PENDAHULUAN
1
a. Meningkatkan sarana dan prasarana Rumah Susun Politeknik
PU Semarang.
b. Sebagai Tempat tinggal sementara bagi Mahasiswa Politeknik
PU Semarang.
Tujuan pelaksanaan kerja praktek bagi mahasiswa pada
dasarnya adalah sebagai berikut :
a. Untuk memenuhi tugas studi penulis sebagai mahasisiwa
Program Pedidikan Strata 1 (S1) Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Semarang.
b. Sebagai penerapan teori selama pembelajaran diperkuliahan
dalambetuk Praktek atau Pengamatan secara langsung
dilapangan.
c. Memahami permasalahan yang ada di lapangan, serta
penanganannya berdasarkan materi yang didapatkan di
perkuliahan.
d. Mengetahui tahapan pekerjaan yang ada di lapangan.
e. Mengetahui manajemen pelaksanaan di lapangan.
f. Menambah pengetahuan dan pengalaman mahasisiwa
mengenai pengetahuan praktek di lapangan.
g. Sebagai acuan ketika sudah terjun ke dunia kerja.
2
Srondol Sawah Besar, Kec. Gayamsari, Kota
Semarang
Timur : Lahan Kosong, Jl. Dempel Lor, Muktiharjo
Kidul,Kec. Pedurungan, Kota Semarang
3
Gambar 1.1 Peta Kota Semarang
LOKASI
PROYEK
Gambar 1.2 Peta Lokasi Proyek.
4
1.4 Data Umum Proyek
Politeknik PU Semarang
5
Selesai Pelaksanaan : 31 Desember 2021
Luas bangunan
Gedung A : 8.450 m2
Gedung B : 8.450 m2
Jumlah lantai
Semarang
Mutu tulangan
6
Tulangan polos menggunakan bjtp40
a) Pekerjaan beton
Pondasi Spun pile Diameter 60 cm, panjang 40 m dari
MTA. Mutu beton (K-300) yang berumur 14 hari.
Mutu beton pekerjaan Tie Beam 26,4 Mpa (K-300)
7
1.6 Metode Pengumpulan Data
Penyusunan laporan Kerja Praktek ini adalah berdasarkan data-data
yang diperoleh oleh penulis selama melaksanakan Kerja Praktek pada
kegiatan Pembangunan Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU
Semarang yang berlokasi di Muktiharjo Kidul, Kecamatan Kedungmundu,
Kota Semarang. Adapun data-data yang diperoleh dengan metodologi atau
langkah-langkah pengumpulannya sebagai berikut :
1. Metode wawancara
Interview atau wawancara adalah metode untuk
mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara mengadakan
tanya secara langsung pada saat berada di lapangan dengan
pihak-pihak yang dianggap mampu memberikan penjelasan
secara benar dan konkrit sehingga didapat data-data yang dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Metode observasi
Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan objek
pekerjaan secara langsung di lapangan.
3. Metode studi literatur
Studi Pustaka/Literatur adalah metode yang dilakukan
dengan mencari buku-buku dan referensi yang menunjang
dalam penyusunan laporan ini.
4. Metode dokumentasi
Dokumentasi adalah metode untuk memperoleh data
dengan cara mengambil gambar pada saat di lapangan. Metode
ini juga dapat dilakukan dengan cara melihat gambar-gambar
kerja dan dokumen lain yang berkaitan dengan materi yang
akan disampaikan.
5. Metode browsing
Metode ini dilakukan penulis untuk mencari sejarah
perusahaan di internet. Metode ini sangat efektif untuk
8
memperoleh data dan merupakanmetode penunjang/pelengkap
dari semua data yang diperoleh.
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang proyek pembangunan Rumah
Susun Politeknik PU Semarang, maksud dan tujuan proyek,
deskripsi proyek dan lingkup pekerjaan proyek, metode
pengumpulan yang dilakukan secara catatan penulis sendiri dan
browsing di online serta sistematika penulisan laporan.
BAB II MANAJEMEN PROYEK
Pada Bab ini berisi tentang struktur organisasi dan hubungan
kerja antar unsur proyek, ada juga administrasi proyek yang di
proyek pembangunan pembangunan Rumah Susun Politeknik
PU Semarang.
BAB III PERENCANAAN PROYEK
Bab ini antara lain menguraikan tentang tinjauan perencanaan
struktur atasyang utamanya memberikan penilaian dan evaluasi
terhadap hasil desain.
BAB IV BAHAN, PERALATAN, DAN TENAGA KERJA
Bab ini berisi tentang uraian peralatan kerja, bahan-bahan
kontruksi, dan syarat-syarat kondisi material yang sesuai dengan
9
ketentuan serta tenaga kerja yang digunakan pada proyek
tersebut.
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
Bab ini menguraikan kegiatan pelaksanaan proyek sesuai
lingkup pengamatan selama kerja praktek meliputi metode
pelaksanaan yang digunakan dalam pengerjaan proyek.
BAB VI PENUTUP
Bab ini merupakan penutup laporan Kerja Praktek yang berisi
kesimpulan serta saran penulis selama Kerja Praktek.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
10
BAB II
MANAJEMEN PROYEK
11
4. Tepat biaya sesuai yang direncanakan di dalam Rencana Anggaran
Biaya.
Pada manajemen proyek dalam pengertian di atas, kegiatan-kegiatan yang
dilakukan beraneka ragam, mulai dari perencanaan program, survei, penelitian,
studi kelayakan, perancangan, pengadaan / lelang sampai pelaksanaan.
Manajemen proyek melibatkan banyak pihak ( surveyor, perencana / arsitek, ahli
geologi, kontraktor ) yang bekerja sebagai satu tim. Mereka akan saling berkaitan
dan berhubungan dalam kerja sama yang memerlukan manajemen yang
profesional (terpadu), sehingga dengan pendekatan konsep ini diperlukan
seseorang atau sebuah badan usaha di bidang manajemen yang akan
menjembatani pengelolaan proyek tersebut. Kerja sama dimulai dari perencanaan,
perancangan, pelelangan, sampai pada pelaksanaannya. Dengan konsep ini dapat
dilaksanakan perencanaan secara bersamaan dengan beberapa rencana.
Dari keterangan di atas dapat kita tarik sebuah kesimpulan, bahwa
manajemen proyek adalah suatu proses terpadu untuk memelihara,
mengembangkan, mengatur, dan menjalankan program-program agar tercapai
target waktu, mutu, dan efisiensi biaya.
Adapun fungsi yang ingin dicapai dari manajemen proyek antara lain
adalah :
1. Menentukan tujuan dan sasaran dari struktur organisasi
2. Mengkoordinasi dan mensinkronisasikan tugas-tugas dari
pihak-pihak pelaksana.
3. Menentukan jadwal pelaksanaan yang efektif dan efisien dari
proyek ini beserta pengendaliannya.
4. Memberikan dan mengarahkan pengambilan keputusan serta
membantu mengatasi permasalahan yang timbul di dalam
proyek.
5. Menjaga keseimbangan antara pelaksanaan dan rencana yang
telah disusun.
6. Membatasi tanggung jawab dari masing-masing pelaksana
proyek agar tidak terjadi overlaping kerja.
12
Dengan dilaksanakannya fungsi-fungsi manajemen di atas, diharapkan
akan dicapai sasaran akhir berupa :
1. biaya pelaksanaan yang ekonomis.
2. kualitas bangunan yang bermutu dan sesuai dengan spesifikasi.
3. waktu pelaksanaan yang singkat.
4. pengelolaan tenaga, bahan dan peralatan yang efektif dan
efisien.
Untuk mencapai tujuan di atas maka perlu disusun struktur
organisasi yang jelas yang menunjukkan tanggung jawab, hubungan
koordinasi dan hubungan pengawasan serta pengendalian yang jelas pula
dari masing-masing pihak terkait.
13
tertentu untuk mengelola bangunan sesuai dengan perijinan yang telah
disepakati.
Adapun hak dan wewenang, dari pemilik proyek adalah, sebagai berikut :
a. Menyediakan sejumlah dana yang diperlukan untuk
terwujudnya suatu proyek,
b. mengangkat kontraktor pelaksana, pengawas proyek yang telah
terpilih melalui mekanisme lelang,
c. membuat acuan perencanaan dengan dibantu oleh konsultan
perencana guna mewujudkan gagasan yang ada,
d. mengesahkan keputusan yang menyangkut mutu, waktu
pelaksanaan, biaya, sanksi dan denda terhadap pelanggar
kontrak,
e. mengusahakan agar pelaksanaan proyek dapat selesai tepat
pada waktunya,
f. menetapkan pekerjaan tambah serta kurang dengan
pertimbangan dan saran yang diberikan oleh Konsultan
Pengawas ( MK ),
g. menyelesaikan perselisihan menyangkut proyek yang terjadi
antara bawahannya dengan pihak pemborong,
h. menerima laporan tentang kemajuan pelaksanaan proyek dari
pelaksana proyek / kontraktor,
i. menerima dan memeriksa berita acara penyerahan proyek;
j. mengesahkan semua biaya pembayaran kepada pelaksana
sesuai dengan kontrak kerja.
14
keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pengkajian,
perencanaan, perancangan, pengawasan, dan manajemen penyelenggaraan
konstruksi suatu bangunan.
2.2.3 Konsultan MK
15
Konsultan MK adalah badan usaha atau perorangan yang ditunjuk
oleh pemilik proyek untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Dalam
mengawasi proyek konstruksi, tentunya dibutuhkan sumber daya manusia
yang ahli dibidangnya masing-masing seperti teknik sipil, arsitektur,
mekanikal elektrikal, listrik dan lain-lain sehingga sebuah bangunan dapat
dibangun dengan baik dalam waktu cepat dan efisien.
Pada proyek ini yang ditunjuk sebagai Konsultan Pengawaspada
proyek Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang adalah PT.
Yodya Karya.
Hak dan kewajiban Konsultan MK antara lain :
a) Menyelenggarakan administrasi umum mengenai
pelaksanaan kontrak kerja.
b) Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan
pelaksanaan proyek.
c) Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek berdasarkan
laporan teknis dari konsultan perencana untuk dapat dilihat
oleh pemilik proyek.
d) Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan
kepada pemilik proyek maupun kontraktor dalam
pelaksanaan pekerjaan.
e) Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang
diajukan kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan
pembangunan proyek.
f) Memilih dan memberikan persetujuan mengenai spesifikasi,
tipe dan merek yang diusulkan oleh kontraktor agar sesuai
dengan harapan pemilik proyek namun tetap berpedoman
dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah dibuat
sebelumnya.
16
dinyatakan ahli yang profesional dibidang pelaksanaan jasa kontruksi yang
mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil
perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya.
Pelaksana adalah suatu badan hukum atau perorangan yang memiliki
klasifikasi dan keahlian dalam pelaksanaan yang telah ditunjuk oleh
pemilik atau pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek dan
menandatangani kontrak untuk melaksanakan pekerjaan.
Pelaksana bertanggung jawab secara langsung pada pemilik proyek
(owner), dan dalam melaksanakan pekerjaanya daiwasi oleh tim pengawas
dari owner serta dapat berkonsultasi secara langsung dengan tim pengawas
terhadap masalah yang terjadi dalam pelaksanaan.
17
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pada umumya terdapat 5 (lima)
unsur yang terlibat dalam suatu proyek, yaitu :
a.Pemilik Proyek
b.Konsultan Perencana
c.Kontraktor Utama (Main Contractor)
d.Kontraktor Pelaksanan (Sub-Contractor)
e.Konsultan Pengawas
Masing-masing unsur proyekPembangunan Rumah Susun
Politeknik PU Semarang mempunyai hubungan kerja satu sama lain di
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya masing-masing. Hubungan
kerja yang dimaksud dapat bersifat ikatan kontrak, garis koordinasi
maupun perintah, serta dapat ditunjukkan dengan Gambar 2.1 sebagai
berikut :
PemilikProyek
18
Keterangan :
Garis Koordinasi
19
Pemilik Proyek dengan Kontrktor Utama
Hubungan antara pemilik proyek dan kontraktor utama
terikat dalam suatu kontrak kerja. Kontraktor utama
melaksanakan pekerjaan proyek hingga selesai secara
keseluruhan. Hasil pekerjaan kontraktor utama, termasuk di
dalam masa pemeliharaan, akan diserahkan kembali kepada
pemilik proyek.
Hasil yang diharapkan adalah pekerjaan yang tepat mutu,
tepat biaya, tepat waktu, dan sesuai dengan kontrak kerja. Owner
akan menyediakan dana sebagai biaya pelaksanaan bagi
kontraktor utama.
Konsultan Perencana dengan Kontraktor Utama
Kontraktor utama akan mengerjakan proyek sesuai dengan
desain dari konsultan perencana yang telah disetujui oleh owner.
Kontraktor utama akan mengacu pada Rencana Kerja dan Syarat
(RKS) dan gambar rencana kerja yang disusun oleh konsultan
perencana. Kontraktor dapat berkoordinasi langsung dengan
konsultan perencana terkait perubahan desain atau
ketidaksesuaian antara perencanaan dan kondisi di lapangan.
Koordinasi dan konsultasi antara kontraktor pelaksana dan
konsultan perencana sangat diperlukan agar dapat menyelesaikan
proyek sesuai dengan keinginan owner.
Konsultan Perencana dengan Konsultan Pengawas
Hubungan antara konsultan perencana dengan konsultan
pengawas adalah hubungan koordinasi dimana konsultan
Supervisi mengadakan pengawasan pelaksanaan pekerjaan untuk
menjamin bahwa apa yang dilaksanakan di lapangan adalah
seperti apa yang telah direncanakan oleh konsultan perencana.
Kontraktor Utama dengan Konsultan Pengawas
Kontraktor utama harus melaksanakan pekerjaannya sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan di dalam dokumen
kontrak. Sedangkan konsultan pengawas akan mengawasi
20
bagaimana kinerja dari kontraktor utama. konsultan pengawas
akan memastikan bahwa spesifikasi yang ada harus dilaksanakan
dengan baik oleh kontraktor utama dan memiliki fungsi
koordinasi dengan kontraktorutama. Sehingga konsultan
pengawas tidak hanya mengawasi kerja kontraktor utama tetapi
juga dapat menerima atau menolak hasil pekerjaan dan perubahan
pekerjaan yang ada di lapangan.
21
k. Memastikan semua arsip pasif proyek diserahkan ke
bagian personel untuk setelahnya disimpan.
Kepala Proyek mempunyai wewenang sebagai berikut :
a. Bertindak tanpa melapor untuk menerima atau menolak
claim SPK sub-kontraktor atau opname mandor.
b. Bertindak kemudian melapor untuk menentukan
supplier material diluar daftrar rekanan supplier yang
telah ditentukan.
c. Menentukan man power untuk proyek yang
ditanganinya.
d. Memberikan persetujuan material sebelum diajukan ke
owner.
e. Menandatangani setiap Shop Drawing yang
dikeluarkan dengan status “For Construction”.
f. Menandatangani setiap As Built Drawing dalam bentuk
kalkir.
Quality Control
Quality Control mempunyai tugas mengawasi seluruh
metode pelaksanaan lapangan dan mengawasi mutu pelaksanaan
pekerjaan. Quality Controldalam melaksanakan tugasnya selalu
berhubungan dengan konsultan pengawas dan owner serta para
mandor dan sub kontraktor.
Dalam proyek Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU
Semarang, Quality Control mempunyai tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut :
a. Membuat permintaan untuk pemeriksaan atau
pengetesan barang untuk intern kontraktor maupun
bersama dengan konsultan pengawas atau owner untuk
memastikan material yang akan digunakan sudah sesuai
dengan criteria yang diinginkan pemilik proyek
bangunan.
22
b. Membuat surat teguran atau menegur secara langsung
kepada pelaksana, sub kontraktor atau mandor apabila
terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan atau
pengadaan material yang mempengaruhi mutu hasil
pekerjaan dilapangan.
c. Melakukan pengecekan terhadap material yang akan
didatangkankan maupun yang sudah tiba di lokasi
proyek untuk memberikan status kepada bahan
bangunan tersebut apakah ditolak atau diterima setelah
melihat kualitas bahan.
d. Mengikuti jalanya pelaksanaan pembangunan sehingga
setiap penyimpangan dalam pelaksanaan yang dapat
mengurangi mutu pekerjaan dapat dicegah, hal ini lebih
baik jika dibanding perlakuan pengecekan pekerjaan
pada hasil akhir saja sehingga apabila terjadi mutu yang
kurang baik harus dilakukan bongkar pasang yang
dapat menyebabkan biaya tambahan.
e. Melakukan pengecekan apakah pelaksanaan pekerjaan
dilapangan sudah sesuai dengan gambar pelaksanaan
atau shop drawing.
f. Membuat laporan dan data-data yang dibutuhkan
perusahaan yang berhubungan dengan pekerjaan
quality qontrol pada proyek bangunan.
Unit K3LMP
Unit K3LMP adalah orang yang ditunjuk oleh Kepala
Proyek untuk melaksanakan kebijakan Keselamatan, Kesehatan
Kerja, Lingkungan, dan Mutu Pelaksanaan (K3LMP) di suatu
proyek. Dalam proyek Pembangunan Rumah Susun Politeknik
PU Semarang, Unit K3LMP memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut :
23
a. Menyiapkan dokumen-dokumen safety pada tahap
tender pelaksanaan K3LMP.
b. Membuat surat kebijakan K3LMP.
c. Menyiapkan peraturan safety, spanduk, poster, kotak
obat, sarana safety, Alat Pemadam Api Ringan
(APAR), Alat Perlindungan Diri (APD), prosedur
erection, dll.
d. Melaksanakan kegiatan safety seperti safetymorning
talk, safety patrol.
e. Membuat laporan safety seperti laporan kecelakaan,
laporan investigasi dan penilaian K3LMP
subkontraktor.
Kepala Teknik
Kepala Teknikbertugas membantu supervisor
mengendalikan jalannya proyek di lapangan. Dalam proyek
Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang, Kepala
Teknik bertanggung jawab kepada Kepala Proyek yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Menyeleksi dan menyimpan semua data dan dokumen
yang diperlukan.
b. Bertanggung jawab secara umum terhadap gambar
kerja untuk pencapaian mutu produk sesuai spesifikasi
yang ditetapkan.
c. Memastikan tersedianya gambar kerja dan metode
pelaksanaan yang telah disetujui pemberi tugas.
d. Membagi tugas drafting dan koreksi terhadap hasil
kerja CAD.
e. Memastikan tersedianya persetujuan material dari
pemberi tugas.
24
f. Pemeriksaan berkala lapangan untuk memastikan
gambar kerja yang berlaku adalah keluaran terbaru dan
sudah diverifikasi internal.
g. Mengarsip gambar kerja yang sudah tidak berlaku.
h. Menyiapkan dan membuat laporan bulanan.
i. Menyiapkan dokumen as built drawing untuk
dimintakan persetujuan dari atasan langsung.
Kepala Pelaksana (Site Manager)
Kepala Pelaksana adalah wakil kepala proyek yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang
berada di lapangan. Tugas dan wewenang kepala pelaksana
proyek pembangunan :
a. Melaksanakan semua tugas yang telah diorder oleh
Kepala Proyek.
b. Mengawasi pekerjaan para pelaksana dan mandor
apakah sudah sesuai dengan bestek dan gambar bestek.
c. Memeriksa hasil opname borongan dan harian proyek
yang telah dibuat oleh pelaksana.
d. Melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan bestek,
gambar bestek dan RAB yang telah di acc oleh
manager proyek.
e. Memberi laporan semua hasil kegiatan pekerjaan
proyek kepada manager proyek.
f. Memberikan pengarahan dan masalah teknik kepada
para pelaksana.
g. Membuat schedule pelaksanaan pekerjaan proyek yang
bersifat khusus (disesuaikan dengan kondisi dan
keadaan dilapangan).
Kepala Logistik dan Peralatan
Tugas logistik (bagian gudang) pada umumnya adalah
mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran barang-barang atau
material yang diperlukan proyek dan memeriksa apakah
25
persediaan barang-barang atau material tersebut masih cukup atau
tidak.
Dalam proyek Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU
Semarang, tugas dan tanggung jawab bagian gudang (logistik)
adalah sebagai berikut :
a. Membuat resume stock material di lapangan
berdasarkan schedule kerja proyek.
b. Membuat order kebutuhan material ke penyalur sesuai
dengan volume, jenis dan tahapan pekerjaan di
lapangan, beberapa hari sebelum material tersebut akan
dipakai.
c. Menerima kedatangan material di lapangan dan
memeriksa apakah sudah sesuai dengan kualitas dan
kuantitas yang dipesan.
d. Mengatur penyimpanan material dan peralatan di
gudang supaya tidak rusak.
e. Mencatat dan membuat arsip surat-surat dan nota
pesanan.
f. Bertanggungjawab atas kelancaran, kualitas dan
kesiapan material yang diperlukan sesuai dengan
jadwal yang ditentukan. Agar tidak kehabisan stock,
maka biasanya bila persediaan material tinggal 50%,
bagian logistik telah memajukan permohonan untuk
pemesanan kembali.
g. Bertanggung jawab atas keamanan dan kualitas
material yang tersimpan di gudang.
Kepala Administrasi Kontrak
Tugas yang dilakukan oleh seorang administrasi kontrak
adalah:
a. Mengajukan ijin pelaksanaan pekerjaan kepada owner
atau konsultan.
26
b. Mengajukan laporan harian dan mingguan kepada
pihak ekstern.
c. Membuat laporan progres pekerjaan.
d. Melaksanakan proses administrasi data-data sub
kontraktor berupa kontrak/adendum, laporan
harian/mingguan, schedule sub kontraktor, dan plotting
progres pekerjaan.
e. Merekap grafik cuaca setiap bulan.
f. Membuat laporan closing administrasi proyek.
Drafter
Tugas seorang drafter adalah:
a. Merencanakan gambar lay out sesuai hasil pengukuran.
b. Merencanakan gambar penempatan bangunan
sementara.
c. Merencanakan letak dan lokasi bangunan yang akan
dibangun.
d. Membuat schedule pembuatan shop drawing.
e. Mengisi daftar penerimaan gambar dan distribusi
f. Mendistribusi dan menuliskan daftar penerimaan
gambar dan distribusi
g. Menggambar shop drawing sesuai konsep.
h. Mengisi DID dan mendistribusikan gambar
i. Membuat gambar as built drawing dan mengisi DID
j. Melakukan up date gambar lay out setiap bulan.
k. Membuat detailed drawing berdasarkan detailed
design.
l. Membuat DPD dan DID (up dating) dan daftar
distribusi gambar.
m. Mengendalikan perubahan gambar
27
n. Meng-copy dan menjilid shop drawing dan as built
drawing untuk arsip, konsultan, dan owner.
Surveyor
Dalam Proyek Pembangunan Rumah Susun Politeknik PU
Semarang, Surveyor bertanggung jawab kepada Pelaksana yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Bertanggung jawab kepada pekerjaan yang
berhubungan marking.
b. Mengontrol elevasi atau center line.
c. Pengawasan balok dan kolom.
d. Pengawasan dinding.
e. Marking stek finishing.
f. Memberi informasi bila terjadi ketidaksesuaian
gambar terhadap lapangan.
2.4 Pengendalian Proyek
28
3. Merencanakan sistem informasi yang tepat, memantau dan
melaporkan hasil pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai.
4. Mengkaji dan menganalisis hasil pekerjaan terhadap standar, kriteria
dan sasaran yang telah dicapai.
5. Mengadakan tindakan koreksi terhadap penyimpangan yang mungkin
terjadi.
Keterkaitan antara waktu, mutu dan biaya yang terkendali dengan baik dan
tepat merupakan sasaran dari proyek guna memperoleh suatu hasil yang
maksimal, untuk itu perlu adanya suatu penjelasan lebih lanjut tentang ketiga
unsur pengendalian sebagai berikut:
29
dapat mempengaruhi proses pekerjaan dalam suatu proyek, karena waktu akan
melebihi target dari perencanaan.
30
Pemeriksaan air untuk pengecoran beton antara lain meliputi pH
air, kandungan bahan kimia, kandungan lumpur dan kepadatan
zat yang terkandung dalam air tersebut.
2. Agregat Halus
Pemeriksaan terhadap agregat halus atau pasir meliputi analisa
saringan untuk memperoleh nilai gradasi agregat pada tiap-tiap
nomor saringan, memeriksa kadar lumpur danbahan organik
yang terkandung.
3. Agregat Kasar
Pemeriksaan terhadap batu pecah atau agregat kasar meliputi
analisa saringan untuk memeriksa gradasi agregat, pemeriksaan
kadar lumpurdan kehalusan butiran.
4. Semen Portland
Pemeriksaan semen yang dilakukan di laboratorium meliputi
pemeriksaan berat jenis, kehalusan, waktu pengikat awal
(penetrasi) dan kekuatan mortar.
5. Baja Tulangan
Pemeriksaan dilakukan secara visual di laboratorium mengenai
pemeriksaan uji tarik baja, karat dan terjadinya keretakan.
1. Pemasangan Tulangan
31
Pekerjaan penyetelan baja tulangan dikerjakan sesuai
dengan rencana gambar desain dan spesifikasinya. Sedangkan
proses pemotongan dan proses pemasangan baja tulangan
dilakukan di lapangan maupun di tempat fabrikasi.Pada proyek
ini, pemasangan tulangan rapi dibandingkan dengan proyek
lainnya.
2. Pemasangan Bekisting
Pemasangan bekisting harus dilakukan dengan baik dan
rapi sehingga kuat menahan beban akibat adukan beton selama
proses pengecoran. Pekerjaan bekisting sangat menentukan hasil
akhir dan bentuk dari beton itu sendiri yaitu mengenai
permukaan yang rata dan ukuran yang sesuai dengan
perencanaan. Untuk itu, mutu bahan dari bekisting tersebut juga
harus diperhatikan.
3. Mutu Beton
Pengendalian mutu beton dilakukan dalam dua tahap, yaitu
pada beton segar (campuran beton yang telah diaduk beberapa
saat, karakteristiknya tidak berubah, masih plastis dan belum
terjadi pengikatan), berupa slump test dan beton keras
(campuran beton yang telah mengeras), berupa uji kuat tekan
beton di laboratorium.
a. Slump Test
Contoh adukan beton untuk keperluan pengujian ini
diambil langsung dari truk ready mix pada saat datang ke
lapangan.
Slump test ini dilakukan dengan menggunakan satu set
alat Abrams Cone dan sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI-1972-2008, Cara Uji Slump Beton). Prosedur
pengujian slump test adalah sebagai berikut:
32
2. Letakkan cetakan di atas plat
3. Isi 1/3 cetakan dengan beton segar, padatkan dengan
batang logam sebanyak merata dengan menusukkannya.
Lapisan ini penusukan bagian tepi dilakukan dengan
besi dimiringkan sesuai dengan dinding cetakan.
Pastikan besi menyentuh dasar. Lakukan 25-30 x
tusukan.
4. Isi 1/3 bagian berikutnya (menjadi terisi 2/3) dengan hal
yang sama sebanyak 25-30 x tusukan. Pastikan besi
menyentuh lapisan pertama.
5. Setelah selesai dipadatkan, ratakan permukaan benda
uji, tunggu kira-kira 1/2 menit. Sambil menunggu
bersihkan kelebihan beton di luar cetakan dan di plat.
6. Cetakan diangkat perlahan TEGAK LURUS ke atas
7. Ukur nilai slump dengan membalikkan kerucut di
sebelahnya menggunakan perbedaan tinggi rata-rata
dari benda uji.
8. Toleransi nilai slump dari beton segar ± 2 cm
9. Jika nilai slump sesuai dengan standar, maka beton
dapat digunakan.
33
uji dilakukan pengujian pada umur 7 dan 28 hari. Kemudian
untuk perawatan benda uji beton dirawat di laboratorium
dengan acuan dari Standar Nasional Indonesia (SNI 03-2847-
2002 Pasal 7, Tata Cara Perhitungan Beton untuk Bangunan
Gedung).
34
1. Daftar harga yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
Setempat.
2. Daftar harga yang dikeluarkan oleh instansi tertentu.
3. Jurnal-jurnal harga bahan dan upah.
4. Survey harga di lokasi proyek.
5. Bappenas (Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional).
Setelah harga satuan diperoleh, kemudian dilakukan analisa
harga satuan pekerjaan untuk memperoleh suatu nilai
koefisien.Analisa dapat dilakukan dengan perhitungan maupun
menggunakan Buku Analisa BOW (Bugerlijke Openbare Werken),
daftar SNI (Standar Nasional Indonesia) dan buku-buku analisa
lainnya.Selanjutnya dapat dilakukan perhitungan RAB secara
keseluruhan.
c. Time Scheduling
Time scheduling merupakan uraian pekerjaan dari awal
hingga akhir pekerjaan secara global. Time scheduling ini disusun
berdasarkanurutan langkah-langkah kerja dengan network
planning. Masing-masing pekerjaan ini diatur dengan sedemikian
rupa dengan memperhatikan urutan pekerjaan, pengaturan waktu,
tenaga, peralatan dan material agar dapat tercapai suatu pekerjaan
yang baik dan lancar. Dari time schedule ini diberi bobot masing-
masing, sehingga dapat diperoleh kurva “S”.
d. Pelaporan
Pelaporan adalah kegiatan yang telah dilaksanakanyang
meliputi jenis pekerjaan yang dilakukan, kuantitas atau volume
pekerjaan, serta hal-hal yang bersifat non teknis seperti halnya
keadaan cuaca pada saat pelaksanaan pekerjaan.
35
Pelaporan pada Proyek Rumah Susun Politeknik PU
Semarang ini dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu, meliputi :
36
- Catatan lain yang diperlukan, seperti halnya instruksi dan
teguran/evaluasi dari konsultan pengawas dan catatan
mengenai tambah kurangnya pekerjaan.
e. Gambar Kerja
Rencana gambar kerja yang telah dibuat masih perlu
dijelaskan dengan gambar dan detail agar memudahkan
pelaksanaannya dan menghindari kesalahan serta memperlancar
jalannya pelaksanaan pekerjaan.
37
Selain untuk memperjelas, gambar kerja terkadang juga
dalam pelaksanaan apabila terjadi perubahan dari rencana semula,
maka perlu perubahan gambar yang lebih lengkap dari kesalahan
semula dan gambar tersebut disetujui oleh perencana dan
pengawas.
f. Rapat Koordinasi
Rapat koordinasi idealnya diadakantiap minggu sekali.
Pada rapat proyek Rumah Susun Politeknik PU Semarang ini
diadakan tiap hari kamis. Pada rapat ini dihadiri oleh berbagai
perwakilan dari kontraktor pelaksana, konsultan perencana,
konsultan pengawas dan pemilik proyek.
38
terbatasnya waktu untuk pelaksanaan. Hal-hal yang menyebabkan
dilakukannya kerja lembur :
b. Upah Mingguan
Yang menerima upah mingguan adalah tenaga kerja atau
tukang, dalam hal ini pembayaran dikelola oleh
Keuangan dari pihak Kontraktor. Pembayaran tersebut
diberikan berdasarkan pada volume pekerjaan yang telah
diselesaikan.
c. Upah Lembur
Upah lembur diberikan jika ada pekerjaan lembur.
39
BAB III
TINJAUAN PERENCANAAN PROYEK
40
suatu pekerjaan proyek tidak hanya menghemat biaya tetapi juga dapat
menghemat waktu dan tenaga.
Pelaksanaan di lapangan seringkali berbeda dengan perencanaan, sehingga
pengalaman kerja pelaksanan di lapangan sangat dibutuhkan sebagai unsur
penunjang dalam menghadapi berbagai masalah yang ada di lapangan.
Perencanaan dan persiapan yang matang sebelum pelaksanaan proyek merupakan
tindakan yang seharusnya dilakukan pemilik proyek untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi di lapangan.
Perencanaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Konstruksi harus kuat dan aman,
2. Mutu pekerjaan terjaga dengan baik,
3. Pekerjaan selesai sesuai dengan waktu yang direncanakan,
4. Biaya pelaksanaan efisien dan ekonomis,
5. Aspek K3L terjaga.
Perencanaan proyek yang baik haruslah didukung komitmen bersama
untuk dapat melaksanakannya secara konsekuen. Untuk itulah perlu adanya rapat-
rapat koordinasi sehingga menghasilkan kesepakataan mengenai mutu yang ingin
dicapai bersama.
Tahap-tahap perencanaan pembangunan suatu proyek antara lain:
1. Tahap Pra Rencana
Tahap ini terdiri dari gambar-gambar sketsa atau merupakan
outline dari bangunan berikut dengan perkiraan biaya
proyek. Gambar-gambar tersebut dikembangkan lebih rinci
lagi untuk dapat dipakai sebagai dasar pembahasan
berikutnya.
2. Tahap Perencanaan
Tahap ini terdiri dari uraian lanjutan dari dambar-gambar
pra rencana dan gambar-gambar dasar dengan skala yang
lebih besar. Kemudian gambar-gambar ini dikembangkan
lagi menjadi gambar-gambar detail yang dilengkapi dengan
uraian kerja dan syarat-syarat serta perhitungan anggaran
bangunan.
41
3. Pembuatan Gambar-gambar Detail
Merupakan gambar detail yang menjelaskan secara rinci
pekerjaan konstruksi, disamping sebagai dasar
poelaksanaan dan juga dipakai sebagai dokumen lelang.
Gambar-gambar detail ini dibuat oleh konsultan
perencanaan.
4. Pembuatan rencana kerja dan syarat-syarat
Rencana kerja dan syarat-syarat ini mencakup semua aspek
antara lain material, peralatan, tenaga kerja, maupun dari
pekerjaan.
42
bangunan tersebut supaya tidak mengalami keruntuhan atau failure. Struktur ini
dirancang untuk meneruskan beban yang diterima bangunan di atasnya ke dalam
tanah dasar.
a. Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah di lokasi proyek pembangunan Rumah
Susun Politeknik PU Semarang. ini bertujuan untuk memperolah
data jenis tanah dan daya dukung tanah. Pekerjaan penyelidikan
tanah meliputi pengambilan contoh dilapangan dan di
laboratorium. Penyelidikan laboratorium meliputi Atterberg test,
untuk mengetahui jenis daya dukung tanah dengan Direct Shear
test.
b. Pondasi Spun Pile
43
Pengeboran Spun pile dilakukan dengan cara hydraulic, agar
tidak menimbulkan gangguan pada bangunan disekitarnya.
Pondasi Spun pile yang digunakan adalah ∅ 600 mm serta
memiliki kedalaman pondasi 40 meter dengan mutu beton K-
300. Pondasi spun pile dipilih karena bangunan yang akan
didirikan tinggi, serta keadaan tanah yang kurang baik.
44
Gambar 3.1 Gambar Pondasi Spun Pile
Gambar 3.2 Detail I Spun Pile Gambar 3.3 Detail II Spun Pile
45
Gambar 3.4 Detail III Spun Pile Gambar 3.5 Potongan Spun Pile
46
BAB IV
BAHAN, PERALATAN DAN TENAGA KERJA
4.1
3.3 Uraian Umum
Penyedian alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek
memerlukan manajemenyang baik untuk menunjang kelancaran
pekerjaan. Pengadaan bahan bangunan dan alat kerja disesuaikan dengan
tahapan pekerjaan yang sedang berlangsung. Penempatan material yang
tepat dan efesien perlu diperhatiakan untuk mempercepai dan
mempermudah pekerjaan. Di samping itu, penempatan material yang
baik dan tertata rapi akan mendukung efektifitas kerja dan keselamatan
kerja.
Penyedia (supplier) bahan bangunan sebaiknya mudah dari lokasi
proyek sehingga akan menghemat waktu dan biaya pengangkutan. Selain
itu ketersedian bahan bangunan (stocking material) harus selalu dikontrol
untuk menghindari keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat
terlambatnya pengadaaan bahan bangunan. Penemmpatan material harus
disesuaikan dengan sifat bahan sehingga resiko kerusakan bahan
bangunan sebelum digunakan dapat diminimalisir, terutama pada bahan
bangunan yang peka terhadap kondisi lingkungan seperti semen dan baja
tulangan.
Alat kerja berperan penting dalam menunjang keberhasilan suatu
proyek. Alat kerja membantu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang
sulit untuk dikerjakan dengan tenaga manusia. Penggunaan alat kerja
dapat mempercepat waktu pelaksanaan, mempermudah pelaksanaan dan
47
meningkatkan efektifitas suatu pekerjaan. Oleh karena itu, perawatan dan
pemeliharaan alat kerja harus diperhatikan agar kerusakan alat kerja
dapat dihindari.
4.2 Bahan-Bahan Konstruksi
Bahan konstruksi dalam sebuah proyek sering disebut dengan
bahan permanen. Bahan permanen adalah bahan yang dibutuhkan oleh
kontraktor untuk membentuk bangunan dan sifatnya melekat tetap
sebagai elemen bangunan. Kontraktor harus menentukan pemasok atau
penyuplai bahan yang akan digunakan. Tiga sumber pemasok bahan
permanen :
- Owner yang memasok bahan tertentu untuk digunakan
oleh kontraktor seperti besi, dan beton.
- Sub-kontraktor yang mungkin diminta oleh kontraktor
utama untuk memasok bahan permanen berdasarkan
kontrak terpisah.
- Kontraktor sendiri yang mengadakan bahan permanen.
Sistem Perencanaan bahan Konstruksi
Proses manajemen bahan konstruksi adalah sebagai berikut:
- Pemilihan bahan
- Pembelian bahan
- Pengiriman bahan
- Penerimaan bahan
- Penyimpanan bahan
- Pengeluaran bahan
- Menjaga tingkat persediaan
Bagian logistik dan peralatan bertugas untuk menerima,
mengontrol mutu barang atau material dan menandatangani nota/kuitansi
dan selanjutnya diserahkan kepada bagian administrasi untuk
diselesaikan pembayarannya sesuai kesepakatan dengan pihak pemasok
material.
Material yang sudah diantar, selanjutnya langsung diatur pada
tempat yang sudah disediakan (aman terhadap pengaruh cuaca, air, dan
48
udara). Dalam proyek pembangunan Rumah Susun Politeknik PU
Semarang terdapat gudang khusus untuk penyimpanan barang atau
material yang tidak langsung digunakan, misalnya; kawat bendrat,
semen, dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari rusaknya
material dan turunnya mutu dari material itu sendiri.
49
4.2.1 Tiang Pancang atau Spun Pile
Tiang pancang bulat atau sering disebut prestressed spun pile adalah tiang
pancang yang paling modern dan paling sering digunakan di dunia sebagai tiang
pondasi (paku bumi). Tiang pancang bulat ini dibuat dengan menggunakan proses
spinning agar bisa menciptakan kepadatan dan homogenitas. Berikut beberapa
keunggulan tiang pancang bulat atau Spun Pile sebagai berikut :
50
Beton ready mix adalah adukan beton siap pakai yang dibuat sesuaidengan
mutu pemesanan. Faktor utama pemilihan beton ready mix adalah pertimbangan
terhadap efisiensi waktu, biaya, tenaga kerja, dan jaminan keseragaman kualitas.
Beton yang digunakan sesuai dengan SNI 03-2847-2002 tentang spesifikasi kuat
beton.Seluruh pekerjaan pondasi spun pile pada proyek pembangunan Rumah
Susun Politeknik PU Semarang menggunakan beton ready mix dengan mutu beton
K-300, kuat tekan FC’ 24,90 MPa dan nilai slump test 18 ±2 cm. Beton ready mix
yang digunakan disuplai dari dua perusahaan, yaitu PT. Aries Putra Beton.
Beton decking atau tahu beton adalah beton atau spesi yang dibentuk
sesuai dengan ukuran selimut beton yang diinginkan. Biasanya berbentuk kotak-
kotak atau silinder. Dalam pembuatannya, diisikan kawat bendrat pada bagian
tengah yang nantinya dipakai sebagai pengikat pada tulangan.
Beton decking atau Tahu Beton berfungsi menjaga tulangan agar sesuai
dengan posisi yang diinginkan. Dapat dikatakan berfungsi untuk membuat selimut
beton sehingga besi tulangan akan selalu diselimuti beton yang cukup, sehingga
didapatkan kekuatan maksimal dari bangunan yang dibuat. Selain itu, selimut
beton juga menjaga agar tulangan pada beton tidak berkarat.
51
Gambar 4.3 Tahu Beton (Beton Decking)
Kawat pengikat disebut juga kawat bendrat merupakan pengikat antar besi
tulangan agar dapat membentuk struktur seperti yang dikehendaki. Kawat bendrat
yang digunakan berdiameter 1 mm. Agar besi tulangan saling terikat dengan kuat
maka kawat yang digunakan harus mempunyai kualitas yang baik, terbuat dari
besi lunak, tidak disepuh seng, dan tidak mudah putus. Kawat pengikat dibuat dari
besi lunak dan tidak disepuh seng.
- Baja tulangan harus bebas dari karat, sisik dan lapisan-lapisan yang
dapat mengurangi daya lekat.
- Baja tulangan harus memenuhi persyaratan yang ada pada Standar
Industri Indonesia (SII0318-80), PUBI 1982 dan PBI 1971.
52
- Penimbunan baja tulangan di udara terbuka untuk jangka waktu
panjang harus dicegah.
Air yang kita gunakan untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh
mengandung minyak, asam alkali, bahan-bahan organis atau bahan-bahan yang
dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini harus dipakai air bersih.
- Jika kita ragu-ragu mengenai air yang akan kita pakai, maka
air harus dikirim ke laboratorium yang diakui untuk diselidiki
sampai berapa jauh air tersebut mengandung zat-zat yang
dapat merusak beton atau besi tulangan.
- Apabila pemeriksaan contoh air terpaksa tidak bisa
dilakukan, sebaiknya kita mengadakan percobaan
perbandingan antara kekuatan tekan mortel + pasir yang kita
aduk dengan memakai air suling.
- Air tersebut dianggap layak untuk dipakai apabila kekuatan
tekan mortel dengan memakai air itu pada umur 7 dan 28hari
paling sedikit adalah 90 % dari kekuatan tekan dengan
memakai air suling pada umur yang sama.
4.2.7 Kayu
Semua kayu yang digunakan harus dalam keadaan baik, tidak cacat atau
tidak lapuh. Pada proyek ini kayu yang dipergunakan adalah jenis kayu Meranti.
- Kayu tersebut digunakan sebagai balok penyokong dalam
pemasangan acuan beton pada pengecoran abutment sehingga
kayu tersebut harus kuat sebagai penyokong acuan tersebut,
agar acuan beton menjadi kuat dan tidak bergerak akibat
desakan air dan beton pada waktu pengecoran.
- Segala jenis kayu yang dipergunakan baik sebagai
penyokong, penahan, penguat harus kering dan harus bebas
dari mata kayu serta cacat yang melemahkan lainnya.
53
- Selain kayu Meranti juga digunakan kayu Mahoni sebagai
dolken (tiang pancang kayu) untuk dinding penahan tanah
dan sebelum diadakan timbunan tanah (common
embankment).
- Penggunaan kayu Meranti dalam pekerjaan Jembatan
Simbang Desa-Simbang Jatidisebabkan kayu Meranti lebih
murah, serta cukup kuat untuk menahan acuan beton yang
ada serta murah dalam penggadaannya, juga kayu Meranti
lebih fleksibel.
4.2.8 Papan Dan Multiplek
Penggunaan kayu lapis acuan beton adalah sangatbaik, namun
harus dilakukan persiapan-persiapan agar celah-celah tertutup sebelum
pengecoran, dan tidak melentur.
Multiplek atau kayu digunakan untuk permukaan-permukaan acuan
yang kontak langsung dengan beton karena mempunyai keuntungan-
keuntungan sebagai berikut :
Pemasangan dan pembongkaran sangat ekonomis pada panel-
panel yang lebar.
Tersedia dalam berbagai ukuran .
Mempunyai sifat-sifat fisik yang dapat diandalkan.
Hemat karena dapat dipergunakan berulang kali.
Permukaannya rata dan licin sehingga baik untuk expose
beton.
Biaya pembuatan lebih murah.
Bila pemasangan dan pembongkaran dilakukan secara berhati-hati
maka dapat dipakai untuk beberapa kali. Untuk mendapatkan kekuatan
lentur yang maximum arah serat kayu lapisan paling luar harus pada
posisi tegak lurus terhadap balok-balok pendukungnya. Ukuran standart
multiplek adalah 120 x 240 cm2, sedangkan tebal yang ada di pasaran
adalah 3 mm, 4 mm, 12 mm, dan 18 mm.
4.3 Peralatan
54
Agar suatu proyek dapat memenuhi target mutu dan lancar dalam
pelaksanaan harus didukung oleh peralatan yang memadai. Supaya
penyediaan alat bisa berfungsi secara optimal, maka perlu adanya
manajemen peralatan yang tertib. Dalam manajemen proyek, perlu
diperhatikan masalah pengelolaan peralatan proyek yangterdiri dari
penyewaan, pembelian, dan perawatan alat. Hal tersebut untuk
mengefektifkan keberadaan alat di lapangan.
55
beton ready mix dari lokasi batching plant ke lokasi proyek. Selama
pengangkutan, mixer harus terus berputar agar beton tetap homogen dan
tidak mengeras.
Alat ini mempunyai lengan yang panjang dan dapat berputar, juga
mempunyai bucket dengan ukuran tertentu sehingga dapat menggeruk
56
tanah. Alat ini digunakan untuk pekerjaan galian tanah pondasi, dan
urugan tanah pondasi kembali.
Crawler Crane
Hydraulick Jack In
Tiang Pancang Sistem Hidrolik (Hydraulick Jack In) Hidrolik
sistem adalah suatu metode pemancangan pondasi tiang dengan
menggunakan mekanisme hydraulic jacking foundation system, dimana
sistem ini telah mendapatkan hak paten dari United States, United
Kingdom, China dan New Zealand.
Sistem ini terdiri dari suatu hydraulic ram yang ditempatkan
pararel dengan tiang yang akan dipancang, dimana untuk menekan tiang
tersebut ditempatkan sebuah mekanisme berupa plat penekan yang berada
57
pada puncak tiang dan juga ditempatkan sebuah mekanisme pemegang
(grip) tiang, kemudian tiang ditekan ke dalam tanah.
Dengan sistem ini tiang akan tertekan secara kontiniu ke dalam
tanah, tanpa suara, tanpa pukulan dan tanpa getaran. Penempatan sistem
penekan hydraulic yang senyawa dan menjepit pada dua sisi tiang
menyebabkan didapatkannya posisi titik pancang yang cukup presisi dan
akurat. Ukuran diameter piston mesin hydraulic jack tergantung dengan
besar kapasitas daya dukung mesin tersebut. Sebagai pembebanan,
ditempatkan balok – balok beton atau platplat besi pada dua sisi bantalan
alat yang pembebanannya disesuaikan dengan muatan yang dibutuhkan
tiang.
Keunggulannya tiang pancang metode hydraulic jack in:
1. Bebas getaran
2. Bebas pengotoran lokasi kerja dan udara serta bebas dari
kebisingan
3. Daya dukung aktual pertiang diketahui Dengan hydraulic
jack in, daya dukung setiap tiang dapat diketahui dan
dimonitor langsung dari manometer yang dipasang pada
peralatan hydraulic jacking system sepanjang proses
pemancangan berlangsung.
4. Harga yang ekonomis Teknologi hydraulic jacking ini tidak
memerlukan pemasangan tulangan ekstra penahan impack
pada kepala tiang seperti pada tiang pancang umumnya.
5. Lokasi kerja yang terbatas Dengan tinggi alat yang relatif
rendah, hydraulic jacking system ini dapat digunakan pada
basement, ground floor atau lokasi kerja yang terbatas, Alat
hydraulic jacking system ini dapat dipisahkan menjadi
beberapa komponen sehingga memudahkan untuk dapat
dibawa masuk atau keluar lokasi kerja.
Kekurangan tiang pancang metode hydraulic jack in:
58
1. Apabila terdapat batu atau lapisan tanah keras yang tipis
pada ujung tiang yang ditekan, maka mengakibatkan
kesalahan pada saat pemancangan.
2. Sulitnya mobilisasi alat pada daerah lunak ataupun pada
daerah berlumpur.
3. Karena hydraulic jacking ini mempunyai berat sekitar 360
ton dan saat permukaan tanah yang berbeda daya
dukungnya, maka hal tersebut akan dapat mengakibatkan
posisi alat pancang menjadi miring bahkan tumbang,
sehingga sangat berbahaya terhadap keselamatan pekerja.
4. Pergerakan alat hydraulic jacking ini sedikit lambat, proses
pemindahannya relatif lama untuk pemancangan titik yang
berjauhan.
Dari kelebihan dan kekurangan yang ada, metode pancang hidrolik
dipilih mengingat daerah tersebut termasuk padat penduduk.
Alat Las
59
Pelat Baja
Roller
Total Station
60
Total station merupakan theodolith terintegrasi dengan komponen
pengukur jarak elektronik (electronic distance meter) untuk membaca
jarak dan kemiringan dari instrumen ke titik tertentu. Alat ini digunakan
untuk menentukan letak posisi bangunan, menentukan letak as-as
bangunan, membuat dan menentukan siku bangunan. Penggunaan alat ini
diperlukan dalam pelaksanaan proyek dikarenakan untuk mendapatkan
bangunan yang tepat, akurat dan presisi.
61
pegawai kontrak dari kontraktor, PT Adhi Karya. Selain itu, pihak kontraktor
tentunya juga memperkerjakan banyak personil sebagai tenaga kasar (tukang dan
pembantu tukang). Perekrutan personil tersebut dilakukan dengan cara pihak
kontraktor mencari mandor yang sudah terpercaya dan sering berkerjasama, lalu
mandor tersebut membawa tukang-tukang untuk bekerja di proyek pembangunan
Rumah Susun Politeknik PU Semarang ini.
Waktu Kerja
Waktu kerja/jam kerja proyek adalah waktu yang dipergunakan untuk
melaksanakan pekerjaan pada hari-hari sesuai dengan surat kerja yang di
keluarkan dan disepakati oleh semua pihak yang terkait.
a. Waktu kerja biasa,
Jam kerja setiap satu minggu :
- Senin s/d Kamis
08.00 - 12.00
12.00 - 13.00 (Istirahat)
13.00 - 18.00
- Jumat
08.00 - 11.30
11.30 - 13.15 (Istirahat)
13.15 - 18.00
- Sabtu dan Minggu
08.00 - 12.00
12.00 - 13.00 (Istirahat)
13.00 - 18.00
b. Waktu kerja lembur,
Waktu kerja lembur adalah waktu kerja diluar waktu kerja biasa/dinas. Hal
ini dilaksanakan saat pada waktu mengejar keterlambatan proyek atau
pada kondisi tertentu seperti pada pengerjaan pengercoran, karena
62
pekerjaan ini tidak boleh dihentikan sebelum pekerjaan selesai atau sampai
pada batas yang direncanakan.
63
BAB V
METODE PELAKSANAAN
64
terwujud. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan konstruksi
diantaranya :
65
Pekerjaan Prasarana dan Penunjang,
Pekerjaan Tanah,
Pekerjaan Pondasi,
Pekerjaan Struktur,
Pekerjaan Arsitektur
Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal.
2. Rencana Cara Pelaksanaan (Construction Method)
66
Penyediaan bahan bangunan agar diketahui penyediaan waktu
yang tepatuntuk mendatangkan bahan bangunan.
Peralatan pembangunan agar diketahui jenis, kemampuan, dan
kondisi alat.
Gambar-gambar kerja, baik gambar rencana (gambar bestek)
maupun gambar kerja untuk bagian pekerjaan tertentu.
Kelangsungan pelaksanaan pekerjaan direncanakan secara
berurutan dan tidak saling mengganggu kelancaran keseluruhan
pekerjaan lainnya.
67
yang digunakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan agar lebih efisien
danefektif. Metode konstruksi yang dilaksanakan di dalam proyek ini
tergantungdengan setiap lingkup pekerjaannya, mulai dari pekerjaan
persiapan hingga selesai.
68
lapangan. Penetepan dan pemilihan tempat bagi kantor lapangan
diusahakan sedekat mungkin dan terletak pada posisi strategis disekitar
lokasi pekerjaan untuk kemudahan control pekerjaan di lapangan.
69
menggali tanah sampai kedalaman tertentu seperti pada lokasi
pemancangan tiang pancang jembatan pemadatan tanah untuk kedudukan
alat tiang pancang pada saat pekerjaan tiang pancang
70
Gambar 5.2 Pekerjaan Pengukuran
71
Pekerjaan tanah meliputi panggilan tanah pada lokasi tiang pancang untuk
abutment dan Site Pile Jembatan. setelah pekerjaan penggalian dilanjutkan
dengan pekerjaan pemadatan, sudah sesuai dan memungkinkan untuk
diadakan pemancangan secara langsung.
72
pengangkatannya adalah dengan 2 titik tumpu dengan jarak
tumpuan maksimum 3 meter dari ujung tiang. Untuk menghindari
terputarnya tiang pada saat pengangkatan dibutuhkan tenaga
manusia untuk menjaga kedudukan tiang pancangan mengarahkan
pada lahan yang telah disiapkan. Pengangkatan dan penempatan
tiang pancang dilakukan dengan hati-hati.
73
Sebelum pekerjaan pemancangan seluruh titik rencana harus sudah
ditentukan dahulu. Titik tersebut merupakan titik simetris dimana ujung
tiang akan dipancangkan. Pekerjaan ini merupakan lanjutan dari pekerjaan
pengukuran secara menyeluruh dimana letak bangunan, abutment dan Site
Pile sudut struktur dan elevasinya telah ditentukan sebelumnya.
Jarak antar tiang, jarak tiang dengan dinding, footing, elevasi serta
sudut-sudut footing yang terdapat pada gambar denah pondasi diplot di
lapangan dengan menggunakan alat total station, mistar ukur dan meteran.
Hasil pengukuran kemudian ditandai dengan patok kayu bouwplank yang
dilengkapi dengan bilangan-bilangan keterangan pengukuran, Sedangkan
titik-titik pada rencana posisi tian pancang ditandai dengan patok-patok
kayu yang ditancapkan pada tanah dan tidak boleh bergeser dari
kedudukan semula.
74
movernya sedangkan ujung boon terpasang pada kira-kira 1/5
ujung atas leads.
Leads bagian bawah terjepit sempurna dengan prime
mover untuk memberi kestabilan pada leads. Leads terdiri dari
pipa besi berdiameter besar yang dirangkai sampai ketinggian
yang dibutuhkan dan digunakan untuk posisi unit diesel
hammer berjalan vertical pada saat pemancangan. Ujung atas
leads dipasang katrol untuk pengangkatan peralatan
pemancangan maupun tiang pancang. Pengangkatan
menggunakan kabel baja dengan tenaga dari preme mover
crane.
Sedangkan unit diesel hammer terdiri dari piston/hammer,
kepala hammer dan ijektor pemampat van bakar yang
digunakan sebagai pemukul tiang pada saat pemancanngan.
Seluruh unit alat tiang pancang dirangkai dan siap digunakan.
Unit crane yang digunakan dengan tipe/merk Kobelco /
00704 sebanyak 1 unit dan 1 unit Pile Driving machine Arcon
DD.55 dengan berat hammer 5,5 ton.
75
didepan crane, berulang sampai posisi crane mendekati titik
pemacangan.
c. Pengangkatan Tiang Pancang
76
pancang harus selalu harus dilindungi dengan topi tiang dari
baja dengan ketebalan + 10 cm untuk menghindari terjadinya
retak atau patah pada kepala tiang pancang.
e. Penentuan Posisi Tiang Pancang
77
Apabila tiang yang tergantung sudah berada tepat diatas
titik pemancangan, aba-aba tangan dari pekerja operator,
menurunkan tiang pancang secara perlahan-lahan sampai ujung
tiang menyentuh tanah. Setelah pengecekan ulang posisi titik
pemancangan dimana setelah sesuai dengan titik rencana terus
dilakukan pengecekan terhadap pengecekan tiang pancang,
apakah posisi benar-benar tegak atau Belum, dengan
menggunakan alat total station.
78
Demikian seterusnya pengait hammer akan selalu
diangkat apabila hammer berhenti dan meskipun tidak tinggi,
pemampatan bahan bakar dapat dilakukan oleh pekerja yang
ada dibawah dengan menarik tali yang dihubungkan dengan
diesel hammer sampai terjadi pemampatan pada diesel hammer
karena jatuhnya hammer, sehingga pada jatuh hammer
selanjutnya akan terpental kembali. Begitu seterusnya selalu
terjadi pemampatan pada diesel hammer selanjutnya.
Pada pemancangan midle pile dan upper pile pada proyek
ini, sekelilingnya tiang pancang telah menerima hambatan
lekatan tanah clay lebih besar dibanding dengan bottom pile
sehingga pantulan hammer lebih tinggi dan selanjutnya akan
bergerak naik dan jatuh dengan sendirinya sampai terhenti
setelah beberapa kali pemukulan. Saat pemancangan upper
pile +5 m sebelum pemukulan dihentikan, hammer terpental
paling tinggi dengan frekuensi pemukulan lebih banyak untuk
memancangkan tiang lebih dalam lagi. Pemukulan dan
pemancangan terjadi dengan sendirinya secara otomatis. Hal
ini merupakan indikasi bahwa tiang pancang telah menerima
hambatan pelekatan yang besar.
Adapun baut pengunci dan kebel baja pengangkat tiang
pancang dapat dilepaskan setelah kedalaman pemancangan
tertentu dan pengunci dapat dijangkau oleh pekerja yang ada
dibawah. Setelah mencapai kedalaman yang direncanakan
pemancangan dihentikan, kemudian unit diesel hammer
diangkat dengan crane sampai terlepas dari kepala pancang.
Ada hal yang sangat penting pada saat pemancangan
berlangsung, yaitu tiang pancang harus selalu dalam keadaan
terikat oleh kabel baja yang dikaitkan dengan baut pengunci,
sampai kedalaman minimal dua pertiga pancang masuk
kedalam tanah dan baut pengunci dapat dijangkau oleh
79
pekerja. Ini dilakukan untuk menghindari robohnya tiang
pancang pada saat pemukulan pemancangan.
Pengecekan akhir adalah dengan kalendering untuk
mengetahui daya dukung ultimate tiang pancang tersebut.
Kalendering dilaksanakan pada pemancangan terakhir untuk
tiap titik, sehingga dapat diketahui pemenuhan persyaratan
daya dukungnya. Apabila masih kurang memenuhi syarat perlu
disambung lagi laporan hasil pemancangan untuk mengetahui
data – data pemancangan bila akan dilakukan perhitungan
analisis daya dukungnya.
80
tiang pancang, penyambung, dan tiang pancang yang akan
disambung.
81
Gambar 5.6 Penyambungan Tiang Pancang
5.2.6 Kalendering
82
d. Spidol diletakkan di atas waterpas sampai ujung spidol
menyentuh kertas millimeter blok.
83
Gambar 5.7 Hasil Kalendering I
84
Gambar 5.8 Hasil Kalendering II
85
Gambar 5.9 Proses Tes Kalendering
86
Gambar 5.10 Galian Tiang Pancang
2) Pengupasan
87
pra cetak/strand dipotong sepanjang + 50 cm dari garis
pemotongan. Strand ini juga digunakan sebagai penyatu
antara tiang pancang dengan poer selain tulangan tambahan
dimana kedua jenis tulangan ini akan tertanam dalam
concrete.
Lantai kerja dibuat sebagai tempat perangkaian tulangan supaya datar dan
terhindar dari kotoran maupun menghindari terjadinya persinggungan
langsung antara dasar poer dengan tanah. Lantai kerja terbuat dari beton
tumbuk fc’10 Mpa dengan tebal 10 cm.
88
Gambar 5.13 Lantai Kerja
a. Penulangan Poer
89
Setelah besi-besi tulangan dengan diameter tertentu
terpotong dan dibengkokkan sesuai rencana, besi-besi tersebut
dirangkai pada lokasi poer. Tulangnya pokok poer yang terletak
paling bawah dirangkai diatas dudukan kepala tiang pancang (yang
telah diberi tulangan tambahan) dan beton tahu berfungsi untuk
member jarak selimut beton. Tulangan dasar poer pada abutment
mengunakan besi ulir D 16-19-25.
90
Pekerjaan begisting atau cetakan beton dilakukan apabila
tulangan yang terpasang telah sesuai dengan perencanaan baik
diameternya,bentuk dan jaraknya serta telah disetuji oleh pengawas
lapangan.
91
Gambar 5.16 Begisting Poer
92
masuk kedalam begisting. Tinggi jatuh concrete dapat
mempengaruhi kedudukan tulangan dan begisting karena terjadi
benturan.
93
Gambar 5.17
Pekerjaan Pengecoran Poer
94
5.5 Perawatan Beton
Syarat-syarat perawatan beton harus menjadi perhatian penting
pihak kontraktor, terutama pada saat cuaca panas serta udara kering
dimana dapat menimbulkan retak-retak pada beton. Perlindungan terhadap
beton yang baru dicor dapat mencegah efek-efek buruk lingkungan
terhadap beton sampai beton cukup keras untuk mencegah kerusakan.
Permukaan beton harus dilindungi terhadap sinar langsung matahari
sekurang-kurangnya 3 hari pertama setelah pengecoran, dan dilakukan
penyiraman minimal 14 hari setelah pengecoran sehingga tetap menjaga
permukaan beton dari suhu yang tinggi.
Perlindungan terhadap sinar matahari dapat dilakukan dengan
penutupan lembaran plastic sejak dilaksanakan pengecoran. Pada
prinsipnya perlindungan terhadap beton yang baru di cor adalah mencegah
terjadinya penguapan yang berlebihan sehingga menyebabkan beton
kehilangan terlalu banyak air dan terjadi pengerasan yangterlalu cepat. Hal
inilah yang sering menyebabkan beton menjadi retak-retak dan
mengurangi strukturnya.
95
BAB VI
PENUTUP
96
a. Faktor Cuaca
b. Faktor Koordinasi
c. Faktor Pelaksana
97
d. Faktor Sosial
Konflik social dengan masyarakat merupakan
permasalahan yang sering ditemui saat tahap pelaksanaan
proyek. Konflik sosial yang terjadi pada saat pelaksanaan
proyek pembangunan Rumah Susun Politeknik PU Semarang
ini adalah pelaksanaan proyek yang menimbulkan polusi
udara, kebisingan dan jalan akses proyek yang berhubungan
dengan jalan utama merupakan salah satu penyebab
timbulnya konflik serta juga terkait keluhan masyarakat
tentang biaya ganti rugi lahan.
b. Faktor Koordinasi
98
Pengawasan lapangan dilakukan lebih ketat dan koordinasi
di lapangan antara kontraktor dengan pekerja lapangan di
tingkatkan.
c. Faktor Pelaksanaan
d. Faktor Sosial
Seperti proyek pada umumnya, jika terjadi kebisingan
terutama pada saat pengerjaan pengeboran, maka pihak
kontraktor memutuskan untuk menggunakan mesin bor
hydraulic. Sedangkan untuk keterlambatan ganti rugi, proyek
tetap dilaksanakan sebagian karena memang pakerjaan pondasi
ini tidak menggunakan lahan yang masih dalam proses ganti
rugi tersebut.
99