Anda di halaman 1dari 45

i

PRAKATA

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, atas karunia dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir dengan judul

“Analisis Daya Tampung Beban Pencemar Air Danau di Provinsi Jambi (Studi

Kasus Danau Kerinci)”. Laporan Proposal Tugas Akhir ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk mengerjakan Tugas Akhir pada program Strata-1 di program

studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Batanghari Jambi.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal tugas akhir ini tidak akan

selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. H. Fakrul Rozi Yamali, ME. Selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Batanghari Jambi.

2. Bapak Marhadi, S.T, M.Si. Selaku Ketua Progam Studi Teknik Lingkungan.

3. Ibu Hadrah, S.T, M.T. Selaku Dosen Pembimbing I proposal tugas akhir yang

selalu memberikan arahan serta bimbingan.

4. Ibu Dian Afrianty, S.P, M.Sc. Selaku Dosen Pembimbing II proposal tugas

akhir yang selalu memberikan arahan serta bimbingan

5. Kedua Orang Tua yang memberikan do’a dan semangat

iii
DAFTAR ISI

P R A K A T A.......................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................4
1.4. Batasan Masalah........................................................................................4
1.5. Sistematika Penulisan................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6
2.1. Danau.........................................................................................................6
2.2. Danau Kerinci............................................................................................6
2.3. Pencemaran Air.........................................................................................8
2.3.1. Sumber Pencemar Air Danau.............................................................9
2.3.2. Pengendalian Pencemaran Air Danau..............................................10
2.4. Beban Pencemar......................................................................................11
2.5. Air Limbah Domestik..............................................................................12
2.6. Kriteria Baku Mutu Air...........................................................................13
2.7. Parameter Kualitas Air............................................................................15
2.8. Status Mutu Air.......................................................................................24
2.9. Pengukuran Kecepatan Aliran Sungai dan Debit Aliran.........................24
2.9.1. Pengukuran Tinggi Muka Air..........................................................25
2.9.2. Pengukuran Lebar Aliran Permukaan..............................................25
2.9.3. Pengukuran Debit.............................................................................25
2.10. Metode Indeks Pencemaran.............................................................26
2.11. Daya Tampung Beban Pencemaran.................................................28

iv
2.11.1. Metode Neraca Massa......................................................................29
2.11.2. Metode Streeter Phelps....................................................................31
2.11.3. Metode Qual2E/ Qual2kw...............................................................32
BAB III..................................................................................................................37
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................37
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................37
3.2. Jenis Penelitian........................................................................................37
3.3. Data Penelitian........................................................................................38
3.4. Tahapan Penelitian..................................................................................39

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Danau merupakan salah satu sumber daya alam akuatik berbentuk

cekungan besar pada permukaan bumi yang terdiri dari kumpulan air (tawar atau

asin) dan dikelilingi oleh daratan. Danau terjadi kerana pencairan glester, aliran

air sungai, atau karena adanya sumber mata air. Ukuran danau relatif luas, mulai

dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi (Muthifah dkk, 2017).

Keberadaan danau berperan penting untuk menunjang kehidupan baik

untuk kehidupan organisme di dalam danau atau kehidupan di sekitarnya. Secara

umum perairan danau memiliki peran penting dalam pembangunan dan kehidupan

masyarakat serta memiliki fungsi utama sebagai fungsi ekologi, budidaya dan

sosial ekonomi.

Danau Kerinci merupakan sebuah danau tektonik yang terletak di

Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Indonesia dan memiliki kedalaman hingga

110 meter. Danau ini memiliki luas wilayah 4200 Hektare dengan ketinggian 783

meter di atas permukaan laut. Danau ini berada di dua wilayah kecamatan yaitu

Kecamatan Keliling Danau dan Kecamatan Danau Kerinci. Danau Kerinci

mempunyai pengaruh yang besar dalam memenuhi kebutuhan air di daerah sekitar

Kerinci baik untuk pertanian maupun kebutuhan air minum masyarakat (Samuel

dkk, 2013).

1
Berdasarkan penelitian yang didapat dari Germadan (Gerakan

Penyelamatan Danau) Kerinci, ekosistem Danau Kerinci memiliki potensi

sumberdaya alam yang sangat beragam, meliputi sumber energi (PLTA),

pariwisata, pertanian, perikanan (minapolitan), sumber air baku air minum, serta

pertambangan (bahan galian Golongan C). Besar dan beragamnya potensi

ekosistem Danau Kerinci memiliki dampak positif terhadap perkembangan

kegiatan ekonomi masyarakat, namun apabila pemanfaatan ekosistem danau

dilakukan dengan tidak efisien, justru akan menyebabkan dampak negatif secara

langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan. Dampak negatif langsung

yang dapat terjadi antara lain berupa penurunan kualitas air dan umur pakai danau.

Aktivitas sekitar Danau Kerinci tentunya akan menghasilkan limbah padat dan

cair yang mana jika limbah tersebut tidak diolah terlebih dahulu dan langsung

dibuang ke danau akan mengakibatkan pencemaran danau (Germadan Kerinci,

2014).

Menurunnya kualitas air danau akan mengakibatkan terganggunya daya

tampung danau. Daya tampung beban pencemaran air adalah kemampuan air pada

sumber air, untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air

tersebut menjadi tercemar (Kepmen LH No.110 Th. 2003 tentang Pedoman

Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air).

Perhitungan beban pencemaran air Danau Kerinci dapat dilakukan dengan

menggunakan dua metode berdasarkan KepMen LH No. 110 tahun 2003 yaitu:

metode Neraca Massa dan Streeter Phelps. Penentuan daya tampung beban

pencemaran akan diperoleh batasan limbah yang diperbolehkan masuk ke dalam

2
air danau agar danau mampu memperbaiki kondisi kualitas airnya secara alami

(self Purification) serta diperoleh hasil penurunan beban pencemaran danau untuk

setiap parameter (Irsanda, 2014).

Pada penelitian ini, perhitungan beban pencemaran dilakukan dengan

menggunakan metode Neraca Massa dimana kelebihan metode ini adalah

formulasinya cukup mudah, sedangkan kekurangannya adalah metode ini hanya

dapat diterapkan pada suatu parameter yang tidak dapat mengalami perubahan

(terdegradasi, tidak mengalami pengendapan, tidak hilang karena penguapan, atau

reaksi lainnya) selama proses pencampuran misalnya garam-garam. Sedangkan

penggunaan Neraca Massa untuk parameter BOD, DO, dan NH3N hanya dapat

digunakan sebagai pendekatan saja (Marhadi dkk, 2021).

Metode lainnya yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah melalui

pendekatan faktor emisi limbah domestik, yang mana metode ini membutuhkan

analisa perhitungan atau proyeksi jumlah penduduk untuk mengukur

kemungkinan besaran limbah domestik yang akan dihasilkan oleh aktivitas sekitar

danau yang akan berpengaruh terhadap kualitas air Danau Kerinci. Faktor utama

yang menentukan potensi beban pencemar sektor domestik adalah dengan

mengetahui jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, sehungga perlu dilakukan

analisis untuk memperkirakan jumlah penduduk sampai tahun 2021.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

3
1. Bagaimana status mutu air Danau Kerinci dengan menggunakan metode

indeks pencemaran ?

2. Berapa daya tampung beban pencemaran pada Danau Kerinci dengan

menggunakan metode neraca massa dan metode pendekatan faktor emisi

limbah domestik ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Menganalisis status mutu air Danau Kerinci dengan menggunakan metode

indeks pencemaran.

2. Mendapatkan daya tampung beban pencemar pada Danau Kerinci.

1.4. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Parameter uji kualitas air danau Kerinci mengacu pada Peraturan Pemerintah

No 22 Tahun 2021 tentang baku mutu air limbah domestik, yaitu meliputi:

TSS (Total Suspended Solid), Temperatur, COD (Chemical Oxygen Demand),

BOD (Biological Oxygen Demand), Fospat, serta minyak dan lemak.

2. Pengambilan sampel dilakukan di tiga titik air permukaan Danau Kerinci.

3. Perhitungan daya tampung beban pencemar dilakukan dengan menggunakan

metode Neraca Masa dan Pendekatan faktor emisi limbah domestik sebagai

pembanding.

4
1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan Proposal Tugas Akhir ini meliputi :

Bab I Pendahuluan

Pada Bab ini berisikan mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Batasan Masalah, dan Sistematika Penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Pada Bab ini akan dituliskan semua hal yang berisikan tentang tinjauan

literatur dan penelitian terdahulu mengenai topik penelitian yang diambil. Hal-hal

yang berkaitan dengan perairan dan ekosistem danau beserta landasan-landasan

teorinya termasuk sumber pencemar, beban pencemaran, kriteria baku mutu air

dan parameter kualiatas air akan dibahas secara tuntas dan jelas pada Bab ini serta

mengacu pada aturan penulisan dan dasar ilmiah.

Bab III Metodologi Penelitian

Uraian metodologi penelitian akan memuat informasi mengenai unsur-

unsur penelitian seperti : tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian, variabel

dan data penelitian, tahapan penelitian, serta analisis data penelitian.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Danau

Danau adalah badan air alami berukuran besar yang dikelilingi oleh

daratan dan tidak berhubungan dengan laut, kecuali melalui sungai. Danau bisa

berupa cekungan yang terjadi karena peristiwa alam yang kemudian menampung

dan menyimpan air yang berasal dari hujan, mata air, rembesan, dan air sungai

(Kementrian Lingkungan Hidup, 2004). Menurut pengertian para ahli danau

diartikan sebagai sumber daya air tawar yang berada di daratan yang berpotensi

sangat besar serta dapat dikembangkan dan didayagunakan bagi pemenuhan

berbagai kepentingan (Irianto, 2011).

2.2. Danau Kerinci

Menurut Perda Kabupaten Kerinci No. 14 Tahun 2019, Batas administatif

wilayah Danau kerinci meliputi:

(a) Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kecamatan Sitinjau Laut dan Danau

Kerinci;

(b) Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pesisir Selatan;

(c) Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kota Sungai Penuh; dan

(d) Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Keliling Danau.

Danau Kerinci di Provinsi Jambi merupakan salah satu dari 15 (lima belas)

danau prioritas nasional yang disepakati pada Kesepakatan Bali tentang

Pengelolaan Danau Berkelanjutan melalui penyelengaraan Konferensi Nasional

6
Danau Indonesia I Tahun 2009 di Denpasar Bali. Danau Kerinci terbentuk dari

proses patahan tektonik di jalur Bukit Barisan mempunyai potensi sumber daya

air yang besar dan masih alami, dengan aliran permukaan berasal dari Daerah

Tangkapan Air (DTA) kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat

(TNKS). Ekosistem Danau Kerinci memiliki potensi sumberdaya alam yang

sangat beragam, meliputi sumber energi (PLTA), pariwisata, pertanian, perikanan

(minapolitan), sumber air baku air minum, serta pertambangan (bahan galian

golongan C).

Nontji (2016:3) mengemukakan bahwa kawasan DTA Danau Kerinci telah

banyak mengalami berbagai perubahan tata guna lahan yang menyebabkan

semakin meningkatnya laju erosi, sedimentasi dan eutrofikasi yang menimbulkan

berbagai masalah di lingkungan perairan danau. Dokumen Informasi Kinerja

Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kerinci Tahun (2018:III-4)

menyatakan bahwa kerusakan ekosistem Danau Kerinci termasuk salah satu isu

prioritas lingkungan hidup daerah Kabupaten Kerinci Tahun 2018. Kerusakan

ekosistem Danau Kerinci yang terjadi adalah pendangkalan danau akibat

sedimentasi yang dibawa oleh aliran sungai yang bermuara ke danau, penurunan

kualitas air danau akibat aktivitas pemukiman, industri, pertambangan dan

perikanan, serta menurunnya populasi ikan. Kegiatan pemanfaatan, pengawasan

dan pelestarian sumberdaya dari hulu ke hilir Danau Kerinci yang belum

terintegrasi semakin menurunkan kualitas air Danau Kerinci.

7
2.3. Pencemaran Air

Aktivitas fisik manusia yang dilakukan di badan air maupun daratan

perlahan berpengaruh terhadap ekosistem danau. Hal ini tentunya bagian dari

penyebab pencemaran air dari aktivitas sekitar ekosistem air danau. Pengaruh

yang timbul mengakibatkan penurunan kualitas perairan yang dapat menyebabkan

ketidakstabilan dalam ekosistem.

Pencemaran air didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukkannya

makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan

manusia sehingga kualitas dari air tersebut turun hingga batas tertentu yang

menyebabkan air tidak berguna lagi sesuai dengan peruntukannya (PP No.22,

2021).

Menurut Warlina (2004), Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah

tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat

digolongkan menjadi:

1. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air

berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, dan

adanya perubahan warna, bau dan rasa.

2. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air

berdasarkan zat kimia yang terlarut dan perubahan pH.

3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air

berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada

tidaknya bakteri pathogen.

8
Masalah mengenai pencemaran air menjadi perhatian khusus karena

apabila kandungan yang terdapat pada limbah melebihi baku mutu dapat

menyebabkan keracunan kronis (Napiórkowska-Krzebietke, 2015). Apabila hal

ini terus dibiarkan akan mengakibatkan kerusakan pada ekosistem danau dan

makhluk hidup di dalamnya.

2.3.1. Sumber Pencemar Air Danau

Buruknya kondisi perairan kemungkinan besar disebabkan karena

masuknnya sumber pencemar organik yang berlebih dari sekitar perairan.

Menurut Yudo (2010), terdapat berbagai macam sumber pencemaran, pada

umumnya berasal dari limbah domestik maupun limbah non domestik

seperti limbah perumahan, perkantoran, dan pabrik dan industri.

Berbagai aktivitas masyarakat seperti permukiman, pertanian

kering dan basah, aktivitas budidaya di luar maupun di dalam danau,

merupakan sumber pencemar bagi danau. Hal ini penting dan perlu

diperhatikan oleh semua pihak agar tidak menjadi permasalahan nantinya.

Margonof (2007), mengatakan bahwa ada beberapa jenis bahan pencemar

dapat mencemari air danau diantaranya sedimen, limbah anorganik,

limbah organik, residu pestisida dan lain-lain.

Meningkatnya beban pencemaran yang masuk ke perairan danau

juga disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang berdomisili di sekitar

danau. Umumnya masyarakat sekitar danau membuang limbah domestik,

9
baik limbah cair maupun limbah padatnya langsung ke perairan danau. Hal

ini akan memberikan tekanan terhadap ekosistem perairan danau.

2.3.2. Pengendalian Pencemaran Air Danau

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021

tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup sebagaimana disebutkan dalam pasal 116 ayat (1) menyatakan yang

dimaksud dengan sumber perncemar air merujuk pada perhitungan dan

penetapan alokasi beban pencemar air ialah terdiri atas sektor diantaranya:

(a) industri, (b) domestik, (c) pertambangan, (d) minyak dan gas bumi, (e)

pertanian dan perkebunan, (f) perikanan. (g) peternakan dan (h) pada

sektor lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan peraturan

perundang-undangan.

pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan

penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk

menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air. Untuk menjaga

kualitas air agar tetap pada kondisi alamiahnya, perlu dilakukan

pengelolaan dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana

(Hendrawan, 2005).

Sementara menurut Agustiningsih et. al. (2012) terdapat 3 strategi

pengendalian pencemaran air dilihat dari beberapa permasalahan yang

telah menyebabkan terjadinya pencemaran, diantaranya:

a) Aspek managemen perencanaan

10
b) Aspek sosial kelembagaan

c) Aspek lingkungan/ ekologi

Aspek sosial kelembagaan menjadi aspek prioritas dalam

pengendalian pencemaran air dikarenakan pemanfaatan sumber daya alam

dan kualitas lingkungan berkaitan dengan pola perilaku masyarakat di

sekitarnya. Begitu pula dengan kondisi dan kualitas air danau Kerinci,

dipengaruhi oleh masukkan buangan air limbah yang berasal dari daerah

tangkapan airnya yang dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat di dalamnya.

Aspek manajemen perencanaan menjadi aspek prioritas kedua.

Hal ini mengindikasikan bahwa dalam strategi pengendalian pencemaran

air diperlukan suatu instrumen kebijakan yang dijadikan pedoman dalam

pengendalian pencemaran termasuk pembagian peran antar instansi terkait.

Aspek ekologi menjadi prioritas ketiga, bahwa dalam melakukan upaya

pencegahan pencemaran air dapat dilakukan melalui perbaikan kualitas

lingkungan sekitar sumber air (Agustiningsih et. al., 2012).

2.4. Beban Pencemar

Beban pencemar (polutan) adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi

alam atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan

ekosistem sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut (Effendi, 2003).

Sumber pencemaran yang masuk ke badan perairan dibedakan atas pencemaran

yang disebabkan oleh alam (polutan alamiah) dan pencemaran karena kegiatan

manusia (polutan antropogenik).

11
Air buangan industri adalah air buangan dari kegiatan industri yang dapat

diolah dan digunakan kembali dalam proses atau dibuang ke badan air setelah

diolah terlebih dahulu sehingga polutan tidak melebihi ambang batas yang

diijinkan. Menurut Sugiharto (1987) Air limbah didefinisikan sebagai kotoran dari

masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air

permukaan serta buangan lainnya. Pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat

disebabkan karena kegiatan industri (Gunalan, 1993).

Apabila suatu limbah yang berupa bahan pencemar masuk ke suatu lokasi

perairan sungai atau danau maka akan terjadi perubahan padanya. Perubahan

dapat terjadi pada organisme yang hidup dilokasi tersebut juga pada lingkungan

perairan itu sendiri yaitu berupa faktor fisika dan kimianya (Suin, 1994).

2.5. Air Limbah Domestik

Di dalam Jurnal Teknologi Lingkungan lahan basah oleh Filliazati, dkk

(2013) mengatakan air limbah domestik (greywater) merupakan air buangan yang

berasal dari kegiatan dapur, toilet, wastafel dan sebagainya yang jika langsung

dibuang ke lingkungan tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu akan

menyebabkan pencemaran dan dampak terhadap kehidupan di air.

Tabel 2.1 Sumber Air Limbah


Bell (1977) Kusnoputranto (1986)
Air Limbah Domestik, Limbah yang Air Limbah Rumah Tangga (Domestic
berasal dari rumah tangga, perkantoran, wasted water), Air limbah yang berasal
pusat perdagangan, rumah sakit dan dari pemukiman pada umumnya
mengandung berbagai bahan antara mempunyai komposisi yang terdiri atas
lain : kotoran, urine, dan air bekas (tinja dan urin), air bekas cucian dapur
cucian yang mengandung ditergen, dan kamar mandi, sebagian besar
bakteri dan virus. merupakan bahan organik.
Air Limbah Industri, air limbah ini Air Limbah Kotapraja (Municipal
banyak mengandung bahan pelarut, wasted water), Air limbah yang pada

12
mineral, logam berat, zat pewarna, umumnya berasal dari daerah
nitrogen, sukfida, phospat, dan zat lain perkotaan, perdagangan, sekolah,
yang bersifat toxic. tempat-tempat ibadah dan tempat-
tempat umum lainnya (seperti hotel,
restoran dan lain-lain).

Limbah cair baik domestik maupun non domestik mempunyai beberapa

karakteristik sesuai dengan sumbernya, karakteristik limbah cair dapat

digolongkan pada karakteristik fisik, kimia dan biologi (Metcalf & Eddy, 2003).

Karakteristik air limbah ini sangatlah bervariasi, sehingga tergantung pada sumber

air limbah tersebut. Adapun faktor waktu serta metoda pengambilan sampel juga

berpengaruh pada karakteristik air limbah (Said, 2000).

2.6. Kriteria Baku Mutu Air

Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhuk hidup, zat, energi

atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang

keberadaannya di dalam air (PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup). Baku mutu air digunakan

sebagai tolak ukur terjadinya pencemaran air. Selain itu dapat digunakan sebagai

instrumen untuk mengendalikan kegiatan yang membuang air limbahnya ke

perairan sungai atau danau agar memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan

sehingga kualitas air tetap terjaga pada kondisi alamiahnya.

Apabila suatu danau diperuntukkan sebagai sumber air bagi masyarakat

sekitarnya, maka kualitas air danau harus dijaga dari pencemaran, antara lain

melalui upaya pembagian kelas air, pengurangan beban limbah yang masuk

kedalam danau dengan memperketat aturan baku mutu limbah, dan terutama

13
penegakan melalui pamantauan yang tepat, konsisten, serta peningkatan

partisipasi masyarakat.

Kelas air dan kriteria mutu air dalam PP No. 22 Tahun 2021 menjadi

acuan bagi pemerintah atau pemerintah daerah dalam menetapkan kelas air dan

baku mutu air pada sungai atu danau yang ada di wilayah administratifnya.

Adapun pengelompokan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut:

(a) Kelas I, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air

minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut.

(b) Kelas II, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,

air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

(c) Kelas III, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang

sama dengan kegunaan tersebut.

(d) Kelas IV, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi

pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air

yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.6.1. Baku Mutu Air Limbah Domestik

Menurut Permen LHK RI No 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu

Air Limbah Domestik menyatakan bahwa Air limbah domestik adalah air

14
limbah yang berasal dari aktivitas hidup sehari-hari manusia yang

berhubungan dengan pemakaian air. Selanjutnya, air limbah domestik

yang dihasilkan dari skala rumah tangga dan usaha dan/atau kegiatan

berpotensi mencemari lingkungan, sehingga perlu dilakukan pengolahan

air limbah sebelum dibuang ke media lingkungan.

Setiap usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan air limbah

domestic wajib melakukan pengolahan air limbah domestik yang

dihasilkannya. Pengolahan air limbah domestik dilakukan secara:

(a) tersendiri, tanpa menggabungkan dengan pengolahan air

limbah dari kegiatan lainnya; atau

(b) terintegrasi, melalui penggabungan air limbah dari kegiatan

lainnya ke dalam satu sistem pengolahan air limbah.

Baku mutu air limbah domestik setiap saat tidak boleh terlampaui.

Berikut adalah Tabel untuk kriteria baku mutu air limbah domestik

tersendiri.

Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Domestik Tersendiri


Parameter Satuan *Kadar Maksimum
pH - 6-9
COD mg/L 30
BOD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak dan Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jumlah /100 ml 3000
Debit L/ orang / hari 100
Sumber : Permen LHK No 68/2016

15
2.7. Parameter Kualitas Air

Secara umum air yang berkualitas perlu memenuhi beberapa parameter

yang telah ditentukan. Parameter kualitas air ditentukan untuk memberikan

penilaian standar air yang bersih dan bebas dari bahan kimia berbahaya,

mempunyai pH dan suhu yang sesuai, kandungan amonia dan nitrit yang rendah,

serta tidak tercemar.

Penurunan kualitas air dapat diindikasikan dengan adanya peningkatan

kadar parameter fisika terukur. Misalnya pada peningkatan kadar parameter

warna, berubahnya warna air menjadi kecoklatan hingga hitam dapat

mengindikasikan adanya kandungan bahan kimia seperti logam besi, mangan dan

sianida yang berasal dari pembuangan limbah pabrik. Air yang memiliki bau

yang tidak enak, mengindikasikan salah satunya adanya pencemaran oleh bakteri

coli tinja (E.coli) yang dapat menyebabkan penyakit tipus. Jika air telah tercemar

dengan logam berat dan bakteri E coli, maka secara otomatis air tersebut akan

memiliki rasa (Handayani, 2010).

Mengingat ada banyaknya parameter karakteristik air, water quality index

(WQI) dapat digunakan sebagai satu nilai yang mewakili berbagai parameter air.

Indeks ini merupakan ringkasan atau kesimpulan dari data kualitas air yang

direpresentasikan sebagai suatu angka yang menggambarkan tingkat kualitas air.

Terdapat banyak metode dan parameter fisika, kimia maupun biologi yang diukur

dalam pemeriksaan kualitas air, namun indeks kualitas air (water quality index)

merupakan salah satu metode yang paling sederhana dan mudah dipahami oleh

petugas monitoring dan masyarakat umum.

16
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003,

air limbah domestik terdiri dari parameter BOD, TSS, pH, minyak dan lemak

yang apabila keseluruhan parameter tersebut dibuang langsung ke badan

penerima, maka akan mengakibatkan pencemaran air. Oleh karena itu sebelum

dibuang ke badan penerima air, terlebih dahulu harus diolah sehingga dapat

memenuhi standar air yang baik.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 110

Tahun 2003, tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air

pada Sumber Air, terdapat dua metode yang digunakan untuk menghitung daya

tampung beban pencemaran air, yaitu metode Neraca Massa dan Metode Streeter

Phelps. Adapun parameter yang digunakan dalam menentukan daya tampung

beban pencemaran dengan metode Neraca Massa menurut KepMen LH No 110

Tahun 2003 adalah Sebagai berikut

1) Parameter Fisika, terdiri dari beberapa komponen, diantaranya :

(a) Total Suspended Solid (TSS)

Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada

didalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan

membran berukuran 0,45 mikron.

Padatan total tersuspensi merupakan salah satu polutan yang

memberikan efek pada kualitas air dan menyebabkan

permasalahan pada estetika badan air, pertumbuhan hewan

akuatik, dan menyebabkan anggaran pada pengolahan air

menjadi lebih tinggi. Menurut PP RI No. 22 Tahun 2021 dengan

17
kriteria mutu air kelas I, TSS dalam baku mutu air danau

disyaratkan tidak lebih dari 25 mg/L.

(b) Temperatur

Suhu merupakan parameter yang menentukan besarnya

kehadiran spesies biologi dan tingkat aktivitasnya dalam

perairan. Kenaikan suhu pada perairan dapat menimbulkan

turunnya jumlah oksigen terlarut/dissolved oxygen (DO),

meningkatnya reaksi kimia dalam air, dan mengganggu aktivitas

kehidupan biota air (Djoharam dkk, 2018). Menurut PP RI No.

22 Tahun 2021 dengan kriteria mutu air kelas I, suhu dalam air

limbah yaitu masuk pada deviasi 3 (± 3°C).

2) Parameter Kimia

(a) Biological Oxygen Demand (BOD)

Biological oxygen demand (BOD) merupakan jumlah oksigen

yang dibutuhkan oleh mikroba/ mikroorganisme dalam perairan

yang berada pada kondisi aerob untuk menstabilkan bahan/materi

organik. Parameter yang umum digunakan untuk pengukuran

kandungan bahan/materi organik dalam limbah cair adalah

BOD5 yaitu pengukuran oksigen terlarut yang digunakan

mikroorganisme untuk oksidasi biokimia zat organik dalam

waktu 5 hari (Asmadi & Suharno, 2012). Menurut PP RI No. 22

Tahun 2021 dengan kriteria mutu air kelas I, BOD dalam air

limbah disyaratkan tidak lebih dari 2 mg/L.

18
(b) Chemical Oxygen Demand (COD)

COD adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui

jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi

bahan/materi organik dengan proses oksidasi secara kimiawi.

Nilai COD dalam perairan biasanya lebih tinggi daripada nilai

BOD. Hal ini disebabkan karena lebih banyak bahan/materi

organik yang dapat dioksidasi secara kimiawi dibandingkan

oksidasi secara biologis (Asmadi & Suharno, 2012). Menurut PP

RI No. 22 Tahun 2021 dengan kriteria mutu air kelas I, COD

dalam air limbah disyaratkan tidak lebih dari 10 mg/L.

(c) Fospat

Fosfat merupakan senyawa kimia dalam bentuk ion yang dapat

menurunkan kualitas perairan dan membahayakan kehidupan

makhluk hidup. Penentuan kadar fosfat yang terdapat dalam air

sungai dilakukan menggunakan metode spektrofotometri UV-

Vis. Reagen yang digunakan dalam pengukuran fosfat adalah

ammonium molibdat dan SnCl2 yang ditunjukkan dengan

perubahan warna menjadi biru.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun

2021 dengan kriteria mutu air kelas I, fosfat dalam air limbah

tidak boleh lebih dari 0,01 mg/L.

19
(d) Minyak dan Lemak

Minyak dan Lemak dalam Air Limbah atau yang lebih dikenal

sebagai Oil and Grease adalah kumpulan senyawa yang

menutupi material yang terlarut di dalam air yang dalam hal ini

adalah air limbah. Parameter ini masuk ke dalam parameter baku

mutu limbah dikarenakan kandungan minyak dan lemak dalam

air tergolong berbahaya untuk kehidupan akuatik maupun

manusia. Kandungan dalam minyak dan lemak terdiri dari

senyawa lipid, senyawa ester, alkohol, dan senyawa volatil

lainnya1. Senyawa senyawa ini merupakan senyawa yang tidak

larut dalam air dan rata-rata memiliki massa jenis yang lebih

ringan dari air sehingga senyawa - senyawa ini mengapung diatas

permukaan air.

Minyak mempunyai berat jenis lebih kecil dari air sehingga akan

membentuk lapisan tipis di permukaan air. Kondisi ini dapat

mengurangi konsentrasi oksigen terlarut dalam air karena fiksasi

oksigen bebas menjadi terhambat. Minyak yang menutupi

permukaan air juga akan menghalangi penetrasi sinar matahari ke

dalam air sehingga menganggu ketidakseimbangan rantai

makanan. Minyak dan lemak merupakan bahan organik bersifat

tetap dan sukar diuraikan bakteri (Andreozzi dkk, 2000; Atlas

dkk, 1992). Menurut PP RI No. 22 Tahun 2021 dengan kriteria

mutu air kelas I dan II, total minyak dan lemak yang terkandung

20
dalam perairan danau dan atau sejenisnya disyaratkan tidak

melebihi 1 mg/L.

Tabel 2.2 Kriteria Baku Mutu Air Danau/ Sejenisnya Berdasarkan Kelas

PAREMETER SATUAN KELAS KELAS KELAS KELAS KETERANGAN


I II III IV
FISIK
Temperatur °C Deviasi Deviasi 3 Deviasi Deviasi Deviasi
3 3 5 Temperatur dari
keadaan
alamiahnya
Padatan Terlarut Mg/L 1000 1000 1000 1000
Total (TDS)
Padatan tersuspensi Mg/L 25 50 100 400
Total (TSS)
KIMIA
pH 6-9 6-9 6-9 5-9 Tidak berlaku
untuk air gambut
(berdasarkan
kondisi alamiah)
Minyak dan Lemak Mg/L 1 1 1 10
DO Mg/L 6 4 3 1 Angka Batas
minimum
COD Mg/L 10 25 40 80
BOD Mg/L 2 3 6 12
Total P Mg/L 0.01 0.03 0.1 -
Sumber : Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2021

2.8. Status Mutu Air

Status mutu air merupakan tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan

kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu

dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan. Menurut

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang

Pedoman Penentuan Status Mutu Air, penentuan status mutu air dapat

menggunakan Metoda Indeks Pencemaran.

21
Sumitomo dan Nemerow (1970), Universitas Texas, A.S., mengusulkan

suatu indeks yang berkaitan dengan senyawa pencemar yang bermakna untuk

suatu peruntukan. Indeks ini dinyatakan sebagai Indeks Pencemaran (Pollution

Index) yang digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap

parameter kualitas air yang diizinkan (Nemerow, 1974). Indeks ini memiliki

konsep yang berlainan dengan Indeks Kualitas Air (Water Quality Index). Indeks

Pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu peruntukan, kemudian dapat

dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh bagian badan air atau

sebagian dari suatu sungai.

2.9. Pengukuran Debit

Debit (discharge), atau besarnya aliran sungai (stream flow) adalah

volume aliran yang mengalir melalui suatu penampang melintang sungai

per satuan waktu. Debit dinyatakan dalam satuan m3/detik atau liter/detik.

Aliran adalah pergerakan air di dalam alur sungai. Pada dasarnya

perhitungan debit adalah pengukuran luas penampang dikalikan dengan

kecepatan aliran sungai yang dirumuskan sebagai berikut (Sri Harto,

2000):

Q= A × v

Keterangan:

Q = Debit (m3 /d)

A = Luas penampang (m2 )

v = Kecepatan rata-rata (m/d)

22
2.10. Analisa Jumlah Penduduk

Peningkatan jumlah penduduk yang diikuti dengan meningkatnya berbagai

kegiatan telah meningkatkan produksi limbah cair yang di buang ke danau.

Peningkatan pembuangan limbah cair tersebut pada gilirannya dapat

mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas air dan pencemaran pada perairan

danau. Pengendalian pencemaran air yang memadai seharusnya dimulai dengan

kegiatan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar untuk mengetahui jenis

dan lokasi sumber pencemar, perkiraan besaran beban pencemaran serta

kontribusi masing-masing jenis sumber pencemar. Disamping itu, perhitungan dan

analisis kemampuan danau untuk menampung beban pencemar sesuai dengan

kelas peruntukannya perlu dilakukan untuk membatasi jumlah beban pencemar

yang diperbolehkan dibuang ke danau.

Analisa jumlah penduduk dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

menghitung dan mengetahui seberapa besar potensi warga sekitar perairan Danau

Kerinci yang membuang limbah domestiknya ke danau. Batas-batas wilayah yang

memiliki potensi memasukkan limbah domestiknya ke dalam perairan danau

adalah masyarakat yang bermukim dikeliling danau dengan radius permukiman

maksimal 50 meter dari Danau Kerinci. Maka dari itu, perlu dipetakan

permukiman yang tersebar dikeliling danau dengan jarak maksimal yang

ditetapkan sebagai dasar acuan perhitungan.

23
2.10.1. Penduduk Kecamatan Keliling Danau

2.10.2. Penduduk Kecamatan Danau Kerinci

2.11. Metode Indeks Pencemaran

Sumitomo dan Nemerow (1970) dalam Lampiran II Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup mengusulkan suatu indeks yang berkaitan dengan

senyawa pencemaran parameter yang bermakna untuk suatu peruntukan. Indeks

ini dinyatakan sebagai Indeks Pencemaran yang digunakan untuk menentukan

tingkat pencemaran terhadap parameter kualitas air yang diizinkan. Perhitungan

tingkat pencemaran menggunakan Metode Indeks Pencemaran seperti pada Kep-

MENLH N0.115 tahun 2003. Indeks Pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu

peruntukan, kemudian dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi

seluruh badan air atau sebagaian dari suatu sungai. Pengelolaan kualitas air atas

dasar Indeks Pencemaran (IP) ini dapat memberikan masukan pada pengambilan

keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta

melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika penurunan kualitas akibat

kehadiran senyawa pencemar. Indeks pencemaran mencakup berbagai parameter

kualitas yang independen dan bermakna.

Definisi dari Indeks Pencemaran adalah apabila Lij menyatakan kosentrasi

parameter kualitas air yang tercantum dalam baku mutu peruntukan air (J), dan Ci

menyatakan kosentrasi parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari suatu badan

air, maka Pij adalah Indeks pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan

fungsi dari Ci/Lij.

24
Tiap nilai Ci/Lij menunjukkan pencemaran relatif yang diakibatkan oleh

parameter kualitas air, nisbah ini tidak mempunyai satuan. Nilai Ci/Lij = 1,0

adalah nilai yang kritis, karena nilai ini diharapkan untuk dipenuhi bagi suatu

Baku Mutu Peruntukan Air. Jika Ci/Lij > 1,0 untuk suatu parameter, maka

kosentrasi parameter ini harus dikurangi atau disisihkan, kalau badan air tersebut

digunakan untuk peruntukan (j). Jika parameter ini adalah parameter yang

bermakna bagi peruntukan, maka pengolahan mutlak harus dilakukan bagi air itu.

Pada metode IP digunakan berbagai parameter kualitas air, maka pada

penggunaannya dibutuhkan nilai rerata dari keseluruhan nilai Ci/Lij sebagai tolak

ukur pencemaran, tetapi nilai ini tidak akan bermakna jika salah satu nilai Ci/Lij

bernilai >1. Jadi indeks ini harus mencakup nilai Ci/Lij yang maksimum. Sungai

akan semakin tercemar untuk suatu peruntukan (j) jika nilai (Ci/Lij R) atau (Ci/Lij

M) adalah lebih besar dari 1,0. Jika nilai (Ci/Lij)M dan atau nilai (Ci/Lij)R makin

besar, maka tingkat pencemaran suatu badan air akan semakin besar pula. Jadi

rumus yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran pada sungai

digunakan rumus dibawah ini:

Keterangan;
Pij=
√ ( LijCi ) 2 M +( LijCi )2 R
2

Lij = Kosentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan

dalam baku mutu peruntukan air (J)

Ci = Kosentrasi parameter kualitas air dilapangan

Pij = Indeks pencemaran bagi peruntukan (J)

25
Ci/Lij)M = Nilai, Ci/Lij maksimum

(Ci/Lij)R = nilai, Ci/Lij rata-rata

Metode ini menghubungkan tingkat pencemaran suatu perairan yang

dipakai untuk peruntukan tertentu dengan nilai parameter – parameter tertentu,

seperti ditunjukkan pada Tabel. Berikut ini.

Tabel 2.2 Hubungan Nilai IP dengan Status mutu Air

Nilai IP Mutu Perairan


0 – 1,0 Kondisi baik
1,1 – 5, 0 Cemar Ringan
5,0 - 10,0 Cemar sedang
>10,0 Cemar berat
Sumber : Kep-MENLH N0.115 tahun 2003

2.12. Daya Tampung Beban Pencemaran

Daya tampung beban pencemaran air adalah kemampuan air pada suatu

sumber air untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air

tersebut menjadi cemar. Penetapan daya tampung merupakan pelaksanaan

pengendalian pencemaran air yang menggunakan pendekatan kualitas air.

Pendekatan ini bertujuan untuk mengendalikan zat pencemar yang berasal dari

berbagai sumber pencemar yang masuk ke dalam sumber air dengan

mempertimbangkan kondisi instrinsik sumber air dan baku mutu air yang

ditetapkan (Fatmawati dkk, 2012).

Perhitungan beban pencemaran menurut Moersidik dan Rahma tahun

2011, beban pencemaran atau load (L) adalah konsentrasi bahan pencemar (C)

26
dikalikan kapasitas aliran air atau debit air (Q) yang mengandung bahan pencemar

pada persamaan.

L=C ×Q

Dengan keterangan :

Cr = konsentrasi rata-rata konstituen untuk aliran gabung;

Ci = konsentrasi b konstituen pada aliran ke-i;

Qi = laju alir aliran ke-i;

Mi = massa konstituen pada aliran ke-i.

Penetapan daya tampung beban pencemaran menurut Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003 secara ilmiah terdapat beberapa metoda

diantaranya

a. Metoda Neraca Massa

b. Metoda Streeter-Phelps

c. Metoda Qual2E

2.12.1. Metode Neraca Massa

Penentuan daya tampung beban pencemaran dapat ditentukan

dengan cara sederhana yaitu dengan menggunakan metoda neraca massa.

Model matematika yang menggunakan perhitungan neraca massa dapat

digunakan untuk menentukan konsentrasi rata-rata aliran hilir (down

stream) yang berasal dari sumber pencemar point sources dan non point

sources, perhitungan ini dapat pula dipakai untuk menentukan persentase

perubahan laju alir atau beban polutan.

27
Jika beberapa aliran bertemu menghasilkan aliran akhir, atau jika

kuantitas air dan massa konstituen dihitung secara terpisah, maka perlu

dilakukan analisis neraca massa untuk menentukan kualitas aliran akhir

dengan perhitungan;

∑CiQi ∑ Mi
CR =
∑ Qi ∑Qi

Keterangan;

CR : konsentrasi rata-rata konstituen untuk aliran gabungan

Ci : konsentrasi konstituen pada aliran ke-i

Qi : laju alir aliran ke-i

Mi : massa konstituen pada aliran ke-i

28
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Objek penelitian ini adalah Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci. Penelitian

ini akan berlangsung selama 6 bulan yaitu pada bulan Februari 2022 s/d Juli 2022.

Pengujian sampel parameter kualitas air danau akan dilakukan di Laboratorium

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jambi.

3.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggabungkan

metode pendekatan kuantitatif dan kualitatif secara berurutan, dimana pada tahap

awal penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif dan dilanjutkan dengan

metode kualitatif.

29
Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menghitung

daya tampung beban pencemar pada Danau Kerinci. Sedangkan pendekatan

kualitatif digunakan untuk menggambarkan status mutu air Danau Kerinci.

3.3. Variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian yang diamati dalam penelitian ini adalah :

1) Parameter kualitas air danau yang terdiri dari parameter fisika dan

kimia. Parameter fisika meliputi :

a) Suhu (temperature)

b) Total Suspended Solid (TSS)

2) Parameter kimia, meliputi :

a) Biologycal Oxygen Demand (BOD)

b) Chemycal Oxygen Demand (COD)

c) Phospat (p)

d) Lemak dan minyak

3) Pengambilan sampling air danau dilakukan pada tiga titik, yaitu :

bagian hulu, tengah dan hiir danau.

4) Metode yang digunakan untuk menentukan status mutu air

menggunakan Metode Indeks Pencemaran

5) Metode yang digunakan untuk menghitung daya tampung beban

pencemaran adalah :

a) Metode Neraca Massa

30
b) Pendekatan faktor emisi limbah domestik sebagai

pembanding.

3.4. Data Penelitian

Data-data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung pada air

Danau Kerinci yang di duga tercemar yang meliputi :

1) Data kualitas air pada air limbah domestik dan air permukaan Danau

Kerinci

2) Titik sumber pencemar perairan Danau Kerinci

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber seperti

hasil penelitian terdahulu, hasil studi pustaka, laporan serta dokumen dari

berbagai instansi yang berhubungan dengan topik yang dikaji. Selain hal-hal

tersebut, data sekunder tentunya juga akan memuat:

1) Data peta administrasi Danau Kerinci

2) Data sebaran pemukiman dan jumlah penduduk sekitar danau

3) Data profil Danau Kerinci

4) Kualitas air Danau Kerinci pada tahun sebelumnya

31
3.5. Tahapan Penelitian

Studi Literatur

Survei Lapangan dan


Penentuan Segmen

Pengumpulan Data

Data Sekunder
Data Primer Literatur terkait
Data hidrolik Data Peta Administrasi
Hasil analisis kualitas air Data Klimatologi
Danau Kerinci Data Profil Danau
Observasi Lapangan Data kualitas air danau 1
tahun sebelumnya

Pengambilan Sampel Air


Danau

Pengujian Kualitas Air Danau di


Laboratorium Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi Jambi

Perhitungan Daya Tampung


Beban Pencemaran Danau
Kerinci

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian

32
33
3.6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini didapat melalui :

1) Observasi Lapangan

2) Lokasi Sampling Penelitian

3) Survey Hidrologi

3.7. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini merupakan proses pengolahan data

dengan tujuan untuk menemukan informasi yang berguna dalam penelitian, yang

kemudian dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan untuk solusi suatu

permasalahan. Proses analisis ini meliputi kegiatan pengelompokkan data

berdasarkan karakteristiknya, melakukan pembersihan data, mentransformasi

data, membuat model data untuk menemukan informasi penting dari data tersebut.

3.7.1 Metode Indeks Pencemaran

Penilaian status mutu air berdasarkan Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 tetang Pedoman Penentuan Status

Mutu Air, dimana nilai tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi

kriteria Danau Kerinci terhadap Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021

tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup. Metode penilaian status mutu air studi ini menggunkan metode

indeks pencemar.

Pij=
√ ( LijCi ) 2 M +( LijCi )2 R
2

34
Keterangan;

Lij = Kosentrasi parameter kualitas air yang


dicantumkan dalam baku mutu peruntukan air (J)

Ci = Kosentrasi parameter kualitas air dilapangan

Pij = Indeks pencemaran bagi peruntukan (J)

Ci/Lij)M = Nilai, Ci/Lij maksimum

(Ci/Lij)R = nilai, Ci/Lij rata-rata

Metode ini menghubungkan tingkat pencemaran suatu perairan

yang dipakai untuk peruntukan tertentu dengan nilai parameter-parameter

tertentu, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Hubungan Nilai IP dengan Status mutu Air

Nilai IP Mutu Perairan


0 ≤ PIj ≤ 1,0 Memenuhi Baku Mutu
1,1 < PIj ≤ 5, 0 Cemar Ringan
5,0 < PIj ≤ 10,0 Cemar sedang
PIj >10,0 Cemar berat
Sumber : Kep-MENLH N0.115 tahun 2003

3.7.2 Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran

1) Metode Neraca Massa

Perhitungan daya tampung beban pencemaran dalam

penelitian ini menggunakan metode neraca massa. Metode neraca

massa merupakan model kualitas air yang paling dasar dan

sederhana dengan memperhitungkan bahan pencemar yang masuk


dan keluar dari proses aliran air.Metode neraca massa menentukan

konsentrasi rata-rata aliran hilir yang berasal dari sumber pencemar

baik itu dari sumber pencemar titik (point sources) ataupun sumber

non titik (non-point sources), dikarenakan beberapa aliran yang

bertemu akan menghasilkan aliran akhir, sehingga metode neraca

massa sangat sesuai untuk menentukan kualitas beban pencemaran

di aliran akhir sungai.

Perhitungan daya tampung beban pencemaran di Danau

Kerinci yang menggunakan metode Neraca Massa memanfaatkan

parameter Total Suspended Solid (TSS), Total Dissolved Solid

(TDS), Temperature (suhu), Biologycal Oxygen Demand (BOD),

Chemycal Oxygen Demand (COD), Dissolved Oxygen (DO),

Phospat (p), Lemak dan minyak. Untuk menentukan daya tamping

beban pencemaran air dipergunakan persamaan rumus dibawah ini.

Rumus tersebut kemudian dibandingkan dengan kelas-kelas yang

ditentukan yaitu dengan menggunakan baku mutu air berdasarkan

Peraturan Pemerintah RI no 22 tahun 2021.

∑CiQi ∑ Mi
CR =
∑ Qi ∑Qi

Keterangan;

CR : konsentrasi rata-rata konstituen untuk aliran gabungan

Ci : konsentrasi konstituen pada aliran ke-i

36
Qi : laju alir aliran ke-i

Mi : massa konstituen pada aliran ke-i

2) Pendekatan faktor emisi limbah domestik

Beban pencemaran maksimum adalah beban pencemaran

yang diperbolehkan di suatu sungai berdasarkan peruntukannya.

Perhitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal

sungai tanpa adanya masukan sumber pencemar, dengan rumus

perhitungan sebagai berikut:

BPM = Q x CBM, dimana :

BPM = Beban Pencemar Maksimum (kg/hari)

Q = Debit terukur (m3/detik)

CBM = Konsentrasi (mg/ liter)

Beban pencemaran aktual adalah beban pencemaran yang

dihasilkan di suatu sungai pada saat kondisi eksisting, rumus yang

digunakan dalam menghitung beban pencemaran aktual adalah:

BPA = Q x CM, dimana :

BPM = Beban Pencemar Aktual (kg/hari)

Q = Debit terukur (m3/detik)

CBM = Konsentrasi terukur (mg/ liter)

Perhitungan beban pencemar proyeksi berasal dari sumber

pencemar yang berasal dari sektor domestik. Faktor utama


menentukan potensi beban pencemar sektor domestik adalah

dengan mengetahui jumlah dan pertumbuhan penduduk. Untuk hal

tersebut perlu dilakukan analisis untuk memperkirakan jumlah

penduduk sampai tahun 2021. Adapun cara perhitungan adalah

dengan menggunakan metode aritmatik, dengan persamaan sebagai

berikut.

Pn=Po+a . n

Keterangan :

Pn = Jumlah Penduduk Tahun Proyeksi

Po = Jumlah Penduduk Awal Tahun Dasar

a = Rata – Rata Pertambahan Penduduk (Juta/Tahun)

n = Kurun Waktu Proyeksi

Setelah didapatkan jumlah penduduk sampai dengan tahun

2021, maka potensi beban pencemar dari sektor domestik dapat

dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

38
DAFTAR PUSTAKA

Agustiningsih, D., (2012), Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran


Berdasarkan Penggunaan Lahan di Sungai Blukar Kabupaten Kendal.
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan, Hal: 30-37.
Agustiningsih, D., Setia B. S., dan Sudarno. 2012. Analisis Kualitas Air dan
Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal.
Jurnal PRESIPITASI Vol. 9 No.2. September 2012, ISSN 1907-187X.
Arlindia, I., dan Afdal. 2015. Analisis Pencemaran Danau Maninjau dari Nilai
TDS dan Konduktivitas Listrik. Jurnal Fisika Unand Vol. 4.
Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Bekti, Wulandari. 2013. Pengaruh Problem-Based Learning terhadap hasil
belajar ditinjau dari motivasi belajar PLC di SMK. Jurnal Pendidikan
Vokasi, 3(2), 178- 191.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Filliazati, Mega., Dkk. 2013. Pengolahan Limbah Cair Domestik dengan Biofilter
Aerob Menggunakan Media Bioball dan Tanaman Kiambang. Jurnal
Teknologi Lingkungan.
Gunalan, D. E. A. 1993. Penerapan Bioremediasi untuk Melenyapkan Polutan
Organik dari Lingkungan. Makalah Diskusi Panel. Kongres Nasional
Perhimpunan Miobiologi Indonesia, Surabaya 2-4 Desember 1993. Univ.
Erlangga.
Hendrawan, Diana. 2005. Kualitas Air Sungai dan Situ di DKI Jakarta. Makara
Teknologi Vol. 9 No. 1 13-19.
Irsanda, P. G. R. 2014. Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran Kali
Pelayaran, Kabupaten Sidoarjo dengan Metode Qual2kw. Surabaya:
Institut Teknologi Sepuluh November
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2014. Gerakan
Penyelamatan Danau (GERMADAN) Kerinci.
KepMen LH No.110. 2003. Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban
Pencemaran Air.
Marganof. 2007. Model Pengendalian Pencemaran Perairan Danau Maninjau.
Thesis. Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Institut Pertanian Bogor
Marhadi Dkk. 2021. Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran Air Sungai
Asam Kota Jambi. Jurnal Daur Lingkungan. 4(2), Agustus 2021, 64-68.
Muthifah, Laillial Dkk. 2018. Analisis Kualitas Air Kandang Suli Kecamatan
Jongkong Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan
Basah. Volume 6 Nomor 1. Universitas Tanjung Pura.
Napiórkowska-Krzebietke, A, Dunalska, J., 2015. Phytoplankton Based Recovery
Requirement for Urban Lakes in the Implementation of the Water
Framework Directive’s Ecological Targets. Oceanological and
Hydrobiological Studies. 44(1): 109-119.
Nontji, A. 2016. Danau Danau Alami Nusantara. Jakarta
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.1. 2010. Tata Laksana
Pengendalian Pencemaran Air.
Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2021. Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Said, Nusa. 2000. Teknologi Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilm
Tercelup. Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol (2) No.1.
Samuel Dkk. 2013. Bioekologi dan Kajian Stok Ikan di Danau Kerinci, Provinsi
Jambi. Laporan Teknis. Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum.
Suin, N.M., lswandi. 1994. Coleoptera tanah di Hutan Pendidiktm dan Penelitian
Biologi Universitas Andalas. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian
Universitas Andalas Padang.
Trisakti, B dan Nugroho, G, 2012. Pemantauan Perubahan Kualitas Danau
Selama Periode 1990-2011 Menggunakan Citra Satelit Multi Temporal. In
Seminar Nasional Limnologi VI. Bogor: Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia Pusat Penelitian Limnologi, p.342-351.
Warlina, L. 2004. Pencemaran Air : Sumber, Dampak dan Penanggulangannya.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Yang, Hon Jung, et-al. 2007. Water Quality Characteristic Along the Course of
The Huangpu River (China). Journal of Environmental Science 19; 1193-
1198.

40
Yudo, Satmoko. 2010. Kondisi Kualitas Air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI
Jakarta Ditinjau dari Paramater Organik, Amoniak, Fosfat, Deterjen dan
Bakteri Coli. JAI Vol 6. No. 1.

Anda mungkin juga menyukai