Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

TRITON Triple-Stage Treatment of Purification


Solusi Mutakhir Menjawab Krisis Air Bersih Indonesia
Masa Depan

BIDANG KEGIATAN:
PKM-GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh:
Wilianto Kurniawan (15/385193/TK/43855) Angkatan 2015
Muhamamd Rosyid (15/379975/TK/43240) Angkatan 2015
Ganang Dino Utama (16/395191/TK/44483) Angkatan 2016

UNIVERSITAS GADJAH MADA


YOGYAKARTA
2017
2

H
3

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL............................................................................................. v
1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
Latar Belakang........................................................................................ 1
Tujuan dan Manfaat................................................................................. 3
2 GAGASAN............................................................................................. 3
Kondisi Kekinian..................................................................................... 3
Solusi yang Pernah Diterapkan............................................................... 5
Gagasan Baru yang Ditawarkan.............................................................. 6
Pihak-Pihak yang Dapat Membantu Implementasi................................. 8
Langkah-Langkah Strategis Implementasi Sistem TRITON.................. 9
3 KESIMPULAN....................................................................................... 9
4 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 10
5 LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................... 11
Lampiran 1 Biodata Ketua dan Anggota................................................. 11
Lampiran 2 Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas.. 19
Lampiran 3 Surat Pernyataan Ketua Tim................................................ 20
4

DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1. Persentase Akses Sumber Air Bersih di Indonesia................ 1
2. Gambar 2. Persentase cara-cara pembuangan kotoran di Indonesia....... 1
3. Gambar 3. Status Mutu Air Sungai di 33 Provinsi Tahun 2015.............. 2
4. Gambar 4. Data Populasi Masyarakat dan Ketersediaan Air Bersih
di Jakarta............................................................................... 4
5. Gambar 5. Rancangan Sistem TRITON.................................................. 6
6. Gambar 6. Skema Pihak-Pihak yang Berkontribusi dalam
Pembangunan TRITON (Triple-Stage Treatment
of Purification)..................................................................... 7
7. Gambar 7. Langkah-langkah Pengaplikasian Sistem TRITON
di Indonesia.......................................................................... 9
5

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Kualitas Air Sungai Paguyaman Tahun 2013............................. 4
Tabel 2. Analisis SWOT Pengolahan Air secara Ex Situ.................................. 5
1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kebutuhan penting masyarakat Indonesia sebagai manusia
adalah air. Kegiatan sehari-hari masyarakat sebagian besar tidak lepas dari
pemanfaatan air, seperti mencuci, memasak, dan mandi. Air yang dimaksud
disebut sebagai air bersih yang mempunyai kualitas tertentu sebagaimana
tercantum dalam Perkemnkes 416 tahun 1990 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air. Untuk akses air bersih rumah tangga sendiri di
Indonesia berasal dari beberapa sumber, seperti sumur, sungai, danau, air
tanah, dan air hujan dengan persentase sebagaimana terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Persentase Akses Sumber Air Bersih di Indonesia


Sumber: http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Laporan/airber.html
Potensi sungai sebagai salah satu sumber air bersih di Indonesia masih
belum maksimal digunakan. Padahal jumlah sungai Indonesia mencapai
5.590 sungai (Dirjen Sumber Daya Air Kementrian Pekerja Umum, 2011).
Namun, persentase masyarakat untuk akses air bersih melalui air sungai
masih rendah, yaitu 4,91%. Padahal debit air untuk satu sungai sekitar 1.100
m3/detik pada musim penghujan. Jika dibandingkan dengan kebutuhan air
bersih di satu kota sebesar 29.474 L, maka seharusnya telah dapat
memenuhi kebutuhan air bersih mereka.
Salah satu faktor potensi sungai tidak maksimal adalah buruknya
kualitas air sungai akibat kebiasaan buruk masyarakat dalam mengelola
sungai. Menurut Riset Kesehatan Desa (2010) diketahui kebiasan
pembuangan kotoran dengan sanitasi yang kurang baik (misal di sungai)
masih ada, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2. Padahal persentase
penduduk dengan pelayanan air bersih di perkotaan masih sekitar 45%,
sedangkan di pedesaan hanya sekitar 36% (UNICEF Indonesia, 2012).

Gambar 2. Persentase cara-cara pembuangan kotoran di Indonesia


Sumber: Riset Kesehatan Desa 2010
2

Kebiasaan buruk masyarakat dalam pengolahan air memberikan


dampak buruk pula untuk kualitas air. Beberapa daerah di Indonesia kualitas
airnya telah melebihi batas baku mutu air bersih yang diperbolehkan,
terutama air sungai. Kualitas air sungai tercemar berat telah mencapai 68%,
sedangkan sungai yang memenuhi kriteria baku mutu hanya 2%
sebagaimana terlihat pada Gambar 3. Berdasarkan survei indeks kualitas air
oleh badan pengelolaan lingkungan hidup daerah Jakarta, menunjukkan
potensi sumber air bersih dari 29 sungai hanya 5 sungai yang memiliki
indeks kualitas air sedang, sedangkan yang lain berada pada kondisi buruk.

Gambar 3. Status Mutu Air Sungai di 33 Provinsi Tahun 2015


Sumber: http://print.kompas.com/baca/2016/04/29/Air-Sungai-di-Indonesia-
Tercemar-Berat
Pemakaian air yang telah tercemar menimbulkan berbagai
permasalahan, terutama dari segi kesehatan. Di Kota Surabaya dilaporkan
dari hasil pengamatan oleh Dinas Kesehatan Kota, selama tahun 2006
ditemukan kasus diare sebanyak 11.758 orang atau sekitar 7,64%. Menurut
data Departemen Kesehatan tahun 2002, di Kota Surabaya telah terjadi
5.789 kasus diare dan 94 orang diantaranya meninggal dunia. Dampak yang
lebih buruk juga terjadi dari meningkatnya sampah di aliran air sungai
berupa bencana banjir. Bencana tersebut bukan hanya merugikan harta
benda, tetapi juga korban jiwa. Berdasarkan Bappenas-UNDP (2007)
diketahui banjir di Jakarta tahun 2007 telah menewaskan 79 orang dan
memangkas pertumbuhan ekonomi hingga 0,53 %, sebagai akibat dari
kerugian yang diderita dengan nilai sekitar 205 juta dolar US.
Pengotoran aliran sungai dengan limbah rumah tangga memberikan
dampak negatif pula bagi ekosistem sungai di bawahnya. Sebagai contoh
konsentrasi molekul sabun dan deteregen yang tinggi dapat meningkatkan
TSS (Total Suspended Solid) dalam air sungai. Hal tersebut menyebabkan
penetrasi cahaya ke air menjadi berkurang, sehingga proses fotosintesis oleh
fitoplankton dan tumbuhan air menjadi terhambat. Selain itu, limbah
detergen dengan adanya kandung ABS (Alkyl Benzene Sulphonate)
memberikan efek toksisitas pada ikan (Halang, 2004).
Ketersediaan air bersih yang rendah menjadi salah satu topik
permasalahan yang perlu segera diselesaikan. Perkembangan teknologi
pengolahan air telah mulai dikembangkan dan dilakukan penelitian. Namun,
implementasi masih belum masif, hanya di sektor sempit dan industri. Jika
ditinjau dari jumlah air yang bisa diolah, maka air sungai menjadi salah satu
3

alternatif air yang memungkinkan untuk segera diambil dan dimanfaatkan.


Namun, perlu adanya sistem pengolahan air sungai tercemar tersebut
menjadi air bersih yang lebih mudah dikelola menjadi air minum dengan
memanfaatkan kombinasi dan kolaborasi antara teknologi pengolahan air
moden yang telah ada.

B. Tujuan dan Manfaat


Karya tulis ini bertujuan untuk:
1. Membuat sistem pengolahan air sungai secara in situ yang mutakhir
dan ramah lingkungan untuk mengatasi krisis air di Indonesia.
2. Menyusun pola implementasi sistem pengolahan air sungai di
Indonesia secara in situ.
3. Mengkaji kualitas hasil implementasi sistem pengolahan air sungai di
Indonesia secara in situ.
Manfaat karya tulis ini adalah:
1. Bagi mahasiswa: diharakan menjadi sarana observasi dan media
proyek penelitian dalam rangka pengaplikasian sistem pengelolaan air
dan limbah industri berbasis teknologi modern.
2. Bagi masyarakat: diharapkan mampu menjawab tantangan zaman
berkaitan kekurangan air bersih di daerah pemukiman yang berada di
bantaran sungai.
3. Bagi pemerintah: diharapkan memberikan solusi yang solutif dan
implementatif untuk meningkatkan akses air bersih dan tingkat
kesehatan masyarakat di Indonesia, sehingga mendekatkan pada
terwujudnya kesejahteraan bangsa.

GAGASAN
A. Kondisi Kekinian
Semakin maju tingkat kehidupan masyarakat maka akan semakin
tinggi pula tingkat kebutuhan air masyarakat tersebut. Menurut WHO,
jumlah air yang harus dipenuhi agar dapat tercapai syarat kesehatan adalah
84,4 liter perhari, yaitu cukup untuk memenuhi keperluan kesehatan,
minum, memasak dan mencuci. Menurut data dari BPPT tahun 2000,
ketersediaan air permukaan hanya cukup untuk memenuhi sekitar 23%
kebutuhan penduduk. Hal ini memberikan dampak defisit air bersih. Defisit
air di Jawa dan Bali sudah terjadi sejak 1995. Berdasarkan catatan PAM
Jaya, kebutuhan air bersih di Jakarta pada tahun ini sekitar 29.400 liter per
detik di mana hanya 60,6 persen yang bisa dipenuhi dan menyisakan defisit
air 10.000 liter per detik. Padahal masih terdapat potensi sumber air dari air
sungai di Indonesia yaitu sungai di Indonesia yang terhitung sekitar 5.590
buah dan 80% di antaranya memiliki catchment area kurang dari 500 km2
(Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum). Apabila
seluruhnya dimanfaatkan dengan diasumsikan telah memiliki kualitas yang
4

baik, maka diperkirakan kebutuhan air masyarakat Indonesia akan


terpenuhi. Sayangnya sebagian besar sungai yang ada tidak memenuhi batas
kualifikasi sebagai air yang layak untuk dipergunakan.

Gambar 4. Data Populasi Masyarakat dan Ketersediaan Air Bersih di Jakarta


Sumber:http://megapolitan.kompas.com/read/2015/04/29/18050541/Menant
i.Air.Bersih.Murah.dan.Layak.Konsumsi
Berdasarkan Permenkes nomor 416 tahun 1990, air bersih dapat
ditinjau melalui dua parameter, yaitu parameter fisika dan kimia. Parameter
fisika berupa bau, TDS, kekeruhan, rasa, suhu, dan warna. Sedangkan,
parameter kimia berupa kimia anorganik, kimia organik, mikrobiologik, dan
radio aktivitas. Menurut kementrian lingkungan hidup dan kehutunan tahun
2014, ada 7 (tujuh) parameter utama yang digunakan untuk menghitung
indeks kualitas air yang dianggap mewakili kondisii riil air sungai, yaitu
TSS (Total Suspended Solid), DO (Dissolved Oxygen), BOD (Biochemical
Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), T-P (Total Phosfat),
Fecal Coli, dan Total Coli.
Berdasarkan parameter tersebut, jika dilihat dari data kualitas sungai
di Indonesia tergolong masih buruk. Sebagai contoh hasil analisis kualitas
air sungai yang dilakukan di sungai Paguyuman di Kabupaten Boalemo
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Kualitas Air Sungai Paguyaman Tahun 2013
Bagian Bagian Bagian
Parameter Satuan Hulu Tengah Hilir
Sungai Sungai Sungai
pH - 7,66 7,61 7,6
TDS mg/L 100 110 1000
TSS mg/L 2356 2558 254
DO mg/L 5,3 6,1 6,2
BOD mg/L 6,98 6,96 10,44
COD mg/L 17,4 17,4 26,1
Total
Jml/1000 mL 3300 7900 26000
Coliform
Sumber: Abdullah dkk, 2015
B. Solusi yang Pernah Diterapkan
Pemerintah telah menerapkan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008
pasal 1 huruf e mengenai larangan pembuangan sampah tidak pada
tempatnya, termasuk di dalamnya adalah larangan membuang sampah di
5

sungai. Implementasi sanksi dari peraturan tersebut masih belum dilakukan


secara maksimal. Salah satu buktinya adalah jumlah sungai tercemar berat
yang mencapai lebih dari 50% sebagaimana terlihat pada Gambar 3.
Program kali bersih atau disingkat Prokasih merupakan suatu
kebijakan yang telah diterapkan guna menangani masalah pencemaran
sungai di Indonesia. Prokasih diatur oleh pemerintah melalui Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 35 Tahun 1995. Pelaksanaan
program prokasih diharapkan dapat meningkatkan kualitas air sungai
sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya dan diharapkan
dapat mewujudkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat terhadap
pentingnya pemiliharaan air sungai. Program ini mengajak industri-industri
untuk bisa mengolah limbah-limbahnya terlebih dahulu guna mengurangi
pencemaran air sungai. Prokasih ini tidak dapat berjalan baik karena
kerjasama antara pemerintah dan masyarakat tidak baik. Di Jakarta sendiri,
banyak industri yang berkomitmen menangani limbah, tapi berbuat nakal
yaitu secara diam-diam membuang limbahnya langsung ke sungai-sungai di
Jakarta (Kompasiana, 2016).
Selama ini proses pengolahan limbah dilakukan dengan membawa air
sungai ke suatu tempat untuk diolah lagi menjadi air bersih. Setelah
dilakukan proses pemurnian, air yang sudah bersih dialirkan lagi ke sungai.
Pengolahan air secara ex situ yang ada di Indonesia salah satunya adalah
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Pada IPAL, air dan limbah cair
industri sebelum dibuang diolah terlebih dahulu sehingga air dan limbah
cairan tidak lagi mengandung zat kimia dengan kandungan yang melewati
batas baku. Meskipun demikian, tentu saja efek dari senyawa kimia yang
masih lolos dapat membahayakan habitat makhluk air di sungai tempat
pembuangan limbah dan apabila terakumulasi maka konsentrasinya akan
meningkat dan membayakan bagi lingkungan masyarakat yang
menggunakan air sungai tersebut. Jika dianalisis dengan metode SWOT
akan diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 2. Analisis SWOT Pengolahan Air secara Ex Situ
Weakness Strength
Butuh tempat yang luas, Tidak Praktis Proses pengolahan yang baik.
Waktu kurang efisien karena harus Ada uji coba sebelum
dikumpulkan ke suatu tempat. dikembalikan ke sungai.
Opportunities Threat
Didukung oleh program kali bersih Cuaca yang mempengaruhi
milik pemerintah. volume dan debit air sungai.
Dari hasil analisis menggunakan metode SWOT, pengolahan air
sungai secara ex situ memiliki kekurangan yaitu membutuhkan tempat dan
kurang efisien karena air sungai harus dialirkan ke suatu tempat terlebih
dahulu sebelum diolah. Kelemahan tersebut bisa diatasi dengan program
6

TRITON di mana air sungai diolah secara in situ sehingga lebih efisien dari
segi waktu dan tempat.
C. Gagasan Baru yang Ditawarkan
Penanganan pencemaran air sungai dapat dilakukan dengan
mengaplikasikan sistem pemurnian triple-stage TRITON di sepanjang aliran
sungai utama sehingga krisis air bersih di Indonesia masa mendatang dapat
dicegah. Sistem pengolahan air sungai ini dibangun pada sungai yang
memiliki lebar sedikitnya tiga meter dengan kedalaman minimal satu meter.
Istilah triple-stage merujuk pada tiga tahapan filtrasi air sungai yang dipilih
untuk menghasilkan air baku dengan kriteria tertentu sehingga lebih mudah
diolah menjadi air bersih. Kriteria air sungai sebagai output yang
ditargetkan melalui pemurnian ini di antaranya bebas dari limbah domestik,
meminimalisasi zat padat tersuspensi, logam berat berbahaya, dan
mikroorganisme patogen.

Gambar 5. Rancangan Sistem TRITON


Langkah pertama, zat padat tersuspensi penyebab kekeruhan air
dipisahkan dengan menggunakan rotary drum vaccum filter. Untuk
melakukan filtrasi air sungai dari TSS dan sampah berukuran besar, drum
dicelupkan sebagian dan diputar mengikuti arus sungai. Tekanan udara luar
merupakan tekanan atmosferik sedangkan tekanan dalam drum mendekati
vakum, maka air sungai akan tertarik ke dalam melewati medium filter.
Sedangkan suspensi padatan tertinggal di permukaan drum membentuk
cake. Air dikembalikan lagi melalui pipa yang berada di tengah drum
sedangkan cake di permukaan drum akan terkeruk dengan sendirinya oleh
pisau yang dipasang di salah satu titik pada permukaan drum akibat
perputaran drum. Penggunaan alat ini dimaksudkan agar penjernihan air
sungai dapat dilakukan secara kontinyu sehingga mendukung tujuan utama
TRITON untuk menghasilkan air baku secara in situ.
Air yang keluar dari drum kemudian dialirkan menuju sebuah ruangan
dalam tanah di bawah aliran sungai sebagai tempat pengolahan kedua.
Peletakkan lokasi penyaringan di bawah tanah memiliki keunggulan dalam
melakukan penghematan penggunaan area permukaan tanah. Penyaringan
7

yang dilakukan di tahap ini adalah pemisahan limbah logam berat dari air
dengan menggunakan adsorban karbon aktif.
Tahap terakhir yang dilakukan adalah mengalirkan air ke ruangan
selanjutnya di dalam tanah yang disinari ultraviolet untuk disinfeksi
mikroorganisme patogen. Radiasi ultraviolet merusak DNA mikroba pada
panjang gelombang hampir 260 nm, menghalangi replikasi DNA dan efektif
menginaktivasi mikroorganisme (Said, 2011). Hasil penelitian yang
dilakukan Cahyonugroho (2010) menyebutkan bahwa reduksi jumlah
bakteri E.coli optimum mencapai 85% terjadi pada ketinggian lampu UV 10
cm, waktu pemaparan 5 menit pada kedalaman sampel 6 mm disertai
dengan pengadukan.
Air sungai yang telah melewati tiga tahap pemurnian yang telah
disebutkan di atas kemudian di kembalikan lagi melewati pipa dengan
menggunakan pompa untuk menaikkannya kembali ke arus sungai. Untuk
menyuplai energi yang diperlukan pada proses filtrasi TSS, desinfeksi
mikroorganisme, dan pemompaan, TRITON dilengkapi dengan sistem
pembangkit listrik yang memanfaatkan energi dari sinar matahari. Listrik
dapat diperoleh dari sinar matahari menggunakan rangkaian panel surya
yang diletakkan di atas bendungan. Selain itu, digunakan pula pemanfaatan
aliran air sungai keluar sebagai sumber listrik tambahan penyuplai energi di
sistem TRITON. Adapun jarak pemasangan antar TRITON dalam satu aliran
sungai setidaknya lima kilometer untuk menjamin kebersihan air sepanjang
aliran sungai tersebut.
D. Pihak-pihak yang Dapat Membantu Implementasi Gagasan Baru
BPPT

Pemerintah Daerah Institusi Pendidikan

Pemerintah Republik TRITON


Indonesia Masyarakat

Gambar 6. Skema Pihak-Pihak yang Berkontribusi dalam Pembangunan


TRITON (Triple-Stage Treatment of Purification)
Pengolahan air sungai dengan mengaplikasikan sistem TRITON
memerlukan kerja sama dengan berbagai pihak di antaranya :
1 Pemerintah Republik Indonesia
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan secara umum
8

bertindak dalam perumusan, penetapan, dan pelaksanaan regulasi


terkait kelestarian sungai beserta ekosistemnya, pengelolaan sumber
daya air, dan limbah dengan pemberian sanksi yang tegas. Pemerintah
memiliki peran utama dalam membangun fasilitas umum pemurnian
air sungai TRITON dari keuangannya.
2 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT )
Badan ini memiliki peneliti-peneliti dan orang-orang ahli dalam
bidang riset, tentunya mempunyai andil besar dalam perencanaan dan
pengkajian menganai kelayakan dari sistem TRITON apabila
diberlakukan di suatu area tertentu. Selain itu, badan tersebut juga
dapat menyalurkan bantuan peralatan teknologi terbarukan berkaitan
dengan pengolahan air sungai yang telah keluar dari sistem TRITON
tersebut untuk nantinya bisa dijadikan sebagai air minum.
3 Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah memberikan peran dalam membantu
sosialisasi kepada pemimpin dan perwakilan masyarakat di beberapa
desa mengenai pemanfaatan sistem TRITON. Selain itu juga
sarasehan bersama masyarakat akan pentingnya lingkungan bersih,
khususnya wilayah sungai dan memberikan bantuan dana melalui
pemberlakuan rencana lingkungan air bersih sebagai program dari
pemerintahan daerah tersebut. Selain itu, perlu diadakan pengawasan
kualitas air sungai secara berkala, kemudian dievaluasi bersama
dengan teknisi TRITON bersama Dinas Kesehatan Setempat.
4 Institusi Pendidikan bidang Teknik Lingkunan dan Pengolahan Air
Unuk menyukseskan tercapainya pelaksanaan sistem TRITON
ini diperlukan teknisi dan ahli dibidang pengolahan air dan limbah
industri yang berasal dari kalangan terpelajar, yaitu mahasiswa. Hal
ini dapat dipermudah dengan peran institusi pendidikan untuk
memasukkan kompetensi pengolahan air berbasis sistem TRITON.
5 Masyarakat sekitar arus sungai
Masyarakat sekitar diharapkan mempunyai kesadaran diri untuk
tidak membuang sampah sembarangan, yang pada kasus ini ke dalam
aliran sungai. Air sungai yang diolah dengan sistem TRITON pada
akhirnya akan menyisakan endapan-endapan kotoran dan limbah yang
semakin menumpuk seiring dengan bertambahnya waktu
pengoperasian yang akan berdampak pada menurunnya efektivitas
kerja TRITON. Untuk mencegah hal tersebut masyarakat sekitar juga
diharapkan dapat ikut membantu merawat kebersihan TRITON.

E. Langkah-Langkah Strategis Implementasi Sistem TRITON


9

Persetujuan Observasi dan


Riset Pemerintah Perencanaan

Pembangunan Sosialisasi dan Studi


TRITON Pelatihan Kelayakan

Pengoperasian Perawatan Evaluasi

Gambar 7. Langkah-langkah Pengaplikasian Sistem TRITON di Indonesia


Gagasan ini di teliti lebih lanjut dari segi sains seperti riset mengenai
penggunaan koagulan yang tepat dan pemakaian sinar ultraviolet yang
efektif untuk desinfektan dalam skala yang besar. Hasil penelitian kemudian
diajukan pada pemerintah untuk mendapatkan persetujuan agar dapat
dipublikasikan. Langkah selanjutnya adalah melakukan observasi terhadap
sungai-sungai di Indonesia yang perlu dibangun dengan alat pengolah air
sungai ini. Dengan mengetahui karakteristik sungai, berlanjut ke studi
kelayakan apakah sungai tersebut perlu didirikan TRITON atau tidak. Jika
sungai tersebut layak dan perlu didirikan pengolahan air maka tahap
berikutnya yaitu perancangan yang berkaitan dengan kekuatan bangunan
terhadap arus sungai dan pertimbangan lainnya yang penting agar TRITON
dapat beroperasi dengan baik dan berdiri dengan kokoh. Masyarakat
khususnya yang menetap di daerah sekitar aliran sungai diberikan sosialisasi
sehingga seputar sumber daya air bersih sekaligus memperkenalkan sistem
pemurnian triple-stage TRITON mulai dari cara pengoperasian hingga
perawatan. Setelah semua persiapan selesai dilakukan langkah berikutnya
yaitu mulai menjalankan aksi pembangunan oleh pihak pemerintahan.
Setelah TRITON dibangun dan dioperasikan, langkah terakhir yang
dilakukan adalah perawatan dan evaluasi. Setiap masyarakat dan teknisi
TRITON diwajibkan untuk menjaga dan merawat. Sedangkan evaluasi,
dilakukan oleh para peneliti untuk mengetahui kebermanfaatan pengolahan
air sungai ini dan untuk meningkatkan sistem yang ada.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa:
1. Konsep pengolahan air sungai secara in situ dengan sistem TRITON
menerapkan tiga tahapan proses, berupa filtrasi, adsorbsi, dan desinfeksi.
2. Sistem TRITON di Indonesia diharapkan dapat diimplementasikan oleh:
a. Pemerintah dibantu Pemerintah Daerah sebagai pelaksana pembangunan
fisik dan pengawasan perilaku masyarakat dalam pengolahan air bersih.
10

b. Masyarakat sebagai pengelola dibantu dengan teknisi dari institusi


pendidikan.
c. BPPT sebagai pengawas kualitas air sungai dan pengevaluasi kerja
sistem TRITON berkerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup daerah.
3. Sistem TRITON memiliki potensi untuk mengubah air sungai tercemar
menjadi air bersih dengan kualitas air berparameter air baku.

DAFTAR PUSTAKA
Cahyonugroho, O.H., 2010. Pengaruh Intensitas Sinar Ultraviolet dan Pengadukan
Terhadap Reduksi Jumlah Bakteri E. Coli. Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan, 2(1), pp.18-23.
Halang, Bunda. 2004. Toksisitas Air Limbah Diterjen Terhadap Ikan Mas
(Cirprinus caprio). Fakultas Biologi. FKIP Universitas Lambung
Mangkurat.
Kompasiana. (2016, Oktober 1). Kompasiana. Retrieved Februari 2017, 2017,
from http://www.kompasiana.com/wishnubio/prokasih-di-masa-fauzi-
bowo_57ef59c951f9fdf60e69f285
Meriatna, 2008. Penggunaan Membran Kitosan untuk Menurunkan Kadar ogam
Krom (Cr) dan Nikel (Ni) Limbah Cair Industri Pelapisan Logam, Tesis,
Program Studi Teknik Kimia, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra
Utara.
Redjeki, T., Nugroho, A. and Sari, L.R., 2011. Membran Chitosan Modified
Carboxymethyl (CS-MCM) Sebagai Adsorben Ion Cu(II). Prosiding
Seminar Biologi, (vol.8, No. 1).
Said, N.I., 2011. Disinfeksi Untuk Proses Pengolahan Air Minum. Jurnal Air
Indonesia, 3(1).
Sekretariat POKJA AMPL .25 Oktober 2011.80 % Sungai di Indonesia Rawan
Erosi dan Sendimentasi.
http://www.ampl.or.id/old/detail/detail01.php?
row=8&tp=laporan_ampl&ktg=&kd_link=1&jns=&kode=349 (Diakses: 1
Februari 2016)
UNICEF Indonesia. Oktober 2012. Ringkasan Kajian Air Bersih, Sanitasi, &
Kebersihan.
Wendyartaka, Anung. Air Sungai di Indonesia Tercemar Berat. 29 April 2016.
http://print.kompas.com/baca/2016/04/29/Air-Sungai-di-Indonesia-
Tercemar-Berat (Diakses: 30 Januari 2017)
11
12
13
14
15
16
17

Lampiran 1.4 Dosen Pembimbing


18
19

Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas

Alokasi
N Program
Nama / NIM Bidang Ilmu Waktu Uraian Tugas
o Studi
(Minggu)

Wilianto Pengolahan Air


Kurniawan Teknik Limbah dan 10 jam/ President
1
(15/385193/ Kimia Industri, Azaz minggu Director
TK/43855) Teknik Kimia

Pengolahan Air
Muhammad Limbah dan
Director of
Rosyid Teknik Industri, 10 jam/
2 Research and
(15/379975/ Kimia Transportasi dan minggu
Planning
TK/43240) Penyimpanan
Bahan
Ganang
Elemen Mesin Director of
Dino Utama Teknik 10 jam/
3 dan Gambar Design and
(16/395191/ Kimia minggu
Teknik Development
TK/44483)
20

Anda mungkin juga menyukai