Anda di halaman 1dari 5

PEMANFAATAN EKSTRAK BIJI BINTARO SEBAGAI

LARVASIDA PADA LARVA Aedes aegypti

Naily Adniya Rochmy


Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Malang, Indonesia
Jl. Semarang No. 5 Sumbersari, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145
Telp. (0341) 551312 psw 1137, Fax. (0341) 556775
E-mail : nailyadniya99@gmail.com

Abstract: Penyebaran virus dengue sangat signifikan di banyak daerah sehingga menjadi penyakit virus
terkait borne-mosquito yang penting. Menurut laporan WHO pada tahun 2004-2010 negara endemisitas
tertinggi kedua ditempati Indonesia setelah Brazil dengan jumlah 129.435 kasus. Salah satu strategi untuk
menurunkan jumlah kasus yaitu pengendalian vektor melalui larvasida yang berasal dari tumbuhan.
Tanaman yang dianggap memiliki efek mortalitas terhadap larva Aedes aegypti adalah biji bintaro
(Cerbera manghas). Biji bintaro mengandung cerberin yang dianggap bersifat kardiotoksik bagi larva
Aedes aegypti. Tujuan: Untuk mengetahui efek ekstrak biji bintaro (Cerbera manghas) sebagai larvasida
pada larva Aedes aegypti instar III/IV. Desain Penelitian : Penelitian ini bersifat eksperimental dengan
metode the post test only controlled group design dan sampel diambil dengan teknik purposive sampling
dan jumlah sampel dalam satu wadah sebanyak 25 ekor. Hasil : Diperoleh hasil bahwa nilai LC50 ekstrak
biji bintaro adalah 1,339% (13.390 ppm) dan LC99 2,424% (24.240 ppm). Kesimpulan : Ekstrak biji
bintaro memiliki efek larvasida terhadap larva Aedes aegypti larva instar III atau IV.

Keywords: Cerbera manghas, Aedes aegypti, larvasida, dengue

Abstrak (Times New Roman 10, tebal, spasi At least 12 pt): Tanaman merupakan salah satu makhluk
hidup. bstrak berisi pernyataan ringkas dan padat tentang ide-ide yang paling penting. Abstrak memuat
masalah dan tujuan penelitian, prosedur penelitian (untuk penelitian kualitatif termasuk deskripsi tentang
subjek yang diteliti), dan ringkasan hasil penelitian (bila dianggap perlu, juga kesimpulan dan implikasi).
Tekanan diberikan pada hasil penelitian. Hal-hal lain seperti hipotesis, pembahasan, dan saran tidak
disajikan. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Abstrak bahasa Inggris diletakkan
sebelum abstrak berbahasa Indonesia. Panjang abstrak maksimum 150 kata dan ditulis dalam satu
paragraf. Abstrak diketik dengan spasi At least 12 pt dengan menggunakan format yang lebih sempit dari
teks utama (margin kanan dan kiri menjorok masuk 1,2 cm). Kata kunci adalah kata pokok yang
menggambarkan daerah masalah yang diteliti atau istilah-istiah yang merupakan dasar pemikian gagasan
dalam karangan asli, berupa kata tunggal atau gabungan kata. Jumlah kata kunci sekitar 3-5 buah. Kata
kunci diperlukan untuk komputerisasi sistem informasi ilmiah. Dengan kata kunci dapat ditemukan judul-
judul penelitian beserta abstraknya dengan mudah.

Kata kunci: Carbera manghas, Aedes aegypti, dengue, larvacide

Demam Berdarah Dengue (DBD) endemis.


merupakan penyakit infeksi umumnya Berdasarkan data internal Pencegahan
ditemukan di daerah tropis dan ditularkan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada tahun
melalui hospes perantara jenis serangga 2015, penderita demam berdarah di 34
khusus Aedes spesies. Menurut data Badan provinsi di Indonesia sebanyak 129.179
Kesehatan Dunia (WHO) sebanyak 75% orang, dimana 1.240 diantaranya meninggal
wabah dengue menyebar di Asia Pasifik dunia.
antara tahun 2004 dan 2010, sementara Rumusan Masalah
Indonesia menempati negara ke-2 dengan Banyaknya kasus DBD memerlukan
kasus DBD terbesar diantara 30 negara penanggulangan yang tepat agar dapat
Header halaman gasal: Nama akhir penulis, penggalan judul artikel

menurunkan kasus tersebut. Vaksin untuk 2-2,5 cm dengan kepala sari berwarna coklat
pencegahan terhadap infeksi virus dan obat dan kepala putiknya berwarna hijau
untuk penyakit DBD belum ada dan masih keputihan. Didalam buah bintaro ini terdapat
dalam proses penelitian, sehingga biji yang berbentuk oval dan pipih. Pohon
pengendaliannya ditujukan untuk memutus bintaro diperkuat dengan akar yang kokoh
rantai penularan, yaitu melalui pengendalian bersifat akar tunggang berwarna cokelat.
vektornya dengan cara memutus rantai (Pranowo D. 2010)
perkembangbiakan Aedes aegypti. Biji bintaro termasuk bagian yang
Berbagai upaya pengendalian vektor paling beracun dibandingkan bagian yang
yang dilakukan diantaranya, program 3M lainnya. Zat kimia yang terkandung, yaitu
dan larvasidasi. Menurut Sudarmo (1989) steroid, tripeternoid, saponin dan akaloid
larvasida merupakan golongan dari pestisida yang terdiri dari cerberin (0,6%),
yang dapat membunuh serangga belum serberosida, nerifolin, dan thevetin. Senyawa
dewasa atau sebagai pembunuh larva. alkaloid ini memiliki karakter toksin,
Larvasida berasal dari bahasa Yunani yang repellent, dan antifeedant pada serangga.
terdiri dari 2 suku kata, yaitu Lar berarti (Utami,2010)
serangga belum dewasa dan Sida berarti
pembunuh. Jadi larvasida dapat diartikan
sebagai pembunuh serangga yang belum METODE
dewasa atau pembunuh ulat (larva). Populasi dalam penelitian ini adalah
Tujuan Penelitian semua larva yang berhasil dikembangkan
Cara yang efektif untuk mencegah dari telur Aedes aegypti hasil dari Balai
timbulnya demam berdarah adalah larvasida Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor
dengan mengurangi kontak antara vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP).
dengan manusia. Pengambilan sampel dilakukan dengan
Umumnya larvasida menggunakan teknik purposive sampling. Purposive
bahan alami yang berasal dari tumbuhan. sampling merupakan suatu metode pemilihan
Senyawa bersifat larvasida terhadap larva sampel berdasarkan sifat atau ciri-ciri
nyamuk Aedes aegypti seperti cerberin, tertentu yang berhubungan dengan
saponin, tanin dan steroid telah berhasil karakteristik populasi. Sampel yang diambil
diekstrak dari biji bintaro (Cerbera yaitu larva instar III atau IV yang telah
manghas) (Arurasameru. 2011). Dalam memiliki alat organ lengkap.
penelitian ini digunakan biji bintaro yang Buah bintaro (Cerbera manghas) yang
didalamnya terdapat kandungan metabolik telah diambil di Pusat Konservasi Tumbuhan
sekunder diduga memiliki potensi sebagai dipotong dan dikeringkan selama 3 hari
larvasida. menggunakan oven 40'C. Bagian tanaman
Bintaro ( Cerbera manghas) yang sudah kering kemudian digiling dengan
Tanaman ini dapat memiliki greender dengan kehalusan 3 mm untuk
ketinggian mencapai 10-20 meter. Pohon dihaluskan. Bagian yang sudah halus
bintaro memiliki batang yang tegak direndam dalam pelarut etanol 96% dengan
berbentuk bukat, berkayu serta berbintik- perbandingan 1:3. Diaduk dengan mixer
bintik hitam. Daun yang dimiliki pohon selama 2-3 jam lalu dibiarkan selama 24 jam
bintaro memiliki karakteristik antara lain, kemudian disaring dengan corong Buchner
daun tunggal dan berbentuk lonjong, tepi yang dialasi dengan kertas saring kasar.
daun rata, ujung pangkalnya meruncing, Hasil dari penyaringan kemudian
pertulangan daun menyirip, permukaan licin. dimasukkan ke rotary evaporator agar etanol
Selain itu, alat reproduksi tanaman ini menguap hingga dihasilkan ekstrak kental
berupa bunga yang terletak di ujung batang yang siap digunakan.
(flos terminalis). Bunga nya termasuk dalam Bahan yang sudah diekstraksi
bunga majemuk yang memiliki tangkai putik diencerkan di Laboratorium Biokimia.

2
Header halaman gasal: Nama akhir penulis, penggalan judul artikel

Dilakukan perhitungan konsentrasi induk konsentrasi induk. Kemudian dituangkan air


dari ekstrak biji bintaro yang dibutuhkan. aquades hingga volume 100 ml dan setelah
Ekstrak biji bintaro ditimbang di gelas kimia itu dimasukkan ke dalam masing-masing
mengggunakan timbangan digital. Dilarutkan gelas plastik. Larva Aedes aegypti instar
dengan aquades hingga 100 ml ekstrak biji III/IV sebanyak 25 ekor dimasukkan di
bintaro yang telah ditimbang. Konsentrasi masing-masing gelas plastik yang sudah
yang telah diencerkan dituangkan kedalam diisikan ekstrak dengan menggunakan jaring
masing-masing gelas plastik. termasuk kontrol tanpa diberi makanan.
Wadah yang telah berisi rendaman telur Jumlah larva yang mati dihitung pada jam
Aedes aegypti diletakkan di dalam ruangan ke-48 sejak diberikan perlakuan. Larva yang
khusus yang sudah disesuaikan pencahayaan masih hidup setelah digunakan sebagai
dan suhu nya. Setiap 2 jam, harus penelitian, dimatikan menggunakan deterjen
dipindahkan ke wadah lain agar sebelum dibuang.
perkembangan larva pada satu wadah
homogen. Larva yang telah menetas diberi
makan dengan fish food. Pilih larva instar HASIL
III/IV dengan menentukan larva yang telah Berdasarkan hasil ujian eksplorasi
masuk hari ke-5 hingga hari ke-7. menunjukkan bahwa pada konsentrasi
Ekstrak biji bintaro diambil dan 0,01%, 0,05% dan 0,1% tidak ditemukan
ditimbang sesuai dengan konsentrasi yang kematian larva pada semua ulangan. Jumlah
digunakan. Konsentrasi ekstrak biji embrio larva yang mati paling tinggi pada
yang digunakan adalah 0,01%, 0,05%, 0,1%, konsentrasi 1,25% dengan mortalitas rerata
0,5%, 1% dan 1,25%. Gelas kimia diisikan 15 ekor (60%).
ekstrak sebanyak 0,67 ml, 3,33 ml, 6,7 ml,
33,3 ml, 66,7 ml dan 83,3 ml dari

Tabel 1.1 Jumlah mortalitas larva Aedes aegypti pada berbagai dosis ekstrak biji
(Cerbera manghas) setelah 48 jam perlakuan pada uji eksplorasi.
Konsent Jumlah larva yang mati Rata-rata
rasi (%) 1 2 3 4
Ulangan ekor % ekor % ekor % ekor % ekor %
1,89 14 56 13 52 19 76 14 56 15 60
1,59 12 48 11 44 22 88 14 56 14,75 59
1,29 1 4 2 8 3 12 4 16 2,5 10
0,99 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,69 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kontrol 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
negatif
*) Hasil uji eksplorasi pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa LC50 terdapat pada kisaran
konsentrasi ekstrak biji bintaro 1%. Hasil ini digunakan sebagai dasar untuk uji utama.

3
Header halaman gasal: Nama akhir penulis, penggalan judul artikel

PEMBAHASAN Larva dapat mengalami anoreksia


dengan gejala penurunan aktifitas enzim
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan
pencernaan dan proses absorbsi akibat efek
untuk mengetahui adanya perbedaan
saponin. Kutikula pada tubuh larva dapat
signifikan pada larva Aedes aegypti instar
rusak akibat efek dari saponin yang
III/IV yang tidak diberi perlakuan (kontrol)
menyebabkan hilangnya cairan tubuh larva.
dengan larva Aedes aegypti yang diberi
( Kuddus, 2011 ) Perubahan-perubahan ini
perlakuan ekstrak biji bintaro (Cerbera
dapat menyebabkan kematian pada larva
manghas) dalam berbagai konsentrasi.
Ekstrak biji bintaro dipilih karena tingkat KESIMPULAN DAN SARAN
toksisitas yang tinggi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan (Arurasameru, 2011) yang Kesimpulan
menyatakan bahwa hampir seluruh bagian Konsentrasi ekstrak biji bintaro (Cerbera
tanaman bintaro mengandung racun manghas) berpengaruh terhadap mortalitas
"cerberin" yaitu racun yang mampu larva Aedes aegypti instar III/IV selama 48
menghambat saluran ion kalsium manusia jam.
sehingga menganggu detak jantung dan
dapat menyebabkan kematian. Saran
Pada penelitian ini, larva instar III/IV
yang dipilih sangat penting karena larva Penelitian ini bisa dikembangkan dengan
berperan sebagau sampel atau subjek uji coba spesies pada larva nyamuk lain
penelitian. Penelitian ini dapat dikembangkan
Berdasarkan pada tabel 1.1 pada uji dengan uji coba ekstrak dalam bentuk zat
eksplorasi menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak lainnya
1,25% mempengaruhi jumlah kematian larva
mencapai 60%. Pada konsentrasi 1%
DAFTAR RUJUKAN
mempengaruhi jumlah kematian larva hanya
59%. Borg, Walter R. & Gall, M.D. 1992.
Kemungkinan aktifitas larvasida Educational Research. London:
disebabkan adanya senyawa aktif di dalam Longman.
biji bintaro. Senyawa aktif tersebut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi
diantaranya adalah, alkaloid, tanin, saponin, Jawa Timur. 2007. Grand Design
cerberin, steroid dan flavonoid. Kandungan Pendidikan Propinsi Jawa Timur
cerberin bersifat kardioksitas karena dapat Tahun 2008. Surabaya: Dinas P dan K
menganggu aktifitas jantung pada sistem Propinsi Jawa Timur.
sirkulasi larva dengan cara menghambat ion Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi
kalsium di otot jantung sehingga dapat Jawa Timur. 2008. Mile Stone
menyebabkan kematian larva (Tomlinson, Pendidikan Propinsi Jawa Timur
1986) Efek lain dari cerberin ini dapat Tahun 2007. Surabaya: Dinas P dan K
menyebabkan anoreksia pada larva. Propinsi Jawa Timur.
Berdasarkan dua mekanisme tersebut ekstrak Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri. 2008.
biji bintaro dapat menyebabkan kematian Profil Pendidikan. Kediri: Dinas
pada larva Aedes egypti. Pendidikan, Pemerintah Kabupaten
Kandungan lainnya adalah saponin yang Kediri.
dapat meningkatkan permeabilitas tubuh Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri. 2009.
larva akibat rusaknya membran sel sehingga Rencana Jangka Pendek Kabupaten
banyak toksin dapat masuk ke tubuh larva. Kediri Tahun 2009. Kediri: Dinas
(Turk,2006) Pendidikan, Pemerintah Kabupaten
Kediri.
Dinas Pendidikan Kota Kediri. 2007.
Renstra pendidikan Kota Kediri.

4
Header halaman gasal: Nama akhir penulis, penggalan judul artikel

Kediri: Dinas Pendidikan, Pemerintah


Kota Kediri.
Mukhadis, A. & Kustono, J. 2003. Beberapa
Faktor Penyebab Rendahnya
Partisipasi Masyarakat dalam
Program Wajib Belajar 9 Tahun di
Kabupaten Probolinggo. Laporan
Penelitian. Malang: Lembaga
Penelitian Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai