Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN HASIL STUDI LAPANGAN

PENERAPAN TEORI DAN MODEL PEMBELAJARAN IPA

OLEH :
IRNA MULYANI
I2E222001

TUGAS MATA KULIAH


BELAJAR DAN PEMBELAJARAN IPA
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA
UNIVERSITAS MATARAM
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan studi lapangan yang berjudul “Penerapan teori dan model
pembelajaran” ini tepat pada waktunya. Laporan studi lapangan ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah belajar dan pembelajaran IPA.
Dalam penulisan laporan studi lapangan ini penulis banyak mendapat kanbimbingan maupun
bantuan, baik berupa informasi maupun bimbingan moril. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasihyang sebesar-besarnya kepada:
1. Dosen pengampu mata kuliah atas segala bimbingan, saran-saran dan bantuan dalam
penyusunan laporan studi lapangan ini.
2. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan laporan kasus ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan studi lapangan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan
dalam rangka penyempurnaannya. Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan studi
lapangan ini dapat bermanfaat di bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Mataram, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Studi Lapangan ................................................................................ 1
B. Tujuan........................................................................................................................ 2
C. Manfaat...................................................................................................................... 2
D. Lingkup Studi Lapangan ........................................................................................... 2
II. KAJIAN TEORI ............................................................................................................ 3
A. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran ...................................................................... 3
B. Model-Model Pembelajaran IPA .............................................................................. 10
III. FOKUS STUDI .............................................................................................................. 13
A. Penerapan Teori Belajar dan Pembelajaran IPA di Sekolah Menengah ................... 13
B. Permasalahan Pembelajaran IPA di Sekolah Menengah .......................................... 14
IV. METODE PENGUMPULAN DATA .......................................................................... 14
A. Lokasi Studi Lapangan .............................................................................................. 15
B. Observasi ................................................................................................................... 15
C. Wawancara ................................................................................................................ 15
D. Analisis Dokumen ..................................................................................................... 15
V. ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH............................................................ 16
A. Data Hasil Studi Lapangan ........................................................................................ 16
B. Analisis Data ............................................................................................................. 16
C. Pemecahan Masalah Pembelajaran IPA di Sekolah Menengah ................................ 17
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 20
A. Kesimpulan................................................................................................................ 20
B. Saran .......................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Studi Lapangan


Belajar merupakan aktivitas menuju kehidupan yang lebih baik secara sistematis. Proses
belajar terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap informasi, transformasi dan evaluasi. Yang
dimaksud dengan tahap informasi adalah proses penjelasan, penguraian atau pengarahan
mengenai struktur pengetahuan, keterampilan dan sikap. Tahap transformasi adalah proses
peralihan atau pemindahan struktur tadi ke dalam diri peserta didik. Proses transformasi
dilakukan melalui informasi (Wahab, 2011). Dalam mencapai tujuan pembelajaran
diperlukan teori dan model pembelajaran.
Teori belajar dapat dipahami sebagai kumpulan prinsip umum yang saling berhubungan
dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan
peristiwa belajar. Dalam proses pembelajaran, teori belajar menolong para guru untuk
menganalisis dan mengevaluasi keseluruhan dari aktivitas belajar dari pelajar. Teori belajar
dapat menolong para guru untuk melihat gejala dan model penerapan pemebelajaran dalam
teori belajar apa yang cocok untuk digunakan dalam setiap tahapan dalam materi yang
diberikan oleh guru terhadap siswa (Mokalu et al., 2022).
Model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip
atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan berbagai
prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan
prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-
teori yang lain yang mendukung. Joyce & Weil mempelajari model-model berdasarkan teori
belajar yang dikelompokan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan
Pola Umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan
(Khoerunnisa & Aqwal, 2020). Teori dan model pembelajaran perlu dikaji dalam proses
penerapannya di sekolah, hal ini ditujukan untuk menganalisis permasalahan yang muncul
dan mencari solusi terbaik supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai terutama dalam
pembelajaran IPA.

1
1.2 Tujuan
Tujuan studi lapangan yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran di SMAN 5 Mataram.
2. Untuk mengetahui teori belajar dan pembelajaran IPA yang diterapkan di SMAN 5
Mataram.
3. Untuk mengetahui permasalahan Pembelajaran IPA di SMAN 5 Mataram.
1.3 Manfaat
Studi lapangan ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut:
1. Peneliti mendapatkan pengalaman tentang proses belajar mengajar sebagai bekal
meningkatkan kualitas diri menjadi calon guru.
2. Sekolah diharapkan mampu meningkatkan serta menaikkan mutu dengan adanya
pelaksanaan studi kasus.
3. Guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai agar pelaksanaan pembelajaran
menjadi lebih baik.
4. Peserta didik diharapkan mampu mengikuti pembelajaran sesuai yang diarahkan guru.
1.4 Lingkup Studi Lapangan
Adapun lingkup studi pada laporan kegiatan studi lapangan ini yaitu mengobservasi
pembelajaran IPA di SMAN 5 Mataram terkait dengan penerapan teori belajar dan
pembelajaran IPA di SMAN 5 Mataram serta permasalahan Pembelajaran IPA di SMAN 5
Mataram.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran


2.1.1 Teori Belajar Behavioristik
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage, Gagne dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori ini lalu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik.Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar.Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku
tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila
dikenai hukuman.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas yang menuntut pebelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan,
kuis, atau tes.Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang
terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke
keseluruhan.Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga
aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/ buku wajib dengan
penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib
tersebut.Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.Evaluasi
menekankan pada respon pasif, keterampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang
benar. Maksudnya bila siswa menjawab secara ―benar‖ sesuai dengan keinginan
guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.
Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran,
dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran.Teori ini menekankan
evaluasi pada kemampuan siswa secara individual (Degeng, 2006).

3
Prinsip-Prinsip dalam Teori Behavioristik:
a. Obyek psikologi adalah tingkah laku.
b. Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek.
c. Mementingkan pembentukan kebiasaan.
d. Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri.
e. Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik harus dihindari.
Tokoh-Tokoh Aliran Behaviorisme:
1. Edward Lee Thorndike
Menurut Edward Lee Thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara
stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan
belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat
indera. Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, juga
dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan.teori ini sering disebut teori
koneksionisme.
2. John Watson
John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika Serikat.
Karyanya yang paling dikenal adalah ―Psychology as the Behaviourist view it‖
(1913). Menurut Watson dalam beberapa karyanya, psikologi haruslah menjadi ilmu
yang obyektif, oleh karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya
diteliti melalui metode introspeksi. Watson juga berpendapat bahwa psikologi harus
dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam.Oleh karena itu,
psikologi harus dibatasi dengan ketat pada penyelidikan-penyelidikan tentang
tingkahlaku yang nyata saja.Meskipun banyak kritik terhadap pendapat Watson,
namun harus diakui bahwa peran Watson tetap dianggap penting, karena melalui dia
berkembang metode-metode obyektif dalam psikologi. Kajian tentang belajar
disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti Fisika atau Biologi yang berorientasi pada
pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur. Belajar
merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon, namun keduanya harus dapat
diamati dan diukur.
3. Edwin Guthrie

4
Guthrie lahir pada 1986 dan meninggal pada 1959. Dia adalah professor psikologi
di university of Washington dari 1914 dan pensiun pada 1956.Karya dasarnya adalah
The Psychology of Learning, yang dipublikasikan pada 1935 dan direvisi pada
1952.Gaya Tulisanya mudah diikuti, penuh humor, dan banyak menggunakan banyak
kisah untuk menunjukkan contoh ide-idenya. Tidak ada istilah teknis atau persamaan
matematika, dan dia sangat yakin bahwa teorinya atau teori ilmiah apa saja harus
dikemukakan dengan cara yang dapat dipahami oleh mahasiswa baru. Dia sangat
menekankan pada aplikasi praktis dari gagasanya dan dalam hal ini mirip dengan
Thorndike dan Skinner.Dia sebenarnya bukan eksperimentalis meskipun jelas dia
punya pandangan dan orientasi dan eksperimental.Bersama dengan Horton, dia hanya
melakukan satu percobaan yang terkait dengan teori belajarnya, dan kita aakan
mendiskusikan percobaan ini.Tetapi dia jelas seorang Behavioris. Dia bahkan
menggangap teoritisi seperti Thorndine, Skinner,Hull,Pavlov dan Watson masih
sangat subyektif dan dengan menerapkan hukum Parsimoni secara hati- hati akan
dimungkinkan untuk menjelaskan semua fenomena belajar dengan menggunakan satu
prinsip. Seperti yang akan kita diskusikan di bawah satu prinsip ini adalah: Hukum
asosiasi aristoteles karena alasan inilah kami menepatkan teori behavioristik Guthrie
dalam paradigma asosiasionistik. Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum
kontiguiti. Kontiguiti merupakan gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu
gerakan. Hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku
seseorang.
2.1.2 Teori Belajar Kognitivistik
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes
terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini
memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran
melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan
antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini
menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan
Gagne.Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang

5
berbeda.Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki
pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau
penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik
memperoleh informasi dari lingkungan.
Karakteristik teori belajar kognitif:
a. Belajar adalah proses mental bukan behavioral.
b. Siswa aktif sebagai penyalur.
c. Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif.
d. Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus.
e. Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan.
f. Guru memfasilitasi terjadinya proses insight. Beberapa tokoh dalam aliran
kognitivisme:
1. Teori Gestalt dari Wertheimer
Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia melakukan
eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang
berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu.Di
dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua
gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang
kemudiangaris yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus.Kesan yang
muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang.Gerakan ini
merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak
melainkan dimunculkan secara bergantian.Pada tahun 1923, Wertheimer
mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang berjudul ―Investigation
of Gestalt Theory‖. Hukum-hukum itu antara lain: Hukum Kedekatan (Law of
Proximity), Hukum Ketertutupan (Law of Closure), dan Hukum Kesamaan (Law of
Equivalence).
2. Teori Schemata Piaget
Dalam bidang ilmu psikologi dikenal suatu teori mengenai struktur
kognitif.Menurut Piaget pikiran manusia mempunyi struktur yang disebut dengan
skema atau skemata (jamak) yang sering disebut dengan struktur kognitif.Dengan
menggunakan skemata itu seseorang mengadaptasi dan mengkoordinasi lingkungan

6
sehingga terbentuk schemata yang baru. Pengertian skema menurut istilah psikologi
(Chaplin, 1981) ialah: 1) Skema suatu peta kognitif yang terdiri atas sejumlah ide yang
tersusun rapi; 2) Skema sebagai kerangka referensi untuk merekam berbagai peristiwa
atau data; 3) Skema sebagai suatu model; 4) Skema sebagai suatu kerangka referensi
yang terdiri atas respons-respons yang pernah diberikan, kemudian yang menjadi
standar bagi respons-respons berikutnya. Dengan kata lain, apabila suatu informasi
(pengetahuan) baru dikenalkan pada seseorang dan pengetahuan itu cocok dengan
skema yang telah dimilikinya maka pengetahuan itu akan diadaptasi melalui proses
asimilasi dan terbentuklah pengetahuan baru. Sedangkan apabila pengetahuan baru
yang dikenalkan itu tidak cocok dengan struktur kognitif yang sudah ada maka akan
terjadi equilibrium, sehingga pengetahuan baru itu dapat diakomodasi dan selanjutnya
diasimilasikan menjadi skemata baru. Menurut Piaget dalam buku Life Span
Development (2002;158) skemata adalah struktur kognitif yang membantu seseorang
dalam mengorganisasi dan memahami pengalaman mereka. Skema berkembang
menurut usia.
3. Teori Belajar Sosial Bandura
Bandura berpendapat manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya
sendiri; sehingga mereka bukan semata-mata bidak yang menjadi obyek: pengaruh
lingkungan. Sifat kausal bukan dimiliki sendirian oleh lingkungan, karena orang dan
lingkungan saling mempengaruhi.Bandura mempercayai bahwa model akan
mempunyai pengaruh yang paling efektif apabila mereka dianggap atau dilihat sebagai
orang yang mempunyai kehormatan, kemampuan, status tinggi, dan juga kekuatan,
sehingga dalam banyak hal seorang guru bisa menjadi model yang paling berpengaruh.
4. Pengolahan Informasi Norman
Norman melihat bahwa materi baru akan dipelajari dengan menghubungkannya
dengan sesuatu yang sudah diketahuinya, yang dalam teorinya di sebut learning by
analogy. Pengajaran yang efektif memerlukan guru yang mengetahui struktur kognitif
siswa.

2.1.3 Teori Belajar Kontruktivistik

7
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat
diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekonyong-konyong.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta- fakta, konsep, atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Teori konstruktivisme membuat siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan
masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena
mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih
pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selain itu siswa terlibat
secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Menurut
asalnya, teori konstruktivime bukanlah teori pendidikan. Teori ini berasal dari disiplin
filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini membahas mengenai
bagaimana proses terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut teori ini pembentukan
pengetahuan terjadi sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas yang
dihadapinya.Dalam perkembangan kemudian, teori ini mendapat pengaruh dari
disiplin psikologi terutama psikologi kognitif Piaget yang berhubungan dengan
mekanisme psikologis yang mendorong terbentuknya pengetahuan. Menurut kaum
konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa mengkostruksi pengetahuan.
Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut:
a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka
lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh pengertian
yang telah ia punyai.
b. Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus
seumur hidup.
c. Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi pada
pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian yang baru.
Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri. Suatu

8
perkembangan yang menuntun penemuan dan pengaturan kembali pemikiran
seseorang.
d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam
keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium merupakan
situasi yang baik untuk belajar.
e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan
lingkungan siswa.
f. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan
sesuatu, bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta. Dalam konteks
yang demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik
pengertian dan selalu terjadi pembaharuan terhadap pengertian yang tidak lengkap.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah inferensi bahwa menurut
teori konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan cara
mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas baik
realitas pribadi, alam, maupun realitas sosial. Proses konstruksi pengetahuan
berlangsung secara pribadi maupun sosial. Proses ini adalah proses yang aktif dan
dinamis. Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan
kognitif dan lingkungan sangat berpengaruh dalam proses konstruksi
makna.Argumentasi para konstruktivis memperlihatkan bahwa sebenarnya teori
belajar konstrukvisme telah banyak mendapat pengaruh dari psikologi kognitif,
sehingga dalam batas tertentu aliran ini dapat disebut juga neokognitif.
Walaupun mendapat pengaruh psikologi kognitif, namun harus diakui bahwa
stressing point teori ini bukan terletak pada berberapa konsep psikologi kognitif yang
diadopsinya (pengalaman, asimilasi, dan internalisasi).melainkan pada konstuksi
pengetahuan.Konstruksi pengetahuan yang dimaksudkan dalam pandangan
konstruktivisme yaitu pemaknaan realitas yang dilakukan setiap orang ketika
berinteraksi dengan lingkungan.Dalam konteks demikian, konstruksi atau pemaknaan
terhadap realitas adalah berlajar itu sendiri. Dengan asumsi seperti ini, sebetulnya
substansi konstrukvisme terletak pada pengakuan akan hekekat manusia sebagai
homo creator yang dapat mengkonstruksi realitasnya sendiri.

9
Adapun prinsip-prinsip teori belajar konstruktivistik adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan
keaktifan murid sendiri untuk menalar.
c. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan
konsep ilmiah.
d. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi
berjalan lancar.
e. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
f. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
g. Mencari dan menilai pendapat siswa.
h. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
2.1.4 Teori Belajar Humanistik
Teori belajar humanistik merupakan salah satu teori belajar yang paling abstrak
diantara teori belajar yang ada, karena teori ini lebih banyak membicarakan gagasan
tentang belajar yang paling ideal dari pada memperhatikan apa yang bisa dilakukan
dalam keseharian. Teori belajar humanistik memiliki tujuan untuk memanusiakan
manusia. Belajar dalam teori humanistik dikatakan berhasil jika peserta didik bisa
memahami lingkungan dan dirinya sendiri (mencapai aktualisasi diri). Berbeda
dengan teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif, yang terpenting dari teori
belajar humanistik adalah menekankan pada kehidupan kejiwaan manusia, di
dalamnya terdapat potensi-potensi manusia yang khas dan istimewa yang perlu
diselami atau diberdayakan. Teori humanistik lebih mengedepankan sisi humanis
manusia dan tidak menuntut jangka waktu pembelajar mencapai pemahaman yang
diinginkan, akan tetapi lebih menekankan pada isi atau materi yang harus dipelajari.
2.2 Model-Model Pembelajaran IPA
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan
dengan strategi pembelajaran.
2.2.1 Kooperatif (Cooperative Learning)

10
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluq social yang
penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab
bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar
berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)
pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah miniature dari hidup
bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masingmasing. Jadi
model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok
untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan,
atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif),
tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender,
karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa
laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-
strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok,
dan pelaporan
2.2.3 Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau
tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan
siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan,
motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi
kondusif–nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas
siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan
pengembangan kemampuan sosialisasi. Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual
sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian,
motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh),
questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan,
evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam
belajar kelompok atau individual, minds- on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry
(identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism
(membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis),
reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama

11
proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa,
penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan
berbagai cara).
2.2.3 Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran para ahli pembelajaran
menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktifistik dalam kegiatan
belajar mengajar. Dengan adanya perubahan paradigma belajar tersebut terjadi perubahan
fokus pembelajaran dari berpusat pada guru kepada belajar berpusat pada siswa.
Pembelajaran dengan lebih memberikan nuansa yang harmonis antara guru dan siswa
dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berperan aktif dan
mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya. Pembelajaran yang berpusat pada
siswa mempunyai tujuan agar siswa memiliki motivasi tinggi dan kemampuan belajar
mandiri serta bertanggungjawab untuk selalu memperkaya dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Ada beberapa pembelajaran yang berpusat pada
siswa yaitu salah satunya dalah pembelajaran berbasis masalah.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu metode dalam pembelajaran
yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru. Dalam usaha memecahkan masalah tersebut
mahasiswa akan mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan atas
masalah tersebut. Punaji Setyosari (2006) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis
masalah adalah suatu metode atau cara pembelajaran yan ditandai oleh adanya masalah
nyata, a real-world problems sebagai konteks bagi mahasiswa untuk belajar kritis dan
ketrampilan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan.

12
BAB III
FOKUS STUDI

3.1 Penerapan Teori Belajar dan Pembelajaran IPA di SMAN 5 Mataram


Pendidikan yang berkualitas akan terwujud jika didukung oleh pembelajaran
yang berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas dapat dicapai melalui penggunaan teori
belajar danpembelajaran. Salah satu teori belajar dan pembelajaran yakni teori belajar
humanistik. Pembelajaran humanistik merupakan salah satu pembelajaran yang dapat
mengembangkan sikap saling menghargai dan mengembangkan potensi yang ada
pada diri peserta didik. Konsep belajar teori humanistik tidak hanya memberikan
pengetahuan kepada peserta didik, tetapi mengajak untuk menghayati, menyelami,
dan memahami berbagai bentuk potensi yang ada pada peserta didik (Anam, 2014).
Dalam mengimplementasikan teori belajar humanistik pada pembelajaran di
SMAN 5 Mataram, guru sebagai tenaga pendidik merupakan salah satu faktor penentu
dalam mencapai kompetensi belajar. Penerapan teori ini sangat terlihat pada kegiatan
diskusi yang dilakukan oleh peserta didik. Guru mengarahkan peserta didik untuk
bersiskusi dalam kelompok kecil untuk melatih sikap saling menghargai pendapat antar
teman dan sikap bekerjasama. Guru juga selalu memberikan apresiasi kepada peserta
didik ketika mengemukakan pendapat.
Teori belajar dan pembelajaran lain yang dikenal yakni teori belajar
konstruktivisme. Menurut pandangan ahli konstruktivisme siswa belajar dengan cara
mengkonstruksi pengetahuan atau pemahaman yang baru tentang fenomena – fenomena
dari pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Pendekatan konstruktivisme menekankan
bahwa pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan hasil konstruksi siswa sendiri.
Dengan demikian pengetahuan bukanlah tentang hal-hal yang terlepas dari pengamatan,
tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksi dari pengalamannya sendiri (Paulin
Pannen. 2001)
Implementasi teori belajar kontruktivisme dalam pembelajaran biologi di SMAN
5 Mataram terlihat pada proses pengamatan, percobaan dan diskusi tentang gejala alam.
Peran guru yakni membantu siswa dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk
menemukan sendiri atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar

13
sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. pengetahuan dibangun oleh
siswa sendiri baik secara personal maupun sosial, pengetahuan tersebut diperoleh melalui
aktivitas siswa untuk bernalar. Siswa berinteraksi dengan lingkungan menggunakan
inderanya. Dengan melakukan penginderaan diharapkan siswa mampu mengkonstruksi
gambaran obyek atau fenomena alam.
Teori belajar lain yakni teori belajar behaviorisme. Dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam teori belajar Behaviorisme yang berpedoman pada perubahan tingkah
laku setelah melakukan pembelajaran dapat diterapkan dengan menggunakan stimus-
stimulus yang dapat membangkitkan semangat siswa dalam belajar dan mampu
merangsang siswa untuk merubah perilakunya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Implementasinya pada pembelajaran di SMAN 5 Mataram yakni guru
menampilkan gambar atau menceritakan pengalaman yang dialami oleh guru yang dapat
merangsang peserta didik untuk mengubah tingkah lakunya.
3.2 Permasalahan Pembelajaran IPA di SMAN 5 Mataram
IPA sebagai salah satu mata pelajaran dalam kegiatan pembelajaran tentunya
tidak jauh berbeda dengan pembelajaran lain. Terdapat beberapa kendala atau
permasalahan yang ditemui dalam kegiatan pembelajaran. Hasil observasi dan
wawancara pembelajaran IPA khususnya biologi di SMAN 5 Mataram menghasilkan
beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi. Permasalahan yang timbul yakni tidak
ada atau kurangnya media pembelajaran yang digunakan. Hal ini tentunya akan
mempersulit peserta didik dalam memahami konsep IPA khususnya pada materi yang
sulit diamati oleh di lingkungan peserta didik.
Permasalahan selanjutnya yakni terkadang guru kesulitan dalam membangkitkan
motivasi belajar peserta didik. Terkadang beberapa peserta didik mengalami
permasalahan di luar lingkungan sekolah yang kemudian berakibat pada menurunnya
motivasi untuk belajar. Peran guru sangat penting untuk memahami permasalahan setiap
siswa dan meningkatkan motivasi belajarnya. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran
IPA juga tidak terlepas dari munculnya permasalahan dalam pembelajaran. Dalam
beberapa kesempatan guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menggunakan teknologi internet dan handphone untuk meningkatkan literasi dan
kemampuan menggunakan teknologi. Teknologi tersebut juga diterapkan dalam proses

14
penilaian atau ujian. Tetapi beberapa peserta didik sering menyalahgunakan kesempatan
tersebut seperti mengakses situs yang tidak berhubungan dengan pembelajaran dan
berbuat curang dengan meretas situs saat penilaian atau ujian.

BAB IV
METODE PENGUMPULAN DATA

4.1 Lokasi Studi Lapangan


Lokasi studi lapangan ini dilakukan di SMAN 5 Mataram. SMAN 5 Mataram
merupakan salah satu SMA di provinsi Nusa Tenggara Barat. Studi lapangan dilakukan
di SMAN 5 Mataram karena sekolah tersebut memiliki pilihan jurusan IPA sehingga
terdapat kegiatan pembelajaran IPA. Adapun pembelajaran IPA di SMAN 5 Mataram
terbagi menjadi mata pelajaran biologi, kimia, dan fisika.
4.2 Observasi
Observasi merupakan proses pengamatan sistematis dari aktivitas manusia dan
pengaturan fisik dimana kegiatan tersebut berlangsung secara terus menerus dari lokus
aktivitas bersifat alami untuk menghasilkan fakta (Hasanah, 2017). Obervasi pada studi
lapangan ini dilakukan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran IPA di dalam kelas.
Selama observasi observer berada di luar subyek (non partisipam). Peneliti mengamati
tanpa ikut dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik.
Observasi yang dilakukan oleh observer bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran
dan melihat permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran.
4.3 Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan dalam studi lapangan ini adalah wawancara
bebas terpimpin, dimana pertanyaan yang di berikan tidak terpaku pada pedoman
wawancara dan dapat diperdalam maupun dikembangkan sesuai dengan situasi dan
kondisi di lapangan (Gulo, W, 2003: 135). Peneliti lebih dahulu menentukan guru IPA
yang akan dijadikan sebagai informan. Informan penelitian ini adalah guru mata pelajaran
biologi.
4.4 Analisis Dokumen

Teknik analisis dokumen yaitu teknik pengambilan data dari sumber tertulis

15
oleh peneliti dalam rangka untuk memperoleh yang mendukung untuk dianalisis.
Pengumpulan data melalui teknik analis dokumen ini dilakukan dengan membaca,
mencatat, dan mengumpulkan data dari sumber data tertulis. Selanjutnya sumber tertulis
itu dilakukan pembacaan dengan seksama lalu dipilih tuturan yang relevan sebagai data
yang dianalisis. Data-data yang telah dikumpulkan lalu dicocokan sesuai dengan
rumusan masalah untuk dianalisis.

BAB V
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

5.1 Data Hasil Studi Lapangan

1. Hasil Observasi
Observasi dilakukan dalam 1 kali pembelajaran di kelas X-3 pada hari Kamis, 20
Oktober 2022 selama 3 jam pelajaran (JP) @ 45 menit. Pembelajaran diawali dengan
memberikan pertanyaan pemantik dan mengaitkan dengan materi yang akan
diajarkan. Kemudian guru menjelaskan materi dilanjutkan dengan membagi peserta
didik dalam 6 kelompok, kemudian memberikan LKPD untuk didiskusikan dalam
kelompok, kemudian peserta didik melakukan presentasi hasil diskusi, setelah itu
guru mengevaluasi hasil diskusi dan memberikan penguatan, terakhir guru menutup
kegiatan pembelajaran.

2. Hasil Wawancara
Nama guru : Dra.Utari
Mata pelajaran yang diampu : Biologi
Usia : 57 tahun
Alamat : Jl. Halmahera raya gang VI no.52
Asal : Mataram
Pertanyaan Jawaban
Kurikulum apa yang diterapkan dalam Kurikulum merdeka
pembelajaran?

16
Apakah guru menggunakan RPP dalam Iya
pembelajaran
Model pembelajaran apa yang biasa Sesuai dengan kondisi peserta
digunakan dalam pembelajaran? didik dan materi yang diajarkan,
biasanya lebih sering
menggunakan discovery learning
Apakah guru menerapkan teori belajar Iya
dalam pembelajaran?
Teori belajar apa saja yang diterapkan dalam Teori kontruktivisme
pembelajaran
Bagaimana penerapan teori belajar dalam Diterapkan sesuai dengan tujuan
kegiatan pembelajaran pembelajaran yang diinginkan
dan model pembelajaran yang
digunakan, seperti pada materi
tentang pencegahan dan
penanganan infeksi virus
diterapkan teori behavioristic,
dalam diskusi diterapkan teori
humanistic
Apakah terdapat kendala dalam Ada, pertama kurangnya media
pembelajaran IPA pembelajaran, kedua sulitnya
meningkatkan motivasi belajar

3. Analisis Dokumen
Terdapat empat buku kerja yang menjadi pegangan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, diantaranya yaitu:
a. Buku Kerja 1, terdiri dari: Silabus, KKM, SKL, RPP, dan LKPD
b. Buku Kerja 2, terdiri dari: Kode Etik Guru, Ikrar Guru, Tata Tertib Guru,
Pembiasaan Guru, Kalender Pendidikan, Analisis Hari Efektif Belajar,
Program Tahunan, Program Semester, dan Jurnal Agenda Guru

17
c. Buku Kerja 3, terdiri dari: Daftar Hadir, Daftar Nilai, Penilaian Akhlak Mulia
& Kepribadian, Analisis Hasil Ulangan/Belajar, Program & Pelaksanaan
Perbaikan & Pengayaan, Daftar Buku Pegangan, Jadwal Mengajar, Daya
Serap Siswa, Kumpulan Kisi-Kisi Soal, Kumpulan Soal Ulangan Harian,
Analisis Butir Soal, Perbaikan Soal
d. Buku Kerja 4, terdiri dari: Daftar Evaluasi Diri & Program Tindak Lanjut
Kerja Guru
5.2 Analisis Data
1. Penerapan Teori Belajar dan Pembelajaran IPA di SMAN 5 Mataram
Teori Belajar dan Pembelajaran IPA yang diterapkan di SMAN 5 Mataram
berdasakan hasil observasi, wawancara dan analisis dokumen ialah teori belajar
kontruktivistik. Teori konstruktivistik adalah teori yang melibatkan peran dan aktivitas
peserta didik secara langsung. Di samping itu guru berperan sebagai fasilitator untuk
membantu peserta didik agar aktif membangun pengetahuannya. Teori konstruktivistik
sangat berbeda dengan teori tradisional. Teori konstruktivisme berfokus pada peserta
didik, sedangkan teori tradisional berfokus pada pendidik.
Pada proses pembelajaran teori konstruktivistik, pendidik tidak memindahkan
secara langsung pengetahuan atau informasi kepada peserta didik begitu saja. Akan
tetapi, peserta didik perlu membangun pengetahuan yang diberikan berdasarkan
pengalamannya. Dengan begitu pengetahuan diperoleh karena usaha peserta didik.
Penerapan teori konstruktivisme dalam pembelajaran bertujuan untuk menciptakan
pemahaman yang baru dengan menuntut aktivitas aktif dan produktif dalam konteks
nyata. Hal ini tentunya akan mendorong peserta didik untuk berpikir, berpikir ulang,
dan mendemonstrasikannya.
2. Permasalahan Pembelajaran IPA di SMAN 5 Mataram
Permasalahan pembelajaran IPA di SMAN 5 Mataram berdasakan hasil
observasi, wawancara dan analisis dokumen ialah tidak tersedianya media
pembelajaran dan rendanhnya motivasi peserta didik. Selain itu tidak tersedianya
laboratorium biologi. Namun untuk laboratorium biologi sedang diusahakan oleh
pihak sekolah untuk mengadakan fasilitas tersebut.
5.3 Pemecahan Masalah Pembelajaran IPA di Sekolah Menengah

18
Berdasarkan Permasalahan yang didapatkan dari hasil observasi dan wawancara,
serta analisis dokumen menggunakan analisis data deskriptif kualitatif tentang Penerapan
Teori Belajar dan Pembelajaran IPA di SMAN 5 Mataram dan Permasalahan
Pembelajaran IPA di SMAN 5 Mataram. Teori belajar yang digunakan ialah teori belajar
kontruktvistik. Kemudian dari permasalahan yang ada maka ditawarkan sebuah solusi
dengan penggunaan media pembelajaran game visual novel.
Penggunaan media pembelajaran yang beragam pada mata pelajaran Biologi di
kelas akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cukup tinggi. Sehingga
mereka dapat memiliki rata-rata hasil belajar di atas standar minimal kelulusan. Media
pembelajaran memiliki banyak jenis seperti media audio, visual, audiovisual dan lainnya.
Penggunaan media ini diharapkan mampu membantu proses penyampaian pesan
pembelajaran kepada siswa pada pelajaran Biologi. Salah satu bentuk multimedia dapat
diwujudkan dalam game.
Visual novel merupakan game yang di dalamnya terdapat Unsur multimedia
seperti teks, gambar, suara, dan video, serta memberikan kesempatan pemain untuk
memilih berbagai macam pilihan dalam permainan. Jr. et al. (2013, p. 265)
merekomendasikan agar visual novel game digunakan sebagai konsep dari sebuah
pembelajaran, karena dapat membantu siswa menikmati pembelajaran yang terdapat di
dalamnya. Visual Novel sebenarnya berupa novel bercampur media, dari yang dulunya
media cetak berupa buku cerita novel menjadi permainan video cerita interaktif. Di
visualisasi dengan gambar berupa tokoh dari novel tersebut, gambar kejadian-kejadian
yang patut divisualkan, Game ini cocok diterapkan pada mata pelajaran IPA lebih
tepatnya Biologi kelas X SMAN 5 Mataram dan gambar pemandangan dengan
background dimana karakter-karakter itu sedang berada.

19
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasakan hasil studi lapangan yang dilaksanakan di SMAN 5 Mataram maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Teori Belajar dan Pembelajaran IPA yang diterapkan di SMAN 5 Mataram
berdasakan hasil observasi, wawancara dan analisis dokumen ialah teori belajar
kontruktivistik.
2. Permasalahan pembelajaran IPA di SMAN 5 Mataram ialah tidak tersedianya
laboratorium biologi, kurangnya media pembelajaran dan rendahnya motivasi belajar
peserta didik
3. Solusi yang dapat ditawarkan dari permasalahan yang ada yakni penggunaan media
pembelajaran game visual novel pada kegiatan pembelajaran
6.2 Saran
Diharapkan hasil studi lapangan ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
penyelesaian masalah yang dihadapi di sekolah khususnya SMAN 5 Mataram.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anam, N. (2014). Konsep Belajar dan Pembelajaran Humanistik Perspektif


Paolo Freire dan Kh. Abdul Wahid Hasyim. Jurnal Al-Fitrah, 9(1).
Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperatif Learning Analitis Model Pembelajaran IPS,
Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007
Hasanah, H. (2017). Teknik-teknik observasi (sebuah alternatif metode pengumpulan
data kualitatif ilmu-ilmu sosial). At-Taqaddum, 8(1), 21-46.
Hikam, A. R., Kariada, N., & Santosa, K. (2013). Pengembangan game edukasi visual
novel berbasis pembangunan karakter pada materi pelestarian
lingkungan. Journal of Biology Education, 2(2).
Khoerunnisa, P., & Aqwal, S. M. (2020). Analisis Model-Model
Pembelajaran. Fondatia, 4(1), 1-27.
Mokalu, V. R., Panjaitan, J. K., Boiliu, N. I., & Rantung, D. A. (2022). Hubungan Teori
Belajar dengan Teknologi Pendidikan. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(1),
1475-1486.
Uno, H. B., dan Mohamad, N. (2015). Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta : PT.
Bumi Aksara.
Kurniawan, M. R., & Risnani, L. Y. (2021). Pengembangan Game Edukasi Digital Dan
Implementasi Pada Pembelajaran Biologi Materi Plantae Siswa Sma Kelas X.
Bioedukasi,Jurnal Pendidikan Biologi, 12(1), 1-16.

21

Anda mungkin juga menyukai