Anda di halaman 1dari 99

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kualitas pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung dalam
peningkatan kemajuan suatu Negara dalam berbagai sektor. Fasilitas juga
menjadi hal penting dalam dunia pendidikan, karena fasilitas yang minim
membuat pegawai dinas dan tenaga pengajar mengalami kesulitan dalam
proses bekerja. Olehkarena itu, fasilitas tempat atau ruang kerja perlu
diperhatikan oleh pemerintah untuk mempunyai stan dar fasilitas ruang
kerja.

Saat ini diperlukan salah satu langkah dalam peningkatan sarana


dan prasarana yang memadai. Salah satu upaya peningkatan yang
dilakukan yaitu dengan pembangunan Rumah Susun Politeknik PU
Semarang dengan jumlah lantainya ada 8 lantai untuk difungsikan sebagai
gedung tempat tinggal sementara mahasiswa Politeknik Semarang.

Agar proses pembangunan tepat guna, tepat sasaran dan secara


teknis bias dipertanggungjawabkan maka perlu dibuat perencanaan yang
matang dan komprehensif agar dapat menyelesaikan permasalahan yang
ada. Sehingga mampu menghasilkan karya perencanaan teknis bangunan
yang memadai dan layak diterima menurut kaidah, norma serta tata laku
professional.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dilaksanakannya kerja praktek pada dasarnya adalah agar
mahasisiwa tidak hanya tahu ilmu teknik sipil secara teori di dalam kelas
tetapi juga aplikasinya di dalam lapangan.
Tujuan Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang yaitu:

1
a. Meningkatkan sarana dan prasarana Rumah Susun Politeknik
PU Semarang.
b. Sebagai Tempat tinggal sementara bagi Mahasiswa Politeknik
PU Semarang.
Tujuan pelaksanaan kerja praktek bagi mahasiswa pada
dasarnya adalah sebagai berikut :
a. Untuk memenuhi tugas studi penulis sebagai mahasisiwa
Program Pedidikan Strata 1 (S1) Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Semarang.
b. Sebagai penerapan teori selama pembelajaran diperkuliahan
dalambetuk Praktek atau Pengamatan secara langsung
dilapangan.
c. Memahami permasalahan yang ada di lapangan, serta
penanganannya berdasarkan materi yang didapatkan di
perkuliahan.
d. Mengetahui tahapan pekerjaan yang ada di lapangan.
e. Mengetahui manajemen pelaksanaan di lapangan.
f. Menambah pengetahuan dan pengalaman mahasisiwa
mengenai pengetahuan praktek di lapangan.
g. Sebagai acuan ketika sudah terjun ke dunia kerja.

1.3 Lokasi Proyek


Proyek Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang
Kelurahan Muktiharjo Kidul, Kec. Pedurungan, Kota Semarang Jawa
Tengah. Secara geografis, proyek ini mempunyai batas-batas sebagai
berikut :

 Utara : Lahan Kosong, Muktiharjo Kidul, Kec.Pedurungan,


Kota Semarang
 Selatan : Lahan Kosong, Jl. Dempel Lor, Muktiarjo Kidul,
Kec. Pedurungan, Kota Semarang
 Barat : Kantor Jasa Marga & Jalan Tol Tanjungmas

2
Srondol Sawah Besar, Kec. Gayamsari, Kota
Semarang
 Timur : Lahan Kosong, Jl. Dempel Lor, Muktiharjo
Kidul,Kec. Pedurungan, Kota Semarang

3
Gambar 1.1 Peta Kota Semarang

LOKASI

PROYEK
Gambar 1.2 Peta Lokasi Proyek.

4
1.4 Data Umum Proyek

1.4.1 Data Administrasi


Data-data administrasi Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU
Semarang sebagai berikut:

Proyek : Pembangunan Rumah Susun

Politeknik PU Semarang

Fungsi : Tempat tinggal sementara bagi


Mahasiswa Politeknik PU
Semarang
Lokasi proyek : Kelurahan Muktiharjo Kidul,
Kec. Pedurungan, Kota Semarang
Jawa Tengah
Sumber dana : APBN Tahun Anggaran 2021

Tahun anggaran : 2021

Nomor surat perjanjian : 640/2488/2021

Tanggal surat perjanjian : 20 April 2021

Tanggal SPMK : 5 Mei 2021

Nilai kontrak : Rp. 112.665.977,09

Waktu pelaksanaan : 276 (Dua tujuh puluh enam) hari

Waktu pemeliharaan : 360 (Tiga ratus enam puluh) hari

Mulai Pelaksanaan : 31 Maret 2021

5
Selesai Pelaksanaan : 31 Desember 2021

Luas bangunan

Gedung A : 8.450 m2

Gedung B : 8.450 m2

Luas Tanah : ± 20.064 m2

Jumlah lantai

Gedung A : 8 Lantai + Atap

Gedung B : 8 Lantai + Atap

Pemilik proyek : Politeknik Pekerjaan Umum

Semarang

Konsultan Perencana : PT. Adhikara Mitracipta

Konsultan MK : PT. Yodya Karya

Kontraktor pelaksana : PT. Adhi Karya

1.4.2 Data Teknis

Data-data Teknis Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU


Semarang sebagai berikut:

Jenis pondasi : Pondasi Spun pile

Kedalaman pondasi : 40 meter

Struktur bangunan : Beton bertulang

Konstruksi atap : Beton bertulang

Mutu tulangan

 Tulangan ulir menggunakan D22 Dan D19

6
 Tulangan polos menggunakan bjtp40
a) Pekerjaan beton
 Pondasi Spun pile Diameter 60 cm, panjang 40 m dari
MTA. Mutu beton (K-300) yang berumur 14 hari.
 Mutu beton pekerjaan Tie Beam 26,4 Mpa (K-300)

b) Mutu Beton Non Structural


 Kolom Praktis : K-275
 Balok Praktis : K-275
 Lantai Kerja :K-100

1.5 Ruang Lingkup Kerja Praktek


Kerja Praktek dilaksanakan kurang lebih 3 bulan terhitung mulai
tanggal 12 Agustus 2021 sampai dengan 12 November 2021 berdasarkan
Surat Perintah Kerja Praktek Nomor : 0267/C.14.01/4.1/KP/VIII/2021 dari
ketua Program Studi Teknik Sipil atas nama Dekan fakultas Teknik
Universitas 17 Agustus 1945 Semarang. Selama kerja praktek diharapkan
dapat menambah wawasan dalam bidang aplikasi teori perkuliahan di
lapangan, serta pengetahuan praktis dalam pelaksanaan proyek yang tidak
didapatkan di bangku kuliah.
Karena keterbatasan waktu Kerja Praktek, maka penulis belum
dapat melakukan pengamatan pelaksanaan pekerjaan secara menyeluruh
dan melakukan pengengendalian proyek. Penulis membahas permasalahan
bagian pekerjaan yang berlangsung selama kurun waktu kerja praktek saja.
Adapun ruang lingkup kerja praktek meliputi :
a. Tinjauan Umum
Membahas mengenai gambaran umum proyek dan manajemen
konstruksinya.
b. Tinjauan Khusus
Membahas mengenai pekerjaan strukturBawah :
- Pekerjaan Pondasi (Foundation)

7
1.6 Metode Pengumpulan Data
Penyusunan laporan Kerja Praktek ini adalah berdasarkan data-data
yang diperoleh oleh penulis selama melaksanakan Kerja Praktek pada
kegiatan Pembangunan Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU
Semarang yang berlokasi di Muktiharjo Kidul, Kecamatan Kedungmundu,
Kota Semarang. Adapun data-data yang diperoleh dengan metodologi atau
langkah-langkah pengumpulannya sebagai berikut :
1. Metode wawancara
Interview atau wawancara adalah metode untuk
mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara mengadakan
tanya secara langsung pada saat berada di lapangan dengan
pihak-pihak yang dianggap mampu memberikan penjelasan
secara benar dan konkrit sehingga didapat data-data yang dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Metode observasi
Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan objek
pekerjaan secara langsung di lapangan.
3. Metode studi literatur
Studi Pustaka/Literatur adalah metode yang dilakukan
dengan mencari buku-buku dan referensi yang menunjang
dalam penyusunan laporan ini.
4. Metode dokumentasi
Dokumentasi adalah metode untuk memperoleh data
dengan cara mengambil gambar pada saat di lapangan. Metode
ini juga dapat dilakukan dengan cara melihat gambar-gambar
kerja dan dokumen lain yang berkaitan dengan materi yang
akan disampaikan.
5. Metode browsing
Metode ini dilakukan penulis untuk mencari sejarah
perusahaan di internet. Metode ini sangat efektif untuk

8
memperoleh data dan merupakanmetode penunjang/pelengkap
dari semua data yang diperoleh.

1.7 Sistematika Penulisan Laporan

Laporan Kerja Praktek ini disusun dalam 5 (Lima) bab dan


mencakup hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan
kegiatan Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang secara
garis besar sistematika penulisan Laporan Kerja Praktek adalah sebagai
Berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang proyek pembangunan Rumah
Susun Politeknik PU Semarang, maksud dan tujuan proyek,
deskripsi proyek dan lingkup pekerjaan proyek, metode
pengumpulan yang dilakukan secara catatan penulis sendiri dan
browsing di online serta sistematika penulisan laporan.
BAB II MANAJEMEN PROYEK
Pada Bab ini berisi tentang struktur organisasi dan hubungan
kerja antar unsur proyek, ada juga administrasi proyek yang di
proyek pembangunan pembangunan Rumah Susun Politeknik
PU Semarang.
BAB III PERENCANAAN PROYEK
Bab ini antara lain menguraikan tentang tinjauan perencanaan
struktur atasyang utamanya memberikan penilaian dan evaluasi
terhadap hasil desain.
BAB IV BAHAN, PERALATAN, DAN TENAGA KERJA
Bab ini berisi tentang uraian peralatan kerja, bahan-bahan
kontruksi, dan syarat-syarat kondisi material yang sesuai dengan

9
ketentuan serta tenaga kerja yang digunakan pada proyek
tersebut.
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
Bab ini menguraikan kegiatan pelaksanaan proyek sesuai
lingkup pengamatan selama kerja praktek meliputi metode
pelaksanaan yang digunakan dalam pengerjaan proyek.

BAB VI PENUTUP
Bab ini merupakan penutup laporan Kerja Praktek yang berisi
kesimpulan serta saran penulis selama Kerja Praktek.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

10
BAB II
MANAJEMEN PROYEK

2.1 Uraian Umum


Dalam sebuah proyek kontruksi, tanpa memandang besar atau kecil skala
proyek pastilah memerlukan adanya suatu sistem yang mengatur pihak-pihak
yang terkait dalam proyek tersebut. Sistem tersebut harus secara jelas mengatur
dan membatasi hak dan wewenang dari setiap pihak yang terkait dalam proyek
tersebut. Sistem tersebut juga harus mampu mengatasi segala permasalahan yang
sangat kompleks yang pasti akan muncul. Baik masalah dalam hal pelaksanaan
maupun antar pihak yang terkait dalam sebuah proyek, mengingat walaupun
mereka bertujuan sama agar proyek tersebut selesai, mereka tetap saja memiliki
kepentingan-kepentingan yang berbeda dan tak jarang bahkan saling berbenturan
satu sama lain. Sistem inilah yang kemudian kita kenal dengan manajemen
proyek.
Manajemen proyek adalah tata cara atau sistem kerja yang di buat untuk
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Manajemen proyek berisi tata cara untuk
mengelola sumber daya dan dana suatu proyek untuk mencapai tujuan dengan
menggunakan metode-metode dan sistem tertentu, agar tercapai daya guna dan
kualitas yang semaksimal mungkin. Manajemen proyek diterapkan untuk semua
pekerjaan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada pengendaliannya.
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah, sebagai berikut :
1. Tepat waktu, sesuai network planning dan kurva S yang ada.
2. Tepat kuantitas (dimensi proyek).
3. Tepat kualitas sesuai standar mutu yang diinginkan dan direncanakan.

11
4. Tepat biaya sesuai yang direncanakan di dalam Rencana Anggaran
Biaya.
Pada manajemen proyek dalam pengertian di atas, kegiatan-kegiatan yang
dilakukan beraneka ragam, mulai dari perencanaan program, survei, penelitian,
studi kelayakan, perancangan, pengadaan / lelang sampai pelaksanaan.
Manajemen proyek melibatkan banyak pihak ( surveyor, perencana / arsitek, ahli
geologi, kontraktor ) yang bekerja sebagai satu tim. Mereka akan saling berkaitan
dan berhubungan dalam kerja sama yang memerlukan manajemen yang
profesional (terpadu), sehingga dengan pendekatan konsep ini diperlukan
seseorang atau sebuah badan usaha di bidang manajemen yang akan
menjembatani pengelolaan proyek tersebut. Kerja sama dimulai dari perencanaan,
perancangan, pelelangan, sampai pada pelaksanaannya. Dengan konsep ini dapat
dilaksanakan perencanaan secara bersamaan dengan beberapa rencana.
Dari keterangan di atas dapat kita tarik sebuah kesimpulan, bahwa
manajemen proyek adalah suatu proses terpadu untuk memelihara,
mengembangkan, mengatur, dan menjalankan program-program agar tercapai
target waktu, mutu, dan efisiensi biaya.
Adapun fungsi yang ingin dicapai dari manajemen proyek antara lain
adalah :
1. Menentukan tujuan dan sasaran dari struktur organisasi
2. Mengkoordinasi dan mensinkronisasikan tugas-tugas dari
pihak-pihak pelaksana.
3. Menentukan jadwal pelaksanaan yang efektif dan efisien dari
proyek ini beserta pengendaliannya.
4. Memberikan dan mengarahkan pengambilan keputusan serta
membantu mengatasi permasalahan yang timbul di dalam
proyek.
5. Menjaga keseimbangan antara pelaksanaan dan rencana yang
telah disusun.
6. Membatasi tanggung jawab dari masing-masing pelaksana
proyek agar tidak terjadi overlaping kerja.

12
Dengan dilaksanakannya fungsi-fungsi manajemen di atas, diharapkan
akan dicapai sasaran akhir berupa :
1. biaya pelaksanaan yang ekonomis.
2. kualitas bangunan yang bermutu dan sesuai dengan spesifikasi.
3. waktu pelaksanaan yang singkat.
4. pengelolaan tenaga, bahan dan peralatan yang efektif dan
efisien.
Untuk mencapai tujuan di atas maka perlu disusun struktur
organisasi yang jelas yang menunjukkan tanggung jawab, hubungan
koordinasi dan hubungan pengawasan serta pengendalian yang jelas pula
dari masing-masing pihak terkait.

2.2 Unsur Unsur Proyek


Unsur-unsur yang terlibat langsung di dalam proyek Pembangunan
Rumah Susun Politeknik PU Semarangini dapat di bagi menjadi :
1. Pemilik Proyek
2. Konsultan Perencana
3. Konsultan Pengawas / Manajemen Konstruksi
4. Kontraktor Utama(Main Contractor)
5. Kontraktor Pelaksanan (Sub-Contractor)

2.2.1 Pemilik Proyek


Pemilik proyek atau owneryaitu suatu badan usaha atau perorangan
yang memiliki kekuasaan penuh memberikan pekerjaan serta membiayai
seluruh proyek dalam proses pembangunan suatu proyek. Pada kegiatan
Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang yang dimiliki oleh
Politeknik Pekerjaan Umum Kota Semarang.
Secara umum, tugas dan kewajiban pemilik proyek adalah
menyediakan dana untuk perencanaan dan pelaksanaan proyek,
menyediakan lahan atau tanah yang akan digunakan sebagai tempat
pembangunan proyek dan memberikan wewenang kepada pihak-pihak

13
tertentu untuk mengelola bangunan sesuai dengan perijinan yang telah
disepakati.
Adapun hak dan wewenang, dari pemilik proyek adalah, sebagai berikut :
a. Menyediakan sejumlah dana yang diperlukan untuk
terwujudnya suatu proyek,
b. mengangkat kontraktor pelaksana, pengawas proyek yang telah
terpilih melalui mekanisme lelang,
c. membuat acuan perencanaan dengan dibantu oleh konsultan
perencana guna mewujudkan gagasan yang ada,
d. mengesahkan keputusan yang menyangkut mutu, waktu
pelaksanaan, biaya, sanksi dan denda terhadap pelanggar
kontrak,
e. mengusahakan agar pelaksanaan proyek dapat selesai tepat
pada waktunya,
f. menetapkan pekerjaan tambah serta kurang dengan
pertimbangan dan saran yang diberikan oleh Konsultan
Pengawas ( MK ),
g. menyelesaikan perselisihan menyangkut proyek yang terjadi
antara bawahannya dengan pihak pemborong,
h. menerima laporan tentang kemajuan pelaksanaan proyek dari
pelaksana proyek / kontraktor,
i. menerima dan memeriksa berita acara penyerahan proyek;
j. mengesahkan semua biaya pembayaran kepada pelaksana
sesuai dengan kontrak kerja.

2.2.2 Konsultan Perencana


Konsultan terdiri dari Konsultan arsitektur, Konsultan sipil,
Konsultan mekanikal dsb. Konsultan perencana adalah orang atau badan
yang membuat perencanaan bangunan secara lengkap baik dalam bidang
arsitektur, sipil maupun bidang yang lain yang melekat erat dan
membentuk sebuah sistem bangunan. Sedangkan menurut UU No 2 Tahun
2017 tentang jasa Konstruksi, Konsultansi Konstruksi adalah layanan

14
keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pengkajian,
perencanaan, perancangan, pengawasan, dan manajemen penyelenggaraan
konstruksi suatu bangunan.

Konsultan perencana konstruksi memberikan layanan jasa


perencanaan dalam pekerjaan konstruksi yang meliputi rangkaian kegiatan
atau bagian-bagian dari kegiatan mulai dari studi pengembangan sampai
dengan penyusunan dokumen kontrak kerja konstruksi. Pada proyek
Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang yang bertindak
sebagai konsultan perencana adalah PT. Adhikara Mitracipta.

Berikut hak dan kewajiban konsultan perencana, antara lain :

a) Membuat gambar-gambar detail/ penjelasan, lengkap dengan


perhitungan konstruksinya.
b) Membuat Rencana Anggaran Biaya ( RAB )
c) Membuat RKS (Rencana Kerja dan Syarat) sebagai pedoman
pelaksanaan pekerjaan.
d) Mewakili Pengguna Jasa dalam hal pengawasan secara berkala
serta memberikan pengarahan, petunjuk dan penjelasan kepada
Penyedia Jasa serta meneliti hasil-hasil yang telah dikerjakan
Penyedia Jasa.
e) Mengecek dan merekomendasikan jenis atau kondisi material,
peralatan yang boleh dipakai sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan.
f) Bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil perencanaan yang
telah dibuatnya apabila sewaktu-waktu terjadi hal-hal yang
tidak dinginkan.
g) Membuat gambar revisi jika terjadi perubahan perencanaan.
h) Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.

2.2.3 Konsultan MK

15
Konsultan MK adalah badan usaha atau perorangan yang ditunjuk
oleh pemilik proyek untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Dalam
mengawasi proyek konstruksi, tentunya dibutuhkan sumber daya manusia
yang ahli dibidangnya masing-masing seperti teknik sipil, arsitektur,
mekanikal elektrikal, listrik dan lain-lain sehingga sebuah bangunan dapat
dibangun dengan baik dalam waktu cepat dan efisien.
Pada proyek ini yang ditunjuk sebagai Konsultan Pengawaspada
proyek Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang adalah PT.
Yodya Karya.
Hak dan kewajiban Konsultan MK antara lain :
a) Menyelenggarakan administrasi umum mengenai
pelaksanaan kontrak kerja.
b) Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan
pelaksanaan proyek.
c) Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek berdasarkan
laporan teknis dari konsultan perencana untuk dapat dilihat
oleh pemilik proyek.
d) Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan
kepada pemilik proyek maupun kontraktor dalam
pelaksanaan pekerjaan.
e) Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang
diajukan kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan
pembangunan proyek.
f) Memilih dan memberikan persetujuan mengenai spesifikasi,
tipe dan merek yang diusulkan oleh kontraktor agar sesuai
dengan harapan pemilik proyek namun tetap berpedoman
dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah dibuat
sebelumnya.

2.2.4 Pelaksana Proyek


Pelaksana atau kontraktor dalam UU No.18 Tahun 1991 tentang jasa
kontruksi adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang

16
dinyatakan ahli yang profesional dibidang pelaksanaan jasa kontruksi yang
mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil
perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya.
Pelaksana adalah suatu badan hukum atau perorangan yang memiliki
klasifikasi dan keahlian dalam pelaksanaan yang telah ditunjuk oleh
pemilik atau pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek dan
menandatangani kontrak untuk melaksanakan pekerjaan.
Pelaksana bertanggung jawab secara langsung pada pemilik proyek
(owner), dan dalam melaksanakan pekerjaanya daiwasi oleh tim pengawas
dari owner serta dapat berkonsultasi secara langsung dengan tim pengawas
terhadap masalah yang terjadi dalam pelaksanaan.

Pada proyek Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang


yang bertindak sebagai Kontraktor Pelaksana adalah PT. Adhi Karya.

Adapun hak dan kewajiban Kontraktor Pelaksana antara lain :

a) Melaksanakan pekerjaan kontruksi sesuai dengan peraturan dan


spesifikasi yang telah direncanakan dan ditetapkan didalam
kontrak perjanjian pemborongan.
b) Membuat laporan kemajuan proyek (progress) meliputi laporan
harian, laporan mingguan dan laporan bulanan kepada
pemimpin proyek.
c) Mempersiapkan fasilitas dan sarana demi kelancaran pekerjaan.
d) Mempersiapkan bahan-bahan bangunan yang bermutu baik dan
memenuhi persyaratan seperti yang tercantum dalam bestek.
e) Melaksanakan semua pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya sesuia dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat
f) Menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada
waktunya sesuai dengan surat perjanjian kontrak.
g) Mengadakan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam
tanggungjawab pelaksana.

2.3 Hubungan Kerja Antar Organisasi Proyek

17
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pada umumya terdapat 5 (lima)
unsur yang terlibat dalam suatu proyek, yaitu :
a.Pemilik Proyek
b.Konsultan Perencana
c.Kontraktor Utama (Main Contractor)
d.Kontraktor Pelaksanan (Sub-Contractor)
e.Konsultan Pengawas
Masing-masing unsur proyekPembangunan Rumah Susun
Politeknik PU Semarang mempunyai hubungan kerja satu sama lain di
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya masing-masing. Hubungan
kerja yang dimaksud dapat bersifat ikatan kontrak, garis koordinasi
maupun perintah, serta dapat ditunjukkan dengan Gambar 2.1 sebagai
berikut :

PemilikProyek

Politeknik Pekerjaan Umum Kota


Semarang

KonsultanPerencana KontraktorPelaksana Tim Pengawas

PT. AdhikaraMitracipta PT. AdhiKarya PT. YodyaKarya

Gambar 2.1. Skema Hubungan Kerja Pengelola Proyek Pembangunan


Rumah Susun Politeknik PU Semarang

18
Keterangan :

Garis Perintah / Instruktif

Garis Tanggung Jawab

Garis Koordinasi

Dari skema hubungan kerja pengelola proyek di atas dapat


dijelaskan hubungan kerja diantara kelima unsur proyek tersebut sebagai
berikut:

 Pemilik Proyek dengan Konsultan Perencana


Hubungan antara pemilik proyek dan konsultan perencana
terikat dalam suatu kontrak kerja. Konsultan perencana ditunjuk
oleh pemilik proyek untuk mendesain dan merencanakan
bangunan gedung tersebut. Hasil desain dan perencanaan
konsultan perencana akan ditunjukkan dan diserahkan kepada
pemilik proyek untuk dapat dilaksanakan oleh kontraktor
pelaksana. Pemilik proyek nantinya akan memberikan imbalan
jasa kepada konsultan perencana.
Konsultan perencana yang terlibat di dalam proyek
Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang adalah
konsultan perencana arsitektur, struktur, dan mekanikal elektrikal.

 Pemilik Proyek dengan Konsultan Pengawas


Pihak konsultan pengawas adalah tim dari owner sendiri
yang berfungsi sebagai konsultan manajemen konstruksi untuk
mengawasi pelaksanaan pekerjaan kontraktor pelaksana.
Sehingga antara pihak konsultan pengawas dan pemilik proyek
tidak ada ikatan kontrak kerja.
Namun, pihak konsultan pengawas harus tetap bertanggung
jawab kepada pemilik proyek. Hasil pengawasan kegiatan
pelaksanaan yang dilakukan oleh kontraktor pelaksana harus
diserahkan kepada pemilik proyek.

19
 Pemilik Proyek dengan Kontrktor Utama
Hubungan antara pemilik proyek dan kontraktor utama
terikat dalam suatu kontrak kerja. Kontraktor utama
melaksanakan pekerjaan proyek hingga selesai secara
keseluruhan. Hasil pekerjaan kontraktor utama, termasuk di
dalam masa pemeliharaan, akan diserahkan kembali kepada
pemilik proyek.
Hasil yang diharapkan adalah pekerjaan yang tepat mutu,
tepat biaya, tepat waktu, dan sesuai dengan kontrak kerja. Owner
akan menyediakan dana sebagai biaya pelaksanaan bagi
kontraktor utama.
 Konsultan Perencana dengan Kontraktor Utama
Kontraktor utama akan mengerjakan proyek sesuai dengan
desain dari konsultan perencana yang telah disetujui oleh owner.
Kontraktor utama akan mengacu pada Rencana Kerja dan Syarat
(RKS) dan gambar rencana kerja yang disusun oleh konsultan
perencana. Kontraktor dapat berkoordinasi langsung dengan
konsultan perencana terkait perubahan desain atau
ketidaksesuaian antara perencanaan dan kondisi di lapangan.
Koordinasi dan konsultasi antara kontraktor pelaksana dan
konsultan perencana sangat diperlukan agar dapat menyelesaikan
proyek sesuai dengan keinginan owner.
 Konsultan Perencana dengan Konsultan Pengawas
Hubungan antara konsultan perencana dengan konsultan
pengawas adalah hubungan koordinasi dimana konsultan
Supervisi mengadakan pengawasan pelaksanaan pekerjaan untuk
menjamin bahwa apa yang dilaksanakan di lapangan adalah
seperti apa yang telah direncanakan oleh konsultan perencana.
 Kontraktor Utama dengan Konsultan Pengawas
Kontraktor utama harus melaksanakan pekerjaannya sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan di dalam dokumen
kontrak. Sedangkan konsultan pengawas akan mengawasi

20
bagaimana kinerja dari kontraktor utama. konsultan pengawas
akan memastikan bahwa spesifikasi yang ada harus dilaksanakan
dengan baik oleh kontraktor utama dan memiliki fungsi
koordinasi dengan kontraktorutama. Sehingga konsultan
pengawas tidak hanya mengawasi kerja kontraktor utama tetapi
juga dapat menerima atau menolak hasil pekerjaan dan perubahan
pekerjaan yang ada di lapangan.

 Kepala Proyek (Project manager)


Kepala Proyek adalah wakil dari Perusahaan atau
Kontraktor Utama yang memimpin sebuah proyek. Dalam proyek
pembangunan Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU
Semarang, Kepala Proyek mempunyai tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut :

a. Bertangung jawab pada Direktur utama.


b. Menerapkan dan mensosialisasikan sistem Manajemen
Mutu dalam kerja.
c. Mempelajari dokumen kontrak dan spesifikasinya
(biaya, mutu, waktu)
d. Melakukan evaluasi RAP dan menyusun RAP berjalan.
e. Membuat struktur organisasi proyek yang akan
ditangani dan meminta pengesahan Operation Director.
f. Membuat master schedule proyek.
g. Mengevaluasi kinerja sub-kontraktor.
h. Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang
timbul selama proses kegiatan kontruksi.
i. Mengesahkan sertifikat pembayaran internal (mandor
& sub-kontrakor)
j. Menandatangani dan mengajukan claim pekerjaan
tambah kurang ke pihak owner.

21
k. Memastikan semua arsip pasif proyek diserahkan ke
bagian personel untuk setelahnya disimpan.
Kepala Proyek mempunyai wewenang sebagai berikut :
a. Bertindak tanpa melapor untuk menerima atau menolak
claim SPK sub-kontraktor atau opname mandor.
b. Bertindak kemudian melapor untuk menentukan
supplier material diluar daftrar rekanan supplier yang
telah ditentukan.
c. Menentukan man power untuk proyek yang
ditanganinya.
d. Memberikan persetujuan material sebelum diajukan ke
owner.
e. Menandatangani setiap Shop Drawing yang
dikeluarkan dengan status “For Construction”.
f. Menandatangani setiap As Built Drawing dalam bentuk
kalkir.
 Quality Control
Quality Control mempunyai tugas mengawasi seluruh
metode pelaksanaan lapangan dan mengawasi mutu pelaksanaan
pekerjaan. Quality Controldalam melaksanakan tugasnya selalu
berhubungan dengan konsultan pengawas dan owner serta para
mandor dan sub kontraktor.
Dalam proyek Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU
Semarang, Quality Control mempunyai tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut :
a. Membuat permintaan untuk pemeriksaan atau
pengetesan barang untuk intern kontraktor maupun
bersama dengan konsultan pengawas atau owner untuk
memastikan material yang akan digunakan sudah sesuai
dengan criteria yang diinginkan pemilik proyek
bangunan.

22
b. Membuat surat teguran atau menegur secara langsung
kepada pelaksana, sub kontraktor atau mandor apabila
terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan atau
pengadaan material yang mempengaruhi mutu hasil
pekerjaan dilapangan.
c. Melakukan pengecekan terhadap material yang akan
didatangkankan maupun yang sudah tiba di lokasi
proyek untuk memberikan status kepada bahan
bangunan tersebut apakah ditolak atau diterima setelah
melihat kualitas bahan.
d. Mengikuti jalanya pelaksanaan pembangunan sehingga
setiap penyimpangan dalam pelaksanaan yang dapat
mengurangi mutu pekerjaan dapat dicegah, hal ini lebih
baik jika dibanding perlakuan pengecekan pekerjaan
pada hasil akhir saja sehingga apabila terjadi mutu yang
kurang baik harus dilakukan bongkar pasang yang
dapat menyebabkan biaya tambahan.
e. Melakukan pengecekan apakah pelaksanaan pekerjaan
dilapangan sudah sesuai dengan gambar pelaksanaan
atau shop drawing.
f. Membuat laporan dan data-data yang dibutuhkan
perusahaan yang berhubungan dengan pekerjaan
quality qontrol pada proyek bangunan.

 Unit K3LMP
Unit K3LMP adalah orang yang ditunjuk oleh Kepala
Proyek untuk melaksanakan kebijakan Keselamatan, Kesehatan
Kerja, Lingkungan, dan Mutu Pelaksanaan (K3LMP) di suatu
proyek. Dalam proyek Pembangunan Rumah Susun Politeknik
PU Semarang, Unit K3LMP memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut :

23
a. Menyiapkan dokumen-dokumen safety pada tahap
tender pelaksanaan K3LMP.
b. Membuat surat kebijakan K3LMP.
c. Menyiapkan peraturan safety, spanduk, poster, kotak
obat, sarana safety, Alat Pemadam Api Ringan
(APAR), Alat Perlindungan Diri (APD), prosedur
erection, dll.
d. Melaksanakan kegiatan safety seperti safetymorning
talk, safety patrol.
e. Membuat laporan safety seperti laporan kecelakaan,
laporan investigasi dan penilaian K3LMP
subkontraktor.

 Kepala Teknik
Kepala Teknikbertugas membantu supervisor
mengendalikan jalannya proyek di lapangan. Dalam proyek
Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang, Kepala
Teknik bertanggung jawab kepada Kepala Proyek yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Menyeleksi dan menyimpan semua data dan dokumen
yang diperlukan.
b. Bertanggung jawab secara umum terhadap gambar
kerja untuk pencapaian mutu produk sesuai spesifikasi
yang ditetapkan.
c. Memastikan tersedianya gambar kerja dan metode
pelaksanaan yang telah disetujui pemberi tugas.
d. Membagi tugas drafting dan koreksi terhadap hasil
kerja CAD.
e. Memastikan tersedianya persetujuan material dari
pemberi tugas.

24
f. Pemeriksaan berkala lapangan untuk memastikan
gambar kerja yang berlaku adalah keluaran terbaru dan
sudah diverifikasi internal.
g. Mengarsip gambar kerja yang sudah tidak berlaku.
h. Menyiapkan dan membuat laporan bulanan.
i. Menyiapkan dokumen as built drawing untuk
dimintakan persetujuan dari atasan langsung.
 Kepala Pelaksana (Site Manager)
Kepala Pelaksana adalah wakil kepala proyek yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang
berada di lapangan. Tugas dan wewenang kepala pelaksana
proyek pembangunan :
a. Melaksanakan semua tugas yang telah diorder oleh
Kepala Proyek.
b. Mengawasi pekerjaan para pelaksana dan mandor
apakah sudah sesuai dengan bestek dan gambar bestek.
c. Memeriksa hasil opname borongan dan harian proyek
yang telah dibuat oleh pelaksana.
d. Melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan bestek,
gambar bestek dan RAB yang telah di acc oleh
manager proyek.
e. Memberi laporan semua hasil kegiatan pekerjaan
proyek kepada manager proyek.
f. Memberikan pengarahan dan masalah teknik kepada
para pelaksana.
g. Membuat schedule pelaksanaan pekerjaan proyek yang
bersifat khusus (disesuaikan dengan kondisi dan
keadaan dilapangan).
 Kepala Logistik dan Peralatan
Tugas logistik (bagian gudang) pada umumnya adalah
mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran barang-barang atau
material yang diperlukan proyek dan memeriksa apakah

25
persediaan barang-barang atau material tersebut masih cukup atau
tidak.
Dalam proyek Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU
Semarang, tugas dan tanggung jawab bagian gudang (logistik)
adalah sebagai berikut :
a. Membuat resume stock material di lapangan
berdasarkan schedule kerja proyek.
b. Membuat order kebutuhan material ke penyalur sesuai
dengan volume, jenis dan tahapan pekerjaan di
lapangan, beberapa hari sebelum material tersebut akan
dipakai.
c. Menerima kedatangan material di lapangan dan
memeriksa apakah sudah sesuai dengan kualitas dan
kuantitas yang dipesan.
d. Mengatur penyimpanan material dan peralatan di
gudang supaya tidak rusak.
e. Mencatat dan membuat arsip surat-surat dan nota
pesanan.
f. Bertanggungjawab atas kelancaran, kualitas dan
kesiapan material yang diperlukan sesuai dengan
jadwal yang ditentukan. Agar tidak kehabisan stock,
maka biasanya bila persediaan material tinggal 50%,
bagian logistik telah memajukan permohonan untuk
pemesanan kembali.
g. Bertanggung jawab atas keamanan dan kualitas
material yang tersimpan di gudang.
 Kepala Administrasi Kontrak
Tugas yang dilakukan oleh seorang administrasi kontrak
adalah:
a. Mengajukan ijin pelaksanaan pekerjaan kepada owner
atau konsultan.

26
b. Mengajukan laporan harian dan mingguan kepada
pihak ekstern.
c. Membuat laporan progres pekerjaan.
d. Melaksanakan proses administrasi data-data sub
kontraktor berupa kontrak/adendum, laporan
harian/mingguan, schedule sub kontraktor, dan plotting
progres pekerjaan.
e. Merekap grafik cuaca setiap bulan.
f. Membuat laporan closing administrasi proyek.

 Drafter
Tugas seorang drafter adalah:
a. Merencanakan gambar lay out sesuai hasil pengukuran.
b. Merencanakan gambar penempatan bangunan
sementara.
c. Merencanakan letak dan lokasi bangunan yang akan
dibangun.
d. Membuat schedule pembuatan shop drawing.
e. Mengisi daftar penerimaan gambar dan distribusi
f. Mendistribusi dan menuliskan daftar penerimaan
gambar dan distribusi
g. Menggambar shop drawing sesuai konsep.
h. Mengisi DID dan mendistribusikan gambar
i. Membuat gambar as built drawing dan mengisi DID
j. Melakukan up date gambar lay out setiap bulan.
k. Membuat detailed drawing berdasarkan detailed
design.
l. Membuat DPD dan DID (up dating) dan daftar
distribusi gambar.
m. Mengendalikan perubahan gambar

27
n. Meng-copy dan menjilid shop drawing dan as built
drawing untuk arsip, konsultan, dan owner.
 Surveyor
Dalam Proyek Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU
Semarang, Surveyor bertanggung jawab kepada Pelaksana yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Bertanggung jawab kepada pekerjaan yang
berhubungan marking.
b. Mengontrol elevasi atau center line.
c. Pengawasan balok dan kolom.
d. Pengawasan dinding.
e. Marking stek finishing.
f. Memberi informasi bila terjadi ketidaksesuaian
gambar terhadap lapangan.
2.4 Pengendalian Proyek

Pengendalian proyek adalah suatu sistem untuk mengawasi pelaksanaan


proyek agarpihak-pihak yang terkait dapat berfungsi dan bekerja secara optimal,
efisien waktu dan efisiensi tenaga kerja. Pengendalian proyek tidak hanya
dilakukan pada satu aspek saja, melainkan pada semua aspek yang mempengaruhi
jalannya pembangunan yang terkait di dalam suatu proyek.

Tujuan dari pengendalian proyek adalah untuk mengontrol pelaksanaan


pekerjaan di proyek, agar pihak-pihak yang terlibat dalam proyek dapat bekerja
sama secara optimal, kemudian untuk waktu pelaksanaan sesuai dengan dokumen
kontrak yang telah disepakati. Pengendalian proyek yang dilaksanakan meliputi
pengendalian waktu, pengendalian mutu, dan pengendalian biaya. Pengendalian
proyek harus dicermati dengan teliti dan seksama agar hasil dan pelaksanaanya
berjalan dengan baik dan tepat. Proses pengendalian proyek dapat diuraikan
sebagai berikut:

1. Menentukan sasaran yang diinginkan.


2. Menentukan standar dari kriteria sebagai acuan dalam rangka
mencapai sasaran yang diinginkan tersebut.

28
3. Merencanakan sistem informasi yang tepat, memantau dan
melaporkan hasil pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai.
4. Mengkaji dan menganalisis hasil pekerjaan terhadap standar, kriteria
dan sasaran yang telah dicapai.
5. Mengadakan tindakan koreksi terhadap penyimpangan yang mungkin
terjadi.
Keterkaitan antara waktu, mutu dan biaya yang terkendali dengan baik dan
tepat merupakan sasaran dari proyek guna memperoleh suatu hasil yang
maksimal, untuk itu perlu adanya suatu penjelasan lebih lanjut tentang ketiga
unsur pengendalian sebagai berikut:

2.4.1 Pengendalian Waktu

Pengendalian terhadap waktu dimaksudkan agar pekerjaan tersebut


terkendali sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Sebagai alat pengendali
digunakan diagram batang (barchart) dan kurva “S” serta alat pengendali lain
yang berupa informasi data. Jadwal perencanaan adalah barchart yang
menunjukkan rencana pelaksanaan pekerjaan dari mulai sampai batas selesainya
suatu pekerjaan dalam proyek tersebut.

Dalam jadwal ini dapat diketahui bobot masing-masing item pekerjaan,


rencana prestasi dan akumulatifnya.Kurva “S”adalah grafik yang menunjukkan
komulatif kemajuan atau prestasi fisik dari pekerjaan. Penggambaran nilai
komulatif dengan kurva “S”ini bertujuan untuk membandingkan antara target
dengan kemajuan aktual secara visual, baik mengenai kemajuan maupun
kemunduran atau keterlambatan pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh
kontraktor pelaksana. Dengan membandingkan kurva “S”akan dapat diketahui
adanya prestasi pekerjaan, yaitu lebih cepat atau lebih lambat.

Keterlambatan kontraktor pelaksana dalam melaksanakan pekerjaan sering


menjadi kendala yang tidak dapat dihindari dan tidak mudah untuk mengatasinya,
terutama yang disebabkan oleh faktor cuaca, misalnya hujan, keterlambatan
mobilisasi alat serta keterlambatan mobilisasi bahan dan tenaga kerja. Hal itu

29
dapat mempengaruhi proses pekerjaan dalam suatu proyek, karena waktu akan
melebihi target dari perencanaan.

Antisipasi yang harus dipersiapkan oleh kontraktor pelaksana dan pihak-


pihak terkait di dalam proyek apabila terjadi keterlambatan pekerjaan antara lain
sebagai berikut:

1. Menambah jam kerja atau lembur


2. Menambah jumlah tenaga kerja di lapangan
3. Memperbaiki metode kerja yang lebih efisien dan efektif
4. Menyediakan bahan dan peralatan yang lebih memadai

2.4.2 Pengendalian Mutu

Prinsip pengendalian mutu adalah kualitas pekerjaan konstruksi


yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan pada
perencanaan.Pengendalian mutu dilakukan melalui tahapan administrasi
teknik proyek yang memuat petunjuk atau spesifikasi yang bersifat teknis
dan metode kerja yang harus dijalankan oleh kontraktor pelaksana.
Pengendalian mutu yang dilakukan antara lain sebagai berikut:
2.4.3 Pengendalian Mutu Bahan
Pengendalian mutu bahan dilakukan untuk mengetahui mutu dari
setiap bahan yang digunakan.Untuk itu perlu diadakan pemeriksaan agar
tidak terjadi penyimpangan terhadap ketentuan dalam spesifikasi dengan
rujukan dari SNI (Standar Nasional Indonesia), ASTM (American
Standart for Testing and Materials) dan JIS (Japanese Industrial
Standarts).
Pada proyek ini, bahan-bahan diperiksa di Laboratorium Teknologi
Bahan Konstruks. Bahan-bahan yang diperiksa adalah sebagai berikut:
1. Air

30
Pemeriksaan air untuk pengecoran beton antara lain meliputi pH
air, kandungan bahan kimia, kandungan lumpur dan kepadatan
zat yang terkandung dalam air tersebut.
2. Agregat Halus
Pemeriksaan terhadap agregat halus atau pasir meliputi analisa
saringan untuk memperoleh nilai gradasi agregat pada tiap-tiap
nomor saringan, memeriksa kadar lumpur danbahan organik
yang terkandung.
3. Agregat Kasar
Pemeriksaan terhadap batu pecah atau agregat kasar meliputi
analisa saringan untuk memeriksa gradasi agregat, pemeriksaan
kadar lumpurdan kehalusan butiran.

4. Semen Portland
Pemeriksaan semen yang dilakukan di laboratorium meliputi
pemeriksaan berat jenis, kehalusan, waktu pengikat awal
(penetrasi) dan kekuatan mortar.
5. Baja Tulangan
Pemeriksaan dilakukan secara visual di laboratorium mengenai
pemeriksaan uji tarik baja, karat dan terjadinya keretakan.

2.4.4 Pengendalian Mutu Beton


Pengendalian mutu beton dilakukan agar mutu yang disyaratkan
dapat tercapai dengan hasil yang baik. Dalam proyek Rumah Susun
Politeknik PU Semarang, ini menggunakan jasa pabrik beton beserta
pengecorannya, maka pengawasan terhadap mutu bahan tersebut
dilakukan oleh pabrik beton yaitu PT. Aries Putra Beton dibawah
koordinasi pengawas lapangan. Pengendalian mutu beton yang dilakukan
pada proyek ini adalah sebagai berikut:

1. Pemasangan Tulangan

31
Pekerjaan penyetelan baja tulangan dikerjakan sesuai
dengan rencana gambar desain dan spesifikasinya. Sedangkan
proses pemotongan dan proses pemasangan baja tulangan
dilakukan di lapangan maupun di tempat fabrikasi.Pada proyek
ini, pemasangan tulangan rapi dibandingkan dengan proyek
lainnya.

2. Pemasangan Bekisting
Pemasangan bekisting harus dilakukan dengan baik dan
rapi sehingga kuat menahan beban akibat adukan beton selama
proses pengecoran. Pekerjaan bekisting sangat menentukan hasil
akhir dan bentuk dari beton itu sendiri yaitu mengenai
permukaan yang rata dan ukuran yang sesuai dengan
perencanaan. Untuk itu, mutu bahan dari bekisting tersebut juga
harus diperhatikan.
3. Mutu Beton
Pengendalian mutu beton dilakukan dalam dua tahap, yaitu
pada beton segar (campuran beton yang telah diaduk beberapa
saat, karakteristiknya tidak berubah, masih plastis dan belum
terjadi pengikatan), berupa slump test dan beton keras
(campuran beton yang telah mengeras), berupa uji kuat tekan
beton di laboratorium.
a. Slump Test
Contoh adukan beton untuk keperluan pengujian ini
diambil langsung dari truk ready mix pada saat datang ke
lapangan.
Slump test ini dilakukan dengan menggunakan satu set
alat Abrams Cone dan sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI-1972-2008, Cara Uji Slump Beton). Prosedur
pengujian slump test adalah sebagai berikut:

1. Basahi cetakan kerucut dan plat dengan kain basah

32
2. Letakkan cetakan di atas plat
3. Isi 1/3 cetakan dengan beton segar, padatkan dengan
batang logam sebanyak merata dengan menusukkannya.
Lapisan ini penusukan bagian tepi dilakukan dengan
besi dimiringkan sesuai dengan dinding cetakan.
Pastikan besi menyentuh dasar. Lakukan 25-30 x
tusukan.
4. Isi 1/3 bagian berikutnya (menjadi terisi 2/3) dengan hal
yang sama sebanyak 25-30 x tusukan. Pastikan besi
menyentuh lapisan pertama.
5. Setelah selesai dipadatkan, ratakan permukaan benda
uji, tunggu kira-kira 1/2 menit. Sambil menunggu
bersihkan kelebihan beton di luar cetakan dan di plat.
6. Cetakan diangkat perlahan TEGAK LURUS ke atas
7. Ukur nilai slump dengan membalikkan kerucut di
sebelahnya menggunakan perbedaan tinggi rata-rata
dari benda uji.
8. Toleransi nilai slump dari beton segar  ±  2 cm 
9. Jika nilai slump sesuai dengan standar, maka beton
dapat digunakan.

b. Pengujian Kuat Tekan Silinder Beton


Uji silinder beton dilakukan untuk mengetahui kuat tekan
beton karakteristik sebagai pembuktian dari kuat tekan beton
karakteristik yang direncanakan sebelumnya. Prosedur
pengujian kuat tekan silinder beton mengacu pada American
Standart for Testing and Materials (ASTM C39/C39M,
Standard Test Method for Compressive of Cylindrical
Concrete).
Bahan uji adalah silinder dengan diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm yang diambil dari ready mix dan benda uji
dibuat dengan patokan 5 benda uji tiap 100 m3 beton. Benda

33
uji dilakukan pengujian pada umur 7 dan 28 hari. Kemudian
untuk perawatan benda uji beton dirawat di laboratorium
dengan acuan dari Standar Nasional Indonesia (SNI 03-2847-
2002 Pasal 7, Tata Cara Perhitungan Beton untuk Bangunan
Gedung).

2.4.5 Pengendalian Biaya

Pengendalian biaya merupakan salah satu usaha penghematan


biaya pelaksanaan yang harus dikeluarkan oleh proyek sesuai
dengan anggaran yang telah direncanakan selama aktifitas
berlangsung.Untuk mengendalikan biaya yang dikeluarkan pada
proyek pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang
menggunakan Rencana Anggaran Biaya (RAB) secara terperinci.

Perencanaan anggaran biaya merupakan hasil estimasi akhir


dari seluruh volume pekerjaan proyek dan harga satuan pekerjaan.
Oleh karena itu perlu diperhatikan juga pengendalian terhadap
volume pekerjaan dan harga satuan dari tiap pekerjaan.
a. Perhitungan Volume
Pengukuran volume pekerjaan konstruksi merupakan suatu
proses perhitungan terhadap kuantitas item-item pekerjaan
berdasarkan pada gambar hingga realisasi pekerjaan di lapangan.
Dengan mengetahui jumlah volume pekerjaan maka akan diketahui
berapa banyak biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek.

b. Analisa Harga Satuan Pekerjaan (HSP)


Analisa harga satuan berfungsi sebagai pedoman awal
perhitungan rencana anggaran biaya yang menunjukan jumlah
material, tenaga dan biaya persatuan pekerjaan.
Untuk mendapatkan daftar harga bahan dan upah, dapat
diperoleh dari beberapa media sebagai berikut:

34
1. Daftar harga yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
Setempat.
2. Daftar harga yang dikeluarkan oleh instansi tertentu.
3. Jurnal-jurnal harga bahan dan upah.
4. Survey harga di lokasi proyek.
5. Bappenas (Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional).
Setelah harga satuan diperoleh, kemudian dilakukan analisa
harga satuan pekerjaan untuk memperoleh suatu nilai
koefisien.Analisa dapat dilakukan dengan perhitungan maupun
menggunakan Buku Analisa BOW (Bugerlijke Openbare Werken),
daftar SNI (Standar Nasional Indonesia) dan buku-buku analisa
lainnya.Selanjutnya dapat dilakukan perhitungan RAB secara
keseluruhan.

Pada proyek pembangunan Rumah Susun Politeknik PU


Semarang, ini koefisien atau harga satuan pekerjaannya diperoleh
dari Standar Nasional Indonesia (SNI) terbaru.

c. Time Scheduling
Time scheduling merupakan uraian pekerjaan dari awal
hingga akhir pekerjaan secara global. Time scheduling ini disusun
berdasarkanurutan langkah-langkah kerja dengan network
planning. Masing-masing pekerjaan ini diatur dengan sedemikian
rupa dengan memperhatikan urutan pekerjaan, pengaturan waktu,
tenaga, peralatan dan material agar dapat tercapai suatu pekerjaan
yang baik dan lancar. Dari time schedule ini diberi bobot masing-
masing, sehingga dapat diperoleh kurva “S”.

d. Pelaporan
Pelaporan adalah kegiatan yang telah dilaksanakanyang
meliputi jenis pekerjaan yang dilakukan, kuantitas atau volume
pekerjaan, serta hal-hal yang bersifat non teknis seperti halnya
keadaan cuaca pada saat pelaksanaan pekerjaan.

35
Pelaporan pada Proyek Rumah Susun Politeknik PU
Semarang ini dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu, meliputi :

1. Laporan Harian (Daily Report)


Laporan harian ini dibuat setiap hari secara tertulis
dengan ditandatangani oleh pihak kontraktor utama dan pihak
dari konsultan pengawas. Laporan harian berisikan antara
lain :

- Waktu dan jam kerja


- Pekerjaan yang telah dilaksanakan pada hari yang
bersangkutan
- Keadaan cuaca
- Bahan yang masuk kelapangan
- Peralatan yang tersedia dilapangan
- Jumlah tenaga kerja
- Hal-hal yang terjadi dilapangan

Dengan adanya laporan harian ini, maka kegiatan proyek


yang ada dilapangan dapat dipantau dengan baik setiap
harinya.

2. Laporan Mingguan (Weekly Report)


Laporan mingguan ini bertujuan agar memperoleh
gambaran kemajuan pekerjaan yang telah dicapai dalam satu
minggu, yang disusun dalam laporan harian selama satu
minggu tersebut.Pada laporan ini pihak kontraktor diwajibkan
melakukan pemotretan yang menggambarkan tiap tahap
kemajuan pekerjaan.

Laporan mingguan berisikan tentang :

- Jenis pekerjaan yang telah diselesaikan


- Volume dan prosentase pekerjaan dalam satu minggu

36
- Catatan lain yang diperlukan, seperti halnya instruksi dan
teguran/evaluasi dari konsultan pengawas dan catatan
mengenai tambah kurangnya pekerjaan.

Prosentase pekerjaan yang telah dicapai sampai dengan


minggu yang bersangkutan dapat diketahui dengan
memperhitungkan semua laporan mingguan yang telah
dibuat, ditambah bobot prestasi pekerjaan yang telah
diselesaikan pada minggu itu.

Dari prosentase pekerjaan yang telah dicapai pada


minggu ini kemudian dibandingkan dengan prosentase
pekerjaan yang telah dicapai pada minggu yang
bersangkutan, maka akan diketahui prosentase keterlambatan
atau kemajuan yang diperoleh. Laporan mingguan ini
merupakan realisasi dan time schedule yang berupa kurva
”S”.

3. Laporan Bulanan (Monthly Report)


Laporan bulanan ini pada prinsipnya sama dengan
laporan mingguan yaitu memberikan gambaran untuk
kemajuan pelaksanaan proyek selama satu bulan itu. Baik
dari segi teknis, dana maupun manajerial. Untuk tujuan itu
dibuatlah rekapitulasi laporan harian maupun laporan
mingguan dengan dilengkapi data-data foto selama
pelaksanaan pekerjaan sebulan itu. Laporan bulanan dibuat
oleh kontraktor utama dan diberikan kepada konsultan
pengawas dan pemilik proyek.

e. Gambar Kerja
Rencana gambar kerja yang telah dibuat masih perlu
dijelaskan dengan gambar dan detail agar memudahkan
pelaksanaannya dan menghindari kesalahan serta memperlancar
jalannya pelaksanaan pekerjaan.

37
Selain untuk memperjelas, gambar kerja terkadang juga
dalam pelaksanaan apabila terjadi perubahan dari rencana semula,
maka perlu perubahan gambar yang lebih lengkap dari kesalahan
semula dan gambar tersebut disetujui oleh perencana dan
pengawas.

f. Rapat Koordinasi
Rapat koordinasi idealnya diadakantiap minggu sekali.
Pada rapat proyek Rumah Susun Politeknik PU Semarang ini
diadakan tiap hari kamis. Pada rapat ini dihadiri oleh berbagai
perwakilan dari kontraktor pelaksana, konsultan perencana,
konsultan pengawas dan pemilik proyek.

Hal - hal yang dibahas dalam rapat koordinasi :

 Hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan serta terdapat


masalah teknis yang timbul tak terduga dilokasi proyek
 Alternatif pekerjaan dan solusi dari masalah-masalah yang
muncul baik dari segi teknis, administrasi maupun dana.
 Prestasi fisik yang telah dicapai berdasarkan laporan yang
dibuat.
 Koordinasi masing-masing pihak yang terlibat langsung dalam
pelaksanaan.
 Sebagai laporan Konsultan Pengawas untuk melakukan
Controlling.

2.5 Sistem Pengupahan

Jangka waktu pelaksanaan Pembangunan Rumah Susun Politeknik


PU Semarang dalah 276 (Dua tujuh puluh enam) hari kalender. Waktu
kerja yang dilakukan satu minggu selama 7 (Tujuh) hari kerja. Waktu
kerja yang berlaku pada proyek ini yaitu dimulai pada pukul 08.00 sampai
dengan pukul 18.00 dengan waktu istirahat pada pukul 12.00 sampai
dengan pukul 13.00. Pada proyek ini dilakukan kerja lembur mengingat

38
terbatasnya waktu untuk pelaksanaan. Hal-hal yang menyebabkan
dilakukannya kerja lembur :

 Untuk pekerjaan yang dilaksanakan secara menerus, misalnya


pengecoran lantai beton bertulang dengan memakai campuran
beton siap pakai (Readymix), waktu kerja bisa diperpanjang
sampai pekerjaan selesai.
 Proyek sempat macet akibat cuaca di Kabupaten Demak yang
tidak menentu.
Sistem pembayaran upah tenaga kerja adalah sebagai berikut :
a. Upah Bulanan
Upah bulanan diberikan kepada staf atau pegawai tetap
kontraktor maupun konsultan.

b. Upah Mingguan
Yang menerima upah mingguan adalah tenaga kerja atau
tukang, dalam hal ini pembayaran dikelola oleh
Keuangan dari pihak Kontraktor. Pembayaran tersebut
diberikan berdasarkan pada volume pekerjaan yang telah
diselesaikan.

c. Upah Lembur
Upah lembur diberikan jika ada pekerjaan lembur.

39
BAB III
TINJAUAN PERENCANAAN PROYEK

3.1 Uraian Umum


Perencanaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting sebelum
dilaksanakannya suatu proyek. Tahapan awal ini dilakukan supaya tindakan yang
diambil dalam pelaksanaan suatu proyek tidak merugikan, oleh karena itu
perencanaan harus dibuat sematang mungkin dan dalam pelaksanaan harus
diserahkan pada orang atau badan usaha yang benar-benar ahli dan
berpengalaman dalam bidangnya serta mempunyai reputasi yang baik.
Tahap perencanaan merupakan tahap yang penting dalam proses
pelaksanaan suatu proyek karena perencanaan berkaitan dengan tahapan
sebelumnya yaitu survey (pengamatan dan penyelidikan, selain itu tahapan
perencanaan mempunyai kaitan ke depan, yaitu pada construction (pelaksanaan),
operation (pengopeerasian atau pemakaian), maintenance (pemeliharaan).
Kegiatan ini sangat penting sebelum dimulainya sebuah proyek. Perencanaan
suatu proyek harus dibuat secermat dan seteliti mungkin, karena bila terjadi
kesalahan perencanaan ataupun urutan proses yang tidak benar dapat
menyebabkan terjadinya kerugian. Perencanaan yang matang sebelum dimulainya

40
suatu pekerjaan proyek tidak hanya menghemat biaya tetapi juga dapat
menghemat waktu dan tenaga.
Pelaksanaan di lapangan seringkali berbeda dengan perencanaan, sehingga
pengalaman kerja pelaksanan di lapangan sangat dibutuhkan sebagai unsur
penunjang dalam menghadapi berbagai masalah yang ada di lapangan.
Perencanaan dan persiapan yang matang sebelum pelaksanaan proyek merupakan
tindakan yang seharusnya dilakukan pemilik proyek untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi di lapangan.
Perencanaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Konstruksi harus kuat dan aman,
2. Mutu pekerjaan terjaga dengan baik,
3. Pekerjaan selesai sesuai dengan waktu yang direncanakan,
4. Biaya pelaksanaan efisien dan ekonomis,
5. Aspek K3L terjaga.
Perencanaan proyek yang baik haruslah didukung komitmen bersama
untuk dapat melaksanakannya secara konsekuen. Untuk itulah perlu adanya rapat-
rapat koordinasi sehingga menghasilkan kesepakataan mengenai mutu yang ingin
dicapai bersama.
Tahap-tahap perencanaan pembangunan suatu proyek antara lain:
1. Tahap Pra Rencana
Tahap ini terdiri dari gambar-gambar sketsa atau merupakan
outline dari bangunan berikut dengan perkiraan biaya
proyek. Gambar-gambar tersebut dikembangkan lebih rinci
lagi untuk dapat dipakai sebagai dasar pembahasan
berikutnya.
2. Tahap Perencanaan
Tahap ini terdiri dari uraian lanjutan dari dambar-gambar
pra rencana dan gambar-gambar dasar dengan skala yang
lebih besar. Kemudian gambar-gambar ini dikembangkan
lagi menjadi gambar-gambar detail yang dilengkapi dengan
uraian kerja dan syarat-syarat serta perhitungan anggaran
bangunan.

41
3. Pembuatan Gambar-gambar Detail
Merupakan gambar detail yang menjelaskan secara rinci
pekerjaan konstruksi, disamping sebagai dasar
poelaksanaan dan juga dipakai sebagai dokumen lelang.
Gambar-gambar detail ini dibuat oleh konsultan
perencanaan.
4. Pembuatan rencana kerja dan syarat-syarat
Rencana kerja dan syarat-syarat ini mencakup semua aspek
antara lain material, peralatan, tenaga kerja, maupun dari
pekerjaan.

5. Perhitungan anggaran biaya


Anggaran biaya merupakan perhitungan biaya yang
dibutuhkan untuk bahan upah dan biaya lain dalam
pelaksanaan proyek.

3.2 Tinjauan Perencanaan Proyek


Pada umumnya perencanaan suatu proyek pembangunan gedung terdiri dari
empat macam perencanaan yaitu :
1. Perencanaan Arsitektur,
2. Perencanaan Landscape,
3. Perencanaan Struktur,
4. Perencanaan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing.
Dalam laporan kerja praktek ini, penulis hanya befokus pada perencanaan
struktur Bawah, sesuai dengan tinjauan dan pengamatan yang dilakukan selama
kerja praktek di proyek pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang.

3.2.1 Perencanaan Struktur Bawah

Struktur bagian bawah merupakan bagian bangunan yang terletak dibagian


bawah permukaan tahan dan berfungsi untuk menahan beban-beban yang diterima

42
bangunan tersebut supaya tidak mengalami keruntuhan atau failure. Struktur ini
dirancang untuk meneruskan beban yang diterima bangunan di atasnya ke dalam
tanah dasar.

Struktur bawah yang sebagian besar berupa pondasi berfungsi sebagai


penyalur dari beban struktur atas yang diteruskan ke tanah sehingga tanah kuat
memikulnya. Di dalam merencanakan pondasi suatu bangunan, dipilih satu tipe
atau gabungan dari beberapa tipe pondasi yang ada. Pemilihan tersebut didasarkan
pada beberapa kriteria anatara lain sebagai berikut:

- Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi,


- Berat bangunan atas ataupun besar beban di atas pondasi,
- Keadaan tanah disekitar atau di bawah pondasi,
- Keadaan lingkungan disekitar proyek,
- Biaya dan peralatan atau teknologi yang digunakan.

Untuk mengetahui jenis pondasi yang akan digunakan, terlebih dahulu


harus diketahui keadaan, susunan, dan sifat tanah serta daya dukungnya. Masalah-
masalah teknis yang sering dijumpai oleh seorang pekerjaan struktur bangunan
adalah menentukan daya dukung tanah. Oleh karena itu diperlukan survey dan
penyelidikan tanah di mana bangunan akan didirikan. Pekerjaan struktur bawah
meliputi:

a. Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah di lokasi proyek pembangunan Rumah
Susun Politeknik PU Semarang. ini bertujuan untuk memperolah
data jenis tanah dan daya dukung tanah. Pekerjaan penyelidikan
tanah meliputi pengambilan contoh dilapangan dan di
laboratorium. Penyelidikan laboratorium meliputi Atterberg test,
untuk mengetahui jenis daya dukung tanah dengan Direct Shear
test.
b. Pondasi Spun Pile

Secara umum struktur bawah bangunan Rumah Susun


Politeknik PU Semarang menggunakan pondasi Spun pile.

43
Pengeboran Spun pile dilakukan dengan cara hydraulic, agar
tidak menimbulkan gangguan pada bangunan disekitarnya.
Pondasi Spun pile yang digunakan adalah ∅ 600 mm serta
memiliki kedalaman pondasi 40 meter dengan mutu beton K-
300. Pondasi spun pile dipilih karena bangunan yang akan
didirikan tinggi, serta keadaan tanah yang kurang baik.

44
Gambar 3.1 Gambar Pondasi Spun Pile

Gambar 3.2 Detail I Spun Pile Gambar 3.3 Detail II Spun Pile

45
Gambar 3.4 Detail III Spun Pile Gambar 3.5 Potongan Spun Pile

Gambar 3.6 Detail hubungan tiang pancang


dengan Pile Cap

46
BAB IV
BAHAN, PERALATAN DAN TENAGA KERJA

4.1
3.3 Uraian Umum
Penyedian alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek
memerlukan manajemenyang baik untuk menunjang kelancaran
pekerjaan. Pengadaan bahan bangunan dan alat kerja disesuaikan dengan
tahapan pekerjaan yang sedang berlangsung. Penempatan material yang
tepat dan efesien perlu diperhatiakan untuk mempercepai dan
mempermudah pekerjaan. Di samping itu, penempatan material yang
baik dan tertata rapi akan mendukung efektifitas kerja dan keselamatan
kerja.
Penyedia (supplier) bahan bangunan sebaiknya mudah dari lokasi
proyek sehingga akan menghemat waktu dan biaya pengangkutan. Selain
itu ketersedian bahan bangunan (stocking material) harus selalu dikontrol
untuk menghindari keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat
terlambatnya pengadaaan bahan bangunan. Penemmpatan material harus
disesuaikan dengan sifat bahan sehingga resiko kerusakan bahan
bangunan sebelum digunakan dapat diminimalisir, terutama pada bahan
bangunan yang peka terhadap kondisi lingkungan seperti semen dan baja
tulangan.
Alat kerja berperan penting dalam menunjang keberhasilan suatu
proyek. Alat kerja membantu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang
sulit untuk dikerjakan dengan tenaga manusia. Penggunaan alat kerja
dapat mempercepat waktu pelaksanaan, mempermudah pelaksanaan dan

47
meningkatkan efektifitas suatu pekerjaan. Oleh karena itu, perawatan dan
pemeliharaan alat kerja harus diperhatikan agar kerusakan alat kerja
dapat dihindari.
4.2 Bahan-Bahan Konstruksi
Bahan konstruksi dalam sebuah proyek sering disebut dengan
bahan permanen. Bahan permanen adalah bahan yang dibutuhkan oleh
kontraktor untuk membentuk bangunan dan sifatnya melekat tetap
sebagai elemen bangunan. Kontraktor harus menentukan pemasok atau
penyuplai bahan yang akan digunakan. Tiga sumber pemasok bahan
permanen :
- Owner yang memasok bahan tertentu untuk digunakan
oleh kontraktor seperti besi, dan beton.
- Sub-kontraktor yang mungkin diminta oleh kontraktor
utama untuk memasok bahan permanen berdasarkan
kontrak terpisah.
- Kontraktor sendiri yang mengadakan bahan permanen.
 Sistem Perencanaan bahan Konstruksi
Proses manajemen bahan konstruksi adalah sebagai berikut:
- Pemilihan bahan
- Pembelian bahan
- Pengiriman bahan
- Penerimaan bahan
- Penyimpanan bahan
- Pengeluaran bahan
- Menjaga tingkat persediaan
Bagian logistik dan peralatan bertugas untuk menerima,
mengontrol mutu barang atau material dan menandatangani nota/kuitansi
dan selanjutnya diserahkan kepada bagian administrasi untuk
diselesaikan pembayarannya sesuai kesepakatan dengan pihak pemasok
material.
Material yang sudah diantar, selanjutnya langsung diatur pada
tempat yang sudah disediakan (aman terhadap pengaruh cuaca, air, dan

48
udara). Dalam proyek pembangunan Rumah Susun Politeknik PU
Semarang terdapat gudang khusus untuk penyimpanan barang atau
material yang tidak langsung digunakan, misalnya; kawat bendrat,
semen, dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari rusaknya
material dan turunnya mutu dari material itu sendiri.

Hal-hal yang harus diperhatikan dan mempengaruhi pengadaan


bahan :
- Jenis pekerjaan
- Waktu yang tersedia
- Keadaan lapangan
- Tenaga kerja yang ada
- Faktor ekonomis
Untuk pengendalian mutu dari bahan konstruksi harus diketahui
kebutuhan apa saja yang diperlukan dan berapa volumenya di proyek
pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang, maka disetiap
proyek memiliki RAB dan membuat monitoring bahan kontruksi setiap
harinya, sehingga pihak logistik bisa memantau keuangan yang
dikeluarkan untuk pembelian bahan kontruksi.
Pada proyek pembangunan Rumah Susun Politeknik PU
Semarangtidak ada schedule pengadaan bahan kontruksi tetapi pembelian
bahan kontruksi dilakukan sesuai dengan kebutuhan di lapangan karena
untuk menghindari material yang berkarat jika tidak langsung digunakan.
Tapi akan menjadi dilema juga ketika bagian logistik melakukan
pemesanan tetapi ternyata barang material atau alat yang dipesan sedang
kosong dari pihak supplier.
Pemesanan bahan kontruksi tersebut kemudian akan dimasukan ke
monitoring harian sehingga volumenya akan direkap dan dicocokan
dengan RAB bahan kontruksi proyek pembangunan Rumah
SusunPoliteknik PU Semarang. RAB dan Monitoring harian pada proyek
pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang akan dilampirkan.

49
4.2.1 Tiang Pancang atau Spun Pile

Tiang pancang bulat atau sering disebut prestressed spun pile adalah tiang
pancang yang paling modern dan paling sering digunakan di dunia sebagai tiang
pondasi (paku bumi). Tiang pancang bulat ini dibuat dengan menggunakan proses
spinning agar bisa menciptakan kepadatan dan homogenitas. Berikut beberapa
keunggulan tiang pancang bulat atau Spun Pile sebagai berikut :

 Kekuatan dan kualitas tinggi: Kekuatan concrete yang tinggi ini


diperoleh dengan proses spinning yang mengakibatkan
homogenitas dan kepadatan concrete.
 Lebih tahan lama: Karena kepadatan concrete yang dikarenakan
oleh proses spinning, tiang pancang akan terlindung dari korosi
besi yang terdapat di dalamnya.
 Ekonomis: Volume concrete yang digunakan akan lebih sedikit
jika dibandingkan oleh jenis tiang pancang lain yang memiliki
bearing area yang sama.
 Easy handling: Dengan bentuk silinder, tiang pancang jenis ini
akan mudah digunakan pada saat pemancangan dilakukan. Proses
loading, unloading dan pemancangan akan menjadi mudah.
 Lebih ringan: Transportasi akan lebih hemat biaya, terutama
untuk proyek luar pulau / jarak jauh.

Gambar 4.1 Tiang Pancang atau Spun Pile

4.2.2 Beton Ready Mix

50
Beton ready mix adalah adukan beton siap pakai yang dibuat sesuaidengan
mutu pemesanan. Faktor utama pemilihan beton ready mix adalah pertimbangan
terhadap efisiensi waktu, biaya, tenaga kerja, dan jaminan keseragaman kualitas.
Beton yang digunakan sesuai dengan SNI 03-2847-2002 tentang spesifikasi kuat
beton.Seluruh pekerjaan pondasi spun pile pada proyek pembangunan Rumah
Susun Politeknik PU Semarang menggunakan beton ready mix dengan mutu beton
K-300, kuat tekan FC’ 24,90 MPa dan nilai slump test 18 ±2 cm. Beton ready mix
yang digunakan disuplai dari dua perusahaan, yaitu PT. Aries Putra Beton.

Gambar 4.2 Beton Ready Mix

4.2.3 Tahu Beton (Beton Decking)

Beton decking atau tahu beton adalah beton atau spesi yang dibentuk
sesuai dengan ukuran selimut beton yang diinginkan. Biasanya berbentuk kotak-
kotak atau silinder. Dalam pembuatannya, diisikan kawat bendrat pada bagian
tengah yang nantinya dipakai sebagai pengikat pada tulangan.

Beton decking atau Tahu Beton berfungsi menjaga tulangan agar sesuai
dengan posisi yang diinginkan. Dapat dikatakan berfungsi untuk membuat selimut
beton sehingga besi tulangan akan selalu diselimuti beton yang cukup, sehingga
didapatkan kekuatan maksimal dari bangunan yang dibuat. Selain itu, selimut
beton juga menjaga agar tulangan pada beton tidak berkarat.

51
Gambar 4.3 Tahu Beton (Beton Decking)

4.2.4 Kawat Pengikat

Kawat pengikat disebut juga kawat bendrat merupakan pengikat antar besi
tulangan agar dapat membentuk struktur seperti yang dikehendaki. Kawat bendrat
yang digunakan berdiameter 1 mm. Agar besi tulangan saling terikat dengan kuat
maka kawat yang digunakan harus mempunyai kualitas yang baik, terbuat dari
besi lunak, tidak disepuh seng, dan tidak mudah putus. Kawat pengikat dibuat dari
besi lunak dan tidak disepuh seng.

4.2.5 Baja Tulangan

Baja tulangan merupakan material yang digunakan sebagai tulangan pada


konstruksi beton bertulang dan merupakan material utama yang diperhitungkan
untuk memikul kekuatan tarik pada konstruksi beton bertulang. Baja tulangan
yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

- Baja tulangan harus bebas dari karat, sisik dan lapisan-lapisan yang
dapat mengurangi daya lekat.
- Baja tulangan harus memenuhi persyaratan yang ada pada Standar
Industri Indonesia (SII0318-80), PUBI 1982 dan PBI 1971.

Penyimpanan baja tulangan dilakukan sebagai berikut:

- Baja tulangan harus ditempatkan bebas dari tanah, dengan cara


diletakkan di atas bantalan-bantalan dari kayu.
- Penimbunan baja harus diberi tanda-tanda yang jelas dan dipisahkan
jenis yang satu dengan jenis yang lainnya.

52
- Penimbunan baja tulangan di udara terbuka untuk jangka waktu
panjang harus dicegah.

4.2.6 Air Kerja

Air yang kita gunakan untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh
mengandung minyak, asam alkali, bahan-bahan organis atau bahan-bahan yang
dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini harus dipakai air bersih.

- Jika kita ragu-ragu mengenai air yang akan kita pakai, maka
air harus dikirim ke laboratorium yang diakui untuk diselidiki
sampai berapa jauh air tersebut mengandung zat-zat yang
dapat merusak beton atau besi tulangan.
- Apabila pemeriksaan contoh air terpaksa tidak bisa
dilakukan, sebaiknya kita mengadakan percobaan
perbandingan antara kekuatan tekan mortel + pasir yang kita
aduk dengan memakai air suling.
- Air tersebut dianggap layak untuk dipakai apabila kekuatan
tekan mortel dengan memakai air itu pada umur 7 dan 28hari
paling sedikit adalah 90 % dari kekuatan tekan dengan
memakai air suling pada umur yang sama.
4.2.7 Kayu
Semua kayu yang digunakan harus dalam keadaan baik, tidak cacat atau
tidak lapuh. Pada proyek ini kayu yang dipergunakan adalah jenis kayu Meranti.
- Kayu tersebut digunakan sebagai balok penyokong dalam
pemasangan acuan beton pada pengecoran abutment sehingga
kayu tersebut harus kuat sebagai penyokong acuan tersebut,
agar acuan beton menjadi kuat dan tidak bergerak akibat
desakan air dan beton pada waktu pengecoran.
- Segala jenis kayu yang dipergunakan baik sebagai
penyokong, penahan, penguat harus kering dan harus bebas
dari mata kayu serta cacat yang melemahkan lainnya.

53
- Selain kayu Meranti juga digunakan kayu Mahoni sebagai
dolken (tiang pancang kayu) untuk dinding penahan tanah
dan sebelum diadakan timbunan tanah (common
embankment).
- Penggunaan kayu Meranti dalam pekerjaan Jembatan
Simbang Desa-Simbang Jatidisebabkan kayu Meranti lebih
murah, serta cukup kuat untuk menahan acuan beton yang
ada serta murah dalam penggadaannya, juga kayu Meranti
lebih fleksibel.
4.2.8 Papan Dan Multiplek
Penggunaan kayu lapis acuan beton adalah sangatbaik, namun
harus dilakukan persiapan-persiapan agar celah-celah tertutup sebelum
pengecoran, dan tidak melentur.
Multiplek atau kayu digunakan untuk permukaan-permukaan acuan
yang kontak langsung dengan beton karena mempunyai keuntungan-
keuntungan sebagai berikut :
 Pemasangan dan pembongkaran sangat ekonomis pada panel-
panel yang lebar.
 Tersedia dalam berbagai ukuran .
 Mempunyai sifat-sifat fisik yang dapat diandalkan.
 Hemat karena dapat dipergunakan berulang kali.
 Permukaannya rata dan licin sehingga baik untuk expose
beton.
 Biaya pembuatan lebih murah.
Bila pemasangan dan pembongkaran dilakukan secara berhati-hati
maka dapat dipakai untuk beberapa kali. Untuk mendapatkan kekuatan
lentur yang maximum arah serat kayu lapisan paling luar harus pada
posisi tegak lurus terhadap balok-balok pendukungnya. Ukuran standart
multiplek adalah 120 x 240 cm2, sedangkan tebal yang ada di pasaran
adalah 3 mm, 4 mm, 12 mm, dan 18 mm.

4.3 Peralatan

54
Agar suatu proyek dapat memenuhi target mutu dan lancar dalam
pelaksanaan harus didukung oleh peralatan yang memadai. Supaya
penyediaan alat bisa berfungsi secara optimal, maka perlu adanya
manajemen peralatan yang tertib. Dalam manajemen proyek, perlu
diperhatikan masalah pengelolaan peralatan proyek yangterdiri dari
penyewaan, pembelian, dan perawatan alat. Hal tersebut untuk
mengefektifkan keberadaan alat di lapangan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah waktu kedatangan alat,


lama penggunaan, dan kondisi alat, baik melalui peminjaman, atau
pembelian sendiri. Khusus alat-alat yang dipinjam harus dicek
kesesuaiannya dengan perjanjian peminjaman dan dalam pembuatan
perjanjian harus jelas sehingga tidak merugikan salah satu pihak.Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi jenis peralatan yang diperlukan dalam
suatu proyek adalah sebagai berikut :

- Besar kecilnya proyek,


- Metode pelaksanaan yang digunakan di lapangan,
- Jenis pekerjaan,
- Jenis dan besarnya volume pekerjaan,
- Jumlah waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan,
- Kondisi dan keadaan lapangan,
- Kapasitas kerja alat, biaya operasional dan jumlah unit yang
tersedia,
- Kualitas hasil pekerjaan yang dihasilkan,
- Efektifitas dan produktifitas alat.

Peralatan yang digunakan dalam proyek pembangunan Rumah


Susun Politeknik PU Semarang antara lain sebagai berikut :

 Concrete Mixer Truck

Concrete mixer truck merupakan truk pengangkut material


betonyang dilengkapi dengan concrete mixer yang fungsinya sama dengan
alat molen. Concrete mixer truck digunakan untuk mengangkut adukan

55
beton ready mix dari lokasi batching plant ke lokasi proyek. Selama
pengangkutan, mixer harus terus berputar agar beton tetap homogen dan
tidak mengeras.

Gambar 4.4 Concrete Mixer Truck


 Dump Truck

Dump truck adalah alat yang digunakan untuk memindahkan


material hasil galian dengan kapasitas sekali angkut sebesar 3-4 m 3. Dump
truck yang digunakan sebagai jasa untuk memindahkan material galian,
jasa tersebut memakan biaya Rp. 32.500, - per kubiknya. Tanah galian
tersebut dibuang ke tempat penampungan.

Gambar 4.5 Dump Truck


 Backhoe (Excavator)

Alat ini mempunyai lengan yang panjang dan dapat berputar, juga
mempunyai bucket dengan ukuran tertentu sehingga dapat menggeruk

56
tanah. Alat ini digunakan untuk pekerjaan galian tanah pondasi, dan
urugan tanah pondasi kembali.

Gambar 4.6 Excavator

 Crawler Crane

Crawler crane atau yang sering disebut sebagai service crane


adalah alat yang mempunyai fungsi sama dengan tower crane yaitu untuk
memindahkan material maupun peralatan yang diperlukan dalam proyek.
Proyek ini menggunakan dua crawler crane karena luasnya area
pembangunan. Crawler crane yang dimaksud adalah LB 097 dan LB 019.

Gambar 4.7 Crawler Crane

 Hydraulick Jack In
Tiang Pancang Sistem Hidrolik (Hydraulick Jack In) Hidrolik
sistem adalah suatu metode pemancangan pondasi tiang dengan
menggunakan mekanisme hydraulic jacking foundation system, dimana
sistem ini telah mendapatkan hak paten dari United States, United
Kingdom, China dan New Zealand.
Sistem ini terdiri dari suatu hydraulic ram yang ditempatkan
pararel dengan tiang yang akan dipancang, dimana untuk menekan tiang
tersebut ditempatkan sebuah mekanisme berupa plat penekan yang berada

57
pada puncak tiang dan juga ditempatkan sebuah mekanisme pemegang
(grip) tiang, kemudian tiang ditekan ke dalam tanah.
Dengan sistem ini tiang akan tertekan secara kontiniu ke dalam
tanah, tanpa suara, tanpa pukulan dan tanpa getaran. Penempatan sistem
penekan hydraulic yang senyawa dan menjepit pada dua sisi tiang
menyebabkan didapatkannya posisi titik pancang yang cukup presisi dan
akurat. Ukuran diameter piston mesin hydraulic jack tergantung dengan
besar kapasitas daya dukung mesin tersebut. Sebagai pembebanan,
ditempatkan balok – balok beton atau platplat besi pada dua sisi bantalan
alat yang pembebanannya disesuaikan dengan muatan yang dibutuhkan
tiang.
Keunggulannya tiang pancang metode hydraulic jack in:
1. Bebas getaran
2. Bebas pengotoran lokasi kerja dan udara serta bebas dari
kebisingan
3. Daya dukung aktual pertiang diketahui Dengan hydraulic
jack in, daya dukung setiap tiang dapat diketahui dan
dimonitor langsung dari manometer yang dipasang pada
peralatan hydraulic jacking system sepanjang proses
pemancangan berlangsung.
4. Harga yang ekonomis Teknologi hydraulic jacking ini tidak
memerlukan pemasangan tulangan ekstra penahan impack
pada kepala tiang seperti pada tiang pancang umumnya.
5. Lokasi kerja yang terbatas Dengan tinggi alat yang relatif
rendah, hydraulic jacking system ini dapat digunakan pada
basement, ground floor atau lokasi kerja yang terbatas, Alat
hydraulic jacking system ini dapat dipisahkan menjadi
beberapa komponen sehingga memudahkan untuk dapat
dibawa masuk atau keluar lokasi kerja.
Kekurangan tiang pancang metode hydraulic jack in:

58
1. Apabila terdapat batu atau lapisan tanah keras yang tipis
pada ujung tiang yang ditekan, maka mengakibatkan
kesalahan pada saat pemancangan.
2. Sulitnya mobilisasi alat pada daerah lunak ataupun pada
daerah berlumpur.
3. Karena hydraulic jacking ini mempunyai berat sekitar 360
ton dan saat permukaan tanah yang berbeda daya
dukungnya, maka hal tersebut akan dapat mengakibatkan
posisi alat pancang menjadi miring bahkan tumbang,
sehingga sangat berbahaya terhadap keselamatan pekerja.
4. Pergerakan alat hydraulic jacking ini sedikit lambat, proses
pemindahannya relatif lama untuk pemancangan titik yang
berjauhan.
Dari kelebihan dan kekurangan yang ada, metode pancang hidrolik
dipilih mengingat daerah tersebut termasuk padat penduduk.

Gambar 4.8 Hydraulick Jack In

 Alat Las

Alat las merupakan alat yang berfungsi untuk menyambung


tulangan spun pile yang kurang panjang. Kedalaman spun pile pada proyek
ini berkisar 40 m, padahal panjang maksimum baja untuk tulangan di
pasaran hanya 12 m. Selain itu, mesin ini juga digunakan untuk
memperbaiki mesin atau peralatan lain yang rusak.

59
 Pelat Baja

Pelat baja merupakan alat bantu yang digunakan untuk mobilisasi


alat di lapangan sehubungan dengan medan yang cukup licin dan
berlumpur. Alat ini hanya dipasang ketika concrete mixer truck datang
mulai dari daerah yang berlumpur sampai mendekati posisi borehole agar
concrete mixer truck tersebut tidak mengalami selip.

 Cut Off Machine

Cut off machine merupakan alat pemotong yang berfungsi untuk


memotong maupun menghaluskan material konstruksi yang terbuat dari
besi sesuai dengan kebutuhan.

 Roller

Roller merupakan mesin perakit baja tulangan yang diguakan


untuk membentuk tulangan baja yang lurus menjadi spiral sesuai dengan
diameter rencana. Diameter yang dibuat sedikit lebih keci dari diameter
rencana Spun pile untuk memberi ruang bagi selimut beton. Roller ini
masih menggunakan tenaga manusiapada pelaksanaannya. Metode
pembuatan tulangan dengan roller ini yaitu dengan menyangkutkan baja
ke salah satu celah roller dan kemudian memutarnya hingga terbentuk baja
yang spiral.

 Genset (Generator Set)

Genset adalah sebuah perangkat yang berfungsi menghasilkan daya


listrik. Disebut sebagai generator “set” dikarenakan ia adalah satu set
peralatan gabungan dari dua perangkat berbeda yaitu mesin dan generator
atau alternator. Mesin (engine) sebagai perangkat pemutar sedangkan
generator atau alternator sebagai perangkat pembangkit listrik.

 Total Station

60
Total station merupakan theodolith terintegrasi dengan komponen
pengukur jarak elektronik (electronic distance meter) untuk membaca
jarak dan kemiringan dari instrumen ke titik tertentu. Alat ini digunakan
untuk menentukan letak posisi bangunan, menentukan letak as-as
bangunan, membuat dan menentukan siku bangunan. Penggunaan alat ini
diperlukan dalam pelaksanaan proyek dikarenakan untuk mendapatkan
bangunan yang tepat, akurat dan presisi.

Gambar 4.9 Total Station


 Prisma Ukur

Prisma ukur berfungsi untuk memantulkan cahaya infra merah


yang termodulasi didalam sinyal instrument optic. Prisma ukur yang
digunakan pada proyek ini berjumlah dua buah.

Gambar 4.10 Prisma Ukur

4.4 Tenaga Kerja


Komposisi Para Pekerja Proyek
Para pekerja lapangan dalam proyek pembangunan pembangunan Rumah
Susun Politeknik PU Semarangini terdiri dari para pegawai tetap dan para

61
pegawai kontrak dari kontraktor, PT Adhi Karya. Selain itu, pihak kontraktor
tentunya juga memperkerjakan banyak personil sebagai tenaga kasar (tukang dan
pembantu tukang). Perekrutan personil tersebut dilakukan dengan cara pihak
kontraktor mencari mandor yang sudah terpercaya dan sering berkerjasama, lalu
mandor tersebut membawa tukang-tukang untuk bekerja di proyek pembangunan
Rumah Susun Politeknik PU Semarang ini.

Waktu Kerja
Waktu kerja/jam kerja proyek adalah waktu yang dipergunakan untuk
melaksanakan pekerjaan pada hari-hari sesuai dengan surat kerja yang di
keluarkan dan disepakati oleh semua pihak yang terkait.
a. Waktu kerja biasa,
Jam kerja setiap satu minggu :
- Senin s/d Kamis
08.00 - 12.00
12.00 - 13.00 (Istirahat)
13.00 - 18.00
- Jumat
08.00 - 11.30
11.30 - 13.15 (Istirahat)
13.15 - 18.00
- Sabtu dan Minggu
08.00 - 12.00
12.00 - 13.00 (Istirahat)
13.00 - 18.00
b. Waktu kerja lembur,
Waktu kerja lembur adalah waktu kerja diluar waktu kerja biasa/dinas. Hal
ini dilaksanakan saat pada waktu mengejar keterlambatan proyek atau
pada kondisi tertentu seperti pada pengerjaan pengercoran, karena

62
pekerjaan ini tidak boleh dihentikan sebelum pekerjaan selesai atau sampai
pada batas yang direncanakan.

4.3.2 Upah Kerja


Upah dalam proyek ini adalah sebagai berikut:
a. Upah Harian
Upah ini didasarkan jumlah hari kerja dan juga
upah lemburan pekerjaan dalam satu minggu.
Dibayarkan pada hari sabtu kepada tenaga harian
kontraktor.
b. Upah Borongan
Upah ini diterima oleh mandor borongan
jumlahnya tergantung hasil opname pekerjaan yang
telah disetujui harga satuan yang disepakati.
Dibayarkan per dua minggu.
c. Upah Pegawai Tetap
Upah dibayarkan kepada karyawan perusahaan
pada awal bulan secara rutin dibayar oleh pusat. Upah
ini berdasarkan upah lemburan dan juga gaji pokok
pekerjaan.

63
BAB V

METODE PELAKSANAAN

5.1 Uraian Umum

Salah satu tahapan dalam suatu proyek pembangunan adalah


pelaksanaan. Pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana yang telah
dituangkan dalam gambar kerja sesuai dengan syarat-syarat yang telah
ditentukan. Agar proses tersebut lancar, perlu diadakan pemisahan atau
penggolongan jenis pekerjaan yang dituangkan dalam rencana kerja. Untuk
mencapai tujuan dari rencana kerja yang telah ditetapkan, perlu adanya
suatu koordinasi pelaksanaan kegiatan pekerjaan. Koordinasi harus
dilaksanakan dan diatur dengan cermat agar tercipta pelaksanaan pekerjaan
yang efisien dan ekonomis.

Tahap pelaksanaan proyek merupakan tahap yang menentukan


keberhasilan suatu proyek. Dalam tahap ini, segala kebutuhan pekerjaan
seperti material, peralatan, dan tenaga kerja harus terpenuhi agar pekerjaan
dapat terselesaikan dengan baik sesuai dengan rencana. Selain itu, metode
pelaksanaan yang tepat dan sesuai dengan kondisi lapangan dan pengawasan
terhadap berbagai tahap pelaksanaan akan membuat pekerjaan menjadi lebih
efisien. Bila keseluruhan hal tersebut terpenuhi, maka target pekerjaan akan

64
terwujud. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan konstruksi
diantaranya :

1. Penjadwalan kedatangan bahan dan material maupun alat


konstruksi
2. Pengelolaan sub kontraktor dantenaga kerja
3. Proses pengadaan barang dan jasa
4. Realisasi pekerjaan dan prestasi atau progress kemajuan
pekerjaan
5. Efisiensi waktu dan biaya dalam pelaksanaan pekerjaan
Beberapa persyaratan mencakup lingkup metode pelaksanaan suatu
proyek bangunan, antara lain :

a. Menjamin kualitas konstruksi,


b. Menjamin kemudahan pelaksanaan,
c. Menjamin efisiensi biaya,
d. Menjamin sumber daya yang efektif dan efisien,
e. Menjamin waktu pelaksanaan yang cepat,
f. Menjamin keamanan dan keselamatan kerja,
g. Menjamin tidak adanya pencemaran lingkungan,
h. Penggunaan teknologi yang mutakhir.

Agar pelaksanaan pembangunan dapat berlangsung dengan baik,


lancar, efektif, dan diperoleh hasil yang memuaskan, maka diperlukan
suatu rencana cara pelaksanaan (construction method), rencana waktu
kerja (time schedule), danrencana lapangan (site instalation). Dengan
adanya kegiatan ini diharapkan pembangunan dapat selesai tepat waktu
sesuai dengan waktu yang telah direncanakan dan dapat menghindari
pekerjaan yang tidak perlu.

1. Rencana Cara Pelaksanaan (Construction Method)

Metode pelaksanaan pekerjaan adalah gambaran secara jelas tahap


pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi. Tahap ini akan digunakan dalam
penyusunan rencana kerja. Tahap ini meliputi:

65
 Pekerjaan Prasarana dan Penunjang,
 Pekerjaan Tanah,
 Pekerjaan Pondasi,
 Pekerjaan Struktur,
 Pekerjaan Arsitektur
 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal.
2. Rencana Cara Pelaksanaan (Construction Method)

Metode pelaksanaan pekerjaan adalah gambaran secara jelas tahap-


tahap dalam pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi. Tahap ini akan
digunakan dalam penyusunan rencana kerja. Tahap ini meliputi:

 Pekerjaan Prasarana dan Penunjang,


 Pekerjaan Tanah,
 Pekerjaan Pondasi,
 Pekerjaan Struktur,
 Pekerjaan Arsitektur,
 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal.

3. Rencana Waktu Kerja (Time Schedule)

Rencana waktu kerja adalah suatu pembagian waktu secara terperinci


yang disediakan untuk masing-masing bagian pekerjaan, mulai dari
pekerjaan permulaan hingga pekerjaan akhir, agar pelaksanaan pekerjaan
dapat menjadi efektif dan efisien.

Kontraktor harus mengetahui setiap jenis pekerjaan dan hubungan


ketergantungan antar bagian pekerjaan. Dalam penyusunan suatu rencana
kerja, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

 Keadaan lapangan kerja (project side).


 Kemampuan tenaga kerja, meliputi jenis dan jumlah yang
dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.

66
 Penyediaan bahan bangunan agar diketahui penyediaan waktu
yang tepatuntuk mendatangkan bahan bangunan.
 Peralatan pembangunan agar diketahui jenis, kemampuan, dan
kondisi alat.
 Gambar-gambar kerja, baik gambar rencana (gambar bestek)
maupun gambar kerja untuk bagian pekerjaan tertentu.
 Kelangsungan pelaksanaan pekerjaan direncanakan secara
berurutan dan tidak saling mengganggu kelancaran keseluruhan
pekerjaan lainnya.

Dengan adanya rencana kerja ini maka diharapkan kontraktor


pelaksana dapat melakukan koordinasi secara menyeluruh terhadap semua
kegiatan pembangunan, dapat menilai tingkat kemajuan pelaksanaan
pekerjaan, dapat digunakan sebagai pedoman kerja, dan dapat
mengevaluasi hasil pelaksanaan pekerjaan.

4. Rencana Lapangan (Site Instalation)

Rencana lapangan adalah suatu rencana perletakan bangunan


pembantu, bahan bangunan, dan alat-alat yang digunakan di dalam proyek.
Pembuatan rencana lapangan bertujuan agar seluruh pelaksanaan
pekerjaan dapat berjalan dengan efisien, aman, dan lancar. Penempatan
bangunan pembantu, bahan bangunan, dan alat-alat berat harus
memperhatikan kemudahan penjangkauan dengan tidak mengabaikan
keamanan dan persyaratan yang harus dipenuhi, sehingga mampu
terhindar dari kerusakan dan tidak mengganggu kegiatan pembangunan.

Beberapa hal diatas tentunya tidak menjadi syarat mutlak dalam


penyusunan metode pelaksanaan konstruksi suatu proyek. Namun, hal
tersebut dapat menjadi acuan bagi kontraktor pelaksana untuk merancang
metode seperti apa yang tepat dan efisien dalam melaksanakan suatu
pekerjaan konstruksi.

Dalam aplikasinya, pada proyek pembangunan Rumah Susun


Politeknik PU Semarang ini juga menerapkan aplikasi metode konstuksi

67
yang digunakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan agar lebih efisien
danefektif. Metode konstruksi yang dilaksanakan di dalam proyek ini
tergantungdengan setiap lingkup pekerjaannya, mulai dari pekerjaan
persiapan hingga selesai.

Dalam laporan ini pelaksanaan yang akan ditinjau adalah sesuai


dengan pelaksanaan pekerjaan yang penulis alami di lapangan pada waktu
melaksanakan kerja praktek pada proyek pembangunan Rumah Susun
Politeknik PU Semarang dimana pelaksanaan pekerjaan struktur pondasi
menggunakan pondasi spun pile.

5.2 Pekerjaan Persiapan

Struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung


dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di bawah permukaan
tanah yang mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan lainnya di
atasnya.

5.2.1 Pengadaan Sarana Penunjang


a. Kantor lapangan/direksi keet

Penyediaan kantor lapangan atau direksi keet dimaksudkan untuk


pengendalian pekerjaan, pengawasan dan sebagai tempat kegiatan
adiministrasi lapangan selama pelaksanaan. Kantor lapangan sebagai pusat
control di lapangan digunakan juga untuk tempat penyimpanan seluruh
dokumen kerja seperti gambar-gambar desain, time schedule dan struktur
organisasi lapangan.

Selain itu kantor lapangan juga dipakai untuk mengadakan rapat


atau diskusi unsur-unsur proyek maupun lapangan untuk memecahkan
masalah di lapangan atau memutuskan hal-hal yang sangat mendesak
mengenai pekerjaan di

68
lapangan. Penetepan dan pemilihan tempat bagi kantor lapangan
diusahakan sedekat mungkin dan terletak pada posisi strategis disekitar
lokasi pekerjaan untuk kemudahan control pekerjaan di lapangan.

Gambar 5.1 Direksi keet

b. Gudang material dan alat

Gudang disini dimaksudkan untuk menyimpan material maupun


peralatan ringan untuk pekerjaan di lapangan. Pada proyek pembangunan
Rumah Susun Politeknik PU Semarang ini penempatan gudang dibuat
sedekat mungkin dengan direksi keet dan lokasi pekerjaan untuk
kemudahan pengawasan dan keamanan material maupun alat disamping
tujuan utama yaitu efektifitas pengiriman material dan alat serta tujuan
efisiensi waktu dan biaya.

5.2.2 Pembersihan Lapangan


Pembersihan lapangan dilakukan untuk membersihkan lokasi dari
hal-hal yang mengganggu pekerjaan proyek seperti pohon, sampah, dan
akar-akar pohon. Pekerjaan pembersihan lapangan disini merupakan
pekerjaan persiapan untuk pondasi Spun Pile dimana lokasi disiapkan
samapai keadaan memungkinkan disamping sebagai tempat atau
penempatan tiang pancang sebelum di gunakan.
Pekerjaan pembersihan lapangan yang dilakukan pada proyek
Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang ini antara lain,

69
menggali tanah sampai kedalaman tertentu seperti pada lokasi
pemancangan tiang pancang jembatan pemadatan tanah untuk kedudukan
alat tiang pancang pada saat pekerjaan tiang pancang

Gambar 5.2 Pembersihan


Lapangan

5.2.3 Pekerjaan Pengukuran


Pekerjaan pengukuran sangat diperlukan untuk menjamin
ketepatan elevasi, sudut dan ukuran struktur sesuai dengan gambar
rencana. Pekerjaan ini merupakan tahap awal dan dasar pekerjaan
selanjutnya. Ketelitian dan kecermatan pengukuran menentukan hasil
pekerjaan secara menyeluruh dengan tata letak dan elevasi hasil akhir
pekerjaan sesuai dengan perencanaan.
Pekerjaan persiapan proyek Pembangunan Rumah Susun
Politeknik PU Semarang ini pengukuran awal yang dilakukan yaitu untuk
menentukan tata letak dan elevasi dari abutment, pilar dan Site Pile serta
untuk penentuan titik- titik tiang pancang. Peralatan yang digunakan untuk
pekerjaan pengukuran adalah total station, mistar ukur dan meteran.

70
Gambar 5.2 Pekerjaan Pengukuran

5.2.4 Pengadaan Bahan dan Material

Pengadaan Bahan/material pada pekerjaan persiapan dilakukan


sebatas bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan awal, karena bahan
dan material yang disediakan terlebih dahulu jauh sebelum penggunaan di
lapangan dimungkinkan terjadi kerusakan, penurunan kualitas tidak
terjamin keamanannya selama penyimpanan. Jadi pengadaan atau
penyediaan material harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang sedang
dilakukan, akan tetapi jangan sampai terlambat penggandaanya sehingga
mengganggu, menghentikan pekerjaan di lapangan karena stok di
lapangan habis. bahan yang disediakan pada pekerjaan persiapan proyek
pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang adalah tiang
pancang yang ditempatkan pada tempat yang berdekatan dengan lokasi
pekerjaan pilar, Site Pile dan abutment tersebut. Diletakkan dengan
posisi sedemikian rupa untuk memudahkan urutan pemancangan dari
bottom, midle dan upper pile.

5.2 Pekerjaan Pondasi


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:414) Pondasi
merupakan dasar bangunan yang kuat dan biasanya terletak di bawah
permukaan tanah tempat bangunan didirikan. Pondasiharus diperhitungkan
untuk dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap beratnya sendiri,
beban-beban bangunan (beban isi bangunan). Selain itu juga dalam
pelaksanaan pekerjaannya harus dilaksanakan sesuai prosedur dan standar
metode pelaksanaan yang berlaku agar tidak terjadi kegagalan struktur.
Urutan kegiatan pondasi pemacancangan di lapangan adalah sebagai
berikut :

5.2.1 Pekerjaan Tanah

71
Pekerjaan tanah meliputi panggilan tanah pada lokasi tiang pancang untuk
abutment dan Site Pile Jembatan. setelah pekerjaan penggalian dilanjutkan
dengan pekerjaan pemadatan, sudah sesuai dan memungkinkan untuk
diadakan pemancangan secara langsung.

Gambar 5.3 Pekerjaan Tanah

5.2.2 Pekerjaan Pengangkatan dan Peletakan Tiang Pancang


Pekerjaan yang dimaksud di sini adalah pekerjaan pengambilan
tiang pancang pabrikasi yang tiba dilokasi yang dibawa oleh traller yang
kemudian di letakkan pada lokasi yang telah disipakan dengan alat crane
sebagai pengangkatannya. Adapun urutannya pekerjaan ini adalah:
a. Persiapan Lahan untuk Penumpukan Tiang Pancang

Lahan yang dipersiapkan untuk penempatkan tiang pancang


harus datar dan merata dan keras. Hal ini untuk menghindari
bahaya melindungi dan patah pada tiang pancang. Lokasi
penempatan tiang pancang pada proyek ini disiapkan dilahan
sebelah utara pada masing-masing lokasi pemancangan.
b. Pengangkatan Tiang Pancang

Sebelum pengangkatan oleh crane kedudukan trailer harus


dekat dengan crane dengan posisi sehingga memudahkan
pengangkatan. Pengangkatan tiang pancang pada proyek ini
menggunakan crane dengan kapasitas sebesar 50 ton. Sedangkan
cara

72
pengangkatannya adalah dengan 2 titik tumpu dengan jarak
tumpuan maksimum 3 meter dari ujung tiang. Untuk menghindari
terputarnya tiang pada saat pengangkatan dibutuhkan tenaga
manusia untuk menjaga kedudukan tiang pancangan mengarahkan
pada lahan yang telah disiapkan. Pengangkatan dan penempatan
tiang pancang dilakukan dengan hati-hati.

Gambar 5.4 Pengangkatan Tiang Pancang

5.2.3 Pemberian Nomor Ke Dalam Pada Tiang Pancang


Pekerjaan ini dimaksudkan untuk monitoring kedalaman pada saat
pemancangan dimana perhitungan jumlah puluhan hammer dicatat pada
(pile driving log) dengan disesuaikan terhadap kedalaman yang dicapai.
Penomoran harus jelas dan mudah dibaca dan ditak rusak karena cuaca
serta tidak tertutupi oleh cat dan lumpur yang bias mengaburkan garis-
garis penomorannya pada saat monitoring kedalaman pemacangan.

Gambar 5.5 Penomoran tiang pancang

5.2.4 Penentuan Titik Tiang Pancang

73
Sebelum pekerjaan pemancangan seluruh titik rencana harus sudah
ditentukan dahulu. Titik tersebut merupakan titik simetris dimana ujung
tiang akan dipancangkan. Pekerjaan ini merupakan lanjutan dari pekerjaan
pengukuran secara menyeluruh dimana letak bangunan, abutment dan Site
Pile sudut struktur dan elevasinya telah ditentukan sebelumnya.
Jarak antar tiang, jarak tiang dengan dinding, footing, elevasi serta
sudut-sudut footing yang terdapat pada gambar denah pondasi diplot di
lapangan dengan menggunakan alat total station, mistar ukur dan meteran.
Hasil pengukuran kemudian ditandai dengan patok kayu bouwplank yang
dilengkapi dengan bilangan-bilangan keterangan pengukuran, Sedangkan
titik-titik pada rencana posisi tian pancang ditandai dengan patok-patok
kayu yang ditancapkan pada tanah dan tidak boleh bergeser dari
kedudukan semula.

5.2.5 Pekerjaan Pemancangan


Pekerjaan pemancangan tiang pancang pada abutment dan Site Pile
adalah pekerjaan utama pondasi pada pembangunan Rumah Susun
Politeknik PU Semarang ini yang dilakukan sangat hati-hati cermat dan
teliti mengingat resiko yang besar apalagi lokasi pemancangan berdekatan
dengan pusat kegiatan galangan kapal dan nelayan. Resiko yang besar
dikarenakan sebagian unit alat pemancangan dan tiangnya sendiri
merupakan beban tergantung oleh toser crane sehingga bahaya jatuh dan
putusnya kawat baja dapat membahayakan pekerja itu atau pekerja
galangan kapal dan nelayan. Pemancangan dilakukan oleh 7 sampai 10
orang dengan tugas masing-masing sebagai operator diesel hammer,
pencatat pile driving log dan kalendering, tukang las, tenaga kasar dan
pengawas. Adapun urutan pekerjaan pemancangan adalah sebagai berikut:
a. Persiapan Peralatan Pemancangan

Satu unit peralatan pemancangan terdiri dari crane, leads


toser crane, hammer piston, diesel hammer, kepala hammer,
katrol, topi pancang, alat las, pengait dan kabel baja. Crane
terdiri dari rangkaian besi-besi yang terpasang pada prime

74
movernya sedangkan ujung boon terpasang pada kira-kira 1/5
ujung atas leads.
Leads bagian bawah terjepit sempurna dengan prime
mover untuk memberi kestabilan pada leads. Leads terdiri dari
pipa besi berdiameter besar yang dirangkai sampai ketinggian
yang dibutuhkan dan digunakan untuk posisi unit diesel
hammer berjalan vertical pada saat pemancangan. Ujung atas
leads dipasang katrol untuk pengangkatan peralatan
pemancangan maupun tiang pancang. Pengangkatan
menggunakan kabel baja dengan tenaga dari preme mover
crane.
Sedangkan unit diesel hammer terdiri dari piston/hammer,
kepala hammer dan ijektor pemampat van bakar yang
digunakan sebagai pemukul tiang pada saat pemancanngan.
Seluruh unit alat tiang pancang dirangkai dan siap digunakan.
Unit crane yang digunakan dengan tipe/merk Kobelco /
00704 sebanyak 1 unit dan 1 unit Pile Driving machine Arcon
DD.55 dengan berat hammer 5,5 ton.

b. Persiapan Kedudukan Crane

Setelah peralatan pemancangan dipersiapkan dilakukan


persiapan tempat kedudukan crane pada saat pemancangan,
kedudukan crane harus stabil dan rata. Sehingga pekerjaan
persiapan kondisi tanah harus padat dan keras sehingga perlu
pemadatan sebelumnya. Meskipun kondisi tanah telah baik
diperlukan plat-plat baja ukuran lebar sebagai tempat
berjalannya crane.
Pada saat berjalan kemuka ketitik pemancangan crane
dilengkapi dengan kabel pengangkat dan pengait pada ujung
kabelnya membawa plat-plat baja tersebut dan dibawa
didekatkan crane kemudian crane berjalan diatas plat baja
tersebut dan membawa plat baja yang lain dan ditempatkan

75
didepan crane, berulang sampai posisi crane mendekati titik
pemacangan.
c. Pengangkatan Tiang Pancang

Pengangkatan tiang pancang adalah pengambilan tiang


pancang dari tempat penumpukan tiang terdekat untuk
dipancangkan pada titik pemancangan kegiatan ini berlaku
sama untuk semua lokasi pemancangan baik di abutment dan
Site Pile Pengangkatan tiang dilakukan sesuai urutan
pemancangan yaitu bottom pile yang berbentuk ujung runcing,
midle pile untuk tiang pancang tengah dan upper pile untuk
tiang pancang paling atas.
Cara pengangkatan tiang pancang ada dua yaitu :
 Pengangkatan dengan dua titik angkat
 Pengangkatan dengan satu titik angkat
 Pemasangan Tiang Pancang Pada Kepala Hammer
d. Pada saat pengangkatan tiang pancang kedudukan unit diesel
hammer harus disesuaikan dengan panjang tiang pancang yang
sedang diangkat sehingga apabila topi pancang sudah masuk
kedalam kepala hammer, tiang pancang yang tergantung, ujung
bawah tiang tidak menyentuh tanah akan tetapi ujung bawah
tiang bawah tetap bisa dijangkau oleh pekerja untuk diarahkan
pada posisi titik pemancangan yang direncanakan. Pemancangan
tiang pancang pada kepala hammer dilakukan dengan penarikan
kabel baja yang sudah terkait pada tiang pancang. Proses ini
dilakukan perlahan-lahan dan cermat sampai topi pancang masuk
sempurna pada kepala hammer dan tiang pancang dapat berdiri
vertical. Ketinggian tiang pancang yang tergantung selanjutnya
diatur dengan menaik turunkan unit diesel hammernya sesuai
kebutuhan pada saat unit crane berputar menuju kearah titik
pemacangan sehingga pada saat perputaran tiang tidak terbentur
oleh tanah dan alat lain. Selama pemancangan, kepala tiang

76
pancang harus selalu harus dilindungi dengan topi tiang dari
baja dengan ketebalan + 10 cm untuk menghindari terjadinya
retak atau patah pada kepala tiang pancang.
e. Penentuan Posisi Tiang Pancang

Penentuan posisi tiang pancang pada titik pemancangan ini


dilakukan pada bottom pile sebagai tiang terbawah disatu titik
pemancangan. Penentuan posisi tiang pancang ini harus cermat
untuk menghindari melesetnya tiang dari titik direncanakan.
Ujung runcing tiang pada bottom pile harus tepat pada titik
pemancangan yang ditandai dengan patok kayu yang terpasang
pada titik tersebut. Apabila ujung tiang sudah tepat pada titik
pemancangan, selanjutnya pemukulan oleh hammer dapat
dilakukan.
Penentuan posisi tiang pancang dilakukan dengan gerakan
maju atau mundur crane yang berjalan diatas plat-plat baja
sampai titik posisi rencana tiang dapat dicapai. Selain itu
gerakan perputaran crane juga dilakukan untuk pergeseran ke
kanan atau kekiri kedudukan leads mencapai titik
pemancangan. Selanjutnya tiang pancang yang tergantung +30
cm dari tanah diarahkan oleh 3 – 4 pekerja pada titik
pemancangan.

f. Penentuan Posisi Tiang Pancang

Penentuan posisi tiang pancang pada titik pemancangan ini


dilakukan pada bottom pile sebagai tiang terbawah disatu titik
pemancangan. Penentuan posisi tiang pancang ini harus cermat
untuk menghindari melesetnya tiang dari titik direncanakan.
Ujung runcing tiang pada bottom pile harus tepat pada titik
pemancangan yang ditandai dengan patok kayu yang terpasang
pada titik tersebut.

77
Apabila tiang yang tergantung sudah berada tepat diatas
titik pemancangan, aba-aba tangan dari pekerja operator,
menurunkan tiang pancang secara perlahan-lahan sampai ujung
tiang menyentuh tanah. Setelah pengecekan ulang posisi titik
pemancangan dimana setelah sesuai dengan titik rencana terus
dilakukan pengecekan terhadap pengecekan tiang pancang,
apakah posisi benar-benar tegak atau Belum, dengan
menggunakan alat total station.

g. Pemancangan/Pemukulan Tiang Pancang

Pekerjaan pemukulan tiang pancang berlaku sama pada


semua jenis tiang baik bottom pile, midle pile maupun upper
pile. Akan tetapi banyaknya pukulan pada tiap-tiap jenis tiang
berbeda-beda tergantung dari kondisi tanahnya. Pada
pemancangan bottom pile. Dimana tiang menembus lapisan
tanah yang masih lunak karena belum terlalu dalam jumlah
pukulan sedikit dibanding upper pile yang telah mencapai
lapisan tanah yang lebih keras karena hambatan pelekatannya
lebih besar.

Adapun proses pemukulan/pemancangan dimulai apabila


posisi tiang pancang dalam keadaan siap di pancang.
Selanjutnya hammer pada diesel hammer diangkat dengan
pengait hammer yang di tarik oleh crane. Setelah tinggi
dijatuhkan secara otomatis hummer telepas dari pengaitnya
dan hammer akan jatuh bebas dan memukul kepala tiang. Lalu
tiang pancang akan masuk ke dalam tanah lebih dalam dan
seterusnya lagi. Karena kondisi tanah yang lunak
menyebabkan hammer tidak memantul kembali meskipun
bahan bakar dalam diesel dimampatkan oleh hammer yang
jatuh. Selanjutnya pengait hammer kembali mengangkat
hammer sampai ketinggian tertentu dan hammer secara
otomatis akan terjatuh.

78
Demikian seterusnya pengait hammer akan selalu
diangkat apabila hammer berhenti dan meskipun tidak tinggi,
pemampatan bahan bakar dapat dilakukan oleh pekerja yang
ada dibawah dengan menarik tali yang dihubungkan dengan
diesel hammer sampai terjadi pemampatan pada diesel hammer
karena jatuhnya hammer, sehingga pada jatuh hammer
selanjutnya akan terpental kembali. Begitu seterusnya selalu
terjadi pemampatan pada diesel hammer selanjutnya.
Pada pemancangan midle pile dan upper pile pada proyek
ini, sekelilingnya tiang pancang telah menerima hambatan
lekatan tanah clay lebih besar dibanding dengan bottom pile
sehingga pantulan hammer lebih tinggi dan selanjutnya akan
bergerak naik dan jatuh dengan sendirinya sampai terhenti
setelah beberapa kali pemukulan. Saat pemancangan upper
pile +5 m sebelum pemukulan dihentikan, hammer terpental
paling tinggi dengan frekuensi pemukulan lebih banyak untuk
memancangkan tiang lebih dalam lagi. Pemukulan dan
pemancangan terjadi dengan sendirinya secara otomatis. Hal
ini merupakan indikasi bahwa tiang pancang telah menerima
hambatan pelekatan yang besar.
Adapun baut pengunci dan kebel baja pengangkat tiang
pancang dapat dilepaskan setelah kedalaman pemancangan
tertentu dan pengunci dapat dijangkau oleh pekerja yang ada
dibawah. Setelah mencapai kedalaman yang direncanakan
pemancangan dihentikan, kemudian unit diesel hammer
diangkat dengan crane sampai terlepas dari kepala pancang.
Ada hal yang sangat penting pada saat pemancangan
berlangsung, yaitu tiang pancang harus selalu dalam keadaan
terikat oleh kabel baja yang dikaitkan dengan baut pengunci,
sampai kedalaman minimal dua pertiga pancang masuk
kedalam tanah dan baut pengunci dapat dijangkau oleh

79
pekerja. Ini dilakukan untuk menghindari robohnya tiang
pancang pada saat pemukulan pemancangan.
Pengecekan akhir adalah dengan kalendering untuk
mengetahui daya dukung ultimate tiang pancang tersebut.
Kalendering dilaksanakan pada pemancangan terakhir untuk
tiap titik, sehingga dapat diketahui pemenuhan persyaratan
daya dukungnya. Apabila masih kurang memenuhi syarat perlu
disambung lagi laporan hasil pemancangan untuk mengetahui
data – data pemancangan bila akan dilakukan perhitungan
analisis daya dukungnya.

Pemancangan dilakukan menerus untuk satu titik sampai


selesai. Penundaan berakibat gaya lekatan tanah pada tiang
pancang sudah mulai bekerja sehingga pemancangan lebih
sulit.

h. Penyambungan Tiang Pancang

Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang


penyambungan untuk satu titik pemancangan abutment dan
Site Pile dilakukan sebanyak 2 kali yaitu antara bottom – midle
dan midle - upper. Dalam penyambungan dilakukan untuk
mendapatkan kedalaman 45 meter.
Pekerjaan penyambungan dilakukan apabila salah satu
tiang pancang yang akan disambung sudah terpancang dan
tiang pancang yang lain sudah dalam keadaan tergantung atau
diangkat oleh kabel crane. Pertama 2 buah besi pendek + 20
cm dilas pada ujung atas. Ujung atas tiang yang sudah
terpancang sebelumnya. Pengelasan dilakukan pada plat
selubung pangkal tiang dengan jarak antara besi +25 cm. Besi
dimaksudkan agar pada saat penyambungan tiang pancang
tidak meleset dan dapat menahan tiang yang sedang tergantung
serta dapat memberikan kedudukan yang tepat dan lurus antara

80
tiang pancang, penyambung, dan tiang pancang yang akan
disambung.

Setelah besi pendek itu terpasang tiang yang tergantung pada


kabel crane diarahkan ketiang yang akan disambung dengan
gerakan maju mundur dan perputaran preme mover crane.
Dengan tenaga pekerja 3-4 orang ujung tiang yang tegantung
diarahkan pada ujung pangkal tiang yang sudah tertanam
sampai kedua tiang menempel dan pada posisi lurus vertical.
Kemudian diesel hammer dikunci sehingga kedudukan tiang
pancang tidak dapat bergeser.

81
Gambar 5.6 Penyambungan Tiang Pancang

5.2.6 Kalendering

adalah tes untuk mendapatkan nilai daya dukung tiang pancang


dengan menghitung penurunan tiang pancang pada 10 pukulan hammer
pada kedalaman pemancangan kurang dari 1-1,5 m. Tes kalendering
dilakukan pada setiap upper pile yang mewakili satu titik pemacangan.
Peralatan yang digunakan untuk tes ini antara lain:

 Kertas millimeter blok untuk bidang penulisan test


 Besi T dengan panjang + 50 cm untuk peletakan alat ukur datar
(waterpas)
 Waterpas yaitu alat ukur datar untuk mengecek posisi datar
 Spidol untuk penulisan kalendering pada kertas millimeter blok.
Pelaksanaan tes kalendering adalah sebagai berikut :
a. Kertas millimeter blok ditempelkan pada tiang pancang
yang dipancangkan setinggi 1-1,5 m dari ujung tiang
pancang

b. Besi T ditancapkan pada tanah, di garis tengah tiang


pancang (diametral tiang)

c. Waterpas diletakkan diatas besi T sampai gelembung pada


tabung air pendatar tepat ditengah-tengah. Hal ini
mengindikasikan bahwa besi T telah berada pada posisi
datar ( rata air).

82
d. Spidol diletakkan di atas waterpas sampai ujung spidol
menyentuh kertas millimeter blok.

e. Spidol menyentuh kertas milimeter blok saat pemukulan


hammer yang pertama ( dari 10 pukulan hammer untuk tes
kalendering), spidol akan membentuk garis lurus
vertical,kemudian cepat-cepat spidol ditarik kearah kanan
+ 1 cm. Selanjutnya pada pemukulan hammer kedua
spidol akan kembali membentuk garis vertical. Seperti
halnya pada saat pemukulan pertama spidol ditarik
kekanan sebelum terjadi pemukulan ketiga. Begitu
seterusnya kalendering dilakukan sampai 10 pemukulan
hammer.

Dari hasil gambaran kalendering ini akan didapat garis-garis yang


membentuk seperti tangga. Final set tinggi kalendering adalah jumlah
total panjang garis yang dibentuk spidol dari dari pemukulan pertama
sampai pemukulan hammer ke sepuluh.
Pada hasil gambaran kalendering diatas kertas millimeter blok
tampak garis-garis keatas ujung-ujung anak tangga, hal ini
menunjukkan pantulan tiang pancang saat dipukul dengan hammer.
Makin tinggi garis-garis pantulan tersebut mengindikasikan bahwa
pelekatanan tanah terhadap pancang tahanan ujung pancang makin
besar.

Seperti diketahui bahwa tes kalendering adalah tes untuk


mengetahui daya dukung tiang secara manual tanpa analisa regangan
dan percepatan gelombang pukulan hammer sehingga kesalahan
penulisan penurunan tiang pancang pada setiap pukulan hammer pada
kertas millimeter blok akan mengurangi akurasi hasil perhitungan daya
dukung
tiang pancang.

83
Gambar 5.7 Hasil Kalendering I

84
Gambar 5.8 Hasil Kalendering II

85
Gambar 5.9 Proses Tes Kalendering

5.3 Pekerjaan Abutment


Pekerjaan badan abutment dilaksanakan dalam dua tahap baik
pemasangan tulangan, begisting dan pengecorannya. Adapun urutan
pekerjaan abutment adalah sebagai berikut.

5.3.1 Pekerjaan Galian Tiang Pancang


Pada footing Abutment, tiang pancang terletak +1,00 m dibawah
muka tanah sehingga diperlukan penggalian tanah setelah pemancangan
untuk kemudian dilakukan penghancuran kepala tiang dan pekerjaan
poer/footing.
Penggalian tanah pada lokasi tiang pancang Abutment
menggunakan Excavator dan juga tenaga manusia mengingat lokasi yang
tidak memungkinkan apabila tidak tergapai oleh alat berat unuk dapat
menggali tanah disela-sela kepala tiang pancang. Pada penggalian ini para
pekerja menggunakan peralatan gali seperti cangkul dan skop.

86
Gambar 5.10 Galian Tiang Pancang

5.3.2 Pengupasan Kepala Tiang pancang


Setelah seluruh tiang pancang dalam satu grup pile selesai digali di
pondasi abutment, kemudian dilakukan penghacuran kepala tiang pancang
pada upper pile. Penghancuran ini dimaksudkan untuk penempatan
tulangan tambahan pada ujung tiang yang digunakan sebagai penyatu
antara ujung tiang dengan poer/footing dalam concrete. Pekerjaan ini
dilakukan sepanjang 1 m dari pangkal tiang untuk abutment. Pada jarak 1
meter atas tiang pancang berupa concrete padat, sedangkan tulangan
tambahan sendiri harus ditempatkan pada rongga di dalam tiang yang dicor
penuh sampai tulangan tambahan tertanam kuat diujung tiang.
Adapun pekerjaan penghancuran kepala tiang terdiri dari dua
pekerjaan, yaitu :
1) Cutting

Cutting adalah pekerjaan pemotongan tiang pancang


sepanjang 0,5 meter dari tanah urugan mengunakan alat
pemotong listrik dengan gerakan pemotongan melingkar pada
tiang. Pemotongan/cutting ini dilakukan agar didapatkan hasil
penghancuran tiang yang rapi.

2) Pengupasan

Penghancuran dilakukan menggunakan palu atau bodam


dengan tenaga manusia. Penghancuran ini dilakukan diatas
garis cutting dengan pemukulan palu godam sampai concrete
hancur dan terlepas dari pangkal tiang pancang + 100 cm.
Setelah penghancuran, akan terlihat rongga tiang pancang
dan kemudian
kawat-kawat

87
pra cetak/strand dipotong sepanjang + 50 cm dari garis
pemotongan. Strand ini juga digunakan sebagai penyatu
antara tiang pancang dengan poer selain tulangan tambahan
dimana kedua jenis tulangan ini akan tertanam dalam
concrete.

Gambar 5.12 Pengupasan Kepala Tiang Pancang

5.3.3 Pembuatan Lantai Kerja

Lantai kerja dibuat sebagai tempat perangkaian tulangan supaya datar dan
terhindar dari kotoran maupun menghindari terjadinya persinggungan
langsung antara dasar poer dengan tanah. Lantai kerja terbuat dari beton
tumbuk fc’10 Mpa dengan tebal 10 cm.

Sebelum dilakukan pengecoran dilakukan perbaikan tanah diantara kepala-


kepala tiang pancang yiatu dengan peralatan tanah serta pemadatan
menggunakan stamper.
Setelah tanah rata dan padat
dilanjutkan dengan
penghamparan pasir setinggi
10 cm kemudian baru dilakukan
pengecoran dan diratakan
sampai membentuk
permukaan bidang datar lantai kerja.

88
Gambar 5.13 Lantai Kerja

5.3.4 Penyambungan Tulangan Pancang Dengan Tulangan Poer


Tulangan ini berfungsi sebagai sambungan/penyatu antara kepala
tiang pancang dengan poer/footing didalam concrete. Kemudian di cor
dengan mutu beton fc’ 25 Mpa sampai penuh

Gambar 5.14 Sambungan Tulangan Pancang dengan Tulangan Poer

5.3.5 Pekerjaan Poer /Footing


Poer atau footing adalah konstruksi landasan bagi tempat
berdirinya abutment serta sebagai struktur penyatu kepala-kepala tiang
pancang sehingga apabila terjadi penurunan pondasi abutment tetap
berdiri diatas bidang datar.
Pada proyek ini , konstruksi poer terdapat pada abutment barat dan
timur. Bentuk poer adalah mengikuti bentuk group tiang pancang
dimana dalam perecanaannya, beban yang bekerja pada poer dapat
tersalur dengan berhimpit pada titik pada titik berat kelompok
pancangnya. Keseluruhan poer yang dibuat menggunakan mutu beton
fc’ 25 Mpa dan baja D22. Adapun urutan pekerjaan poer/footing
adalah sebagai berikut :

a. Penulangan Poer

89
Setelah besi-besi tulangan dengan diameter tertentu
terpotong dan dibengkokkan sesuai rencana, besi-besi tersebut
dirangkai pada lokasi poer. Tulangnya pokok poer yang terletak
paling bawah dirangkai diatas dudukan kepala tiang pancang (yang
telah diberi tulangan tambahan) dan beton tahu berfungsi untuk
member jarak selimut beton. Tulangan dasar poer pada abutment
mengunakan besi ulir D 16-19-25.

Setelah tulangan dasar terangkai sesuai dengan diameter


dan jarak yang direncanakan, kemudian dilanjutkan dengan
perangkaian tulangan bagian atas poer. Tulangan yang dipakai D
16-25 pada abutment.

Langkah selanjutnya setelah tulangan-tulangan poer selesai


dikerjakan yaitu perangkaian tulangan-tulangan diatas bidang poer
yaitu tulangan-tulangan nya harus tertanam dalam concrete pada
poer. Penyetelan tulangan harus selalu dikontrol dengan tata letak
dan susunannya. Aturan pembentukan / pembengkokan tulangan
dan pemotongan tulangan disesuaikan dengan peraturan yang ada.

Gambar 5.15 Penulangan Poer

b. Pekerjaan Begisting Poer

90
Pekerjaan begisting atau cetakan beton dilakukan apabila
tulangan yang terpasang telah sesuai dengan perencanaan baik
diameternya,bentuk dan jaraknya serta telah disetuji oleh pengawas
lapangan.

Bahan yang digunakan untuk begisting adalah kayu Keras


5/7atau lebih besar lagi bila diperlukan, multipleks 12 mm, paku,
kawat bendrat dan besi berjangkar.

Pekerjaan begisting pada poer dibuat sedemikian rupa


sehingga membentuk cetakan untuk dinding poer yang kuat, stabil,
tidak bergeser dan mampu menahan concrete pada saat pengecoran.
Begisting harus lurus/tidak bergelombang, tidak menggelembung
dan rapat sehingga saat saat pengecoran concrete tidak merembes
keluar dari cetakan. Disini diperlukan kayu-kayu untuk menahan
begisting yang dipasang tegak miring tertahan di tanah sekitarnya
(skoor).

Multiplek begisting dipasang tegak dengan diberi jarak


selimut beton dengan beton decking Ø 5 cm tinggi 5 cm dan
kemudian begisting dijangkar denganbesi ulir jangkar yang terakit
kuat pada kedua bidang begisting dan kemudian dibaut. Untuk
memudahkan pelepasan begisting setelah concrete mengeras
multiplek harus dilapisi dengan pelumas oli sebelum dipasangkan
sehingga concrete tidak dapat menempel/melekat pada begisting.
Setelah mendapatkan persetujuan pengawasan lapangan terhadap
diameter dan jarak tulangan dengan begisting, bentuk, ukuran,
kekuatan dan kestabilan begisting serta kebersihan sudah dapat
dipenuhi pengecoran poer/footing dapat dimulai.

91
Gambar 5.16 Begisting Poer

c. Pekerjaan Pengecoran Poer (fc’ 30 Mpa)

Pengecoran hanya dapat dimulai oleh kontraktor apabila


telah mendapatkan persetujuan tertulis dari pengawas lapangan
setelah diperiksaa seluruh komponen-komponen yang ada dalam
begisting. Pemeriksaan ini meliputi jarak tulangan dengan tulangan
lain, diameter tulangan, jarak tulangan dengan begisting, kondisi
begisting, kebersihan tulangan dan begisting dari kotoran-kotoran,
persiapan pekerja dan peralatan, pemeriksaan concrete dengan
slump Test, suhu dan cuaca serta hal-hal lain yang dapat
mempengaruhi hasil pengecoran.

Pengecoran poer pada Abutment menggunakan beton fc’ 30


Mpa dengan menggunakan mixer beton. Pengecoran pada poer
dilaksanakan dalam satu waktu pekerjaan, jadi tidak dikerjakan
secara bertahap dalam beberapa waktu pengecoran. Adapun
peralatan yang digunakan untuk pengerjaan pengecoran antara lain:
Concrete vibrator, talang atau concrete pump jika diperlukan, sekop
dan alat perata beton. Sedangkan pekerja yang dibutuhkan 10 orang
termasuk operator mixer dan seorang pengawas lapangan.

Pada pekerjaan poer ini dibutuhkan talang mengingat posisi


dan elevasi poer yang tidak dapat dijangkau oleh mixer, sehingga
dibutuhkan talang sebagai tempat menyalurkan concrete dari mixer.
Setelah campuran concrete siap, talang dipasang diatas tumpuan
kayu-kayu yang terlebih dahulu berdiri lebih tinggi dari begisting,
Setelah talang siap, pengecoran dimulai dengan menyalurkan
adukan dari mixer yang disalurkan lewat talang sampai concrete

92
masuk kedalam begisting. Tinggi jatuh concrete dapat
mempengaruhi kedudukan tulangan dan begisting karena terjadi
benturan.

Setelah adukan masuk kedalam tempat pengecoran, adukan


disebar merata sekelilingnya. Untuk ini sebelum adukan dituangkan
kedalam tempat pengecoran, berapa orang pekerja harus
mempersiapkan cangkul terlebih dahulu sehingga begitu adukan
dituangkan maka dengan segera dapat diratakan. Dalam waktu yang
bersamaan, pipa getar concrete vibrator ditusuk-tusukkan dan
digetarkan dalam adukan untuk member kepadatan maksimum
beton. Pengecoran dilakukan sampai ketinggian yang direncanakan
dan dihentikan apabila seluruh tulangan telah tercapai. Setelah
pengecoran dihentikan dilakukan perataan adukan dan permukaan
poer sampai dicapai permukaan yang rata. Perataan ini juga
bertujuan menghindari penggelembungan bidang atas poer dengan
cara membuang adukan terlebih di dalam begisting.

Perlu diperhatikan pula mengenai pemberhentian


pengecoran. Pemberhentian pula mengenai pemberhentian
pengecoran. Pemberhentian pengecoran dilakukan pada titik-titik
struktur yang mempunyai momen sama dengan nol. Sedangkan bila
terjadi hujan ataupun factor alam yang dapat mengganggu jalannya
pengecoran tersebut. Misalnya diberi terpal pelindung ataupun
sesuatu yang bersifat sebagai pelindung.

Bila terjadi keterlambatan pengecoraan beton (misalnya


karena kehabisan material) maka diusahakan maksimal kurang dari
2 jam ( dengan waktu 2 jam, beton mengalami seting/pengerasan
awal) dengan sebelumnya diberi zat aditif yang bersifat
memperlambat pengecoran (misalnya retaider). Bila ternyata
keterlambatan lebih dari 2 jam dan kurang dari 7 jam, maka pada
adonam beton diberi zat aditif yang bersifat merekatkan beton
(misalnya nitopon, calpon).

93
Gambar 5.17
Pekerjaan Pengecoran Poer

5.4 Pekerjaan Pemadatan Beton


Tujuan pemadatan beton adalah meningkatkan homogenitas
adukan, mengeluarkan gelembung-gelembung udara dan mencapai
kepadatan maksimal. Pemadatan juga dapat meningkatkan pelekatan
antara adukan dengan tulangan dan dapat memberikan kemampuan
kepada adaukan masuk pada celah – celah sempit diantara besi
tulangan maupun antara tulangan dengan begisting.
Pemadatan beton dilakukan menggunakan concrete
vibrator, dimana pipa getar pada alat ini dapat bergetar dengan putaran
7000/menit. Pemadatan sendiri dilakukan bersamaan dengan
pengerjaan pengecoran. Pada saat penggetar,ujung pipa getar
diusahakan sebisa mungkin tidak bersentuhan dengan tulangan dan
begisting karena dapat mengakibatkan perubahan posisi penulangan
dan begisting. Seperti penggetaran tidak diperkenankan terlalu lama
karena akan menyebabkan segresi pada adukan, yaitu terpisahnya
agregrat dengan adukan.
Lama penggetarannya pada satu titik dianjurkan bekisar 10-
15 detik dan kemudian dipindahkan pada titik penggetaran yang lain.
Untuk menghindari benturan antara tulangan maupun begisting
dengan pipa getar, penggetaran harus dilakukan dengan posisi pipa
getar secara vertical sehingga tidak mengakibatkan perubahan
kedudukan tulangan maupun begisting.

94
5.5 Perawatan Beton
Syarat-syarat perawatan beton harus menjadi perhatian penting
pihak kontraktor, terutama pada saat cuaca panas serta udara kering
dimana dapat menimbulkan retak-retak pada beton. Perlindungan terhadap
beton yang baru dicor dapat mencegah efek-efek buruk lingkungan
terhadap beton sampai beton cukup keras untuk mencegah kerusakan.
Permukaan beton harus dilindungi terhadap sinar langsung matahari
sekurang-kurangnya 3 hari pertama setelah pengecoran, dan dilakukan
penyiraman minimal 14 hari setelah pengecoran sehingga tetap menjaga
permukaan beton dari suhu yang tinggi.
Perlindungan terhadap sinar matahari dapat dilakukan dengan
penutupan lembaran plastic sejak dilaksanakan pengecoran. Pada
prinsipnya perlindungan terhadap beton yang baru di cor adalah mencegah
terjadinya penguapan yang berlebihan sehingga menyebabkan beton
kehilangan terlalu banyak air dan terjadi pengerasan yangterlalu cepat. Hal
inilah yang sering menyebabkan beton menjadi retak-retak dan
mengurangi strukturnya.

95
BAB VI

PENUTUP

6.1. Uraian Umum


Setelah melaksanakan kerja praktik yang berlangsung selama tiga
bulan,banyak sekali manfaat dan pelajaran yang dapat diperoleh dalam
bidang tekniksipil, baik yang menyangkut teknis di lapangan maupun
manajemen proyek.Pengalaman pengalaman ini dapat melengkapi
pengetahuan yang didapatkan dibangku perkuliahan.
Dari kerja praktik ini dapat memberikan pelajaran bahwa
terdapatperbedaan yang cukup signifikan antara teori yang didapatkan
dari perkuliahandengan pelaksanaan dan keadaan sesungguhnya di
lapangan, dengan mengikutikerja praktik diharapkan wawasan yang
berhubungan dengan teknik sipil dapatberkembang lebih luas lagi.
Selama melaksanakan kerja praktik pada Proyek pembangunan
Rumah Susun Politeknik PU Semarang, penulis mendapatkan banyak
masukanmengenai metode pelaksanaan pembangunan di lapangan,
permasalahan yangsering muncul, dan pemecahan permasalahan yang
efektif, baik yang bersifatteknis maupun nonteknis. Dalam menghadapi
permasalahan yang munculdiperlukan adanya suatu manajemen
konstruksi serta koordinasi yang baik antarapihak-pihak yang terlibat
dalam proyek.

6.2. Permasalahan Proyek


Pada suatu kegiatan pelaksanaan proyek, sering dijumpai berbagai
permasalahan yang dapat mengganggu kelancaran pekerjaan. Untuk itu
dibutuhkan solusi guna mengatasi permasalahan tersebut sehingga
pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat. Berikut ini akan diulas mengenai
permasalahan yang terjadi beserta solusi yang dapat dilakukan pada
proyek pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang,
diantaranya sebagai berikut:

96
a. Faktor Cuaca

Cuaca merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh


besar terhadap pelaksanaan proyek. Pada pertengahan bulan oktober,
yaitu pada saat penulis melakukan kerja praktek, memiliki curah hujan
yang tinggi, sehingga mengakibatkan genangan air hujan di beberapa
lokasi pada proyek. Seringnya turun hujan ini juga menyebabkan
proyek menjadi terhenti karena pekerja berteduh dan tidak melakukan
pekerjaan saat turun hujan yang cukup lebat. Pekerjaan pengecoran pun
menjadi terhambat karena proses pengecoran tidak dapat dilakukan saat
sedang turun hujan.

b. Faktor Koordinasi

Kurangnya koordinasi antara kontraktor dengan konsultan


perencana serta antara bagian kontraktor itu sendiri mengakibatkan
permasalahan tersendiri di dalam pelaksanaan pekerjaan.

c. Faktor Pelaksana

Permasalahan pada pelaksanaan pekerjaan disebabkan oleh


empat hal pokok, yaitu keterbatasan pengawasan, kelalaian pekerja,
ketidaktepatan urutan pekerjaan, dan kesulitan dalam mengaplikasikan
gambar rencana. Permasalahan pelaksanaan pekerjaan yang muncul di
lapangan selama kerja praktek antara lain:

 Pada saat proses pengecoran selesai, casing yang dipasang


pada salah satu titik pengecoran tersebut tersangkut dan
tidak dapat di angkat.
 Pada saat melakukan axial test plat baja yang digunakan
untuk tes tersebut mengalami kekurangan, alhasil tes
mengalami keterlambatan.
 Terlambatnya truck mixer yang mengangkut beton ready
mix, hal ini disebabkan oleh adanya penutupan jalan terkait
PPKM.

97
d. Faktor Sosial
Konflik social dengan masyarakat merupakan
permasalahan yang sering ditemui saat tahap pelaksanaan
proyek. Konflik sosial yang terjadi pada saat pelaksanaan
proyek pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang
ini adalah pelaksanaan proyek yang menimbulkan polusi
udara, kebisingan dan jalan akses proyek yang berhubungan
dengan jalan utama merupakan salah satu penyebab
timbulnya konflik serta juga terkait keluhan masyarakat
tentang biaya ganti rugi lahan.

5.2. SOLUSI PERMASALAHAN PROYEK


Beberapa solusi dan penanganan permasalahan yang ada di lapangan ;
a. Faktor Cuaca

 Untuk menghadapi curah hujan yang tinggi,


kontraktor dapat menyediakan pompa air.
Sehingga ketika terjadi genangan, genangan air
tersebut dapat dipompa keluar dari area yang
terendam air.
 Karena seringnya turun hujan yang
menyebabkan pekerja tidak dapat pekerja, maka
pihak kontraktor mengambil solusi yaitu dengan
memberikan jas hujan kepada para pekerjanya
agar dapat bekerja walaupun sedang turun
hujan.
 Untuk hujan yang cukup lebat biasanya
pekerjaan pengecoran ditunda hingga hujan
mereda. Jika masih memungkinkan pekerjaan
pengecoran tetap dilakukan.

b. Faktor Koordinasi

98
Pengawasan lapangan dilakukan lebih ketat dan koordinasi
di lapangan antara kontraktor dengan pekerja lapangan di
tingkatkan.

c. Faktor Pelaksanaan

 Casing yang tersengakut tersebut dapat diangkat


kembali menggunakan bantuan Excavator.
 Karena saat itu malam hari dan sudah
menunjukan pukul 9 malam, maka pelaksana
memutuskan untuk mengambil plat baja dari
salah satu laboratorium kampus di Kota
Semarang.
 Menggunakan surat jalan saat pengiriman
menuju tempat proyek.

d. Faktor Sosial
Seperti proyek pada umumnya, jika terjadi kebisingan
terutama pada saat pengerjaan pengeboran, maka pihak
kontraktor memutuskan untuk menggunakan mesin bor
hydraulic. Sedangkan untuk keterlambatan ganti rugi, proyek
tetap dilaksanakan sebagian karena memang pakerjaan pondasi
ini tidak menggunakan lahan yang masih dalam proses ganti
rugi tersebut.

99

Anda mungkin juga menyukai