NIM : E1A019042
KELAS :B
Arief Pratomo
Dosen Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, sea a.reef@rocketmail.com
Arief Pratomo
Dosen Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, sea a.reef@rocketmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Rebah Sei Carang Kota Tanjungpinang pada
bulan Mei s/d September 2015. Penentuan lokasi Berdasarkan keterwakilan lokasi kajian
ekosistem mangrove lokasi penelitian dibagi menjadi 3 stasiun yaitu Stasiun 1 : 0°55’50”
LU dan 104°29’12” BT Stasiun 2 : 0°55’52” LU dan 104°29’10” BT dan Stasiun 3 :
0°55’49” LU dan 104°29’23” BT. Kelimpahan total mangrove pada masing-masing stasiun
secara berturut-turut, pada stasiun I memiliki kelimpahan 2644, stasiun 2 berjumlah 1778,
dan stasiun 3 di angka 2267, secara total rata-ratanya adalah 2230. Nilai Indeks
Keanekaragaman Shannon – Wiener (H’) pada stasiun 1 yaitu sebesar 0,1, pada stasiun 2
sebesar 0,2, pada stasiun 3 sebesar 0,2 dan secara keseluruhan 0,3. Nilai indeks Dominansi
pada stasiun 1 yaitu sebesar 0.9, stasiun 2 sebesar 0.7, stasiun 3 sebesar 0.8, dan rata-rat
totalnya adalah 0,6. Pada keenam stasiun penelitian didapatkan bahwa nilai parameter
lingkungan masih baik dan mendukung kehidupan ekosistem mangrove.
Didik Juliardi
Mahasiswa Jurusan ilmu kelautan, FIKP UMRAH, juliardididik@yahoo.co.id
Arief Pratomo
Dosen Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, sea a.reef@rocketmail.com
Arief Pratomo
Dosen Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, sea a.reef@rocketmail.com
ABSTRACT
Rio riandho, Raja.2015. Mangrove Ecosystem Diversity River City Fallen Branches City
Tanjungpinang, Kepulauan Riau.Thesis. Marine Science StudyProgramme.
Marine Science and Fisheris Faculty. Maritim Raja Ali Haji University.
Advisor: Arief Pratomo, ST,M.Si and Co-Advisor: Andi Zulfikar, S.Pi,MP.
This research was conducted in the city of Damping- Sei Carang Tanjungpinang in
May s / d September 2015. Determination Based on the location of the representation of the
location of the mangrove ecosystem assessment study site is divided into three stations are
Station 1 : 0 ° 55'50 "N and 104 ° 29'12 " E Station 2 : 0 ° 55'52 "N and 104 ° 29'10 " BT
and station 3 : 0 ° 55'49 "N and 104 ° 29'23 " E. Total abundance of mangroves at each
station in a row, the station I have abundance in 2644 , station 2 numbered 1778, and the
station number 3 in 2267 , the total average is 2230. Shannon Diversity Index value -
Wiener ( H ' ) at station 1 that is equal to 0.1 , the station 2 of 0.2 , at station 3 overall by 0.2
and 0.3 . Dominance index value at Station 1 is equal to 0.9 , station 2 of 0.7 , 3 stations
amounted to 0.8 , and the total average rat is 0.6 . In the sixth station showed that the
parameter value is still good environmental and life support mangrove ecosystem .
Keterangan:
Di : Kerapatan jenis ke-i
ni : Jumlah total tegakan ke-i
A : Luas area total pengambilan Dimana : E = Indeks
contoh.
Keseragaman ( Equilibility) jenis
H’ = Indeks
Kerapatan relatif (RDi) adalah Keragaman
Hmaks = Indeks
perbandingan antara jumlah tegakan jenis i Keragaman Jenis maksimum
dan jumlah total tegakan seluruh jenis (Σn) = Log2 S
Ket: + : Ditemukan
- : Tidak ditemukan
kondisi plankton masih dalam kedaan baik waktu malam hari pukul 21.00 – Selesai.
karena jumlah jenis yang ditemukan 1. Hasil Pengukuran Parameter
Fisika Dan Kimia pada Waktu
cenderung memiliki keanekaragaman Siang-Malam di titik
sedang. Keseragaman yang tinggi Pengambilan Sampel
menunjukkan bahwa komunitas plankton
dalam keadaan baik karena jumlah dan Waktu
Parameter Satuan
keseragaman atau tidak ada yang dan
Siang Malam
mendominansi. Hal ini dibuktikan dengan FISIKA
Suhu 0
C 29,0 26,1
nilai indeks dominansi yang rendah nilai Salinitas 0
/00 35,7 38,8
Kecepatan m/dtk 0,017 0,018
Arus
Kecerahan Meter 100
sebesar 0,1-1 m/dtk tergolong kecepatan
Intensitas arus yang sedang, kecepatan arus > 1
Lux 53.972 108,6
Cahaya
KIMIA m/dtk tergolong kecepatan arus yang kuat
pH - 7,3 8,4 (Wijayanti, 2007 dalam Putra, 2014).
DO mg/l 8,6 6,8
Dengan demikian kondisi arus di perairan
Suhu perairan laut Pulau Pucung laut Pulau Pucung tergolong kecepatan
siang antar 29,0 0C dan waktu malam 26,1 arus lemah. Arus yang lemah sangat
0
C, menandakan nilai pada waktu siang mendukung kehidupan plankton karena
dan malam hari, menunjukkan nilai arus yang terlalu kuat dapat menyebabakan
perbedaan yang signifikan. Suhu optimum sebaran plankton tidak merata.
untuk pertumbuhan plankton berkisar antar Hasil pengukuran kecerahan pada
25 0C sampai 32 0C (Wyrtki, 1961 dalam waktu siang hari 100% (tampak dasar), hal
Asih, 2014). Dengan demikian, kondisi ini dapat dikaitkan dengan intensitas
suhu perairan laut Pulau Pucung masih cahaya pada waktu siang hari dengan nilai
layak untuk kehidupan plankton karena 53.972 Lux dan pengukuran pada waktu
masih dalam batas optimal yang malam hari dengan intensitas cahaya
ditentukan. 108,6. Dengan hasil yang didapatkan
Salinitas pada kedua waktu yang diperairan laut Pulau Pucung kecerahan
berbeda menunjukkan perbedaan yang pada waktu siang hari sama dengan
signifikan berkisar antara 35,5 0/00 sampai kedalaman hingga tampak dasar. Hal ini
38,8 0/00, Salinitas tertinggi terdapat pada dapat dikaitkan dengan nilai intensitas
waktu malam yaitu 38,8 0/00 dan terendah cahaya yang berkisar 53.972 Lux
pada waktu siang terdapat pada siang hari Sedangkan untuk malam hari kecerahan
yaitu 35,5 0/00. Menurut Nontji, (2008), tidak diukur.
bahwa salinitas di perairan laut berkisar Nilai intensitas cahaya yang
antara 24 0/00 – 35 0/00. Sebaran salinitas didapatkan pada waktu malam hari sangat
dilaut dipengaruhi oleh berbagai faktor rendah yaitu 108,6 ini disebabkan pada
seperti faktor seperti sikrkulasi air, waktu malam tidak adanya cahaya
penguapan, curah hujan dan aliran sungai. matahari sehingga sedikitnya nilai
Secara keseluruhan salinitas yang ada intensitas cahaya yang masuk dipermukaan
diperairan laut Pulau Pucung masih perairan laut Pulau Pucung. Menurut
tergolong layak. Tingginya salinitas pada Wijayanti (2011), antara penetrasi cahaya
waktu malam hari dibandingkan waktu dan intensitas cahaya dan intensitas cahaya
siang diduga pada saat pengukuran saling mempengaruhi. Semakin maksimal
salinitas perairan laut Pulau Pucung dalam intensitas cahaya, maka semakin tinggi
kondisi surut. Kecepatan arus pada waktu penetrasi cahaya. Jumlah yang mencapai
siang 0,017 m/det dan waktu malam yaitu permukaan perairan sangat dipengaruhi
0,018 m/det. Adapun nilai kecepatan arus oleh awan, ketinggian dari permukaan air
diperairan laut Pulau Pucung pada waktu laut, letak geografis dan musiman.
siang dan malam tidak ada perbedaan yang Nilai pengukuran pH tertinggi
mencolok, relatif sama. Arus dari 0,1 terdapat pada waktu malam hari dengan
m/dtk termasuk kecepatan arus yang nilai 8,4 dan pada waktu siang yaitu 7,3.
sangat lemah, sedangkan kecepatan arus Menurut Swingle, 1996 dalam Handayani
(2009), kisaran normal pH plankton adalah ditemukan 9 kelas golongan
6,5-8,5. Berdasarkan hasil pengukuran fitoplankton yang di temukan 4 kelas
nilai pH pada waktu siang dan malam terdiri dari kelas Clorophyta
perairan laut Pulau Pucung ditemukan (3 jenis) yaitu Closterium,
mengindikasikan nilai pH dalam keadaan Schroederia, Spirogyra. Kelas
normal. Nilai pengukuran pH yang Bacillariciae ditemukan (8 jenis) yaitu
didapatkan Perairan laut Pulau Pucung Fragillaria, Hemiaulus, Rhizosolenia,
masih dalam kedaan baik sehingga hal ini Skeletonema, Diatoma, Suriella,
mendukung kehidupan plankton dengan Striatella, dan Thalassiothrix. Kelas
baik. Dinoflagellata ditemukan (1 jenis)
Berdasarkan pengukuran oksigen yaitu Gyrodinium. Kelas Cyanophyta
terlarut (Dissolved Oxygen =DO). Nilai ditemukan (1 jenis) yaitu
Do tertinggi pada waktu siang yaitu 8,6 Aphanizomenon. Dan golongan
ml/l dan waktu malam 6,8 ml/l. Menurut zooplankton yang ditemukan 5 kelas
Handayani (2009), DO terendah umumnya terdiri dari kelas Chromonadea
terjadi pada saat pasang maksimum ditemukan (1 jenis) yaitu Distephanus
(malam hari) dimana proses biota perairan Speculum, kelas Copepod ditemukan 2
membutuhkan oksigen lebih sehingga DO jenis antara lain Calanus, Euchaeta.
dalam perairan pada saat pasang Kelas Radiolaria ditemukan (3 jenis)
maksimum relatif rendah, sedangkan DO yaitu Sethoconus, Cyrtocalpis,
tertinggi umumnya terjadi pada saat surut Theocalyptra. Kelas Tintinidae
maksimum dan pasang minimum (siang ditemukan (3 jenis) yaitu
hari) saat proses fotosintesis sedang Heli Costomella, Salpingela,
berlangsung. Kandungan oksigen terlarut Eutinnus. Kelas Annelida ditemukan
selama penelitian pada waktu siang dan (1 jenis) yaitu Greefia.
malam masih mendukung kehidupan 2. Keanekaragaman plankton dekat
plankton. Menurut Wijayanti (2011), permukaan Perairan laut Pulau Pucung
plankton dapat hidup baik pada pada siang hari keanekaragaman
konsentrasi oksigen lebih dari 3 mg/1.g plankton pada waktu siang hari dalam
PENUTUP kategori sedang yaitu 3,78,
Kesimpulan keseragaman Tinggi yaitu 0,71 dan
Berdasarkan penelitian yang telah dominansi rendah yaitu 0,08
dilakukan yaitu untuk mengetahui sedangkan,
keanekaragaman plankton dekat 3. Keanekaragaman plankton dekat
permukaan perairan laut Pulau Pucung, permukaan Perairan Pulau Pucung
mengetahui indeks keanekaragaman, pada waktu malam hari dalam
keseragaman dan dominasi plankton serta kategori sedang yaitu 2,82,
mengetahui kondisi fisika-kimia keseragaman sedang yaitu 0,60 dan
berdasarkan waktu di Perairan pulau dominansi rendah yaitu 0,15.
Pucung diperoleh informasi sebagai 4. Nilai kualitas perairan laut Pulau
berikut : Pucung yang didapatkan pada lokasi
1. Plankton yang dijumpai dekat penelitian masih berada dalam kisaran
permukaan perairan laut Pulau Pucung normal bagi pertumbuhan plankton
sehingga masih dapat mendukung Nontji A. 2008. Plankton Laut. LIPI Press
kehidupan plankton baik pada waktu : Jakarta
siang hari maupun pada saat malam Nontji A. 2007. Laut Nusantara.
hari. Djambatan : Jakarta
Saran Sujarta, P., H. L. Ohee, dan E. Rahareng.
Berdasarkan hasil penelitian yang 2011. Kajian Keragaman Plankton
telah dicapai penulis menyarankan yaitu dan Ikan di Perairan Teluk Tanah
Perlu dilakukan penelitian mengenai Merah Distrik Depapre, Kabupaten
Jayapura, Papua. Jurnal Biologi
produktivitas primer plankton pada waktu
Papua. Jurusan Biologi FMIPA :
siang dan malam hari di perairan laut Universitas Cenderawasih Jayapura–
Pulau Pucung. Papua
ABSTRACT
Diversity and Abundance of Grasshopper and Its Relatives
(Orthoptera) on Two Mountainous Ecosystems of Gunung Halimun-
Salak National Park. A study on diversity and abundance of grasshopper
and its relatives (Orthoptera) was conducted at two mountainous rainforest
ecosystems (Mounts Kendeng and Botol) of Gunung Halimun-Salak
National Park. A hundred meters of a line transect was used to sample and
set up several insect traps (yellow pan, malaise, pit fall, bait pit fall, sweep
net, and light traps), and insect sweepings as well. The light traps were set
up at about fifty meters distance from the end of the sampling sites. A total
individual collected by traps was combined on every comparable sampling
site. Total individuals of the Orthoptera captured were 414; consisted of 25
species of 9 families. Both species diversity and number of families were
higher at Mount Kendeng rather than Mount Botol. Number of species of
each family usually similar except on family of Grillidae was much higher
at Mount Kendeng. Species belong to Phasmidae was not recorded at Mount
Kendeng, while species belong to both families of Gryllotalpidae and
Tettigonidae were not captured at Mount Botol as well. Overal there was a
difference in the species richness at each between. Shannon Diversity Index
(H’) and evenness (E) were higher at Mount Kendeng (2.44 and 0.81) rather
than Mount Botol (1.80 and 0.66). Similarity Index of Jaccard (Cj) and
Sorenson (Cn) of both localities were similar (0.40 and 0.32). Herbivores
were most dominant at both localities (Phasmidae, Tetrigidae, Acrididae,
Gryllidae, dan Gryllotalpidae), followed by omnivores (Blattidae),
scavenger (Gryllacrididae), and predator (Mantidae).
KEY WORDS: diversity, grasshopper, mountainous ecosystems, Gunung
Halimun-Salak National Park
100
Nety Virgo Erawati dan Sih Kahono: Keanekaragaman dan Kelimpahan Belalang
101
J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 100-115
102
Nety Virgo Erawati dan Sih Kahono: Keanekaragaman dan Kelimpahan Belalang
103
J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 100-115
104
Nety Virgo Erawati dan Sih Kahono: Keanekaragaman dan Kelimpahan Belalang
Tabel 1. Jumlah individu (N), famili (F), jenis (S), indeks keanekaragaman
Shannon (H’), dan sebaran keanekaragaman Shannon (E) jenis
Orthoptera di GK dan GB, TNGH-S
Lokasi
Januari Februari Maret Subtotal Total
GK
N 34 53 49 136
F 5 6 8 8
S 10 12 14 20
H’ 2,09 1,99 2,08 2,44
E 0,91 0,80 0,79 0,81
GB
N 78 117 83 278
F 5 6 5 7
S 10 12 10 15
H’ 1,62 1,77 1,47 1,80
E 0,70 0,71 0,64 0,66
Subtotal
N 112 170 132 414
F 6 6 9 9
S 14 18 19 25
H’ 1,99 2,09 2,10 2,72
E 0,76 0,72 0,71 0,71
Keterangan : GK = Gunung Kendeng; GB = Gunung Botol
105
J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 100-115
106
Nety Virgo Erawati dan Sih Kahono: Keanekaragaman dan Kelimpahan Belalang
Tabel 2. Indeks kesamaan Jaccard (Cj) Orthoptera pada bulan Januari, Februari,
dan Maret
GK GK GK GB GB GB Total
Lokasi
Januari Februari Maret Januari Februari Maret GK
GK
Januari 1
GK
Februari 0,29 1
GK
Maret 0,50 0,44 1
GB
Januari 0,36 0,22 0,33 1
GB
Februari 0,38 0,33 0,44 0,47 1
GB
Maret 0,33 0,22 0,30 0,82 0,57 1
Total GB 0,40
Keterangan: GB = Gunung Botol; GK = Gunung Kendeng
Total GB 0,32
Keterangan : GB = Gunung Botol; GK = Gunung Kendeng
107
J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 100-115
Tabel 4. Jumlah individu (N), jenis (S), dan kelimpahan relatif (KR) masing-
masing famili Orthoptera di TNGH-S
GK GB
Famili (F) Jumlah Jumlah
Jumlah Jumlah
Individu KR (%) Individu KR (%)
Jenis (S) Jenis (S)
(N) (N)
Acrididae 13 3 9,56 8 3 2,88
Tetrigidae 3 1 2,21 17 1 6,12
Gryllacrididae 19 2 13,97 92 2 33,09
Blattidae 73 4 53,68 52 5 18,71
Gryllidae 20 6 14,71 101 1 36,33
Mantidae 6 2 4,41 1 1 0,36
Gryllotalpidae 1 1 0,74 0 0 0
Tettigoniidae 1 1 0,74 0 0 0
Phasmidae 0 0 0 7 2 2,52
Keterangan: GK = Gunung Kendeng; GB = Gunung Botol; KR = Kelimpahan Relatif
108
Nety Virgo Erawati dan Sih Kahono: Keanekaragaman dan Kelimpahan Belalang
Tabel 5. Jumlah individu (N) dan kelimpahan relatif (KR) jenis* Orthoptera di
GK dan GB, TNGH-S
GK GB Total
Famili Jumlah Jumlah Jumlah
Jenis individu KR (%) individu KR (%) individu KR (%)
(N) (N) (N)
Acrididae
Phlaeoba sp. 11 8,09 2 0,72 13 3,14
Erucius sp. 1 0,74 1 0,36 2 0,48
Trilophidia sp. 1 0,74 5 1,80 6 1,45
Tetrigidae
Captotetrix
3 2,21 17 6,12 20 4,83
interuptus
Gryllacrididae
Rhaphidophora sp. 1 16 11,76 87 31,29 103 24,88
Rhaphidophora sp. 2 3 2,21 5 1,80 8 1,93
Blattidae
Rhicnoda rugosa 8 5,88 0 0 8 1,93
Blatta orientalis 28 20,59 11 3,96 39 9,42
Graptoblatta sp. 1 22 16,18 9 3,24 31 7,49
Graptoblatta sp. 2 0 0 1 0,36 1 0,24
Pycnocelus sp. 15 11,03 20 7,19 35 8,45
Epilampra sp. 0 0 11 3,96 11 2,66
Gryllidae 0 0 0 0 0 0
Trydactilus sp. 1 0,74 0 0 1 0,24
Itara microcephala 10 7,335 0 0 10 2,42
Nemobius sp. 5 3,68 101 36,33 106 25,60
Muctibulus sp. 2 1,47 0 0 2 0,48
Cyclopaglum sp. 1 0,74 0 0 1 0,24
Gymnogryllus
1 0,74 0 0 1 0,24
elegans
Mantidae
Gonypeta punctata 5 3,68 0 0 5 1,21
Ceratocrania macra 1 0,74 0 0 1 0,24
Hierodula vitrea 0 0 1 0,36 1 0,24
Gryllotalpidae
Gryllotalpa africana 1 0,74 0 0 1 0,24
Tettigoniidae
Paragraecia sp. 1 0,74 0 0 1 0,24
Phasmidae
Phasmidae sp. 1 0 0 1 0,36 1 0,24
Phasmidae sp. 2 0 0 6 2,15 6 1,69
Keterangan:
* = Penamaan jenis secara morfospecies
GK = Gunung Kendeng
GB = Gunung Botol
KR = Kelimpahan Relatif
109
J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 100-115
110
Nety Virgo Erawati dan Sih Kahono: Keanekaragaman dan Kelimpahan Belalang
(41%) yang terdiri dari famili Acridi- (Mantidae). Orthoptera yang berperan
dae, Tetrigidae, Tettigoniidae, Gryl- sebagai herbivora mendominasi di
lotalpidae, dan Gryllidae, yang diikuti TNGH-S (Gambar 1). yang dilakukan
berturut-turut oleh kelompok omnivora oleh Rizali et al. (2002) yang
30% (Blattidae), scavenger 27% mengemukakan bahwa serangga yang
(Gryllacrididae), dan predator 2% ditemukan di lahan persawahan tepian
60
48
40
%
20
0 16 17,6
9,2 8 8
4, 1, 4
50
40
32,1
% 28
30
20 22,2
20
12,6
8
10 4
0,2
0
Herbivora Omnivora Scavenger Predator
Gambar 1. Persentase dari total jumlah jenis (biru) dan kelimpahan individu
(merah) Orthoptera yang dijumpai dalam penelitian berdasarkan
peranannya di GK (kiri) dan GB (kanan)
111
J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 100-115
hutan dalam wilayah TNGH-S dido- Gunung Kendeng (136 individu). Jenis
minasi oleh serangga herbivora. Se- yang melimpah di Gunung Kendeng
rangga herbivora merupakan pemakan adalah Blatta orientalis, Rhaphido-
tumbuhan dan dapat menempati ham- phora sp 1, Pycnocelus sp., Phlaeoba
pir semua tipe habitat, baik pada sp., dan Itara microchepala, sebalik-
kanopi atau tajuk pohon dan belukar. nya di Gunung Botol adalah Nemobius
Orthoptera omnivora sebagai pemakan sp., Rhaphidophora sp 1, dan Pycno-
segala jenis makanan, biasanya lebih celus sp. Jenis-jenis yang termasuk
dikenal sebagai perombak yang me- famili Phasmidae tidak ditemukan di
nempati hampir semua tipe habitat Gunung Kendeng, sebaliknya yang
hutan seperti serasah dan material termasuk Gryllotalpidae dan Tetti-
organik tumbuhan. Orthoptera sca- gonidae tidak ditemukan di Gunung
venger merupakan pemakan bangkai, Botol. Sepuluh jenis (Rhicnoda
biasanya hidup pada permukaan tanah rugosa, Trydactilus sp., Itara micro-
dan serasah (Meyer 2001). cephala, Muctibulus sp., Cyclopaglum
Kecuali scavenger, persentase jenis sp., Gymnogryllus elegans, Gonypeta
Orthoptera yang bersifat herbivora, punctata, Ceratocrania macra, Gryllo-
omnivora, dan predator di GK lebih talpa africana, and Paragraecia sp.)
tinggi daripada yang terdapat di GB. hanya ditemukan di Gunung Kendeng.
Hal demikian juga terjadi pada Lima jenis (Graptoblatta sp. 2,
kelimpahan individu omnivora dan Epilampra sp., Hierodula vitrea, Phas-
predator. Sebaliknya, kelimpahan indi- midae sp. 1, and Phasmidae sp. 2)
vidu herbivora, scavenger di GB lebih hanya ditemukan di Gunung Botol.
tinggi daripada di GK (Gambar 1). Kelompok belalang dan kerabatnya
Walaupun tidak begitu jelas alasannya yang dominan di Gunung Kendeng dan
namun kondisi ini menunjukkan bahwa Botol adalah jenis-jenis yang berperan
lingkungan di GK lebih baik daripada sebagai herbivora daripada omnivora,
GB (Simbolon & Mirmanto 1997). scavenger, dan predator.
112
Nety Virgo Erawati dan Sih Kahono: Keanekaragaman dan Kelimpahan Belalang
113
J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 100-115
114
Nety Virgo Erawati dan Sih Kahono: Keanekaragaman dan Kelimpahan Belalang
115
Journal Of Marine Research.
Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman 16-22
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Dipenogoro
Kampus Tembalang, Semarang 50275 Telp/Fax. 024-7474698
email:hiibatulwafi@gmail.com
Abstrak
Zooplankton adalah salah satu komponen dalam rantai makanan yang diukur dalam
kaitannya dengan nilai produktivitas suatu ekosistem. Hal ini dikarenakan zooplankton
merupakan rantai penghubung utama diantara plankton dan nekton. Perairan Teluk Awur
merupakan perairan dangkal dengan kedalaman kurang dari 10 meter. Perairan ini juga
mengalami tekanan dari berbagai aktivitas manusia. Penelitian ini dilakukan di perairan Teluk Awur,
Kecamatan Tahunan, Jepara. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus dengan sifat eksploratif
dengan pengumpulan data menggunakan metode Sample Survey Method. Stasiun yang ditetapkan
sebagai lokasi penelitian yaitu Stasiun 1 merupakan ekosistem lamun alami, sedangkan untuk Stasiun 2,
3, dan 4 merupakan ekosistem lamun buatan. Pengambilan sampel dilakukan setiap 2 minggu sekali
sebanyak 4 kali sampling masing-masing 3 kali pengulangan menggunakan planktonnet dengan ukuran
mata jaring 45 µm. Pengambilan sampel dilakukan secara horizontal pada pagi hari dimulai pada bulan
Juli 2012 hingga bulan September 2012. Hasil penelitian diperoleh 37 genus pada ekosistem lamun
alami, sedangkan pada ketiga ekosistem lamun buatan total diperoleh 51 genus. Kelimpahan zooplankton
pada ekosistem lamun alami memiliki nilai 3845,482 ind/l sedangkan pada ekosistem lamun buatan rata-
rata 3146,303 ind/l. Indeks Keanekaragaman zooplankton menunjukkan kanekaragaman yang sedang,
diperoleh rata-rata 2,08 pada ekosistem lamun alami dan diperoleh rata-rata 2,15 pada ekosistem lamun
buatan. Indeks Keseragaman diperoleh hasil rata-rata 0,48 pada ekosistem lamun alami, sementara
pada ekosistem lamun buatan diperoleh hasil rata-rata 0,50 menunjukkan bahwa tingkat keseragaman
sedang. Indeks Dominansi pada ekosistem lamun alami memiliki nilai rata-rata 0,51 menunjukkan bahwa
tingkat dominasi sedang dan ekosistem lamun buatan memiliki nilai rata-rata 0,49 menunjukkan bahwa
tingkat dominasi rendah.
Kata kunci : Zooplankton; Struktur Komunitas; Ekosistem Lamun Alami dan Buatan
Abstract
Zooplankton are one component in the food chain as measured in relation to the productivity
value of an ecosystem. This is because the zooplankton is a major connecting link between plankton and
nekton. Teluk Awur Waters are shallow waters with depths less than 10 meters. These waters are also
under pressure from various human activities. The aim of this research were to find out the community
structure of Zooplankton on native and artificial seagrass ecosystems in Teluk Awur waters, Jepara. The
method of this research was a case study method with the exploratory nature of data collection used
Sample Survey Method. The location was set as a research Station was the Station 1, as the native
seagrass, and Station 2, 3, and 4 as the artificial seagrass. Sampling was conducted every 2 weeks for 4
times of sampling of each 3 times making use planktonnet with mesh size 45 µm. Sampling was carried
out horizontally in the morning on July 2012 to September 2012. The results obtained 37 genera on
native seagrass, while on the third of artificial seagrass was obtained 51 genera. Abundance obtained on
the native seagrass was an average of 3845,482 specs/L and on the artificial seagrass was an average of
3146,303 specs/L. Diversity of zooplankton showed the medium diversity, an average of 2,08 obtained
on the native seagrass and an average of 2,15 obtained on the artificial seagrass. Homogenity obtained
average of 0,48 on the native seagrass and 0,50 on the artificial seagrass which is showed that the level
of homogeneity is in medium range. The index of domination on the native seagrass was obtained an
average 0,51 which is showed that the level of dominance is in medium range and on the artificial was
obtained an average 0,49 which is showed that the level of dominance is in low range.
e = H' / H maks
e = indeks keseragaman
H’ = indeks keanekaragaman
H maks = ln s (s=jumlah spesies yang
ditemukan)
Kisaran untuk indeks kesergaman menurut
Krebs (1985) adalah: Gambar 1. Kelimpahan Zooplankton (ind/l)
e > 0,6 = Keseragaman jenis tinggi Pada Ekosistem Lamun alami
0,4 < e < 0,6 = Keseragaman jenis sedang dan Berbagai Lamun Buatan di
Perairan Teluk Awur, Jepara
e < 0,4 = Keseragaman jenis rendah
Berdasarkan Stasiun.
19
Journal Of Marine Research.
Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman 16-22
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr
21
Journal Of Marine Research.
Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman 16-22
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr
22