Anda di halaman 1dari 31

PENJERNIHAN AIR

DENGAN MEDIA
TUMBUHAN
LINA MALINA. S.SI. M.S

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


Air merupakan sumber bagi kehidupan
• mengalami kesulitan mendapatkan air bersih,
• saat musim kemarau

air sumur mulai berubah warna atau berbau


• Upaya merubahnya menjadi air bersih yang
layak pakai
• salah satu caranya adalah membuat saringan
air.
penyaringan air secara sederhana tidak
dapat menghilangkan sepenuhnya
garam yang terlarut di dalam air
• 1.Sekam padi
Tanaman Penyaring • 2. Biji Kelor
dan Penjernih Air • 3. Kulit Pisang
Secara Alami

• 4. Kangkung dan Kiambang


Tanaman Penyaring • 5. Eceng Gondok
dan Penjernih Air
Secara Alami
2. Biji Kelor
a.Uraian singkat
Enos Tangke Arung, MP, dosen Fahutan Unmul yang menemukan biji
kelor dan menyulapnya menjadi ”serbuk ajaib” yang dapat mengubah air
keruh dengan partikel tanah maupun unsur logam menjadi air bersih layak
konsumsi, dan memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan

Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif rhamnosyloxy-


benzil-isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-
partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air limbah suspensi,
dengan partikel kotoran melayang di dalam air. Penemuan yang telah
dikembangkan sejak tahun 1986 di negeri Sudan untuk menjernihkan air
dari anak Sungai Nil dan tampungan air hujan ini di masa datang dapat
dikembangkan sebagai penjernih air Sungai Mahakam dan hasilnya dapat
dimanfaatkan PDAM setempat.
”Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan mengendapkan
kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga air tersebut
memenuhi standar baku air minum dan air bersih,”

Disebutkan, kandungan logam besi (Fe) dalam air Sungai Mahakam yang
sebelumnya mencapai 3,23 mg/l, setelah dibersihkan dengan serbuk biji kelor
menurun menjadi 0,13 mg/l, dan telah memenuhi standar baku mutu air minum,
yaitu 0,3 mg/l dan standar baku mutu air bersih 1,0 mg/l.

Sedangkan tembaga (Cu) yang semula 1,15 mg/I menjadi 0,12mg/l, telah
memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih yang diperbolehkan, yaitu
1 mg/l, dan kandungan logam mangan (Mn) yang semula 0,24 mg/l menjadi 0,04
mg/l, telah memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih 0,1 mg/l dan
0,5 mg/l.
Namun apabila air tersebut dikonsumsi untuk diminum, aroma
kelor yang khas masih terasa, oleh sebab itu, pada bak
penampungan air harus ditambahkan arang yang dibungkus
sedemikian rupa agar tidak bertebaran saat proses pengadukan.
Arang berfungsi untuk menyerap aroma kelor tersebut.

Selain itu, dari hasil uji sifat fisika kualitas air Sungai Mahakam
dengan parameter kekeruhan yang semula mencapai 146 NTU,
setelah dibersihkan dengan sebuk biji kelor menurun menjadi 7,75
NTU, atau memenuhi standar baku air bersih yang ditetapkan,
yaitu 25NTU. Untuk parameter warna yang semula sebesar
233 Pt.Co menjadi 13,75Pt.Co, atau telah memenuhi standar baku
mutu air minum dan air bersih 15 Pt.Co dan 50Pt.Co.
b. Membuat Serbuk
Cara memperoleh serbuk tersebut cukup sederhana, yaitu dengan menumbuk biji
buah kelor yang sudah tua hingga halus, kemudian ditaburkan ke dalam air
limbah, dengan perbandingan tiga sampai lima miligram untuk satu liter air dan
diaduk cepat. Dalam waktu 10 hingga 15 menit setelah pengadukan, partikel-
partikel kotoran yan terdapat di dalam air akan menyatu dan mengendap, sehingga
air menjadi jernih.

ekstraktif kelor dengan konsentrasi lima persen, yaitu dengan merebus


lima gram tepung biji kelor ke dalam 100 ml air hingga mendidih dan
disaring.
Air saringan kelor ini dapat digunakan untuk menjernihkan air, caranya dengan
mencampur tiga hingga lima militer ekstrak biji kelor ke dalam satu liter air dan
diaduk dengan cepat,” Disebutkan, dalam satu polong buah kelor terdapat 10
hingga 15 biji kelor dengan berat masing-masing biji sebesar 2,5 gram tanpa
kulit ari, dan dari 10 biji kelor dapat dibuat menjadi serbuk untuk menjernihkan
air sebanyak 40 liter.

cara tersebut lebih ekonomis dibanding menggunakan sistem penjernihan air


dengan bahan baku tawas yang digunakan selama ini. Perbedaan penjernihan air
dengan menggunakan tawas dan serbuk biji kelor adalah pada lamanya waktu
pengendapan partikel setelah pengadukan, yaitu hanya lima menit, sedangkan
dengan serbuk kelor mencapai 10 hingga 15 menit. Karena tawas jarang
diproduksi di Kaltim, pihak PDAM Samarinda mendatangkan tawas dari luar
daerah, yaitu dari Sulawesi (Manado) dan Kupang. Tawas tersebut dicampur
dengan aluminium dan sulfat sebelum digunakan untuk menjernihkan air
sungai.
Menurut Enos Tangke, penggunaan serbuk biji kelor lebih ekonomis
dibanding tawas, apalagi tanaman kelor dapat dibudidayakan di Kaltim,
sementara daun dan buahnya yang masih muda pun dapat dimanfaatkan
untuk bahan makanan. Enos yang juga dosen pengasuh mata kuliah
Pengendalian Pencemaran menambahkan, tanaman kelor yang
dikembangbiakkan dengan biji dan stek dapat tumbuh dengan cepat di
daerah berair, sehingga dapat dimanfaatkan untuk dibudidayakan di sekitar
daerah aliran sungai (DAS) Mahakam.
3. Kulit Pisang

Dalam penyaringan air, kulit pisang ini lebih ampuh dari pada penyaringan alami
lainnya, karena mampu menyerap logam berat. Sebelum kita tahu, makan pisang
kulitnya pasti dibuang.
Tidak perlu modifikasi apapun, kulit pisang yang akan dipakai untuk memurnikan
air hanya perlu dicincang kecil-kecil lalu dimasukkan ke dalam air. Dengan
sendirinya logam berat seperti timbal dan tembaga akan terserap oleh serat-serat
yang terdapat pada kulit pisang.
Logam berat merupakan polutan yang berbahaya bagi lingkungan dan
kesehatan. Dalam tubuh manusia, polutan ini bisa terakumulasi dan
memicu dampak negatif dalam jangka panjang atau bahkan bisa
diturunkan pada generasi berikutnya.
Timbal (Pb) misalnya, bisa menghambat sintesis hemoglobin atau zat
merah darah sehingga mengganggu fungsi saraf maupun organ yang lain.
Pada anak, timbal bisa menghambat pertumbuhan sel-sel otak dan
menurunkan tingkat kecerdasan ketika tumbuh dewasa.
Sementara itu, logam berat yang lain yaitu tembaga (Cu) jika terakumulasi dalam
tubuh manusia bisa memicu pengerasan hati (sirosis) dan kerusakan ginjal.
Tembaga juga bisa terakumulasi di jaringan saraf dan kornea mata, sehingga
merusak fungsi penglihatan.
Untuk pemurnian air minum dari logam berat, teknologi yang ada saat ini
umumnya sangat mahal sehingga kurang terjangkau masyarakat umum. Sementara
penyaring alami yang pernah diteliti dan terbukti efektif antara lain limbah sabut
kelapa dan kulit kacang.
Selain murah dan mudah didapatkan, kelebihan lain dari kulit pisang adalah bisa
digunakan berkali-kali. Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam
jurnal Industrial & Engineering Chemistry Research baru-baru ini, kulit pisang
yang dicincang bisa dipakai sebanyak 11 kali.
4. Kangkung dan Kiambang

Kangkung atau bahasa latinnya Ipomoea aquatica forsk merupakan jenis tumbuhan
yang termasuk jenis sayur-sayuran dan ditanam sebagai makanan. Kemudian Kiambang
atau Salvinia molesta mitchell dalam latinnya merupakan tumbuhan air berupa paku-
pakuan berwarna hijau dan permukaannya ditutupi rambut berwarna putih agak
transparan, biasa ditemukan mangapung di air menggenang seperti kolam, sawah,
danau atau sungai yang mengalir tenang.
Pertanyaannya, bagaimana kangkung dan kiambang dapat menjadi penjernih air
sederhana terutama limbah rumah tangga?
Berdasarkan hasil penelitian dapat di sebutkan sebagai salah duanya adalah proses
fotosintesis dari tanaman tersebut. Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang
dilakukan tumbuhan, alga dan beberapa jenis bakeri untuk memproduksi energi
terpakai atau nutrisi dengan memanfaatkan energi cahaya. Fotosintesis merupakan
salah satu cara asimilasi karbon. Dalam fotosintesis, karbon bebas dari CO2 diikat
(difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpanan energi. Tumbuhan
menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang
diperlukan sebagai makanannya. Dan faktor lain adalah proses respirasi. Dalam
istilah sederhana, respirasi adalah kebalikan fotosintesis. Ini adalah proses di mana
zat makanan dipecah dalam kehadiran oksigen untuk membebaskan energi, terutama
sebagai panas. Karbon dioksida dihasilkan sebagai produk. Respirasi terjadi disemua
sel tumbuhan dan terus berlangsung tanpa cahaya. Jadi selama kegelapan, ketika
fotosintesis berhenti respirasi menyerap oksigen dan pembebasan karbon dioksida.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, tanaman kangkung dan kiambang
memiliki potensi untuk menjernihkan air limbah rumah tangga secara alami,
tetapi air tersebut masih belum aman di konsumsi. Selain itu, dapat
mengurangi polusi air sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk dan bakteri
penular penyakit. Semakin lama berada di air kotor atau air limbah rumah
tangga, maka tanaman kangkung dan kiambang akan semakin banyak
menyerap zat-zat yang terkandung didalam air. Sehingga air tersebut menjadi
lebih jernih dari hari ke hari dan bau yang tidak sedap mulai berkurang.
Tanaman kangkung memiliki kemampuan lebih cepat dalam menjernihkan
air limbah rumah tangga dari pada tanaman kiambang. Semakin jernih air
limbah karena tanaman tersebut maka semakin banyak jumlah endapan yang
dihasilkan.
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan adalah tumbuhan kangkung dan kiambang
dapat ditanam ditempat yang airnya tercemar oleh air limbah rumah tangga seperti
sumur, kolam dan air genangan dibawah rumah. Sehingga air tersebut menjadi lebih
jernih dan kembali dapat digunakan.
Adapun kelebihan dari pemanfaatan tumbuhan kangkung dan kiambang, yaitu sebagai
berikut :
1. Mudah didapatkan dan tidak memerlukan biaya untuk mendapatkannya.
2. Mengurangi pencemaran air sebagai sarang penyakit.
3. Tidak memiliki efek samping.
4. Tanaman kangkung dapat dikonsumsi.
5. Tanaman kiambang dapat dijadikan pupuk. Apabila di tempatkan di kolam ikan
dapat dijadikan sebagai penghias kolam dan zat hara yang dihasilkan dapat
dikonsumsi ikan.
Sedangkan kekurangannya, yaitu air limbah rumah tangga yang telah
dijernihkan masih tidak dapat di konsumsi. Karena mikroorganisme
dan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh sebagian besar masih
terdapat di dalam air hasil penjernihan.
56. Eceng Gondok

Eceng gondok atau Eichhornia crassipes pertama kali ditemukan secara tidak
sengaja oleh seorang ilmuan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius. Dia
adalah seorang ahli botani berkebangsaan Jerman, di mana pada tahun 1824 ketika
sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil.
Eceng gondok ditemukan tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa,
aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini
hanya memiliki tinggi sekitar 0,4-0,8 meter dan tidak mempunyai batang,
terkadang berakar dalam tanah.
Bentuk daunnya tunggal dan berbentuk oval, sementara ujung dan pangkalnya
meruncing, pangkal dan tangkai menggembung, permukaan daunya licin dan
berwarna hijau. Termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir kelopaknya berbentuk
tabung. Biji eceng gondok berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak
beruang tiga dan berwarna hijau serta akarnya merupakan akar serabut. Kecepatan
menyesuaikan diri membuat tanaman ini tumbuh dengan cepat.
Disamping itu eceng gondok memiliki masa yang besar, tumbuh mengapung diatas
permukaan air sehingga mudah dipanen dibandingkan tanaman air lainya.
Namun, eceng gondok sering membuat para nelayan dan pengguna transportasi air
kewalahan. Meskipun tumbuhan ini mati sekalipun masih dapat menimbulkan
masalah, karena ia akan turun ke bagian dasar sehingga mempercepat terjadinya
proses pendangkalan.
Nah, dengan berbagai macam hal yang bisa disebabkan oleh eceng gondok.
Dengan bahasa, setiap makhluk punya manfaat, hukum ini juga berlaku pada
tumbuhan tersebut yang tidak membuat nggondok (kesal-red). Pasalnya, Retno
Nuraini, Gagas Pradani, Nur Ilmawati, dan Melissa Hamas mengandalkan fungsi
tanaman eceng gondok dan karbon aktif untuk daur ulang air limbah rumah
tangga. “Air jernih tanpa bau itu nantinya bisa dipakai mandi atau bahan air
minum,” kata Gagas.
Pengelolaan itu dimulai dengan mengumpulkan air limbah rumah tangga ke bak
penampungan. Dengan asumsi sebuah rumah dihuni lima orang, ujar Melissa, air
limbah yang dihasilkan sekitar 700 liter per hari.
Air itu kemudian dialirkan ke kolam yang dipenuhi eceng gondok. Fungsi eceng
gondok berdasarkan literatur, kata Gagas, menyerap senyawa-senyawa organik,
terutama amonia dan fosfat. “Eceng gondok bersifat fitoremediasi atau tumbuhan
yang menyerap polutan.”
Air limbah itu didiamkan di kolam eceng gondok selama 24 jam. Setiap batang eceng
gondok sanggup membersihkan air limbah domestik, selain tinja, itu sebanyak 4 liter.
Setelah sehari penuh, katup penutup saluran air di ujung kolam eceng dibuka untuk
mengalirkan air ke bak penampungan ketiga di bawah tanah.
Di dalam bak itu mereka menyusun saringan berlapis dengan karbon aktif. Bahan arang
yang biasa dipakai untuk menghentikan diare itu berfungsi menghilangkan bau air
limbah. Air jernih tanpa bau itu kemudian akan naik sendiri ke atas atau perlu disedot
pompa air agar bisa naik hingga bak penampungan di atap rumah lantai dua.
Selain itu, akar tanaman ini juga dapat menghasilkan zat alleopathy yang mengandung
zat antibiotoka dan juga mampu membunuh bakteri coli.
Eceng gondok juga mampu menjernihkan atau menurunkan kekeruhan suatu
perairan hingga 120 mg perliter silika selama 48 jam sehingga cahaya matahari
dapat menembus perairan dan dapat meningkatkan produktivitas perairan
melalui proses fotosintesis bagi tanaman air lainnya.
Selain dapat menyerap logam berat, eceng gondok dilaporkan juga mampu
menyerap residu pestisida, contohnya residu 2.4-D dan paraquat. Akar dari
tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) mempunyai sifat biologis
sebagai penyaring air yang tercemar oleh berbagai bahan kimia buatan industri.
Eceng gondok sangat peka terhadap keadaan yang unsur haranya didalam air
kurang mencukupi, tetapi responnya terhadap kadar unsur hara yang tinggi juga
besar. Proses regenerasi yang cepat dan toleransinya terhadap lingkungan yang
cukup besar, menyebabkan eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai
pengendali pencemaran lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai