Anda di halaman 1dari 35

Mata Kuliah Dosen Pembimbing

Geofisika Ika Daruwati S.Pd


M.Sc

IDENTIFIKASI AKUIFER DISEKITAR DAS (DAERAH ALIRAN


SUNGAI) SALAK DI DESA SUNGAI SALAK KECAMATAN RAMBAH
SAMO KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN METODE
GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SHCLUMBERGER

Oleh :
Santi Nofia : 1531009
Rimun Dalimunte : 1531013
Sylvia : 1631002
Fajar Andriansyah : 1631003
Maria Ulfa : 1631005
Melva Angraini : 1631008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
2018
Abstrak

Telah dilakukan penelitian potensial air tanah di daerah Desa Sungai Salak
Kecamatan Rambah Samo. Penelititian dilakukan dengan 24 titik pengukuran
yang terbagi dalam 2 lintasan untuk mengetahui dugaan akuifer di daerah
penelitian guna sebagai sumber air tambahan. Metode yang digunakan adalah
metode geolistrik tahanan jenis konfigurasi schlimberger. Metode ini di gunsksn
untuk mengetahui karakteristik bawah permukaan yaitu untuk mengetahui
kemungkinan adanya lapisan akuifer, umumnya yang di cari merupakan lapisan
akuifer yang diapit oleh batuan kedap air. Hasil umumnya yang di cari
merupakan lapisan akuifer yang berada pada dasar permukaan paling bawah.
Untuk mendapatkan informasi ini dilakukan pengukuran geolistrik tahanan jenis
Vertical Electrical Sounding (VES) konfigurasi Schlumberger. Penelitian ini
dilakukan dengan 2 titik pengukuran. Data yang dihasilkan saat pengukuran
diolah menggunakan software IPI2WIN dengan menghasilkan kurva matching
1D. Dari pengukuran dan interpretasi yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil
yaitu potensi air tanah terletak pada kedalaman 2,51 – 7,94 m dengan nilai
resistivitas 9,16 - 13 Ωm, dan karakteristik penyusun lapisan batuan adalah,air
tanah, batu pasir bercampur kerikil, batu kapur, dan batu lava.

Kata Kunci: Aquifer, Metode Geolistrik, Konfigurasi Schlumberger, Vertical


electrical sounding, IP2Win

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya


sehingga Laporan Penelitian Geofisika dapat diselesaikan dengan tepat pada
waktunya. Penelitian ini akan membahas tentang Penyebaran akuifer disekitar
das (daerah aliran sungai) di Desa Sungai Salak Penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu yaitu:
1. Ibu Ika Daruwati, M.Sc Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Geofisika
2. Teman-teman Kelompok yang telah sama-sama berjuang
3. Orang tua penulis yang selalu meberikan saran, nasehat dan doa.
Penulis sadar dalam pembuatan Laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kemajuan Laporan Penelitian untuk kedepannya. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi diri penulis maupun pembaca.
Atas perhatiannya, penulis ucapkan terimakasih.

Rambah Hilir, 09 Januari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
ABSTRAK........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 3
1.4 Urgensi Penelitian.................................................................................3
1.5Manfaat Penelitian ................................................................................. 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA.............................................................................4


2.1 Akuifer.................................................................................................. 4
2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS)................................................................6
2.3 Konfigurasi Shclumberger....................................................................7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................10


3.1 Waktu dan Tempat ...............................................................................10
3.2 Metode ................................................................................................. 10
3.3 Prosedur Penelitian................................................................................ 10
3.4 Alat dan Bahan...................................................................................... 13
3.5 Teknik Pengumpulan Data....................................................................14

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................17


4.1 Perhitungan K, ρ, R...........................................................................17
4.2 resistivitas .........................................................................................17
4.3 Pengolahan Data................................................................................18

BAB 5 PENUTUP ..........................................................................................25


5.1 Simpulan ...........................................................................................25
5.2 Saran .................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari ketergantungannya
terhadap air. Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi hajat hidup manusia.
Jenis air yang paling aman dikonsumsi manusia adalah air tanah. Kebutuhan
air bersih merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat diganti dan
ditinggalkan oleh sebab itu pengolahan dan pelestarian air merupakan hal
yang mutlak diperlukan (Putranto dan Kusuma , 2009).Air tanah adalah
semua air yang terdapat pada lapisan yang mengandung air (akuifer) dibawah
permukaan tanah, termasuk mata air yang muncul di permukaan tanah.
Daerah Aliran sungai (DAS) Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan. Sedangkan menurut Asdak
(2010), DAS adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi
punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan
untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama.
Keadaan Geologi Kabupaten Rokan Hulu seperti yang dapat dilihat pada
peta geologi Kabupaten Rokan Hulu sebagian besar termasuk ke dalam
liputan Peta Geologi Bersistem Indonesia dari Pusat. Penelitian dan
Pengembangan Geologi Skala 1 : 250.000 Lembar Dumai dan Bagan siapi
api. Sebagian lagi terliput ke dalam empat lembar peta geologi, yaitu Lembar
Pekanbaru, Lembar Lubuksikaping, Lembar Padang Sidempuan dan Sibolga
dan Lembar Pematangsiantar.
Daerah Kabupaten Rokan Hulu berada pada cekungan Sumatera Tengah,
yang mempunyai batuan dasar berumur pra tersier. Struktur geologi yang
terdapat di daerah ini adalah berupa struktur antiklin, sinklin, dan sesar yang
umumnya berarah barat laut-tenggara, yaitu searah dengan arah umum pulau
Sumatera.
Dengan keadaan topografi yang cukup bervariasi dimana sebagian besar
kemiringan lahan di Kabupaten Rokan Hulu sekitar 0-8% mencakup hampir
seluruh wilayah kecamatan, kecuali Kecamatan Pendalian Koto dan Rokan
IV Koto. Sedangkan kemiringan lahan di Kecamatan Pendalian Koto dan
Rokan IV Koto sekitar 8-40%. (Buku Putih Sanitasi Kabupaten Rokan Hulu
Tahun 2015: Bab II-2).
Ketinggian antara 100 – 500 meter diatas permukaan air laut tersebar di
Kecamatan Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai, Kecamatan Kepenuhan,
Kecamatan Kepenuhan Hulu, Kecamatan Rambah Hilir, Kecamatan Rambah
Samo, Kecamatan Rambah, Kecamatan Bonai Darussalam, Kecamatan
Pagaran Tambah, Kecamatan Tandun, Kecamatan Kabun, Kecamatan
Bangun Purba, sebagian kecamatan Rokan IV Koto dan Pendalian Koto.
Ketinggian 100-500 ini membuat sumber air wilayah sekitaran Desa Sungai
Salak yang berada di Kecamatan Rambah Samo masih jarang.
Sementara itu terdapat pula permasalahan lain yang mempengaruhi
sumber air. Kebutuhan air bersih yang bersumber dari air bawah tanah di
daerah tertentu meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan
penduduk dan kegiatan pembangunan (Hidayat, 2007). Untuk melayani
kebutuhan air bersih yang bersumber dari air tanah tersebut, perlu diketahui
potensi air tanah baik secara kuantitas maupun kualitas. Seiring dengan
bertambahnya penduduk, kebutuhan akan air semakin meningkat baik untuk
keperluan kehidupan seharihari manusia, peternakan maupun pertanian.
Dengan adanya masalah-masalah geologi diatas yang dapat mempengaruhi
sumber air tanah maka masalah ini memerlukan pemecahan berupa pencarian
sumber-sumber air untuk memenuhi kebutuhan air dalam kehidupan manusia.
Air tanah tersimpan dalam suatu wadah (akuifer), yaitu formasi geologi yang
jenuh air yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan meloloskan air
dalam jumlah cukup dan ekonomis. Formasi geologi dapat dieksplorasi
dengan menggunakan metode geofisika, metode geolistrik tahanan jenis dapat
digunakan untuk memetakan perlapisan tanah.

2
Kelebihan dari metode geolistrik yaitu tidak merusak lingkungan, dan juga
mampu mendeteksi sampai kedalaman beberapa meter sesuai dengan panjang
lintasan pada pengambilan data di lapangan. Dari beberapa konfigurasi
elektroda pada metode geolistrik, konfigurasi Schlumberger menjadi pilihan
terbaik dikarenakan jangkauannya paling dalam.
Maka penelitian ini berjudul “ Identifikasi Akuifer Disekitar DAS (Daerah
Aliran Sungai) Salak di Desa Sungai Salak Kecamatan Rambah Samo
Kabupaten Rokan Hulu Menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi
Schlumberger”.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang di atas, maka didapat suatu permasalahan yaitu :
Bagaimana mengidentifikasi akuifer disekitar daerah aliran sungai
menggunakan metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Schlumberger ?

1.3 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan rumusan masalah yang didapat, maka yang ingin di capai
oleh penelitian ini yaitu : Untuk mengidentifikasi akuifer disekitar daerah
aliran sungai menggunakan metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi
Schlumberger.

1.4 Urgensi Penelitian


Penelitian berjudul “ Identifikasi Akuifer Disekitar DAS (Daerah
Aliran Sungai) Salak Di Desa Sungai Salak Kecamatan Rambah Samo
Kabupaten Rokan Hulu Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas
Konfigurasi SCHLUMBERGER” agar lebih menfokuskan pada lapisan
pembawa air (Akuifer) dan jenis litologi.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian geolistrik konfigurasi Schlumberger digunakan untuk
mengidentifikasi akuifer di daerah aliran sungai. Penelitian ini juga sebagai
bahan masukan bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian tentang
akuifer di daerah aliran sungai.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Akuifer
Akuifer berasal dari bahasa latin yaitu aqui dari kata aqua yang berarti air
dan kata ferre yang berarti membawa, jadi akuifer adalah lapisan pembawa
air (Tood,2005). Menurut Herlambang(1996) bahwa akuifer adalah lapisan
tanah yang mengandung air, dimana air ini bergerak di dalam tanah kerena
adanya ruang antar butir-butir tanah. Berdasarkan kedua pendapat, maka
dapat disimpulkan bahwa akuifer adalah lapisan bawah tanah yang
mengandung air dan mampu mengalirkan air. Hal ini disebabkan karena
lapisan tersebut bersifat permeable yang mampu mengalirkan air baik karena
adanya pori-pori pada lapisan tersebut ataupun memang sifat dari lapisan
batuan tertentu. Contoh batuan pada lapisan akuifer adalah pasir, kerikil, batu
pasir, batu gamping rekahan. Akuifer dan aliran air pada pori-pori
ditunjukkan oleh gambar 1 dan 2.

Gambar 2.1. Akuifer di bawah tanah (Shiddiqy, 2014)

Gambar 2.2. Aliran air pada pori-pori antar butir tanah (Shiddiqy, 2014)
Terdapat tiga parameter penting yang menentukan karakteristik
akuifer yaitu tebal akuifer, koefisien lolos atau permeabilitas, dan hasil

4
jenis. Tebal akuifer diukur mulai dari permukaan air tanah (water table)
sampai pada suatu lapisan yang bersifat semi kedap air (impermeable)
termasuk aquiclude dan aquifuge. Permeabilitas merupakan kemampuan
suatu akuifer untuk meloloskan sejumlah air tanah melalui penampang 1
m2. Nilai permeabilitas akuifer sangat ditentukan oleh tekstur dan
struktur mineral atau partikel-partikel atau butir-butir penyusun batuan.
Semakin kasar tekstur dengan struktur lepas, maka semakin tinggi batuan
meloloskan sejumlah air tanah. Sebaliknya, semakin halus tekstur dengan
struktur semakin tidak teratur atau semakin mampat, maka semakin
rendah kemampuan batuan untuk meloloskan sejumlah air tanah. Dengan
demikian, setiap jenis batuan akan mempunyai nilai permeabilitas yang
berbeda dengan jenis batuan yang lainnya. Hasil jenis adalah kemampuan
suatu akuifer untuk menyimpan dan memberikan sejumlah air dalam
kondisi alami. Besarnya cadangan air tanah atau hasil jenis yang dapat
tersimpan dalam akuifer sangat ditentukan oleh sifat fisik batuan
penyusun akuifer (tekstur dan struktur butir-butir penyusunnya)
(Anonim, 2006).
Todd (1980) menyatakan bahwa tidak semua formasi litologi dan
kondisi geomorfologi merupakan akuifer yang baik. Berdasarkan
pengamatan lapangan, akuifer dijumpai pada bentuk lahan sebagai
berikut:
1. Lintasan air (Water Course)
Bentuk lahan di mana materialnya terdiri dari aluvium yang
mengendap di sepanjang alur sungai sebagai bentuk lahan
dataran banjir serta tanggul alam. Bahan aluvium itu biasanya
berupa pasir dan kerikil.
2. Dataran ( Plain )
Bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas bahan
aluvium yang berasal dari berbagai bahan induk sehingga
merupakan akuifer yang baik.

5
3. Lembah antar pegunungan (Intermontane Valley)
Merupakan lembah yang berada di antara dua pegunungan
dan materialnya berasal dari hasil erosi dan gerak massa batuan
dari pegunungan di sekitarnya.
4. Lembah terkubur (Burried Valley)
Lembah yang tersusun oleh material lepas yang berupa
pasir halus sampai kasar.
Berdasarkan perlakuannya terhadap air tanah, terdapat lapisan-lapisan
batuan selain akuifer yang berada di bawah permukaan tanah. Lapisan-
lapisan batuan tersebut dapat dibedakan menjadi: Aquiclude, aquitard, dan
aquifuge. Aquiclude adalah formasi geologi yang mungkin mengandung air,
tetapi dalam kondisi alami tidak mampu mengalirkannya, misalnya lapisan
lempung, serpih, tuf halus, lanau. Untuk keperluan praktis, aquiclude
dipandang sebagai lapisan kedap air.
Aquitard adalah formasi geologi yang semi kedap, mampu
mengalirkan air tetap dengan laju yang sangat lambat jika dibanding dengan
akuifer. Meskipun demikian dalam daerah yang sangat luas, mungkin
mampu membawa sejumlah besar air antara akuifer yang satu dengan
lainnya. Aquifuge merupakan formasi kedap yang tidak mengandung dan
tidak mampu mengalirkan air.
2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah aliran sungai ( DAS ) adalah sebuah kawasan yang dibatasi oleh
pemisah topografis, yang menyimpan, menampung dan mengalirkan air curah
hujan yang jatuh di atasnya ke sungai utama yang bermuara ke laut atau
danau (Hadipurnomo,1990). Menurut Budhiyono dan Murdhiyono(1982),
DAS Merupakan ekosistem yang didalamnya terjadi interaksi antara faktor-
faktor biotik( vegetasi ) dan faktor-faktor fisik( tanah dan iklim). Interaksi
yang ada dinyatakan dalam bentuk keseimbangan input dan output air serta
sedimen yang dikeluarkan.
DAS mempunyai ciri-ciri luas dan bentuk daerah, keadaan topografi,
kepadatan drainase, geologi dan elevasi rata-rata DAS (Subarkah, 1980).
Sedangkan keadaan fisik daerah aliran sungai dipengaruhi oleh tiga parameter

6
yaitu tanah, vegetasi dan sungai. Faktor tanah meliputi luas DAS, topografi,
jenis tanah, penggunaan tanah, kadar air tanah dan kemampuan tanah
menyerap air. Sedangkan vegetasi meliputi jenis tanaman, kapasitas
pengambilan air oleh tanaman, luasan hutan dan kemampuan tanaman
mengendalikan air. Sungaimeliputi luas penampang sungai, debit air sungai
dan kapasitas penampungan sungai.
Vegetasi menahan sebahagian hujan yang jatuh, sebahagiannya lagi jatuh
di permukaan tanah. Jika kapasitas intersepsi, infiltrasi dan bagian yang
cekung telah terpenuhi, maka akan terjadi proses aliran permukaan yang
menyebabkan erosi (Subarkah, 1980). Menurut Sosrodarsono dan Tekeda
(1982), bahwa bentuk daerah aliran sungai terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. DAS berbentuk bulu burung mempunyai debit banjir yang kecil, karena
waktu tiba banjir berbeda-beda dan banjir berlangsung agak lama.
b. DAS yang berbentuk radial, mempunyai debit banjir yang besar di dekat
pertemuan anak-anak sungainya.
c. DAS yang berbentuk paralel, banjir akan terjadi di daerah sebelah hilir
titik pertemuan sungai.

2.3 Konfigurasi Shclumberger


Metode resistivitas dengan konfigurasi Schlumberger dilakukan dengan
cara mengkondisikan spasi antar elektrode potensial adalah tetap sedangkan
spasi antar elektrode arus berubah secara bertahap dengan jarak tertentu maka
akan diperoleh harga-harga tahanan jenis pada kedalaman yang sesuai dengan
jarak elektroda. Harga tahanan jenis dari hasil perhitungan kemudian diplot
terhadap kedalaman (jarak elektroda) pada kertas ‘log–log’ yang merupakan
kurva lapangan. Selanjutnya kurva lapangan tersebut diterjemahkan menjadi
jenis batuan dan kedalamannya.
Metode resistivitas dengan konfigurasi Schlumberger dilakukan dengan
cara mengkondisikan spasi antar elektrode potensial adalah tetap sedangkan
spasi antar elektrode arus berubah secara bertahap (Sheriff, 2002).
Pengukuran resistivitas pada arah vertikal atau Vertical Electrical Sounding
(VES) merupakan salah satu metode geolistrik resistivitas untuk menentukan

7
perubahan resistivitas tanah terhadap kedalaman yang bertujuan untuk
mempelajari variasi resistivitas batuan di bawah permukaan bumi secara
vertikal (Telford, et al., 1990).
Metode geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metode yang
banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah
permukaan untuk mencari keberadaan lapisan akuifer. Selain biaya survei
yang relatif murah, metode geolistrik dengan konfigurasi Schlumberger
mampu untuk mendeteksi adanya nonhomogenitas lapisan batuan bawah
permukaan. Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen
sempurna. Posisi lapisan batuan yang terletak dekat dengan permukaan akan
sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran. Nilai yang terukur adalah
tahanan jenis semu (resistivity).
Konfigurasi Schlumberger bertujuan untuk mencatat intensitas medan
listrik dengan menggunakan pasangan elektroda pengukur yang berjarak
rapat.

b a b
A M N B
Gambar 2.3. Konfigurasi Schlumberger

Pada konfigurasi Schlumberger berlaku OM = ON = l dan OA = OB =


l, sehingga tahanan jenis semunya adalah :
∆V
ρ s=K s (1)
I
Dengan
π (L2 −l 2)
Ks= (2)
2l
....................................................Pada konfigurasi Schlumberger jarak elektroda potensial re
diubah-ubah meskipun jarak elektroda arus selalu diubah-ubah. Hanya harus
diingat bahwa jarak antar elektroda arus harus jauh lebih besar dibanding
jarak antar elektroda potensial selama melakukan perubahan spasi elektroda.

8
Dalam hal ini, selama pembesaran jarak elektroda arus, jarak elektroda
potensial tidak perlu diubah. Hanya jika jarak elektroda arus relatif sudah
cukup besar maka jarak elektroda potensial perlu diubah.

9
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Desember tahun 2018.
Pengambilan data dilakukan di Desa Sungai Salak Kecamatan Rambah Samo
Kabupaten Rokan Hulu koordinat 0046’00”N100029’47”E Pengolahan data
dilakukan di Laboratorium Fisika Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas FKIP
Universitas Pasir Pengaraian.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Sungai Salak


3.2 Metode
Penelitian ini akan dilaksanakan menggunakan Metode geolistrik
konfigurasi Schlumberger di lapangan dan data yang diperoleh merupakan
hasil pengukuran langsung di lapangan.

3.3 Prosedur Penelitian


1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan langkah awal pada sebuah penelitian sebelum
dilakukan pengambilan data. Tahapan ini berisi persiapan persiapan
dalam proses pengambilan data geolistrik resistivitas. Adapun hal-hal
yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah melakukan survei
pendahuluan. Hal yang perlu dilakukan dalam survei pendahuluan ini

10
adalah penentuan lintasan, jumlah titik yang diambil adalah 2 titik
sounding dengan panjang lintasan 100 meter. Posisi lintasan dan panjang
lintasan untuk pengambilan data sangat menentukan jarak antar spasi
elektroda dan posisi penempatan peralatan survei serta hal penting lainnya
adalah mengurus perizinan kepada instansi yang terkait.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian ini dilakukan setelah tahap persiapan
selesai. Tahapan ini merupakan inti dari sebuah penelitian. Adapun hal
hal yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan adalah melakukan proses
pengambilan data dilapangan dengan teknik sounding menggunakan
konfigurasi Schlumberger.
Proses pengambilan atau akuisisi data geolistrik resistivitas dilakukan di
lokasi yang telah di tentukan sebelumnya pada survei pendahuluan.
Konfigurasi elektroda yang digunakan adalah konfigurasi Schlumberger.
Dengan tujuan untuk menduga resistivitas lapisan-lapisan batuan bawah
permukaan secara vertikal.
Untuk menentukan kedalaman akuifer dan airtanah, proses akuisasi data
resistivitas menggunakan konfigurasi Schlumberger dengan teknik
vertical electrical sounding, sehingga akan diperoleh nilai resistivitas
lapisan-lapisan batuan bawah permukaan secara vertikal. Pengukuran
geolistrik dimulai dari titik tengah lintasan, yaitu dengan menyusun empat
buah elektroda dengan konfigurasi Schlumberger di tengah-tengah
lintasan dan mengatur posisi resistivity meter di pertengahan lintasan.
Setelah arus diinjeksikan ke dalam tanah melalui resistivity meter,
parameter yang diukur dan yang dicatat yaitu arus listrik (I) dan beda
potensial (ΔV) yang terbaca dari resistivity meter. Untuk pengukuran
geolistrik selanjutnya, elektroda arus AB dipindahkan sesuai dengan jarak
yang telah ditentukan, sedangkan elektroda potensial MN tidak dipindah
dan hanya dipindahkan jika jarak MN/2 adalah 1/5 jarak AB/2. Data yang
diperoleh dari lapangan adalah mencatat arus listrik (I) dan beda potensial
(V) antara 2 titik elektroda. Ulangi langkah sebelumnya dengan jarak
elektroda atau spasi yang telah ditentukan. Demikianlah seterusnya, jarak

11
bentangan elektroda arus dan potensial selalu diperlebar hingga
pengukuran ke-n dan mencapai maksimum dalam satu lintasan yaitu 100
m. Dan langkah ini dilakukan sampai dengan 2 lintasan.
3. Tahap Penyelesaian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengolahan data hasil
pengukuran di lapangan dan proses interpretasi. Pengolahan data dalam
penelitian ini meliputi perhitungan nilai apparent resistivity (ρ) dengan
menghitung nilai R dan K secara manual. Nilai ρ yang diperoleh
selanjutnya dimasukkan kedalam data dalam tabel New VES Point di
software IP2WIN bersama dengan jaraj AB/2 dan MN. Setelah itu akan
muncul titik titik. Klik tombol OK dan kemudian Simpan.
Maka setelah itu akan muncul grafik dan tabel kecil. (Tabel memberikan
informasi tentang resistivity layer. Kolom ρ adalah nilai resisivitas
(hambatan) tiap lapisan. Kolom Alt adalah altitude atau kedalaman dari
elevasi (ketinggian) titik VES Kolom d memberikan informasi tentang
kedalaman dari permukaan tanah. Kolom h memberikan informasi tentang
ketebalan tiap lapisan dengan nilai resistivitas yang berbeda. Grafikwarna
hitam dan merah memberikan informasi tentang hubungan nilai AB/2 dan
apparent resistivity, grafik warna biru memberikan informasi tentang
variasi dari nilai resistivitas yang ada (banyaknya lapisan yang
memilikinilai resistivitas berbeda). Juga terdapat nilai eror. Untuk
memperkecil nilai eror maka klik point lalu inversion.
Setelah itu simpan file kembali. Dan buka kembali jendela IP2WIN seperti
semula. Lalu open dan add file data yang sebelumnya telah disimpan
karena kita akan mendistribusikan dan menggabungkan 2 data. Lalu
simpan data tersebut dan klik windows dan IP8 untuk menampilkan hasil
lengkapnya. Selanjutnya data dapat dibaca dan hasilnya merupakan jenis
lapisan batuan yang terdapat pada kedalaman bumi tertentu dan
mempunya tahanan jenis serta konfigurasi warna.

12
Gambar 3.2. Layout pengukuran geolistrik

Gambar 3.3. Diagram Alir Penelitian


3.4 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.Resistivitymeter Georesist RS505
2.4 Batang elektroda

13
3.Kabel Elektroda 4 roll Jenis EIW-GRII untuk penghantar Arus dan
Tegangan
4.Power supply (accu 12V)
5.Dua buah meteran
6.Empat buah palu
7.Kalkulator, lembar tabel data, dan alat tulis
8.GPS

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahapan. Tahapan yang dilakukan
terdiri atas tahapan pengumpulan data sekunder dan pengumpulan data
primer.
1. Data Sekunder
Dalam pengumpulan data sekunder, yang dibutuhkan adalah :
a. Data Geologi
Data geologi berupa peta geologi Kabupaten Rokan Hulu

14
Gambar 3.4. Peta Geologi Rokan Hulu

15
Gambar3.5.KemiringanLahanKabup

Gambar 3.6. Variasi Lapisan Tanah


2. Data Primer
Data Primer yang didapatkan dalam penelitian yaitu :

16
a. Panjang bentangan pengukuran dalam satuan meter (m).
b. Jarak bentangan elektroda (a) dalam satuan meter (m).
c. Besarnya arus (I) dalam satuan meter (m).
d. Besarnya tegangan (V) dalam satuan mili-Volt (mV).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

17
4.1 Penghitungan K, ρ, dan R
Prinsip kerja dari metode geolistrik adalah mengalirkan arus listrik ke
dalam bumi, batuan atau tanah melalui dua elektroda arus (current electrode),
kemudian beda potensialnya diukur melalui dua elektroda potensial, sehingga
nilai resistivitasnya dapat dihitung (Anonim, 1992 dan Todd, 1980) dengan
rumus :

Keterangan: ρ adalah tahanan jenis, 2π konstanta, V beda potensial I kuat arus


dan a adalah jarak elektroda.
Berdasarkan Hukum Ohm, diketahui bahwa besar tegangan (V) suatu
material bergantung pada kuat arus (I) dan hambatan listrik (R) yang
dirumuskan sebagai berikut (Prasetiawati l: 2004):
V = IR
Sedangkan K adalah faktor geometri (meter). Faktor geometri merupakan
fungsi kekedudukan terhadap elektroda arus dan elektroda potensial. Oleh
sebab itu setiap susunan atau konfigurasi elektroda mempunyai faktor
geometri yang berbeda-beda. Pada Konfigurasi Schlumberger menggunaksn
persamaan:
K = ρ ( AB2 – MN2 / 2MN )
4.2 Resistivitas
Batuan dari semua sifat fisika batuan dan mineral, resistivitas
memperlihatkan variasi nilai yang sangat banyak. Pada mineral-mineral
logam, nilainya berkisar pada 10-8 hingga 10 Ωm. Begitu juga pada
batuanbatuan lain, dengan komposisi yang bermacam-macam akan
menghasilkan range resistivitas yang bervariasi pula. Nilai tahanan jenis
batuan tergantung dari macam-macam materialnya, densitas, porositas,
ukuran dan bentuk pori-pori batuan, kandungan air, kualitas dan suhu. Jenis
setiap batuan pada akuifer yang terdiri atas material lepas mempunyai nilai
tahanan jenis yang berkurang apabila makin besar kandungan air atau makin
besar kandungan garamnya (misal air asin). Variasi resistivitas material bumi
Ditunjukkan sebagai berikut:

18
4.3 Pengolahan Data
4.3.1 Titik Sounding 1
Lintasan 1 dengan panjang lintasan 100 meter dengan 24 titik dengan titik
koordinat N 000 47’03.69” E 1000 24’ 46.77”. Dengan ketinggian 70 meter.

Gambar 4.1 Grafik dan Tabel


Setelah diolah pada Software IP2WIN didapatilah Resistivity Layer yang
merupakan tabel dengan isian elevasi, tahanan jenis sementara, kedalaman dan
ketebalan.

19
Pengolahan data dalam penelitian ini meliputi perhitungan nilai apparent
resistivity (ρ) dengan menghitung nilai R dan K secara manual. Nilai ρ yang
diperoleh selanjutnya dimasukkan kedalam data dalam tabel New VES Point di
software IP2WIN bersama dengan jaraj AB/2 dan MN. Setelah itu akan muncul
titik titik. Klik tombol OK dan kemudian Simpan.
Setelah diolah pada Software IP2Win data sebelumnya telah dilakukannya
(row delete system) pada data sounding sebelumnya dan keerroran pada grafik dei
perkecil hingga 7,51 % dari 152 %. didapatilah Resistivity Layer yang merupakan
tabel dengan isian elevasi, tahanan jenis sementara, kedalaman dan ketebalan.
Pengolahan data dalam penelitian ini meliputi perhitungan nilai apparent
resistivity (ρ) dengan menghitung nilai R dan K secara manual. Nilai ρ yang
diperoleh selanjutnya dimasukkan kedalam data dalam tabel New VES Point di
software IP2WIN bersama dengan jarak AB/2 dan MN. Setelah itu akan muncul
titik titik. Klik tombol OK dan kemudian Simpan.
Maka setelah itu akan muncul grafik dan tabel kecil. (Tabel memberikan
informasi tentang resistivity layer. Kolom ρ adalah nilai resisivitas (hambatan)
tiap lapisan. Kolom Alt adalah altitude atau kedalaman dari elevasi (ketinggian)
titik VES Kolom d memberikan informasi tentang kedalaman dari permukaan
tanah. Kolom h memberikan informasi tentang ketebalan tiap lapisan dengan nilai
resistivitas yang berbeda. Grafik warna hitam dan merah memberikan informasi
tentang hubungan nilai AB /2 dan apparent resistivity, grafik warna biru
memberikan informasi tentan g variasi dari nilai resistivitas yang ada (banyaknya
lapisan yang memiliki nilai resistivitas berbeda). Juga terdapat nilai eror. Untuk
memperkecil nilai eror maka klik point lalu inversion. Setelah itu simpan file
kembali. Dan buka kembali jendela IP2WIN seperti semula.
Lalu open dan add file data yang sebelumnya telah disimpan karena kita akan
mendistribusikan dan menggabungkan 2 data. Lalu simpan data tersebut dan klik
windows dan IP8 untuk menampilkan hasil lengkapnya. Selanjutnya data dapat
dibaca dan hasilnya merupakan jenis lapisan batuan yang terdapat pada
kedalaman bumi tertentu dan mempunya tahanan jenis serta konfigurasi warna.
Maka hasil pengolahan Data Titik Sounding, maka hasil distribusi olahan dengan
software IP2WIN pada titik sounding 1 dapat dilihat pada:

20
Gambar 4.2 Distribusi Nilai Resistivitas sounding 1
Gambar 4.1 adalah grafik hasil pengolahan yang menunjukkan hubungan antara
spasi elektroda arus dengan titik pusat (AB/2) pada sumbu-x (panjang bentangan) dan
nilai resistivitas pada sumbu-y. kurva merah merupakan kurva standar, garis hitam
dengan titiktitik merupakan kurva hasil pengukuran, dan kurva biru adalah gambaran
pelapisan. Tabel disebelah grafik merupakan Tabel hasil pengolahan data software
IP2WIN yang menjelaskan nilai resistivitas sebenarnya (ρ), jumlah lapisan batuan
(N), ketebalan lapisan (h), dan kedalaman lapisan (d). Gambar 4.2 diatas adalah citra
perlapisan berwarna pseudo cross-section (tampang lintang semu), sumbu vertikal
mewakili kedalaman (m) dan citra berwarna mewakili dari tahanan jenis, mewakili
besarnya resistivitas (Ωm).

Tabel 1. Hasil Interpretasi Lintasan 1 (sounding 1) dengan Konfigurasi


Schlumberger.
No WarnaKonstur NilaiResistivitas Lapisan
(Ωm)

21
1 13,7 – 17,4 Tanah liat dan pasir ( air
tanah)
2 11,7 – 6,21 Batu pasir
3 12,7 – 3,29 Batu kapur dan batu pasir

Dari tabel dapat disimpulkan bahwa terdapat lapisan akuifer yaitu berada
dilapisan paling bawah. Jadi letak posisi Aquifer yang paling besar berada di
kedalaman 4,44 – 11,5 m dari permukaan tanah.
4.3.2 Sounding 2
Lintasan 2 dengan panjang lintasan 100 meter dengan 24 titik dengan titik
koordinat N 000 47’03.22” E 1000 24’ 45.44”. Dengan ketinggian 71 meter.

Gambar 4.3 Grafik dan Tabel Penelitian


Setelah diolah pada Software IP2Win data sebelumnya telah
dilakukannya (row delete system) pada data sounding sebelumnya dan
keerroran pada grafik di perkecil hingga 6,04 % dari 191%. didapatilah
Resistivity Layer yang merupakan tabel dengan isian elevasi, tahanan jenis
sementara, kedalaman dan ketebalan. Pengolahan data dalam penelitian ini
meliputi perhitungan nilai apparent resistivity (ρ) dengan menghitung nilai
R dan K secara manual. Nilai ρ yang diperoleh selanjutnya dimasukkan
kedalam data dalam tabel New VES Point di software IP2WIN bersama

22
dengan jarak AB/2 dan MN. Setelah itu akan muncul titik titik. Klik tombol
OK dan kemudian Simpan.
Maka setelah itu akan muncul grafik dan tabel kecil. (Tabel
memberikan informasi tentang resistivity layer. Kolom ρ adalah nilai
resisivitas (hambatan) tiap lapisan. Kolom Alt adalah altitude atau
kedalaman dari elevasi (ketinggian) titik VES Kolom d memberikan
informasi tentang kedalaman dari permukaan tanah. Kolom h memberikan
informasi tentang ketebalan tiap lapisan dengan nilai resistivitas yang
berbeda. Grafik warna hitam dan merah memberikan informasi tentang
hubungan nilai AB /2 dan apparent resistivity, grafik warna biru
memberikan informasi tentan g variasi dari nilai resistivitas yang ada
(banyaknya lapisan yang memiliki nilai resistivitas berbeda). Juga terdapat
nilai eror. Untuk memperkecil nilai eror maka klik point lalu inversion.
Setelah itu simpan file kembali. Dan buka kembali jendela IP2WIN seperti
semula.
Lalu open dan add file data yang sebelumnya telah disimpan karena kita
akan mendistribusikan dan menggabungkan 2 data. Lalu simpan data
tersebut dan klik windows dan IP8 untuk menampilkan hasil lengkapnya.
Selanjutnya data dapat dibaca dan hasilnya merupakan jenis lapisan batuan
yang terdapat pada kedalaman bumi tertentu dan mempunya tahanan jenis
serta konfigurasi warna. Maka hasil pengolahan Data Titik Sounding, maka
hasil distribusi olahan dengan software IP2WIN pada titik sounding 2 dapat
dilihat pada:

23
Gambar 4.4 Distribusi Nilai Resistivitas sounding 2
Gambar 4.3 adalah grafik hasil pengolahan yang menunjukkan hubungan
antara spasi elektroda arus dengan titik pusat (AB/2) pada sumbu-x (panjang
bentangan) dan nilai resistivitas pada sumbu-y. kurva merah merupakan kurva
standar, garis hitam dengan titiktitik merupakan kurva hasil pengukuran, dan
kurva biru adalah gambaran pelapisan. Tabel disebelah grafik merupakan Tabel
hasil pengolahan data software IP2WIN yang menjelaskan nilai resistivitas
sebenarnya (ρ), jumlah lapisan batuan (N), ketebalan lapisan (h), dan kedalaman
lapisan (d). Gambar 4.4 diatas adalah citra perlapisan berwarna pseudo cross-
section (tampang lintang semu), sumbu vertikal mewakili kedalaman (m) dan citra
berwarna mewakili dari tahanan jenis, mewakili besarnya resistivitas (Ωm).
Tabel 2. Hasil Interpretasi Lintasan 2 (sounding 2) dengan Konfigurasi
Schlumberger.
No WarnaKontur NilaiResistivitas Lapisan
(Ωm)

24
1 3,36 – 6,17 Batu kapur dan batu pasir
2 5,32 – 6,65 Batu pasir
3 7,16 – 8,95 Batu pasir dan batu kapur
4 9,64 – 13 Batu pasir (air tanah )

Jadi letak posisi Aquifer yang paling besar berada di kedalaman 251 – 794
m dari permukaan tanah.
4.3.3 Gabungan Sounding 1 dan Sounding 2

Gambar 4.5 Distribusi Nilai Resistivitas sounding 1 dan 2

Tabel 3. Hasil Interpretasi Lintasan gabungan sounding 1 dan 2 dengan


Konfigurasi Schlumberger.
No WarnaKontur NilaiResistivitas Lapisan
(Ωm)
1 3,16 – 4,94 Batu kapur dan batu pasir
2 5,32 – 6,65 Batu lava dan batu pasir
3 7,16 – 8,95 Batu lava dan batu pasir
4 9,16 - 13 Batu pasir dan air tanah
Lintasan 1 dan 2 digabunggkan untuk mencari resistivitas semu yang
sebenarnya di daerah tersebut.. Dari penampang yang didapat dengan software
ipi2win harga resistivitasnya berkisar antara 9,16 - 494 Ωm. Letak posisi Aquifer
berada pada (citra warna merah muda dan merah hati ) nilai resistivitas berkisar
antara 9,16 - 13 Ωm (pada citra merah muda) sedangkan nilai resistivitas antara 13

25
Ωm (pada citra merah hati). Jadi letak posisi Aquifer yang paling besar berada di
kedalaman 2,51 – 7,94 m dari permukaan tanah.

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari hasil aplikasi penelitian metode geolistrik dengan konfigurasi
schlumberger di sekitaran Desa Sungai Salak Kecamatan Rambah Samo,maka
dapat disimpulkan bahwa: letak lapisan aquifer pada setiap sounding hampir sama
yang mana pada sounding 1 letak lapisan aquifer pada kedalaman 4,44 – 11,5 m
dari permukaan tanah dengan resistivitas 13,7 – 17,4 Ωm. Sedangkan pada
sounding 2 letak lapisan aquifer pada kedalaman 251 – 794 m dari permukaan
tanah dengan resistivitas 9,64 – 13 Ωm. Sedangkan pada gabungan sounding 1
dan sounding 2 letak lapisan aquifer pada kedalaman 2,51 – 7,94 m dengan
resistivitas 9,16 – 13 Ωm. Pada hasil citra contour warna yang diperoleh dari
pengolahan data pada IP2Win terdapat adanya citra warna merah muda dan
merah hati setiap sounding.

5.2 Saran
Sebaiknya penelitian ini dilakukan dengan persiapan perlengkapan yang
matang, dan dilakukan oleh lebih dari 5 orang agar lebih mudah saat melakukan
penelitian.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2006). Ketersediaan Hayati Obat. http//www.Portalkalbe.com . 2009.


Peralatan Survei Geofisika. Kementrian PESDM-PSG [Online]
Chin, W.C. dan Todd, P.A. 1995. On the Use, Usefulness and Ease of Use of
Structural Equation Modelling in MIS Research: A Note of Caution. MIS
Quarterly, Vol. 19 No. 2, pp. 237-46.
Coppola et al. 1994. Metode Geolistrik Untuk mengetahui struktur Lapisan Tanah
untuk rel Kereta Api. [Online]
Depertemen Kesehatan Republik indonesia. 2002. Air Bagi kesehatan. [Online]
Dokumen BPS Rokan Hulu.2015.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Rokan Hulu.
[Online]
Hadian, M.S.D. dan O. Abdurahman. Sebaran Akuifer dan Aliran Air Tanah di
Kecamatan Batuceper dan Kecamatan Benda Kota Tangerang, Provinsi Banten.
Jurnal Geologi Indonesia. 2006, 61, 115116.
Halik G, Widodo J. 2008. Pendugaan Potensi Air Tanah Dengan Metode
Geolistrik untuk mendeteksi Keberadaan Air Tanah. Dikampus Tegal Boto.
Jember : TB
Herlambang, Arie, dkk. 1996. Database Air Tanah Jakarta, Studi Opstimisasi
Pengelolaan Air Tanah : Jakarta, Dit P.S., Dep. Analisa Sistem, BPPT. Jakarta
Hidayat, R.S. 2007. Penyelidikan Potensi Air Tanah CAT Sambas. Jurnal
Geologi., 61, 205-206.
Krussman, G.P. and Ridder, N.A. 1970. Analysis and Evaluation of Pumping Test
Data. International Institute for Land Reclamation and Improvement,
Wageningen.
Linsley Ray K., 1989. Hidrologi Untuk Insinyur. Penerbit Erlangga. Jakarta

27
Prasetiawati, L. 2004. Aplikasi Metode Resistivitas dalam Eksplorasi Endapan
Laterit Nikel serta Studi Perbedaan Ketebalan Endapannya Berdasarkan
Morfologi Lapangan.. Jakarta: Universitas Indonesia.
Rismunandar, 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algensindo, Bandung. Sutrisno,
Totok C. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta, Jakarta
Sheriff, R E., 2002, “Encyclopedic Dictionary of Applied Geophysics, 4th
edition“, SEG Tulsa, Oklahoma.
Sutrisno, Totok C. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta, Jakarta
Syukri dan Bijaksana.2000.Mendeteksi kondisi fluida dibawah permukaan.
W. M. Telford, et al. 1990. Applied Geophisycs Second Edition. London:
Cambridge University Press

28
LAMPIRAN

29
SOUNDING 1

30
SOUNDING 2

31

Anda mungkin juga menyukai