Anda di halaman 1dari 18

KARYA ILMIAH

PEMAMFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI PUPUK ORGANIK


CAIR

OLEH:

YAFET TUNLIU

1604060123

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
KUPANG
2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Aktivitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa


yang dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukan sebagai barang
buangan yang disebut limbah. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu
proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang dikenal
sebagai sampah, yang kehadirnya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Sumber limbah
umumnya berasal dari rumah tangga. Limbah menjadi masalah penting pada
lingkungan yang padat penduduknya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah volume limbah yang sangat besar, kandungan bahan
pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Pengelolaan limbah dirasakan tidak
memberikan dampak positif kepada lingkungan, dan kurangnya dukungan
kebijakan dari pemerintah, terutamadalam memanfaatkan produk sampingan dari
limbah yang menyebabkan menumpuknya volume limbah.

Permasalahan limbah dapat diartikan sebagai masalah karena dampaknya


mengenai berbagai sesi kehidupan, terutama ditempat yang padat penduduknya.
Berdasarkan pikiran, volume limbah yang dihasilkan manusia rata rata sekitar 0,5
kg/perkapita/hari, sehingga untuk tempat yang padat penduduknya seperti
jakarta,yang memiliki penduduk sekitar 10 juta orang menghasilakan limbah
sekitar 5.000 ton/hari. Bila tidak cepat ditangani secara benar, maka kota-kota
besar tersebut akan tenggelam dalam timbunan limbah berbarengan dengan segala
dampak negatif yang ditimbulkannya seperti pencemaran air,udara tanah dan
sumber penyakit (Purwanto,2008).

Limbah sebagai barang yang memiliki nilai tidak seharusnya diperlakukan


sebagai barang yang menjijikan, melainkan arus dapat dimanfaatkan s3ebagai
bahan mentah atau bahan yang berguna.Pengolahan limbah harus dilakukan
dengan efisien dan efektif yaitu sedekat mungki dengan sumbernya seperti
sekolah dan rumah tangga sehingga jumlah limbah dapat dikurangi.limbah
merupakan sumber daya alam yang sangat besar, apabila dimanfaatkan dengan
baik. Oleh karena itu perlu proses daur ulang secara organik untuk menghasilkan
produk pupuk sebagai unsur hara untuk kesuburan tanah dan perkembangan
tanaman. Pengelolaan limbah diatas dapata dimanfaatkan menjadi pupuk organik
cair yang didalamnya terdapat unsur hara yang yang dibutuhkan tanaman,
perbaikan struktur tanah dan zat yang dapat mengurangi bakteri yang merugikan
dalam tanah.Pupuk organik biasanya tidak meninggalkanresidu/sisadalam tanah
sehingga hasil tanaman akan aman bila dikonsumsi.

Salah satu limbah rumah tangga yang digunakan yang dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk organik cair yaitu limbah kulit pisang. Limbah ini banyak terdapat
di Nusa Tenggara Timur dan dijadikan sebagai bahan buangan dagangan seperti
pisang goreng, keripik, dan selai pisang. Sejauh ini pemamfaatn limbah kulit
pisang masih kurang, hanya sebagagian masarakat yang memanfaatkannya
sebagai pakan ternak dan cukup menarik perhatian kulit pisang terkadang hanya
dibuang begitu saja ditempat sampah tanpa ada pengolahan lebih lanjut hingga
lama kelamaan memberikan efek bau yang kurang sedap pada lingkungan sekitar.
Limbah kulit buah pisang, selain mengandung unsur makro C, N, P-tersedia serta
K yang masing masing berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan buah,
dan batang. Limbah kulit pisang juga mengandung unsur hara mikro seperti Ca,
Mg, Na, dan Zn yang dapat berfungsi untuk pertumbuhan tanaman agar dapat
tumbuh secara optimal sehingga dapat berdampak pada jumlah produksi yang
maksimal. Kulit buah pisang tidak hanya mengandung unsur hara makro dan
mikro tetapi ada senyawa senyawa organik seperti air, karbohidrat, lemak,
protein, kalsium, fosfor, besi, vitamin B dan vitamin C (Dewati, 2008).
Berdasarkan hasil analisis pada pupuk organik cair dan padat dari kulit pisang
yang dilakukan oleh Nasution di laboratorium riset dan teknolgi fakultas
pertanian universitas sumatra utara. Dapat diketahui bahwa kandungan unsur hara
yang terdapat pada pupuk organik padat kulit pisang yaitu, C-organik 6,19%; N-
total 1,34%; P2O5 0,05%; K2O 1,78%; C/N 4,62%, dan Ph 4,8% sedangkan
pupuk organik cair kulit pisang yaitu, C-organik 0,55%; N-total 0,18%, P2O5
0,43%; K2O 1,37%; C/N 3,06% dan pH 4,5% (Mawarni dkk,2014).

Pupuk oragik cair adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal dari hewan
atau tumbuhan yang sudah mengalamifermentasi berupa cairan dan kandungan
bahan kimia didalmnya maksimum 0,5%. Secara kimia, pupuk organik cair dapat
meningkatkan ketersediaan unsur hara dan meningkatkan proses pelapukan bahan
mineral. Pada dasarnya pupuk organik cair memiliki kelebihannya yaitu
pengaplikasiannya lebih muda, unsur hara yang terdapat didalam pupuk cair
mudah diserap tanaman, mengandung mikroorganisme yang banyak, mengatasi
defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara, mampu menyediakan
hara secara cepat, proses pembuatannya memerlukan waktu yang relatif cepat,
serta penerapanya mudah diterapkan yakni tinggal disemprotkan pada tanaman
(Siboro, 2013).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakan yang telah diuraikan di atas, maka dapat


dirumuskan masalah utama yang akan di angkat dalam karia tulis ilmiah ini
adalah bagaimana memanfaatkan kulit pisang sebagai pupuk organik cair.

Adapun sub masalah dari pembuatan karia ilmiah ini yaitu: apa tinjauan
umum dari pisang, kulit pisang, limbah, pupuk, pupuk organik, pupuk organik
cair, dan bagaimana cara membuat pupuk organik cair dari limbah kulit pisang.
1.3 Tujuan

Mengetahui manfaat limbah kulit pisang sebagai pupuk organik cair dan
aplikasinya bagi tanaman.

1.4 Manfaat

1.Bagi pembaca, sebagai masukan untuk mengetahui dan mengelola limbah yang
mencemarkan lingkungan menjadi pupuk organik melalui limbah kulit pisang
yang digunakan sebagai bahan baku.

2.Bagi petani, dengan digunakan pupuk organik cair kulit buah pisang yang tepat
maka dapat memudahkan petani untuk menjaga tanah agar tidak rusak oleh
pupuk berbahan kimia.

. 3.Bagi peneliti, dapat menambahkan pengetahuan dan wawasan dalam mengelola


limbah menjadi pupuk organik.
BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan umum pisang (Mussa acuminata)

Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan berdaun


besar memanjang dari suku Musacea. Buah ini tanaman ini tersusun dalam
tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari yang di sebut sisir. Buah
pisang memiliki kulit yang bervariasi diantaranya berwarna jingga, merah, ungu,
hijau, atau bahkan hitam. Dalam klasisifikasi dan sistematika tumbuhan pisang
termasuk dalam famili musaceae kerabat dekat spesies pisang cukup
banyakseperti musa acuminata, musa balbisiana, musa paradisiaca, musa
sapientum. Adapun secara lengkap, klasifikasi taaman pisang sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : liliopsida

Ordo : Musales

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa acuminata

Pusat keragaman pisang terletak di daerah malaysia (Asia tenggara), Papua dan
Australia. Tumbuhan ini menuyukai iklim tropis panas dan lembab, produksi pisang
dapat berlangsung tanpa mengenal musim. Indonesia, kepulauan pasifik, negara
negara amerika tengah, dan brasil dikenal sebagai negara utama pengekspor pisang.
Jenis jenis lainnya biasa di tanam secara berkelompok di pekarangan, tepi- tepi lahan
taman lain, serta tepi sungai (Suhartono, 2011).

2.2 Kulit pisang

Kulit buah pisang merupakan salah satu bagian dari tanaman pisang yang
selama ini keberadaannya terabaikan. Kulit buah pisang merupakan bahan buangan
(limbah) yang cukup banyak jumlahnya yaitu kira-kira 1/3 dari buah pisang yang
belum dikupas. Kulit buah pisang adalah produksi dari limbah industri pangan yang
dimanfaatkan untuk pakan bahan ternak. Kulit buah pisang kaya akan potasium
sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman. Cranya, cukup drngsn ditanam atau
diletakan begitu saja diantara tanaman. Jika anda kuatir pupuk kulit pisang
mengandung serangga, campurkan kulit buah pisang dengan sedikit air, lalu
hancurkan dengan menggunakan blender setelah itu disiram pada tanaman (Nuris,
2011).
Kulit buah pisang sebagai penghasil enzim xylanase dan juga merupakan
bahan organik yang mengandung bahan kimia seperti magnesium, sodium, fosfor dan
sulfur yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Pemhbuatan pupuk organik
dengan kulit buah pisang dapat dalam bentuk padata atau cair (Nuris, 2011).

Tabel 2.1 Komposisi kulit buah pisang

Kandungan kulit buah Kadar


pisang
Air 68,90%
Karbohidrat 18,50%
Lemak 2,11%
Protein 0,32%
Kalsium 715 (mg/100 g)
Fosfor 117 (mg/100 g)
Vitamin B 0,12 (mg/100 g)
Vitamin C 17,5 (mg/100 g)
Ca, mg/100 g 31
Fe, mg/100 g 26
P, mg/100 g 63
Sumber : Dewati, 2008

2.3 Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No.
18/1999 Jo PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai sisa/buangan dari suatu usaha
dan/atau kegiatan manusia. Menurut WHO, sampah/limbah adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Banyak sampah organik masih
mungkin digunakan kembali /pendaurulangan (re-using), walaupun akhirnya akan
tetap merupakan bahan/material yang tidak dapat digunakan kembali (Dainur, 1995).

Menurut Apriadji (1990), limbah atau sampah merupakan zat zat atau bahan-
bahan yang sudah tidak terpakai lagi mengelompokkan sampah atau limbah
berdasarkan beberapa faktor yaitis Hadiwiyoto (1983) menurut bentuk dan sifatnya.
Berdasarkan bentuknya, sampah dibedakan menjadi sampah padat, cair dan gas.
Berdasarkan sifatnya, sampah dibedakan menjadi sampah yang mengandung senyawa
organik yang berasal dari tanaman, hewan dan mikroba dan sampah anorganik yaitu
garbage (bahan yang mudah membusuk) dan rubbish (bahan yang tidak mudah
membusuk)

Limbah Pertanian merupakan sayuran, ubi dan buah yang terbuang baik
disengaja muupon tidak disengaja untuk memperbaiki kualitas produk tersebut
(Muwakhid, 2005) Keberadaan limbah yang menumpuk tersebut akan mencemari
lingkungan jika tidak segera dibuang atau diolah kembali (Kayouli dan Lee 2002
dalam Arif A, 2013) Limbah-limbah tersebut masih dapat dimanfaatkan kembali
dengan menggunakan teknologi tradisional dan sederhana baik untuk kebutuhan
manusia, hewan ternak, maupun untuk industri (Mastika, 2009).

Limbah pertanian diartikan sebagai bahan yang dibuang di sektor pertanian


seperti jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, jerami kacang tanah, kotoran
ternak, sabut dan tempurung kelapa, dedak padi, dan yang sejenisnya. Limbah
pertanian dapat berbentuk bahan buangan tidak terpakai dan bahan sisa dari hasil
pengolahan (Anonimus, 2008a). Limbah yang berasal dari pengolahan hasil pertanian
secara umum ditandai dengan tingginya kandungan protein, tingginya kandungan
karbohidrat tapi rendah protein, dan tingginya kandungan pati dengan kandungan serat
yang rendah.

Secara garis besar limbah pertanian dibagi ke dalam limbah pra, saat panen,
dan limbah pasca panen Lebih lanjut, limbah pasca panen dapat digolongkan ke dalam
kelompok limbah sebelum diolah dan limbah setelah diolah atau limbah industri
pertanian (Anonimus 2008)

Limbah pertanian pra panen yaitu materi-materi biologi yang terkumpul


sebelum atau pada saat hasil utamanya diambil. Sebagai contoh daun, ranting, atau
batang tanaman. Limbah tersebut biasanya dikumpulkan sebagai sampah dan
umumnya hanya dibakar. Limbah pertanian saat panen merupakan limbah yang
tersedia pada musim panen. Golongan tanaman serealia seperti padi, jagung, dan
solgun merupakan golongan limbah pertanian yang ketersediaannya cukup banyak
pada minim punen: Limbah poca panen-pra olah demikian juga cukup banyak seperti
tempurung sabut dan air buah pada kelapa, atkiran bush atau sayuran dan hal lainnya
yang rusak atau tidak memihi ketertin kualitas, kulit, darah, jeroan, pala ternak
potongan

2.4. Pupuk

Pupuk merupakan bahan alami atau butin yang ditambalikan ke unab dan dapat
meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah satu atau lebih hara esensial Pupuk
dibedakan menjadi 2 mucum yaitu pupak organik dan pupuk anorganik (Maryam dkk.
2008)

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan meram bahan-
bahan kimia dan memiliki kandungan hara yang tinggi (langga dan Marsono, 2011)
Pupuk anorganik memiliki beberapa keuntungan yaitu pemberiannya dapat terukur
dengan tepat, kebutuhan hara tanaman dapat terpenuhi dengan perbandingan yang
tepat, dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Sedangkan kelemahan dari pupuk
anorganik yaitu hanya memiliki unsur hara makro, pemakaian yang berlebihan dapat
merusak tanah bila tidak dumbang dengan pupuk kandang atau kompos, dan
pemberian yang berlebihan dapat membuat tanaman mati (Lingga dan Marsono, 2011)

Sedangkan pupuk organik merupakan pupuk yang sebagian atau seluruhnya


berasal dari bahan organik seperti tumbuhan atau kotoran hewan yang telah melalui
proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk menyediakan
kebutuhan hara tanaman dan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
(Suwahyono, 2011). Pupuk organik mampu menggemburkan lapisan permukaan
tanah, meningkatkan populasi jasat renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan
air, serta meningkatkan kesuburan tanah (Yuliarti, 2009).

2.5. Pupuk Organik

Menurut Purwendro (2007), pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari
sisa-sisa makhluk hidup baik hewan atau tumbuhan Pembuatan pupuk organik juga
diperkaya dengan mikroba yang dapat menyediakan hara sehingga mudah diserap
tanaman. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari

pelapukan bahan-bahan organik beriga sisa-sisa taman, kon hewan dan manusia, batu-
batuan organik yang terbentuk dari tumpukan kotoran setima Tatum tahun Pupuk
organik juga dapat bensal stats limbah industri seperti limbah rumah potong hewan
limbah industri minyak, atsiri, ataupun ur limbah industri yang telah diolah, sehingga
tidak lagi mengandung bahan beracun.

Sebagi hasil pelapukan sisa-sisa makhluk hidup, pupak organik termasuk


pupuk yang lengkap. Artmya, di dalam pupuk tersebut terkandung unsur makro dan
mikro yang dibutuhan tanaman. Unsur-unsor organik an dalam pupuk ini baru bisa
dimanfaatkan tanaman setelah melalui proses dekomposis dalam tanah.

Pupuk organik dalam bentuk yang telah dicampuskas ataupon sogar berperan
penting dalam perbaikan sifat kimia, fiska, dan biologi Tanah serta sebagai sumber
nutrisi tanaman Secara umum kandungan nutrisi hara dalam pupuk organik tergolong
rendah dan agak lambat tersedia, sehingin diperlukan dulam jumlah cukup banyak.
Namun, papuk organik yang telah dikompaskan daput menyediakan hara dalam waktu
yang lebih cepat dibandingkan dalam bentuk segar, karena selama proses
pengomposan telah terjadi proses dekomposisi yang dilakukan oleh beberapa macam
mikroba, baik dalam kondisi aerob maupun anaerob Sumber bahan lompos antara lain
berasal dari limbah organik seperti sisa-sisa tanaman (jerami, batang, dahan), sampah
rumah tangga. kotoran ternak (sapi, kambing, ayam), arang sekam, dan abu dapur
(Anonim. 2006).

Proses pengomposan limbah organik identik dengan proses fermentasi


Fermentasi adalah suatu kegiatan penguraian bahan-bahan karbohidrat. Pada proses
fermentasi biasanya tidak menimbulkan bau busuk dan biasanya menghasilkan
karbondioksida. Suatu fermentasi yang busuk biasanya adalah fermentasi yang
mengalami kontaminasi. Fermentasi yang normal adalah perubahan karbohidrat
menjadi asam (Desrosier, 2008).

Menurut Parnata (2004), keunggulan pupuk organik yaitu memperbaiki sifat


kimia dan fisika tanah, meningkatkan daya serup tanah terhadap air. meningkatkan
aktivitas mikroorganisme tanah, sumber makanan bagi tanaman, ramah lingkungan,
biaya lebih murah, dan meningkatkan kualitas produksi.

2.6. Pupuk Organik Cair

Berdasarkan hemuknya, ada dua jenis pupuk organik yar beredar di pasaran,
yaitu pupuk organik padat dan papuk organik cair Pu organik padat merupakan pupuk
organik yang berbentuk padat dan lazim digunakan petani. Pengaplikasiannya dengan
cara ditabarkan atau dibenamkan dalam tanah Sementara pupuk organik cair
merupakan pupuk organik berbentuk cairan. Pupuk organik cair adalah larutan hasil
dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dan sisa tanaman, kotoran hewan
dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur Pada umumnya
pupuk cair organik tidak merusak tanah dan tanaman meskipun digunakan sesering
mungkin. Selain itu, pupuk cair juga dapat dimanfaatkan sebagai aktivator untuk
membuat kompos (Lingga dan Marsono, 2003).

Pupuk orgamk cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di
pasaran. Pupuk orgamk cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun yang
mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P. K. S. Ca. Mg B. Mo, Cu, Fe, Mn,
dan bahan organik). Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya
dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun sehingga
meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara,
dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat,
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, merangsang pertumbuhan
cabang produksi, meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, mengurangi
gugurnya dan, bunga, dan bakal buah (Huda, 2013).

Pengaplikasian pupuk organik cair umumnya dengan cara disemprotkan ke


daun atau disiramkan ke tanah. Penyemprotan ke daun perlu menggunakan sprayer
(Musnamar, 2006). Ditambahkan oleh Marsono dan Sigit (2005), beberapa jenis
pupuk organik cair dapat langsung disemprotkan ke daun tanpa penambahan air dan
sebaiknya tidak dilakukan pada kondisi terik matahari atau kelembaban rendah karena
larutan pupuk akan cepat menguap

Standar kualitas pupuk organik cair yang baik menurut Departemen Pertanian dapat di
lihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 standar kualitas pupuk organik cair menurut departemen pertanian

No Parameter Satuan Kandungan pupuk organik cair


1. C-organik % 4,5
2. Kadar logam berat
Pb ppm =100
Cb ppm =20
Hg ppm =2
As ppm =20
3. pH - 4-8
4. Kadar total (N+ P2O5+K2O % Dicantumkan
5. Mikroba Patogen Sel/ml Dicantumkan
(E. Coli salmonela)
6. Kadar unsur mikro Ppm Dicantumkan
(Zn,Cu,Mn,Co,Fe)
Sumber: (Simamora, 2006)

Menurut Hadisuwito (2012), pupuk organik cair adalah larutan dari hasil
pembusukan bahan-bahan yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia
yang mengandung unsur hara lebih dari satu unsur Kelebihan dari pupuk organik ini
adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak bermasalah dalam
pencucian hara dan mampu menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan dengan
pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman
walaupun digunakan sesering mungkin.

Keunggulan pupuk organik cair diantaranya adalah menyehatkan lingkungan,


meningkatkan produktifitas tanah, menekan biaya usaha tani dan meningkatkan
kualitas produk. Prinsip kerja pupuk organik cair untuk membantu proses
pertumbuhan tanaman yang dimulai dari meningkatkan produktifitas tanah secara
keseluruhan dilihat baik dari fisik, kimia, maupun biologi. Pupuk organik cair pada
tanah secara fisik dapat menggemburkan tanah, memperbaiki drainase, meningkatkan
daya olah tanah, mencegah erosi dan longsor. Secara loimia dapa merangkatkan
ketersediaan umur hars dan meningkatkan proses pelapskan bahan mineral sedangkan
secara biolog dapat menjadi sumber makanan bags mikroorganisme tanah seperti
fungi, bakteri serta mikroorganisme menguntungkan lainnya sehinga
perkensbangannya jadi

Cara pembuatan pupuk organik dan bahan kulit buah pang dapa dilakukan
dengan dua cara yaitu dalam bentuk padat dan cair

1. Bentuk padatPembuatan pupuk organik dengan baba kulit buah pesang dalam
bentuk padat adalah sebagai berikut:

a.Kulit buah pisang dipotong-potong halus

b.Kulit buah pisang yang telah dipotong-potong dan dicacah hingga halus,
dicampurkan dengan bekatul atau dedak itu dengan bandingan campuran
kulit bush pisang dan dedak atau bekatul adalah 20:1

c.Mencairkan ke gula pasir dengan air sebanyak satu liter, kemudian


kedalam larutan gula tersebut dimasukkan liter bakter dan diaduk hingga
merata

d.Larutan campuran gula dicampurkan ke dalam campuran kulit buah


pisang dan dedak atau bekatul, aduk hingga merata, kemudian digundukan
atau ditumpuk hingga ketinggian 15 20 cm dan ditutup rapat
e.Dalam waktu 4-7 hari pupuk organik kulit buah pisang sudah siap
digunakan

2. Bentuk cair

Pembuatan pupuk organik dengan bahan kulit buah pisane bentuk cair adalah sebagai
berikut:

a.Kulit buah pisang diblender atau ditumbuk hingga halus dan berair Setiap
10 kg kulit buah pisang dicampurkan 10 liter air

b.Cairan kulit buah pisang tersebut dicampurkan dengan gula sebanyak 3 kg.

c.Larutan tersebut didiamkan selama 3 - 4 hari. Setelah 3 - 4 hari pupuk


organik siap digunakan. Setiap 1 liter pupuk organik kulit buah pisang cair
digunakan dalam 10 liter air (Satuhu dan Supriyadi, 2004).
BAB III

METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah dengan
melengkapi dari berbagai literatur yang relevan. Literatur tersebut berupa buku teks,
hasil-hasil penelitian yang terdapat pada jurnal yang terkait dan sumber lain dari situs
internet.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Kulit Pisang

Pisang merupakan salah satu tumbuhan yang termasuk dalam kelas da yang
banyak tumbuh di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia hususnya di Nusa
Tenggara Timur. Namun, masyarakat umumnya hanya mengkonsumsi buahnya saja
misalnya dijadikan sebagai bahan buangan dayangan berbagai macam olahan
makanan seperti pisang goreng, kripik, dan selai pisang sedangkan kulitnya dibuang
begitu saja Kulit pisang yang penuh serat, dapat memberikan perlindungan dan
dengan demikian dapat membantu menurunkan berat badan dan obesitas. Pisang juga
kaya akan kolin dan semua jenis vitamin B Kandungan-kandungan ini mencegah
tubuh menyimpan lemak, terutama di aren perut. Kandungan tersebut mempercepat
proses pembakaran lemak karena kemampuannya dalam mempengaruhi gen
penyimpan lemak secara langsung di dalam tubuh.

Pemanfaatan kulit pisang masih kurang, hanya sebagaian masyarakat yang


memanfaatkannya sebagai pakan ternak dan cukup menarik perbutinn kulit pisang
terkadang hanya dibuang begitu saja di tempat sampah tanpa ada pengolahan lebih
lanjut hingga lama kelamaan memberikan efek bau yang kurang sedap pada
lingkungan sekitar Oleh karena itu, maka diperlukan inovasi baru mengenai
pemanfaatan limbah kulit pisang sebagai pupuk organik cair yang didalamnya
terkandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman, perbaikan struktur tanah dan zat
yang dapat mengurangi bakteri yang merugikan dalam tanah.

4.2. Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair adalah larutan hasil dari pembusukan bahan-bahan organik
yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur
haranya lebih dari 1 unsur. Pupuk cair organik umumnya tidak merusak tanah dan
tanaman walaupun digunakan sesering mungkin Larutan in Juga memiliki bahan
pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung
digunakan oleh tanaman Selain berfungsi sebagai pupuk, juga dapat dimanfaatkan
sebagai aktivator untuk membuat kompos.

Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus yaitu bahan organik basah atau
bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa buah-buahan sisa
sayuran. Semakin besar kandungan selulosa dari bahan organik maka proses
penguraian oleh bakteri akan semakin lama. Selain mudah terdekomposisi bahan ini
kaya nutrisi yang dibutuhkan tanaman.

Ternyata ada unsur lain yang juga dapat diaplikasikan dalam pembuatan pupuk
cair organik seperti amoniak (urine), buah-buahan busuk, dan air cucian beras yang
memiliki kandungan antara lain:
1. Amoniak (urine) mengandung nitrogen dan fosfor.

2. Buah-buahan busuk mengandung nitrogen, fosfor dan kalium.

3. Air cucian beras mengandung karbohidrat, mineral dan fosfor.

4.3. Kandungan Gizi Kulit Buah Pisang


Kulit buah pisang sebagai penghasil enzim xylanase dan juga merupakan
bahan organik yang mengandung unsur kimia seperti magnesium, sodium, fosfor,
sulfur yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Pembuatan pupuk organik
dengan bahan kulit pisang dapat dalam bentuk padat atau cair (Nuris, 2011).

Tabel 4.1. Komposisi kandungan kulit buah pisang

Kandungan Kulit buah pisang Kadar


Air 68,90%
Karbohidrat 18,50%
Lemak 2,11%
Protein 0,32%
Kalsium 715 (mg/100g)
Fosfor 117 (mg/100g)
Vitamin B 0,12(mg/100g)
Vitamin C 17,5(mg/100g)
Ca,mg/100g 31
Fe, mg/100g 26
P, mg/100g 63
Sumber: Dewati,2008

4.4. Cara Pembuatan Pupuk Organik Cair Kulit Pisang

Pembuatan pupuk organik dengan bahan kuln buah pisang bentuk car adalah sebagai
berikut:

a. Kulit buah pisang diblender atau ditumbuk hingga lulus dan berair Setiap 10 kg
kulit buah pisang dicampurkan 10 liter air.

b. Cainun kulit buah pisang tersebut dicampurkan dengan gula sebanyak 3 kg

c. Larutan tersebut didiamkan selama 3-4 hari. Setelah 3-4 hari pupuk organik siap
digunakan. Setiap liter pupuk organik kulit buah pisang cor digunakan dalam 10 liter
air (Satuhu dan Supriyadi, 2004)

Berikut merupakan beberapa penelitian yang dijadikan sebagai landasan dalam


penulisan karya ilmiah yaitu penelitian oleh Ratnasari dkk, 2015 mengenai
pemanfaatan pupuk organik cair berbahan baku kulit pisang, kulit telur dan Gracillaria
gigas terhadap pertumbuhan tanaman kedelai var Anjasmoro. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair berbahan baku kulit pisang berpengaruh
secara signifikan tehadap tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman kedelai var
anjasmoro. Penelitian lainnya oleh Saragih E.F (2016), mengenai pengaruh pupuk cair
kulit pisang kepok terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim menunjukkan bahwa
pupuk cair kulit pisang kepok memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun
tanaman sawi caisim. Penelitian lainnya oleh Said Irwan, dkk (2017), mengenai
pemanfaatan limbah kulit pisang sebagai pupuk organik cair dan aplikasinya terhadap
pertumbuhan tanaman kangkung darat menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik
cair kulit pisang berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi dan berat tanaman
kangkung darat. Penelitian lainnya oleh Sari M.P (2016) mengenai pengaruh
penggunaan pupuk organik cair limbah kulit buah pisang kepok terhadap pertumbuhan
tanaman bayam menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik cair limbah kulit buah
pisang kepok memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bayam meliputi
tinggi tanaman, jumlah daun serta luas daun, dan perlakuan P1 dengan konsentrasi 20
ml merupakan konsentrasi paling baik.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pisang merupakan salah satu tumbuhan yang termasuk dalam kelas thiopsida
yang banyak tumbuh di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia khususnya di
Nusa Tenggara Timur Namun, masyarakat umumnya hanya mengkonsumsi buahnya
saja misalnya dijadikan sebagai bahan buangan dagangan berbagai macam olahan
makanan seperti pisang goreng, kripik, dan selai pisang sedangkan kulitnya dibuang
begitu saja. Pemanfaatan kulit pisang masih kurang. hanya sebagaian masyarakat yang
memanfaatkannya sebagai pakan ternak dan cukup menarik perhatian kulit pisang
terkadang hanya dibuang begitu saja di tempat sampah tanpa ada pengolahan lebih
lanjut hingga lama kelamaan memberikan efek bau yang kurang sedap pada
lingkungan sekitar. Oleh karena itu, maka diperlukan inovasi baru mengenai
pemanfaatan limbah kulit pisang sebagai pupuk organik cair yang didalamnya
terkandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman, perbaikan struktur tanah dan zat
yang dapat mengurangi bakteri yang merugikan dalam tanah

5.2. Saran

Dengan penulisan karya ilmiah ini dapat menjadi acuan dalam


mengoptimalkan ketahanan pangan di Nusa Tenggara Timur yang mana dapat
dilakukan dengan pembuatan pupuk organik cair sendiri oleh para petani dengan
menggunakan limbah kulit pisang. Untuk para pelajar agar dapat menciptakan ide-ide
yang kreatif dan inovatif dalam membangun negara yang lebih baik. sebagai generasi
penerus bangsa dengan cara memanfaatkan limbah pertanian sebagai baru yang ramah
lingkungan Untuk para peneliti agar kedepannya mampu mengembangkannya untuk
memanfaatkan potensi sumber daya alam dan manusia guna mengoptimalkan
ketahanan pangan khususnya di Nusa Tenggara Timur.
DAFTAR PUSTAKA

Arief A. 2013, Uji Kualitas Fisik Wafer Lumbah Sayuran Segar dan Silave Selama
Penyimpanan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor Bogor

Apriadii, W.H.1990. Memproses Sampah Penebar Swadaya Masyarakat Jakarta


Dainur 1995. Definisi Sampah. Bandung

Desrosier, N. W. 2008. Teknologi Pengawetan Pangan Edisi III Penerjemah

Muchji Mulyohardjo, Jakarta Universitas Indonesia. Dewati, Retno. 2008. Limbah


Kula Pisang Kepak Sehagan Bahan Baku Pembuatan Ethanol. Surabaya:
VPN Press

Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Jakarta: PT. Argio Media
Pustaka

Hadiwiyoto, 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah Yayasan Indayu Jakarta

Lingga dan Marsono. 2011. Petruk Penggunaan Pupuk Jakarta Pencbar Swadaya.

Marsono dan Sigit 2005. Petunjuk penggunaan ppupuk, jakarata: penebar swadaya

Mawakid, B, 2005. Isolasi, Sekleksi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat Isolat
sampah Organik. Disertasi Doktor Program Pascasarjana Univeralas
Brawijaya Malang

Nasution FJ Mawarni, Lisa, Meiriani 2014 Applikasi Pupuk Organik Padat dan Cair
Kulit Pisang kepok Untuk Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica
juncea L.). J Online Agroteknologi 2(3):1029-1037.

Nuris, Dini. 2011. Aneka Manfaat Hit Byun Yogyakarta Penerbit Gava Media,
Parnata, Ayub S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya
Jakarta Agromedia Pustaka 112 hal.

Purwanto, R. 2008. Pemanfaatan Sampah Schagai Pupuk Cair Organik Untuk


Perkembangan dan Pertumbuhan Tanaman di www.kabarindonesia.com
Di akses pada 29 Juli 2019.

Purwendro, D. dan Nurhidayat T 2007 Pembuatan Pupuk Cair. PT Gramedia Pustaka


Utama: Jakarta.

Machrodania, Yuliani dan E. Ramasari 2015. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair


Berbahan Baku Kulit Pisang Kulit Telur Dan Gracillaria Gigas Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kedelai var Anjasmoro. Universitas Negeri
Surabaya.
Said L. Ince M., Supriadi 2017, Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Sebagai Pupuk
Organik Cair dan Aplikasinya Terhadap Petumbuhan Tanaman Kangkung
Darat. J Online. Universitas Tadulako. Palu

Saragih, EF 2016, Pengaruh Pupuk Cair Kulit Pisang Kepok (Adasa paradisiaca forma
typica) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea
L.). Skripsi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Sari, M.P. 2016. Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Car Dari Limbah Kulit Buah
Pisang Kepok Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam (Amaranthua
tricolor L), 3 Online. Universitas Lampung.

Satuhu, S., dan Supriyadi, A. 2004. Pisang Budidaya, Pengelolaan dan Prospek Pasar.
Penebar Swadaya. Jakarta, 161 him

Siboro, E. S., Surya, E. Dan Herlina, N. 2013. Pembuatan Pupuk Caur Dan Dari
Campuran Limbah Sayuran. Jurnal Teknik Kimia USU, Vol 2, No. 3.
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatra Utara.

Simamora, Suhut dan Salundik. (2006). Meningkatkan Kualitas Kompos AgroMedia


Pustaka, Jakarta

Suhartono, A. 2011. Studi Pembuatan Roti Dengan Subtitusi Tepung Pisang Kepok
(Musa paradisiaca L.) Skripsi S-1. Makasar, Universitas hassanuddin.

Suwahyono, U. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik secara Efektif dan
Efisien. Penebar Swadaya. Jakarta. 161 hlm.

Yuliarti, Nurheti. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Lily Publisher,
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai