi
jingga 1500
1000
/(mg/g)
500
120
Efisiensi adsorpsi/ %
100 0
180 150 120 90 60 30
80
Waktu adsorpsi/ menit
60
40
(b)
20
0
180 150 120 90 60 30
Gambar 7. Grafik hubungan antara waktu
Waktu adsorpsi/ menit adsorpsi dengan kapasitas adsorpsi pada (a)
karbon teraktivasi termal dan (b) karbon
(a) teraktivasi ekstrak daun pepaya
120
Efisiensi adsorpsi/ %
100
Pada gambar 6 dan 7 dapat dilihat
bagaimana nilai efisiensi adsorpsi seiring
80
dengan bertambahnya waktu kontak
60
adsorpsi. Secara keseluruhan didapatkan
40
peningkatan efisiensi adsorpsi seiring dengan
20 bertambahnya waktu kontak. Kecuali pada
0 material karbon teraktivasi termal pada
180 150 120 90 60 30
waktu 150 menit mengalami penurunan nilai
Waktu adsorpsi/ menit
efisiensi adsorpsi, kemudian efisiensi
adsopsinya naik di waktu 180 menit. Apabila
(b)
data efisiensi dan kapasitas adsorpsi
dibandingkan, terlihat bahwa nilai efisiensi
Gambar 6. Grafik hubungan antara waktu dan kapasitas adsorpsi karbon teraktivasi
adsorpsi dengan efisiensi adsorpsi pada (a) ekstrak daun pepaya lebih besar dari pada
karbon teraktivasi termal dan (b) karbon efisiensi dan kapasitas adsorpsi karbon
teraktivasi ekstrak daun pepaya
6
teraktivasi termal. Hal ini dapat terjadi akibat Gambar 8 menunjukkan bahwa
kemampuan kedua material yang berbeda. koefisien determinasi R2 isoterm Langmuir
Pada saat proses adsorpsi berlangsung, sisi adalah 0,3298 dengan persamaan 1/Qe = -
aktif yang dimiliki oleh karbon aktif akan 7,5139x + 200786 dan isotherm Freundlich
berinteraksi dengan molekul organik secara adalah 0,7953 dengan persamaan log Qe = -
kimiawi (Agusta, 2012). Karbon teraktivasi 2,3194x - 14,401 Nilai konstanta Langmuir
ekstrak daun pepaya memiliki kemampuan dan Freundlich dapat dihitung menggunakan
mengadsorpsi lebih baik dari pada karbon persamaan tersebut. Hasil perhitungan
teraktivasi termal, karena karbon teraktivasi ditunjukkan pada tabel 2.
ekstrak daun pepaya memiliki sisi aktif yang
lebih besar dari pada karbon teraktivasi Tabel 2. Harga konstanta Langmuir dan
termal sehingga lebih banyak mengadsorpsi Freundlich karbon teraktivasi termal
zat warna yang menyebabkan efisiensi dan Isoterm Konstanta Harga
kapasitas adsorpsinya lebih besar. Q0 49,80 x 10−7
Langmuir
Mekanisme adsorpsi metil jingga oleh B -26,72 x 10−3
N -43,17 x 10−2
karbon dicari menggunakan persamaan Freundlich
Kf 39,71 x 10−16
mekanisme adsorpsi Langmuir maupun
Freundlich. Setelah hasil perhitungan
Nilai konstanta Langmuir dan
didapatkan, kemudia hasilnya diplotkan ke
dalam grafik. Freundlich diperoleh nilai yang negatif. Nilai
konstanta ini terkait dengan afinitas adsorpsi
(Susanti dkk, 2015) sehingga karena
30000 afinitasnya negatif maka mekanisme adsorpsi
25000 karbon aktif terhadap metil jingga tidak
20000 mengikuti isotherm Langmuir maupun
y(1/Qe)
5000
0
-4,5 -4,4 -4,3 -4,2 -4,1 -4 -3,9 0
-1 0 500000 1000000
y(log Qe)
-2 x(log Ce)
-3
y = -2,3194x - 14,401 0
R² = 0,7953 -4 -4,4 -4,3 -4,2 -4,1 -4 -3,9
-1
-5
-2
-6 -3
x(log Ce)
(log Qe)
-4
-5
Gambar 8. Kurva mekanisme adsorpsi y = -4,4095x - 23,044 -6
R² = 0,7016
Langmuir dan Freundlich karbon teraktivasi -7
termal x(og Ce)
7
Gambar 9. Kurva mekanisme mekanisme adsorpsi karbon aktif terhadap
adsorpsi Langmuir dan Freundlich karbon metil jingga tidak mengikuti isotherm
teraktivasi ekstrak daun pepaya Langmuir maupun Freundlich. Karbon
teraktivasi ekstrak daun pepaya memiliki luas
Gambar 9 menunjukkan bahwa permukaan sebesar 72,295 m²/g, volume pori
koefisien determinasi R2 isoterm Langmuir sebesar 0,0510 cc/g, dan diameter pori
adalah 0,2825 dengan persamaan 1/Qe = - sebesar 1,606 nm.
46,987x + 828570 dan isotherm Freundlich
adalah 0,7016 dengan persamaan log Qe = - DAFTAR PUSTAKA
4,4095x – 23,044. Nilai konstanta Langmuir
Agusta, D, 2012, Uji Adsorpsi Gas CO pada
dan Freundlich dapat dihitung menggunakan
Asap Kebakaran dengan Menggunakan
persamaan tersebut. Hasil perhitungan Karbon Aktif dari Arang Tempurung Kelapa
ditunjukkan pada tabel 3.
yang Terimpregnasi TiO2, Fakultas Teknik,
Tabel 3. Harga konstanta Langmuir dan Program Studi Teknik.
Freundlich karbon teraktivasi ekstrak daun
pepaya Ariyani. P. A. R., R. P. Eka, dan R. Fathoni,
Isoterm Konstanta Harga 2017, Pemanfaatan Kulit Singkong
Q0 12,00 x 10−7 sebagai Bahan Baku Arang Aktif
Langmuir
B -0,17 x 10−2 dengan Variasi Konsentrasi NaOH
N -22,67 x dan Suhu. Konversi, 6(1): 7-10.
Freundlich 10−2
Kf 9,03 x 10−24 Astuti, S. D., 2009, Efek Ekstrak Etanol 70%
Daun Pepaya (Carica papaya, Linn.)
Nilai konstanta Langmuir dan terhadap Aktivitas AST & ALT pada
Freundlich diperoleh nilai yang negatif. Nilai Tikus Galur Wistar Setelah
konstanta ini terkait dengan afinitas adsorpsi Pemberian Obat Tuberkulosis
(Susanti dkk, 2015) sehingga karena (Isoniazid & Rifampisin), Skripsi,
afinitasnya negatif maka mekanisme adsorpsi Fakultas Farmasi Universitas Setia
karbon aktif terhadap metil jingga tidak Budi, Surakarta.
mengikuti isotherm Langmuir maupun Badan Pusat Statistik, 2018, Statistik
Freundlich. Lingkungan Hidup 2018 :
Pengelolaan Sampah di Indonesia.
SIMPULAN Jakarta : Badan Pusat Statistik
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Indonesia. ISSN: 0216-6224.
aktivasi kimia dengan ekstrak daun pepaya
dapat meningkatkan kemampuan adsorpsi Ferdinand, P., 2017, Pengaruh Suhu dan
karbon. Pada karbon teraktivasi termal Lama Aktivasi terhadap Mutu Arang
didapatkan efisiensi adsorpsi sebesar 95,91% Aktif dari Kayu Kelapa, Jurnal
dan kapasitas adsorpsi sebesar 1881,77 mg/g Industri dan Hasil Perkebunan vol
pada waktu pengadukan 180 menit atau 3 12(2):21-28.
jam. Sedangkan pada karbon teraktivasi Khuluk, R. H., 2016, Pembuatan dan
ekstrak daun pepaya didapatkan efisiensi Karakterisasi Karbon Aktif dari
adsorpsi 98,84% dan kapasitas adsorpsi Tempurung Kelapa (Cocous nucifera
sebesar 1939,21 mg/g pada waktu L.) sebagai Adsorben Zat Warna
pengadukan 150 menit atau 2,5 jam. Pada Metilen Biru, Skripsi, Jurusan Kimia
kedua material, nilai konstanta Langmuir dan Fakultas Matematika dan Ilmu
Freundlich diperoleh nilai yang negatif, maka
8
Pengetahuan Alam, Universitas
Lampung.
Kim, I.K. Hong, I.S. Choi and C.H. Kim,
Journal of Industrial and Engineering
Chemistry, 2 (2) 1996) 116-121.
Purnamasari, U. I., 2018, Pembuatan Karbon
Aktif dari Kulit Salak (Salacca
zalacca) dengan Proses Pengaktifan
Karbon Dioksida (CO2)
Menggunakan Pemanas Microwave,
Skripsi, Departemen Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara.
Qadeer, R., and S. Akhtar, 2005, Kinetics study
of lead ion adsorption on activated
Sahara, E., W. D. Sulihingtyas, dan I. P. A. S
Mahardika, 2017, Pembuatan dan
Karakterisasi Arang Aktif dari Batang
Tanaman Gumitir (Tagetes erecta)
yang Diaktivasi dengan H3PO4,
Jurnal Kimia, 11(1): 1-9.
Susanti, D., 2012, Aplikasi Karbon Aktif dari
Tempurung Kluwak (Pangium Edule)
dengan Variasi Temperatur
Karbonisasi dan Aktivasi Fisika
sebagai Elelctric Double Layer
Capasitor (EDLC), Jurnal Teknik
Material dan Metalurgi, 1 (1), 1-6.
Kimia. Universitas Indonesia.
Zikra, N.R. Y., Chairul, dan S. R. Yenti,
2016, Adsorpsi Ion logam Pb dengan
Menggunakan Karbon Aktif Kulit
Durian yang Teraktivasi, Jom
FTEKNIK. 3(1): 1-8.
9
10