Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ARANG AKTIF


TEMPURUNG KELAPA TERHADAP KADAR Fe DAN pH AIR GAMBUT

Oleh:
Fatriani, S.Hut,MP

 
FAKULTAS KEHUTANAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2009
PRAKATA

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha


Kuasa atas berkat Rahmat dan HidayahNya jualah maka pelaksanaan dan
penyusunan laporan penelitian dengan judul “ Pengaruh konsentrasi dan
Lama Perendaman Arang Aktif Tempurung Kelapa Terhadap Kadar Fe dan
pH air gambut” ini dapat diselesaikan.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat yang telah


memberikan kesempatan kepada Peneliti untuk melaksanakan
Kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi.

2. Dekan Fakultas Kehutanan dan Ketua Jurusan Teknologi Hasil Hutan


yang telah memberikan dukungan dan motivasi sehingga dapat
melaksanakan penelitian ini.

3. Semua fihak yang membantu dalam pelaksanaan penelitian

Semoga Laporan Penelitian ini bermanfaat dalam menambah


wawasan tentang pemanfaatan sumber daya alam dan sadar akan
lingkungannya.

Banjarbaru, Desember 2009

PenulIs
HALAMAN
PENG€SAHAN

. PeigatuhKdstrsidan l€m P€€nd.tM A6nq


AklllT.mpurunoK€l.paTedadapKada FedanpH

K.hul.nan/Jutu.anToknolosiHasilHulan
.r1..AYani K ,36, A6npib€ru
10511)471X2* t \0511)4712290
KfrP Slrye Ken€m Abk C1, A.nlnb€ru

D.Eu P.ngg6ng,Hlru SunoaiUla€.Karsel

r96A022€
1993022001

ft;E
KEMENTERIANPENDIDIKANNASIONAL
UNIVERSITAS
LAMBUNG
MANGKURAT
FAKU LTAS KEHUTANAN

Notut ,2t ffi 124tKP12Oos

Ya.g berianda
ranoand' baah ini :

: F3kuh6 x6hdffi unjya6n4 !.mbng

D.ng6nh' mehbenruqatkepada

FakulasKehdamnUnrcGilasL.mbno
Septfrb€r 2009- sstesai
Da€€hO.na0Panooanq, Ahur ai
Morakukan Pensamb lsnsmpb .n oambui

O€mkianSu€l lulas Dinasini diloruaddnrniur d'rakenal€nsbagaruna

65:[?P
-sr'M
r r FS'&HE

,iilrn;iK
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Hasil penelitian Suhardjo dan Adhi (1976), Pangudiatno (1974)


karakteristik gambut. …………………………………............................... 3

2. Kisaran umum kadar pH dan sifatnya ....................................................... 11

3. Rancangan percobaan acak lengkap 4x3x3 untuk uji kualitas air gambut
(pH, Fe, Mn, Warna) dengan tempurung kelapa .................................... 19

4. Analisis keragaman masing-masing perlakuan ........................................ 20

5. Kualitas air rawa Kecamatan Danau Panggang sebelum pengolahan 22

6. Kualitas pH rata-rata setelah diberi arang aktif tempurung kelapa ..... 23

7. Analisis keragaman pH masing-masing perlakuan ..................................... 24

8. Kadar Fe rerata setelah diberi arang aktif tempurung kelapa .................... 25

9. Analisis keragaman kadar Fe pada masing-masing


perlakuan ................................................................................................... 26
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Proses pembuatan arang aktif tempurung kelapa .................................... 17


I. PENDAHULUAN

Salah satu kebutuhan vital bagi kehidupan manusia, bahkan semua

mahluk hidup sangat memerlukannya adalah air, Kebutuhan akan air tidak

hanya penting bagi tubuh untuk dikonsumsi tetapi juga mempunyai manfaat

yang lain, seperti untuk usaha perikanan, perternakan dan pertanian.

Pemilihan atas sumber air tergantung pada kondisi dan situasi

setempat. Karena air merupakan kebutuhan yang vital sehingga melalui air

dapat terjadinya penularan penyakit atau mungkin juga keracunan karena air

tersebut mengandung zat yang dapat mengakibatkan keracunan. Ada

beberapa parameter yang harus dipenuhi agar air bisa digunakan menurut

jenis-jenis kebutuhannya.

Penduduk yang tinggal di daerah pasang surut dan daerah rawa di

Sumatera dan Kalimantan menghadapi kesulitan memperoleh air bersih

untuk keperluan rumah tangga terutama air minum, hal ini disebabkan

karena sumber air yang terdapat di daerah tersebut adalah air gambut yang

berwarna sangat coklat dan bersifat asam. Daerah rawa atau gambut,

merupakan contoh daerah yang memiliki pH air yang rendah, tetapi

masyarakat tetap menggunakan air tersebut, karena sulitnya mendapatkan

air bersih yang memenuhi syarat kesehatan. Warna air gambut cokelat tua,

kandungan zat organik tinggi, kadar logam Fe juga tinggi, agar air tersebut

dapat diminum maka diperlukan proses pengolahan kadar zat organik

tersebut (nilai Mn, warna, pH dan Fe).

Fakta ini dapat ditemui di desa-desa tertinggal daerah Kalimantan

Selatan, salah satunya seperti yang terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Utara,
2

Kecamatan Danau Panggang dengan luas wilayah sebanyak 293 km²,

dimana sumber air yang berlimpah dari segi kuantitas, tetapi dari segi

kualitas sumber daya air sangat minim. dengan (luas wilayah hampir 65 %),

daerah rawa gambut. (BAPPEDA KAB HSU, 2007) Apabila air gambut

digunakan secara terus menerus tanpa pengelola terlebih dahulu akan

berdampak terhadap kesehatan masyarakat terutama penyakit diare (pH

rendah).

Kecamatan Danau Panggang dengan jumlah penduduk sebanyak

20.614 jiwa, baru sekitar 30 % menggunakan air bersih yang memenuhi

syarat kesehatan atau sebesar 6184 jiwa, berasal dari sarana PDAM,

Sumur Pompa Tangan Dangkal maupun sumur gali (Puskesmas Danau

Panggang, 2008). Sisanya menggunakan air sungai 20% dan 50%

menggunakan air rawa (gambut) disekitar tempat tinggalnya.

Berdasarkan uji laboratorium yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Hulu Sungai Utara, 2004, selain mengandung kadar besi yang

tinggi (0.9 mg/l) juga mengandung pH yang rendah asam (4,6). Air bersih

yang berasal dari PDAM hanya dipergunakan oleh masyarakat yang mampu

atau ekonomi yang cukup sejahtera, itupun terbatas pada daerah ibu kota

Kecamatan.

Berdasarkan kondisi masyarakat tersebut maka perlu dibuat teknologi

tepat guna. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan arang aktif dari

tempurung kelapa dalam rangka menurunkan kadar Fe dan menaikkan pH

sehingga air gambut tersebut apabila dikonsumsi akan mengurangi dampak

terhadap kesehatan masyarakat


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambut

Gambut mempunyai karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh

jenis tanah yang lain. Sifat fisik yang dimiliki adalah mampu menyerap air

yang sangat tinggi, sebaliknya apabila dalam kondisi yang kering (kering

berkelanjutan), gambut sangat ringan dengan berat volume yang sangat

rendah (0.1-0.2 g/cm³), mempunyai sifat hidrofobik (sulit) menyerap air dan

akan mengambang apabila terkena air. Kondisi demikian mengakibatkan

gambut mengalami amblesan (subsidensi) dan mudah terbakar. Sifat kimia,

sangat tergantung pada jenis tumbuhan yang membentuk gambut, keadaan

tanah dasarnya, pengaruh luar (seperti endapan, sungai/bungkir, endapan

vulkanis) dan sebagainya. Secara umum gambut bereaksi masam, hal ini

disebabkan oleh keluarnya asam-asam organik.

Tabel 1 Hasil penelitian Suhardjo dan Adhi (1976), Pangudiatno (1974)


karakteristik gambut

Karakteristik gambut Kalimantan Riau


1. Ph 3,5 – 4,7 3,3
2. Kandungan N 1,13 % - 1,98 % 1,44 %- 1,80 %
3. Kandungan C 49,8 %- 54-11 % 74.83- 83.84 %
4. Kandungan,P,K,Ca dan Mg Rendah rendah

(http://www.personal.umich.edu/thoumi/Rersearch/Carbon/Forest,%20Wellan
ds$20International).

Lahan gambut mempunyai penyebaran di lahan rawa, yaitu lahan

yang menempati posisi peralihan diantara daratan dan sistem perairan.


4

Lahan ini sepanjang tahun/selama waktu yang panjang dalam selalu jenuh

air (water logged) atau tergenang air. Tanah gambut terdapat di cekungan,

depresi atau bagian-bagian terendah di pelimbahan dan menyebar di

dataran rendah sampai tinggi. Yang paling dominan dan sangat luas adalah

lahan gambut yang terdapat di lahan rawa di dataran rendah sepanjang

pantai. Lahan gambut sangat luas umumnya menempati depresi luas yang

menyebar diantara aliran bawah sungai besar dekat muara, dimana gerakan

naik turunnya air tanah dipengaruhi pasang surut harian air laut.

Penyebaran lahan gambut secara dominan terdapat di pantai timur

pulau Sumatera, pantai barat dan selatan pulau Kalimantan dan pantai

selatan dan utara pulau Irian Jaya. Penyebaran dan data luas gambut di

Indonesia yang lebih pasti dan akurat belum dapat dipastikan, terkecuali

Sumatera yang gambutnya secara relatif telah banyak diteliti selama

berlangsungnya Proyek Pembukaan Pasang Surut 1969-1984 (Subagyo,

et al, 1996).

Tanah gambut di daerah tropis bahan penyusun berasal dari kayu-

kayuan, dalam keadaan tergenang, sifat menyusut dan subsidence

(penurunan permukaan gambut) karena drainase, kering tidak balik, pH yang

sangat rendah dan status kesuburan tanah yang rendah. Pengembangan

usaha pertanian sangat dibatasi oleh beberapa hal di atas (Andriesse, 1988)

Tanah gambut di daerah tropis bahan penyusun berasal dari kayu-

kayuan, dalam keadaan tergenang, sifat menyusut dan subsidence

(penurunan permukaan gambut) karena drainase, kering tidak balik, pH yang


5

sangat rendah dan status kesuburan tanah yang rendah. Pengembangan

usaha pertanian sangat dibatasi oleh beberapa hal di atas (Andriesse, 1988).

Hasil penelitian Puslitbang Sumber Daya Air Dep Pekerjaan Umum

(1995) di Kecamatan Gambut dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan

mempunyai karakteristik yang ekstrim yaitu pH berkisar antara 3,7– 4,3,

warna 124-571, kandungan zat organik dengan nilai KMNO4 antara 38-280

mg/lt, kadar logam terlarut Fe antara 0,45-5,96 mg/lt dan Zn antara 0,31-

0,36 mg/lt, Agar air gambut tersebut dapat diminum diperlukan proses

pengolahan kadar zat tersebut

B. Pengolahan air

1. Arang Aktif
Arang adalah suatu bahan padat yang berpori-pori dan merupakan

hasil pembakaran dari bahan yang mengandung unsur C. Arang aktif adalah

arang yang sudah diaktifkan sehingga pori-porinya terbuka dengan demikian

daya serapnya tinggi

Arang aktif adalah arang konfigurasi atom karbonnya dibebaskan dari

ikatan dengan unsur lain serta rongga atau pori dibersihkan dari senyawa

lain atau kotoran sehingga permukaan dan pusat aktif menjadi luas atau

daya adsorsi terhadap cairan atau gas akan mengikat (Pari, 2004)

Menurut Cherminisoff dan Ellerbusch (1990) dalam Departemen

Perindustrian RI (1994), arang aktif adalah arang yang sudah diaktifkan

sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian daya serapnya tinggi,

Arang aktif berbentuk amorf, berwarna hitam, tidak berbau, tidak

berasa serta mempunyai daya adsorbsi yang jauh lebih besar dibandingkan
6

dengan arang yang belum mengalami proses aktivitas (Departemen

Perindustrian dan Perdagangan, 1999).

Dengan mengaktifkan arang berarti menghilangkan zat-zat yang

menutupi pori-pori pada permukaan arang. Zat yang menutupi permukaan

tersebut dapat berupa hidrokarbon, dengan hilang atau lepasnya hidrokarbon

tersebut akan memperluas permukaan sehingga daya adsorben lebih tinggi

(Departemen Perindustrian dan Perdagangan 1999).

Bahan baku arang dapat berasal dari bahan nabati atau hasil ikutan

lainnya dan bahan hewani diantaranya serbuk gergaji, ampas tebu, tongkol

jagung, tulang, biji pala, tempurung kelapa dan sebagainya. Mutu yang

dihasilkan tergantung dari bahan baku, bahan pengaktif dan cara

pembuatanya.

Arang aktif yang dihasilkan dari tempurung kelapa menghasilkan

arang yang kuat dan padat serta cocok untuk menyerap gas sedangkan

selulosa menghasilkan arang yang lunak dan cocok untuk menjernihkan air.

Arang aktif banyak digunakan dalam berbagai industri, misalnya

dalam industri pangan arang aktif digunakan sebagai penyerap warna, gas

dan peroksida dalam pemurnian minyak. Demikian juga dalam pemurnian

gula. Arang aktif juga dipakai untuk menghilangkan zat warna, menyerap

senyawa nitrogen dan ”lyphohilickolloids” sehingga proses penyaringan

menjadi lebih sempurna.

Selain digunakan di industri pangan, arang aktif juga digunakan untuk

memurnikan bahan kimia seperti asam sitrat, monosodium glutamat,

penicillin dan lain-lain dalam industri kimia dan farmasi.


7

2. Adsorbsi

Menurut Martin (1961), adsorbsi adalah proses penyerapan zat. Zat

yang dapat menyerap disebut adsorben. Adsorbsi terjadi pada permukaan

zat padat yang disebabkan oleh adanya gaya tarik-menarik atom atau

molekul pada permukaan zat padat karena tidak jenuhnya permukaan zat

tersebut. Adsorbsi dapat terjadi antara fase-fase padat-larutan dan gas-

larutan.

Sukardjo (1990) menyatakan bahwa penyerapan zat dari larutan

bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut. Bila dalam

larutan ada dua zat atau lebih, zat yang satu akan diserap lebih kuat dari

yang lain. Zat-zat yang dapat menurunkan tegangan muka antara akan lebih

kuat diserap. Makin kompleks zat yang terlarut, makin kuat diserap oleh

adsorben. Makin tinggi temperatur makin kecil daya serap, namun demikian

pengaruh temperatur tidak sebesar seperti pada adsorbsi gas.

Menurut Sugiharto (1987), penyerapan secara umum adalah proses

mengumpulkan benda-benda terlarut yang terdapat dalam larutan antar dua

permukaan. Antar permukaan itu bias antara cairan dan gas, zat padat atau

lain cairan, bahkan penyerapan dipergunakan pada permukaan zat padat

dan zat yang kental. Bahan yang diserap disebut adsorbate atau solute,

sedangkan bahan penyerapnya dikenal sebagai adsorben.

3. Natrium Karbonat (Na2CO3)

Mutu arang aktif yang dihasilkan tergantung dari bahan baku, bahan

pengaktif dan cara pembuatannya. Untuk melakukan aktivitas daya absorpsi

arang aktif maka banyak digunakan bahan kimia. Bahan yang digunakan
8

tersebut dapat berupa asam, basa dan garam. Contoh bahan kimia tersebut

misalnya NaOH, KOH, H3PO4, ZnCl2, NH4HCO3(NH4)CO3 dan NaCO3, serta

masih banyak lagi bahan kimia lainnya yang bisa digunakan sebagai

aktivator dalam pembuatan arang aktif. Konsentrasi bahan kimia dapat

berkisar antara 1,0% sampai 5%, tergantung dari jenis bahan kimia dan

bahan baku yang digunakan (Pari, 2004).

Senyawa Natrium Karbonat (Na2CO3) termasuk salah satu senyawa

karbonat terpenting selain senyawa Kalsium Karbonat. Na2CO3 merupakan

senyawa garam-garam yang mengandung ion N+ dan ion CO23-. Natrium

karbonat berwarna putih dan larut dalam air. Natrium karbonat disebut juga

soda pembersih, yang dapat juga digunakan untuk membuat gelas dan untuk

melunakan air sadah. Senyawa natrium karbonat apabila terurai tidak akan

menghasilkan oksida logam, dan tidak membebaskan gas karbondioksida

seperti halnya senyawa garam karbonat logam lainnya (Ahmad, 2000).

Garam-garam natrium karbonat memiliki sifat fisika dan kimia garam

yang sangat menguntungkan, yaitu memiliki ukuran kristal yang relatif serba

sama, stabil, mudah mengalir dan tidak membentuk kerak. Selain itu

pembuatannya sangat menguntungkan, ditandai oleh sifatnya yang mudah,

cepat dan larut dengan sempurna di dalam air, mudah dicampur

dengan zat warna dan pewangi, sangat baik untuk menurunkan

kesadahan, serta memiliki pH sekitar 9,8

(http://www.geocities.com/kimiakita/kimia.doc).

Senyawa Na2CO3 mudah didapatkan dan dijual bebas di pasaran

dengan harga yang relatif murah, bahan kimia ini banyak digunakan sebagai
9

bahan pembuatan minuman atau tabel effervescent (produk-produk seperti

CDR, Redoxon, Extrajos, Tab, Fit up, Supradin dan sejenisnya), selain itu

juga digunakan sebagai komponen utama sabun mandi

(http://www.pikiran_rakyat.com/cetak/2007/0703/10/cakrawala_suplemen

/indek.php)

4. Kelapa

Pohon kelapa (Cocos nucifera L) disebut juga dengan pohon nyiur

biasanya tumbuh pada daerah atau kawasan tepi pantai termasuk famili

Palmaceae, merupakan tanaman yang hidup di lebih dari 80 negara tropis.

Tanaman ini merupakan tanaman serba guna karena hampir seluruh bagian

dari tanaman ini dapat dimanfaatkan menjadi berbagai hasil olahan yang

mempunyai nilai ekonomi yang tinggi (http:/www.e-

smartschool.com/PNU/005/PNU0050007)

Tanaman ini biasa hidup pada daerah sekitar khatulistiwa dan dapat

ditanam sampai ketinggian 200 m dpl. Kelapa termasuk jenis tanaman yang

mempunyai buah berukuran cukup besar. Batang pohon kelapa umumnya

berdiri tegak dan tidak bercabang, dapat mencapai 10 - 14 m lebih.

Daunnya berpelepah, panjangnya dapat mencapai 3 – 4 m lebih

dengan sirip-sirip lidi yang menopang tiap helaian. Buahnya terbungkus

dengan serabut dan batok yang cukup luat sehingga untuk memperoleh

buah kelapa harus dikuliti terlebih dahulu.

Kelapa yang sudah besar dan subur dapat menghasilkan 2 – 10 buah

kelapa setiap tangkainya. Nama lain kelapa, nyiur (Indonesia), Coconut


10

(Inggris), cocotier (Perancis), kambil, kerambil, kelapa (Jawa)

(http://www.taniternak.com/forum/viewtopic.php).

Tempurung kelapa dapat dibakar langsung sebagai bahan bakar, atau

diolah menjadi arang. Arang batok kelapa dapat digunakan sebagai bahan

bakar atau diolah menjadi arang aktif yang diperlukan oleh berbagai industri

pengolahan.

Penggunaan arang tempurung kelapa dapat memperbaiki kualitas air

sumur secara kimia, penggunaan arang tempurung kelapa menurunkan

kadar mangan dan besi paling efektif adalah pada perlakuan selama 30

menit pertama (eprints.ums.ac.id/264/1/tuti rahayu, 2008).

Menurut Sembiring, MT dan Sarmaniaga. T (2003), menyimpulkan

bahwa arang aktif tempurung kelapa mengadsorbsi gas dan senyawa-

senyawa kimia tertentu atau sifat adsorbsinya selektif, tergantung pada besar

dan volume pori-pori luas permukaan serta bahan baku yang digunakan.

Daya serap aktif sangat besar yaitu 25-100 %.

5. pH Larutan Asam dan Basa

pH larutan meruapakan parameter yang digunakan untuk menunjukan

tingkat keasaman maupun kebasaan larutan. Jika larutan mengandung

asam, maka jumlah H+ dalam larutan tersebut akan bertambah. Akibatnya,

konsentrasi H+ dalam larutan lebih besar daripada OH-. Sebaliknya, jika

larutan mengandung basa maka konsentrasi OH- dalam larutan lebih besar

daripada H+.
11

Tabel 2. Kisaran umum kadar pH dan sifatnya

Kadar pH Sifat
1-6 Asam
6,8-8 Netral
8- 14 Basa

Asam adalah partikel yang dapat menerima pasangan elektron dari

partikel lain untuk membentuk ikatan kovalen kordinasi, sedangkan basa

adalah partikel yang dapat memberikan pasangan elektron dari partikel lain

untuk membentuk ikatan kovalen kordinasi.

pH juga dipakai dalam penentuan standar kualitas air. Parameter

yang umum di pakai dalam menentukan standar kualitas air di perairan

umum berdasarkan Peraturan Pemerintah No 20 tahun 1990. Ada tiga

parameter yang di pakai yaitu fisika, kimia anorganik dan kimia organik. Dari

ketiga parameter tersebut dalam kimia anorganik kadar pH yang ada

minimal 5 mg/lt untuk semua jenis golongan. (http://www.o-

fish.com/Air/kemasaman.php(o-fish).

Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah

terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air minum. Air

adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidak

netral dapat melarutkan berbagai element kimia yang dilaluinya (Slamet JS,

1994).

6. Besi (Fe)

Besi di dalam air adalah besi terlarut yang wujudnya berupa senyawa

besi klorida (Cl), bikarbonat( HCO3)2, atau sulfat (SO4). Kehadiran oksigen
12

terlarut dalam air dapat mengoksidasi besi (II) menjadi besi (III), lalu bereaksi

dengan ion hidroksida (OH-) membentuk senyawa tak larut Fe (OH)3, itu

sebabnya ion besi (II) hanya ditemukan di air yang tak beroksigen seperti

tanah, air di dasar danau, atau sungai yang septik (nihil oksigen). Pada

bilangan oksidasi yang tinggi berbentuk presipitat Fe2O3, besi (III) oksida

atau karat berwarna coklat kemerahan dan MnO2 atau Mangan (IV)

berwarna coklat- hitam.

Oksigen terlarut dalam air mampu mengoksidasi besi dan mangan

menjadi bentuk tak larut yaitu besi (II) dan Mangan (IV). Apabila kondisi

airnya menjadi anaerob (reduksi) kembali, maka besi dan mangan itu akan

terlarut kembali. Oleh karena itu, pasir tanah sangat banyak mengandung

mineral ini. Dasar sungai dan danau biasanya berkondisi anaerob sehingga

endapannya ada yang melepaskan besi dan mangan ke air yang ikut

memperbesar konsentrasinya.

Itu sebabnya di air permukaan yang teraerasi masih bisa ditemukan

besi dan mangan dalam jumlah banyak karena laju konversi besi dan

mangan terlarut menjadi tak larut lebih lambat daripada laju pembentukannya

atau karena ada masukan dari sumber lain.

Kandungan besi dalam jumlah kecil dibutuhkan tubuh untuk proses

pembentukan sel-sel darah merah, besi dalam ikatan protoporpyrin dalam

haemoglobin darah merupakan bagian yang terpenting dalam mengikat

oksigen (Talwar, 1980). Sedangkan kekurangan unsur besi menyebabkan

kekurangan produksi haemoglobin (Hb) yang pada akhirnya dapat

menyebabkan anemia hypocrom. Kandungan besi normal dalam tubuh


13

(darah) antara 75 -175 mikrogram/100 cc. Selain untuk pembuatan Hb, besi

juga diperlukan untuk pembuatan sel-sel jaringan.

Sedangkan kelebihan unsur besi dalam tubuh dapat menyebabkan

gangguan terhadap kesehatan. Garam-garam Ferri dapat mengiritasi

sukrosa lambung dan usus, terutama pada perut yang kosong. Keracunan

logam ini ditandai dengan gejala-gejala rasa sakit pada bagian epigastrium

dan diare (Chatib, 1998).


8

tersebut dapat berupa asam, basa dan garam. Contoh bahan kimia tersebut

misalnya NaOH, KOH, H3PO4, ZnCl2, NH4HCO3(NH4)CO3 dan NaCO3, serta

masih banyak lagi bahan kimia lainnya yang bisa digunakan sebagai

aktivator dalam pembuatan arang aktif. Konsentrasi bahan kimia dapat

berkisar antara 1,0% sampai 5%, tergantung dari jenis bahan kimia dan

bahan baku yang digunakan (Pari, 2004).

Senyawa Natrium Karbonat (Na2CO3) termasuk salah satu senyawa

karbonat terpenting selain senyawa Kalsium Karbonat. Na2CO3 merupakan

senyawa garam-garam yang mengandung ion N+ dan ion CO23-. Natrium

karbonat berwarna putih dan larut dalam air. Natrium karbonat disebut juga

soda pembersih, yang dapat juga digunakan untuk membuat gelas dan untuk

melunakan air sadah. Senyawa natrium karbonat apabila terurai tidak akan

menghasilkan oksida logam, dan tidak membebaskan gas karbondioksida

seperti halnya senyawa garam karbonat logam lainnya (Ahmad, 2000).

Garam-garam natrium karbonat memiliki sifat fisika dan kimia garam

yang sangat menguntungkan, yaitu memiliki ukuran kristal yang relatif serba

sama, stabil, mudah mengalir dan tidak membentuk kerak. Selain itu

pembuatannya sangat menguntungkan, ditandai oleh sifatnya yang mudah,

cepat dan larut dengan sempurna di dalam air, mudah dicampur

dengan zat warna dan pewangi, sangat baik untuk menurunkan

kesadahan, serta memiliki pH sekitar 9,8

(http://www.geocities.com/kimiakita/kimia.doc).

Senyawa Na2CO3 mudah didapatkan dan dijual bebas di pasaran

dengan harga yang relatif murah, bahan kimia ini banyak digunakan sebagai
9

bahan pembuatan minuman atau tabel effervescent (produk-produk seperti

CDR, Redoxon, Extrajos, Tab, Fit up, Supradin dan sejenisnya), selain itu

juga digunakan sebagai komponen utama sabun mandi

(http://www.pikiran_rakyat.com/cetak/2007/0703/10/cakrawala_suplemen

/indek.php)

4. Kelapa

Pohon kelapa (Cocos nucifera L) disebut juga dengan pohon nyiur

biasanya tumbuh pada daerah atau kawasan tepi pantai termasuk famili

Palmaceae, merupakan tanaman yang hidup di lebih dari 80 negara tropis.

Tanaman ini merupakan tanaman serba guna karena hampir seluruh bagian

dari tanaman ini dapat dimanfaatkan menjadi berbagai hasil olahan yang

mempunyai nilai ekonomi yang tinggi (http:/www.e-

smartschool.com/PNU/005/PNU0050007)

Tanaman ini biasa hidup pada daerah sekitar khatulistiwa dan dapat

ditanam sampai ketinggian 200 m dpl. Kelapa termasuk jenis tanaman yang

mempunyai buah berukuran cukup besar. Batang pohon kelapa umumnya

berdiri tegak dan tidak bercabang, dapat mencapai 10 - 14 m lebih.

Daunnya berpelepah, panjangnya dapat mencapai 3 – 4 m lebih

dengan sirip-sirip lidi yang menopang tiap helaian. Buahnya terbungkus

dengan serabut dan batok yang cukup luat sehingga untuk memperoleh

buah kelapa harus dikuliti terlebih dahulu.

Kelapa yang sudah besar dan subur dapat menghasilkan 2 – 10 buah

kelapa setiap tangkainya. Nama lain kelapa, nyiur (Indonesia), Coconut


10

(Inggris), cocotier (Perancis), kambil, kerambil, kelapa (Jawa)

(http://www.taniternak.com/forum/viewtopic.php).

Tempurung kelapa dapat dibakar langsung sebagai bahan bakar, atau

diolah menjadi arang. Arang batok kelapa dapat digunakan sebagai bahan

bakar atau diolah menjadi arang aktif yang diperlukan oleh berbagai industri

pengolahan.

Penggunaan arang tempurung kelapa dapat memperbaiki kualitas air

sumur secara kimia, penggunaan arang tempurung kelapa menurunkan

kadar mangan dan besi paling efektif adalah pada perlakuan selama 30

menit pertama (eprints.ums.ac.id/264/1/tuti rahayu, 2008).

Menurut Sembiring, MT dan Sarmaniaga. T (2003), menyimpulkan

bahwa arang aktif tempurung kelapa mengadsorbsi gas dan senyawa-

senyawa kimia tertentu atau sifat adsorbsinya selektif, tergantung pada besar

dan volume pori-pori luas permukaan serta bahan baku yang digunakan.

Daya serap aktif sangat besar yaitu 25-100 %.

5. pH Larutan Asam dan Basa

pH larutan meruapakan parameter yang digunakan untuk menunjukan

tingkat keasaman maupun kebasaan larutan. Jika larutan mengandung

asam, maka jumlah H+ dalam larutan tersebut akan bertambah. Akibatnya,

konsentrasi H+ dalam larutan lebih besar daripada OH-. Sebaliknya, jika

larutan mengandung basa maka konsentrasi OH- dalam larutan lebih besar

daripada H+.
11

Tabel 2. Kisaran umum kadar pH dan sifatnya

Kadar pH Sifat
1-6 Asam
6,8-8 Netral
8- 14 Basa

Asam adalah partikel yang dapat menerima pasangan elektron dari

partikel lain untuk membentuk ikatan kovalen kordinasi, sedangkan basa

adalah partikel yang dapat memberikan pasangan elektron dari partikel lain

untuk membentuk ikatan kovalen kordinasi.

pH juga dipakai dalam penentuan standar kualitas air. Parameter

yang umum di pakai dalam menentukan standar kualitas air di perairan

umum berdasarkan Peraturan Pemerintah No 20 tahun 1990. Ada tiga

parameter yang di pakai yaitu fisika, kimia anorganik dan kimia organik. Dari

ketiga parameter tersebut dalam kimia anorganik kadar pH yang ada

minimal 5 mg/lt untuk semua jenis golongan. (http://www.o-

fish.com/Air/kemasaman.php(o-fish).

Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah

terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air minum. Air

adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidak

netral dapat melarutkan berbagai element kimia yang dilaluinya (Slamet JS,

1994).

6. Besi (Fe)

Besi di dalam air adalah besi terlarut yang wujudnya berupa senyawa

besi klorida (Cl), bikarbonat( HCO3)2, atau sulfat (SO4). Kehadiran oksigen
12

terlarut dalam air dapat mengoksidasi besi (II) menjadi besi (III), lalu bereaksi

dengan ion hidroksida (OH-) membentuk senyawa tak larut Fe (OH)3, itu

sebabnya ion besi (II) hanya ditemukan di air yang tak beroksigen seperti

tanah, air di dasar danau, atau sungai yang septik (nihil oksigen). Pada

bilangan oksidasi yang tinggi berbentuk presipitat Fe2O3, besi (III) oksida

atau karat berwarna coklat kemerahan dan MnO2 atau Mangan (IV)

berwarna coklat- hitam.

Oksigen terlarut dalam air mampu mengoksidasi besi dan mangan

menjadi bentuk tak larut yaitu besi (II) dan Mangan (IV). Apabila kondisi

airnya menjadi anaerob (reduksi) kembali, maka besi dan mangan itu akan

terlarut kembali. Oleh karena itu, pasir tanah sangat banyak mengandung

mineral ini. Dasar sungai dan danau biasanya berkondisi anaerob sehingga

endapannya ada yang melepaskan besi dan mangan ke air yang ikut

memperbesar konsentrasinya.

Itu sebabnya di air permukaan yang teraerasi masih bisa ditemukan

besi dan mangan dalam jumlah banyak karena laju konversi besi dan

mangan terlarut menjadi tak larut lebih lambat daripada laju pembentukannya

atau karena ada masukan dari sumber lain.

Kandungan besi dalam jumlah kecil dibutuhkan tubuh untuk proses

pembentukan sel-sel darah merah, besi dalam ikatan protoporpyrin dalam

haemoglobin darah merupakan bagian yang terpenting dalam mengikat

oksigen (Talwar, 1980). Sedangkan kekurangan unsur besi menyebabkan

kekurangan produksi haemoglobin (Hb) yang pada akhirnya dapat

menyebabkan anemia hypocrom. Kandungan besi normal dalam tubuh


13

(darah) antara 75 -175 mikrogram/100 cc. Selain untuk pembuatan Hb, besi

juga diperlukan untuk pembuatan sel-sel jaringan.

Sedangkan kelebihan unsur besi dalam tubuh dapat menyebabkan

gangguan terhadap kesehatan. Garam-garam Ferri dapat mengiritasi

sukrosa lambung dan usus, terutama pada perut yang kosong. Keracunan

logam ini ditandai dengan gejala-gejala rasa sakit pada bagian epigastrium

dan diare (Chatib, 1998).


III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh perlakuan dalam rangka menurunkan kadar Fe dan menaikkan pH

air

2. Interaksi perlakuan terhadap kadar besi dan pH air.

3 Konsentrasi terbaik dan waktu tercepat dalam menurunkan kadar besi dan

menaikkan pH air,

B. Manfaat Penelitian

1. Aspek keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

keilmuan

2. Aspek guna laksana, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu

memecahkan permasalahan, pengolahan air gambut dan dapat diterapkan

oleh masyarakat khususnya masyarakat yang berada dalam kawasan

tersebut sehingga meningkatkan derajat kesehatannya.

3. Aspek sosial, menumbuhkan kepekaan masyarakat terhadap lingkungannya

agar sumber daya alam yang ada dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin

sehingga masyarakat yang berada di daerah rawa/gambut dapat memperoleh

air bersih untuk keperluan sehari-hari.


IV. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium POLTIKES

Banjarbaru, dengan metode eksperiment, sampel air diambil di daerah

kecamatan Danau Panggang Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan

Selatan. Waktu penelitian pada selama tiga bulan terhitung dari bulan

Oktober sampai Desember 2009.

Sample air dipergunakan sebagai air baku untuk air minum. Kegiatan

ini meliputi pengambilan sample, analisa laboratorium dan penyusunan hasil

penelitian.

B. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Gelas

Beaker,Oven,pH Meter, Sudip, Cawan, Ayakan Ukuran 100 mesh, Neraca

analitik, Tissue gulung , Botol sampel/jerigen, Stopwatch, Kalkulator,

Kamera, Alat tulis menulis, Baskom, Jerigen

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Arang tempurung kelapa 100 gram

2. Air rawa 50 liter

3. Natrium Karbonat (Na2CO3) 10 gram.

4. Aquades

C. Prosedur Penelitian

1. Proses Pengambilan Sampel Air Gambut


16

a. Menyiapkan botol sampel yang telah disterilkan dengan pencucian

dengan aquades.

b. Mengambil sampel air

c. Menuangkan sampel ke dalam jerigen hingga penuh

d. Menulis label dan melampirkan pada jerigen

e. Menguji sampel ke laboratorium.

2. Proses Pembuatan Arang Aktif

a. Mempersiapkan bahan baku berupa arang tempurung kelapa

b. Menghancurkan arang menjadi ukuran 100 mesh

c. Mencuci arang dengan aquades

d. Merendam arang dalam baskom bersama larutan aktivator Natrium

Karbonat 10 gram bersama aquades selama 24 jam, lalu meniriskannya

e. Mengaktivasi arang dalam tanur dengan suhu ± 4000C selama 30

menit
17

Arang tempurung kelapa Proses menghancurkan arang Ayakan 100 mesh Cuci dg aquades

Menghancurkan arang Mengaktifkan dalam tanur Merendam Na2CO3 +


Aqudes

Gambar 1. Proses pembuatan arang aktif tempurung kelapa

3. Penetralan dengan menggunakan arang aktif tempurung kelapa

a. Mengisi gelas beaker sebanyak 1000 ml dengan air gambut

b. Menimbang arang aktif masing-masing, 0,3 gram, 0,6 gram dan 0,9

gram

c. Memasukkan masing-masing arang aktif kedalam gelas beaker 1000 ml

yang berisi air gambut kemudian diaduk.

d. Setiap 5 menit diukur kadar pH air sampai menit ke 15.


18

D. Rancangan Penelitian

Rancangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rancangan acak

lengkap (RAL) dengan percobaan faktorial yaitu perbedaan konsetrasi arang

aktif dan waktu perendaman yang terlihat pada Tabel 3.

Model umum rancangan penelitian ini adalah :

Yij = µ + αi + βj + (αβ) ij + єijk

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, kelompok j dan ulangan


ke-k
µ = Nilai tengah umum
αi = Pengaruh faktor α ke-i pada perlakuan ke-j ulangan ke-k
βj = Pengaruh faktor β ke-i pada perlakuan ke-j ulangan ke-k
(αβ)ij = Pengaruh interaksi faktor A dan B pada perlakuan ke-i dan ke-j
Єij = Kesalahan percobaan pada perlakuan ke-i, kelompok ke-j, dan
ulangan ke-k
Dimana :
i = konsentrasi arang aktif
j = waktu penetralan
k = perlakuan ke-1,2, dan 3
19

Tabel 3. Rancangan percobaan acak lengkap 4x3x3 untuk uji air gambut
(pH, Fe) dengan tempurung kelapa

B1 B2 B3 Jumlah Rata-
rata
A1B1 A1B2 A1B3
A1B1 A1B2 A1B3
A1 A1B1 A1B2 A1B3
A1B1 A1B2 A1B3
A1B1 A1B2 A1B3
Jumlah
Rata-rata
A2B1 A2B2 A2B3
A2B1 A2B2 A2B3
A2 A2B1 A2B2 A2B3
A2B1 A2B2 A2B3
A2B1 A2B2 A2B3
Jumlah
Rata-rata
A3B1 A3B2 A3B3
A3B1 A3B2 A3B3
A3 A3B1 A3B2 A3B3
A3B1 A3B2 A3B3
A3B1 A3B2 A3B3
Jumlah
Rata-rata

Keterangan :
A1 = Konsentarasi arang aktif 0,3 gram dalam 1 liter air
A2 = Konsentarasi arang aktif 0,6 gram dalam 1 liter air
A3 = Konsentarasi arang aktif 0,9 gram dalam 1 liter air
B1 = Waktu perendaman pada 5 menit
B2 = Waktu perendaman pada 10 menit
B3 = Waktu perendaman pada 15 menit

E. Analisis data

Sebelum data diolah terlebih dahulu data di uji kenormalannya

dengan menggunakan uji Liliefors dan untuk kehomogenan ragamnya

dengan uji Barlett (Karim, 1989). Untuk mengetahui pengaruh perlakuan


20

terhadap respon yang diamati digunakan Tabel analisis keragaman seperti

pada Tabel 4.

Tabel 4. Analisis keragaman masing-masing perlakuan.

Deraj Jumlah F tabel


Sumber Kuadra
at kuadra t F Hitung
keragaman 5% 1%
bebas t tengah

Perlakuan Ab-1 JKP


A a–1 JKA
B b–1 JKB
AB (a-1)(b-) JKAB JK/db KTP/KTG
Galat (axb)(n-) JKG
Total Rt-1 KT - - - -

Pengaruh perlakuan ditetapkan berdasarkan nilai F hitung dengan F

tabel pada tingkat 5% dan 1%, kriteria yang dipakai adalah :

1. Jika F hitung ≤ F tabel 5% berarti perlakuan tidak berpengaruh nyata

terhadap variabel yang diteliti.

2. Jika F hitung ≥ F tabel 5% berarti perlakuan berpengaruh terhadap

variabel yang diteliti

3. Jika F hitung ≥ F tabel 1% berarti perlakuan berpengaruh sangat nyata

terhadap variabel yang diteliti.

Untuk mengetahui perbedaan pengaruh masing-masing perlakuan

maka dilakukan uji beda. Macam uji beda yang diterapkan, menurut

Hanafiah (2000) sebaiknya dihubungkan dengan ”koefisien Keragaman

(KK)” yaitu suatu koefisien yang menunjukan derajat keakuratan dan


21

kehandalan hasil yang diperoleh dari suatu percobaan. Koefisien

Keragaman dinyatakan :

KK = KTgalat x 100%
__
Y

Keterangan :

KK = Koefesien keragaman

KTG = Kuadrat tengah galat

Ў = Rata-rata seluruh pengamatan

Untuk mendapatkan ketelitian hasil dari pengaruh perlakuan yang

diberikan, maka dibuat hubungan nilai koefisien keragaman dan macam uji

beda yang sebaiknya dipakai, yaitu :

a. Jika KK kecil(minimal 10% pada kondisi homogen atau minimal 20%

pada kondisi hetrogen), uji yang dilakukan adalah uji BJND (Duncan).

b. Jika KK sedang (antara 5% - 10% pada kondisi homogen atau antara

10% - 20% pada kondisi hydrogen) menggunakan BNT (uji beda

terkecil).

c. Jika KK besar (maksimal 5% pada kondisi homogen atau antara

maksimal 10% pada kondisi heterogen), menggunakan BNJ (beda nyata

jujur).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Kondisi Sanitasi dan Penyediaan Air Bersih

Berdasarkan data Puskesmas Danau Panggang (2008) baru sekitar

30 % penduduk (6.184 jiwa) yang menggunakan air bersih memenuhi

syarat kesehatan. Air bersih tersebut diperoleh dari sambungan PDAM,

sumur pompa tangan dan sumur gali. Sisanya menggunakan air sungai

(20%) dan 50 % menggunakan air rawa (gambut) yang ada di sekitar tempat

tinggalnya.

Kondisi sumur pompa tangan di wilayah Kecamatan Danau Panggang

juga banyak yang rusak ataupun pipa-pipanya bocor, sehingga air yang

diambil melalui sumur pompa tangan tersebut bukan berasal dari air bawah

tanah tetapi juga bercampur dengan air gambut.

Hasil pemeriksaan laboratorium kualitas air rawa di Kecamatan

Danau Panggang sebelum diolah dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 5. Kualitas air rawa Kecamatan Danau Panggang sebelum


pengolahan

Batas syarat Batas syarat


NO Parameter Satuan Permenkes Permenkes Nilai
Tahun 1990 Tahun 2002
1. pH - 6,5 – 8,5 6,5 – 8,5 6,48
2. Kekeruhan NTU 25 5 7,99
3 Besi (Fe) mg/l 0,1 0,3 0,9230
4. Mangan (Mn) mg/l 0,5 0,1 0,1041
Jml/100 ml
5. Coli tinja 0 0 2.135
sampel
* = Berdasarkan Permenkes RI No: 416/Menkes/Per/IX/1990 Persyaratan
kualitas air bersih =*
* = Berasarkan Permenkes RI No: 970/Menkes/SK/VII/2002 Persyaratan
kualitas air minum =*
23

2. Kondisi Air Rawa Danau Panggang Setelah Pengolahan

a. Parameter pH

Setelah dilakukan pengolahan dengan perendaman arang aktif

tempurung kelapa, kadar pH air rawa Danau Panggang mengalami kenaikan

yang bervariasi sesuai konsentrasi arang aktif dan lama waktu perendaman.

Hal ini dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 6. Kualitas pH rata-rata setelah diberi arang aktif tempurung kelapa

Faktor B
Faktor A Bo B1 (5 menit) B2(10 menit) B3 (15 menit)
A1 (0,3 gram) 6,66 6,64 6,61
A2 (0,6 gram) 6,48 6,71 6,73 6,70
A3 (0,9 gram) 6,72 6,74 6,76

Keterangan :
Faktor A = Konsentrasi arang aktif Tempurung kelapa
Faktor B = Lama waktu perendaman

Pada tabel 6 di atas terlihat bahwa nilai pH rerata mengalami

kenaikan setelah pemberian arang aktif tempurung kelapa pada masing-

masing konsentrasi dan waktu perendaman. Nilai kenaikan pH rerata

tertinggi terjadi pada perlakuan A3B3 (kombinasi arang katif 0,9 gram

dengan waktu perendaman 15 menit sebesar 6,76) dan kenaikan pH rerata

terkecil terjadi pada perlakuan A1B3 (kombinasi arang aktif 0,3 gram dengan

waktu perendaman 5 menit sebesar 6,61).

Data-data hasil pemeriksaan pH air tersebut kemudian diuji

kenormalannya dengan uji kolmogorov-smirnov didapat hasil bahwa data

menyebar normal, dimana nilai Ki max < Ki tabel dimana nilai Ki max 0,1101
24

sedangkan Ki tab 0,182. Untuk mengetahui kehomogenan ragam dilakukan

uji Bartlett. Hasil pengujian homogenitas pada lampiran 1. menunjukkan

data bersifat homogen, dimana X² hit < X ² tab yaitu X² hit = 8,802

sedangkan X² tab = 15,507. Data-data yang menyebar normal dan homogen

selanjutnya dianalisis keragamannya.

Tabel 7. Analisis keragaman pH pada masing-masing perlakuan

derajat Jumlah Kuadrat


Sumber F hitung
bebas Kuadrat Tengah F tabel
Keragaman
5% 1%
Perlakuan 8 0,0960 0,0120 46,1346** 2,21 3,04
Faktor A 2 0,0848 0,0424 163,1026** 3,26 5,25
Faktor B 2 0,0011 0,0005 2,0769tn 3,26 5,25
Interaksi AB 4 0,0101 0,0025 9,6795** 2,62 3,89
Galat 36 0,0094 0,0003
Total 44 0,1053

Keterangan :
tn = tidak nyata
** = berpengaruh sangat nyata
KK = 0,24%

Hasil analisis keragaman menunjukan F hitung > F tabel pada taraf

5% dan 1% maka H1 diterima dan Ho ditolak, berarti perlakukan konsentrasi

berpengaruh sangat nyata terhadap kenaikan pH air. Koefisien keragaman

dari analisis tersebut adalah 0,24 % sehingga uji beda yang dilakukan

adalah uji beda nyata jujur (BNJ) karena nilai KK kecil. Berdasarkan hasil uji

BNJ tersebut diperoleh perlakuan A3B3 (6.76) memberikan nilai rerata

paling tinggi terhadap kenaikan pH dan berbeda sangat nyata terhadap

perlakuan lainnya.
25

b. Parameter Besi (Fe)

Kadar Besi rerata menunjukan penurunan setelah pemberian arang

aktif tempurung kelapa pada masing-masing konsentrasi dan lama waktu

perendaman. Penurunan Fe terbesar terjadi pada kombinasi perlakukan

A2B3 (kombinasi arang aktif 0,9 gram dan waktu perendaman 10 menit)

sebesar 0,6534 dan penurunan Fe air terkecil pada kombinasi A3B2(

kombinasi arang aktif 0,6 gram dan waktu perendaman 15 menit sebesar

0,8922. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8

Tabel 8. Kadar Fe rerata setelah diberi arang aktif tempurung kelapa

Faktor B
Faktor A B0
B1 (5 menit) B2 (10 menit) B3 (15 menit)
A1 (0,3 gram) 0,7128 0,8531 0,6748
A2 (0,6 gram) 0,9230 0,8677 0,8817 0,6534
A3 (0,9 gram) 0,8803 0,8922 0,8412

Keterangan
Faktor A = Konsentrasi arang aktif Tempurung kelapa
Faktor B = Lama waktu perendaman

Data-data kadar Fe dalam air pada Tabel 11. tersebut kemudian diuji

kenormalannya dengan uji kolmogorov-smirnov hasilnya data menyebar

normal, dimana nilai Kimax < Ki tab, dimana nilai Ki max 0,1680 sedangkan

Ki tab 0,182. Untuk mengetahui bahwa pengamatan mempunyai ragam yang

homogen maka dilakukan uji Bartlett. Hasil pengujian homogenitas didapat

data bersifat homogen, dimana X² hit < X ² tab yaitu X² hit = 15.179

sedangkan X² tab = 15,507. Data yang menyebar normal dan homogen

selanjutnya dianalisis keragamannya.


26

Tabel 9. Analisis keragaman kadar Fe pada masing-masing perlakuan

Derajat Jumlah Kuadrat


Sumber Fhitung Ftabel
bebas Kuadrat Tengah
Keragaman
5% 1%
Perlakuan 8 0,1219 0,0152 1.872,1082** 2,21 3,04
Faktor A 2 0,0372 0,0186 2.288,6922** 3,26 5,25
Faktor B 2 0,0579 0,0290 3.559,5410** 3,26 5,25
Interaksi AB 4 0,0267 0,0067 820,0997** 2,62 3,89
Galat 36 0,0003 0,0000
Total 44 0,1222
Keterangan :
tn = tidak nyata
** = berpengaruh sangat nyata
KK = 0,32%

Hasil analisis keragaman menunjukan F hitung > F tabel 5 % dan F

hitung > F tabel 1% maka diterima H1 dan H0 ditolak, berarti perlakukan

interaksi konsentrasi dan waktu perendaman berpengaruh sangat nyata

pada taraf 5 % dan 1 % terhadap penurunan Fe. Koefisien keragaman dari

analisis tersebut adalah 0,32 % sehingga uji beda yang dilakukan adalah uji

beda nyata jujur (BNJ) karena nilai KK kecil. Berdasarkan hasil uji BNJ

tersebut diperoleh perlakuan A3B2 (konsentrasi 0.9 gr dengan lama

perendaman 10 menit). memberikan nilai rerata paling tinggi (0.9446)

terhadap kadar Fe dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan lainnya,

tetapi karena disini yang diinginkan adalah perlakuan yang memberikan

kadar Fe paling rendah, maka perlakuan yang terbaik adalah A2B3 (0.6534).
27

B. Pembahasan

Air rawa Danau Panggang sebelum pengolahan pH = 6,48, Fe

sebesar 0,9230 mg/l, Mangan sebesar 0,1041 mg/l, kekeruhan 7,99 NTU

dan Coli 2135/100 ml.

Hasil laboratorium ini sesuai dengan hasil Penelitian Warsito, dkk

(1980) dan STTL Yogyakarta (1996) yang meneliti air gambut di Kalimantan

maupun air pasang surut di daerah Jambi dan Riau diketahui secara fisik air

gambut berwarna kecoklatan dan keasaman tinggi (pH 3,5 – 5). Penelitian

Khair, dkk (2007) kualitas air gambut di Kabupaten Banjar pH 4,95.

Penelitian Puslitbang Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum (1995)

di Kecamatan Gambut dan Hulu Sungai Selatan nilai pH 3,7 – 4,3.

Penelitian BTKL PPM Kelas I Banjarbaru (2008) pH di Desa Alalak Padang

Kec. Simpang Empat Kab. Banjar 3,035, Desa Sumber Sari Kec. Simpang

Empat 2,972, Desa Sei Landas Kec. Simpang Empat Kab. Banjar 3,001.

Penggunaan air gambut yang tidak memenuhi syarat kesehatan ini

dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia. Gangguan

kesehatan yang dimaksud adalah gangguan penyakit yang ada

hubungannya dengan air atau “water related disease“, untuk itu perlu

dilakukan pengolahan sehingga air tersebut aman dikonsumsi masyarakat.

1. Parameter pH

pH dalam air gambut sebelum dilakukan pengolahan sebesar 6,48

tidak memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Permenkes RI

No.416/MenKes/Per/IX/1990 dan Permenkes RI no 907/Menkes/SK/VII


28

/2002 dimana disyaratkan pH 6,5 – 8,5. Kadar pH kurang dari 7 dapat

menyebabkan larutnya logam (besi) dan air dapat bersifat korotif, semakin

rendah pH maka kelarutan logam akan semakin tinggi. Larutan yang bersifat

asam (pH rendah) bersifat korosif.

Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah

terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air minum. Air

adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidak

netral dapat melarutkan berbagai element kimia yang dilaluinya (Slamet,

1994).

pH yang lebih rendah dari 6.5 dan lebih besar dari 9.2 menyebabkan

karat pada pipa-pipa air dan membuat beberapa senyawa kimia berubah

menjadi racun yang mengganggu kesehatan, pH yang rendah melarutkan

email (lapisan) gigi sehingga cepat keropos (Tugaswati, 1980).

Menurut Hermawan (1984) bahwa nilai pH dipengaruhi oleh sistem

karbon organiknya, sebagai akibat dari proses-proses yang terjadi di dalam

tanah dapat memperbesar atau memperkecil konsentrasi karbondioksida di

dalam air tanah secara langsung akan mempengaruhi pH. Proses-proses

tersebut termasuk invasi karbondioksida dipermukaan air dalam tanah dan

aktifitas mikroorganisme an aerobik.

Arang aktif tempurung kelapa yang digunakan dalam penelitian ini

mempunyai konsentrasi yang berbeda-beda (konsentrasi 0,3 gram,

konsentrasi 0,6 gram dan konsentrasi 0,9 gram). Tabel menujukkan bahwa

nilai rata-rata kenaikan pH air pada faktor A (Konsentrasi arang aktif) terus

berubah-rubah pada konsentrasi 0,3 gram dengan waktu perendaman 5


29

menit nilai pH semakin menurun, konsentrasi 0,6 gram dengan perendaman

10 menit nilai pH awalnya naik kemudian turun lagi dan konsentrasi 0,9 gram

dengan waktu perendaman 15 menit nilai pH semakin naik seiring dengan

bertambahnya konsentrasi arang aktif yang diberikan.

Pada lampiran I dapat dilihat rata-rata kombinasi perlakukan terjadi

pada konsentrasi dan lamanya waktu perendaman nilai pengukuran pH air

minimum 6,61 dengan konsentrasi arang aktif 0,5 gram waktu perendaman

5 menit dan untuk nilai rata-rata pengukuran pH maksimum adalah sebesar

6,76 dengan konsentrasi 0,9 gram dengan waktu perendaman selama 15

menit. Grafik 1, juga menunjukan bahwa terjadi kenaikan pH pada air

sampel, yang cenderung meningkat dengan adanya penambahan

konsentrasi arang aktif dimana penambahan konsentrasi arang aktif dan

waktu perendaman ini diberikan pada volume air sampel yang sama yaitu

sebanyak 1 liter.

pH awal air sampel 6,48 setelah arang aktif tempurung kelapa

dimasukan terjadi kenaikan dan setiap konsentrasi mempunyai batas

maksimum kenaikan pH air menurut waktu perendaman, pada konsentrasi

0,3 gram dapat meningkatakan pH air dari 6,48 menjadi rata-rata 6,64 pada

konsentrasi arang aktif 0,6 gram kenaikan pH menjadi rata-rata 6,71

konsentrasi arang aktif 0,9 gram peningkatan pH menjadi rata-rata 6,74.

Peningkatan pH terjadi karena adanya serapan oleh arang aktif

tempurung kelapa. Proses serapan asam (H+) oleh arang aktif tempurung

kelapa ini disebut dengan nama adsorbsi (proses penyerapan zat pada

permukaan zat lain) dan adsorbsi yang terjadi di sini adalah pada fase padat-
30

larutan, dimana larutan sebagai fase serapan dan arang aktif tempurung

kelapa sebagai adsorben. Berdasarkan hasil penelitian ini arang aktif

tempurung kelapa dapat dijadikan alternatif dalam usaha meningkatkan pH

air.

Adsorbsi yang terjadi juga berkaitan dengan sifat-sifat arang aktif

tempurung kelapa itu sendiri. Dimana memiliki pembuluh (pori-pori)

sehingga memungkinkan arang aktif tempurung kelapa untuk menyerap H+

oleh rongga-rongga tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukardjo

(1990) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi adsorbsi adalah luas

permukaan adsorben, dimana semakin luas permukaan adsorben semakin

besar juga daya adsorbsinya.

Waktu perendaman (faktor B) yang ditetapkan dalam pengamatan

adalah 5 menit, 10 menit dan 15 menit, dari ketiga waktu yang ditetapkan

dapat diketahui kemampuan arang aktif tempurung kelapa dalam menaikan

pH air. Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa waktu mempunyai pengaruh

terhadap kenaikan pH air.

Tabel 6 nilai rata-rata pH air setelah diberi arang aktif tempurung

kelapa B (Waktu perendaman) terjadi kenaikan pH air seiring dengan

semakin lamanya waktu perendaman, pada setiap konsentrasi (gram) arang

aktif tempurung kelapa dari waktu perendaman 5 menit, 10 menit dan 15

menit terus terjadi peningkatan nilai rata-rata pH. Waktu perendaman 5

menit merupakan waktu yang terpendek dalam melihat kemampuan arang

aktif menaikan pH air.


31

Perlakuan baik konsentrasi (faktor A) dan waktu (faktor B) keduanya

mempunyai pengaruh dalam peningkatan pH, hal ini diperkuat dengan Tabel

8 berupa tabel analisis keragaman konsentrasi arang aktif dan waktu

pengamatan, dapat dilihat nilai F hitung sebesar dari sumber keragaman AB

menujukkan pengaruh yang sangat nyata (**) pada tarap 5% maupun pada

tarap 1%.

2. Parameter Besi (Fe)

Nilai besi (Fe) pada air gambut rerata 0,9230 mg/l masih memenuhi

syarat kualitas air bersih berdasarkan PerMenKes RI

No.416/MenKes/Per/IX/1990 dimana kadar maksimum yang diperbolehkan

sebesar 0,1 mg/l. dan dihubungkan dengan persyaratan kualitas air minum

tidak memenuhi syarat kesehatan Permenkes RI No

907/Menkes/SK/VII/2002 dimana kadar maksimum untuk Fe sebesar

0,3 mg/l

Meskipun kadar Fe air rawa Danau Panggang ini masih memenuhi

syarat tetapi perlu diwaspadai karena kadar nilainya yang beda tipis untuk

persyaratan kualitas air bersih dengan kadar maksimum yang diperbolehkan

Dan jika air tersebut dikonsumsi sebagai air minum akan menyebabkan

gangguan terhadap kesehatan.. Adanya besi dalam air sebenarnya

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan unsur tersebut. Zat besi

merupakan zat yang penting dan berguna untuk metabolisme tubuh. Untuk

keperluan ini tubuh memerlukan 7 – 35 mg/hari. Zat besi dalam jumlah kecil

dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan sel darah merah yang


32

membentuk hemoglobin yaitu protein pada sel darah merah yang bertugas

mengantarkan oksegin dari paru-paru ke otak dan seluruh jaringan tubuh.

Unsur tersebut tidak saja diperoleh dari air tetapi juga makanan yang

masuk ke tubuh manusia. Tetapi adanya senyawa besi yang terlarut dalam

air pada kadar yang berlebihan dapat berakibat fatal. Penggunaan jangka

panjang akan menyebabkan besi tertimbun dalam jaringan tubuh dan

menimbulkan efek yang merugikan kesehatan.( Dwijoseputro D, 2006).

Kelebihan konsumsi zat besi dapat menyebabkan berbagai gangguan

kesehatan, mulai dari yang ringan berupa gangguan pencernaan (mual,

muntah, sembelit, dan diare) sampai yang berat berupa gangguan fungsi hati

dan jantung. Keracunan zat besi yang berat dapat menyebabkan kematian.

Tubuh manusia tidak dapat mengekresikan besi (Fe) apabila dalam tubuh

kadar besi (Fe) berlebih yang menyebabkan pada orang tranfusi darah

warna kulitnya menjadi hitam disebabkan akumulasi besi (Fe). Besi (Fe)

dalam dosis besar dapat merusak dinding usus, kematian sering disebabkan

oleh rusaknya dinding usus.

Kelebihan konsumsi zat besi diperkirakan dapat menurunkan daya

tahan tubuh sehingga lebih rentan terhadap infeksi. Kelebihan zat besi dapat

ditandai dengan kotoran (Fases) yang berwarna gelap. Zat besi berbahaya

kepada orang yang menderita hepatitis, gangguan fungsi hati, penderita

gangguan usus dan lambung seperti borok usus (peptic ulcer), dan radang

usus (enteritis, colitis) (Anonimous, 2006; Said, 1999).

Besi dalam air minum menimbulkan rasa tidak enak, Warna kuning,

pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan (Anonimous, 2006). Konsentrasi


33

besi dalam air yang melebihi 2 mg/l akan menimbulkan noda-noda pada

peralatan dan bahan-bahan yang berwarna putih. Besi juga menimbulkan

zat warna pada minuman. Konsentrasi besi lebih besar dari 1 mg/l

menyebabkan warna air menjadi kemerah-merahan, rasa yang tidak enak

pada minuman juga membentuk endapan pada pipa-pipa logam dan bahan

cucian. (Suciati dan Sutrisno, 1987)

Standart kualitas air minum menurut KepMenKes No.

907/MENKES/SK/VII/2002 ditetapkan batas besi dalam air minum 0,3 mg/l.

Penyimpangan terhadap standart kualitas ini menurut Sanropie, et al (1994)

menyebabkan :

• Rasa tidak enak dalam air pada konsentrasi lebih 2 mg/l

• Menimbulkan noda pada alat-alat dan bahan-bahan yang berwarna putih

apabila konsentrasi 1 mg/l

• Menimbulkan warna dalam air

Menurut Riyadi (1984) sekalipun Fe diperlukan oleh tubuh, tetapi

dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering disebabkan

oleh rusaknya dinding usus ini.

Selanjutnya Sugiharto (1985) menjelaskan kehadiran Fe akan

memberikan warna coklat kekuning-kuningan dan baunya tidak enak. Sifat ini

hilang bila O2 akan menjadi ferri yang bisa mengendap.Tetapi bila dalam

sumur terdapat endapan ferri maka ferri + H2O menjadi Fe(OH)3. Fe(OH)3

ini akan menimbulkan efek antara lain :

• Mengotori bak yang terbuat dari seng, wastafel dan kloset

• Menimbulkan noda coklat pada pakaian

• Menyumbat pipa saluran air


34

Arang aktif tempurung kelapa yang digunakan dalam penelitian ini

mempunyai konsentrasi yang berbeda-beda (konsentrasi 0,3 gram,

konsentrasi 0,6 gram dan konsentrasi 0,9 gram). Tabel 11 menujukkan

bahwa nilai rata-rata penurunan besi pada faktor A (Konsentrasi arang aktif)

terus berubah-rubah pada konsentrasi 0,3 gram dengan waktu perendaman

5 menit nilai besi semakin menurun, konsentarrasi 0,6 gram dengan

perendaman 10 menit besi juga mengalami penurunan dan konsenttrasi 0,9

gram dengan waktu perendaman 15 menit nilai besi naik lagi seiring dengan

bertambahnya konsentrasi arang aktif yang diberikan,. seperti pada lampiran

III juga dapat dilihat rata-rata kombinasi perlakukan dimana dengan

konsentrasi 0,6 gram dengan waktu perendaman selama 10 menit dapat

menurunkan kadar besi dimana awal sebelum pengolahan kadar besi

sebesar 0,9230 mg/l menjadi 0,6534 mg/l.

Penurunan besi terjadi karena adanya fungsi serapan (adsorpsi),

proses ini merupakan suatu serapan partikel terperangkap ke dalam struktur

suatu media seolah-olah menjadi bagian keseluruhan dari media tersebut, Ini

terjadi pada karbon aktif. Karbon aktif memiliki pori-pori sangat banyak

dengan ukuran tertentu, pori ini menangkap partikel-partikel sangat halus

dan menjebaknya disana. Dengan berjalannya waktu pori-pori ini pada

akhirnya jenuh dengan partikel-partikel sangat halus tidak berfungsi lagi.

Adsorbsi yang terjadi juga berkaitan dengan sifat-sifat arang aktif tempurung

kelapa itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukardjo (1990) bahwa

salah satu faktor yang mempengaruhi adsorbsi adalah luas permukaan


35

adsorben, dimana semakin luas permukaan adsorben semakin besar juga

daya adsorbsinya.

Perlakuan baik konsentrasi (faktor A) dan waktu (faktor B) keduanya

maupun interaksi AB mempunyai pengaruh dalam penurunan besi, hal ini

diperkuat dengan Tabel 12 berupa tabel analisis keragaman konsentrasi

arang aktif dan waktu pengamatan, dapat dilihat nilai F hitung sebesar dari

sumber keragaman AB menujukkan pengaruh yang sangat nyata (**) pada

taraf 5% maupun pada taraf 1%.


VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hal-hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian diatas adalah:

1. Perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap kenaikan pH dan

penurunan kadar Fe.

2. Interaksi antara faktor A dan B berpengaruh sangat nyata terhadap

kenaikan pH dan penurunan kadar Fe.

3. Perlakuan A3 (0.9 gr) dan waktu perendaman B3 (15 menit), memberikan

nilai kenaikan pH paling tinggi (6.76)

4. Perlakuan A2 (0.6 gr) dan waktu perendaman B3 (15 menit), memberikan

kadar Fe paling rendah (6.6534)

5. Parameter pH menunjukkan perbaikan dengan nilai terkecil 6.61 – 6.76

6. Kadar Besi (Fe) menunjukkan penurunan antara 0,6543 gr/l - 0,8922 gr/l.

B. Saran

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengamati parameter yang lebih

lengkap untuk air rawa Danau Panggang seperti kadar mangan, E-Coli

tinja, warna dan zat organik.

2. Diperlukan perlakukan perendaman yang berbeda dengan menggunakan

arang aktif tempurung kelapa memakai kain saring.

Anda mungkin juga menyukai