Dosen Pengampu : Dr. D. Setiadi, M.Sc Dr. Muntari, M.Phil
Disusun Oleh Irna Mulyani (I2E222001)
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MATARAM 2022 Judul e-LearingTheories in Practice: A Comparison of three Methods Volume/ halaman Vol: 0/ hlm 3-18 Jurnal J. of Universal Science and Technology of Learning Tahun 2006 Penulis Felix Modritscher Reviewer Irna Mulyani
Tujuan Peneletian Menerapkan strategi e-learning yang berbeda sehubungan dengan
sekolah pembelajaran behavioristik, kognitif, dan kontruktivisme. Definisi - Belajar merupakan kesempatan dalam perilaku yang dapat diamati operasional yang disebabkan oleh rangsangan eksternal dalam lingkungan (skinner 1974) dalam Modritscher (2006). - Hasil/implementasi - Course A – Pendekatan Behavioristik Tingkat prestasi siswa diukur dengan ujian online. Urutan porsi instruksional beserta jadwal diberikan oleh guru. Proses pembelajaran dinilai oleh elemen behavioristik khas seperti pertanyaan pilihan ganda, tugas atau jawaban singkat. Untuk menguji tujuan tingkat tinggi dari domain psikomotorik dan afektif, - Course B- Pendekatan Kognitif Course Bdiikuti oleh 12 siswa, dengan tugas – tugas yang memiliki unsur kognitif klasik, seperti mengulang konten pembelajaran dengan cara yang berbeda, mengerjakan bagian-bagian kursus dalam kerja kelompok, atau menyusun ulang konten. Aspek motivasi diwujudkan dengan respon cepat dari guru serta dengan sistem bonus. Selanjutnya, keterampilan meta-kognitif siswa tercermin atau bahkan ditingkatkan dengan memaksa siswa untuk bekerja dalam kelompok. Akhirnya, tugas siswa difokuskan untuk memasukkan pengalaman sendiri dalam pekerjaan mereka. Secara keseluruhan, kursus ini dibagi menjadi dua fase. Pertama, tiga kelompok yang terdiri dari empat siswa masing-masing harus mengerjakan bagian dari tujuan kursus. Pada tahap kedua, kelompok-kelompok tersebut disusun kembali menjadi empat kelompok dengan tiga anggota, sedangkan masing-masing kelompok harus mereskontruksi hasil tahap pertama menggunakan lingkungan. - Course C- Pendekaran Kontruktif Kursus C terdiri dari gagasan konstruktivisme yang memaksa masing-masing dari 12 siswa yang berpartisipasi untuk bekerja secara aktif dalam tugas-tugas dalam kelompok yang terdiri dari tiga anggota. Selanjutnya, semua jenis elemen interaktif seperti obrolan, grup diskusi, tugas, dll disediakan dalam sistem Moodle, dan siswa juga diperbolehkan untuk berkolaborasi di luar platform e-learning. Dengan demikian, siswa memegang kendali penuh atas proses pembelajaran dan mampu mengatur jadwal sendiri. Pendekatan tersebut diwujudkan dengan memberikan empat kelompok semua materi dan tugas membuat dokumen untuk memediasi tujuan pembelajaran kursus kepada rekan kerja. Pada tahap kedua, ketiga anggota dari masing-masing kelompok harus membandingkan hasil kerja kelompok lain, mengevaluasinya dengan membagikan sejumlah poin dan alasan pembagian tersebut. Lagi, kelompok dengan karya terbaik mendapat bonus. Pekerjaan tugas kelompok dinilai oleh guru berdasarkan peer review siswa. Pendekatan behavioristik dicirikan oleh tingkat pembelajaran dan pegajaran online yang tinggi serta tenggat waktu yang dapat dikenali dengan jelas, karena jelas bahwa sebagian besar siswa lebih suka menyelesaikan modul selambat mungkin. Pendekatan kognitif (termasuk penggunaan modul WIKI untuk memaksa siswa bekerja daring) tampaknya menyebabkan banyak beban kerja bagi siswa serta upaya yang lebih keras bagi guru. Sebaliknya, pendekatan konstruktivistik ditandai dengan upaya yang lebih sedikit untuk siswa dan guru. Kegiatan tampaknya didistribusikan secara merata selama seluruh periode. Secara umum, kerja kelompok dapat ditandai dengan pembagian kegiatan yang lebih baik. Selain itu, beban kerja yang tidak seimbang dapat diidentifikasi lebih baik jika siswa bekerja dalam tim. Kelemahan - Pada artikel kurang dijelaskan apa pengertian dari teori belajar, tidak dijelaskan secara rinci apa yang dimaksud dengan teori belajar, apa yang dimaksud dengan teori behavioristik, kognitif, dan kontruktivisme. - Penjelasan – penjelasan terkait teori belajar tidak terlalu di jelaskan secara rinci. Implementasi teori belajar tidak dijelaskan dalam artikel. - Konsep dasar setiap fase, bagaimana pelaksanaan setiap fase hingga mencapai keberhasilan dalam teori belajar. - Tidak di paparkan metode apa yang digunakan dalam artikel tersebut. - Lokasi peneletian dalam artikel tidak dijelaskan. Keunggulan Setiap fase pada artikel dijelaskan secara rinci, baik positif dan kelemahan setiap fase. Kesimpulan Menerapkan kursus online pada topik tertentu dengan cara yang berbeda, misalnya dengan mengikuti prinsip-prinsip dari tiga teori pembelajaran. Semua strategi e-learning ini dapat dianggap dapat direalisasikan di bidang pendidikan orang dewas. Ketiga mata kuliah tersebut bervariasi dalam beberapa aspek (seperti upaya, efektivitas, perilaku belajar mengajar, penerimaan, dan sebagainya) dalam tahap persiapan, pelaksanaan dan kesimpulan baik untuk guru maupun siswa. Pendekatan behavioristik dan konstruktivistik menunjukkan hasil yang lebih baik dalam keefektifan dalam mengajar dan memperoleh penilaian yang lebih baik dari siswa. penelitian ini menunjukkan bahwa efisiensi transfer pengetahuan terbaik yang diukur dengan pencapaian siswa dapat diperoleh melalui tugas-tugas yang harus diselesaikan sendiri oleh siswa. Perlu dicatat bahwa, meskipun fase pertama pendekatan konstruktivistik dimaksudkan sebagai tugas kelompok, sebagian besar anggota kelompok memutuskan untuk bekerja secara terpisah pada bagian-bagian tugas dan menggabungkan hasilnya setelah itu. Saran Penting untuk memilih strategi e-learning yang tepat untuk mengimplementasikan kursus online, misalnya dengan menggunakan kembali komponen didaktis yang telah ditentukan sebelumnya mengikuti teori pembelajaran yang umum diketahui. Penjelasan secara rinci dari teori belajar dan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang penting harus dicapai dengan menerapkan tugas-tugas tertentu yang harus dikuasai sendiri oleh siswa. Dari sudut pandang didaktis, semacam penilaian diperlukan untuk menegakkan pembelajaran
Judul e-Learing and Constructivism : From Theory to Application
Volume/ halaman Vol: 5/ hlm 91-109 Jurnal Interdisciplinary Journal of E-Learning and Learning Objects Tahun 2009 Penulis Koohang, Alex. Riley, Liz. and Smith, Terry Macon State College, Macon, Georgia, AS Reviewer Irna Mulyani
Definisi - e-learning merupakan penyampaian pendidikan (semua kegiatan
Operasional relevan dengan pengajaran dan pembelajaran) melalui media elektronik Koohang dan Harman (2005) dalam Koohang (2009). - Desain interuksional merupakan seni dan ilmu untuk menciptakan lingkungan dan materi instruksional yang akan membawa pembelajar dari keadaan tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas tertentu ke keadaan mampu menyelesaikan tugas- tugas tersebut. - Woolfolk (1993,hlm.485) dalam Kohang, et all., (2009) mendefinisikan bahwa teori kontruktivisme menyaatakan siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri: pikiran siswa menengahi masukan dari dunia luar untuk menentukan apa yang akan dipelajari siswa. Belajar adalah kerja mental yang aktif, bukan penerimaan pengajaran yang pasif. - Penilaian merupakan dasar sistematis untuk membuat kesimpulan tentang pemelajaran dan perkembangan siswa. Model Model belajar kontruktivisme. pembelajaran Tujuan model yang berpusat pada pembelajaran untuk merangcang tugas/kegiatan e-learing adalah mendorong pembelajar untuk secara aktif membangun pengetahuan baru. Isi / pembahasan Penerapan model yang berpusat pada pembelajaran untuk merancang tugas/kegiatan e-learning dalam lingkungan e-learning. Contoh penugasan dalam model ini sebagai berikut : Penugasan pada manajemen pengetahuan Tugas dua minggu pada topik manajemen pengetahuan (KM). Bagian satu selesai pada akhir minggu pertama dan bagian dua selesai pada akhir minggu kedua. Tugas ini mencakup kegiatan individu dan kolaboratif. - Intruksi siswa Bagian 1-Kunjungi perpustakaan universitas online dan cari contoh dunia nyata tentang bagaimana perusahaan online menggunakan manajemen pengetahuan (KM) untuk mengelola dan meningkatkan indikator kinerja utamanya seperti tampilan halaman, beban server, lalu lintas jaringan, dan transaksi per detik. Bagian2 siswa dibentuk menjadi berbagai tim yang terdiri dari 3 sampai 5 individu. Setiap tim akan membaca semua posting rekan mereka dari bagian 1. Setiap tim akan memilih tiga posting rekan mereka yang mereka setujui untuk dievaluasi dan dinilai. Tim akan menulis esai 400 – 500 kata. - Penugasan ulang Pada penugasan ulang dimulai dengan eksplorasi kemudian dilanjutkan oleh mempromosikan pembelajaran kolaboratif di antar pelajar. Penugasan Human Computer Interaction (HCI) Penugasan tersebut merupakan kegiatan jurnal HCI dan merupakan salah satu tugas HCI selama perkuliahan. Ini mengharuskan siswa untuk membuat jurnal selama enam minggu pertama dan memberikan ringkasan laporan mereka Tugas Manajemen proyek TI Tugas berbasis penelitian di bidang manajemen proyek TI. Durasinya tiga minggu dan mencakup kegiatan kolaboratif dan individu. Tugas Manajemen Kinerja Perusahaan Tugas ini adalah proyek kursus dalam kursus pascasarjana dalam manajemen informasi strategis. Proyek ini tentang manajemen kinerja perusahaan (CPM) dan bagaimana sistem informasi dapan mendukung CPM di usaha kecil dan menengah (UKM). Tugas ini berdurasi 10 minggu dan mencakup tiga bagian. Bagian satu mencakup konsep teoritis dan metodologi CPM. Bagian kedua menunjukkan dan memperkuat CPM di usaha kecil dan menengah. Bagian ketiga mencakup sistem informasi balanced scorecard (BSC) untuk mendukung proses seleksi CPM. Tugas Pemrograman Tugas ini berdurasi 3 minggu. Kelas akan dibagi menjadi beberapa tim kecil yang terdiri dari tiga sampai lima siswa. Individu di setiap tim akan mencari kalkulator hipotek sederhana di Internet dan membagikan deskripsi kalkulator di papan diskusi yang ditugaskan tim. Kemudian, secara berkelompok, tim akan membuat program Java dengan fungsi yang mirip dengan kalkulator di Internet. Contoh ini sesuai untuk siswa dalam kursus pemrograman semester pertama. Meskipun penugasan khusus ini untuk bahasa pemrograman Java, ini dapat dengan mudah diadaptasi dan/atau diubah agar sesuai dengan bahasa pemrograman apa pun. Tugas penelitian Tugas ini berdurasi 14 minggu. Kelas akan dibagi menjadi beberapa tim yang akan diminta untuk meneliti teknologi yang baru saja diperkenalkan. Tim kemudian akan menemukan perusahaan yang terdaftar di New York Stock Exchange (NYSE) yang menurut mereka teknologi ini tepat. Terakhir, mereka akan mempresentasikan informasi tentang teknologi baru dan bagaimana Perusahaan terpilih dapat menggunakan teknologi ini. Presentasi ini ditujukan untuk teman sekelas mereka yang akan berperan sebagai bankir investasi yang memutuskan apakah akan meminjamkan uang perusahaan untuk teknologi tersebut. Fakta Lapangan Hampir semua elemen konstruktivisme dalam setiap bagian model yang dikemukakan dalam makalah ini hadir dalam umpan balik siswa. Perlu dicatat bahwa siswa diminta untuk “memberikan umpan balik tentang pengalaman belajar mereka dalam kursus”. Mereka tidak diberi petunjuk atau instruksi apa pun tentang penggunaan model yang berpusat pada peserta didik untuk merancang tugas/kegiatan e-learning selama kursus. Keunggulan - Dijelaskan setiap fase dalam proses belajar dan pembelajaran - Dalam artikel dijelaskan model pembelajaran yang digunakan mencangkup tiga elemen penting yaitu dasar, kolaborasi, dan desain penilaian pembelejaran di paparkan pada artikel. - Model pembelajaran kontrutivisme di implementasikan secara pertahap, hinggapenugasan yang di berikan di sampaikan secara jelas pada artikel. - Waktu untuk menyelesaikan penugasan yang diberikan hingga maksud dari penugasan disampaikan secara jelas pada artikel. Kelemahan - Metode penelitian tidak dipaparkan pada artikel. - Tujuan dan maksud penelitian tersebut. - Tempat dilaksanakan penelitian pada artikel tidak dipaparkan. - Metode ini tidak dijelaskan secara rinci,untuk definisi operasionalnya tidak paparkan secara jelas. Kesimpulan model yang berpusat pada peserta didik untuk merancang tugas/kegiatan elearning berdasarkan teori pembelajaran konstruktivisme dalam lingkungan e-learning. Model ini mencakup tiga bagian penting: elemen desain dasar, elemen desain kolaboratif, dan elemen desain penilaian pembelajaran. Penjelasan singkat tentang desain e-learning dan e-learning disajikan setelah tinjauan literatur tentang teori pembelajaran konstruktivisme dan tempatnya di lingkungan e-learning. Contoh-contoh diberikan untuk menyajikan penerapan model. Selain itu, situasi faktual yang menggunakan model dalam kursus sarjana menggambarkan penerapan model dalam lingkungan e-learning yang sebenarnya. Situasi faktual menunjukkan keuntungan dari penggunaan model di lingkungan e-leaning. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan agar model yang disajikan dalam penelitian ini diikuti dengan hati-hati dalam merancang tugas/kegiatan e-leaning. Akibatnya, langkah-langkah harus diambil untuk lebih memperkuat model untuk perbaikan terus-menerus. Model juga harus diperiksa secara empiris untuk memvalidasi kesehatannya. Saran Penulis menjabarkan definisi operasional terkait belajar dan pembelajaran dan teori belajar
Judul Artikel MERDEKA BELAJAR; ANTARA RETORIKA DAN APLIKASI
Penulis Nofri Hendri Tahun 2020 Volume 08 Halaman 1-29 ISSN 2541-3600 Reviewer Irna Mulyani Pendahuluan Kurikulum adalah alat pendidikan yang menjadi jawaban atas kebutuhan dan tantangan masyarakat. kurikulum yang kuat merupakan upaya yang dilakukan dalam mencapai profil lulusan yang tergambar dalam visi dan misi perguruan tinggi. Kurikulum memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Metode penelitian Penulisan artikel menggunakan metode deskriptif analitik artinya dalam mendeskripsikan sekaligus memberikan analisis terhadap tema yang dibahas. Hasil dan pembahasan Kondisi pendidikan kita saat ini dapat digambarkan sebagai kelas tanpa guru. Anak-anak belajar ketika ada guru. Tapi langsung riuh ramai ketika guru meninggalkan kelas. Bukan salah anak-anak yang memang tidak dibiasakan merencanakan sendiri proses belajarnya. Belajar yang semula aktivitas alami anak dirampas menjadi agenda orang dewasa yang dipaksakan pada anak. Pendidik mendikte dimana dan kapan waktu belajar, tanpa peduli apapun yang sedang dialami anak. Pendidik mendikte tujuan dan materi yang harus dipelajari anak, meski tidak relevan dalam kehidupan anak. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menetapkan empat program pokok kebijakan pendidikan “Merdeka Belajar”.Program tersebut meliputi perubahan pada Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi.Empat program pokok kebijakan pendidikan tersebut akan menjadi arah pembelajaran ke depan yang fokus pada arahan presiden dan wakil presiden dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.Untuk penyelenggaraan USBN pada 2020 akan diterapkan dengan ujian yang diselenggarakan hanya oleh sekolah. Ujian tersebut dilakukan untuk menilai kompetensi siswa yang dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis atau bentuk penilaian lainnya yang lebih komprehensif, seperti portofolio dan penugasan (tugas kelompok, karya tulis, dan sebagainya). Melalui hal di atas, guru dan sekolah lebih merdeka dalam penilaian hasil belajar siswa. Untuk anggaran USBN sendiri dapat dialihkan untuk mengembangkan kapasitas guru dan sekolah, guna meningkatkan kualitas pembelajaran Kesimpulan Merdeka belajar adalah kebebasan mutlak yang dimiliki aleh setiap warga belajar dalam artian yang hakiki. Istilah ini berangkat dari banyak fenomena yang terjadi di negara kita, seperti fungsi dan tugas-tugas guru dan siswa yang begitu banyak sehingga mengabaikan fungsi pokoknya karena kurang fokus lagi. Banyak lagi persoalan lain, yang secara nyata kita menyaksikan dan menilai telah terjadi kolonialisme dalam pendidikan. Untuk itu, pemerintah bersama dengan stakeholder telah bersepakat untuk mencanangkan program “Merdeka Belajar”.
Judul Buku THE THEORY AND PRACTICE OF ONLINE LEARNING
Penulis Terry Anderson Tahun 2008 Isi Pertumbuhan e-learning atau pembelajaran online, di mana pendidikan disampaikan dan didukung melalui jaringan komputer, berubah perpustakaan akademik. E-pelajar dan pelajar tradisional memiliki akses ke semesta informasi digital, yang seringkali menghilangkan kebutuhan untuk mengunjungi perpustakaan fisik. Teknologi informasi dan komunikasi baru, serta model pendidikan baru, mengharuskan pustakawan untuk mengevaluasi kembali cara mereka mengembangkan, mengelola, dan menyampaikan sumber daya dan layanan. Secara historis, pustakawan telah memberikan layanan kepada pembelajar jarak jauh yang setara dengan yang tersedia untuk pelajar di kampus (Slade & Kascus, 1998); aspirasi ini didasarkan pada kerangka filosofis Pedoman Asosiasi Perpustakaan Kanada untuk Dukungan Perpustakaan Pembelajaran Jarak Jauh dan Terdistribusi di Kanada (2000) dan Asosiasi Perguruan Tinggi dan Penelitian Pedoman Perpustakaan untuk Layanan Perpustakaan Pembelajaran Jarak Jauh (2004). Pedoman Kanada dan Amerika mengakui bahwa pembelajar jarak jauh seringkali tidak memiliki akses langsung ke jangkauan penuh layanan perpustakaan dan bahan, dan bahwa ini memerlukan layanan yang adil yang lebih personal dari yang diharapkan di kampus. Literatur perpustakaan memberikan catatan yang kaya tentang model layanan dan yang terbaik praktik; dengan demikian, telah terjadi ledakan publikasi sebagai pustakawan mempertimbangkan cara untuk mendukung pembelajar dalam lingkungan jaringan (Slade, 2000). Apa yang dibutuhkan e-pelajar dari pustakawan? Saran advokasi perubahan peran pustakawan, untuk mendukung pembelajaran jarak jauh di era informasi, muncul di seluruh literatur. Pustakawan “harus menegaskan diri mereka sendiri sebagai pemain kunci dalam proses pembelajaran sehingga mengubah mereka peran dari penyedia informasi untuk pendidik "(Cooper & Dempsey, 1998); mereka telah menjadi penyedia dukungan teknis (Hulshof, 1999); dan mereka telah diubah dari "penjaga gerbang informasi" menjadi "gerbang informasi" (Haricombe, 1998). Lippincott (2002) pendukung keterlibatan pustakawan, sebagai guru dan peserta didik, dalam komunitas belajar: “Pustakawan dapat mengalihkan fokus dari menjelaskan sumber perpustakaan ke memenuhi kebutuhan informasi berkelanjutan dari siswa secara luas lingkungan informasi” (hlm. 192). Menanggapi kebutuhan untuk menyediakan perpustakaan online yang berkelanjutan dukungan, pustakawan telah bekerja menerjemahkan apa yang mereka lakukan di perpustakaan tradisional ke dalam lingkungan virtual atau digital, sambil menyesuaikan layanan dan sumber daya mereka untuk e-pelajar. Secara tradisional, perpustakaan menawarkan layanan sirkulasi, pinjaman antar perpustakaan, cadangan kursus, informasi meja, meja referensi, dan instruksi perpustakaan. Untuk melayani pembelajar yang terhubung ke perpustakaan institusi mereka terutama melalui computer jaringan, pustakawan menyediakan akses jarak jauh ke, dan pengiriman elektronik dari, sumber daya perpustakaan, dan menggunakan teknologi komunikasi untuk menyampaikan layanan referensi elektronik dan dukungan instruksional. Ketika berbicara tentang memberikan dukungan kepada e-pelajar, kami mengacu pada komunitas pelajar yang lebih luas daripada yang disarankan oleh istilah "siswa". Pembelajar perpustakaan akademik dapat mencakup mahasiswa, dosen, staf, peneliti, dan lain-lain. Perpustakaan dipandang sebagai sumber pelatihan dan panduan untuk komunitas peserta didik yang bersangkutan dengan navigasi kompleksitas menemukan dan menggunakan sumber daya dan layanan digital. Selain itu, perpindahan menuju lingkungan online telah menghasilkan pergeseran dari aliran informasi satu-ke-satu yang sistematis di masa lalu ke model baru di mana pengguna dan penyedia informasi dapat melakukannya, Dukungan Perpustakaan untuk e-Pelajar untuk berhubungan dalam banyak-ke-banyak, hubungan yang dinamis. Misalnya, di model tradisional, pustakawan menyediakan jembatan antara peserta didik dan penyedia informasi dengan memilih dan membuat katalog sumber daya dan dengan memberikan bantuan dengan sumber daya tersebut. Dalam model baru, pustakawan berfungsi sebagai fasilitator dengan menawarkan dukungan berkelanjutan yang memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi dan bertukar pengetahuan dengan orang lain, untuk berkomunikasi langsung dengan penerbit dan vendor sumber informasi, dan untuk berpartisipasi dalam upaya kolaboratif untuk membuat tersedia , praktik dan teknologi perpustakaan yang diterapkan di pengembangan dan pemeliharaan perpustakaan virtual. Kami juga mempertimbangkan tantangan dan peluang yang dibawa oleh perpustakaan virtual ke dukungan e-peserta didik, serta pentingnya memberikan dukungan dalam lingkungan kolaboratif yang menekankan faktor manusia, seperti sebagai komunikasi dan interaksi.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional