PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan akan air bersih sekarang semakin meningkat, air bersih mulai
sulit untuk didapatkan. Sumber air yang ada sekarang banyak yang
mengalami pencemaran baik dari limbah industri maupun dari limbah rumah
tangga. Di daerah Banjarbaru hampir semua masyarakat membuat sumur
pada tempat tinggalnya untuk mendapatkan air bersih, sumur yang dibuat
berupa sumur gali. Air yang didapatkan dari air sumur dimanfaatkan langsung
oleh masyarakat untuk keperluan mandi, cuci, kakus bahkan ada juga yang
memakai untuk air minum dengan direbus terlebih dahulu.
Air sumur yang dipakai masyarakat sebenarnya masih mengandung
beberapa logam berat yang apabila melebihi baku mutu dapat berbahaya bagi
kesehatan. Meskipun dengan direbus untuk dikonsumsi logam berat yang
terkandung dalam air tidak akan dapat hilang, cara ini hanya untuk
menghilangkan bakteri pada air. Untuk menurunkan kadar logam berat dalam
air ada beberapa cara yang dapat dilakukan dengan penyaringan ataupun
dengan proses adsorbsi menggunakan karbon aktif. Bahan baku pembuatan
karbon aktif bisa dari tempurung kelapa, tempurung kemiri bahkan bisa
menggunakan kulit pisang.
Kulit pisang merupakan bahan buangan atau limbah buah pisang yang
cukup banyak jumlahnya. Umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara
nyata, hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai
makanan ternak seperti kambing, sapi dan kerbau. Jumlah dari kulit pisang
cukup banyak yaitu sekitar 1/3 dari buah pisang yang belum dikupas. Kulit
pisang juga menjadi salah satu limbah dari industri pengolahan pisang,
namun bisa dijadikan teknologi dalam penjernihan air (Lubis, 2012).
Menurut Mirsa (2013), kulit pisang dapat dijadikan sebagai bahan
karbon aktif, hasil yang didapat untuk nilai karbonisasinya mencapai 96,56%.
Dalam penelitian tersebut hanya diteliti proses pembuatan karbon aktif dari
kulit pisang tidak sampai kepada aplikasinya ke air. Kulit pisang sebelumnya
1
2. Bagaimana pengaruh variasi dosis karbon aktif dari kulit pisang Kepok
dalam menurunkan kandungan Fe dan Mn?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui karakterisasi dan kemampuan karbon aktif limbah kulit pisang
Kepok dalam menurunkan kandungan Fe dan Mn pada air sumur daerah
Banjarbaru.
2. Mengetahui pengaruh variasi dosis karbon aktif kulit pisang Kepok dalam
menurunkan kandungan Fe dan Mn.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Air yang akan dijadikan uji sampling yaitu air sumur Kota Banjarbaru
pada Kecamatan Banjarbaru Utara, Banjarbaru Selatan dan Cempaka.
2. Aktivasi karbon aktif yang dilakukan secara fisika dan kimia.
3. Karakteristik karbon aktif yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, luas
permukaan dan pH.
4. Parameter uji kualitas air yang diukur dalam penelitian ini yaitu Fe dan
Mn.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1
Menjadi alternatif lain karbon aktif yang selama ini berbahan tempurung
kelapa, kayu bakar, dan lain-lain.
Memberikan data dan informasi tentang karbon aktif dari limbah kulit
pisang Kepok yang dapat menurunkan kadar logam berat khususnya Fe
dan Mn.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Tanah
Air tanah adalah salah satu bentuk air yang berada di sekitar bumi kita
dan terdapat di dalam tanah. Air tanah pada umumnya terdapat dalam lapisan
tanah baik dari yang dekat dengan permukaan tanah sampai dengan yang jauh
dari permukaan tanah. Air tanah ini merupakan salah satu sumber air, ada
saatnya air tanah ini bersih tetapi terkadang keruh sampai kotor, tetapi pada
umumnya terlihat jernih. Air tanah yang jernih ini umumnya terdapat di
daerah pegungungan dan jauh dari daerah industri, sehingga biasanya
penduduk dapat langsung mengkonsumsi air ini, sedangkan air tanah yang
terdapat di daerah industri sering kali tercemar, jika pihak industri kurang
peduli akan lingkungan, dan air tanah yang terdapat di daerah perkotaan pada
umumnya masih baik, tetapi tidak dapat langsung dikonsumsi. Air tanah yang
tercemar umumnya diakibatkan oleh ulah manusia yang kurang bahkan tidak
perduli akan lingkungan sekitar (Sutandi, 2012).
Ditinjau dari kedudukannya terhadap permukaan, air tanah dapat disebut:
a. Air Tanah Dangkal, umumnya berasosiasi dengan tak tertekan, yakni yang
tersimpan dalam aquifer dekat permukaan hingga kedalaman sampai 40 m
(tergantung kesepakatan). Air tanah dangkal umumnya dimanfaatkan oleh
sebagian besar masyarakat pada umumnya dengan membuat sumur gali.
b. Air Tanah Dalam, umumnya berasosiasi dengan tertekan, yakni tersimpan
dalam pada kedalaman lebih dari 40 m (apabila kesepakatan air tanah
dangkal hingga kedalaman 40 m). Sementara air tanah dalam
dimanfaatkan oleh kalangan industri dan masyarakat golongan menengah
keatas (Sutandi, 2012).
2.2 Tanaman Pisang (Musa paradisiaca)
Pisang merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan, mulai dari
buah, batang, daun, kulit hingga bonggolnya. Tanaman pisang yang
merupakan suku Musaceae termasuk kedalam tanaman yang besar
memanjang. Tanaman pisang sangat menyukai sekali pada daerah yang
4
beriklim tropis panas dan lembab terlebih si dataran rendah. Ditemui pula di
kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia, Indonesia serta termasuk pula
Papua, Australia Topika, Afrika Tropi. Pisang dapat berbuah sepanjang tahun
pada daerah dengan hujan merata sepanjang tahun. Umumnya, kebanyak
orang memakan buah pisang kulitnya akan dibuang begitu saja. Seringkali
kulit pisang dianggap sebagai barang tak berharga alias sampah. Ternyata
dibalik anggapan tersebut, kulit pisang memiliki kandungan vitamin C, B,
kalsium, protein dan juga lemak yang cukup baik. Selain itu, kulit pisang
menyimpan tegangan tenaga listrik. Kandungan tenaga listrik yang ada pada
kulit pisang bisa dimanfaatkan untuk menggantikan tenaga batu baterai
(Mashur, 2011).
: Plantae
Filum
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Zingiberales
5
Famili
: Zingiberraceae
Genus
: Musa
Spesies
: Musa acuminata L.
lambat
pula,
tetapi
bila
pengadukan
terlalu
cepat
kapasitas
adsorpsi
maksimum
terjadi
pada
waktu
kesetimbangan.
2. Karakteristik adsorben
a. Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang
teradsorpsi. Luas permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel
dan jumlah dari adsorben.
b. Jenis adsorbat
Peningkatan polarisabilitas adsorbat akan meningkatkan kemampuan
adsorpsi molekul yang mempunyai polarisabilitas yang tinggi (polar)
memiliki
kemampuan
tarik
menarik
terhadap
molekul
lain
dan
amino
mengakibatkan
mengurangi
kemampuan
d. Konsentrasi Adsorbat
Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin
banyak jumlah substansi yang terkumpul pada permukaan adsorben.
e. Porositas adsorben
Porositas adsorben juga mempengaruhi daya adsorbsi dari suatu
adsorben. Adsorben dengan porositas
antara zat terlarut dengan pelarut, maka zat terlarut akan teradsorpsi di
permukaan adsorben. Adsorpsi fisik ini biasanya dapat berlangsung
balik.
b. Adsorpsi kimiawi
Adsorpsi kimiawi merupakan hasil dari gaya yang lebih besar
dibandingkan dengan pembentukan senyawa kimia. Secara normal
bahan yang teradsorpsi membentuk lapisan di atas permukaan berupa
molekul-molekul yang tidak bebas bergerak dari permukaan satu ke
permukaan
lainnya.
Jika
permukaan
tertutup
oleh
lapisan
10
4. Adsorpsi zat terlarut yang teradsorpsi pada dinding pori atau permukaan
adsorben
Proses adsorpsi terjadi dalam tiga tahap yaitu macrotransport,
microtransport dan absorpsi. Macrotransport melibatkan pergerakan adsorbat
melalui air menuju permukaan cairan/padatan secara adveksi dan difusi.
Microtransport melibatkan difusi material organik melalui sistem makropori
dari adsorbat padat seperti karbon aktif untuk adsorpsi yang terjadi di sistem
mikropori dan adsorben padat. Walaupun adsorpsi juga terjadi pada luas
permukaan adsorben dan makropori serta mikropori, luas permukaan dari
hampir semua adsorben padat sangat kecil sekali jika dibandingkan dengan
luas permukaan mikropori dimana jumlah material yang teradsopsi disana
biasanya diabaikan. Struktur dari pori-pori baik mikropori maupun makropori
ini merupakan bagian penting selama proses adsorpsi, karena struktur dan
ukuran dari ruang pori akan menentukan distribusi ukuran molekul-molekul
yang terserap masuk ke dalam pori-pori karbon aktif.
Data kesetimbangan adsorpsi biasanya digambarkan dalam bentuk
kurva isoterm adsorpsi. Pendekatan dengan model terhadap kurva isoterm
dapat membantu menganalisis karakteristik isoterm berupa kapasitas, afinitas,
selektifitas
serta
terkarakterisasi
mekanisme
oleh
nilai
interaksi
konstanta
adsorpsi.
tertentu
yang
Isoterm
adsorpsi
menggambarkan
11
13
Persyaratan
Maksimum 15%
Maksimum 15%
Maksimum 10%
Tidak nyata
Minimum 750 mg/g
W
x 100 ..................... (2.1)
W
14
Kadar Abu()=
W
x 100
W
................(2.2)
abu
yang
berlebihan
akan
menyebabkan
terjadinya
Metode Sears
Luas permukaan aktif berhubungan dengan struktur pori internal yang
................. (2.3)
15
Keterangan:
S : Luas permukaan spesifik karbon aktif (m2/g)
V : Volume yang diperlukan untuk menaikkan pH 4,0 sampai 9,0
dengan menggunakan larutan NaOH (ml)
-
17
BAB III
METODEOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan karbon aktif
yang terbuat dari limbah kulit pisang Kepok sebagai karbon aktif untuk
menurunkan kandungan Fe dan Mn pada air sumur daerah Banjarbaru. Sampel
air sumur diambil di sumur daerah Banjarbaru pada kecamatan Banjarbaru
Utara, Banjarbaru Selatan dan Cempaka, Kalimantan Selatan. Sedangkan
limbah kulit pisang Kepok diambil di industri domestik Banjarbaru,
Kalimantan Selatan.
Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium menggunakan proses
batch, untuk mengetahui pengaruh dosis karbon aktif dalam penurunan
kandungan Fe dan Mn pada air sumur, dimana karbon aktif yang diaktivasi
secara fisika dan kimia dengan dan tanpa penambahan H 2SO4 akan dipreparasi
terlebih dahulu hingga menjadi serbuk dengan ukuran 100 mesh (0,149 mm).
Selain itu, sebelum dilakukan uji daya serap terhadap Fe dan Mn pada air
sumur, akan dilakukan uji karakteristik karbon aktif terlebih dahulu yang
meliputi uji kadar air, kadar abu, luas permukaan (Metode Sears dan SEM)
dan pH karbon aktif.
Analisis data dilakukan dengan melihat pengaruh variasi dosis dan
karakteristik karbon aktif dengan dan tanpa penambahan larutan H2SO4 pada
aktivasi kimia dalam menurunkan kandungan Fe dan Mn pada proses
adsorpsi. Analisa data disajikan dalam tabulasi data berupa tabel dan grafik
serta analisis deskriptif, yaitu dengan membandingkan data hasil analisis
kandungan Fe dan Mn pada air sumur sebelum perlakuan dengan setelah
perlakuan terhadap karbon aktif dengan penambahan H2SO4 maupun karbon
aktif tanpa penambahan H2SO4.
18
4.1.3
Kerangka Penelitian
19
3.2.1
Bahan
Bahan yang digunakan terdiri dariair sumur, kulit pisang Kepok,larutan
NaOH 50 ml, HCl 50 ml, NaCl 50 ml dan H2SO4 2N 300 ml, indikator pH
Universal dan aquades.
3.2.2
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, cawan petri,
sudip, cawan porselin, pipet tetes, gelas ukur, alat penumbuk/penggerus,
oven, furnace, buret, gegep/penjepit, ayakan 100 mesh, neraca analitik,
gelas beker 1000 ml, stopwatch, kertas saring, corong, erlenmeyer 500 ml,
pengaduk/stirrer, labu erlenmeyer, shaker dan tempat penyimpan karbon
aktif kering (desikator).
aktivasi 2,5 jam. Karbon aktif yang sudah diaktivasi disaring dan dicuci
dengan aquadest sampai pH larutan netral, kemudian dikeringkan dalam
oven pada suhu 200oC selama 2 jam.
Pengambilan Sampel Air Sumur
d. Pengayakan
Preparasi Kulit
Pisang Kepok
yaitu lolos pada ayakan 100 mesh dengan ukuran 0,149 mm. Sampel
yang diperoleh disimpan di tempat yang kering (desikator).
Adsorbsi Air Sumur dengan dosis karbon aktif 10, 20 dan 30 gr/l
a. serta
Uji Kadar
Air
Analisa Data Pengaruh Dosis
Karakteristik
Karbon Aktif dengan dan tanpa H2SO4 dalam Menurunkan Kandunga
Penetapan kadar air karbon aktif dilakukan untuk mengetahui
sifat higroskopis pada karbon aktif. Prosedur penelitian kadar abu sesuai
Kesimpulan
22
w1
x 100
w2
..............(3.1)
keterangan :
w1 : kehilangan bobot sampel (gram)
w2 : bobot sampel (gram)
b. Uji Kadar Abu
Penetapan kadar abu karbon aktif dilakukan untuk mengetahui
kandungan oksida logam dalam karbon aktif. Prosedur penelitian kadar
abu sesuai dengan SNI No. 06-3730-1995 mengenai arang aktif teknis,
yaitu:
1. 3 gr contoh ditimbang ke dalam cawan yang telah diketahui bobotnya
2. Sampel diabukan di dalam furnace dengan suhu 900C selama 2 jam
3. Kemudian cawan didinginkan dalam desikator lalu ditimbang
4. Untuk mengetahui kadar abu maka dilakukan perhitungan dengan
rumus berikut:
Kadar abu ( )=
w1
x 100 ..............(3.2)
w2
keterangan :
w1 : sisa pijar (gram)
w2 : bobot contoh (gram)
c. Pengujian Luas Permukaan
-
Metode Sears
Karbon aktif yang telah terbentuk dianalisis luas permukaan
pada
monitor
komputer
serta
disimpan
ke hard
disk komputer.
d. Pengukuran pH Karbon Aktif
Suspensi pH campuran karbon aktif dan aquades diukur dengan pH
meter setelah diaduk menggunakan stirrer selama 24 jam.
3.3.3.3 Tahap penelitian adsorpsi
a. Identifikasi Awal Sampel (Air Sumur).
Sebelum dilakukan proses adsorpsi, air sumur terlebih dahulu diukur
kandungan Fe dan Mn di laboratorium sebagai acuan dasar dan
perbandingan awal.
b. Proses Adsorpsi pada Air Sumur
Mengambil sampel air sumursebanyak 100 ml kemudian memasukkan ke
dalam masing-masing erlenmeyer dan menambahkan karbon aktif
dengan penambahan H2SO4 terlebih dahulu kemudian tanpa penambahan
H2SO4 dengan variasi dosis karbon aktif 10g/l; 20g/l; dan 30 gr/l. Proses
adsorpsi dilakukan menggunakan shaker dengan kecepatan pengaduk
100 rpm selama 60 menit. Kemudian memisahkan karbon aktif dari
sampel air campuran dengan menggunakan kertas saring. Setelah itu,
dilakukan pengukuran kandungan Fe dan Mn pada air sumur yang telah
dicampur dengan karbon aktif menggunakan alat spectrofotometer.
25
dan
kurva.
Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
26
C 0C e
C0
x 100%
............(3. 4)
Dimana:
Karakteristik
Dengan Aktivasi
Tanpa Aktivasi
H2SO4
H2SO4
27
Kecamatan
10
1
2
3
Fe (mg/l)
Mn (mg/l)
Dosis Karbon Aktif (gr/l)
20
30
10
20
30
Banjarbaru Utara
Banjarbaru Selatan
Cempaka
Kecamatan
10
1
2
3
Fe (mg/l)
Mn (mg/l)
Dosis Karbon Aktif (gr/l)
20
30
10
20
30
Banjarbaru Utara
Banjarbaru Selatan
Cempaka
28
Januari 2014
Februari 2015
Maret 2015
April 2015
29
II
III
IV
Komponen Pembiayaan
Pembelian Alat dan Bahan
1. H2SO4
2. NaOH
3. HCl
4. NaCl
Sewa Laboratorium
1. Aktivasi Fisika
2. Aktivasi Kimia
3. Uji Karakteristik Karbon Aktif
4. Jar Test
Pengukuran Sampel Awal
1. Besi (Fe)
2. Mangan (Mn)
Pengukuran Sampel
1. SEM
2. Besi (Fe)
3. Mangan (Mn)
Pembuatan Laporan
1. Pengetikan Laporan
2. Penggandaan dan penjilidan
Volume
Satuan
300 ml
50 ml
50 ml
50 ml
200.000
50.000
50.000
50.000
6 Jam
9 Jam
9 Jam
18 Jam
TOTAL
150.000
225.000
225.000
450.000
3 buah
3 buah
25.000
30.000
75.000
90.000
2 buah
18 buah
18 buah
250.000
25.000
30.000
500.000
450.000
540.000
2 rim
5 buah
35.000
25.000
70.000
125.000
3.250.000
30
DAFTAR PUSTAKA
Adinata, Mirsa Restu. 2013. Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang sebagai Karbon
Aktif. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.
Surabaya
Anonim. 2011. Reaksi pada Unsur dan Senyawa Mangan.
http://radhyvia.blogspot.com/2011/11/reaksi-pada-unsur-dan-senyawamangan.html, diakses tanggal 9 Desember 2014
Anonim1. 2013. Pisang Unti Sayang Tanpa Jantung.
http://www.jurnalasia.com/2013/07/02/pisang-unti-sayang-tanpa-jantung/,
diakses 4 Januari 2015
Castro, R. S. D., Caetano, L., Ferreira, G., Padilha, P. M., Saeki, M. J., Zara, L. F.,
Martines, M. A. U., & Castro, G. R. (2011). Banana peel applied to the
solid phase extraction of copper and lead from river water:
Preconcentration of metal ions with a fruit waste. Industrial &
Engineering Chemistry Research, 50(6), 3446-3451. Retrieved from
pubs.acs.org/IECR
Firmansyah, Irfan. 2012. Penentuan Ukuran dan Teknik Penyimpanan Benih
PisangKepok (Musa sp. Abb group) dari bonggol. Institut Pertanian Bogor
Hewett, Emma., Stem A and Mrs. Wildfong. 2011. Banana Peel Heavy Metal
Water Filter.http://users.wpi.edu, diakses tanggal 9 Desember 2014
Ikawati dan Melati. 2010. Pembuatan Karbon Aktif dari Limbah Kulit Singkong
UKM Tapioka Kabupaten Pati. Jurnal Teknik Kimia. Semarang: Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Jusmanizah. 2011. Efektivitas Karbon Aktif Kulit Singkong Dalam Menurunkan
Kadar Besi (Fe) Dan Mangan (Mn) Air Sumur Gali Di Desa Amplas
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011. Skripsi.
Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Lubis, Z. 2012. Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja (Musa
paradisiaca) Terhadap Daya Terima Kue Donat. Universitas Sumatera
Utara
Mashur, 2011. Manfaat Kulit Pisang.Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI.
Mustofa, dkk. 2013. Media Penyaringan Kulit Pisang dalam Menurunkan Kadar
Besi (Fe) Terhadap Kadar Kekeruhan. Jurnal ilmu kesehatan, vol 14, No.
1, Januari 2013 : 6-9
31
32