Oleh :
Santi Nofia : 1531009
Rimun Dalimunte : 1531013
Sylvia : 1631002
Fajar Andriansyah : 1631003
Maria Ulfa : 1631005
Melva Angraini : 1631008
Telah dilakukan penelitian potensial air tanah di daerah Desa Sungai Salak
Kecamatan Rambah Samo. Penelititian dilakukan dengan 24 titik pengukuran
yang terbagi dalam 2 lintasan untuk mengetahui dugaan akuifer di daerah
penelitian guna sebagai sumber air tambahan. Metode yang digunakan adalah
metode geolistrik tahanan jenis konfigurasi schlimberger. Metode ini di gunsksn
untuk mengetahui karakteristik bawah permukaan yaitu untuk mengetahui
kemungkinan adanya lapisan akuifer, umumnya yang di cari merupakan lapisan
akuifer yang diapit oleh batuan kedap air. Hasil umumnya yang di cari
merupakan lapisan akuifer yang berada pada dasar permukaan paling bawah.
Untuk mendapatkan informasi ini dilakukan pengukuran geolistrik tahanan jenis
Vertical Electrical Sounding (VES) konfigurasi Schlumberger. Penelitian ini
dilakukan dengan 2 titik pengukuran. Data yang dihasilkan saat pengukuran
diolah menggunakan software IPI2WIN dengan menghasilkan kurva matching
1D. Dari pengukuran dan interpretasi yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil
yaitu potensi air tanah terletak pada kedalaman 2,51 – 7,94 m dengan nilai
resistivitas 9,16 - 13 Ωm, dan karakteristik penyusun lapisan batuan adalah,air
tanah, batu pasir bercampur kerikil, batu kapur, dan batu lava.
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
ABSTRAK........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 3
1.4 Urgensi Penelitian.................................................................................3
1.5Manfaat Penelitian ................................................................................. 3
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
Kelebihan dari metode geolistrik yaitu tidak merusak lingkungan, dan juga
mampu mendeteksi sampai kedalaman beberapa meter sesuai dengan panjang
lintasan pada pengambilan data di lapangan. Dari beberapa konfigurasi
elektroda pada metode geolistrik, konfigurasi Schlumberger menjadi pilihan
terbaik dikarenakan jangkauannya paling dalam.
Maka penelitian ini berjudul “ Identifikasi Akuifer Disekitar DAS (Daerah
Aliran Sungai) Salak di Desa Sungai Salak Kecamatan Rambah Samo
Kabupaten Rokan Hulu Menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi
Schlumberger”.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Akuifer
Akuifer berasal dari bahasa latin yaitu aqui dari kata aqua yang berarti air
dan kata ferre yang berarti membawa, jadi akuifer adalah lapisan pembawa
air (Tood,2005). Menurut Herlambang(1996) bahwa akuifer adalah lapisan
tanah yang mengandung air, dimana air ini bergerak di dalam tanah kerena
adanya ruang antar butir-butir tanah. Berdasarkan kedua pendapat, maka
dapat disimpulkan bahwa akuifer adalah lapisan bawah tanah yang
mengandung air dan mampu mengalirkan air. Hal ini disebabkan karena
lapisan tersebut bersifat permeable yang mampu mengalirkan air baik karena
adanya pori-pori pada lapisan tersebut ataupun memang sifat dari lapisan
batuan tertentu. Contoh batuan pada lapisan akuifer adalah pasir, kerikil, batu
pasir, batu gamping rekahan. Akuifer dan aliran air pada pori-pori
ditunjukkan oleh gambar 1 dan 2.
Gambar 2.2. Aliran air pada pori-pori antar butir tanah (Shiddiqy, 2014)
Terdapat tiga parameter penting yang menentukan karakteristik
akuifer yaitu tebal akuifer, koefisien lolos atau permeabilitas, dan hasil
4
jenis. Tebal akuifer diukur mulai dari permukaan air tanah (water table)
sampai pada suatu lapisan yang bersifat semi kedap air (impermeable)
termasuk aquiclude dan aquifuge. Permeabilitas merupakan kemampuan
suatu akuifer untuk meloloskan sejumlah air tanah melalui penampang 1
m2. Nilai permeabilitas akuifer sangat ditentukan oleh tekstur dan
struktur mineral atau partikel-partikel atau butir-butir penyusun batuan.
Semakin kasar tekstur dengan struktur lepas, maka semakin tinggi batuan
meloloskan sejumlah air tanah. Sebaliknya, semakin halus tekstur dengan
struktur semakin tidak teratur atau semakin mampat, maka semakin
rendah kemampuan batuan untuk meloloskan sejumlah air tanah. Dengan
demikian, setiap jenis batuan akan mempunyai nilai permeabilitas yang
berbeda dengan jenis batuan yang lainnya. Hasil jenis adalah kemampuan
suatu akuifer untuk menyimpan dan memberikan sejumlah air dalam
kondisi alami. Besarnya cadangan air tanah atau hasil jenis yang dapat
tersimpan dalam akuifer sangat ditentukan oleh sifat fisik batuan
penyusun akuifer (tekstur dan struktur butir-butir penyusunnya)
(Anonim, 2006).
Todd (1980) menyatakan bahwa tidak semua formasi litologi dan
kondisi geomorfologi merupakan akuifer yang baik. Berdasarkan
pengamatan lapangan, akuifer dijumpai pada bentuk lahan sebagai
berikut:
1. Lintasan air (Water Course)
Bentuk lahan di mana materialnya terdiri dari aluvium yang
mengendap di sepanjang alur sungai sebagai bentuk lahan
dataran banjir serta tanggul alam. Bahan aluvium itu biasanya
berupa pasir dan kerikil.
2. Dataran ( Plain )
Bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas bahan
aluvium yang berasal dari berbagai bahan induk sehingga
merupakan akuifer yang baik.
5
3. Lembah antar pegunungan (Intermontane Valley)
Merupakan lembah yang berada di antara dua pegunungan
dan materialnya berasal dari hasil erosi dan gerak massa batuan
dari pegunungan di sekitarnya.
4. Lembah terkubur (Burried Valley)
Lembah yang tersusun oleh material lepas yang berupa
pasir halus sampai kasar.
Berdasarkan perlakuannya terhadap air tanah, terdapat lapisan-lapisan
batuan selain akuifer yang berada di bawah permukaan tanah. Lapisan-
lapisan batuan tersebut dapat dibedakan menjadi: Aquiclude, aquitard, dan
aquifuge. Aquiclude adalah formasi geologi yang mungkin mengandung air,
tetapi dalam kondisi alami tidak mampu mengalirkannya, misalnya lapisan
lempung, serpih, tuf halus, lanau. Untuk keperluan praktis, aquiclude
dipandang sebagai lapisan kedap air.
Aquitard adalah formasi geologi yang semi kedap, mampu
mengalirkan air tetap dengan laju yang sangat lambat jika dibanding dengan
akuifer. Meskipun demikian dalam daerah yang sangat luas, mungkin
mampu membawa sejumlah besar air antara akuifer yang satu dengan
lainnya. Aquifuge merupakan formasi kedap yang tidak mengandung dan
tidak mampu mengalirkan air.
2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah aliran sungai ( DAS ) adalah sebuah kawasan yang dibatasi oleh
pemisah topografis, yang menyimpan, menampung dan mengalirkan air curah
hujan yang jatuh di atasnya ke sungai utama yang bermuara ke laut atau
danau (Hadipurnomo,1990). Menurut Budhiyono dan Murdhiyono(1982),
DAS Merupakan ekosistem yang didalamnya terjadi interaksi antara faktor-
faktor biotik( vegetasi ) dan faktor-faktor fisik( tanah dan iklim). Interaksi
yang ada dinyatakan dalam bentuk keseimbangan input dan output air serta
sedimen yang dikeluarkan.
DAS mempunyai ciri-ciri luas dan bentuk daerah, keadaan topografi,
kepadatan drainase, geologi dan elevasi rata-rata DAS (Subarkah, 1980).
Sedangkan keadaan fisik daerah aliran sungai dipengaruhi oleh tiga parameter
6
yaitu tanah, vegetasi dan sungai. Faktor tanah meliputi luas DAS, topografi,
jenis tanah, penggunaan tanah, kadar air tanah dan kemampuan tanah
menyerap air. Sedangkan vegetasi meliputi jenis tanaman, kapasitas
pengambilan air oleh tanaman, luasan hutan dan kemampuan tanaman
mengendalikan air. Sungaimeliputi luas penampang sungai, debit air sungai
dan kapasitas penampungan sungai.
Vegetasi menahan sebahagian hujan yang jatuh, sebahagiannya lagi jatuh
di permukaan tanah. Jika kapasitas intersepsi, infiltrasi dan bagian yang
cekung telah terpenuhi, maka akan terjadi proses aliran permukaan yang
menyebabkan erosi (Subarkah, 1980). Menurut Sosrodarsono dan Tekeda
(1982), bahwa bentuk daerah aliran sungai terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. DAS berbentuk bulu burung mempunyai debit banjir yang kecil, karena
waktu tiba banjir berbeda-beda dan banjir berlangsung agak lama.
b. DAS yang berbentuk radial, mempunyai debit banjir yang besar di dekat
pertemuan anak-anak sungainya.
c. DAS yang berbentuk paralel, banjir akan terjadi di daerah sebelah hilir
titik pertemuan sungai.
7
perubahan resistivitas tanah terhadap kedalaman yang bertujuan untuk
mempelajari variasi resistivitas batuan di bawah permukaan bumi secara
vertikal (Telford, et al., 1990).
Metode geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metode yang
banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah
permukaan untuk mencari keberadaan lapisan akuifer. Selain biaya survei
yang relatif murah, metode geolistrik dengan konfigurasi Schlumberger
mampu untuk mendeteksi adanya nonhomogenitas lapisan batuan bawah
permukaan. Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen
sempurna. Posisi lapisan batuan yang terletak dekat dengan permukaan akan
sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran. Nilai yang terukur adalah
tahanan jenis semu (resistivity).
Konfigurasi Schlumberger bertujuan untuk mencatat intensitas medan
listrik dengan menggunakan pasangan elektroda pengukur yang berjarak
rapat.
b a b
A M N B
Gambar 2.3. Konfigurasi Schlumberger
8
Dalam hal ini, selama pembesaran jarak elektroda arus, jarak elektroda
potensial tidak perlu diubah. Hanya jika jarak elektroda arus relatif sudah
cukup besar maka jarak elektroda potensial perlu diubah.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
10
adalah penentuan lintasan, jumlah titik yang diambil adalah 2 titik
sounding dengan panjang lintasan 100 meter. Posisi lintasan dan panjang
lintasan untuk pengambilan data sangat menentukan jarak antar spasi
elektroda dan posisi penempatan peralatan survei serta hal penting lainnya
adalah mengurus perizinan kepada instansi yang terkait.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian ini dilakukan setelah tahap persiapan
selesai. Tahapan ini merupakan inti dari sebuah penelitian. Adapun hal
hal yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan adalah melakukan proses
pengambilan data dilapangan dengan teknik sounding menggunakan
konfigurasi Schlumberger.
Proses pengambilan atau akuisisi data geolistrik resistivitas dilakukan di
lokasi yang telah di tentukan sebelumnya pada survei pendahuluan.
Konfigurasi elektroda yang digunakan adalah konfigurasi Schlumberger.
Dengan tujuan untuk menduga resistivitas lapisan-lapisan batuan bawah
permukaan secara vertikal.
Untuk menentukan kedalaman akuifer dan airtanah, proses akuisasi data
resistivitas menggunakan konfigurasi Schlumberger dengan teknik
vertical electrical sounding, sehingga akan diperoleh nilai resistivitas
lapisan-lapisan batuan bawah permukaan secara vertikal. Pengukuran
geolistrik dimulai dari titik tengah lintasan, yaitu dengan menyusun empat
buah elektroda dengan konfigurasi Schlumberger di tengah-tengah
lintasan dan mengatur posisi resistivity meter di pertengahan lintasan.
Setelah arus diinjeksikan ke dalam tanah melalui resistivity meter,
parameter yang diukur dan yang dicatat yaitu arus listrik (I) dan beda
potensial (ΔV) yang terbaca dari resistivity meter. Untuk pengukuran
geolistrik selanjutnya, elektroda arus AB dipindahkan sesuai dengan jarak
yang telah ditentukan, sedangkan elektroda potensial MN tidak dipindah
dan hanya dipindahkan jika jarak MN/2 adalah 1/5 jarak AB/2. Data yang
diperoleh dari lapangan adalah mencatat arus listrik (I) dan beda potensial
(V) antara 2 titik elektroda. Ulangi langkah sebelumnya dengan jarak
elektroda atau spasi yang telah ditentukan. Demikianlah seterusnya, jarak
11
bentangan elektroda arus dan potensial selalu diperlebar hingga
pengukuran ke-n dan mencapai maksimum dalam satu lintasan yaitu 100
m. Dan langkah ini dilakukan sampai dengan 2 lintasan.
3. Tahap Penyelesaian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengolahan data hasil
pengukuran di lapangan dan proses interpretasi. Pengolahan data dalam
penelitian ini meliputi perhitungan nilai apparent resistivity (ρ) dengan
menghitung nilai R dan K secara manual. Nilai ρ yang diperoleh
selanjutnya dimasukkan kedalam data dalam tabel New VES Point di
software IP2WIN bersama dengan jaraj AB/2 dan MN. Setelah itu akan
muncul titik titik. Klik tombol OK dan kemudian Simpan.
Maka setelah itu akan muncul grafik dan tabel kecil. (Tabel memberikan
informasi tentang resistivity layer. Kolom ρ adalah nilai resisivitas
(hambatan) tiap lapisan. Kolom Alt adalah altitude atau kedalaman dari
elevasi (ketinggian) titik VES Kolom d memberikan informasi tentang
kedalaman dari permukaan tanah. Kolom h memberikan informasi tentang
ketebalan tiap lapisan dengan nilai resistivitas yang berbeda. Grafikwarna
hitam dan merah memberikan informasi tentang hubungan nilai AB/2 dan
apparent resistivity, grafik warna biru memberikan informasi tentang
variasi dari nilai resistivitas yang ada (banyaknya lapisan yang
memilikinilai resistivitas berbeda). Juga terdapat nilai eror. Untuk
memperkecil nilai eror maka klik point lalu inversion.
Setelah itu simpan file kembali. Dan buka kembali jendela IP2WIN seperti
semula. Lalu open dan add file data yang sebelumnya telah disimpan
karena kita akan mendistribusikan dan menggabungkan 2 data. Lalu
simpan data tersebut dan klik windows dan IP8 untuk menampilkan hasil
lengkapnya. Selanjutnya data dapat dibaca dan hasilnya merupakan jenis
lapisan batuan yang terdapat pada kedalaman bumi tertentu dan
mempunya tahanan jenis serta konfigurasi warna.
12
Gambar 3.2. Layout pengukuran geolistrik
13
3.Kabel Elektroda 4 roll Jenis EIW-GRII untuk penghantar Arus dan
Tegangan
4.Power supply (accu 12V)
5.Dua buah meteran
6.Empat buah palu
7.Kalkulator, lembar tabel data, dan alat tulis
8.GPS
14
Gambar 3.4. Peta Geologi Rokan Hulu
15
Gambar3.5.KemiringanLahanKabup
16
a. Panjang bentangan pengukuran dalam satuan meter (m).
b. Jarak bentangan elektroda (a) dalam satuan meter (m).
c. Besarnya arus (I) dalam satuan meter (m).
d. Besarnya tegangan (V) dalam satuan mili-Volt (mV).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
17
4.1 Penghitungan K, ρ, dan R
Prinsip kerja dari metode geolistrik adalah mengalirkan arus listrik ke
dalam bumi, batuan atau tanah melalui dua elektroda arus (current electrode),
kemudian beda potensialnya diukur melalui dua elektroda potensial, sehingga
nilai resistivitasnya dapat dihitung (Anonim, 1992 dan Todd, 1980) dengan
rumus :
18
4.3 Pengolahan Data
4.3.1 Titik Sounding 1
Lintasan 1 dengan panjang lintasan 100 meter dengan 24 titik dengan titik
koordinat N 000 47’03.69” E 1000 24’ 46.77”. Dengan ketinggian 70 meter.
19
Pengolahan data dalam penelitian ini meliputi perhitungan nilai apparent
resistivity (ρ) dengan menghitung nilai R dan K secara manual. Nilai ρ yang
diperoleh selanjutnya dimasukkan kedalam data dalam tabel New VES Point di
software IP2WIN bersama dengan jaraj AB/2 dan MN. Setelah itu akan muncul
titik titik. Klik tombol OK dan kemudian Simpan.
Setelah diolah pada Software IP2Win data sebelumnya telah dilakukannya
(row delete system) pada data sounding sebelumnya dan keerroran pada grafik dei
perkecil hingga 7,51 % dari 152 %. didapatilah Resistivity Layer yang merupakan
tabel dengan isian elevasi, tahanan jenis sementara, kedalaman dan ketebalan.
Pengolahan data dalam penelitian ini meliputi perhitungan nilai apparent
resistivity (ρ) dengan menghitung nilai R dan K secara manual. Nilai ρ yang
diperoleh selanjutnya dimasukkan kedalam data dalam tabel New VES Point di
software IP2WIN bersama dengan jarak AB/2 dan MN. Setelah itu akan muncul
titik titik. Klik tombol OK dan kemudian Simpan.
Maka setelah itu akan muncul grafik dan tabel kecil. (Tabel memberikan
informasi tentang resistivity layer. Kolom ρ adalah nilai resisivitas (hambatan)
tiap lapisan. Kolom Alt adalah altitude atau kedalaman dari elevasi (ketinggian)
titik VES Kolom d memberikan informasi tentang kedalaman dari permukaan
tanah. Kolom h memberikan informasi tentang ketebalan tiap lapisan dengan nilai
resistivitas yang berbeda. Grafik warna hitam dan merah memberikan informasi
tentang hubungan nilai AB /2 dan apparent resistivity, grafik warna biru
memberikan informasi tentan g variasi dari nilai resistivitas yang ada (banyaknya
lapisan yang memiliki nilai resistivitas berbeda). Juga terdapat nilai eror. Untuk
memperkecil nilai eror maka klik point lalu inversion. Setelah itu simpan file
kembali. Dan buka kembali jendela IP2WIN seperti semula.
Lalu open dan add file data yang sebelumnya telah disimpan karena kita akan
mendistribusikan dan menggabungkan 2 data. Lalu simpan data tersebut dan klik
windows dan IP8 untuk menampilkan hasil lengkapnya. Selanjutnya data dapat
dibaca dan hasilnya merupakan jenis lapisan batuan yang terdapat pada
kedalaman bumi tertentu dan mempunya tahanan jenis serta konfigurasi warna.
Maka hasil pengolahan Data Titik Sounding, maka hasil distribusi olahan dengan
software IP2WIN pada titik sounding 1 dapat dilihat pada:
20
Gambar 4.2 Distribusi Nilai Resistivitas sounding 1
Gambar 4.1 adalah grafik hasil pengolahan yang menunjukkan hubungan antara
spasi elektroda arus dengan titik pusat (AB/2) pada sumbu-x (panjang bentangan) dan
nilai resistivitas pada sumbu-y. kurva merah merupakan kurva standar, garis hitam
dengan titiktitik merupakan kurva hasil pengukuran, dan kurva biru adalah gambaran
pelapisan. Tabel disebelah grafik merupakan Tabel hasil pengolahan data software
IP2WIN yang menjelaskan nilai resistivitas sebenarnya (ρ), jumlah lapisan batuan
(N), ketebalan lapisan (h), dan kedalaman lapisan (d). Gambar 4.2 diatas adalah citra
perlapisan berwarna pseudo cross-section (tampang lintang semu), sumbu vertikal
mewakili kedalaman (m) dan citra berwarna mewakili dari tahanan jenis, mewakili
besarnya resistivitas (Ωm).
21
1 13,7 – 17,4 Tanah liat dan pasir ( air
tanah)
2 11,7 – 6,21 Batu pasir
3 12,7 – 3,29 Batu kapur dan batu pasir
Dari tabel dapat disimpulkan bahwa terdapat lapisan akuifer yaitu berada
dilapisan paling bawah. Jadi letak posisi Aquifer yang paling besar berada di
kedalaman 4,44 – 11,5 m dari permukaan tanah.
4.3.2 Sounding 2
Lintasan 2 dengan panjang lintasan 100 meter dengan 24 titik dengan titik
koordinat N 000 47’03.22” E 1000 24’ 45.44”. Dengan ketinggian 71 meter.
22
dengan jarak AB/2 dan MN. Setelah itu akan muncul titik titik. Klik tombol
OK dan kemudian Simpan.
Maka setelah itu akan muncul grafik dan tabel kecil. (Tabel
memberikan informasi tentang resistivity layer. Kolom ρ adalah nilai
resisivitas (hambatan) tiap lapisan. Kolom Alt adalah altitude atau
kedalaman dari elevasi (ketinggian) titik VES Kolom d memberikan
informasi tentang kedalaman dari permukaan tanah. Kolom h memberikan
informasi tentang ketebalan tiap lapisan dengan nilai resistivitas yang
berbeda. Grafik warna hitam dan merah memberikan informasi tentang
hubungan nilai AB /2 dan apparent resistivity, grafik warna biru
memberikan informasi tentan g variasi dari nilai resistivitas yang ada
(banyaknya lapisan yang memiliki nilai resistivitas berbeda). Juga terdapat
nilai eror. Untuk memperkecil nilai eror maka klik point lalu inversion.
Setelah itu simpan file kembali. Dan buka kembali jendela IP2WIN seperti
semula.
Lalu open dan add file data yang sebelumnya telah disimpan karena kita
akan mendistribusikan dan menggabungkan 2 data. Lalu simpan data
tersebut dan klik windows dan IP8 untuk menampilkan hasil lengkapnya.
Selanjutnya data dapat dibaca dan hasilnya merupakan jenis lapisan batuan
yang terdapat pada kedalaman bumi tertentu dan mempunya tahanan jenis
serta konfigurasi warna. Maka hasil pengolahan Data Titik Sounding, maka
hasil distribusi olahan dengan software IP2WIN pada titik sounding 2 dapat
dilihat pada:
23
Gambar 4.4 Distribusi Nilai Resistivitas sounding 2
Gambar 4.3 adalah grafik hasil pengolahan yang menunjukkan hubungan
antara spasi elektroda arus dengan titik pusat (AB/2) pada sumbu-x (panjang
bentangan) dan nilai resistivitas pada sumbu-y. kurva merah merupakan kurva
standar, garis hitam dengan titiktitik merupakan kurva hasil pengukuran, dan
kurva biru adalah gambaran pelapisan. Tabel disebelah grafik merupakan Tabel
hasil pengolahan data software IP2WIN yang menjelaskan nilai resistivitas
sebenarnya (ρ), jumlah lapisan batuan (N), ketebalan lapisan (h), dan kedalaman
lapisan (d). Gambar 4.4 diatas adalah citra perlapisan berwarna pseudo cross-
section (tampang lintang semu), sumbu vertikal mewakili kedalaman (m) dan citra
berwarna mewakili dari tahanan jenis, mewakili besarnya resistivitas (Ωm).
Tabel 2. Hasil Interpretasi Lintasan 2 (sounding 2) dengan Konfigurasi
Schlumberger.
No WarnaKontur NilaiResistivitas Lapisan
(Ωm)
24
1 3,36 – 6,17 Batu kapur dan batu pasir
2 5,32 – 6,65 Batu pasir
3 7,16 – 8,95 Batu pasir dan batu kapur
4 9,64 – 13 Batu pasir (air tanah )
Jadi letak posisi Aquifer yang paling besar berada di kedalaman 251 – 794
m dari permukaan tanah.
4.3.3 Gabungan Sounding 1 dan Sounding 2
25
Ωm (pada citra merah hati). Jadi letak posisi Aquifer yang paling besar berada di
kedalaman 2,51 – 7,94 m dari permukaan tanah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari hasil aplikasi penelitian metode geolistrik dengan konfigurasi
schlumberger di sekitaran Desa Sungai Salak Kecamatan Rambah Samo,maka
dapat disimpulkan bahwa: letak lapisan aquifer pada setiap sounding hampir sama
yang mana pada sounding 1 letak lapisan aquifer pada kedalaman 4,44 – 11,5 m
dari permukaan tanah dengan resistivitas 13,7 – 17,4 Ωm. Sedangkan pada
sounding 2 letak lapisan aquifer pada kedalaman 251 – 794 m dari permukaan
tanah dengan resistivitas 9,64 – 13 Ωm. Sedangkan pada gabungan sounding 1
dan sounding 2 letak lapisan aquifer pada kedalaman 2,51 – 7,94 m dengan
resistivitas 9,16 – 13 Ωm. Pada hasil citra contour warna yang diperoleh dari
pengolahan data pada IP2Win terdapat adanya citra warna merah muda dan
merah hati setiap sounding.
5.2 Saran
Sebaiknya penelitian ini dilakukan dengan persiapan perlengkapan yang
matang, dan dilakukan oleh lebih dari 5 orang agar lebih mudah saat melakukan
penelitian.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Prasetiawati, L. 2004. Aplikasi Metode Resistivitas dalam Eksplorasi Endapan
Laterit Nikel serta Studi Perbedaan Ketebalan Endapannya Berdasarkan
Morfologi Lapangan.. Jakarta: Universitas Indonesia.
Rismunandar, 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algensindo, Bandung. Sutrisno,
Totok C. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta, Jakarta
Sheriff, R E., 2002, “Encyclopedic Dictionary of Applied Geophysics, 4th
edition“, SEG Tulsa, Oklahoma.
Sutrisno, Totok C. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta, Jakarta
Syukri dan Bijaksana.2000.Mendeteksi kondisi fluida dibawah permukaan.
W. M. Telford, et al. 1990. Applied Geophisycs Second Edition. London:
Cambridge University Press
28
LAMPIRAN
29
SOUNDING 1
30
SOUNDING 2
31