Anda di halaman 1dari 3

ISSN : 1693-9050

PENGARUH UKURAN PARTIKEL TERHADAP KECEPATAN


ADSORPSI KARBONISASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE
ANALISA ISOTERM FREUNDLICH PADA PEMBUATAN KARBON
AKTIF BATUBARA LIGNIT
EFFECT OF PARTICLE SIZE ON SPEED OF CARBONIZATION
ADSORPTION USING ISOTERM FREUNDLICH ANALYSIS METHOD
IN LIGNIT COAL ACTIVATED CARBON MAKING
Lety Trisnaliani 1, Erlinawati 1, dan Indah Purnamasari 1
1
Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya
Jl. Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
E-mail: Lety.trisnaliani@polsri.ac.id

ABS TRAK

Karbon aktif adalah material yang berbentuk butiran atau bubuk yang berasal dari material yang mengandung karbon
misalnya pada batubara, kulit kelapa dan sebagainya. Dalam penelitian isoterm adsorpsi arang aktif digunakan larutan asam
asetat dalam berbagai variasi konsentrasi yaitu 1 N, 0.8 N, 0.6 N, dan 0.4 N bertujuan untuk mengetahui kemampuan arang
untuk mengadsorpsi larutan asam asetat dalam berbagai konsentrasi p ada temperatur konstan. Persamaan grafik Isotherm
Adsorpsi Freundlich untuk karbon aktif dengan aktivasi tanpa karbonisasi adalah y = 0,9999x - 0.7787, sehingga didapat
nilai Log k = -0.7787 dan 1/n = 0,9999. M aka nilai k adalah 0.1665 dan nilai n adalah 1,0001. Sedangkan persamaan grafik
isotherm adsorbsi freunlich untuk karbon aktif dengan aktivasi dengan karbonisasi adalah y = 1,0003x - 0.78, sehingga
didapat nilai Log k = -0.78 dan 1/n = 1,0003. M aka nilai k adalah 0.165 dan nilai n adalah 0,9997. Grafik ini sudah
mendekati teori isotherm adsorpsi Freundlich yaitu grafik berupa garis linear.

Kata Kunci : Karbon Aktif, Batubara Lignit, Isoterm Freundlich

PENDAHULUAN

Karbon atau arang aktif adalah material yang berbentuk menjadi material yang mengandung karbon tinggi akibat
butiran atau bubuk yang berasal dari material yang terlepasnya zat-zat volatil yang terkandung didalamnya.
mengandung karbon. Karbon aktif pemakaiannya cukup luas, Kualitas batubara terbentuk sesuai dengan kedalaman dari
baik di industri besar maupun kecil. Bahan baku yang berasal permukaan bumi. Batubara yang terbentuk dalam bumi
dari hewan, tumbuh - tumbuhan, limbah ataupun mineral dengan kedalaman tertentu akan mendapatkan tekanan dan
yang mengandung karbon dapat dibuat menjadi arang aktif, panas tertentu sesuai dengan tingkat kedalamannya. Batubara
bahan tersebut antara lain: tulang, kayu lunak, sekam, tongkol yang terbentuk dengan mendapatkan tekanan dan panas yang
jagung, tempurung kelapa, sabut kelapa, ampas penggilingan besar akan memiliki kualitas yang lebih baik, seperti
tebu, ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, kayu keras dan bituminus dan antrasit. Pertama-tama, sisa-sisa tumbuhan
batubara. Karbon aktif biasanya digunakan sebagai katalis, terdekomposisi menjadi batubara muda (brown coal),
penghilangan bau, penyerapan warna, zat purifikasi, dan kemudian berubah menjadi lignit. Perubahan itu akan
sebagainya. Untuk industri di Indonesia, penggunaan karbon berlanjut dengan bertambahnya waktu menjadi batubara
aktif masih relatif tinggi. Sayangnya, pemenuhan akan dengan kualitas yang lebih baik.
kebutuhan karbon aktif masih dilakukan dengan cara Speight (1994) mengemukakan tahap-tahap
mengimpor. Pada tahun 2000 saja, tercatat impor karbon aktif pembentukan batubara, tahap pertama proses pembentukan
sebesar 2.770.573 kg berasal dari negara Jepang, Hongkong batubara yaitu pembusukan sisa-sisa tumbuhan dan pada
Korea, Taiwan, Cina, Singapura, Philipina, Sri Lanka, tahap pertama ini terbentuk gambut. Pada proses pertama ini,
M alaysia, Australia, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, banyak melibatkan mikroba yang berperan dalam
Jerman, Denmark, dan Italia (Rini Pujiarti, J.P Gentur pembusukan sisa tumbuhan, sehingga pada tahap ini disebut
Sutapa). Konsumsi karbon aktif dunia semakin meningkat biochemical coalification. Tahap ini berakhir dengan ditandai
setiap tahunnya, misalkan pada tahun 2007 mencapai 300.000 hilangnya aktifitas mikroba yang berperan dalam
ton/tahun. Jika ditinjau dari sumber daya alam di Indonesia pembusukan. Setelah tahap ini, dilanjutkan dengan proses
yang melimpah, maka sangatlah mungkin kebutuhan karbon perubahan fisika dan kimia yang tidak melibatkan mahluk
aktif dapat dipenuhi dengan produksi dari dalam negeri. hidup. Pada proses perubahan fisika dan kimia inilah yang
Batubara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari menyebabkan terbentuknya batubara dengan berbagai
deformasi dan dekomposisi dari sisa-sisa tumbuhan dalam tingkatan. Kondisi yang sangat mempengaruhi terbentuknya
jutaan tahun yang lalu sejak bumi terbentuk. Ikatan-ikatan batubara dengan jenis tertentu adalah temperatur, tekanan,
hidrokarbon yang ada dalam sisa-sisa tumbuhan terdeformasi kedalaman dan berbagai pergerakan kulit bumi tempat
dengan melepaskan sebagian besar dari oksigen, hidrogen, tertimbunnya lapisan batubara tersebut, serta umur lapisan.
dan susunan dari hidrokarbon tersebut terdekomposisi Kedalaman dan pergeseran kulit bumi mempengaruhi

22
ISSN : 1693-9050

tekanan dan temperatur proses pembentukan batubara. 2) M emipet 50 ml larutan NaOH 1M , 2M , dan 3M
Batubara akan berkembang dari lignit menjadi batubara kedalam Erlenmeyer lalu rendam selama 3 jam.
dengan peringkat yang lebih tinggi yaitu sub-bituminus, 3) M enyaring sampel menggunakan kertas saring dan
bituminous dan antrasit (Diesel, 1987; Stach, 1989). cuci cokenya dengan aquadest.
Penelitian penggunaan batubara sebagai bahan baku 4) M engeringkan sampel dalam oven pada suhu 110 oC
pembuatan karbon aktif, telah banyak digunakan. Pada sampai sampel benar-benar kering.
penelitian yang dilakukan oleh Ningrum, batubara Indonesia D. Proses Aktivasi dengan Karbonisasi
potensial untuk dikembangkan sebagai bahan baku 1) M enyiapkan sampel seberat 30 gram untuk 3 size
pembuatan karbon aktif. Struktur pori dari karbon aktif selalu kedalam Erlenmeyer
mengandung mikropori, mesopori dan makropori. M asing- 2) M emipet 50 ml larutan NaOH 1M , 2M , dan 3M
masing pori ini mempunyai fungsi tertentu dalam proses kedalam Erlenmeyer lalu rendam selama 3 jam.
penyerapan. M esopori mempunyai fungsi menangkap bahan 3) M enyaring sampel menggunakan kertas saring dan
yang diserap dan sebagai jalan masuk menuju mikropori. cuci cokenya dengan aquadest.
M akropori mempunyai fungsi mempercepat molekul-molekul 4) M engeringkan sampel dalam oven pada suhu 110oC
adsorbat menuju poro-pori lebih kecil yang terletak lebih sampai sampel benar-benar kering.
dalam. Sedangkan pori-pori yang paling berperan pada
adsorbsi adalah jenis mikropori. Pemanfaatan batu bara E. Analisa Karbon Aktif (Isoterm Freundlich)
peringkat rendah (lignit) saat ini belum maksimal, 1) M enyiapkan 5 buah Erlenmeyer 250ml
dikarenakan nilai kalornya rendah, dan kadar abu serta 2) M emasukkan masing-masing 0,5 gram karbon aktif.
sulfurnya tinggi. Diperlukan pengolahan lebih lanjut agar Sebelumnya dipanaskan selama 15 menit pada suhu
batu bara peringkat rendah ini memiliki nilai guna lebih 60oC.
tinggi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah 3) M emasukkan 50 ml asam asetat pada tiap Erlenmeyer
mengolah bahan ini menjadi karbon aktif. Pemilihan batu 4) M engaduk campuran tersebut selama 10 menit
bara lignit untuk dijadikan karbon aktif dalam penelitian ini kemudian didiamkan selama 1 jam
adalah karena cadangan bahan tersebut sangat melimpah di 5) M engaduk larutan kembali selama 1 menit
Sumatera Selatan, di sisi lain kegunaan karbon aktif cukup 6) M enyaring larutan tersebut dengan kertas saring lalu
luas dan memegang peranan penting terutama digunakan mengukur volume filtrat
dalam proses-proses pemurnian. Imam Fakhruddin Arrazie 7) M enitrasi filtrat tersebut dengan larutan NaOH 0.2 N,
dari Politeknik Negeri Sriwijaya pada tahun 2011 telah lalu menambahkan indikator pp 5 tetes sampai terjadi
melakukan penelitian pembuatan karbon aktif dari batubara perubahan warna.
lignit dengan konsentrasi aktivator 3M dan ukuran partikel -
170+200 mesh, dan kapasitas daya serap karbon aktif HAS IL DAN PEMBAHAS AN
terhadap larutan iodine yang dihasilkan tertinggi yaitu 776,69
mg/gr dengan kadar air 2,5 %, dan kadar abu 16,00 %. Pada Penelitian ini mengerjakan proses pembuatan karbon
penelitian ini akan dibatasi mengenai pengaruh ukuran aktif dengan aktivator. Karbon aktif adalah bahan berupa
partikel yang terdapat pada pori – pori permukaan batubara karbon bebas yang masing-masing berikatan secara kovalen
lignit terhadap kecepatan adsorpsi karbonisasinya. atau arang yang telah dibuat dan diolah secara khusus melalui
3 (tiga) tahapan umum, yaitu dehidrasi, karbonisasi dan
METODOLOGI PENELITIAN aktivasi. Dehidrasi yaitu proses penghilangan air dimana
bahan baku dipanaskan sampai temperatur 170°C.
Adapun langkah – langkah metode penelitian adalah sebagai Karbonisasi adalah suatu proses dimana unsur-unsur oksigen
berikut : dan hidrogen dihilangkan dari karbon dan akan menghasilkan
A. Tahap Persiapan Bahan Baku rangka karbon yang memiliki struktur tertentu. Temperatur
1) M elakukan proses grinding untuk memperkecil yang digunakan adalah 300°C. Sedangkan aktivasi adalah
ukuran batubara suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk
2) M elakukan proses sieving untuk memperoleh ukuran memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan
batubara sesuai kebutuhan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul permukaan
B. Proses Karbonisasi sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika
1) M enyiapkan sampel batubara lignit yang telah di maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan
grinding dan di sieving berpengaruh terhadap daya adsorpsi. Aktivator yang
2) M engatur suhu furnace pada suhu 300oC digunakan dalam penelitian ini adalah NaOH dengan
3) M enimbang cawan kosong dan tutup pada neraca konsentrasi yang berbeda yaitu 1N, 2N, dan 3N. Penelitian
analitik (W1) ini dilakukan secara kuantitatif, yaitu dengan cara
4) M enimbang sampel sebanyak 10 gram menghitung volume larutan asetat mula-mula sebelum
5) M enimbang cawan yang berisi sampel beserta ditambah karbon aktif dibandingkan dengan volume larutan
tutupnya (W2) asetat setelah ditambah karbon aktif, seperti yang tercantum
6) M emasukkan cawan yang berisi sampel beserta di hasil penelitian dan direpresentasikan dalam bentuk kurva.
tutupnya kedalam furnace bersuhu 300oC selama 10 Dalam penelitian ini menggunakan karbon aktif sebagai
menit adsorben, asam asetat dengan berbagai konsentrasi sebagai
7) M emasukkan cawan berisi residu beserta tutupnya adsorbat serta larutan NaOH 0,2 N sebagai larutan standar.
kedalam desikator Larutan asam asetat yang telah dibuat dalam berbagai
8) M enimbang cawan berisi residu beserta tutupnya konsentrasi dimasukkan arang aktif masing-masing 0,5 gram
(W3) dan didiamkan selama 1 jam. Peristiwa adsorpsi yang terjadi
9) M engulangi proses ini sampai diperoleh jumlah bersifat selektif dan spesifik dimana asam asetat lebih mudah
produk yang diinginkan. teradsorpsi dari pelarut (air), karena arang aktif (karbon)
C. Proses Aktivasi Tanpa Karbonisasi hanya mampu mengadsorpsi senyawa-senyawa organik.
1) M enyiapkan sampel seberat 30 gram untuk 3 size Proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi
kedalam Erlenmeyer tergantung pada beberapa faktor, yaitu jenis adsorben, jenis
23
ISSN : 1693-9050

adsorbat, luas permukaan adsorben, konsentrasi zat terlarut bahwa semakin besar luas permukaan adsorben maka akan
dan temperatur (Atkins, 1990). didapatkan nilai n yang semakin besar. Kemudian proses
Perubahan konsentrasi asam asetat sebelum dan karbonisasi juga berpengaruh dimana pada grafik dapat
sesudah adsorpsi dapat diketahui dengan cara mentitrasi diketahui bahwa nilai n dengan karbonisasi lebih besar
filtrat yang mengandung asam asetat dengan larutan standar daripada tanpa karbonisasi. Dari grafik juga dapat diketahui
NaOH 0.2 N dengan indikator phenolphtalein. Indikator PP bahwa nilai K berbanding terbalik dengan nilai n dimana ini
sangat peka terhadap gugus OH - yang terdapat pada larutan diwakili oleh bentuk grafik yang berlawanan pada nilai K
NaOH. Titik akhir titrasi diketahui dari larutan tidak grafik berbentuk kerucut keatas sedangkan grafik untuk nilai
berwarna berubah menjadi merah muda. n berbentuk kerucut ke bawah.
Konsentrasi awal asam asetat mempengaruhi volume
titrasi yang digunakan. Semakin besar konsentrasiny a maka KES IMPULAN
semakin banyak larutan NaOH yang digunakan. Hal ini
disebabkan karena semakin besar konsentrasi, letak antara  Dalam penelitian isoterm adsorpsi arang aktif digunakan
molekulnya semakin berdekatan sehingga sulit untuk larutan asam asetat dalam berbagai variasi konsentrasi.
mencapai titik ekivalen pada saat proses titrasi. yaitu, 1 N, 0.8 N, 0.6 N, 0.4 N bertujuan untuk
Dalam penelitian isoterm adsorpsi arang aktif digunakan mengetahui kemampuan arang untuk mengabsorpi
larutan asam asetat dalam berbagai variasi konsentrasi yaitu, larutan asam asetat dalam berbagai konsentrasi pada
1 N, 0.8 N, 0.6 N, 0.4 N. Hal ini dimaksudkan untuk temperatur konstan.
mengetahui kemampuan arang untuk mengabsorpi larutan  Pada karbon aktif aktivasi dengan karbonisasi lebih dapat
asam asetat dalam berbagai konsentrasi pada suhu konstan. mengadsorpsi secara maksimal daripada tanpa
Pembuatan arang dalam penelitian sebagai absorben karbonisasi.
(zat yang mengapsorbsi) dimana dalam penelitian ini  Semakin besar konsentrasi CH 3COOH maka semakin
dilakukan dengan karbonisasi dan tanpa karbonisasi. Pada banyak volume titran (NaOH) yang digunakan.
karbon aktif dengan aktivasi dengan karbonisasi lebih dapat  Persamaan grafik Isotherm Adsorpsi Freundlich untuk
mengadsorpsi secara maksimal daripada tanpa karbonisasi. karbon aktif dengan aktivasi tanpa karbonisasi adalah y =
Hal ini dikarenakan pada karbonisasi dilakukan pemanasan 0,9999x - 0.7787, sehingga didapat nilai Log k = -0.7787
sampai suhu 300oC dimana tujuan dari pemanasan ini adalah dan 1/n = 0,9999. M aka nilai k adalah 0.1665 dan nilai n
untuk membuka pori-pori permukaan dari arang agar mampu adalah 1,0001. Sedangkan persamaan grafik isotherm
mengadsorpsi secara maksimal, dalam penelitian ini yaitu adsorbsi freunlich untuk karbon aktif dengan aktivasi
mengadsorpsi asam asetat. dengan karbonisasi adalah y = 1,0003x - 0.78, sehingga
Pada penelitian ini ditentukan harga tetapan-tetapan didapat nilai Log k = -0.78 dan 1/n = 1,0003. M aka nilai
adsorpsi isotherm Freundlich bagi proses adsorpsi k adalah 0.165 dan nilai n adalah 0,9997. Grafik ini sudah
CH 3COOH terhadap arang. Variabel yang terukur pada hampir sesuai dengan teori isotherm adsorpsi Freundlich
penelitian adalah volume larutan NaOH 0.2 N yang yaitu grafik berupa garis linear.
digunakan untuk menitrasi CH 3COOH. Setelah konsentrasi  Semakin besar luas permukaan adsorben maka akan
awal dan akhir diketahui, konsentrasi CH 3COOH yang didapatkan nilai K yang semakin besar dimana nilai K
teradsorpsi dapat diketahui dengan cara pengurangan dengan karbonisasi lebih besar daripada tanpa karbonisasi
konsentrasi awal dengan konsentrasi akhir. Selanjutnya dapat dan semakin besar luas permukaan adsorben maka akan
dicari berat CH 3COOH yang teradsorpsi. Dengan cara X = didapatkan nilai n yang semakin besar.
C*M r*100/1000.
Dari data pengamatan dan hasil perhitungan, DAFTAR PUS TAKA
konsentrasi asam asetat sebelum adsorpsi lebih tinggi
daripada setelah adsorpsi. Hal ini karena asam asetat telah Arrazie, I.F., 2011, Pembuatan Karbon Aktif dari batubara lignit,
diadsorpsi oleh arang aktif. Dari data juga dibuat suatu grafik
Politeknik Negeri Sriwijaya
dimana log x/m diplotkan sebagai ordinat dan log C sebagai
absis. Marinda, R., Indriyani O., 2005, Pembuatan Karbon Aktif dari
Dari persamaan grafik tersebut jika dianalogikan Batubara Peringkat Rendah, Politeknik Negeri Samarinda
dengan persamaan Freundlich maka akan didapat nilai k dan
Ningrum, N.S., Sutrisno, W., Syahrial, 2000, Pembuatan Karbon
n. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan
sebagai berikut. Aktif Dari Batubara Banjarsari, Sumatera Selatan, Pusat
Log (x/m) = log k + 1/n log c sedangkan persamaan Penelitian dan Pengembangan T eknologi Mineral, Bandung
grafik Isotherm Adsorpsi Freundlich untuk karbon aktif
Otmer, K., 1972, Encyclopedia of Chemical Technology, John Wiley
dengan aktivasi tanpa karbonisasi adalah y = 0,9999x -
0.7787, sehingga didapat nilai Log k = -0.7787 dan 1/n = and Sons, New York
0,9999. M aka nilai k adalah 0.1665 dan nilai n adalah 1,0001. Pujiarti, R.2007., Mutu Arang Aktif dari Limbah Kayu Mahoni
Sedangkan persamaan grafik isotherm adsorbsi freunlich
(Swietenia macrophylla King) sebagai Bahan Penjernih Air.
untuk karbon aktif dengan aktivasi dengan karbonisasi adalah
y = 1,0003x - 0.78, sehingga didapat nilai Log k = -0.78 dan http://www.google.com. Jakarta
1/n = 1,0003. M aka nilai k adalah 0.165 dan nilai n adalah 1. Smisek, M. and Cerny, S., 1970, Active Carbon, Manufacture,
Grafik ini sudah hampir sesuai dengan teori isotherm
Properties, and Applications, Elsevier Publishing Company,
adsorpsi Freundlich yaitu grafik berupa garis linear.
Pada grafik perbandingan nilai K dengan size dapat Amsterdam.
diketahui bahwa semakin besar luas permukaan adsorben Speight, J.G., T he Chemistry and Technology of Coal, 1994, Marcel
maka akan didapatkan nilai K yang semakin besar, namun
Dekker, Inc, New York
selain ukuran proses karbonisasi juga berpengaruh dimana
pada grafik dapat diketahui bahwa nilai K dengan karbonisasi Wilson, J., 1981, Active Carbons From Coals, Fuel
lebih besar daripada tanpa karbonisasi. Begitu juga pada
grafik perbandingan nilai n dengan size dapat diketahui
24

Anda mungkin juga menyukai