Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

ANALISIS MOLEKULER DNA ALGA MERAH (RHODOPHYTA)


Kappaphycus sp.
(Molecular Analysis of DNA Red Algae (Rhodophyta) Kappaphycus sp.)
Manikmayang Annisaqois1*, Grevo S. Gerung1, Stenly Wullur1, Deiske A. Sumilat1,
Billy T. Wagey1, Stephanus V. Mandagi2
1. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam
Ratulangi, Manado.
2. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Sam Ratulangi, Manado.
*e-mail : manikmayangannisa@gmail.com

Indonesia reported has 555 species or 6.24% from total species of macroalgae in the world
that already identified. Seaweed from red algae class (Rhodophyceae) is the most abudance
plant in the Indonesia waters or around 452 genera. Seaweed from red algae especially
Kappaphycus sp. has high level of morphology plasticity so that conventional indentification
technique using morphology character indicator frequently not optimal on identify macroalgae
species. This research is the first stage on molecular analysis of red algae Kappaphycus sp. The
methods of DNA Kappaphycus sp. extraction using modified CTAB methods (Doyle & Doyle,
1987; Allen, 2006; Nugroho et al., 2015). Rbcl gene amplified using PCR with several primer
combination. The success of DNA extraction and gene rbcL amplification observe by UV
transilluminator after gel electrophoresis. The appearance of band DNA using rbcL primer F-7
(for) and R-753 (rev) visualized around 1400-1600 bp and from rbcL primer F-577 (for) and R-
753 (rev) visualized around 900-1400 bp. That become success indicator of gene rbcL
amplification from red algae Kappaphycus sp.

Keywords: Kappaphycus sp., Extraction, DNA, CTAB, gene rbcL

Indonesia dilaporkan memiliki sebanyak 555 spesies atau sekitar 6.24% dari total jumlah
spesies rumput laut dunia yang teridentifikasi saat ini. Rumput laut dari kelas alga merah
(Rhodophyceae) menempati urutan terbanyak dari jumlah jenis yang tumbuh di perairan laut
Indonesia yaitu sekitar 452 jenis. Rumput laut dari kelas alga merah ini terutama dari jenis
Kappaphycus sp. memiliki tingkat plastisitas morfologi yang tinggi sehingga teknik identifikasi
konvensional menggunakan indikator karakter morfologi sering kurang maksimal dalam
penelusuran identitas spesies rumput laut. Penelitian ini merupakan tahapan awal dalam
rangkaian analisa molekuler rumput laut jenis Kappaphycus sp. Dalam penelitian ini, ekstraksi
DNA Kappaphycus sp. dilakukan dengan metode CTAB (Doyle and Doyle, 1987; Allen, 2006;
Nugroho et al., 2015) yang dimodifikasi. Gen rbcL diamplifikasi pada PCR menggunakan
beberapa pasangan primer. Keberhasilan proses ekstraksi DNA genomik dan amplifikasi gen
rbcL dari Kappaphycus sp. dideteksi melalui UV transilluminator setelah melalui proses
elektroforesis gel. Munculnya pita DNA pada penggunaan primer rbcL F-7 (for) dan R-753 (rev)
yang menghasilkan panjang pita DNA antara 1400-1600 bp dan primer rbcL F-577 (for) dan R-
753 (rev) yang menghasilkan panjang pita DNA antara 900-1400 bp menjadi indikasi
keberhasilan amplifikasi gen rcbL pada rumput laut Kappaphycus sp.

Kata kunci: Kappaphycus sp., Ekstraksi, DNA, CTAB, gen rbcL

PENDAHULUAN salah satu faktor penyebab tingginya


Indonesia adalah negara keberagaman spesies rumput laut di
kepulauan yang terletak di antara Indonesia. Sebagaimana dilaporkan,
Benua Asia dan Benua Australia serta Indonesia yang memiliki sekitar 17.000
Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. pulau, menjadi tempat yang cocok
Posisi geografis inilah yang menjadi untuk pertumbuhan rumput laut karena

107
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

garis pantainya yang panjang (Gerung, baik untuk pemuliaan tanaman maupun
2001). Rumput laut dari kelas alga kegiatan konservasi. Pada metode lain
merah (Rhodophyceae) menempati yang berbeda, pengaplikasian teknik
urutan terbanyak dari jumlah jenis yang molekuler pada alga masih memiliki
tumbuh di perairan laut Indonesia yaitu banyak kesulitan terutama dalam
sekitar 452 jenis (Winarno, 1996). mendapatkan jumlah dan kualitas DNA
Identifikasi spesies dari kelas alga maupun hasil amplifikasi gen target
merah terutama dari jenis Kappaphycus yang ideal untuk analisis molekuler
yang banyak dilakukan saat ini selanjutnya (Anggraeni et al., 2008).
menggunakan teknik konvensional Dalam penelitian ini, telah
berbasis karakter morfologi. Teknik dilakukan suatu studi awal analisis DNA
konvensional ini sering kurang taksonomi alga merah Kappaphycus
maksimal digunakan dalam identifikasi sp. yang difokuskan pada
spesies, bahkan pada kasus-kasus pengembangan teknik DNA dan
tertentu banyak menimbulkan amplifikasi gen rcbL sebagai gen target
kekeliruan sehubungan dengan tingkat untuk identifikasi spesies alga merah
plastisitas morfologi yang tinggi dari ini.
jenis alga ini (Zuccarello et al., 2006). Adapun tujuan dari penelitian ini
Karakter molekuler dapat adalah menentukan keberhasilan
dimanfaatkan untuk mengetahui variasi ekstraksi DNA rumput laut Kappaphycus
gen sehingga perbedaan antar jenis sp. menggunakan metode CTAB (Doyle
dapat dilihat dengan jelas. Pendekatan and Doyle, 1987; Allen, 2006; Nugroho
molekuler juga memberi peluang untuk et al., 2015) yang dimodifikasi dan
menemukan karakter suatu jenis. Jika mengamplifikasi gen rcbL sebagai gen
informasi batasan suatu jenis tersedia target identifikasi spesies Kappaphycus
maka variasi plasma-nutfah dapat sp. dengan menggunakan beberapa
diakses secara lebih efisien dan efektif kombinasi pasangan primer.

Gambar 1. Peta pengambilan sampel.

108
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

METODE PENELITIAN dengan interval 15 menit sekali


Lokasi Pengambilan Sampel dihomogenkan dengan menggunakan
vortex. Hasil ekstraksi yang telah
Pengambilan sampel dilakukan di diinkubasi tersebut lalu disentrifugasi
Desa Arakan (Gambar 1), selanjutnya dengan kecepatan 13.500 g selama 10
ekstraksi DNA rumput laut dan analisis
menit hingga menghasilkan 3 lapisan
molekuler dilakukan di Laboratorium
dalam tube.
Biologi Molekuler dan Farmasetika
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Sam Ratulangi Manado. 4. Presipitasi DNA

Sterilisasi Alat Lapisan supernatan pada bagian


paling atas tube selanjutnya dipisahkan
Alat-alat yang digunakan dalam pada sebuah tabung ependorf yang baru
penelitian ini seperti gunting, ependorf, dan ditambahkan Fenol-Kloroform-Isoamil
tube, tip dan mikrotip, disterilisasi dalam Alkohol dengan perbandigan 25:24:1
autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit sebanyak 800 µl diinkubasi selama 30
(sterilisasi basah). menit pada suhu ruangan (±25°C) didalam
Laminar Air Flow lalu disentrifugasi selama
Ekstraksi DNA Kappaphycus sp. 10 menit dengan kecepatan 13.500 g.
1. Reagen dan Extraction Buffer Setelah terbentuk tiga lapisan pada
tube, lapisan supernatan pada bagian
Proses pembuatan reagen dan
paling atas tube selanjutnya dipisahkan
extraction buffer yaitu, 1M Tris, 5M NaOH,
pada sebuah tabung ependorf yang baru
0,5M EDTA, 5M NaCl, TE Buffer, 3M NaAc,
dan ditambahkan 2 - propanol dingin
CTAB, dH2O, PVP, β-mercaptoetanol, sebanyak 800 µl dan dicampurkan dengan
vitamin C. menginvert tube. Selanjutnya disimpan di
Laminar Air Flow selama 10 menit pada
2. Lisis Sel
suhu ruangan (±25°C) dan disentrifugasi
Sampel rumput laut terlebih dahulu dengan kecepatan 13.500 g selama 10
dibilas menggunakan dH2O dan dipotong menit, kemudian supernatan dibuang. TE
hingga mendapatkan berat sampel Buffer sebanyak 250 µl ditambahkan ke
sebanyak 0,15 g. Sampel kemudian tube ependorf kemudian diinkubasi
digerus menggunakan mortar dan pestel kembali di Thermo-block selama 30 menit
steril sambil ditambahkan sebanyak 1 ml pada suhu 37°C dan 3 M NaAc, sebanyak
extraction buffer selama penggerusan. 25 µl ditambahkan ke tube ependorf
Sampel yang telah digerus selanjutnya kemudian dicampurkan dengan
pindahkan ke ependorf tube dan menginvert tube.
disentrifugasi dengan kecepatan 12.000
rpm selama 4 menit.
5. Purifikasi DNA

3. Ekstraksi DNA Etanol dingin 70% sebanyak 600 µl


ditambahkan kedalam tube dan invert
Hasil sentrifugasi didapatkan dalam sebanyak satu kali. Tube kemudian
bentuk lapisan supernatan dan presipitan. disimpan di Laminar Air Flow selama 10
Lapisan supernatan dibuang dan ependorf menit pada suhu ruangan (±25°C) lalu
yang berisi lapisan presipitan kembali disentrifugasi pada kecepatan 13.500 g
ditambahkan sebanyak 700 µl extraction selama 10 menit kemudian supernatan
buffer. Proses ini diulang sebanyak 4 kali dibuang. Etanol dingin sebanyak 500 µl
dan untuk pengulangan terakhir ditambahkan, kemudian tube diinvert
supernatan tidak dibuang. Selanjutnya sebanyak satu kali lalu disentrifugasi
sampel diinkubasi 3 jam pada suhu 65°C dengan kecepatan 13.500 g selama 10

109
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

menit kemudian supernatan dibuang. Amplifikasi DNA


Presipitan yang didapatkan kemudian
Proses amplifikasi gen dilakukan
dikeringkan di Laminar Air Flow dengan
dengan menggunakan beberapa
cara meletakan tisu lalu tube dibuka dan
kombinasi primer rbcL sebagai gen target
kemudian dibalik dan didiamkan selama 2
amplifikasi. Tahap amplifikasi gen yang
jam. TE Buffer sebanyak 25 µl
dilakukan pertama adalah membuat
ditambahkan ke dalam tube. Selanjutnya
campuran reaksi yang diisi dalam tabung
sampel dapat disimpan di kulkas sebelum
reaksi khusus untuk PCR. Tabung reaksi
digunakan untuk proses selanjutnya.
disentrifugasi selama 30 menit kemudian
mesin PCR dinyalakan. Masing-masing
Elekroforesis Gel
tabung dimasukkan ke dalam PCR.
1. Pembuatan Gel Agarose Program Heater lid diatur pada suhu
99oC. Program siklus yang akan digunakan
Gel agarose 1% dibuat dengan dengan pengaturan suhu pre-denaturasi
melarutkan 0,3 gr bubuk agarose, 30 ml 95°C selama 6 menit, denaturasi 95°C
10x TBE buffer dan 0,6 µl cyber green selama 30 detik (35 siklus), annealing 52°C
DMSO kemudian dipanaskan dan selama 30 detik, elongasi 72°C selama 30
dituangkan ke dalam cetakan gel tray dan detik, dan post-elongasi 72°C selama 10
biarkan selama ± 30 menit hingga menit. Tahap amplifikasi gen selesai dan
mengeras menjadi gel. dilanjutkan pada tahap elektroforesis gel
untuk melihat keberhasilan dari tahap
amplifikasi gen.
2. Elektroforesis Gel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses elektroforesis dilakukan
dengan mencampurkan sebanyak 4 µl Ekstraksi DNA Kappaphycus sp.
DNA sampel dengan 1 µl 10x Sampel Dewasa ini telah banyak tersedia
Loading Buffer diatas parafilm, kemudian produk ekstraksi DNA komersil diantaranya
dimasukan ke dalam sumur gel innuprep DNA minikit (AnalytikJena),
elektroforesis. Sebanyak 2 µl 100bp ladder Qiagen DNAeasy kit dan Innuprep plant
DNA marker dimasukan pula ke dalam DNA kit. Beberapa laporan penelitian
sumur gel elektroforesis yang berbeda sebelumnya, menunjukan keberhasilan
sebagai penanda berat molekul. Proses penggunaan kit-kit komersil tersebut untuk
elektroforesis dilakukan menggunakan mendapatkan ekstrak genomik DNA biota
larutan 1x TBE buffer dengan tegangan laut (Mopay et al., 2017; Sahari et al., 2017;
listrik 80 volts selama 30 menit. Wehantouw et al., 2017; Tindi et al., 2017
dan Peloa et al., 2016). Hasil yang berbeda
3. Visualisasi dengan UV- pada penelitian yang dilakukan oleh
Transilluminator Hengkengbala (2017) menunjukan bahwa
penggunaan kit komersil tersebut tidak
Setelah proses elektroforesis berhasil digunakan dalam proses ekstraksi
selesai, gel kemudian diangkat dan DNA genomik rumput laut jenis
letakan di atas UV-transilluminator untuk Kappaphycus sp.
diamati keberadaan pita DNAnya dengan Dalam penelitian ini telah
menggunakan kaca mata pelindung saat digunakan teknik ekstraksi DNA genomik
melakukan ekspos gel pada sinar UV. Kappaphycus sp. menggunakan prosedur
Hasil elektroforesis DNA ekstrak DNA CTAB yang telah dimodifikasi dari Doyle
genom Kappaphycus sp. kemudian and Doyle (1987), Allen (2006), dan
didokumentasikan dengan kamera. Nugroho et al. (2015) dengan membuat
buffer ekstraksi yang terdiri dari campuran
1 M Tris, 5 M NaCl, 0.5 M EDTA, CTAB,
dH2O, PVP 90, β-mercaptoetanol, Vitamin
110
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

Ladder K.a.

Gambar 2. Hasil Elektroforesis DNA Gambar 3. Hasil amplifikasi gen rcbL


Kappaphycus sp. yang telah melalui menggunakan pasangan primer 1) primer
proses modifikasi metode ekstraksi DNA F-7 (for) dan R-753 (rev), 2) primer F-577
menggunakan teknik CTAB. (for) dan R-rbcS (rev), 3) primer F-7 (for)
dan R-rbcS (rev) dan 4) primer F-577 (for)
dan R-753 (rev).
C 500 gr. Penggunaan PVP dan β-
mercaptoetanol dalam penelitian ini
mengikuti prosedur dari Doyle dan Doyle menggunakan kombinasi pasangan primer
(1987) akan tetapi, hasil ekstrak DNA antara F-7 (for) dan R-753 (rev)
genomik Kappaphycus sp. masih menghasilkan pita pada gel elektroforesis
tercampur dengan bahan lain sehingga yang muncul pada posisi sekitar 1400-
membentuk gel. 1600 bp. Munculnya pita DNA pada gel
Penambahan PVP dan β- elektroforesis ditemukan pula pada
mercaptoetanol berfungsi untuk kombinasi pasangan primer antara F-577
penghilangan senyawa fenolik. Kedua (for) dan R-753 (rev) dengan pita DNA
senyawa ini akan mengikat senyawa pada pada posisi 900-1400 bp. Sedangkan
fenolik dan membantu dalam penghilangan kombinasi primer antara F-577 (for) dan R-
senyawa fenol (Angeles et al., 2005). rbcS (rev) serta primer F-7 dan R-rbcS
Dalam penelitian ini telah dilakukan (rev) tidak teramati munculnya pita DNA
pencucian hasil DNA genomik sebanyak 5 pada gel elektroforesis (Gambar 3).
kali untuk mendapatkan DNA genomik Hasil amplifikasi tersebut diatas
murni. mendukung apa yang ditulis oleh Rychlik et
Hasil visualisasi DNA genomik al. (1990) dalam Hengkengbala (2017)
Kappaphycus sp. menggunakan UV yang menyatakan bahwa pemilihan primer
transilluminator setelah melalui beberapa yang cocok merupakan salah satu
tahapan modifikasi prosedur CTAB parameter yang mempengaruhi
keberhasilan proses amplifikasi
ditampilkan pada Gambar 2.
menggunakan PCR.
Amplifikasi DNA Kappaphycus sp.
KESIMPULAN
Hasil ekstraksi DNA genomik
Ekstraksi DNA merupakan tahapan
Kappaphycus sp. menggunakan prosedur
paling penting dalam analisis molekuler
CTAB telah digunakan sebagai DNA
karena menjadi penentu dalam
template dalam proses amplifikasi gen rbcL
mendapatkan kualitas DNA yang baik.
111
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

Proses ekstraksi DNA dibagi menjadi 4 Di Minahasa. Jurnal Pesisir dan


tahapan, yaitu: lisis, ekstraksi, presipitasi Laut Tropis.1(2):1-7.
dan purifikasi. Nugroho, K., Terryana, R.T., Lestari, P.
Penggunaan primer reverse R-753 2015. Optimasi Metode Isolasi
dengan forward F-7 dan primer reverse R- DNA pada Jatropha spp. Jurnal
753 dengan forward F-577 dalam Agroteknologi. 5(2):15-22.
penelitian ini merupakan salah satu
Peloa, A., Wullur, S., Sinjal, C.A. 2015.
pasangan primer yang bisa digunakan Amplifikasi Gen Cytochrome
untuk mengamplifikasi alga jenis Oxidase Subunit I (COI) dari
Kappaphycus sp. karena penampakan pita Sampel Sirip Ikan Hiu dengan
hasil visualisasi dapat terlihat dengan jelas. Menggunakan Beberapa
Walaupun dari hasil amplifikasi yang Pasangan Primer. Jurnal Pesisir
didapatkan menunjukan bahwa tidak dan Laut Tropis.1(1):37-42.
semua pasangan primer rbcL untuk Sahari, J., Rimper, J., Wullur, S. 2017.
mengamplifikasi DNA Kappaphycus sp. Identifikasi Molekul Rotifera
berhasil. Brachionus sp. Asal Perairan
Tumpaan, Minahasa Selatan.
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Pesisir dan Laut Tropis.
1(1):56-61.
Allen, G.C., Flores-Vergara, M.A.,
Krasynanski, S., Kumar, S., Tindi, M., Mamangkey, N.G.F., Wullur, S.
Thompson, W.S. 2006. A modified 2017. DNA Barcode dan Analisis
protocol for rapid DNA isolation Filogenik Molekuler Beberapa
from plant tissues using Jenis Bivalvia Asal Perairan
cetyltrimethylammonium bromide. Sulawesi Utara Berdasarkan Gen
Nature Protocols, 1(5):2320-2325 COI. Jurnal Pesisir dan Laut
Tropis. 1(2): 32-38.
Anggraeni, S.R., Sudarsono, Soedharma,
D. 2008. Karakterisasi Genetika Wehantouw, A., Ginting, E.L., Wullur, S.
Rumput Laut Eucheuma spp. dari 2017. Identifikasi Sirip Ikan Hiu
Tiga Daerah Di Indonesia. Jurnal Yang Didapat dari Pengumpul di
Bionatura. 10(3):196-208. Minahasa Tenggara Menggunakan
DNA Barcode. Jurnal Pesisir dan
Doyle dan Doyle, 1987. CTAB/Chloroform- Laut Tropis. 1(1):62-68.
Isoamyl Alcohol DNA Extraction
Protocol. Winarno, F.G. 1996. Teknologi
Pengolahan Rumput Laut. Pustaka
Gerung, G.S. 2001. Study on Indonesian Sinar Harapan. Jakarta. 107 hal.
Gracilariaceae. Ph.D. Tesis.
Hokkaido University, Graduate Zuccarello, G.C., Cricthley, A.T., Smith, J.,
School of Fisheries Science. Sieber, V., Lhonneur, G.B., West,
Hokkaido, Japan. p 312.. J.A. 2006. Systematic and genetic
variation in commercial
Hengkengbala, I.R. 2017. Analisis Kappaphycus and Eucheuma
Molekuler Beberapa Jenis Alga. (Solieriaceae, Rhodophyta).
Tesis. Fakultas Perikanan dan Ilmu Journal of Applied Phycology.
Kelautan. UNSRAT. 18(3-5):643-651.
Mopay, M., Wullur, S., Kaligis, E. 2017.
Identifikasi Molekuler Sirip Ikan Hiu
yang Didapat dari Pengepul Sirip

112

Anda mungkin juga menyukai