Anda di halaman 1dari 58

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Kajian Mengenai Inventarisasi

Inventarisasi merupakan suatu kegiatan menghimpun atau untuk

mengoleksi jenis-jenis tumbuhan yang terdapat pada suatu daerah.

Sedangkan identifikasi tumbuhan yaitu mengungkapkan atau menetapkan

identitas (“jati diri”) dar tumbuhan tersebut, dalam hal ini tidak lain

daripada “menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat

dalam sistem klasifikasi”. Istilah identifikasi sering juga digunakan dengan

istilah “determinasi”.13

Mengungkapkan atau melakukan identifikasi suatu tumbuhan selalu ada

dua kemungkinan yang dihadapi yaitu :

a. Tumbuhan yang diidentifikasi belum dikenal oleh dunia ilmu

pengetahuan. Untuk identifikasi tumbuhan yang belum dikenal oleh

dunia ilmu pengetahuan maka diidentifikasi, dan dapat dilakukan dengan

beberapa cara :

1) Menanyakan identitas tumbuhan yang tidak dikenal kepada seseorang

yang dianggap ahli dan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan.

2) Mencocokkan dengan spesimen herbarium yang telah di

identifikasikan.

1313
Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Umum, Yogyakarta : Gadjah Mada Unipersity
Press, 1998, h. 70-73.
12

3) Mencocokkan dengan candra dan gambar-gambar yang ada dalam

buku-buku flora atau monografi.

b. Tumbuhan yang diidentifikasi sudah dikenal oleh dunia ilmu

pengetahuan. Untuk identifikasi tumbuhan yang sudah dikenal oleh dunia

ilmu pengetahuan, dapat dilakukan dengan beberapa cara :

1) Membuat candra atau deskripsinya.

2) Membuat ciri-ciri diagnostiknya.

3) Penetapan kategori spesimen yang tidak boleh menyimpang dari

ketentuan-ketentuan yang berlaku, seperti yang tercantum dalam

KITT (Kode Internasional Tatanama Tumbuhan).14

2. Kajian Tentang Tumbuhan Lumut

a. Pengertian Lumut

Lumut merupakan kelompok tumbuhan berklorofil (autotrop) yang

talusnya mempunyai struktur seperti organ “akar”, “batang”, dan “daun”.

Akan tetapi semua organ tersebut tidak sejati karena tidak adanya sistem

jaringan yang terkoordinasi membentuk struktur organ. Misalnya tidak

ada sistem pembuluh angkut xilem dan floem. Kelompok tumbuhan ini

dinamakan tumbuhan lumut.15

Tumbuhan lumut mengalami pergiliran generasi (metagenesis),

yaitu adanya talus fase gametofit dan talus fase sporofit. Talus gametofit

14
Akhmadi, Bahan Ajar Botani Tumbuhan Rendah, Palangka Raya : Universitas
Palangka Raya, 2010, h. 34.
15
Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Umum, Yogyakarta : Gadjah Mada Unipersity
Press, 1998, h. 70-73.
13

merupakan talus tumbuhan lumut yang umum kita lihat di alam, terutama

jika tumbuhan lumut tersebut tidak membentuk sporogonium. Sedangkan

sporogonium yang menghasilkan spora merupakan talus sporofit.

Talus sporofit lumut bersifat diploid (2n) yang mempunyai ciri-ciri

: umur hidupnya pendek, hidup menempel pada talus gametofit untuk

memperoleh nutrient. Pangkal sporofit tertanam pada gametofit. Sporofit

tidak bercabang dan membentuk sporangium tunggal (atau beberapa)

pada ujungnya. Talus gametofit lumut bersifat haploid (n) yang

mempunyai ciri-ciri : umur hidupya lama, dominan pada talus, hidup

pada substrat (misalnya tanah). Gametofit berasal dari hasil

perkecambahan spora yang membentuk “protonema” (stadium muda

lumut). Gametofit ini membentuk struktur “akar” atau rhizoid, “batang”,

dan “daun”. Gametofit menghasilkan anterizoid berflagel 2 (“whiplash”)

dan sel telur.

Gametangium jantan (anteridium) pada tumbuhan lumut berbentuk

seperti “gada”, yang dapat menghasilkan anterizoid. Sedangkan

gametangium betina (arkegonium) pada lumut berbentuk seperti “botol”,

yang dapat membentuk satu sel telur (ovum). Pada bagian perut dari

arkegonium terdapat lebih dari satu lapisan sel-sel steril, sedangkan pada

bagian leher hanya ada satu lapisan-lapisan sel steril.16

16
Ibid., Taksonomi Umum, h. 34.
14

b. Struktur Tubuh Tumbuhan Lumut

Bentuk tubuh Lumut adalah sekelompok kecil tumbuhan penghuni

tanah yang paling primitif. Beberapa dari mereka adalah hidup di

perairan contoh riella dan ricciocarpus. Jumlah bryophytes sekitar 24.000

spesies yang dikelompokkan dalam hampir 960 genera semuanya adalah

tanaman kecil dan tidak mencolok dengan ukuran mulai dari sekitar satu

milimeter panjangnya hingga 30 sentimeter atau lebih. Tubuh tanaman

lumut berbeda dengan ganggang yang kompleks. Ganggang lebih

kompak dan lebih terlindung dari pengeringan. Namun, lumut relatif

sederhana di bagian bawah dan hampir mirip dengan talus alga. Talus

alga tumbuh menghadap ke tanah dan seperti thallus (A). Talus melekat

pada substrat organ halus, uniseluler, seperti rambut yang disebut

rizhoids.

Rizhoid tumbuhan dari bagian batang yang lebih tua dan basal. Organ-

organ bryofit ini, tidak sama dengan tanaman-tanaman tingkat tinggi.

Lumut tidak memiliki karakteristik jaringan pembuluh dari batang, daun

dan akar tanaman yang lebih tinggi. Selain itu, lumut adalah generasi

haploid sedangkan yang dari tanaman tingkat tinggi mewakili generasi

diploid. Organ-organ yang fungsinya serupa tetapi asalnya berbeda

dikatakan tidak dianalisis. batang, daun dan akar dari bryophyte dengan

demikian, analog dengan batang, daun dan akar, bukan rambut tanaman

vaskular. Rambut akar seperti rhizoid dari lumut hati adalah struktur

uniseluler. Sebaliknya rizoid terdapat dalam fase gametofit dan rambut


15

akar pada sporofit. keduanya demikian analog satu sama lain. beberapa

ahli botani menggunakannya bahkan jenis lumut bryophytes sebagai talus

yang sangat berbeda.17

Secara spesifik bentuk umum tubuh maupun struktur tubuh tumbuhan

lumut adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1. Struktur tumbuhan lumut.18

1) Batang

Apabila dilihat melintang akan tampak susunan batang tumbuhan

lumut sebagai berikut :

a. Selapis sel kulit, beberapa sel di antaranya membentuk rizhoid

epidermis.

b. Lapisan kulit dalam (korteks), silinder pusat yang terdiri sel-sel

parenkimatik yang memanjang untuk mengangkut air dan garam,

belum terdapat floem dan xilem.

17
Ibid. Hal.3
18
Ryo Waldi. Inventarisasi Lumut Di Kawasan Perkebunan Karet Ptpn 7 Desa Sabah
Balau, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Lampung. 2017. Hal. 12.
16

c. Silinder pusat yang terdiri dari sel-sel parenkim yang memanjang

dan berfungsi sebagai jaringan pengangkut.

2) Daun

Daun tersusun atas satu lapis sel. sel-sel daunnya kecil, sempit,

panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Lumut

hanya dapat tumbuh memanjang tetapi tidak membesar, karena tidak

ada sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan

penyokong. Bentuk daun ada yang oval, lanset, dan ujung daun

bervariasi dari tumpul atau truncate dan acuminate atau aristate. Pada

basal daun, kadang-kadang decurrent atau ensheathing batang.

Margin daun dapat bervariasi, rata, bergigi atau bergerigi.

3) Rizoid

Rhizoid terdiri dari selapis sel kadang dengan sekat yang tidak

sempurna, membentuk seperti benang sebagai akar untuk melekat

pada tempat tumbuhnya dan menyerap garam-garam mineral.19

4) Sporofit

Struktur sapropit (sporongonium) tubuh lumut terdiri atas :

a) Vaginula, kaki yang terselubungi sisa dinding arkegenium, 2 seta

atau tangkai.

b) Apofisisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan

peralihan antara seta dan kotak spora.

19
Ibid. Hal.13
17

c) Kaliptra dan tundung, berasak dari dinding arkegenium sebelah

atas manjdi tudung kotak spora.

d) Kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam

pembentukan spora.20

Sporofit tumbuh pada gametofit menyerupai daun. Gametofit

berbentuk seperti daun dan di bagian bawahnya terdapat rizoid

yang berfungsi seperti akar. Jika sporofit tidak memproduksi spora,

gametofit akan membentuk anteridium dan arkegonium untuk

melakukan reproduksi seksual.

Gambar. 2.2 Organ Reproduksi Tumbuhan Lumut

Keterangan Gambar :

a. Seta yaitu tangkai.

b. Foot yaitu keping kaki; kuncup kaki embrio bagian luar yang akan

tumbuh menjadi kaki.

c. Capsule yaitu salut, bungkus; kotak spora pada lumut.

d. Sporangium yaitu kotak spora.

20
Dany C.P dan Eva S.N.K. Buku Ajar Tumbuhan Tak Berpembuluh. Universitas Negeri
Manado. 2015. Hal.159
18

c. Klasifikasi Tumbuhan Lumut

Menurut Carl von Linne (Latin : Carolus Linnaeus), tumbuhan lumut

dibedakan dalam tiga kelas, yaitu Kelas Hepaticae (lumut hati), Kelas

Musci (lumut daun) dan Kelas Anthocerotae (lumut tanduk).

1) Kelas Hepaticae ( Lumut Hati)

a) Klasifikasi Tumbuhan Lumut Hati

Kingdom: Plantae

Phylum Marchantiophyta

Class Haplomitriopsida

Order Calobryales

Order Treubiales

Class Jungermanniopsida

Order Fossombroniales

Order Jungermanniales

Order Metzgeriales

Order Pallaviciniales

Order Pelliales

Order Pleuroziales

Order Porellales

Order Ptilidiales
19

Class Marchantiopsida

Order Blasiales

Order Lunulariales

Order Marchantiales

Order Naiaditales

Order Neohodgsoniales

Order Sphaerocarpales

b) Pengertian Lumut Hati

Nama umum dan saintifik filum ini (dari kata Latin hepaticae, hati)

mengacu pada gametofit yang berbentuk hati dari anggota-

anggotanya, seperti Marchantia, ditunjukkan di bawah. Pada abad

pertengahan, bentuk lumut hati diduga merupakan pertanda bahwa

tumbuhan tersebut dapat membantu menangani penyakit hati.

Beberapa lumut hati, termasuk Marchantia, disebut sebagai „taloid‟

karena gametofitnya yang berbentuk pipih. Gametangia Marchantia

terangkat di atas gametofor yang terlihat seperti miniatur pohon21

21
Campbell Reece dkk, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2, Jakarta : Penerbit Erlangga,
2008, h. 174.
20

c) Struktur Tubuh Tumbuhan Lumut Hati

Gambar. 2. 3. Struktur Tubuh dan Penampang Melintang22

d) Ciri-ciri Tumbuhan Lumut Hati

Tumbuhan lumut kelas Hepaticae mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut :

1) Talus gametofit tidak dapat dibedakan antara struktur “batang”

dan “daun”, sedangkan “akar” berupa rizoid.

2) Talus gametofit berbentuk pipih dorsiventral.

3) Pada permukaan dorsal gametofit dibentuk anteridium dan

arkegonium yang bentuknya seperti payung.

4) Talus sporofitnya berukuran sangat kecil, sehingga hampir tidak

terlihat.

22
Ibid., Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah (Scyzophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta), (Struktur tubuh dan penampang melintang lumut hati), h. 174.
21

e) Siklus Hidup Tumbuhan Lumut Hati

Gambar. 2.4. Siklus Hidup Tumbuhan Lumut Hati23

f) Habitat Tumbuhan Lumut Hati

Habitat hidup tumbuhan lumut kelas Hepaticae umumnya pada

tanah mineral yang lembab di bukit ataupun di lereng gunung,

terutama pada dasar hutan yang lebat. Pada tanah gambut yang

bersifat asam dan miskin unsur hara umumnya tidak cocok bagi

kehidupan lumut anggota kelas Hepaticae. Meskipun demikian

beberapa jenis yang talus gametofitnya seperti “daun” dapat

ditemukan tumbuh di hutan rawa gambut, misalnya Plagiochila sp.

23
Glime, J.M. Physiological Ecology. Michigan Technological University and the
International Association of Bryologists. 2007. Hal.11
22

2) Kelas Musci/Bryophyta (lumut daun)

a) Klasifikasi Tumbuhan Lumut Daun

Kingdom Plantae

Phylum Bryophyta

Class Andreaeopsida

Order Andreaeales

Order Andreaeobryales

Class Bryopsida

Order Archidiales

Order Bryales

Order Buxbaumiales

Order Dicranales

Order Fissidentales

Order Funariales

Order Grimmiales

Order Hookeriales

Order Hypnales

Order Hypnobryales

Order Isobryales
23

Order Leucodontales

Order Orthotrichales

Order Polytrichales

Order Pottiales

Order Schistostegiales

Order Seligerales

Order Tetraphidales

Class Sphagnopsida

Order Sphagnales

b) Pengertian Lumut Daun

Lumut daun adalah tumbuhan kecil yang berklorofil yang tumbuh

di hutan lembab dan rawa. Mereka berkembang dengan jarak yang

rapat sehingga membentuk karpet. Lumut daun termasuk tumbuhan

pertama yang tumbuh di terra firma. Seperti leluhurnya, alga

mereka bergantung pada air dalam beberapa hal, terutama untuk

reproduksi.24

c) Ciri-ciri Tumbuhan Lumut Daun

Tumbuhan lumut daun mempunyai ciri-ciri, yaitu :

1. Talus gametofit tidak dapat dibedakan antara struktur “batang”

dan “daun”.

24
Q A International, Visual Ilmu dan Pengetahuan Populer (Untuk Pelajar dan Umum),
2006, Indonesia : PT Buana Ilmu Populer, h. 18.
24

2. Talus gametofit berbentuk simetri radial.

3. Anthredium dan arkegonium dibentuk pada ujung gametofit di

antara “daun”, dan selanjutnya tumbuh sporangium.

4. Talus sporofitnya merupakan sporangium yang menumpang

pada ujung “batang” dari talus gametofit25

d) Struktur Tumbuhan Lumut Daun

Lumut daun memiliki daun dan tangkai sederhana. Daun memiliki

klorofil yang memungkinkan mereka memproduksi makanan

sendiri melalui fotosintesis. Tidak seperti tumbuhan yang

berkembang, lumut daun tidak memiliki akar atau jaringan khusus

untuk mengangkat air dan substansi nutrisi. Mereka menyediakan

makanan sendiri dengan menyerap air dan mineral langsung

melalui tangkai, daun dan rhizoidnya. Lumut daun tidak memiliki

bunga.

Gambar. 2.5. Struktur Tubuh Tumbuhan Lumut Daun26

25
Ibid., Visual Ilmu dan Pengetahuan Populer (Untuk Pelajar dan Umum), h. 37
26
Ibid., Taksonomi Umum, (Struktur tubuh lumut daun), h. 18.
25

e) Reproduksi Tumbuhan Lumut Daun

Lumut daun dapat bereproduksi aseksual melalui fragmentasi

batang, yang menghasilkan karpet lumut daun baru. Reproduksi

seksual terjadi melalui sel khusus yang disebut spora.

f) Siklus Hidup Tumbuhan Lumut Daun

Gambar. 2.6. Siklus Hidup Tumbuhan Lumut Daun27

g) Habitat

Habitat lumut daun sangat bervariasi, ada yang hidup di air parit,

kolam, sumur, tanah, sawah, tebing, pinggiran sungai, bahkan ada

yang hidup pada batuan cadas28

27
Ibid., Taksonomi Umum, (Siklus hidup lumut daun), h. 174
26

3) Kelas Anthocerotae (lumut tanduk).

a) Klasifikasi Tumbuhan Lumut Tanduk

Kingdom Plantae

Phylum Anthocerotophyta

Class Anthocerotopsida

Order Anthocerotales

Order Dendrocerotales

Order Notothyladales

Order Phymatocerotales

Class Leiosporocerotopsida

Order Leiosporocerotales

b) Pengertian Tumbuhan Lumut Tanduk

Nama umum dan saintifik filum ini (dari kata Yunani keras,

tanduk) mengacu pada bentuk sporofit yang panjang dan

meruncing. Sporofit biasanya dapat tumbuh setinggi 5 cm. Tidak

seperti sporofit lumut hati atau lumut daun, sporofit lumut tanduk

tidak memiliki seta dan hanya terdiri atas sporangium. Sporangium

melepaskan spora matang ketika pecah terbuka, dimulai dari ujung

tanduk. Gametofit, yang biasanya berdiameter 1-2 cm, biasanya

tumbuh secara horizontal dan seringkali dilekati oleh sporofit

28
Ibid., Visual Ilmu dan Pengetahuan Populer (Untuk Pelajar dan Umum), h. 37.
27

majemuk. Lumut tanduk seringkali merupakan spesies pertama

yang mengolonisasi wilayah terbuka dengan tanah lembab;

hubungan simbiotik dengan sianobakteri pemfikasi-nitrogen turut

berperan dalam kemampuan lumut tanduk melakukan hal ini

(nitrogen seringkali tersedia dalam jumlah yang sedikit pada

wilayah semacam itu).29

c) Struktur Tumbuhan Lumut Daun

Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi

sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya

mempunyai satu kloroplas. Hidup di tepi sungai, danau, atau

sepanjang selokan. Reproduksi seperti lumut hati Contohnya

Anthocerros sp.30

Gambar.2.7. Anthocerros sp31

29
Ibid., Taksonomi Umum, h. 174.
30
Ibid., Taksonomi Umum, h. 174.
31
Ibid., Taksonomi Umum, (Struktur tubuh tumbuhan lumut daun), h. 174.
28

d) Ciri-ciri Tumbuhan Lumut Tanduk

Tumbuhan lumut anggota kelas Anthocerotae mempunyai ciri-ciri,

yaitu :

1. Talus gametofit tidak dapat dibedakan antara struktur “batang”

dan “daun”, sedangkan “akar” masih berupa rhizoid.

2. Talus gametofit berbentuk pipih dorsiventral.

3. Pada permukaan dorsal talus gametofit dibentuk gametangium,

yaitu antheridium dan arkhegonium.

4. Talus sporofitnya berbentuk seperti tanduk atau jarum yang

ramping (kecil), dan pertumbuhannya terjadi karena pembelahan

sel-sel dasar pada daerah kaki.

e) Habitat Tumbuhan Lumut Tanduk

Habitat hidup tumbuhan lumut kelas Anthocerotae umumnya pada

pada tanah mineral yang lembab di bukit ataupun di lereng gunung.

Tanah gambut yang bersifat asam dan miskin unsur hara tidak

cocok bagi kehidupan lumut anggota kelas Anthocerotae.

f) Reproduksi Lumut Tanduk

Lumut Tanduk memiliki gametofit yang relatif sederhana, terdiri

dari talus pipih, kira-kira berbentuk lingkaran, terutama dalam

varietas epifit, panjang dan berbentuk pita dengan pelepah.

Gametofit dari lumut tanduk menghasilkan lendir berlebihan di

dalam thalli mereka, dan bagian ventral dari thallus memiliki pori-

pori. Hal ini mungkin homolog dengan stomata yang ada pada
29

sporofit. Cyanobacteria (genus Nostoc) memasuki thallus melalui

celah dan bentuk ini koloni simbiotik, yang dapat dilihat sebagai

titik biru-hijau ketika thallus terkena cahaya. Nostoc memperbaiki

nitrogen atmosferik menjadi amonia, yang diperlukan lumut

tanduk; sebagai imbalannya, Nostoc hidup terlindung dalam

gametofit hornwort.

Sel fotosintesis lumut tanduk unik di antara tanaman darat

yang lain tetapi sangat mirip dengan ganggang karena mereka

masing-masing biasanya mengandung satu kloroplas raksasa

dengan pyrenoids yang terlihat berbeda.

Archegonia dan antheridia berkembang tertanam di thallus:

antheridia dikelompokkan dalam kelompok hingga 25 di kamar

beratap di bagian atas thallus, dan archegonia tenggelam ke thallus,

dengan hanya leher yang menonjol. Sperma dilepaskan dari

antheridia. Mereka berenang menuju archegonium, di mana

mereka terjebak dalam lendir yang menutupinya dan ditarik ke

dalam kanal leher. Begitu masuk ke dalam archegonium, satu

sperma membuahi telur, membuat zigot.


30

Gambar 2.8.Lumut Tanduk Jenis Phaeoceros, menunjukkan tahap

gametophyte dan sporophyte.

Gambar 2.9. Sebuah bagian membujur dari lumut tanduk

(Anthoceros) sporofit.

Sporofit lumut tanduk unik di antara tanaman lain di mana ia

tumbuh terus-menerus dari meristem pada dasarnya. Sporofit lumut


31

tanduk panjang dan runcing, menciptakan penampilan tanduk yang

menonjol dari thallus (karenanya, nama divisi). Terdiri dari kaki

yang tertanam dalam gametophyte thallus dan sporangium yang

tegak atau kapsul. (gambar 2.8)

Epidermis dari beberapa sporofit lumut mengandung stomata tetapi

umumnya tidak memiliki kloroplas; di bawah epidermis ada lapisan

jaringan chlorenchyma, dan di bawahnya terdapat massa sporosit,

yang mengalami meiosis untuk menghasilkan spora haploid. Spora

bercampur dengan pseudoelater, yang membantu memisahkan dan

menyebarkan spora. Di tengah sporangium ada sebuah silinder

tengah dari jaringan steril, yang disebut columella.

Saat matang, ujung kapsul terbagi menjadi dua yaitu katup

(bagian), dan spora yang dilepaskan (Gambar 2.9). Wilayah

meristematik tepat di atas kaki menambah Sel-sel baru ke dasar

sporangium sehingga lebih banyak sporosit terus-menerus dibuat.

Dengan demikian sporangium tumbuh ke atas dari dasar seperti

pisau dan rumput terus melepaskan spora dalam waktu lama.

Tinggi totalnya bisa mencapai beberapa sentimeter. Jika spora

mendarat di lingkungan yang sesuai, mereka mengalami mitosis

dan menghasilkan gametofit baru.


32

d. Faktor-faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Lumut

Faktor abiotik menentukan tipe vegetasi lumut, seperti suhu, kelembaban,

pH, cahaya, dan oksigen.

1) Suhu

Faktor suhu mempunyai arti penting karena suhu menentukan

kecepatan reaksi-reaksi dan kegiatan kimiawi yang mencakup

kehidupan. Masing-masing organisme mempunyai suhu optimum dan

maksimum untuk pertumbuhan. Hal ini disebabkan karena dibawah

suhu minimum dan diatas suhu maksimum aktivitas enzim akan

terhenti, bahkan pada suhu yang tinggi terjadi denaturasi protein.

2) Kelembaban

Kelembaban merupakan faktor yang paling penting berpengaruh

dalam pertumbuhan lumut. Umumnya lumut akan tumbuh dengan

baik pada keadaan udara yang lembab. Hal ini erat kaitannya dengan

kebutuhan lumut akan air, baik dalam bentuk air maupun uap air.

Pertumbuhan lumut dapat berlangsung baik, dibutuhkan kelembaban

30 - 90%. Bila kelembaban di bawah standar, pertumbuhan lumut

akan terhambat sehingga produktivitas menurun.

3) pH

Lumut sangat sensitif terhadap pH, pH yang sesuai untuk

pertumbuhan lumut berkisar antara 3,2-6.


33

4) Cahaya

Cahaya sangat diperlukan oleh lumut dalam proses fotosintesis,

namun apabila cahaya yang diterima berlebihan atau sangat kuat dapat

merusak sel-sel lumut dan dapat menyebabkan kematian sel lumut,

perubahan genetik, paling tidak akan menghambat pertumbuhan.

5) Oksigen

Beberapa spesies lumut dalam kehidupannya bersifat aerob, yaitu

membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Oksigen diperlukan

dalam proses respirasi untuk menghasilkan energi. Lumut aerob

bernafas dengan cara mengambil O2 dan CO2. Respirasi pada lumut

merupakan proses reaksi kimiawi yang merombak molekul-molekul

senyawa anorganik sederhana membebaskan energi.

6) Dormansi

Pada saat musim kemarau, lumut mengalami masa istirahat. Hal ini

disebabkan karena kondisi alam tidak memungkinkan bagi

pertumbuhan lumut yang sangat memerlukan air dan kelembaban

yang sangat tinggi. Namun ketika musim hujan telah datang dan

kondisi alam sudah sesuai, maka spora-spora lumut akan berkecambah

dan selanjutnya tumbuh menjadi tumbuhan lumut32

32
Choirur Rojichin. Inventarisasi Jenis-jenis Tumbuhan Anggota Divisi Bryophyta di
Kawasan Arboretum Nyaru Menteng Kota Palangka Raya, Proposal Skripsi, Universitas Palangka
Raya : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Palangka Raya, 2007, h. 10-11.
34

e. Manfaat Tumbuhan Lumut Secara Umum

Lumut memiliki manfaat pada manusiabaik secara langsung maupun

tidak langsung. Hingga saat ini manfaat lumut dalam bidang ekologis

lebih meonjol dibandingkan dengan manfaat lainnya. Berikut ini

merupak beberapa manfaat lumut.

Manfaat ekologis meliputi berbagai hal seperti:

1) Indikator Species

Lumut hati (liverworts) dan lumut sejati (mosses) merupakan

indikator dari berbagai kondisi lingkungan. Bryophyta teresterial

dapat dimanfaatkan untuk menentukan kandungan mineral dari

berbagai tempat. Sebagai contoh Mielichhoferia elongata, M.

mielichhoferi, dan Scopelophila ditemukan pada lingkungan dengan

kandungan Copper 30-700 ppm. Jungermannia vulcanicola,

Sphagnum, dan Polytrichum berperan aktif dalam penyimpanan

Ferrum. Sphagnum juga merupakan indikator dari lingkungan asam.

Ceratodon purpureus menunjukkan drainase yangcukup baik dengan

kandungan nitrogen yang tinggi, sebaliknya Aulacomnium palustre,

Pleurozium schreberi, Pogonatum alpinum, dan Pogonatum urnigerum

merupakan penunjukkan kandungan Nitrogen yang sangat sedikit.

Funaria hygrometrica, Leptobryum pyriforme, dan Pohlia cruda

menunjukkan kelmabapan yang baik sedangkan Psilopilum

laevigatum menujukkan saturasi yang jelek dan tanah yang jelek.

Leucobryum penunjuk tanah asam yang berkombinasi dengan tanah


35

kering, tandus dengan humus yang tebal. Subfossil dari Tortella

flavovirens mengindikasikan kondisi iklim kering pada masa lampau.

2) Erosion Control

Di Iowa ditemukan bahwa Barbula, Bryum, dan Weissia merupakan

pionir penting pada batuan dan membantu mengontrol erosi sebelum

tumbuhan tingkat tinggi dapat tumbuh. Di Japan, Atrichum,

Pogonatum, Pohlia, Trematodon, Blasia, dan Nardia dimanfaatkan

untuk mencegah erosi. Sphagnum dapat menyimpan air yang sewaktu-

waktu dapat dilepaskan kembali oleh karena itu Sphagnum dapat

digunakan sebagi penyimpanan air.

3) Nitrogen Fixation

Beberapa Cyanobacteria bersimbiosis dengan Anthoceros untuk

mengikat Nitrogen dari atmosfer dan mengubahnya menjadi ammonia

dan asam amino. Granhall dan Lindberg melaporkan bahwa laju

pengikatan Nitrogen sangat tinggi dengan kecepatan 0.8–3.8 g m-2 y-

1 pada Sphagnum di hutan Pinus di Swedia.

4) Pollution Studies

Lumut dapat menyerap emisi SO2. SO2 dapat membatasi distribusi,

reproduksi dan pembentukan kapsul pada lumut. Grimmia pulvinata

merupakan indikator dari SO2 di England. Beberapa lumut seperti

Dicranoweisia dapat mengubah SO3-2 menjadi SO4-2. Hujan asam

dihasilkan dari emisi SO2 dapat meningkatkan Pleurozium schreberi

di beberapa hutan pinus (Pinus banksiana). Pleurozium schreberi


36

tumbuh lebih cepat dan meningkat jumlahnya ketika disemprot

dengan air dengan tingkat keasaman pH 4.5. Habitats P. schreberi

lebih asam dari keadaan tersebut. Pada pH 3.5, masih dapat tumbuh

namun kandungan klorofil dan pembentukan kapsul menurun.

5) Bioindicators of Heavy Metals in Air

Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa polusi air akan

memengaruhi pertumbuhan dan reproduksi lumut dan Lichenes.

Lumut dapat mengabsorpsi logam berat. Sebagai contoh Marchantia

polymorpha mengakumulasi lead dan Calymperes delessertii

merupakan monitor yang bagus untuk lead aerial dan terhadap

kekurangan copper. Pottia truncata, Polytrichum ohioense, Dicranella

heteromalla, dan Bryum argenteum memiliki jaringa yang sangat

toleran kadar yang tinggi pada cadmium (610 ppm), copper (2,700

ppm), and zinc (55,000 ppm). Hypnum cupressiforme mengakumulasi

tiga kali lebih banyak zinc, copper, dan cadmium dibandingkan

Lichenes dan tumbuhan tingkat tinggi.

6) UV-B Radiation

Lumut Bryum argenteum dapat digunakan untuk memonitor ketebalan

lapisan ozon di Antarctica. Penurunan ketebalan lapisan ozon akan

mengakibatkan terdedah pada radiasi sinar UV-B yang meransang

prosuksi flavonoids pada Bryum argenteum. Pada Sphagnum

magellanicum ozon tidak mengakibatkan perbedaan konsentrasi

karotenoid atau klorofil.


37

7) Radioactivity Indicators

Bryophyta merupakan indikator yang baik untuk akumulasi radioaktif.

Sphagnum dapat digunakan untuk mendekotanminasi air yang

mengandung material radioaktif.

Selain bermanfaat dalam bidang ekologis bergai jenis lumut

dimanfaatkan manusia dalam bidang pengobatan dan pendidikan.

Pemanfaatan lumut sebagai obat banyak didasarkan pada Doctrine of

Signatures (pemanfaatan yang didasarkan pada bentuk tumbuhan).

Sebagai contoh pemanfaatan Polytrichum commune untuk

menyburkan rambut karena memili “rambut panjang” pada

kaliptranya. Lumut telah lama dimanfaatkan oleh bangsa China, India,

dan America Native sejak dahulu. Marchantia polymorpha

dimanfaatkan untuk mengatasi gangguan hati, penyakit kuning dan

inflamasi.

Di China, sebanyak 30-40 species Bryophyta dimanfaatkan sebagai

obat. Sphagnum kering dimanfaatkan untuk mengatasi pendarahan

dan S. teres dimanfaatkan untuk mengatsi gangguan mata.

Rhodobryum giganteum dan R. roseum dimanfaatkan untuk gannguan

cardiovascular dan sistem saraf, Polytrichum commune menurunkan

inflamasi dan deman, diuretik, laxative, dan hemostatic agent.

Haplocladium microphyllum untuk mengatasi cystitis, bronchitis,

tonsillitis, dan tympanitis. Campuran Conocephalum conicum dan

Marchantia polymorpha dan minyak sayur dimanfaatkan untuk bites,


38

boils, burns, cuts, eczema, dan luka. Fissidens dimanfaatkan sebagai

antibacteri, melegahkan pernapasan. Air rebusan Polytrichum

commune sebagai obat demam dan batu ginjal. Rhodobryum

Giganteum digunakan untuk obat angina karena mengandung volatile

oils, lactones, dan amino acids.

Bryophyta penting sebagai organisme model dalam dasar penelitian

fisiologis dan biokimia. Beberapa kelebihan pemanfaatan lumut

sebagai bahan penelitian karena memiliki struktur yang sederhana,

siklus hidup yang relatif pendek, generasi dominan merupakan

haploid (tidak dimiliki tumbuhan lain) sehingga cocok juga digunakan

untuk penelitian genetika. Lumut juga cocok digunakan sebagai bahan

penelitian reproduksi karena memiliki antheridia dan archegonia yang

sangat jelas dan mudah untuk dibedah.33

3. Kajian Tentang Air Terjun Parangkikis

Air Terjun Parangkikis merupakan satu-satunya air terjun yang ada di desa

Gambiran. Gambiran adalah sebuah desa di Kecamatan Pagerwojo,

Tulungagung, Jawa Timur, Indonesia. Desa Gambiran terdiri dari tiga

dusun, yaitu dusun Gambiran, Prambon, dan Bulusari. Desa Gambiran

Berada di daerah dataran tinggi, lebih tepatnya berada 600 m di atas

permukaan laut. Berjarak ± 30 km dari pusat kota Tulungagung. Desa

Gambiran terdiri dari 2 RW dan 7 RT. Di Gambiran terdapat banyak

33
Marina Silalahi. Bahan Ajar Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah. Universitas
Kristen Indonesia. 2013. Hal. 70-73
39

potensi, baik dari segi pertanian, perkebunan, maupun wisata. Salah satu

wisatanya yaitu Air Terjun Parang Kikis.

Air Terjun Parangkikis adalah air terjun yang masih terjaga kelestariannya,

dengan ditandai banyaknya Keaneragaman lumut yang berada di sekitar air

terjun dan lingkungannya yang masih terjaga kebersihannya. Tidak jauh dari

air terjun terdapat ladang-ladang pekebun yang berjajar rapi berisikan

tanaman sayur-mayur dan beberapa buah-buahan.

4. Kajian Tentang Sumber Belajar

a) Pengertian Sumber Belajar

Sumber belajar menurut Dageng adalah segala sesuatu yang

berwujud benda dan orang yang dapat menunjang belajar sehingga

mencakup semua sumber yang mungkin dapat dimanfaatkan oleh tenaga

pengajar agar terjadi perilaku belajar. Sedangkan menurut Januszewski

dan Molenda sumber belajar adalah semua sumber termasuk pesan,

orang, bahan, alat, teknik, dan latar yang dapat dipergunakan peserta

didik baik secara sendiri-sendiri maupun dalam bentuk gabungan untuk

menfasilitasi kegiatan belajar dan meningkatkan kinerja belajar. Sejalan

dengan pendapat itu, Seels dan Richey menjelaskan bahwa sumber

belajar adalah segala sumber pendukung untuk kegiatan belajar, termasuk

sistem pendukung dan materi serta lingkungan pembelajaran. Sumber

belajar bukan hanya alat dan materi yang dipergunakan dalam

pembelajaran, tetapi juga meliputi orang, anggaran, dan fasilitas. Sumber


40

belajar bisa termasuk apa saja yang tersedia untuk membantu seseorang

belajar.

Dari Percival dan Ellington menjelaskan sumber belajar dari sisi

pembuatann adalah seperangkat bahan atau situasi belajar yang dengan

sengaja atau tidak sengaja diciptakan agar peserta didik secara individual

dan atau secara bersama-sama dapat belajar. Jadi pada dasarnya sumber

belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh

tenaga pengajar dan peserta didik, baik secara terpisah maupun dalam

bentuk gabungan untuk kepentingan kegiatan pembelajaran dengan

tujuan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, mudah dan

menyenangkan untuk kelangsungan pembelajaran.34

Dalam hal dengan ruang lingkup sumber belajar, Miarso

menetapkan seperi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar. Kegiatan

belajar dapat dilaksanakan di mana saja, di sekolah, di rumah, di tempat

kerja, di tempat ibadah, dan di masyarakat luas. Selain itu, belajar juga

dapat dilakukan dengan rangsangan dari dalam diri sendiri pembelajar

(internal) dan dari apa dan siapa saja di luar diri pembelajar (eksternal).

Sependapat dengan itu, berikut ini klasifikasi sumber belajar menurut

Seels dan Richey sebagai berikut:

a) Pesan yang merupakan informasi yang disampaikan oleh komponen

yang lain, biasanya berupa ide, makna, dan fakta. Berkaitan dengan

konteks pembelajaran, pesan ini terkait dengan isi bidang studi dan

34
Supriadi. Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Proses Pembelajaran. UIN Ar-Raniry
Banda Aceh. Lantanida Journal, Vol.3 No. 2, 2015. Hal.3
41

akan dikelola dan direkonstruksikan kembali oleh pebelajar. Orang:

orang tertentu yang terlibat dalam penyimpanan dan atau penyaluran

pesan;

b) Bahan yang merupakan kelompok alat yang sering disebut dengan

perangkat lunak. Dalam hal ini bahan berfungsi menyimpan pesan

sebelum disalurkan dengan menggunakan alat yang telah dirancang.

Bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman

elektronik, web, dan Iain-Iain yang dapat digunakan untuk belajar;

c) Alat yang merupakan alat yang sering disebut perangkat keras.

Berkaitan dengan alat ini dipergunakan untuk mengeluarkan pesan

yang tersimpan dalam bahan. Alat juga merupakan benda-benda yang

berbentuk fisik yang sering disebut dengan perangkat keras, yang

berfungsi untuk menyajikan bahan pembelajaran. Sumber belajar

tersebut, seperti komputer, OHP, kamera, radio, televisi, film bingkai,

tape recorder, dan VCD/DVD;

d) Teknik yang merupakan prosedur baku atau pedoman langkah-

langkah dalam penyampaian pesan. Dalam hal ini dapat dengan kata

lain, teknik adalah cara atau prosedur yang digunakan orang dalam

kegiatan pembelajaran untuk tercapai tujuan pembelajaran;

e) Latar yang merupakan lingkungan di mana pesan ditransmisikan.

Lingkungan adalah tempat di mana saja seseorang dapat melakukan

belajar atau proses perubahan tingkah laku maka dikategorikan

sebagai sumber belajar, misalnya perpustakaan, pasar, museum,


42

sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan dan lain

sebagainya.35

Dari uraian di atas, dapat diklasifikasikan bahwa sumber belajar ada yang

berbasis manusia, sumber belajar berbasis cetakan, sumber belajar

berbasis visual, sumber belajar berbasis audio-visual, dan sumber belajar

berbasis komputer.

Dalam hubungannya dengan fungsi sumber belajar, Morrison dan Kemp

mengatakan bahwa sumber belajar yang ada agar dapat difungsikan dan

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam pembelajaran. Berikut ini

fungsi dari sumber belajar untuk:

1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran, melalui:

a) Mempercepat laju belajar dan membantu pengajar untuk

menggunakan waktu secara lebih baik,

b) Mengurangi beban guru/dosen dalam menyajikan informasi,

sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah

belajar murid/mahasiswa;

2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih

individual, melalui:

a) Mengurangi kontrol guru/dosen yang kaku dan tradisional,

b) Memberikan kesempatan kepada murid/mahasiswa untuk belajar

sesuai dengan kemampuannya;

3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran, melalui:

35
Supriadi. Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Proses Pembelajaran. UIN Ar-Raniry
Banda Aceh. Lantanida Journal, Vol.3 No. 2, 2015. Hal.3
43

a) Perencanaan program pembelajaran yang lebih sistematis,

b) Pengembangan bahan pembelajaran berbasis penelitian;

4) Lebih memantapkan pembelajaran, melalui ;

a) Peningkatkan kemampuan manusia dalam penggunaan berbagai

media komunikasi,

b) Penyajian data dan informasi secara lebih konkrit

5) Memungkinkan belajar secara seketika, melalui

a) Pengurang jurang pemisah antara pelajaran yang bersifat verbal dan

abstrak dengan realitas yang sifatnya konkrit.

b) Memberikan pengetahuan yang bersifat langsung.

6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, terutama

dengan adanya media massa, melalui:

a) Pemanfaatan secara bersama yang lebih oleh luas tenaga tentang

kejadian-kejadian yang langka,

b) Penyajian informasi yang mampu menembus batas geografis.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar berbasis sumber

belajar dapat memberikan beberapa keuntungan kepada peserta didik,

seperti: (1) Memungkinkan untuk menemukan bakat terpendam pada diri

seseorang yang selama ini tidak tampak, (2) Memungkinkan

pembelajaran berlangsung terus menerus dan belajar menjadi mudah


44

diserap dan lebih siap diterapkan, dan (3) Seseorang dapat belajar sesuai

dengan kecepatan dan dengan waktunya yang tersedia.36

b) Pemanfaatan Sumber Belajar dalam Pembelajaran

Bahwa sumber belajar yang beraneka ragam di sekitar kehidupan peserta

didik, baik yang didesain maupun yang dimanfaatkan pada umumnya

belum dimanfaatkan secara maksimal, penggunaannya masih terbatas

pada buku teks. Ternyata dari sekian banyak sumber belajar yang ada,

buku teks saja yang merupakan sumber belajar yang dimanfaatkan.

Dalam kaitannya dengan pemanfaatan alam sekitar sebagai sumber

belajar, Miarso mengatakan bahwa pemanfaatan alam sebagai sumber

belajar sangat bergantung pada kemampuan dan kemauan tenaga

pengajarnya. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi usaha

pemanfaatan alam sekitar sebagai sumber belajar, yaitu:

1) Kemauan tenaga pengajar,

2) Kemampuan tenaga pengajar untuk dapat melihat alam sekitar yang

dapat digunakan untuk pengajaran,

3) Kemampuan tenaga pengajar untuk dapat menggunakan sumber alam

sekitar dalam pembelajaran.Pemanfaatan sumber-sumber belajar

tersebut harus sesuai dengan tujuan, kondisi, dan lingkungan belajar

peserta didik

Menurut Duffy dan Jonassen berkaitan dengan pemanfaatan sumber

belajar, tenaga pengajar mempunyai tanggung jawab membantu peserta

36
Supriadi. Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Proses Pembelajaran. UIN Ar-Raniry
Banda Aceh. Lantanida Journal, Vol.3 No. 2, 2015. Hal.3
45

didiknya untuk belajar dan agar belajar menjadi lebih mudah, lebih

menarik, lebih terarah, dan lebih menyenangkan. Dengan demikian

tenaga pengajar dituntut untuk memiliki berbagai kemampuan khusus

yang berhubungan dengan sumber belajar.

Berikut ini beberapa kemampuan tenaga pengajar, seperti:

1) Menggunakan sumber belajar dalam kegiatan pengajaran sehari-hari

2) Mengenalkan dan menyajikan sumber-sumber belajar

3) Menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam proses

pembelajaran

4) Menyusun tugas-tugas penggunaan sumber belajar dalam bentuk

tingkah laku

5) Mencari sendiri bahan dari berbagai sumber

6) Memilih bahan sesuai dengan prinsip dan teori belajar,

7) Menilai keefektifan penggunaan sumber belajar sebagai bagian dari

bahan pengajarannya,

8) Merencanakan kegiatan penggunaan sumber belajar secara efektif.

Menerut Reigeluth sumber belajar berperan dalam (1) Meningkatkan

produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar

dan membantu pengajar untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan

(b) mengurangi beban pengajar dalam menyajikan informasi, sehingga

dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah, (2)

Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual,

dengan bara: (a) mengurangi _ontrol dosen yang kaku dan tradisional;
46

dan (b) memberikan kesempatan bagi pebelajar untuk berkembang sesuai

dengan kemampuannnya, (3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah

terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program

pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan

pengajaran yang dilandasi oleh penelitian, (4) Lebih memaksimalkan

pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber

belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih konkrit, (5)

Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi

kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan

realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang

sifatnya langsung, dan (6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang

lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas

geografis.

Maka dengan demikian, bahwa peranan sumber belajar erat sekali

hubungannya dengan pola pembelajaran yang dilakukan. Pada kegiatan

pembelajaran individual, fokusnya adalah pada peserta didik, sedang

bagi tenaga pengajar memiliki peranan yang sama dengan sumber belajar

lainnya. Sehingga peranan sumber belajar sangat urgen. Dalam kegiatan

pembelajaran individual, peranan tenaga pengajar dalam interaksi dengan

peserta didik lebih banyak berperan berperan sebagai fasilitator,

pengelola belajar, pengarah, pembimbing, dan penerima hasil kemajuan

belajar peserta didik.


47

Dalam hal Terkait dengan pemilihan sumber belajar Dick dan Carey

(2005) mengatakan bahwa kriteria pemilihan sumber belajar, yaitu:

1) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran,

2) Ketersediaan sumber setempat, artinya bila sumber belajar yang

bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada maka

sebaiknya dibeli atau dirancang atau dibuat sendiri,

3) Apakah tersedia dana, tenaga, dan fasilitas yang cukup untuk

mengadakan sumber belajar tersebut, (4) Faktor yang menyangkut

keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan sumber belajar yang

bersangkutan untuk jangka waktu yang relatif lama,

4) Efektifitas biaya dalam jangka waktu yang relatif lama.

Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sumber belajar

sepert seperti ditetapkan Romiszowski (1988), yakni: (1) Metode

pembelajaran yang digunakan, (2) Tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai, (3) Karakteristik pebelajar, (4) Aspek kepraktisan dalam hal

biaya dan waktu, dan (5) Faktor yang berkaitan dengan penggunaannya.

5. Kajian Tentang Ensiklopedia

a. Pengertian Ensiklopedia

Ensiklopedia berasal dari bahasa yunani, enyklios paideia yang berarti

sebuah lingkaran atau pengajaran secara lengkap. Madsudnya


48

ensiklopedia adalah sebuah pendidikan paripurna yang mencakup semua

lingkaran ilmu pengetahuan.37

Ensiklopedia adalah sejumlah tulisan yang berisi penjelasan yang

menyimpan informasi secara komprehensif dan cepat dipahami serta

dimengerti mengenai seluruh cabang ilmu pengetahuan atau khusus

dalam satu cabang ilmu pengetahuan tertentu yang tersusun dalam bagian

artikel-artikel dengan satu topik bahasan pada tiap-tiap artikel yang

disusun berdasarkan abjad, kategori atau volume terbitan dan pada

umumnya tercetak dalam bentuk rangkaian buku yang tergantung pada

jumlah bahan yang disertakan. Perbedaan utama antara kamus

ensiklopedia ialah bahwa sebuah kamus hanya memberikan definisi

setiap entri dilihat dari sudut pandang linguistik atau haya memberikan

kata-kata sinonim saja, sedangkan sebuah ensiklopedia memberikan

penjelasan secara lebih mendalam dari yang kita cari. Sebuah

ensiklopedia mencoba menjelaskan setiap artikel sebagai sebuah

fenomena. Atau lebih singkat; kamus adalah daftar kata-kata yang

dijelaskan dengan kata-kata lainnya sedangkan sebuah ensiklopedia

adalah sebuah daftar hal-hal yang kadang kala dilengkapi dengan gambar

untuk lebih menjelaskan.38

37
Anne, dalam Ayu Berliantin S.A, Pengembangan Ensiklopedia Berbasis Joyful
Learning Pada Sub Materi Pokok Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Untuk Siswa Kelas
VIII SMP/MTs. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014. Hlm. 14
38
Hanif Nuurmansyah. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Ensiklopedia Ilmu
Pengetahuan Sosial Pada Materi Kerajaan Hindu-Budha dan Islami Untuk Peningkatan Motivasi
Belajar Peserta Didik Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Anbaul Ulum Pakis. Malang: UIN Maulana
Malik Ibrahim. Hlm.27-28
49

6. Kajian Tentang Keaneragaman Hayati

a. Pengertian Keaneragaman Hayati

Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup

diberbagai kawasan di muka bumi, baik di daratan, lautan, maupun

tempat lainnya.Keanekaragaman makhluk hidup ini merupakan kekayaan

bumi yang meliputi hewan, tumbuhan, mikroorganisme dan keseluruhan

gen yang terkandung di dalamnya, serta ekosistem yang dibangunnya.

Keanekaragaman hayati dipelajari untuk mengetahui bahwa spesies di

muka bumi ini banyak ragamnya, mengetahui peranan setiap spesies bagi

kelangsungan kehidupan bumi itu sendiri, dan untuk kelangsungan

makhluk lainnya. Kita dapat merasakan manfaatnya langsung

keanekaragaman hayati melalui perbandingan lingkungan yang baik dan

lingkungan yang rusak.

Selanjutnya di dunia ini tidak ada dua individu yang benar-benar

sama untuk segala hal atau berbagai hal, meskipun kedua individu itu

kembar identik. Kenyataan tersebut menunjukkan kepada kita, bahwa di

alam raya dijumpai keanekaragaman makhluk hidup atau disebut juga

keanekaragaman hayati.Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah

keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas

variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah. Keseluruhan gen,

jenis dan ekosistem merupakan dasar kehidupan di bumi.Mengingat

pentingnya keanekaragaman hayati bagi kehidupan maka

keanekaragaman hayati perlu dipelajari dan dilestarikan. Tingginya


50

tingkat keanekaragaman hayati di permukaan bumi mendorong ilmuwan

mencari cara terbaik untuk mempelajarinya, yaitu dengan klasifikasi.

b. Tingkat Keaneragaman Hayati

Keanekaragaman hayati menaungi berbagai perbedaan atau variasi

bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai

tingkatan, baik tingkatan gen, tingkatan spesies maupun tingkatan

ekosistem.Berdasarkan hal tersebut, para pakar membedakan

keanekaragaman hayati menjadi tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman

gen, keanekaragaman jenis dan keanekaragaman ekosistem.

1) Keaneragaman Gen

Gen atau plasma nuftah merupakan substansi kimia yang menentukan

sifat keturunan yangterdapat di dalam lokus kromosom. Semua

individu makhluk hidup mempunyai kromosom yang tersusun atas

benang-benang pembawa sifat keturunan yang terdapat di dalam inti

sel (nukleus). Sehingga seluruh organisme yang ada di permukaan

bumi ini mempunyai kerangka dasar komponen sifat menurun yang

sama. Kerangka dasar tersebut tersusun atas ribuan sampai jutaan

faktor menurun yang mengatur tata cara penurunan sifat organisme.

Walaupun kerangka dasar gen seluruh organisme sama, namun

komposisi atau susunan, dan jumlah faktor dalam kerangka bisa

berbeda-beda. Perbedaan dari jumlah dan susunan faktor tersebut

akan menyebabkan terjadinya keanekaragaman gen. Selain itu, setiap

individu mempunyai banyak gen, apabila terjadi perkawinan atau


51

persilangan antar individu yang mempunyai karakter berbeda akan

menghasilkan keturunan yang semakin banyak variasinya. Karena

pada saat persilangan akan terjadi penggabungan gen-gen individu

melalui sel kelamin. Hal inilah yang menyebabkan keanekaragaman

gen semakin tinggi.

Gambar 2.10 Keanekaragaman gen

Dalam perkembangannya, faktor penentu tidak hanya terdapat pada

gen saja, melainkanada juga faktor lain yang berperan mempengaruhi

keanekaragaman hayati ini, yaitu lingkungan. Sifat yang muncul pada

setiap individu merupakan interaksi antara gen dengan lingkungan.

Dua individu yang memiliki struktur dan urutan gen yang sama,

belum tentu memiliki bentuk yang sama pula karena faktor

lingkungan mempengaruhi penampakan (fenotipe) atau bentuk.

Misalnya, orang yang hidup di daerah pegunungan dengan orang

yang hidup di daerah pantai memiliki perbedaan dalam hal jumlah

eritrositnya.Jumlah eritrosit orang yang hidup di daerah pegunungan

lebih banyak dibanding yang hidup di pantai disebabkan adaptasi

terhadap kandungan oksigen di lingkungannya.Di daerah pegunungan

lebih rendah kandungan oksigennya dibandingkan di daerah

pantai.Sehingga fenotipe pipi orang pegunungan umumnya lebih


52

kemerahan dibanding orang pantai. Contoh yang lain adalah

keanekaragaman pada spesies anjing misal variasi anjing bulldog,

anjing herder, dan anjing kampung.

Gambar 2.11 Keanekaragaman Gen

2) Keaneragaman Jenis

Spesies atau jenis memiliki pengertian, individu yang mempunya

persamaan secaramorfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling

kawin dengan sesamanya (inter hibridisasi)yang menghasilkan

keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan generasinya.

Keanekaragaman jenis menunjukkan seluruh variasi yang terdapat

pada makhluk hidup antarjenis.Perbedaan antar spesies organisme

dalam satu keluarga lebih mencolok sehingga lebihmudah diamati

daripada perbedaan antar individu dalam satu spesies.Dalam keluarga

kacangkacangan kita kenal kacang tanah, kacang buncis, kacang

hijau, kacang kapri, dan lain-lain. Di antara jenis kacang-kacangan

tersebut kita dapat dengan mudah membedakannya karena diantara

mereka ditemukan ciri khas yang sama. Akan tetapi, ukuran tubuh

atau batang, kebiasaan hidup, bentuk buah dan biji, serta rasanya
53

berbeda.Contoh lainnya terlihat keanekaragaman jenis pada pohon

kelapa, pohon aren, pohon pinang dan juga pada pohon palem.

Gambar 2.12 Keanekaragaman Jenis

3) Keaneragaman Ekosistem

Ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan atau interaksi timbal

balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya

dan juga antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Setiap

makhluk hidup hanya akan tumbuh dan berkembang pada

lingkunganyang sesuai. Pada suatu lingkungan tidak hanya dihuni

oleh satu jenis makhluk hidup saja, Akibatnya, pada suatu lingkungan

akan terdapat berbagai makhluk hidup berlainan jenis yanghidup

berdampingan secara damai. Mereka seolah-olah menyatu dengan

lingkungan tersebut.Pada lingkungan yang sesuai inilah setiap

makhluk hidupakan dibentuk oleh lingkungan. Sebaliknya, makhluk

hidup yang terbentuk oleh lingkungan akan membentuk lingkungan

tersebut. Jadi, antara makhluk hidup dengan lingkungannya akan

terjadi interaksi yang dinamis. Perbedaan kondisi komponen abiotik

(tidak hidup) pada suatu daerah menyebabkan jenis makhluk hidup

(biotik) yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut berbeda-


54

beda.Akibatnya, permukaan bumi dengan variasi kondisi komponen

abiotik yang tinggi akanmenghasilkan keanekaragaman ekosistem.

Ada ekosistem hutan hujan tropis, hutan gugur,padang rumput,

padang lumut, gurun pasir, sawah, ladang, air tawar, air payau, laut,

dan lain-lain.

Komponen biotik dan abiotik di berbagai daerah bervariasi baik

mengenai kualitas komponen tersebut maupun kuantitasnya. Hal

inilah yang menyebabkan terbentuknya keanekaragaman ekosistem

di muka bumi ini. Antar komponen ekosistem hidup berdampingan

tanpa saling mengganggu, dan apabila terjadi kepunahan atau

gangguan terhadap salah satu anggotanya maka akan mengganggu

kelangsungan hidup organisme lainnya. Suatu perubahan yang terjadi

pada komponen-komponen ekosistem ini akan berpengaruh terhadap

keseimbangan (homeostatis) ekosistem tersebut. Sebagai suatu

sistem, di dalam setiap ekosistem akan terjadi proses yang saling

terkait. Misalnya, pengambilan makanan, perpindahan energi atau

energetika, daur zat atau materi, dan produktivitas atau hasil

keseluruhan ekosistem. Contoh keanekaragaman hayati tingkat

ekosistem adalah pohon kelapa banyak tumbuh di daerah pantai,

pohon aren tumbuh di pegunungan, sedangkan pohon palem dan

pinang tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah.

Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi

bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada


55

berbagai tingkatan, baik tingkatan gen, tingkatan spesies maupun

tingkatan ekosistem.ekosistem pantai ekosistem hutan ekosistem

rawa.39

Gambar 2.13 Keaneragaman Ekosistem

7. Penelitian Terdahulu

Dalam penulisan skripsi ini peneliti terlebih dahulu melakukan

penelaahan terhadap beberapa karya yang berhubungan dengan tema yang

peneliti angkat.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ryo Waldi, Tahun 2017 yang

berjudul “Inventarisasi Lumut di Kawasan Perkebunan Karet PTPN 7 Desa

Sabah Balau, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.40

Penelitian ini dilatarbelakangi karena Wilayah Provinsi Lampung tidak

luput dari deforestasi untuk perluasan wilayah untuk perkebunan. Karet

merupakan salah satu komoditi perkebunan di Lampung, dibawah Badan

39
Qori a’yuna. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan
Literasi Sains Siswa Kelas X Pada Materi Keanekaragaman Hayati Di Sma Negeri 2 Bandar
Lampung. Skripsi.2017. hal 39-46
40
Ryo Waldi. Inventarisasi Lumut di Kawasan Perkebunan Karet PTPN 7 Desa Sabah
Balau, Kabupaten Lampung Selatan. Lampung. 2017
56

Usaha Milik Negara PTPN 7. Salah satu kawasan kebun karet di Lampung

terdapat di desa Sabah Balau, Lampung Selatan, yang berlokasi dekat

dengan Taman Hortikultura Park, Provinsi Lampung.

Sebagai kebun produksi, kebun karet memiliki struktur vegetasi yang

homogen dengan didominasi oleh pohon karet itu sendiri. Kondisi demikian

menjadi indikasi menurunya tingkat keanekaragaman tumbuhan lumut

karena memiliki tipe atau jenis pohon yang sama. Perubahan kondisi

lingkungan tersebut berpengarauh terhadapa kelestarian hayati termasuk

ancaman bagi lumut. Perubahan kondisi lingkungan dapat menyebabkan

perbedaan komposisi jenis dalam komunitas lumut. Komunitas lumut yang

berada di lingkungan perkebunan memiliki diversitas yang berbeda dengan

yang ada di hutan.

Penelitian ini berdasarkan lokal sumber datanya termasuk kategori

penelitian lapangan, dan ditinjau dari segi sifat-sifat data termasuk dalam

penelitian deskriptif. Sumber data berasal dari survei disekitar air terjuan

dengan melalui pengamatan langsung. Teknik pengumpulan data

menggunakan metode survei eksploratif yaitu penelitian yang dilakukan

dengan mengadakan pengamata langsung terhadap spesies lumut

dilapangan. Untuk menentukan batasan wilayah penelitian,menggunakan

metode purposive sampling yaitu pengambilan sample yang tidak

didasarkan pada strata, random/acak.

Hasil penelitian ini yang diperoleh dari lokasi penelitian perkebunan

karet PTPN 7, menemukan sebanyak 8 jenis lumut. Lumut yang ditemukan


57

terdiri dari dua kelas, yaitu kelas lumut sejati (moss) lumut hati (leafy

liverwort). Jumlah lumut yang ditemukan pada tiga lokasi penelitian, ini

mewakili 0,5 % dari total 1500 jenis lumut yang ada di Indonesia.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Pendi Setyawan pada tahun

2016 dengan judul “Inventarisasi dan Keaneragaman Tumbuhan

(Bryophyta dan Pteridophyta) pada ketinggian yang berbeda di Taman

Hutan Raya (TAHURA) K.G.P.A.A Mangkunagoro 1 Ngargoyoso

Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah”.41

Latar belakang dari penelitian ini adalah ketersediaan informasi

mengenai keanekaragaman tumbuhan pada Taman Hutan Raya (TAHURA)

masih belum memadai (sangat minim). Keanekaragaman tumbuhan sudah

dikenal manusia sejak manusia berada di bumi. Sampai saat ini kajian

tentang keanekaragaman tumbuhan masih terus dipelajari dan

dikembangkan.

Keanekaragaman tumbuhan lumut dan paku yang banyak manfaatnya

belum banyak dikenal oleh masyarakat, sehingga menjadi salah satu potensi

yang perlu untuk diinventarisasi dan dikembangkan untuk kemajuan ilmu

pengetahuan. Untuk itu perlu dilakukannya inventarisasi dan

keanekaragaman tumbuhan (Bryophyta dan Pteridophyta), sehingga akan

membantu kelengkapan data sebagai referensi bagi pihak pengelola dalam

memberikan informasi dan gambaran tentang keanekaragaman tumbuhan

41
Pendi Setyawan. Inventarisasi dan Keaneragaman Tumbuhan (Bryophyta dan
Pteridophyta) pada ketinggian yang berbeda di Taman Hutan Raya (TAHURA) K.G.P.A.A
Mangkunagoro 1 Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2016.
58

(Bryophyta dan Pteridophyta) yang terdapat di Taman Hutan Raya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan (Bryophyta

dan Pteridophyta) dan indeks keanekaragaman jenis tumbuhan (Bryophyta

dan Pteridophyta) di Taman Hutan Raya (TAHURA).

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti pada penelitian adalah

Metode yang digunakan berupa purposive random sampling dan

pengambilan data diperoleh dengan metode jelajah atau eksplorasi dengan

menggunakan metode transek kuadran. Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh tumbuhan (Bryophyta dan Pteridophyta) di Taman Hutan Raya

(TAHURA) Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten

Karanganyar, Jawa Tengah. Sampel pada penelitian ini adalah tumbuhan

yang berada pada ketinggian 1.000 m. dpl, 1.200 m. dpl, dan 1.400 m. dpl

disetiap kali perjumpaan. Pengumpulan data menggunakan beberapa cara

yaitu : (1) Eksplorasi, (2) Identifikasi, (3) Wawancara, (4) kepustakaan, (5)

Dokumentasi, (6) Pembuatan herbarium. Analisis data dari penelitian ini

adalah dengan cara deskriptif kualitatif.

Hasil dari penelitian pendi styawan ini adalah ditemukan 4 bangsa, 5

Suku, 15 genus dan 21 species tumbuhan yang tersebar pada ketinggian

1.000 m.dpl, 1.200 m.dpl dan 1.400 m.dpl di TAHURA. Indeks

keanekaragaman paling tinggi pada stasiun C (1.400 m.dpl) sebesar 0,68

yaitu yang mendominasi Pogonatum cirrhatum, sedangkan yang paling

rendah pada stasiun A (1.000 m.dpl) sebesar 0,51 yang mendominasi Riccia

sp. Indeks dominasi paling tinggi pada stasiun A (1.000 m.dpl) sebesar 0,48
59

,sedangkan paling rendah pada stasiun C (1.400 m.dpl) sebesar 0,31.

Keanekaragaman tumbuhan Bryophyta dan Pteridophyta di TAHURA

termasuk rendah.

Ketiga, peneilitian dari Nofilah Sonya Sarwilujeng pada tahun 2014

dengan judul “Inventarisasi Lumut (Bryophyta) Di Kawasan Wisata Air

Terjun Gucialit Kabupaten Lumajang Sebagai Sumber Belajar Biologi

Sma”.42

Latar belakang penelitian ini adalah Tumbuhan lumut (Bryophyta) di

wilayah Lumajang belum banyak terungkap khususnya di Kawasan

Wisata Air Terjun Gucialit Kabupaten Lumajang. Kawasan Wisata Air

Terjun Gucialit yang terletak di Desa Kertowono, Kecamatan Gucialit,

Kabupaten Lumajang merupakan salah satu air terjun alami yang terdapat di

area perkebunan teh kertowono dibawah naungan PTPN XII. Lokasi Wisata

Air Terjun Gucialit ini merupakan daerah yang berada di kaki lereng Gunug

Semeru dan berjarak 20 km dari pusat kota Lumajang, dengan ketinggian

kurang lebih 1500-1600 m di atas permukaan laut dan memiliki suhu sekitar

16 derajat Celsius. Penelitian ini bertujuan menginventaris berbagai jenis

tumbuhan lumut di Kawasan Wisata Air Terjun Gucialit Kabupaten

Lumajang dan sebagai upaya pemanfaatan lingkungan untuk sumber belajar.

Metode penelitian yang digunakan adalah dilakukan dengan cara

jelajah, yaitu menjelajahi setiap sudut suatu lokasi yang dapat mewakili tipe

– tipe ekosistem ataupun vegetasi di kawasan yang diteliti (Rugayah dkk,

42
Nofilah Sonya Sarwilujeng. Inventarisasi Lumut (Bryophyta) Di Kawasan Wisata Air
Terjun Gucialit Kabupaten Lumajang Sebagai Sumber Belajar Biologi Sma. Universitas Jember.
2014
60

2004). Membagi wilayah penelitian menjadi 10 pos (100 meter) dengan

menyusuri jalan setapak yang tersedia di lokasi penelitian yang dimulai dari

parkiran kawasan Wisata Air Terjun Gucialit.

Berdasarkan hasil inventarisasi tumbuhan lumut (Bryophyta) di

Kawasana Wisata Air Terjun Gucialit Kabupaten Lumajang ditemukan 15

spesies yang tergolong dalam 3 Kelas tumbuhan lumut yaitu: 3

Hepaticopsida, 1 Anthocerotopsida dan 11 Bryopsida.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Florentina I.W dan Dewi

susan tahun 2013 pada dengan judul penelitian “Keaneragaman Jenis Lumut

Di Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat”.43

Latar belakang penelitian ini adalah kepulauan raja ampat terletak di

Provinsi Papua Barat dikenal mempunyai kekayaan keaneragaman hayati

yang tinggi. Namun sampai saat ini, informasi tentang keaneragaman hayati

termasuk keaneragaman lumutnya di kawasan ini sangat kurang. Hal ini

dapat diketahui antara lain dari tidak ditemukannya koleksi spesimen lumut

dari kawasan tersebut di herbarium bogoriense, hasil penelusuran database

beberapa herbarium melalui website yang tersedia di internet serta laporan

atau publikasi ilmiah tentang kelompok tumbuhan ini dari raja ampat.

Metode penelitian ini menggunakan metode jelajah yaitu menjalajahi

dan mengamati setiap sudut lokasi penelitian. Setiap jenis lumut yang

dijumpai diambil contohnya untuk kemudian di buat koleksi herbariumnya

untuk keperluan identifikasi.

43
Florentina I.W dan Dewi Susan. Keaneragaman Jenis Lumut Di Kepulauan Raja
Ampat, Papua Barat. Buletin Kebun Raya.2013. Vol.16 No.2
61

Hasil eksplorasi dan koleksi lumut dilakukan di Kepulauan Raja Ampat

tercatat 85 nomor koleksi lumut berhasil dikumpulkan yang terdiri atas 56

jenis dari 25 marga dan 11 famili. Empat jenis yaitu Calymperes polisotii,

Ectropothecium monumentorum, Macromitrium orthostichum dan Thuidium

tamariscellum merupakan catatan baru untuk New Guinea dan dua jenis

lainnya Taxithelium bakeri dan taxithelium oblongifolium merupakan

catatan baru untuk indonesia.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Musyarofah pada tahun 2013

dengan judul “Keaneragaman Lumut Hati dan Lumut Tanduk Pasca Erupsi

di Taman Nasional Guung Merapi, Yogyakarta”.44

Latar belakang penelitian ini adalah Gunung Merapi merupakan gunung

berapi yang aktif, letusan besar terjadi pada Oktober 2010. Taman Nasional

Gunung Merapi (TNGM) Yogyakarta, merupakan kawasan hutan hujan

tropik berada di lereng selatan Gunung Merapi. Letusan Gunung Merapi

pada Oktober 2010 telah menimbulkan awan panas dan kebakaran hutan

yang mengakibatkan sebagian besar habitat vegetasi lumut menjadi rusak.

Penelitian ini bertujuan menggambarkan keanekaragaman jenis dan

menyusun kunci identifikasi jenis-jenis lumut hati dan lumut tanduk di

TNGM pasca erupsi Merapi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah Penelitian eksplorasi

ini dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan

sampel yang ditemukan di sepanjang jalan yang mudah dilalui. Pengambilan

44
Musyarofah. Keaneragaman Lumut Hati dan Lumut Tanduk Pasca Erupsi di Taman
Nasional Guung Merapi, Yogyakarta. Institut Pertanian Bogor. 2013
62

sampel meliputi fase gametofit dan fase sporofit. Setiap sampel lumut yang

dikoleksi diberi nomor koleksi dan dicatat substrat tempat tumbuhnya.

Pada penelitian ini dijumpai sebanyak 20 jenis, 14 marga, dan delapan

suku. Jenis-jenis tersebut meliputi 12 jenis lumut hati berdaun, lima jenis

lumut hati bertalus, dan tiga jenis lumut tanduk. Lumut arboreal hanya

dijumpai di Bukit Pronojiwo, semua merupakan lumut hati berdaun.

Sedangkan lumut terestrial dijumpai di tiga lokasi penelitian.

Keanekaragaman jenis lumut hati dan lumut tanduk di Bukit Pronojiwo

(lokasi yang masih dijumpai pohon) lebih tinggi daripada di Kinahrejo dan

Gandok (lokasi tanpa vegetasi pohon). Lumut hati bertalus Marchantia

treubii merupakan jenis yang umum dijumpai di TNGM.

Berdasarkan Kelima Penelitian diatas terdapat berbagai macam jenis

lumut yang ditemukan diberbagai tempat yang berbeda. Keberadaan lumut

yang berbagai macam menandakan bahwa lokasi ataupun tempat tersebut

masih memiliki lingkungan yang baik atau masih alami sehingga tumbuhan

tingkat rendah seperti lumut dapat melangsungkan kehidupannya.

No. Nama Persamaan Perbedaan

Peneliti/Judul/Tahun

1. Ryo Waldi/ Inventarisasi 1. Tujuan penelitian 1. Lokasi penelitian

Lumut di Kawasan adalah Inventarisasi

Perkebunan Karet PTPN lumut

7 Desa Sabah Balau, 2. Teknik pengumpulan


63

Kabupaten Lampung data menggunakan

Selatan, Lampung/2017 metode survei

eksploratif

3. Batasan wilayah

penelitian,mengguna

kan metode

purposive sampling

yaitu pengambilan

sample yang tidak

didasarkan pada

strata, random/acak.

2. Pendi 1. Kajian yang diteliti 1. Perhitungan

Setyawan/Inventarisasi adalah inventarisasi indeks

dan Keaneragaman lumut keaneragaman

Tumbuhan (Bryophyta hayati (bryophyta

dan Pteridophyta) pada dan

ketinggian yang berbeda pteridophyta).

di Taman Hutan Raya 2. Teknik

(TAHURA) K.G.P.A.A Pengambilan data

Mangkunagoro 1 diperoleh dengan

Ngargoyoso Kabupaten metode jelajah

Karanganyar Provinsi atau eksplorasi

dengan
64

Jawa Tengah/2016 menggunakan

metode transek

kuadran.

3. Metode

penelitian

menggunakan

metode purposive

random

sampling.

3. Nafilah Sonya 1. Tujuan penelitian 1. Tempat

Sarwilujeng/ inventarisasi lumut penelitian

Inventarisasi Lumut (bryophyta)

(Bryophyta) Di Kawasan 2. Lokasi berada di air

Wisata Air Terjun terjun

Gucialit Kabupaten 3. Metode penelitian

Lumajang Sebagai yang digunakan

Sumber Belajar Biologi adalah dilakukan

Sma/2014 dengan cara jelajah

4. Florentina I.W dan Dewi 1. Metode penelitian ini 1. Tujuan penelitian

Susan/ Keaneragaman menggunakan mengetahui

Jenis Lumut Di metode jelajah yaitu keaneragaman

Kepulauan Raja Ampat, menjalajahi dan lumut.


65

Papua Barat/2013 mengamati setiap 2. Lokasi penelitian

sudut lokasi kepulauan raja

penelitian. ampat terletak di

Provinsi Papua

Barat

5. Musyarofah 1. Metode yang 1. Tujuan penelitian

/Keaneragaman Lumut digunakan ialah mengetahui

Hati da Lumut Tanduk Penelitian eksplorasi keaneragaman

Pasca Erupsi di Taman ini dilakukan dengan lumut hati dan

Nasional Guung Merapi, metode purposive lumut tanduk.

Yogyakarta/2013 sampling yaitu teknik 2. Lokasi Penelitian

pengambilan sampel Taman Nasional

yang ditemukan di Gunung Merapi

sepanjang jalan yang (TNGM)

mudah dilalui. Yogyakarta.


66

8. Paradigma Penelitian

Keberadaan tumbuhan lumut di Indonesia


Mencapai 1000 Jenis

Tumbuhan lumut ditemukan terutama di area sidikit cahaya dan


lembab, sebagian besar tumbuh di hutan hujan tropis.

Vegetasi Air Terjun Parangkikis termasuk hutan huja


tropis

Inventarisasi Lumut

Hasil dari penelitian berupa bahan ajar dalam bentuk


ensiklopedia.

Gambar 2.14 Paradigma Penelitian


67

Keberadaan tumbuhan lumut di Indonesia sangat banyak dan beragam,

diperkirakan mencakup lebih dari 10.000 jenis lumut yang terdapat di

Indonesia. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan yang sangat kecil

(mikroskopis).

Air Terjun Parangkikis merupakan salah satu Air Terjun di Kecamatan

Pagerwojo. Vegetasi jenis pohon yang banyak dan melimpah memungkinkan

keragaman jenis tumbuhan yang ada di vegetasi tersebut banyak, khususnya

tumbuhan lumut.

Perubahan kondisi lingkungan juga memungkinkan berdampak terhadap

keanekaragaman tumbuhan lumut di kawasan tertentu. Tumbuhan lumut

merupakan tumbuhan yang biasa ditemukan di hampir semua habitat kecuali

lingkungan yang gersang. Tumbuhan lumut ditemukan terutama di area sidikit

cahaya dan lembab, sebagian besar tumbuh di hutan hujan tropis. Lingkungan

dalam kondisi habitat tertentu memungkinkan tumbuhan lumut yang hidup

akan berbeda keanekaragaman spesies. Tumbuhan lumut sangat dipengaruhi

faktor-faktor biotik dan abiotik dalam kelangsungan hidup lumut. Tumbuhan

lumut juga memiliki peran dalam ekologi, yaitu salah satu tumbuhan penutup

tanah di hutan, menjaga resapan air hujan dan sebagainya.

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-

kejadian, dan menggunakan metode survei. Penekanan pada penelitian ini

adalah menginventarisasi dan mengidentifikasi lumut, sehingga diharapkan


68

hasil dari penelitian ini nantinya dapat diketahui macam dan nama spesies dari

lumut tersebut.

Hasil dari penelitian ini nantinya akan digunakan oleh peneliti sebagai

bahan ajar mata kuliah ekologi yang ditujukan untuk mahasiswa biologi

dengan berupa buku bacaan ensiklopedia.

Anda mungkin juga menyukai