Seperti model fragmented dengan semua kelebihan dan kelemahannya, semua dapat
dimaksimalkan dengan kreatifitas dan inovasi guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
dapat memotivasi siswa dalam belajar sehingga meminimalkan semua kelemahan yang ada pada
masing-masing model terutama pada model fragmented.
2. Model Nested
KESIMPULAN
Pembelajaran terpadu adalah suatu model pembelajaran yang dalam kegiatan pembelajarannya
menggabungkan berbagai materi pelajaran dalam suatu topik tertentu, baik intra studi ataupun antar
bidang studi. Dalam suatu kegiatan pembelajaran, siswa dituntut untuk aktif dan menggali
pengetahuannya sendiri.
Model connected (keterhubugan) adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja
diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu
keterampilan dengan keterampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-
tugas yang dilakukan dihari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari dalam satu semester dengan
ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya di dalam satu mata pelajaran.
Metode connected digunakan untuk mengkaitkan beberapa bagian materi menjadi satu
kesatuan yang utuh dan saling terkait sehingga siswa mampu menyerap informasi secara utuh dan
dapat meningkatkan kreatifitas siswa untuk melahirkan pengetahuan-pengetahuan baru sesuai dengan
kemampuannya.
Dalam metode connected, fokus pembelajaran berpusat pada siswa sebagai pelaku utama
pembelajaran. Dalam hal ini, guru bersama-sama siswa merencanakan, membuat, dan melaksanakan
pembelajaran yang efektif dan berkelanjutan dengan tetap mengacu pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
Model sequenced adalah model pembelajaran terpadu yang menekankan pada urutan karena
adanya persamaan-persamaan kosep, walaupun mata pelajarannya berbeda. Adapun ciri-ciri dari
model sequenced yaitu berpusat pada anak, konsep dari berbagai bidang studi disajikan dalam suatu
proses pembelajaran, serta guru bidang studi melakukan kerjasama dengan partner untuk
mengurutkan konsep-konsep yang sama, yang akan diajarkan pada siswa. Model Sequenced ini
memiliki kelebihan baik dari sudut pandang guru maupun siswa seperti pengurutan yang disengaja
pada topik yang berhubungan antar disiplin ilmu dapat membantu siswa memahami pelajaran mereka
baik pada subjek maupun konten. Adapun kekurangan Model Sequenced yaitu diperlukan kompromi
untuk membentuk model serta guru harus mengalah pada otonomi dalam membuat urutan kurikulum
karena guru bermitra dengan yang lain.
Selain itu terdapat langkah-langkah untuk pembelajaran terpadu model sequenced
diantaranya, menganalisis isi kurikulum, Think Back (Re-design), Think Ahead (Design), serta Think
Again (Refine). Intinya dapat disimpulkan bahwa model sequenced adalah model pembelajaran
terpadu yang menekankan pada urutan karena adanya persamaan-persamaan kosep, walaupun mata
pelajarannya berbeda.
5. PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE
Think-Pair-Share atau berpikir berpasangan merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang
pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas Maryland. Arends dalam
Khaeruddin (2006 : 26) menyatakan bahwa berpikir secara berpasangan merupakan suatu cara yang
efektif untuk mengubah pola diskursus dalam kelas. Think-Pair-Share memiliki prosedur yang
ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak berpikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain.
Andaikan guru baru saja menyelesaikan suatu penyajian singkat, atau siswa telah membaca suatu
tugas, kemudian guru menginginkan siswa memikirkan secara mendalam tentang apa yang dijelaskan
atau dialami, Frank Lyman memilih menggunakan strategi Think-Pair-Share.
Tahap 1 : Thinking (Berpikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan
pelajaran, kemudian siswa diminta untukmemikirkan pertanyaan atau isu tersebut secra mandiri untuk
beberapa saat.
Tahap 2 : Pairing. Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain utuk mendiskusikan apa
yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban
jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi.
Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Tahap 3 : Sharing. Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas
tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi
pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk
melaporkan.