Anda di halaman 1dari 4

IDENTIFIKASI JUMLAH KARBON PADA LAMUN

(Enhalus acoroides)
Nama : Geni Febriani
NPM : E1I016039
Kelompok : 7 (Tujuh)
Dosen MK : Bertoka Fajar SP Negara, S.Kel., M.Si
Coas : 1. Destia Kualasari
2. Galank Fad’qul Janarkho
3. Nazrul Aziz

TUJUAN
Mengetahui metode dan menganalisis kadar jumlah karbon C pada tumbuhan lamun
(Enhalus acoroides) di Desa Kahyapu, PulauEnggano.
METODOLOGI
Waktu Dan Tempat
Praktikum Oseanografi Kimia dilaksanakan di Desa Kahyapu, Pulau Enggano pada hari Senin
30 April 2018, dan kembali dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2018 di Laboratorium Ilmu
Kelautan Universitas Bengkulu
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum identifikasi jumlah karbon
pada lamun ini adalah: kantong asoy, koran, alumunium foil, oven, timbangan digital, transek
1x1m, kertas sampel, alat tulis, lamun (Enhalus acoroides), dan cuka.
ProsedurKerja
Pada praktikum kali ini dilakukan di dua tempat di ekosistem lamun untuk mengambil
sampel dan di laboratorium untuk pengamatan jumlah karbon C pada lamun. Untuk perlakuan
pengambilan sampel pertama-tama menyiapkan kantong asoy dan transek 1x1m, berjalan
menuju ekosistem lamun dan meletakan transek 1x1m pada ekosistem lamun lalu mengamati
jenis lamun apa aja yang ada pada transek 1x1m tersebut, setelah mendapatkan jenisnya lalu
mengambil jenisnya lalu memasukan sampel ke dalam kantong asoi, setelah itu mencuci
bersih sampel yang telah didapat lalu membilasnya dengan cairan cuka lalu menjemur di
bawah terik matahari setelah kurang lebih 30 menit mengambil kembali dan menjempit
sampel dengan lapisan koran. Untuk pengamatan skala laboratorium pertama yang harus di
lakukan adalah membilas sampel dengan air bersih lalu menimbang sampel, mencatat hasil
timbangan. Kedua menyiapkan aluminium foil untuk diaqjdikan wadah proses mengoven
sampel, setelah itu mengoven sampel dengan suhu 60oC selama 10 jam. Mengeluarkan sampel
menimbang sampel mencatat hasil, lalu mengoven ulang selama 5 menit melakukan tiga kali
ulangan, setiap ulangan menimbang dan menacatat hasilnya atau mendokumen tasikan nya.
Analisis Data
Total tutpan lamun di Kahyapu, Pulau Enggano digunakan analisis langsung. Untuk
menghitung estimasi biomasa lamun yang ada di desa Kahyapu, Pulau Enggano dilakukan
W
analisa matematik skala laboratorium dengan menggunakan rumus C= B x 0,5 dimana B=
A
C: karbon W: total berat kering
B: biomasa A: luas plot

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di perairan Pulau Enggano dimana daerah tersebut


termasuk kedalam wilayah administratif Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.
Ekosistem laut dan pesisir memiliki peranan besar dalam siklus global karbon, sekitar 93%
CO2 di bumi disirkulasikan dan disimpan di dalam lautan. Ekosistem ini mampu menyimpan
karbon dalam jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama
dibandingkan ekosistem lainnya. Ekosistem pesisir yang memiliki kemampuan menyerap dan
meyimpan karbon dalam kurun waktu yang relatif lama antara lain hutan bakau dan padang
lamun. Padang lamun merupakan ekosistem yang kompleks dan produktif di ekosistem laut
dan pesisir. Salah satu peran utama lamun adalah sebagai penyimpan karbon (carbon sink)
dengan karakteristik uniknya (Duarte et al., 2010 dalam Rahmawati, 2012).
Dari hasil pratikum yang telah dilakukan dengan menggunakan transek 1 x 1 m pada
plot yang kami ambil ada 1 jenis lamun yang kami dapatkan yaitu lamun jenis Enhalus
acoroides sebagai sampel. Sampel yang didapatkan di cuci dengan air bersih lalu kemudian di
masukkan ke dalam air cuka agar lamun tetap awet setelah itu lamun di jemur sebentar.
Pratikum lapangan ini menggunakan transek 1 x 1 m. Sedangkan dari hasil yang didapat
melalui analisis di laboratorium, proses pengovenan pertama dilakukan selama sepuluh jam
dengan suhu oven 60o C, lama waktu yang di tentukan karena lamun pada saat pengeringan
pertama masih dalam kondisi basah. Untuk mendapatkan berat kering yang ideal untuk
menghitung berat karbonnya maka melakukan pengulangan kedua yaitu dengan suhu 60 o
selama 5 menit, setelah 5 menit . Setelah itu dilakukan pengulangan ketiga yaitu masih
menggunakan suhu yang sama dengan waktu 5 menit. Berat kering inilah yang akan dihitung
jumlah kandungan karbonnya dengan metode analisis data awetan atau keringan lamun di
bersihkan lalu kemudian ditimbang, berat lamun jenis Enhalus acoroides sebelum di oven
yaitu 7,2 gram, sedangkan berat lamun sesudah di oven selama 10 jam yaitu 5,57 gram dan
setelah dioven pertama di oven kembali selama lima menit dan berat nya yaitu 5,47 gram.
Hasil carbon yang didapatkan pada lamun jenis ini setelah dianalisis dengan menggunakan
rumus :
C= B x 0,5
w
B=
A
W=5,47 gr A= 1 m2 maka, B = 5,47 gr dan C = 5,47 x 0,5 = 2,73 C
Jadi hasil carbon yang telah didapatkan pada jenis lamun Enhalus acroides yaitu 2,37
C. Menurut Irawan (2017), dalam perhitungan stok karbon teramati bahwa padang lamun
yang kerapatannya lebih tinggi tidak berarti memiliki standing stock atau biomassa yang lebih
tinggi juga. Hal ini karena adanya perbedaan morfologi daun tiap jenis lamun yang dapat
memengaruhi kerapatannya.Lamun berukuran besar seperti E. acoroides memiliki biomassa
yang besar untuk pertegakanya, sehingga walaupun kerapatannya rendah kandungan
biomassanya tinggi. Sebaliknya lamun yang berukuran lebih kecil memiliki biomassa yang
rendah untuk pertegakanya, sehingga walaupun kerapatanya lebih tinggi, kandungan
biomassanya lebih rendah.
Tumbuhan lamun memiliki kandungan karbon yang menggambarkan seberapa besar
lamun tersebut dapat mengikat CO dari udara. Kandungan karbon dapat diartikan yaitu
banyaknya karbon yang mampu diserap oleh tumbuhan lamun dalam bentuk biomassa.
Keberadaan tumbuhan lamun sangat dipengaruhi oleh penetrasi cahaya matahari, disebabkan
cahaya tersebut diperlukan untuk proses fotosintesis. Lamun membutuhkan intensitas cahaya
yang tinggi untuk melaksanakan proses fotosintesis.
Jenis lamun yang mempunyai nilai kandungan karbon tertinggi adalah Enhalus
acroides dilihat dari setiap transek yang ditemukan sebaian besar oleh setiap kelompok adalah
jenis Enhalus acroides ini maka nilai biomassa dan kandungan karbonnya cenderung lebih
besar dibandingkan transek lain yang ditemukan jenis lamun selain Enhalus acroides
Sehingga jenis lamun ini mempunyai konstribusi terbesar sebagai penyimpan karbon di
kawasan Desa Kahyapu Pulau Enggano. Kemampuan ekosistem lamun sebagai penyimpan
karbon pada bagian tubuh lamun maupun yang tersimpan di dalam sedimen membuat
ekosistem lamun berperan penting di wilayah pesisir. Kemampuan lamun mengendapkan
bahan organik tersuspensi dengan kerapatan tunasnya menambah peran lamun sebagai
penimbun karbon (Kennedy et al, 2004 dalam Graha, 2016).

PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil pratikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa jenis lamun yang
didapatkan sebagai sampel dari pratikum di Desa Kahyapu Pulau Enggano yaitu jenis lamun
Enhalus acroides, jumlah carbon yang telah dianalisis yaitu 2,73 C.
Saran
Dari pratikum lapangan dan pratikum laboratorium yang dilakukan sebaiknya para
pratikan bersungguh-sungguh dalam melakukan pratikum agar pratikum dapat berjalan
dengan baik dan semestinya, untuk persiapan alat-alat yang diperlukan seharusnya sudah
dipersiapkan sebelum pratikum agar pratikum di lapangan berjalan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Graha Yoga,.Ibnu, dkk. 2016. Simpanan Karbon Padang Lamun di Kawasan Pantai Sanur,
Kota Denpasar. Jurnal Ecotrophic. 10(1) : 46-53.
Irawan,Andri. 2017. Potensi Cadangan dan Serapan Karbon oleh Padang Lamun di bagian
Utara dan Timur Pulau Bintan. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 2(3): 35-48.
Rahmawati,Susi dan Wawan Kiswara. 2012. Cadangan Karbon Dan Kemampuan Sebagai
Penyimpan Karbon Pada Vegetasi Tunggal Enhalus Acoroides Di Pulau Pari, Jakarta.
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 38(1) : 143-150.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai